Q1 Agriculture prossiding Konferensi Internasional XVII Dan Kongres XVI Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus 20141

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Q1 Agriculture prossiding Konferensi Internasional XVII Dan Kongres XVI Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus 20141"

Transkripsi

1 Q1 Agriculture prossiding Konferensi Internasional XVII Dan Kongres XVI Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus FARMERS BEHAVIOR IN LAND CONVERSION FUNCTION AND LAND CONVERSION FUNCTION GROWTH (CASE STUDY OF RICE FIELD TO LAND RUBBER PLANTATION) IN THE CENTER OF RICE PRODUCTION AT THE EASTERN REGENCY OKU EAST PRILAKU PETANI DALAM ALIH FUNGSI LAHAN DAN PERTUMBUHAN ALIH FUNGSI LAHAN (STUDI KASUS LAHAN SAWAH KE LAHAN PERKEBUNAN KARET ) DI SENTRA PRODUKSI PADI KABUPATEN OKU TIMUR Munajat Munajat.ub@gmail.com Dosen Fakultas Pertanian Universitas Baturaja Abstract This study aimed to determine differences in the farmers behavior in conversion use from rice fields to plantation (rubber), and also analyzed the growth rate of conversion of rice fields to land rubber plantation on rice production center in the of South Sumatra of East OKU District. The results showed that farmers behavioral factors in rice land conversion to rubber plantation significant effect at confidence level α = 0.10 was a variable of farmers family members, and farmers' income from rubber and significant variables at confidence level α = 0.01 was the longest farming variable, outcome and farmer s prices of rubber while the variable that not significant effect was variable age of farmers. Growth conversion wetland to rubber in East Ogan Komering Ulu occur in almost every district was Martapura districts, Bunga Mayang, B.P. Peliung, Semendawai East, East Buay Madang, BP Bangsa Raja, Belitang MDG Raja, Belitang, Belitang Jaya, Belitang III, Belitang II, Belitang Mulya, Semendawai Suku III and Buay Madang, while the conversion land use not occur in the district Jaya Pura, Madang Jaya II, Madang Suku III, Madang SukuI, East Semendawai and Cempaka. The highest growth conversion was in the District Belitang Mulia ( % ) while lowest growth conversion function of was the District Madang Suku ( -25 % ). Key words: Farmers Behavior, Growth, Land Transfer Function I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting peranannya di dalam perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas dari peranan sektor pertanian di dalam menampung penduduk serta memberikan kesempatan kerja kepada penduduk, menciptakan pendapatan nasional dan menyumbangkan pada keseluruhan produk. Berbagai data menunjukkan bahwa di beberapa negara yang sedang berkembang lebih 75 persen dari penduduknya berada di sektor pertanian dan lebih 5 persen dari pendapatan nasionalnya dihasilkan dari sektor pertanian, serta hampir seluruh ekspornya merupakan bahan pertanian

2 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus (Todaro, 2000). Namun situasi pangan di Indonesia memperlihatkan wajah yang muram dengan adanya alih fungsi lahan pertanian menuju industri perkebunan, perumahan dan lainnya. Setiap tahun untuk luas lahan pertanian selalu mengalami alih fungsi lahan dari lahan sawah ke lahan non sawah (Anonim, 2011). Hasil penelitian empiris Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dapat diungkapkan bahwa salah satu fenomena alih fungsi lahan yang patut diwaspadai adalah yang bersifat sporadis dan berdimensi individu untuk berbagai keperluan seperti perumahan dan fasilitas lainnya (Sumaryanto et al., 2002). Pola alih fungsi lahan semacam ini sulit dikontrol, sehingga pendekatan yang dianggap paling tepat untuk menanganinya adalah dengan melibatkan masyarakat melalui inisiatif dan aksi kolektif (Anonim, 2006). Lebih lanjut menurut Irawan (2005) konversi lahan cenderung meningkat disebabkan oleh dua faktor terkait. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi yang terkonversi, maka aksesibilitas di lokasi tersebut semakin mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, meningkatnya harga lahan selanjutnya mendorong petani lain di sekitarnya untuk menjual lahannya. Terkait dengan hal tersebut menurut Wibowo (1996), pembeli tanah tersebut biasanya bukan penduduk setempat sehingga akan terbentuk lahan-lahan guntai yang secara umum rentan terhadap proses konversi lahan. Sesungguhnya maraknya fenomena alih fungsi lahan pertanian sudah seyogyanya jadi perhatian semua pihak. Sebagai ilustrasi, data terakhir dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian (Dirjen PLA, 2005) menunjukkan bahwa sekitar hektar sawah beralih fungsi ke penggunaan lain setiap tahunnya, terutama di Pulau Jawa. Lebih mengkhawatirkan lagi, data dari Direktorat Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan Nasional (Winoto, 2005) menggambarkan bahwa jika arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang ada pada saat ini tidak ditinjau kembali, maka dari total lahan sawah beririgasi (7,3 juta hektar), hanya sekitar 4,2 juta hektar (57,6 persen) yang dapat dipertahankan fungsinya. Sisanya, yakni sekitar 3,01 juta hektar (42,4 persen) terancam beralih fungsi ke penggunaan lain. Salah satu kebijakan yang dicanangkan dalam pengendalian alih fungsi lahan sawah adalah zonasi lahan sawah berdasarkan kriteria boleh dialih fungsikan, alih fungsi terbatas, dan tidak boleh dialihfungsikan atau dilindungi (BPN Sul-Sel, 2004). Secara nasional, kriteria zonasi tersebut meliputi areal sawah yang boleh dialih fungsikan dengan luas sekitar 1,04 juta hektar, berikut lahan sawah dengan alih fungsi terbatas dan yang tidak boleh dialih fungsikan atau dilindungi masing-masing lebih kurang 3,01 hektar dan 4,85 hektar. Berdasarkan data BPS Kabupaten OKU Timur (2011), tercatat luas lahan sawah di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2000 yaitu hektar dan tahun 2011 yaitu mencapai hektar. Akumulasi luas lahan sawah terus meningkat padahal mulai tahun 2007 alih fungsi lahan sawah mulai marak dilakukan oleh petani. Untuk mencegah terjadinya krisis pangan pemerintah mengeluarkan peraturan daerah yang berisi a) yang bersangkutan tersebut masuk dalam kategori rakyat miskin, dengan luas lahan yang dialih fungsikan tidak lebih dari 200 meter persegi, b) alih fungsi lahan sawah diperbolehkan jika yang bersangkutan bersedia

3 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus mengganti lahan yang dialihfungsikan tersebut dengan luas lahan yang sama di tempat yang lain (Anonim, 2011). Semakin maraknya alih fungsi lahan yang terjadi maka untuk menanggulangi terjadinya pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) Sumatera Selatan membuat Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2009 tertanggal 12 Desember 2009 untuk memperketat izin alih fungsi lahan persawahan ke non pertanian, Masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur memiliki kecenderungan menanam karet, dibandingkan mempertahankan areal sawahnya untuk ditanam padi perlu segera diwaspadai karena jika tidak diantisipasi sejak dini, bukan tidak mungkin ribuan hektar sawah irigasi teknis yang sebelumnya panen tiga kali dalam setahun, justru akan berubah fungsi menjadi hamparan kebun karet dan menjadi pemukiman dengan bangunan permanen. Setidaknya sudah puluhan hektar sawah irigasi teknis dan sawah tadah hujan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur ini yang telah berubah fungsi menjadi kebun karet. Di samping itu ada juga lahan sawah yang kini menjadi tempat pemukiman warga, dengan berdirinya bangunan permanen (Anonim, 2010). Dengan berbagai akumulasi data penelitian yang telah dilakukan maka kali ini peneliti tertarik untuk menganalisis perilaku petani dalam alihfungsi lahan sawah berupa komoditi padi ke perkebunan karet dengan pengkategorian kepemilikan lahan sempit dan luas, serta menganalisi tingkat perkembangan alihfungsi lahan di Kabupaten OKU Timur. II. TINJAUAN PUSTAKA Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktorfaktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi lahan perkebunan menjadi trend di kalangan petani. Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena menjadi petani perkebunan, khususnya ke tanaman karet sangat menjanjikan sekali. Setiap saat harga karet terus naik, kondisi ini tentunya sangat menguntungkan petani. Persoalan tidak hanya di situ. Mahalnya harga pupuk dan serangan hama penyakit terhadap sawah petani juga menjadi pemicu semakin sengsaranya masyarakat petani padi. Serta pada saat panen harga dipasaran menjadi rendah. Padahal suatu ketika dulu sawah merupakan sektor unggulan. Menurut Biro Pusat Statistik (2001) yang menyatakan, bahwa luas lahan sawah Indonesia pada tahun 1993 ± ha selanjutnya pada tahun 2000 (7 tahun) telah menyusut serius hingga menjadi tinggal seluas ha atau susutnya lahan ha atau setiap tahunnya tanah sawah Indonesia menyusut 59,167 ha. Sedangkan menurut Dit Penatagunaan Tanah BPN (1998), bahwa luas tanah sawah di Indonesia sampai tahun 1998 baik sawah irigasi teknis dan non teknis adalah ha uraiannya di P.Jawa beririgasi teknis 58%, serta 42% irigasi non teknis dan non irigasi. Di luar P.Jawa sebagian besar sawah non irigasi (>75%).

4 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus Dengan banyaknya kemungkinan-kemungkinan terjadinya alih fungsi lahan sawah maka sudah banyak para peneliti melakukan penelitian tentang alih fungsi lahan karena dampak akibat alih fungsi bukan hanya masyarakat pedesaan yang terkena impas dari adanya difisit beras tetapi juga menjadi kerawanan pangan nasional. Oleh sebab ada beberapa penelitian terdahulu terkait alih fungsi lahan antara lain: Sudaryanto (2005), bahwa selama periode telah kehilangan produksi padi sebesar 8,89 juta ton, dimana 6,86 juta ton terjadi di Pulau Jawa dan 2,03 juta ton di Luar Jawa. Ini berarti bahwa setiap tahun kita kehilangan 0,47 juta ton padi, akibat konversi lahan telah menyebabkan hilangnya setara 50,9 juta ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. Bila dihitung setara beras, maka kehilangan produksi pangan tersebut adalah sebesar 1,7 juta ton beras per tahun. Jumlah kehilangan produksi beras tersebut hampir sebanding dengan jumlah impor beras pada tahun yang berkisar antara 1,5 juta hingga 2,5 juta ton beras per tahun. Artinya, apabila konversi lahan sawah dapat ditekan maka hal itu akan memberikan dampak yagn cukup besar bagi pengadaan beras nasional. Catur et al (2010), dalam penggabungan data sekunder dari periode pada 26 daerah Kabupaten Klaten menunjukan hasil laju pertumbuhan mencapai 53%, dan 4% pertanun. Nilai konversi rendah adalah nilai positif dari perbedaan penghasilan dengan jumlah konsumsi (NPKt) di Kabupaten Klaten. Dewa et al (2012), Ada empat faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Subak Daksina, yaitu faktor kondisi lahan, faktor ketergusuran (keterkaitan dengan kondisi penduduk), faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri) dan faktor ketidakefektifan lahan. Variabel yang mewakili setiap faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Subak Daksina ada 14 variabel yaitu variabel penghasilan lahan, fungsi lahan, keadaan lahan kering, lokasi lahan, perbatasan pusat kota, keadaan lahan basah mewakili faktor kondisi lahan; variabel terhimpit pemukiman, pertumbuhan penduduk mewakili faktor ketergusuran (keterkaitan dengan kondisi penduduk); varabel nilai jual lahan, biaya produksi, kebutuhan tempat tinggal keluarga mewakili faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri) dan variabel digunakan sebagai sarana jalan, saluran irigasi, peluang kerja di sektor lain menjanjikan mewakili faktor ketidakefektifan lahan. Aminuddin (2009), Bahwa pola perkembangan alih fungsi lahan sawah tanaman pangan ke non sawah polanya tidak tentu, artinya alih fungsi lahan sawah sangat tergantung oleh banyak faktor seperti terjadinya pembangunan fisik seperti perkantoran (pemerintah, swasta) perumahan penduduk, jalan raya dan lain-lain, di suatu wilayah kecamatan di Kabupaten Gowa. Bahwa luas lahan sawah nyata berpengaruh meningkatkan produksi total tanaman padi, sedangkan luas sawah yang beralih fungsi ke non sawah belum dapat membuktikan berpengaruh menurunkan produksi padi total di Kabupaten Gowa, yang mana hasil kesimpulan tersebut di atas didukung berdasarkan hasil uji statistik pada tingkat signifikansi 5 %. Bahwa luas lahan sawah nyata berpengaruh meningkatkan produksi tanaman pangan total, sedangkan luas sawah yang beralih fungsi ke non sawah belum dapat membuktikan berpengaruh menurunkan produksi tanaman pangan total di Kabupaten Gowa, yang mana hasil ini didukung berdasarkan hasil uji secara statistik yang signifikan pada tingkat signifikansi 5 %. III. METODE PENELITIAN

5 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang merupakan daerah sentra produksi padi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode acak sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 92 sampel sementara data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yakni berupa data nominal dan ordinal dan data time series berupa data luas lahan, produksi padi dari tahun Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Untuk menjawab tujuan pertama berupa perbedaan prilaku petani dalam alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi lahan karet digunakan pendekatan model analisis diskriminan yang merupakan kombinasi dari regresi linear yaitu: D = b 0 + b 1 JAP + b 2 LBT + b 3 UPT + b 4 PDT + b 5 PRT + b 6 HKP... (1) Dimana: D = kategori kepemilikan lahan petani dalam alih fungsi lahan (sempit dan luas) b = koefisien diskriminan JAP = Jumlah anggota keluarga petani (Orang) LBT = Lama beruasahatani (Tahun) UPT = Umur petani (Tahun) PDT = Pendapatan (Rp/th) PRT = Pengeluaran (Rp/th) HKP = Harga karet (Rp/kg) Untuk menjawab tujuan kedua, berapa besar tingkat perkembangan alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dari tahun 2007 sampai 2012 maka, dilakukan analisis: yt = yo e rt atau ln y = ln Yo + rt...(2) Dimana : yt yo r t = luas lahan pertanian (padi sawah dan ladang) pada tahun t = nilai trend periode dasar = pertumbuhan luas lahan pertanian (padi sawah dan ladang) pertahun = waktu/tahun IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Prilaku Petani Berdasarkan Kategori Kepemilikan Lahan Petani Dalam Alih Fungsi Lahan Alih fungsi lahan sawah (komoditi padi) ke lahan perkebunan (karet) saat ini marak dilakukan dan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan (BPS OKU Timur, 2012), hal ini sesungguhnya sangat menghawatirkan karena terjadi di daerahdaerah sentra padi seperti Kabupaten OKU Timur, dimana Kabupaten OKU Timur merupakan daerah sentra padai Propinsi Sumatera Selatan. Prilaku petani dalam alih

6 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus fungsi lahan ini juga sifatnya sudah sangat beragam bila dilihat dari kategori kepemilikan lahan. Petani yang memiliki lahan luas (lebih besar sama dengan 0,5 ha) dan sempit (lebih kecil 0,5 ha) saat ini di Kabupaten OKU Timur semuanya tetap melalukan alih fungsi lahan dari tanaman padi ke tanaman karet. Dimana sebelumnya para petani padi yang memilki lahan sempit kurang tertarik untuk melakukan alih fungsi lahan ini. Dalam penelitian ini adapun dugaan variabel bebas penyebab terjadinya alih fungsi lahan adalah terkait beberapa faktor yakni jumlah anggota keluarga, lama berusahatani, umur petani, pendapatan petani dari komoditi padi, pengeluaran petani, dan harga komoditi karet. Hasil dari analisis dengan pendekatan analisis fungsi diskriminan disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Diskriminan Prilaku petani Dalam Alih Fungsi Lahan No Variabel Wilks Lambda F Sig Ket 1 Constan -13,916 0,908 0,690 tn 2 LBT 0,938 1,810 0,089 * 3 UPT 0,978 0,640 0,430 tn 4 JAP 0,774 0,180 0,008 ** 5 PDT 1,000 0,000 0,001 ** 6 PRT 0,897 3,204 0,084 * 7 HKP 0,997 0,072 0,090 * Sumber: Analisis data primer (2014) Keterangan : Chi Square = 17,054 Wilks lambda = 0,525 tn = tidak berpengaruh * = berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10%) ** = berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99% (α = 0,01%) Berdasarkan Tabel 1. tersebut hasil analisis diskriminan dalam hal prilaku petani dalam alih fungsi lahan sawah ke lahan tanaman karet menunjukan nilai wilks lambda sebesar 0,525, informasi ini menunjukan bahwa variabel bebas memang berbeda secara signifikan antar kedua katagori dalam kepemilikan lahan dalam prilaku petani dalam alih fungsi dari tanaman padi ke tanaman karet. Sementara nilai Chi Square sebesar 17,054 dengan angka signifikan yaitu sebesar 0,001. Sesungguhnya, ini juga menunjukan bahwa adanya perbedaan yang nyata (signifikan) antara nilai rata-rata kepemilikan lahan pada kedua kategori yaitu luas dan sempit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa memang ada perbedaan kategori lahan yaitu luas dan sempit terhadap prilaku petani dalam alih fungsi lahan sawah untuk tanaman padi ke tanaman karet dan model yang dibangun dalam persamaan ini adalah tepat dan dapat di gunakan dan dilanjutkan. Berdasarkan analisis diskriminan menunjukan bahwa dari enam variabel bebas, ada satu variabel bebas yang tidak berpengaruh nyata terhadap prilaku petani dalam alih fungsi lahan dari lahan sawah untuk tanaman padi ke tanaman karet berdasarkan kategori kepemilikan lahan luas dan sempit yaitu umur petani, hal ini sejalan dengan

7 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus hasil penelitian Pusvita (2012) yang melihat keterkaitan alih fungsi lahan dengan pendekatan korelasi. Lebih lanjut model persamaan analisis diskriminan pada Tabel 1. adalah sebagai berikut: D= - 13, ,938LBT + 0,978UPT + 0,774JAP + 1,000PDT + 0,897PRT + 0,997HKP Adapun variabel-variabel bebas yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap prilaku petani dalam melakukan alih fungsi lahan sawah ke tanaman karet pada tingkat kepercayaan α = 0,10 yaitu lama berusahatani, pengeluaran keluarga petani dan harga karet petani, sedangkan variabel bebas yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap prilaku petani dalam melakukan alih fungsi lahan sawah ke tanaman karet pada tingkat kepercayaan sig α = 0,01 yaitu jumlah anggota keluarga petani dan pendapatan petani dari usahatani karet. Dari sisi dugaan tanda koefisien menunjukan bahwa semua variabel bebas berupa jumlah anggota keluarga petani, lama berusahatani, umur petani, pendapatan petani dari usahatani karet, pengeluaran keluarga dan harga komoditi karet menunjukan sesuai dengan harapan atau sesuai dengan teori teori ekonomi yang ada. Sementara dari nilai-nilai koefisien tersebut juga dapat di ketahui bahwa pendapatan petani (PDT) merupakan variabel yang paling sensitif atau paling membedakan dua katagori kepemilikan lahan petani dalam alih fungsi lahan diikuti oleh masing-masing variabel harga komoditi karet (HKP), umur petani (UPT), lama berusahatani (LBT) dan pengeluaran rumah tangga petani (PRT) Pertumbuhan Alih Fungsi Lahan yang Terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur merupakan salah satu daerah sentra produksi beras di Sumatera Selatan dengan luas wilayah sebesar ha, terdiri dari luas lahan sawah seluas ha atau sebesar 17 persen, lahan kering seluas ha atau sebesar 49 persen, lahan hutan seluas ha atau sebesar 23 persen, lahan pemukiman seluas ha atau sebesar 3 persen, dan lahan lainnya seluas atau sebesar 8 persen. Dari Tabel 2 menunjukan penurunan luas lahan sawah terjadi hampir diseluruh kecamatan, dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur ada enam kecamatan yang memiliki pertumbuhan yang positif (adanya penambahan luas lahan sawah) yaitu Jaya Pura, Madang Suku II, Madang Suku III, Madang Suku I, Semendawai Timur dan Cempaka. Perubahan luas lahan sawah yang beralih fungsi ketanaman karet yaitu kecamatan Martapura, Bunga Mayang, B.P. Peliung, Semendawai Timur, Buay Madang Timur, B.P. Bangsa Raja, Belitang Mdg Raya, Belitang, Belitang Jaya, Belitang III, Belitang II, Belitang Mulya, Semendawai Suku III dan Buay Madang. Menurut BPS OKU Timur dari 2007 ke 2011 dapat terlihat bahwa adanya penambahan luas lahan tanaman karet pada tahun 2007 luas lahan karet sebesar hektar dan terjadi penambahan pada tahun 2012 menjadi hektar lahan tanaman karet. Pertumbuhan alihfungsi lahan sawah ke tanaman karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur terjadi dengan pesat di kecamatan Belitang Mulia dengan

8 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus pertumbuhan yaitu sebesar 115,18 persen dengan luas lahan 5.747,25 hektar dan pertumbuhan alihfungsi lahan sawah ketanaman karet yang sangat lambat bahkan dari data BPS 2012 tidak terdapat tanaman karet yaitu di Kecamatan Madang Suku I. Berdasarkan kajian ini, ada beberapa kebijakan terkait dengan permasalahan ini dalam rangka mengatasi alih fungsi lahan yang sangat tinggi untuk wilayah sentra padi atau wilayah lumbung padi seperti Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur ini. Kebijakan kebijakan tersebut harus bersifat holistik dan tidak hanya dilakukan yang sifatnya parsial. Kebijakan tersebut adalah dengan melakukan kebijakan mulai dari hulu sampai hilir pada subsektor tanaman pangan (padi) seperti kebijakan subsidi input pertanian, kebijakan harga dalam hal jaminan harga dari pemerintah, kebijakan pemasaran dalam hal jaminan pembeli yang difasilitasi oleh pemerintah daerah serta kebijakan-kebijakan lain yang terkait dengan bagaimana mendorong petani untuk tetap bertahan pada pemanfaatan lahannya untuk diusahakan komoditi padi Tabel 2. Rata-Rata Luas Lahan dan Tingkat Pertumbuhan Lahan Sawah di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Tahun Luas Lahan Tingkat Pertumbuhan No Kecamatan Alih Fungsi Lahan Padi Karet Padi Karet 1 Martapura ,40 20,88 2 Bunga Mayang ,47 5,83 12,52 3 Jaya Pura ,70 37,43 8,69 4 B.P. Peliung ,50-8,51 6,71 5 Buay Madang ,50-15,67 6,47 6 Buay Madang Timur ,50-7,79 5,38 7 B.P. Bangsa Raja ,81-2,43 6,82 8 Madang Suku II ,90 3,86 2,55 9 Madang Suku III ,50 224,03 4,84 10 Madang Saku I , Belitang Mdg Raya ,01-6,15 20,30 12 Belitang ,00-10,90 18,67 13 Belitang Jaya ,00-14,21-9,91 14 Belitang III ,35-5,19 0,33 15 Belitang II ,45-13,92 10,80 16 Belitang Mulya ,25-12,37 115,18 17 Semendawai Suku III ,40-17,19-13,58 18 Semendawai Timur ,99 65,33-11,40 19 Cempaka ,90 15,59 7,74 20 Semendawai Barat ,80 26,56 46,24 Sumber: Analisis Data Sekunder Disamping itu juga Kabupaten OKU Timur merupakan satu satunya Kabupaten di Sumatera Selatan yang telah memiliki aturan mengenai alih fungsi lahan pangan ke non pangan atau non pertanian sebagai turunan dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan pangan pertanian berkelanjutan, yakni PERDA Kabupaten OKU Timur Nomor 7 Tahun 2009 tertanggal 12 Desember

9 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus Menurut kajian Empiris Munajat (2014), kelemahan dari perda ini adalah kurangnya sosialisasi dari aturan (PERDA) ini serta eksekutor dari perda ini tidak dibahas secara jelas dan terinci siapa yang melakukan manakala terjadi pelanggaran, apakah polisis pamong praja, apakah dinas pertanian, apakah badan ketahanan pangan atau kepolisisna. Sehingga yang terjadi di lapangan kalau ada pelanggaran oleh petani maka tindak lanjutnya tidak jelas. Disamping itu juga kelemahan yang ketiga adalah koordinasi dari pihak-pihak terkait dalam mengimplementasikan perda ini sangat lemah Simpulan V. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari sisi tanda koefisien enam variabel bebas, semuanya menunjukan tanda sesuai dengan harapan atau sesuai dengan teori yang ada. 2. Analisis faktor-faktor alih fungsi lahan sawah ketanaman karet menunjukan bahwa satu variabel bebas yang tidak berpengaruh nyata terhadap prilaku petani dalam melakukan alih fungsi lahan sawah yaitu umur petani, sedangkan variabel bebas yang berpengaruh nyata (signifikan) pada tingkat kepercayaan diatas 99 % atau (α = 0,01) adalah pendapatan dan jumlah anggota keluarga petani, sedangkan variabel bebas pada tingkat kepercayaan 90% atau (α = 0,10) adalah luas lahan petani, lama berusahatani, pengeluaran dan harga karet petani. 3. Pertumbuhan alihfungsi lahan sawah ketanaman karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur terjadi di hampir setiap kecamatan yaitu kecamatan Martapura, Bunga Mayang, B.P. Peliung, Semendawai Timur, Buay Madang Timur, B.P. Bangsa Raja, Belitang Mdg Raya, Belitang, Belitang Jaya, Belitang III, Belitang II, Belitang Mulya, Semendawai Suku III dan Buay Madang, sedangkan alihfungsi lahan tidak terjadi di kecamatan Jaya Pura, Madang Suku II, Madang Suku III, Madang Suku I, Semendawai Timur dan Cempaka. Rekomendasi Berdasarkan analisis-analisis yang diuraikan maka saran yang dapat diberikan antara lain adalah: 1. Perlunya komitmen yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan sawah dengan mengeluarkan peraturan dan sangsi yang tegas untuk petani yang mengalihfungsikan lahan sawah. 2. Perhatian khusus bagi petani yang melakukan usahatani sawah untuk mendapat bantuan atau subsidi berupa saprodi serta tehnologi yang membantu meningkatkan produksi padi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. DAFTAR PUSTAKA

10 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus Aminuddin Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi Di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi-Selatan. Journal of Indonesian Applied Economics.Vol. 3 No. 1 Mei 2009, 1-9 Anonim Penyusunan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Kerjasama Direktorat Pangan dan Pertanian-Kantor Menteri Negara Perencanaan Nasional dengan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta.dalam Bappenas dan PSE-KP. Anonim Luas Lahan Dan Produksi Sawah Irigasi Teknis di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur tahun Badan Pusat Statistik OKUT. Anonim. 2011a. Awasi Secara Ketat Alih Pungsi Lahan. (, okutimurkab.go.id/latest/okut-awasi-secara-ketat-alihpungsi -lahan dalam Bagian Hukum Setda OKU Timur, diakses 3 desember 2013). Anonim. 2011b. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan Di JawaBarat.( -alih-fungsi-lahan-pertanian-terhadap-ketahanan-pangan-di-jawa-barat dalam Harian TarungNews.html, di akses 25 Desember 2013). BPN Sulsel Laporan Tahunan. Badan Pertanahan Nasional (BPN), Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar. BPS Pusat Statistik Indonesia.Jakarta. Catur et al Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian Terhadap Ketersediaan Beras di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis UNS. Klaten. Dewa et al Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Studi Kasus di Subak Daksina, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata. Vol. 1, No. 1, Juli Direktorat Penatagunaan Tanah BPN.1998.Himpunan Makalah yang Berkaitan Dengan Kebijaksanaan Pertanian.Publikasi 28.Jakarta. Dirjen PLA Strategi dan Kebijakan Pengelolaan Lahan. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian. Jakarta. Pusvita, E Analisis Keeratan Hubungan Pendapatan Petani Setelah Melakukan Alih Fungsi Lahan Sawah ke Tanaman Karet dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan di Desa Nusaraya Kecamatan Belitang III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Skripsi tidak terpublikasi. Irawan, B Konversi Lahan Sawah:Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya dan Faktor Determinasi, Forum Penelitian Agro Ekonomi 23(1):1-8 Lestari, T Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. ( diakses 16 Maret 2014). Munajat Kinerja Petugas Penyuluh Pertanian dalam Mengimplementasikan PERDA nomor 7 Tahun 2009 Tentang Izin Alih Fungsi Lahan Persawahan ke Non Pertanian di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Dalam Prosiding Internasional Conference on Malaysia-Indonesia Relation Persidangan Antarabangsa Hubungan Malaysia-Indonesia (PAHMI).

11 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia PERHEPI, tanggal 28 agustus Wibowo, S.C Analisis Pola Konversi Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Beras: Studi Kasus di Jawa Timur.Bogor: Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor. Winoto, J Kebijakan pengendalian alih fungsi tanah pertanian dan implementasinya. Seminar Sehari Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian Lahan Pertanian Abadi, Jakarta. Sudaryatno, T Konversi Lahan dan Produksi Pangan Nasional. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Sumaryanto et al Masalah Pertanahan di Indonesia dan Implikasinya terhadap Tindak Lanjut Pembaruan Agraria. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 20, Nomor.2, Desember Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Todaro, Micahel P Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat) Ade Rezkika Nasution*),

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan pertanian dapat memberikan banyak manfaat seperti dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH THE RATE OF THE AGRICULTURE LAND CONVERSION AND THE IMPACTS OF THE AGRICULTURE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 8 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014 PEMERINTAH KABUPATEN OKU TIMUR RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 KODE 1.01.01 Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI ( Studi Kasus : Di Desa Landangan Kecamatan Kapongan )

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI ( Studi Kasus : Di Desa Landangan Kecamatan Kapongan ) DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI ( Studi Kasus : Di Desa Landangan Kecamatan Kapongan ) Oleh : Puryantoro*), Sulistyaningsih**) *). Alumni Fakultas Pertanian Universitas Abdurachman

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno 1, Sugihardjo 2 dan Umi Barokah 3 1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Deli Serdang) Faoeza Hafiz Saragih* Khairul Saleh Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN MAGELANG (Studi Kasus di Kecamatan Mertoyudan)

DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN MAGELANG (Studi Kasus di Kecamatan Mertoyudan) DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN MAGELANG (Studi Kasus di Kecamatan Mertoyudan) Choirul Chafidhoh 20120210071 Program Studi Agroteknologi Dosen Pembimbing: 1. Dr.Ir.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan ruang darat yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memanfaatkan lahan dalam wujud penggunaan lahan. Penggunaan lahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dengan sungai yang banyak dan besar. Hal ini memberikan potensi yang besar bagi pengembangan lahan pertanian

Lebih terperinci

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN TERHADAP PRODUKSI BERAS DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGERANG)

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN TERHADAP PRODUKSI BERAS DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGERANG) JURNAL KETAHANAN NASIONAL NOMOR XIX (1) April 2013 Halaman 12-19 DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN TERHADAP PRODUKSI BERAS DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGERANG) Dyah May

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN Ririn Utari 1, Nyimas Arnita Aprilia 2 Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang

Lebih terperinci

DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH Kasdi Subagyono Pesatnya pembangunan sektor industri, perumahan, transportasi, wisata dan sektor perekonomian lainnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Martapura, 11 Agustus 2010 Kepala BPS OKU Timur, Ir. DJONI NIP

Sekapur Sirih. Martapura, 11 Agustus 2010 Kepala BPS OKU Timur, Ir. DJONI NIP HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 DATA AGREGAT PER KECAMATAN Angka Sementara Kabupaten OKU Timur Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Sekapur Sirih Pelaksanaan Sensus Penduduk 2010 (SP2010)

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI J. Agroland 23 (1) : 64 69, April 2016 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI The Analysis of Income

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana

TINJAUAN PUSTAKA. dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Karet Rakyat Melakukan Peremajaan Karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Karet Rakyat Melakukan Peremajaan Karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Karet Rakyat Melakukan Peremajaan Karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu Oleh: Septianita Abstract The research aims to know the factor that influence rubber farmer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat telah menempuh berbagai cara diantaranya dengan membangun perekonomian yang kuat, yang

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS MAHASISWA. TERHADAP KETAHANAN PANGAN SERTA ALTERNATIF SOLUSI PEMECAHANNYA 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKMP-AI ( ) PKM-GT

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS MAHASISWA. TERHADAP KETAHANAN PANGAN SERTA ALTERNATIF SOLUSI PEMECAHANNYA 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKMP-AI ( ) PKM-GT HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS MAHASISWA 1. Judul Kegiatan :DAMPAK KONVERSI SAWAH IRIGASI TEKNIS TERHADAP KETAHANAN PANGAN SERTA ALTERNATIF SOLUSI PEMECAHANNYA 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKMP-AI ( ) PKM-GT

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO J. Agroland 17 (3) :233-240, Desember 2010 ISSN : 0854 641 EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO Production Factor Efficiency and Income

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun 58 Bab IV Analisis Hasil Penelitian Secara umum, bab ini akan mengkaji mengenai alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan non sawah di wilayah Pantai Utara jawa Barat. Kemudian hubungan antara jumlah

Lebih terperinci

PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA

PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi newguck@gmail.com Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

SKALA USAHATANI PADI DI BEBERAPA LOKASI LUMBUNG PANGAN DI SUMATRA SELATAN

SKALA USAHATANI PADI DI BEBERAPA LOKASI LUMBUNG PANGAN DI SUMATRA SELATAN SKALA USAHATANI PADI DI BEBERAPA LOKASI LUMBUNG PANGAN DI SUMATRA SELATAN Yanter Hutapea dan Abdullah Bamualim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatra Selatan Jl. Kol. H. Barlia Km. 6 PO Box 1265,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati* ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA Mawardati* ABSTRACT This research was conducted at the betel palm farming in Sawang subdistrict,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Praja Sembiring*), Tavi Supriana**), Siti Khadijah**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dihadapi pada saat ini. Masalah pertama yaitu kemampuan lahan pertanian kita

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA RAMBAH HILIR TENGAH KECAMATAN RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA RAMBAH HILIR TENGAH KECAMATAN RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRACT ANALISIS FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA RAMBAH HILIR TENGAH KECAMATAN RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU Sri Wahyuni 1, Ikhsan Gunawan 2, Edward Bahar 3 1 Students of

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN Oleh : Ir. Iwan Isa, M.Sc Direktur Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan Nasional PENGANTAR Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan bangsa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALYSIS EFFECT OF INPUT PRODUCTION FOR CASSAVA FARMING IN SUKASARI

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU 189 Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan hal yang penting bagi siapapun manusia dan dimanapun ia berada. Kebutuhan manusia akan pangan harus dapat terpenuhi agar keberlansungan hidup manusia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN POTENSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Lahan Pertanian (Sawah) Luas (km 2 ) Lahan Pertanian (Bukan Sawah) Luas (km 2 ) 1. Irigasi Teknis 15.250 1. Tegal / Kebun 30.735 2. Irigasi Setengah Teknis

Lebih terperinci

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran 151 Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran V.1 Analisis V.1.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Dalam analisis alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan dibatasi pada tanaman pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

Community Development di Wilayah Lahan Gambut

Community Development di Wilayah Lahan Gambut Community Development di Wilayah Lahan Gambut Oleh Gumilar R. Sumantri Bagaimanakah menata kehidupan sosial di permukiman gambut? Pertanyaan ini tampaknya masih belum banyak dibahas dalam wacana pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Rizky Rangga Wijaksono 1 Ardy Maulidy Navastara 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting dalam pembangunan pertanian Indonesia masa depan mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

Lisa Oktaviani 1, Azhar 1, Mustafa Usman 1*

Lisa Oktaviani 1, Azhar 1, Mustafa Usman 1* ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PETANI TERHADAP USAHATANI PADI SAWAH KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT (Income Analysis And The Factors That Influence Farmer s Interest

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING POTATO FARMING INCOME IN BENER MERIAH DISTRICT PROVINCE OF ACEH

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air,yang biasanya ditanami padi sawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasional diantaranya sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Pertanian Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti sebagai tempat hidup, tempat mencari nafkah. Lahan merupakan

Lebih terperinci

ICASEPS WORKING PAPER No. 92

ICASEPS WORKING PAPER No. 92 ICASEPS WORKING PAPER No. 92 Alih Fungsi Lahan Sawah dan Strategi Pengendaliannya di Provinsi Sumatera Selatan Muhammad Iqbal Mei 2007 Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Indonesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, peran tersebut antara lain adalah bahwa sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci