BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yaitu degan pancaindra.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yaitu degan pancaindra."

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan 1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yaitu degan pancaindra. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan secara terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahamanpemahaman baru (Budiman & Riyanto, 2013). Pengetahuan (knowledge) menurut Suhartono (2005) adalah sesuatu yang ada pada diri manusia, dimana keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis atau berfikir manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan rasa ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak atau keinginan adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan secara terbuka bekerja saling mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu, keinginan, pikiran dan perasaan bisa lebih dominan, akibatnya ada pengetahuan akal (logika), pengetahuan perasaan (estetika) dan pengetahuan pengalaman (etika). Seharusnya pengetahuan mengandung kebenaran yang sesuai dan diterima dengan akal, perasaan dan keinginan dan layak dapat dikerjakan dalam praktik perilaku.

2 1.2. Tingkat Pengetahuan Benjamin S. Bloom (1956 dalam Budiman & Riyanto, 2013) membagi pengetahuan menjadi 6 tingkat, yaitu: 1. Tahu (know) Berisi kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dan dapat diukur dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan tentang apa yang dipelajari (recall). 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya dengan penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

3 analisis ini dapat dilihat dengan cara menggambarkan, membedakan, memisahkan atau mengelompokkan. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari yang ada. Seperti dapat merencanakan, dapat meringkaskan atau dapat menyesuaikan terhadap suatu teori yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Budiman & Riyanto (2013) menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: 1. Pendidikan Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan atau keterampilan diri tertentu didalam dan diluar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, seseorang dengan pendidikan tinggi akan semakin mudah untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

4 maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang didapat semakin banyak pula pengetahuannya. Perlu ditekankan juga, bahwa berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, melainkan dapat diperoleh dari pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek mengandung aspek positif dan negatif, keduanya menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu, semakin banyak hal positif yang diketahui maka akan menumbuhkan sikap yang positif terhadap objek tersebut. 2. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi sebelumnya. 3. Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup, yaitu semakin tua semakin bijaksana dan sejalan dengan bertambahnya usia, tidak dapat lagi diajarkan pengetahuan baru kepadanya karena mengalami kemunduran fisik, mental dan menurunnya daya pikir.

5 4. Informasi Informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal atau media massa sebagai sarana komunikasi yang memberikan pengaruh sehingga terjadi perubahan atau peningkatan pengetahuan. 5. Sosial, Budaya dan Ekonomi Yaitu kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, akan bertambah pengetahuan seseorang walaupun tidak melakukannya. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya satu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu atau membeli fasilitas sumber informasi, sehingga status sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan seseorang. 6. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam diri seseorang karena ada atau tidaknya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu tersebut Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan angket atau wawancara yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

6 responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dan diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatannya. Penilaian pengetahuan didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri oleh peneliti atau menggunakan kriteria yang telah ada. Arikunto (2006 dalam Budiman & Riyanto, 2013) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi 3 tingkatan berdasarkan pada nilai persentasi yaitu: 1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai > 75%. 2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-74%. 3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <55%. 2. Peran Keluarga 2.1. Pengertian Keluarga Keluarga dipandang berdasarkan orientasi teoritis interaksi keluarga didefinisikan sebagai sebuah arena interaksi kepribadian sehingga penekanan diberikan kepada karakteristik transaksional dinamis keluarga. Keluarga dipandang dari perspektif sistem umum didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu rangkaian yang saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun lingkungan eksternal (Friedman, et al., 2010). Sedangkan Bailon dan Maglaya (dalam Setiadi, 2008) mengatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Dapat disimpulkan secara umum bahwa dikatakan keluarga jika ada:

7 1. Ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan) 2. Hubungan (pertalian darah/adopsi/kesepakatan) 3. Hidup bersama dalam satu rumah tangga 4. Ada peran masing-masing anggota keluarga 5. Ikatan emosional 6. Berinterksi diantara sesama anggota keluarga 2.2. Fungsi Keluarga Fungsi pokok keluarga secara umum menurut Friedman, et al., (2010) adalah sebagai berikut: 1. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama terkait dengan mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antara anggota keluarga dan mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. 2. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial, adalah fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. 3. Fungsi reproduktif, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi, menjaga kelangsungan keluarga dan keberlangsungan hidup masyarakat. 4. Fungsi ekonomis, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif.

8 5. Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi, kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. Keluarga mampu mencegah tejadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan Peran Keluarga Peran adalah perilaku yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersoal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008). Peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu dalam situasi tertentu (Nye, 1976 dalam Friedman, et al., 2010). Posisi atau status didefinisikan sebagai letak seseorang dalam suatu sistem sosial. Peran digolongkan sebagai konsep posisi. Sementara peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu

9 sistem sosial. Setiap individu menempati posisi ganda seperti sebagai orang dewasa, pria, suami, petani dan sebagainya (Friedman, et al., 2010) Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes Terkait dengan fungsi keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai peran dalam memberikan perawatan yang mengadopsi dari beberapa tugas keluarga dibidang kesehatan (Suprajitno, 2004), yaitu: 1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Dalam mengenal masalah kesehatan, keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga, jika perlu keluarga mencatat atau mengingat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar peubahannya. Keluarga juga dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang keadaan anggota keluarganya, mengetahui penyebab, tanda dan gejala, mencari dan mengumpulkan informasi kemudian memberitahukan kepada anggota keluarga tentang apa yang sedang dialaminya. 2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Peran ini adalah upaya keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencari pertolongan yang tepat pula. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. 3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah

10 apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan perawatan. 4. Memodifikasi lingkungan keluarga. Keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan keluarga agar terjamin kesehatan keluarga dan agar dukungan keluarga yang diberikan untuk kesembuhan pasien menjadi maksimal. 5. Menggunakan pelayanan kesehatan. Tujuan utama penggunaan pelayanan kesehatan adalah untuk mencapai kesehatan optimal. Keluarga harus tahu berbagai sumber pelayanan kesehatan yang tepat dan dapat dijangkau oleh keluarga seperti puskesmas, rumah sakit, klinik perawatan luka, dll. Ali (2009) mengemukakan bahwa alasan keluarga sebagai objek dan subjek perawatan adalah karena dalam unit keluarga, jika terjadi masalah penyakit, cedera, atau perpisahan akan mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga. Keluarga memiliki hubungan erat antar keluarga dan status kesehatan anggotanya, peran keluarga sangat penting bagi aspek perawatan kesehatan dan individu anggota keluarga mulai dari strategi sampai fase rehabilitasi Prinsip-Prinsip Keperawatan Keluarga Beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut: 1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan. 2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

11 3. Mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 4. Perawat merupakan sumber daya keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga. 5. Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan. 6. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan. 7. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan dasar atau perawatan di rumah. 8. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi (Efendy & Makhfudli, 2009). 3. Luka Kaki Diabetes 3.1. Definisi Luka Kaki Diabetes Luka kaki diabetes dikenal dengan istilah lain seperti ulkus kaki diabetes, diabetic foot ulcers, dan luka neuropati. Luka kaki diabetes adalah suatu luka kronis pada lapisan kulit sampai kedalam dermis yang berpengaruh terhadap morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup pasien. Luka kaki diabetes merupakan komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat (Morison, 2013).

12 3.2. Etiologi dan Manifestasi Klinis Luka Kaki Diabetes Wounds International (2013) mengemukakan bahwa pada kebanyakan pasien luka kaki diabetes, peripheral neuropathy dan peripheral arterial disease atau keduanya sangat berperan penting dalam terjadinya luka kaki diabetes, oleh karena itu secara umum luka kaki diabetes diklasifikasikan menjadi neuropati, iskemik dan neuroiskemik (efek gabungan neuropati dan iskemik). 1. Peripheral Neuropathy (kerusakan saraf perifer) Peripheral neuropathy adalah penyebab luka kaki diabetik yang merupakan akibat dari kerusakan saraf sensorik, motorik dan otonomik. Pada pasien dengan kerusakan saraf sensorik akan merasakan kehilangan pengalaman nyeri yang akan membuat mereka mudah terkena trauma fisik, kimia dan panas, kehilangan pengalam nyeri merupakan bagian terbesar dari penyebab luka kaki diabetes. Pada pasien dengan kerusakan saraf motorik dapat menyebabkan kaki deformitas seperti kaki hammer dan kaki claw yang dapat mengakibatkan tekanan abnormal diatas tonjolan tulang. Sedangkan pada pasien dengan kerusakan saraf otonomik biasanya akibat terkait dengan kulit kering yang dapat menjadi fissure, cracking dan callus. 2. Peripheral Arterial Disease (PAD) Pasien dengan diabetes akan dua kali lebih mungkin terjadi peripheral arterial disease yang disebabkan oleh arteriosklerosis, daripada pasien dengan tanpa diabetes. Arteriosklerosis sendiri terjadi karena hilangnya elastisitas dan penebalan dinding arteri oleh kolestrol, lipoid dan lipofag.

13 Tanda awal yang terjadi oleh penyakit arteri perifer yaitu nyeri kaki baik pada saat istirahat maupun berjalan, hilangnya sensasi dan terasa kebal, kesemutan pada kaki, terdapat luka pada kaki yang lambat atau bahkan sulit sembuh dan perubahan kulit seperti kalus, kulit menebal, kering dan mengkilat. PAD juga merupakan faktor utama untuk risiko amputasi ekstremitas bawah. Perlu diingat bahwa ketika terjadi penurunan aliran darah arteri, microangiopathy (disfungsi pembuluh darah kecil) berpengaruh pada penyembuhan luka yang buruk. Luka kaki diabetes biasanya terjadi karena dua atau lebih faktor risiko secara bersamaan. Unsur intrinsik seperti neuropati, PAD dan kaki deformitas disertai dengan adanya trauma ekternal seperti penggunaan sepatu yang salah atau luka pada kaki, dari waktu kewaktu bisa berubah menjadi luka kaki diabetes Patogenesis Luka Kaki Diabetes Pada penderita diabetes melitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali maka akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, yang menyebabkan edema pada saraf tubuh serta pengaruh peningkatan sorbitol dan fruktose, sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebih, kulit kering dan hilang rasa. Apabila penderita diabetes tidak berhati-hati, jika terjadi trauma maka akan menyebabkan lesi dan menjadi luka kaki diabetes (Waspadji, 2006 dalam Hidayah, 2012). Kombinasi antara pembengkakan saraf-saraf yang terjadi akan menyebabkan double crush syndrome dimana dapat menimbulkan kelainan fungsi saraf motorik, sensorik dan autonomik. Neuropati merupakan

14 akibat langsung dari kelainan sistem persarafan motorik, sensorik dan autonomik. Pada neuropati sensorik akan mengganggu mekanisme perlindungan dan menyebabkan pasien tidak merasakan adanya trauma minor yang berulang dikakinya dan tidak mengetahui adanya luka. Pasien juga mengalami gangguan pada propiception yang membuat ketidakseimbangan dalam pembebanan berat bedan (abnormal weight bearing) sehingga mudah terbentuk kalus ataupun ulkus. Neuropati motorik paling sering mempengaruhi otot kaki menjadi abnormal akibat dari tekanan saraf plantaris medialis dan lateralis, terjadi perubahan struktur pada bentuk kaki seperti hammer toe, claw toe, dan charcot joit. Sedangkan neuropati autonomik mengakibatkan anhidrosis, mengganggu aliran darah superficial ke kaki dan membuat kondisi kulit menjadi kering dan pecah-pecah (Hariani, et al.). Kondisi diabetes melitus dengan hiperglikemi yang tidak terkontrol akan menyebabkan buruknya sirkulasi darah ke ekstremitas disebut peripheral arterial disease (penyakit arteri perifer). PAD disebabkan oleh penumpukan lemak di arteri yang mengakibatkan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri (arteriosklerosis) Pengkajian Luka Kaki Diabetes Pasien luka kaki diabetes perlu dikaji secara holistik, meliputi riwayat pasien termasuk obat-obatan, penyakit penyerta, dan status diabetes. Pengkajian luka kaki diabetes juga mempertimbangkan riwayat luka, luka kaki diabetes sebelumnya, atau amputasi dan gejala yang menunjukkan terjadinya neuropati atau PAD. Hal-hal yang berkaitan dengan pengkajian luka:

15 1. Pengukuran luka Luka diukur panjang x lebar x kedalaman dan ada tidaknya undermining/goa, yang diukur sesuai dengan arah jarum jam. 2. Kulit sekitar luka Kaji apakah terdapat tanda-tanda seperti gatal, maserasi, edema, dan hiperpigmentasi. 3. Tepi luka Pengkajian akan didapat data bahwa proses epitelisasi adekuat atau tidak, jaringan epitel berwarna merah muda, dan kegagalan epitelisasi terjadi jika luka mengalami edema, nekrosis, kalus atau infeksi. 4. Cairan luka 5. Bau tidak sedap Diketahui untuk mendukung penegakan diagnosa terjadi infeksi atau tidak. Bau disebabkan oleh adanya kumpulan bakteri yang menghasilkan protein, apocrine sweat glands atau beberapa cairan luka lainnya. 6. Status Infeksi Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka, memperlama waktu perawatan dan meningkatkan biaya perawatan. Luka yang terinfeksi ditandai dengan adanya erithema, edema, cairan purulent, bau, peningkatan temperatur dan peningkatan sel darah putih. Infeksi bisa meluas dengan cepat ke tulang yang disebut osteomielitis jika tidak segera diatasi. Infeksi dapat diketahui melalui kultur infeksi setelah luka dicuci dan luka mengeluarkan cairan luka. Pengambilan sampel kultur dengan

16 mengusap zig zag sebanyak 10 kali usapan yang mewakili seluruh area luka 7. Mengkaji hilangnya sensasi nyeri. 8. Tipe jaringan (epitelisasi granulasi slough) 9. Stadium luka kaki diabetes Morison (2013) mengklasifikasi luka kaki diabetes berdasarkan beberapa parameter seperti ukuran, kedalaman dan lokasi dapat membantu dalam perencanaan dan memantau terapi dari berbagai pendekatan untuk membantu memprediksi hasil. Sistem klasifikasi yang sering digunakan adalah sistem klasifikasi Wagner yang didasari pada derajat luka dan terdiri dari 6 grade (0-5): Tabel 2.1 Klasifikasi derajat luka menurut Wagner Grade Keterangan (no open lesion) Tidak ada luka terbuka, namun sudah terjadi deformitas, kallus, atau pre ulcerative. (superficial ulcer) Ulkus diabetes superfisial (luka ke epidermis). (deep ulcer) Ulkus meluas sampai dermis, ligamen, tendon, kapsula sendi, atau fasia dalam tanpa abses atau osteomielitis. (abcess osteomyelitis) Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis atau sepsis sendi. (gangrene forefoot) Gangren yang terbatas pada kaki bagian depan atau tumit. (gangrene whole foot) Gagren yang meluas hingga seluruh kaki. University of Texas mengklasifikasikan ulkus berdasarkan kedalamannya dan membagi lagi berdasarkan adanya infeksi atau iskemik:

17 Tabel 2.2 Klasifikasi derajat luka menurut University of Texas Grade Keterangan Pre atau post ulserasi Luka superfisial yang mencapai epidermis atau dermis (keduanya), tapi belum menembus tendon, kapsul sendi atau tulang Luka menembus tendon atau tulang, tapi belum mencapai tulang atau sendi Luka menembus tulang atau sendi 10. Wound base (dasar luka) Netherlands Wound Care Consultant Society mengklasifikasikan luka diabetes berdasarkan warna dasar luka. Pengklasifikasian luka RYB (red, yellow, black) ini bertujuan untuk memudahkan penentuan stadium luka dalam manajemen luka, membantu memilih tindakan dan penggunaan topikal terapi yang tepat. a) Red (R) Merah: Warna dasar luka pink, merah, dan merah tua disebut sebagai jaringan sehat, granulasi atau epitelisasi, dan vaskularisasi. Tujuan perawatan luka dengan warna dasar luka merah adalah dengan mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma. b) Yellow (Y) Kuning: Warna dasar luka kuning muda, kuning kehijauan, kuning tua, kuning kecoklatan disebut sebagai jaringan mati yang lunak, kondisi luka terkontaminasi atau terinfeksi. c) Black (B) Hitam: Warna dasar luka hitam disebut sebagai jaringan nekrosis dan avaskularisasi.

18 3.5. Manajemen Luka Kaki Diabetes Prinsip dari tujuan manajemen perawatan luka kaki diabetes adalah penutupan luka. Beberapa komponen yang penting dalam manajemen luka kaki diabetes berdasarkan Wounds International (2013), yaitu: 1. Penyembuhan utama untuk penyakit, yaitu untuk mengontrol atau mengendalikan penyakit diabetes secara optimal, perlu dilakukan kontrol gula darah, tekanan darah tinggi, hiperlipidemia, gizi dan merokok. Kemudian dengan mencegah penyebab trauma fisik, seperti pemakaian alas kaki untuk menghindari trauma yang mungkin terjadi. 2. Memastikan aliran darah adekuat. 3. Perawatan luka. Metode perawatan luka yang digunakan saat ini adalah metode moist wound healing yang memiliki tujuan menciptakan suasana luka lembab melalui occlusive dressing, yaitu dengan menggunakan balutan luka tertutup untuk menjaga kelembaban pada dasar luka dan mengurangi risiko infeksi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan luka kaki diabetes adalah: a. Mencuci luka Tujuan mencuci luka adalah untuk membuang jaringan nekrosis, membuang cairan luka yang berlebihan, membuang sisa baluan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Pencucian luka dilakukan setiap mengganti balutan.

19 Cairan pencuci luka yang digunakan adalah cairan fisiologis yang non toksik pada proses penyembuhan luka yaitu cairan non toksik, normal saline (NaCl 0,9%), air bersih, air matang suam-suam kuku jika perawatan dilakukan dirumah, dan menggunakan sabun dengan ph rendah untuk membersihkan debris-debris pada luka (Morison, 2013). Penggunaaan cairan providone iodine atau larutan antiseptik saat terjadi luka terinfeksi, dan tidak disarankan menggunakan providone iodine pada luka bersih seperti luka pembedahan dan luka kronis. Hal ini dikarenakan providone iodine bersifat toksik dan dapat merusak jaringan baru (WHO, 2010). Mempersiapkan dasar luka (wound bed preparation) yang dilakukan sebelum pemasangan graft atau flap kontruksi agar mempercepat penyembuhan luka, menggunakan konsep TIME, yaitu tissue debridement, inflamation and infection control, moisture balance, dan epithelial edge advancement. a) Tissue Debridement (manajemen jaringan) Tissue Debridement merupakan tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, kalus dan jaringan fibrotik sekitar 2 3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat. Metode yang digunakan yaitu: Sharp debridement/surgical menggunakan pisau bedah, gunting atau forceps untuk mengangkat jaringan nekrotik, membantu sekresi pus, membantu mengoptimalkan efektivitas pemberian topikal dan merangsang penyembuhan. Sharp debridement dilakukan oleh

20 praktisi yang berpengalaman, karena harus mampu mengidentifikasi antara tendon sebagai jaringan hidup dan slough sebagai jarigan mati. Autolytic debridement menggunakan balutan luka lembab occlusive dressing yang akan memberikan suasana lembab pada luka, melunakkan dan membersihkan luka dari jaringan nekrotik secara alami menggunakan enzim endogen yang terdapat dalam tubuh. Penggunaan occlusive dressing merupakan salah satu cara untuk mengatasi luka diabetes terutama dalam penurunan kondisi inflamasi yang memanjang. Enzimatik debridement menggunakan agen topikal yang akan merusak jaringan nekrotik dengan enzim proteolitik seperti: papain yang kolagenase. Pengunaan debridement ini untuk luka yang bereksudat dan jaringan nekrotik sedang. Mekanik debridement menggunakan aplikasi kassa basah kering dan cairan normal saline yang dikompres pada permukaan luka dan diangkat apabila sudah kering. Cara mengangkat kassa dengan membasahi dahulu kassa atau balutan yang kering agar tidak merusak jaringan yang telah bergranulasi. b) Inflamation and infection control Mengendalikan tanda-tanda inflamasi (tumor, rubor, calor, dolor) dan tanda infeksi (pus/eksudat). c) Moisture balance (mempertahankan kelembaban)

21 Winter (1962) mengungkapkan bahwa lingkungan luka lembab akan mempercepat migrasi sel epitel dalam penutupan luka. Moist dengan pemilihan balutan yang tepat yaitu occlusive dressing berguna untuk mempercepat fibrinolisis, angiogenesis, menurunkan risiko infeksi, mempercepat petumbuhan growth factor dan sel aktif. d) Epithelial edge advancement (kemajuan tepi luka) Perlu untuk dilakukan debridemen pada tepi luka agar tidak menghambat epitelisasi jaringan. Jaringan epitel yang baik jika tepi luka berwara merah muda. Kegagalan penutupan terjadi jika tepi luka mengalami edema, nekrosis, kalus atau infeksi. b. Memilih topikal Jenis balutan berupa topikal terapi terdiri dari: a) Hidrogel, merupakan topikal terapi yang dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri (support autolitis debridement). Digunakan pada dasar luka yang berwarna kuning dan hitam. b) Hidrocoloid, merupakan topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari risiko infeksi, mampu menyerap eksudat. Digunakan pada luka yang berwarna merah, abses, atau luka yang terinfeksi.

22 c) Absorbent dressing, merupakan topikal terapi yang memiliki daya serap tinggi terhadap cairan luka. Jenis-jenis absorbent dressing yaitu calcium alginate yang dapat menyerap luka berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan minor dan barier terhadap kontaminasi. Digunakan oleh semua warna dasar luka. Hidroselulosa, merupakan topikal terapi yang terbuat dari selulosa dengan daya serap tinggi melebihi calcium alginate. Balutan ini mendukung proses autolisis debridement dan dapat meningkatkan proses granulasi dan re-epitelisasi. Foam, merupakan absorban dengan kemampuan serap lebih tinggi dan nyaman digunakan karena tidak lengket pada luka dan tidak meninggalkan residu. Digunakan untuk luka dengan eksudat sedang-berat, dan kontraindikasi pada luka dengan eksudat minimal dan jaringan nekrotik hitam. d) Transparant film, yaitu jenis topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankan luka akut dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari risiko infeksi. Balutan ini water proof dan kontraindikasi dengan eksudat yang banyak. e) Dressing hidrofobik merupakan topikal terapi antimikrobial, digunakan untuk luka bereksudat sedang banyak. c. Membalut luka Morison (2013) menjelaskan bahwa penangan luka modern menggunakan metode moist wound healing yang diciptakan melalui

23 occlusive dressing bertujuan untuk mempertahankan suasana lembab pada luka, menyerap eksudat, membuang jaringan nekrotis dan slough, mengendalikan risiko infeksi atau terhindar dari kontaminasi, menurunkan rasa sakit pada saat penggantian balutan dan mempercepat proses penyembuhan luka, serta yang terpenting adalah coast effective. 4. Komponen keempat dalam manajemen luka kaki diabetes adalah mengurangi beban tekanan (offloading). Penanganan pasien neuropati perifer adalah dengan mengurangi tekanan pada area luka kaki diabetes. Penekanan biasa terjadi pada telapak kaki sehingga mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun iritasi dari sepatu yang digunakan. Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi tekanan yaitu bed rest, mengurangi kecepatan saat berjalan, menggunakan kursi roda dan alas kaki, removable cast walker, total contact cast, dan scotchcast boot. Total Contact Cast (TCC) merupakan metode offloading yang paling efektif dapat digunakan untuk melindungi kaki dari tekanan yang abnormal. Penyembuhan ulkus akibat neuropati dalam waktu 6 8 minggu. Cast dibuat dari gips yang dibentuk secara khusus agar tidak ada lagi pergerakan didalamnya dan tekanan pada plantar akan terdistribusi secara merata. Pada metode ini pasien dapat berjalan selama perawatan dan bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat mengganggu penyembuhan luka. Kekurangan TCC antara lain harus dilakukan oleh

24 praktisi yang terlatih, menyebabkan iritasi kulit karena pemakaian gips, sulit ketika mandi dan tidur, mencegah pasien untuk beraktifitas lebih, kesulitan dalam menilai luka, sehingga perlu dilakukan inspeksi luka setiap hari, penggantian balutan dan deteksi infeksi dini (Wounds International, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. utama pada masyarakat modern di dunia. Angka penderita diabetes dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. utama pada masyarakat modern di dunia. Angka penderita diabetes dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat secara signifikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah salah satu dari masalah kesehatan utama pada masyarakat modern di dunia. Angka penderita diabetes melitus di dunia tercatat 382 juta jiwa menderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena keturunan dan/atau disebabkan karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas, atau oleh tidak efektifnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Diabetes Melitus (DM) 1.1 Pengertian Diabetes Melitus Diabetes Melitus (DM) adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia). Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana terdapat

Lebih terperinci

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah SOP perawatan luka ganggren SOP Perawatan Luka Ganggren Tujuan perawatan gangren: - Mencegah meluasnya infeksi - Memberi rasa nyaman pada klien - Mengurangi nyeri - Meningkatkan proses penyembuhan luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh

Lebih terperinci

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula

Lebih terperinci

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Untuk Pengobatan Komplikasi Pada Diabetesi Komplikasi Pada Kaki Penderita diabetes dapat mengalami banyak permasalahan pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang diterima pancaindera (hal ini dinamakan sensasi), kemudian stimulus diantar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang diterima pancaindera (hal ini dinamakan sensasi), kemudian stimulus diantar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Persepsi 1.1 Definisi Persepsi merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang diterima pancaindera (hal ini dinamakan sensasi), kemudian stimulus diantar ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mengenali tanda-tanda awal penyakit diabetes mellitus menjadi sangat penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila timbul komplikasi, umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak akibat penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin (Dorland, 2010). DM suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses penyembuhan luka. Pada dasarnya luka akan sembuh dengan sendirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. proses penyembuhan luka. Pada dasarnya luka akan sembuh dengan sendirinya BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut Winter (1962), melalui penelitian yang dilakukan di Landmark, menunjukan hasil perawatan luka pada suasana lembab sangat membantu dalam proses penyembuhan luka.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dekubitus 1. Pengertian Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin, hormon pengatur kadar gula darah atau tubuh tidak bisa menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar BAB I PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Luka bakar didefinisikan sebagai suatu trauma pada jaringan kulit atau mukosa yang disebabkan oleh pengalihan termis baik yang berasal dari api, listrik, atau benda-benda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya disebabkan oleh organisme obligat intraselluler Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya

Lebih terperinci

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS.

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS. PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS Oleh L.Sofa 1) S.Yusra 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat secara signifikan menjadi lebih dari 5 juta pada tahun

Lebih terperinci

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA MODERN MOIST WOUND HEALING DAN TERAPI KOMPLEMENTER NaCl 0,9% + MADU ASLI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA KAKI DIABETIK DERAJAT II DI RSUD BANGKINANG Ns. Riani, S.Kep.,

Lebih terperinci

Obat Penyakit Diabetes dan Berbagai Komplikasi Neuropati

Obat Penyakit Diabetes dan Berbagai Komplikasi Neuropati Obat Penyakit Diabetes dan Berbagai Komplikasi Neuropati Berbagai Jenis Neuropati Serta Cara Menanganinya Dengan Obat Penyakit Diabetes Kerusakan saraf akibat diabetes disebut diabetic neuropathy. Sekitar

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi kronis berupa makroangiopati dan mikroangiopati yang paling sering kita jumpai diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemia jangka panjang

Lebih terperinci

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim PERAWATAN LUKA by : Rahmad Gurusinga A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka timbul, beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah pelayanan asuhan keperawatan. dan berbeda dengan manajemen perawatan luka sebelumnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah pelayanan asuhan keperawatan. dan berbeda dengan manajemen perawatan luka sebelumnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan adalah dinamika yang terjadi sebagai sebuah tuntutan sesuai perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan kebutuhan. Perubahan diharapkan dapat berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) adalah masalah kesehatan utama di dunia yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya hormon insulin

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LEMBAR OBSERVASI No Responden = Tanggal Pengkajian = Jenis kelamin = Form Anamnesa = 1. Usia = 2. Riwayat penyakit diabetes mellitus = 3. Riwayat penyakit lainnya = 4. Riwayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Saat ini Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan penanganan yang tepat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi pasien dengan diabetes melitus. Penyembuhan luka yang lambat dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat penanganan yang seksama. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat. World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu manusia dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penderita diabetes pada area kaki dengan kondisi luka mulai dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penderita diabetes pada area kaki dengan kondisi luka mulai dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ulkus Kaki Diabetik a. Pengertian Ulkus kaki diabetik adalah luka yang dialami oleh penderita diabetes pada area kaki dengan kondisi luka mulai dari luka superficial,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin ataupun tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN

PENJELASAN PENELITIAN Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Kepada : Yth. Bapak/Ibu Responden di- Klinik Kitamura Pontianak Bersama ini disampaikan bahwa dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di program Pasca Sarjana Magister Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Suyono, 2014 Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya dimasa datang. World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat hingga menyebabkan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu. BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembahasan mengenai luka diabetik, pengetahuan dan komunikasi terapeutik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembahasan mengenai luka diabetik, pengetahuan dan komunikasi terapeutik. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka dan teori yang mendasari penelitian ini. Pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah pembahasan mengenai luka diabetik,

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang melakukan kegiatan dengan indra penglihatan (mata), pendengaran (telinga), dan penciuman (hidung)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit degeneratif seperti jantung

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN

PENJELASAN PENELITIAN LAMPIRAN 108 109 Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Kepada di tempat Yogyakarta : Yth. Bpk/Ibu Responden Bersama surat ini saya sampaikan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Magister Keperawatan Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai

Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai Laporan Khusus Hands-On Insufisiensi Vena Kronik dan Setidaknya 70 % dari semua ulkus pada tungkai berawal dari insufisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

165

165 164 165 166 167 168 169 LEMBAR PERMOHONAN PARTISIPAN Kepada Yth Calon Partisipan Penelitian Semarang, Jawa Tengah Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Stevano V. Salawaney NIM

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION. Saya yang

PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION. Saya yang PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION Lampiran 1a Tanggal : ----------------- Pukul : -------------- WIB Tempat : ------------------------ Assalamualaikum,.apa kabar bapak dan ibu?. ---------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik Perawatan Dekubitus 1. Pengertian praktik Praktik merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik). Praktik merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem sirkulasi darah merupakan salah satu sistem yang penting sebagai alat perfusi jaringan. Gangguan sistem sirkulasi cukup banyak terjadi dalam masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini gaya hidup modern dengan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga meyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kasus diabetes melitus di seluruh dunia telah meningkat dan merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010). Jumlah kematian disebabkan

Lebih terperinci

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll Manfaat Terapi Ozon Sebagai Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer untuk berbagai penyakit. Penyakit yang banyak diderita seperti diabetes, kanker, stroke, dll. Keterangan Rinci tentang manfaat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Chang, Daly,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan juga dengan perkembangan

Lebih terperinci

b) Luka bakar derajat II

b) Luka bakar derajat II 15 seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan pikir dalam menumbuhkan kepercayaan diri maupun dorongan sikap dan perilaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kemakmuran, pendapatan per kapita yang meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kemakmuran, pendapatan per kapita yang meningkat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kemakmuran, pendapatan per kapita yang meningkat dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan jumlah penderita penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit degeneratif yang jumlah penderitanya terus meningkat dari tahun ke tahun (Subekti, 2006). Menurut WHO (2005), DM menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes mellitus (DM) adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel terhadap insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

BAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) yang ada didalam darah terlalu tinggi. Tingginya kadar gula dalam darah disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO (2012) penderita DM dunia di tahun 2000 berjumlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat

Lebih terperinci

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke DM tahap komplikasi à dapat masuk semua jalur sistem tubuh manusia Komplikasi DM berat à kematian Mata Kadar gula

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit sistemik, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan kulit

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek

Lebih terperinci

Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer

Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer Kerusakan saraf akibat diabetes disebut diabetic neuropathy. Sekitar setengah dari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inaktifitas, dan sensori persepsi, bila aktifitas ini berkepanjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlahnya akan mengalami peningkatan di masa datang (Suyono, 2014). Diabetes melitus adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak

Lebih terperinci