HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE DENGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE DENGAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE DENGAN ABSTRAK TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT (Suatu Kasus di Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Kabupaten Bandung) Nurdana Fitri Lestari*, Moch. Makin**, Achmad Firman** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad nurdanafitril@gmail.com Usaha peternakan sapi perah di Indonesia saat ini didominasi oleh peternak rakyat yang kemampuan produksi dan tingkat pendapatannya masih relatif rendah serta manajemen pemeliharaan yang dilaksanakan juga masih bersifat tradisional. Tuntutan dan kepedulian konsumen terhadap mutu dan keamanan susu mendorong adanya sebuah standarisasi tatalaksana peternakan sapi perah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) dengan tingkat pendapatan peternak. Penerapan GDFP dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), perhitungan pendapatan dihitung menggunakan metode Income Over Feed Cost (IOFC), dan analisis hubungan menggunakan korelasi rank Spearman. Hasil analisis AHP menunjukan urutan prioritas penerapan GDFP oleh peternak yaitu secara berurutan reproduksi, higien pemerahan, kesehatan ternak, nutrisi (pakan dan air), kesejahteraan ternak, lingkungan, dan manajemen sosial ekonomi. Pendapatan peternak berdasarkan IOFC pada skala usaha I sebesar Rp /bulan, pada skala usaha II sebesar Rp /bulan, dan pada skala usaha III sebesar Rp /bulan. Hasil analisis korelasi Spearman dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan nyata (P<0,05) antara penerapan GDFP dan pendapatan peternak dengan koefisien korelasi sebesar 0,51 artinya hubungan cukup berarti. Kata Kunci : Good Dairy Farming Practice, Income Over Feed Cost. ABSTRACT Dairy farm in Indonesia has been dominated by smallholders. They both of milk production and income under standar level and manage dairy traditionally. The demand of consumers need milk quality and safety, therefore it drives a good practice management in dairy farm. This study was held to find out the relationship between Good Dairy Farming Practice (GDFP) with level of farmer income. The implementation GDFP was analyzed by Analytical Hierarchy Process (AHP), the level of farmer income calculation used an Income Over Feed Cost (IOFC) method, and analysis of relationship used rank Spearman corelation method. Result of the research showed respectively the priority of GDFP are reproduction aspect, and followed by milking hygiene, animal health, nutrition (feed and water), animal welfare, environment, and socio economic management. The farmer income which is based on IOFC analysis were devide into three level of incomes such as first scale is Rp /mounth, second scale is Rp /mounth, and third scale Rp /mounth. The rank Spearman corelation indicated there are positive relationship between GDFP and IOFC with 0,51 level of corelation (sufficient) and significant statistically (P<0,05). Keywords : Good Dairy Farming Practice, Income Over Feed Cost.

2 PENDAHULUAN Usaha peternakan sapi perah di Indonesia saat ini didominasi oleh peternak rakyat yang tergabung dalam koperasi peternak sapi perah. Salah satu koperasi peternak sapi perah di Jawa Barat adalah Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak orang dengan total populasi sapi perah ekor. Selama kurun waktu dua bulan yaitu dari bulan November 2014 Januari 2015 terjadi penurunan populasi sapi perah sebanyak 582 ekor. Hal yang sama hampir terjadi diseluruh wilayah Jawa Barat dimana peningkatan populasi sapi perah berjalan lamban bahkan terjadi penurunan. Beternak sapi perah merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar peternak, namun pada kenyataannya pendapatan dari usaha ini masih relatif rendah. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa keuntungan atau pendapatan yang diperoleh peternak sapi perah masih belum optimal dan memungkinkan untuk ditingkatkan. Optimalisasi pendapatan peternak dapat dipelajari melalui sudut pandang perbaikan manajemen usaha peternakan. Good Dairy Farming Practices adalah suatu standarisasi usaha peternakan sapi perah. Aspek utama dalam GDFP yaitu reproduksi ternak, kesehatan ternak, higien pemerahan, nutrisi (pakan dan air), kesejahteraan ternak, lingkungan, dan manajemen sosial ekonomi. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang tergabung dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. Penelitian dilaksanakan di Desa Margamukti karena memiliko populasi sapi perah dan peternak paling banyak di KPBS Pangalengan. Desa Margamukti terdiri dari lima Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) : Cipanas II, Los Cimaung I, Los Cimaung II, Pangkalan, dan Rancamanyar. Lokasi penelitian ditentukan dengan cara memilih dua TPK yang memiliki anggota (peternak) dan populasi ternak paling banyak yaitu Los Cimaung I dan Los Cimaung II.

3 Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multistage random sampling. Berdasarkan perhitungan rumus penentuan jumlah sampel, diperoleh jumlah total sebanyak 40 responden. Jumlah sampel pada masing-masing TPK dan Skala Usaha dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian di TPK Los Cimaung I dan Los Cimaung II per Skala Usaha Skala Usaha TPK (orang) Total Los Cimaung I Los Cimaung II I II III Jumlah Analisis mengenai penerapan GDFP menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Ranking seluruh prioritas (skala prioritas) menggunakan Pairwise Comparison (perbandingan berpasangan). Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan alat pengambil keputusan yang menguraikan suatu permasalahan kompleks dalam struktur hirarki dengan banyak tingkatan yang terdiri dari tujuan, kriteria dan alternatif (Suyatno dkk., 2011). Analisis pendapatan peternak dihitung menggunakan metode IOFC yaitu nilai yang didapat dari selisih penerimaan usaha ternak sapi perah dengan biaya pakan yang dikeluarkan. Perhitungan IOFC terlepas dari biaya lain yang belum diperhitungkan seperti upah tenaga kerja, fasilitas kandang, bibit dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam kriteria yang diamati dalam biaya variabel. Hubungan antara penerapan GDFP dengan Tingkat Pendapatan Peternak dianalisis menggunakan rank Spearman. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Desa Margamukti berada di wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Batas-batas admistratif Desa Margamukti, Utara dan Barat berbatasan dengan Desa Pangalengan, Selatan berbatasan dengan Desa Sukamanah dan Timur berbatasan dengan Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari. Perkembangan peternakan sapi perah di Kecamatan Pangalengan banyak dipengaruhi oleh keberadaan KPBS Pangalengan, yang didirikan pada tanggal 22 Maret

4 1969. Data hasil penelitian memperlihatkan bahwa usia peternak berkisar antara tahun. Pada setiap skala usaha persentase terbesar usia peternak berada pada selang usia tahun. Hal ini berarti sebagian besar peternak berada dalam usia produktif. Tingkat pendidikan formal yang dicapai peternak pada skala usaha I lebih beragam bila dibandingkan skala usaha lainnya. Peternak pada skala usaha II dan skala usaha III sebagian besar tingkat pendidikan formal yang dicapai adalah Sekolah Dasar (SD). Usaha peternakan sapi perah pada umumnya tidak hanya memelihara induk laktasi saja, tetapi juga memelihara sapi perah non produktif. Sapi perah yang non produktif terdiri dari sapi kering, pedet, dan dara yang diperuntukan untuk replacement stock. Menurut Kusnadi, dkk. (1983) bahwa dalam usaha pemeliharaan sapi perah yang ekonomis, satu ekor sapi perah yang sedang berproduksi hanya dapat dibebani 0,40 Satuan Ternak (ST) sapi perah yang belum produktif. Berdasarkan Tabel 9, pada skala usaha I satu ekor sapi produktif dibebani 0,54 ST hal ini berarti komposisi pemeliharaan sapi perah pada skala usaha I tidak ekonomis, sedangkan sapi produktif pada skala usaha II dan skala usaha III masing-masing dibebani 0,15 ST dan 0,07 ST sapi non produktif. Penerapan Good Dairy Farming Practice Good Dairy Farming Practice terdiri dari tujuh aspek, yaitu reproduksi, kesehatan ternak, higien pemerahan nutrisi, kesejahteraan ternak, lingkungan, dan manajemen sosial ekonomi. Penerapan GDFP pada setiap skala usaha disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Persentase Penerapan Good Dairy Farming Practice No Aspek GDFP Skala Usaha I II III 1 Reproduksi ternak 85,33 86,31 87,22 2 Kesehatan ternak 77 79,45 83,58 3 Higien pemerahan 82,67 86,17 86,24 4 Nutrisi (pakan dan air) 55,3 62,44 82,74 5 Kesejahteraan ternak 52,99 55,09 60,76 6 Lingkungan 49,07 51,17 56,14 7 Manajemen sosial ekonomi 36,4 51,38 57,89 Rata-rata 62,69 67,43 73,50

5 Tabel 2 menunjukan bahwa tingkat penerapan GDFP pada skala usaha III menunjukan nilai rataan tertinggi bila dibandingkan dengan skala usaha II dan skala usah I. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Sopiyana (2006) dimana tingkat tatalaksana peternakan pada skala usaha yang lebih besar, nyata lebih tinggi diabandingkan dengan skala usaha yang lebih kecil. Berdasarkan perhitungan perbandingan berpasangan terhadap aspek-aspek GDFP menggunakan metode AHP didapatkan urutan prioritas penerapan aspek-aspek GDFP oleh peternak. Urutan prioritas aspekaspek GDFP oleh peternak disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Prioritas Penerapan Aspek-aspek Good Dairy Farming Practice oleh Peternak per Skala Usaha No Aspek GDFP Ranking Skala Usaha I Skala Usaha II Skala Usaha III 1 Reproduksi Kesehatan Ternak Higien Pemerahan Nutrisi (Pakan dan Air) Kesejahteraan Ternak Lingkungan Sosial Ekonomi Reproduksi Ternak Efisiensi reproduksi adalah salah satu kriteria keberhasilan usaha peternakan sapi perah. Pengetahuan dan pengalaman peternak mengenai zooteknis khususnya performa reproduksi sangat berperan dalam mencapai tingkat efisiensi reproduksi. Rata-rata persentase penerapan GDFP aspek reproduksi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Persentase Penerapan Good Dairy Farming Practice Aspek Reproduksi No Sub Aspek Skala Usaha (%) Reproduksi I II III 1. Bangsa sapi perah yang dipelihara Cara pemilihan bibit (seleksi) 77,56 84,90 91,67 3. Cara kawin Pengetahuan birahi Umur pertama beranak Kawin pertama setelah beranak 66,67 66,67 66,67 7. Jarak kelahiran (calving interval) Service per Conception (S/C) 66,67 66,67 66,67 Rata-rata 88,86 89,78 90,63

6 Sapi FH merupakan sapi perah yang tergolong sensitif terhadap temperatur dan kelembaban. Pemeliharaan sapi FH pada ketinggian m di atas permukaan laut dengan kisaran suhu antara C memungkinkan terjadinya stres panas dan berpengaruh negatif terhadap produktivitas (Sudrajad dan Adiarto, 2011). Kondisi lingkungan Pangalengan dengan suhu sebesar C, berada pada kisaran suhu nyaman untuk berproduksi susu bagi sapi FH. Penerapan GDFP harus disertai dengan pelaksanaan seleksi untuk memilih sapi perah dengan kualitas genetik yang baik. Program seleksi dasar yang dapat dilakukan oleh peternak rakyat adalah pemilihan bibit berdasarkan silsilah (keturunan), produksi susu, dan penampilan eksterior. Cara kawin yang dilakukan adalah seluruhnya secara Inseminasi Buatan (IB). Peternak sudah mengetahui tanda-tanda birahi. Setelah mengetahui bahwa sapi birahi, peternak langsung menghubini inseminator. Rata-rata umur beranak pertama 30 bulan. Interval kawin pertama setelah beranak di lokasi penelitian sesuai dengan pendapat Toelihere (1993) yaitu rata-rata 90 hari pada birahi ke tiga, tetapi menurut Sudono, dkk. (2005) sapi FH dapat dikawinkan kembali hari (birahi kedua) setelah melahirkan. Selang beranak di lokasi penelitian sesuai dengan pendapat Izquierdo, dkk. (2008) dimana selang beranak berada pada kisaran bulan, sedangkan sapi perah di BBPTU mengalami gangguan reproduksi karena selang beranak lebih lama dari 400 hari atau 13,30 bulan (Atabany, 2012). Rata-rata nilai S/C sapi FH di lokasi penelitian adalah 2-3. Kesehatan Ternak Manajemen program kesehatan ternak bertujuan untuk menjamin susu yang dihasilkan aman dan layak dikonsumsi serta mengontrol penyakit ternak. Penerapan GDFP aspek kesehatan ternak yang dijalankan oleh peternak pada setiap skala usaha disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Persentase Penerapan Good Dairy Farming Practice Aspek Kesehatan No Sub Aspek Skala Usaha (%) Kesehatan Ternak I II III 1. Pembentukan ternak yang resisten terhadap penyakit 91,67 91,67 91,67 2. Pencegahan penyakit masuk ke dalam peternakan 68,56 70,83 79,17 3. Penerapan manajemen kesehatan ternak yang efektif 67,61 71,88 69,79 4. Penggunaan bahan kimia dan obat ternak sesuai petunjuk 80,11 83,33 93,75 Rata-rata 76,99 79,43 83,59

7 Berdasarkan Tabel 5, rata-rata penerapan GDFP aspek kesehatan ternak adalah sebesar 80%. Lebih lanjut data memperlihatkan bahwa 91,67% peternak menjamin bahwa sapi perah yang dipelihara resisten terhadap penyakit. Performa peternak dalam mencegah masuknya penyakit ke dalam peternakan rata-rata sebesar 72,85%. Biosecurity merupakan pencegahan dasar masuknya suatu penyakit. Elemen dasar biosecurity antara lain isolasi, pembersihan dan desinfeksi serta pengaturan lalulintas, dalam hal ini peternak lebih fokus terhadap kebersihan terutama kebersihan kandang. Penerapan manajemen kesehatan ternak yang efektif oleh peternak rata-rata hanya sebesar 69,76% bila dibandingkan dengan sub aspek kesehatan ternak lainnya adalah yang paling rendah. Hal ini disebabkan peternak mengesampingkan hal yang sangat penting dan mendasar yaitu catatan. Sebagain besar peternak menggunakan bahan kimia dan obat ternak sesuai petunjuk penerapannya rata-rata sebesar 85,73%. Hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan yaitu waktu henti obat. Peternak tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan waktu henti obat tetapi dokter hewan dan paramedis selalu memberikan saran bahwa selama beberapa hari ke depan susu dari sapi yang baru diobati harus dipisahkan. Hal tersebut guna mencegah adanya residu kimia pada susu. Hasil penelitian Kusmaningsih dkk. (1996) hanya 14,28% peternak yang mengetahui waktu henti obat dan sebanyak 8,16%. tidak menjual susu ke koperasi selama 2-5 hari setelah pengobatan. Higien Pemerahan Konsumen menuntut standar kualitas susu yang tinggi, di sisi lain susu adalah produk ternak yang sangat peka terhadap berbagai cemaran/ kontaminasi baik itu dari mibroba ataupun zat-zat lainnya. Penanganan susu yang pertama dan paling penting adalah pada saat proses pemerahan yang dilakukan oleh peternak. Proses higieni pemerahan melingkupi pemerah, area pemerahan, peralatan dan perlengkapan pemerahan, serta ternak sapi perah.. Penilaian aspek higien pemerahan disajikan pada Tabel 6.

8 Tabel 6. Rata-rata Persentase Penerapan Good Dairy Farming Practice Aspek Higien Pemerahan No Sub Aspek Skala Usaha (%) Higien Pemerahan I II III 1. Pemerahan tidak melukai ternak dan pencegahan masuknya 85,87 92,78 90,74 kontaminan ke dalam susu 2. Lingkungan pemerahan berada dalam kondisi yang bersih 75,57 78,99 81,25 (kandang, peralatan, dan pemerah) 3. Penanganan susu setelah proses pemerahan 86,67 86,67 86,67 Rata-rata 82,70 86,15 86,22 Berdasarkan Tabel 15 bahwa rata-rata penerapan GDFP aspek higien pemerahan adalah sebesar 85,02%. Lebih lanjut data memperlihatkan sebesar 89,80% peternak menjamin bahwa proses pemerahan yang dilakukan tidak melukai ternak dan mencegah susu terkontaminasi. Dari 40 orang peternak 14 orang diantaranya mencelupkan puting atau dipping ke dalam desinfektan sebelum atau sesudah pemerahan. Pemakaian larutan antiseptik dengan dosis 2 ml dilarutkan dalam 1 liter air sebelum pemerahan bertujuan untuk membersihkan puting dan mencegah terjadinya penyakit radang ambing atau mastitis (Suwito dan Andriani, 2012). Penerapan kebersihan lingkungan pemerahan oleh peternak sebesar 78,60%. Seluruh Peternak membersihkan kandang dan memandikan sapi secara rutin sebelum pemerahan. Sebesar 85,02% peternak sudah melakukan penanganan susu pasca pemerahan dengan baik dan benar. Peternak menyetor susu ke tempat pengumpulan susu atau TPK segera setelah pemerahan selesai. Waktu yang ditempuh peternak untuk menyetor susu ke TPK kurang lebih berkisar 5-10 menit karena TPK berada dilokasi tidak jauh dari pemukiman penduduk. Nutrisi (Pakan dan Air) Manajemen pemberian pakan pada sapi perah sangat mempengaruhi produksi susu. Nutrisi adalah kunci utama produktivitas, kesehatan, dan kesejahteraan sapi perah. Salah satu permasalahan pengembangan peternakan sapi perah di daerah adalah ketersediaan sumber pakan, terutama hijauan. Biaya pakan pada peternakan ruminansia mencapai 65-80% dari total seluruh biaya produksi. Berikut hasil penilaian GDFP aspek nutrisi (pakan dan air) pada setiap skala usaha disajikan pada Tabel 7.

9 Tabel 7. Rata-rata Persentase Penerapan Good Dairy Farming Practice Aspek Nutrisi (Pakan dan Air) No Sub Aspek Skala Usaha (%) Nutrisi (Pakan dan Air) I II III 1. Menjamin ketersediaan pakan dan air 63,64 72,22 88,89 2. Menjamin kebutuhan pakan dan air (kuantitas dan kualitas) 59,34 60,88 81,02 terpenuhi 3. Kontrol kondisi gudang pakan 45,96 58,33 77,78 4. Menjamin pakan yang dibeli berasal dari supplier yang 52,27 58,33 83,33 terjamin kualitasnya Rata-rata 55,30 62,44 82,74 Berdasarkan Tabel 14 rata-rata persentase penerapan GDFP aspek nutrisi (pakan dan air) sebesar 66,83% dan 74,92% peternak menjamin ketersediaan pakan dan air. Konsentrat utama yang digunakan oleh peternak adalah konsentrat reguler (RC) dan pellet dengan kandung protein kasar (PK) masing-masing 14% dan 17% yang diperoleh dari koperasi. Seluruh peternak pada skala usaha II dan skala usaha III memperoleh rumput dengan cara menanam sendiri sedangkan pada skala usaha I hanya sebagian peternak. Sebesar 67,08% peternak menjamin kebutuhan pakan dan air baik secara kuantitas ataupun kualitas. Sebanyak 47,85% peternak memberikan pakan kepada sapi berdasarkan usia, bobot badan, periode laktasi, dan kebuntingan. Sebagian besar peternak menyimpan persedian pakan di area dekat kandang, peternak tidak memiliki bangunan khusus yang diperuntukan untuk gudang pakan. Area penyimpanan persediaan pakan tersebut memiliki ventilasi yang baik sehingga dapat mencegah pertumbuhan jamur. Kesejahteraan Ternak Kesejahteraan ternak bertujuan menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar ternak. Kesejahteraan ternak sangat berhubungan erat dengan kesehatan, yang juga merupakan aspek GDFP. Penerapan kesejahteraan ternak memberikan efek positif terhadap produktivitas ternak. Kebutuhan-kebutuhan dasar ternak yang menjadi fokus utama kesejahteraan ternak diantaranya ternak bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari ketidaknyamanan lingkungan, bebas dari rasa sakit, cedera, dan penyakit, bebas dari cekaman dan tekanan, serta bebas bergerak dan berprilaku

10 normal. Kelima kebutuhan dasar seekor ternak tersebut dikenal dengan istilah five freedoms. Berikut hasil penilaian GDFP aspek kesejahteraan ternak pada setiap skala usaha disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Persentase Penerapan Good Dairy Farming Practice Kesejahteraan Ternak (animal welfare) No Sub Aspek Skala Usaha (%) Kesejahteraan Ternak (animal welfare) I II III 1. Bebas dari rasa lapar dan haus 48,35 46,46 54,79 2. Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan 66,67 66,67 66,67 3. Bebas dari rasa sakit, cedera, dan penyakit 84,38 94, Bebas dari cekaman dan tekanan 65,61 67,50 82,22 5. Bebas bergerak dan berprilaku normal Rata-rata 53,00 55,08 60,74 Berdasarkan Tabel 17, rata-rata persentase penerapan GDFP aspek kesejahteraan ternak sebesar 56,27%. Lebih lanjut data memperlihatkan bahwa penerapan indikator five freedoms bebas dari rasa lapar dan haus rata-rata sebesar 49,87%, nilai ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan persentase penerapan indikator five freedoms lainnya. Hal ini dikarenakan hanya sebagian kecil peternak yang memberikan air minum secara adlibitum. Kebutuhan minum ternak hanya dicukupi dari lolohan yang merupakan campuran dari pakan konsentrat yang dilarutkan dengan air hangat ataupun air dingin. Penerapan indikator five freedoms ternak bebas dari ketidaknyamanan rata-rata sebesar 67,67%. Sebagian besar peternak menggunakan kandang yang semi terbuka atau tanpa dinding, dengan demikian ventilasi berjalan baik, temparatur tidak panas, dan sinar matahari dapat masuk ke kandang. Penerapan indikator five freedoms ternak bebas dari sakit, cedera, dan penyakit rata-rata sebesar 93,06%. Pengobatan, kelahiran, pemasangan eartag dibantu oleh dokter hewan dan paramedis sehingga dapat dijamin bahwa prosedurnya dilakukan dengan baik dan benar. Penerapan indikator five freedoms ternak bebas dari cekaman dan tekanan rata-rata sebesar 71,78%. Proses tatalaksana peternakan tidak menyebabkan cekaman dan ketakutan yang menimbulkan penderitaan psikologis. Peternak harus memiliki kemampuan teknis beternak guna menghindari ternak

11 mengalami ketakutan selama proses pemeliharaan. Salah satu indikator dalam implementasi kesejahteraan ternak adalah kemampuan atau pengetahuan peternak. Kemampuan dan pengetahuan yang mutlak harus dimiliki oleh seorang peternak diantaranya mengenal ternak dalam keadaan sakit atau tidak, mengenali tingkah laku ternak, melakukan pengobatan, menguasai manajemen secara teknis, dan mengenali keadaan lingkungan. Lingkungan Peternakan sapi perah dapat menyebabkan dampak lingkungan seperti emisi GRK, perubahan iklim, pencemaran terhadap air, dan hilangnya unsur hara tanah. Pada umumnya peternak tidak memahami dampak lingkungan tersebut. Penerapan GDFP aspek lingkungan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Persentase Penerapan Good Dairy Farming Practice Aspek Lingkungan No Sub Aspek Skala Usaha (%) Lingkungan I II III 1. Implementasi sistem peternakan ramah lingkungan 49,04 34,17 35,00 2. Manajemen penanganan limbah 50,00 50,00 50,00 3. Menjamin peternakan tidak menimbulkan efek terhadap 68,18 69,44 83,33 lingkungan sekitar Rata-rata 49,04 51,20 56,11 Berdasarkan Tabel 9, rata-rata persentase penerapan GDFP aspek lingkungan sebesar 52,27%. Implementasi sistem peternakan ramah lingkungan adalah sebesar 39,40% hal ini disebabkan peternak tidak mengetahui dan menerapkan sistem peternakan berkelanjutan. Penerapan manajemen penanganan limbah sebesar 50,00%. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya peternak tidak melakukan pengolahan limbah atau kotoran ternak, namun mengalirkannya ke suatu kolam penampungan. Kotoran sapi di kolam penampungan dimanfaatkan oleh petani untuk digunakan sebagai pupuk pada lahan tanaman pangannya. Beberapa peternak pada skala usaha III memanfaatkan sendiri kotoran ternak sebagai pupuk kandang untuk digunakan pada kebun rumput atau untuk dijual. Penggunaan pupuk kandang untuk kebun rumput hanya tambahan saja, pupuk utama yang digunakan peternak adalah pupuk urea.

12 Manajemen Sosial Ekonomi Sosial ekonomi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari peternakan sapi perah. Penerapan GDFP aspek manejemen sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Persentase Penerapan Good Dairy Farming Practice Aspek Manajemen Sosial Ekonomi No Sub Aspek Skala Usaha (%) Manajemen Sosial Ekonomi I II III 1. Implementasi manajemen SDM yang efektif dan bertanggung 40,43 59,72 79,17 jawab 2. Menjamin kegiatan di dalam peternakan dilakukan dengan 34,09 50,00 50,00 aman dan kompeten 3. Manajemen keuangan 34,85 44,44 44,44 Rata-rata 36,43 51,39 57,87 Berdasarkan Tabel 10 persentase penerapan GDFP aspek manajemen sosial ekonomi sebesar 48,56%. Lebih lanjut data memperlihatkan bahwa implementasi manajemen SDM yang efektif dan bertanggung jawab pada skala usaha I labih kecil bila dibandingkan dengan skala usaha II dan skala usaha III. Hal tersebut dikarenakan pada skala usaha I mayoritas peternak tidak memiliki pekerja atau staf dari luar, pekerjaan di kandang dibantu oleh keluarga (family worker) dengan itu peternak beranggapan tidak perlu menerapkan social responsible karena pekerja merupakan anggota keluarga sendiri. Jam kerja yang diberlakukan peternak sesuai dengan jobdesc yang diberikan apabila diakumulasikan dalam satu hari pekerja bekerja rata-rata 8 jam, tetapi tidak memenuhi standar jam kerja mingguan dimana dalam satu minggu minimal dalam satu hari mendapat libur. Semua peternak pada skala usaha III memiliki pekerja (yang bukan pekerja keluarga) sehingga mereka sangat mementingkan kesejahteraan para pekerja atau staf dengan pemberian bonus. Para peternak beranggapan tidak perlu melakukan training kepada para pekerjanya kecuali kepada keluarganya. Hanya sebagian kecil peternak yang menerapkan manajemen keuangan. Hal ini disebabkan peternak hanya fokus terhadap aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan produksi. Menurut Moran (2008) dengan mengetahui biaya produksi memungkin peternak pada skala usaha

13 kecil dapat meningkatkan keuntungannya dan sangat esensial untuk menjaga keberlangsungan usaha. Analisis Pendapatan Peternak Pendapatan peternak ditentukan oleh besarnya produksi dan harga jual susu. Biaya produksi yang dikeluarkan seperti pengadaan pakan konsentrat, tenaga kerja, kesehatan ternak, dll juga menentukan tingkat pendatan peternak. Dalam hal ini, perhitungan pendapatan menggunakan analisis Income Over Feed Cost (IOFC). Penerimaan peternak atas penjualan susu dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-rata Penerimaan Peternak atas Penjualan Susu Skala Usaha Setoran Susu Rata-rata per Hari (liter/hari) Rata-rata Harga Susu (Rp/liter) Total Penerimaan (RP/bulan) I II III Rata-rata produksi susu per hari oleh masing-masing peternak antar skala usaha berbedabeda hal ini disebabkan jumlah kepemilikan sapi laktasi yang berbeda-beda pula. Harga susu ditentukan oleh kualitas dan kebersihan susu untuk saat ini harga susu dapat mencapai Rp ,- per liter yang merupakan harga tertinggi dan harga terendah mencapai Rp ,- per liter. Pendapatan peternak atas biaya pakan yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 12. Skala Usaha Tabel 12. Income Over Feed Cost Total Penerimaan (Rp/bulan) Total Biaya Pakan (Rp/bulan) Total Biaya Pakan (Rp/ST/hari) IOFC I II III Berdasarkan Tabel 12, total biaya pakan yang dikelurakan per Satuan Ternak (ST) per hari adalah Rp /ST/hari. Lebih lanjut data memperlihatkan bahwa semakin tinggi jumlah kepemilikan sapi perah semakin tinggi pula biaya pakan yang dikeluarkan per ST. Berdasarkan Tabel 12 rata-rata pendapatan peternak di lokasi penelitian adalah Rp /bulan. Lebih lanjut

14 data memperlihatkan bahwa semakin tinggi skala usaha semakin tinggi pula tingkat pendapatan yang diperoleh. Hubungan Antara Penerapan Good Dairy Farming Practice dengan Tingkat Pendapatan Peternak Penelitian ini menguji hubungan antara penerapan GDFP dengan pendapatan peternak dengan menggunakan korelasi Spearman. Berikut hasil analisis statistika disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Penerapan GDFP terhadap Pendapatan Peternak Skala Usaha Koefisien Korelasi Skala Usaha I 0,39 Skala Usaha II 0,21 Skala Usaha III 0,66 Seluruh Responden Penelitian 0,51* Keterangan : *berhubungan nyata pada P<0,05 Berdasarkan Tabel 13, hasil uji korelasi Spearman menunjukan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan positif antara penerapan GDFP dengan pendapatan peternak, nilai koefisien korelasi sebesar 0,51 (hubungan cukup berarti). Hal ini berarti semakin tinggi penerapan GDFP, maka semakin tinggi pula tingkat pendapatan peternak. Dairy Farming Practice memiliki peran sangat penting karena tidak hanya bertujuan untuk menjalankan usaha sapi perah dengan baik dan benar sesuai prosedur tetapi juga menjaga agar sapi tetap sehat, menjamin terciptanya produk susu yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, serta meminimalisir dampak lingkungan. Pendapatan utama peternak adalah penjualan susu yang dipengaruhi oleh produksi susu dan harga jual susu yang juga dipengaruhi oleh kualitas susu. Peningkatan kuantitas dan kualitas susu merupakan salah satu kondisi yang dapat dicapai dengan penerapan GDFP. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1). Penerapan GDFP pada peternakan sapi perah di KPBS Pangalengan pada skala usaha I sebesar 62,69%, skala usaha II 67,43%, dan skala usaha III 73,50%.

15 2). Urutan prioritas penerapan GDFP pada skala usaha I : pertama aspek reproduksi, kedua higien pemerahan, ketiga kesehatan ternak, keempat nutrisi (pakan dan air), kelima kesejahteraan ternak, keenam lingkungan, dan ketujuh manajemen sosial ekonomi. Urutan prioritas penerapan GDFP pada skala usaha II dan skala usaha III adalah sama : pertama aspek reproduksi, kedua higien pemerahan, ketiga kesehatan ternak, keempat nutrisi (pakan dan air), kelima kesejahteraan ternak, keenam sosial ekonomi, dan ketujuh lingkungan. 3). Pendapatan peternak berdasarkan IOFC pada skala usaha I sebesar Rp /bulan, skala usaha II Rp /bulan, dan skala usaha III Rp /bulan. 4). Hubungan penerapan GDFP dengan tingkat pendapatan peternak adalah hubungan yang positif dan signifikan pada taraf α = 5% dengan koefisien korelasi sebesar 0,51 artinya hubungan cukup berarti. Koefisien korelasi masing-masing skala usaha : skala usaha I 0,39 skala usaha II 0,21 dan skala usaha III 0,66. Saran 1). Peternak yang tingkat penerapan GDFP masih di bawah rata-rata harus aktif dan terbuka terhadap perubahan dan inovasi agar dapat menerapkan GDFP dengan baik dan benar. 2). Pihak koperasi atau Dinas Peternakan setempat harus aktif memberikan pemahaman dan informasi perihal penerapan GDFP khususnya aspek kesejahteraan ternak, lingkungan, dan manajemen sosial ekonomi yang persentase penerapannya masih rendah. Dalam hal ini, pihak koperasi atau Dinas Peternakan setempat harus memanfaatkan seoptimal mungkin para pengurus kelompok agar informasi yang disampaikan dapat segera terdistribusi secara merata pada seluruh anggota kelompok masing-masing. 3). Bagi para kalangan akademisi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan penerapan GDFP dengan tingkat pendapatan peternak pada setiap aspek GDFP untuk mengetahui aspek mana yang memiliki pengaruh lebih besar.

16 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Moch. Makin, M. S. dan Achmad Firman, S. Pt., M. Si. yang telah meluangkan waktu, bimbingan, dorongan, dan memberikan pengarahan sejak penyusunan proposal penelitian hingga penulisan skripsi. DAFTAR PUSTAKA Suyatno, M. dan A. Sugiarto Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Gagasan Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Kusnadi, U., M.P.R. Soeharto dan M. SabraniI Efisiensi usaha peternakan sapi perah yang tergabung dalam koperasi D.I. Yogyakarta. Prosiding : Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbang Peternakan, Bogor : Sopiyana, S Analisis Penerapan Teknis Peternakan pada Berbagai Skala Usaha Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Garut Jawa Barat. Animal Production. Vol. 8, No. 3 : Sudrajad, P. dan Adiarto Pengaruh Stress Panas terhadap Performa Produksi Susu Sapi Friesian Holstein di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah baturaden. Prosiding : Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Bogor : Toelihere MR Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa. Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Izquierdo, C.A., V.M.X. Campos, C.G.R. Lang, J.A.S. Oaxaca, S.C. Suares, C.A.C. Jimenez, M.S.C. Jimenez, S.D.P. Betancurt, dan J.E.G. Liera Effect of the offsprings on open days in dairy cattle. J. Ani. Vet. Adv. 7: Atabany, A Efisiensi Reproduksi dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH) pada Generasi Induk dan Generasi Keturunannya. Disertasi. IPB. Bogor. Kusmaningsih, A., T. B. Murdianti, dan S. Bahri Pengetahuan Peternak serta Waktu Henti Obat dan Hubungannya dengan Residu Antibiotika pada Susu. Media Kedokteran Hewan12 (4) : Suwito, W. dan Andriani Teknlogi Penanganan Susu yang Baik dengan Mencermati Profil Mikroba Susu Sapi di Berbagai Daerah. J. Pascapanen 9(1) :

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha peternakan sapi perah di Indonesia saat ini didominasi oleh peternak rakyat yang tergabung dalam koperasi peternak sapi perah. Salah satu koperasi peternak sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bandung Provinsi Jawa Barat. Batas-batas admistratif Desa Margamukti, Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bandung Provinsi Jawa Barat. Batas-batas admistratif Desa Margamukti, Utara 36 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografi dan Topografi Desa Margamukti berada di wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang tergabung dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. 3.2. Metode

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. yang meliputi segala aktivitas teknis dan ekonomis dalam hal pemeliharaan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. yang meliputi segala aktivitas teknis dan ekonomis dalam hal pemeliharaan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Good Dairy Farming Practice Good Dairy Farming Practice adalah tatalaksana peternakan sapi perah yang meliputi segala aktivitas teknis dan ekonomis dalam hal pemeliharaan sehari-hari

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang tergabung dalam kelompok peternak Jambu Raharja di Desa Sidajaya, Kecamatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam pemeliharaannya selalu diarahkan pada peningkatan produksi susu. Sapi perah bangsa Fries Holland (FH)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah Baturraden, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Purwokerto, Jawa Tengah. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan mendorong meningkatnya taraf hidup masyarakat yang ditandai dengan peningkatan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan tingkat pendidikan masyarakat yang pada akhirnya

Lebih terperinci

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan 19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,

Lebih terperinci

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000- IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan bagian penting dari sektor pertanian dalam sistem pangan nasional. Industri peternakan memiliki peran sebagai penyedia komoditas pangan hewani. Sapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

EFESIENSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DALAM MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS

EFESIENSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DALAM MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS EFESIENSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DALAM MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS SORT BASYA SIREGAR Balai Penelitian Teinak P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Tindakan efisiensi usaha peternakan sapi perah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ball, P. J. dan A. R. Peters, Reproduction in Cattle. Ed ke-3. Oxford United Kingdom: Blackwell Publishing.

DAFTAR PUSTAKA. Ball, P. J. dan A. R. Peters, Reproduction in Cattle. Ed ke-3. Oxford United Kingdom: Blackwell Publishing. 72 DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, A. 2003. Keragaan Produksi Susu Sapi Perah : Kajian pada Faktor Koreksi Pengaruh Lingkungan Internal. Wartazoa Vol. 13 No. 1 : 1-9. Atabany, A. 2012. Efisiensi Reproduksi dan

Lebih terperinci

PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN

PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong ISSN 1978 3000 Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong Evaluation of Application of Technical Management on Small Holder

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80--90 % dari seluruh sapi perah yang berada di sana. Sapi ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sebagai sumber protein hewani karena hampir 100% dapat dicerna.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT PADA PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI Oleh : 060810228 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi

Lebih terperinci

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BOBOT BADAN KAWIN PERTAMA SAPI PERAH FRIES HOLLAND DENGAN PRODUKSI SUSU HARIAN LAKTASI PERTAMA DAN LAKTASI KEDUA DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) PANGALENGAN JAWA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah merupakan sapi yang dapat menghasilkan susu yang dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas susu sapi perah dipengaruhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber kebutuhan protein hewani yang berasal dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek penting dalam usaha

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum PT. UPBS Pangalengan 4.1.1. Kondisi Lingkungan Perusahaan PT. UPBS (Ultra Peternakan Bandung Selatan) berlokasi di Desa Marga Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono,

Lebih terperinci

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH.... Sefyandy Adi Putra EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN EVALUATION

Lebih terperinci

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN M. Handayani, dkk Pendapatan Tenaga Kerja... PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN FAMILY LABOUR INCOME ON CATTLE FARMING IN TOROH SUBDISTRICT

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Karakteristik Sapi Perah FH (Fries Hollands) Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan dengan ternak perah lainnya. Sapi perah memiliki kontribusi

Lebih terperinci

peternaknya Mencari pemasaran yang baik Tanah dan air VIII

peternaknya Mencari pemasaran yang baik Tanah dan air VIII Faktor yang terpenting untuk mendapatkan sukses dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternaknya sendiri. Dia harus tahu bagaimana dan bila menanam modal untuk usaha peternakannya serta dia harus dapat

Lebih terperinci

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat) EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat) EVALUATION OF THE PERFORMANCE PRODUCTION OF PROGENY IMPORTED HOLSTEIN

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN PENGADAAN CALON INDUK SAPI PERAH ANTAR WILAYAH SENTRA PENGEMBANGAN SAPI PERAH

ANALISIS PEMBIAYAAN PENGADAAN CALON INDUK SAPI PERAH ANTAR WILAYAH SENTRA PENGEMBANGAN SAPI PERAH ANALISIS PEMBIAYAAN PENGADAAN CALON INDUK SAPI PERAH ANTAR WILAYAH SENTRA PENGEMBANGAN SAPI PERAH FINANCING ANALYSIS PROCUREMENT OF REPLACEMENT STOCK BETWEEN DEVELOPMENT CENTRE OF DAIRY CATTLE Iip Latipah¹,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ketersediaan susu sebagai salah satu bahan pangan untuk manusia menjadi hal

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG Putri Retno A, M. Nur Ihsan dan Nuryadi Bagian Produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Reproduksi merupakan sifat yang sangat menentukan keuntungan usaha peternakan sapi perah. Inefisiensi reproduksi dapat menimbulkan berbagai kerugian pada usaha peterkan sapi

Lebih terperinci

Respon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS

Respon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS Dwi Sulistia Anggarani*, Marina Sulistyati, dan Hermawan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA Animal Agriculture Journal 5(1): 195-199, Juli 2015 On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL

Lebih terperinci

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Makin, M. Dan Suharwanto, D., Performa Sifat Produksi dan Reproduksi Performa Sifat-Sifat Produksi Susu dan Reproduksi Sapi Perah Fries Holland Di Jawa Barat (Milk Production and Reproduction Performance

Lebih terperinci

Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Menuju Good Dairy Farming Practices pada Peternakan Sapi Perah Rakyat Pondok Ranggon

Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Menuju Good Dairy Farming Practices pada Peternakan Sapi Perah Rakyat Pondok Ranggon Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Menuju Good Dairy Farming Practices pada Peternakan Sapi Perah Rakyat Pondok (Technical aspects evaluation of dairy cow maintenance towards good dairy farming

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur memiliki potensi curah hujan antara 1.000-3.500

Lebih terperinci

Usia (tahun) Pendidikan Terakhir

Usia (tahun) Pendidikan Terakhir 77 Lampiran 1. Data Responden A. Skala Usaha I No Nama Responden TPK Usia (tahun) Pendidikan Terakhir Kepemilikan Sapi Perah (ekor) Laktasi Dara Pedet Jantan Kering Satuan Ternak 1 Ayi Komaludin Los Cimaung

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan) PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan) COMPARISON OF PRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN DAIRY COWS WITH THEIR PROGENY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein(FH) memiliki ciri badan menyerupai baji, terdapat belang berbentuk segitiga putih di dahi, warna tubuhbelang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN Produksi Susu Sapi Keturunan Pejantan Impor....Deden Dzul Fadil UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN MILK PRODUCTION TEST OF FRIESIEN HOLSTEIN DAIRY

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah FH Sapi perah Fries Holland (FH) sering dikenal dengan nama Holstein Friesian. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011).

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

IV. ANALISIS DAN SINTESIS IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,

Lebih terperinci

KAJI KOMPARATIF PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK DI KABUPATEN REJANG LEBONG

KAJI KOMPARATIF PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK DI KABUPATEN REJANG LEBONG KAJI KOMPARATIF PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK DI KABUPATEN REJANG LEBONG (Comparative Assessment of the Income of Dairy Cattle Farming Based on Ownership Scale in

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin... Afghan Arif Arandi

Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin... Afghan Arif Arandi EVALUASI ATAS KEBERHASILAN PELAKSANAAN KAWIN PERTAMA SETELAH BERANAK PADA SAPI PERAH DI KPBS PANGALENGAN EVALUATION ON THE SUCCESS OF THE FIRST MATE AFTER CALVING IN DAIRY CATTLE IN KPBS PANGALENGAN Afghan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eksistensi induk dalam usaha sapi perah sangat penting, selain sebagai asset juga sebagai faktor produksi utama dalam proses produksi. Setelah masa produktif selesai,

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Agustina Pasaribu, Firmansyah. dan Nahri Idris. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Universitas

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi saudara tiri dan regresi anak-induk berturut turut 0,60±0,54 dan 0,28±0,52. Nilai estimasi heritabilitas

Lebih terperinci

COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN

COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN PERBANDINGAN PERFORMA REPRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DAN KETURUNANNYA DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DAERAH JAWA BARAT

DAMPAK PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DAERAH JAWA BARAT DAMPAK PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DAERAH JAWA BARAT TATIT SUGIARTI dan SORI B. SIREGAR Balai Penelitian Ternak P. O. Box 221, Bogor 16002,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Tabel 1 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan 2001) No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan Korelasi (r) 2. Nilai p 3. Arah korelasi

Lebih terperinci

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1 Hubungan antara Tingkat Reproduksi Sapi Perah terhadap Tingkat Kerugian Peternak (The Relationship between Dairy Cattle s Reproductive Performance and Farmers s Economic Losses) Rangga Setiawan 1, Nurcholidah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Kondisi Lingkungan Fisik Perusahaan. PT. UPBS Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) Pangalengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Kondisi Lingkungan Fisik Perusahaan. PT. UPBS Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) Pangalengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah dan Kondisi Lingkungan Fisik Perusahaan PT. UPBS Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) Pangalengan merupakan sebuah perusahaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI. Disusun oleh: DEDDI HARIANTO NIM:

PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI. Disusun oleh: DEDDI HARIANTO NIM: PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) Pada Program Studi Peternakan Disusun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI BAB KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv vi ix xi xii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

SKRIPSI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE

SKRIPSI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE SKRIPSI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE SAPI POTONG DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMBIBITAN TERNAK DAN PENGEMBANGAN PAKAN TERNAK SALO DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI RIAU Oleh: Firdaus 11181102137

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh: Iis Soriah Ace dan Wahyuningsih Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan, STPP Bogor ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU

POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU AGROVETERINER Vol.1,No.1,Desember-2012 POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU Nisma Adhani D.A.C 1), Tri Nurhajati 2), A.T. Soelih

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

TATALAKSANA PEMELIHARAAN PEDET DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU HPT) BATURRADEN, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR

TATALAKSANA PEMELIHARAAN PEDET DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU HPT) BATURRADEN, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TATALAKSANA PEMELIHARAAN PEDET DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU HPT) BATURRADEN, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR Oleh : FOURY SURYA ATMAJA PROGRAM STUDI DIII MANAJEMEN USAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility REPRODUCTION PERFORMANCE OF BEEF CATTLE FILIAL LIMOUSIN AND FILIAL ONGOLE UNDERDISTRICT PALANG DISTRICT TUBAN Suprayitno, M. Nur Ihsan dan Sri Wahyuningsih ¹) Undergraduate Student of Animal Husbandry,

Lebih terperinci

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG Peternakan sebagai salah satu subsektorpertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 201, p -0 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH DI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin. 11 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Pada dasarnya, ternak perah diartikan sebagai ternak penghasil air susu. Menurut Makin (2011), susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar susu merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan pembangunan dalam usaha dibidang pertanian, khusunya peternakan dapat memberikan pembangunan yang berarti bagi pengembangan ekonomi maupun masyarakat. Pembangunan

Lebih terperinci