BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimaksud disini adalah mereka yang memiliki peran dan tanggung
|
|
- Glenna Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, berkembangnya suatu lembaga tergantung pada sumber daya manusia yang memiliki produktivitas yang tinggi dan berkualitas. Sumber daya yang dimaksud disini adalah mereka yang memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan pengalaman sumber daya manusianya. Di lembaga pemerintah seperti Dinas Sosial misalnya, kemajuan dinas sosial dalam menjalankan peranannya tidak lepas dari sumber daya yang ada, dimana sumber daya tersebut haruslah yang bermutu dan berkualitas, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Sumber daya yang dimaksud disini adalah para pekerja sosialnya. Dalam masyarakat, konotasi Pekerja Sosial bervariasi. Paling tidak ada tiga pandangan tentang Pekerja Sosial. Pandangan pertama melihat Pekerja Sosial sebagai setiap orang yang melakukan kegiatan sosial, yaitu kegiatan menolong orang lain tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan, berdasarkan rasa kemanusiaan, dan ajaran agama. Pandangan kedua melihat Pekerja Sosial sebagai orang lulusan atau alumni perguruan tinggi jurusan kesejahteraan sosial atau pekerjaan sosial. Mereka telah mengikuti pendidikan formal minimal strata satu (S 1 ) atau Diploma IV (D IV ). Mereka dapat bekerja di lembaga pemerintah, swasta, maupun praktik mandiri. Pandangan ketiga melihat Pekerja Sosial sebagai orang yang menduduki jabatan fungsional Pekerja Sosial. Jabatan 1
2 2 fungsional Pekerja Sosial diperuntukan khusus bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sehingga Pekerja Sosial dalam konteks ini adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial dan pengembangan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial di lingkungan instansi pemerintah maupun pada badan atau organisasi sosial lainnya. Untuk itu, kedudukan Pekerja Sosial adalah sebagai pelaksana teknis fungsional, yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial pada instansi pemerintah maupun badan/ organisasi sosial lainnya. Pembahasan Pekerja Sosial di sini, lebih memfokus kepada pandangan yang ketiga ini. Pekerja Sosial merupakan profesi yang belum banyak diketahui masyarakat secara luas. Oleh karena itu tidak perlu heran jika ada sebagian masyarakat menafsirkan keliru terhadap profesi ini karena hanya pihak-pihak atau instansi-instansi tertentu yang mengenalnya. Pekerja sosial sama halnya dengan profesi yang lainnya, Pekerja sosial juga disebut sebagai suatu profesi karena memiliki kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria tersebut yaitu seorang pekerja sosial harus memiliki kerangka pengetahuan, nilai dan ketrampilan atau keahlian dalam pelaksanaan kegiatannya. Menurut Tara Kuther Ph.D adalah pekerja sosial adalah seorang pekerja sosial yang paling sering bekerja dengan orang lain membantu mereka mengelola kehidupan sehari hari mereka, memahami dan beradaptasi dengan penyakit cacat, kematian, dan memberikan pelayanan sosial, seperti perawatan kesehatan, bantuan pemerintah dan bantuan hukum.
3 3 Pekerjaan sosial sebagai sebuah profesi dikembangkan sebagai komponen praktis dari kesejahteraan sosial, yang menerapkan hasil-hasil kajian kesejahteraan sosial tentang kehidupan sosial manusia. Mengingat begitu banyaknya masalahmasalah sosial yang terus terjadi, dibutuhkan sinergi yang baik antara pemerintah, masyarakat dan lembaga sosial pemerintah sebagai penentu kebijakan, masyarakat sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar yang turut memberikan sumbangsihnya, dan lembaga sosial sebagai eksekutor di lapangan yang mendapat mandat dan kepercayaan penuh, baik dari pemerintah maupun masyarakat luas. Selain tingkat pendidikan dan pengalaman, Pekerja sosial juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang yang akan menjadi sasarannya agar apa yang menjadi targetnya bagi sasarannya dapat berhasil. Selain dari itu, pekerja sosial juga harus selalu memiliki cara-cara atau metode-metode yang menarik, menyenangkan atau tidak membosankan bagi sasarannya agar sasaran tersebut tidak merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti kegiatan pembinaan, sehingga pekerja sosial menghasilkan peran yang maksimal. Peran diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Perlu diketahui bahwa untuk dapat menunjang perannya, pekerja sosial perlu mengadakan usaha-usaha pengembangan diri, misalnya dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan yang dibuat oleh pemerintah yang dikhususkan bagi para pekerja sosial mengenai kegiatan pembinaan dan pelatihan. Dalam UU nomor II tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
4 4 melaksanakan fungsi sosialnya. Maka dipastikan bahwa pekerja sosial yang mampu untuk menciptakan kesejahteraan sosial adalah mereka yang benar-benar memiliki kualitas terbaik. Salah satu masalah kesejahteraan sosial yang menjadi sasaran pekerja sosial yaitu mengenai masalah tunalaras (eks psikotik). Seperti yang diketahui, merupakan salah satu dampak negatif dari modernisasi dunia. Mereka yang biasa disebut sebagai penyandang cacat eks psikotik atau orang gila (stress) dapat diibaratkan sebagai bayangan hitam kehidupan manusia, yang selalu dikecam dan dikutuk oleh masyarakat karena tingkah lakunya yang tidak susila. Mereka disebut sebagai orang-orang yang melanggar norma moral, adat dan agama. Menurut Hallahan & Kaufman (dalam Mohammad Efendi, 2006 : 142) mengemukakan bahwa sebutan anak berkelainan perilaku (tunalaras) didasarkan pada realitanya bahwa penderita kelainan perilaku mengalami problema intrapersonal secara ekstrem. Dalam peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat. Sementara masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah anak nakal. Seperti halnya istilah dan defenisi mengenai tunalaras juga beraneka ragam. Dalam menkaji latar belakang tunalaras kita harus melihat penyebab korban tunalaras dari berbagai hal yang menjadi penyebab tunalaras. Secara umum faktor penyebab dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (1) faktor internal yaitu faktor langsung yang berkaitan dengan kondisi individu seperti kondisi fisik dan psikisnya, contohnya : anak idiot dan ikiran yang terganggu (2) faktor
5 5 eksternal faktor yang berasal dari luar individu terutama lingkungan, sekolah, dan masyarakat. (Patton,1991:195). Dalam upaya penanganan masalah sosial tersebut, pemerintah provinsi Sumatera Utara maupun Dinas Sosial Tingkat I Provinsi Sumatera Utara melaksanakan usaha-usaha pelayanan secara nyata melalui sarana dan prasarana yang ada, UPT Unit Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi merupakan tempat pelayanan sosial bagi para penyandang masalah tunalaras untuk menerima pelayanan kearah kehidupan yang mandiri dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan masyarakat. Sarana rehabilitasi UPT Unit Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi terletak di jalan Letjend Jamin Ginting, kecamatan Berastagi, kabupaten Karo. Sarana rehabilitasi ini terdiri dari dua bagian, yaitu yang pertama bagian tunasusila yang biasa disebut Parawasa, dimana panti ini berfungsi sebagai tempat merehabilitasi para wanita tunasusila yang terjaring razia yang dilakukan oleh pihak-pihak dinas sosial dan yang kedua adalah bagian tunalaras yang biasa disebut Pejoreken, dimana panti ini berfungsi sebagai tempat untuk merehabilitasi orang-orang yang memiliki masalah gangguan mental dan jiwa. Penelitian ini mengkhususkan membahas mengenai bagian tunalaras saja karena judul yang diangkat adalah mengenai peranan pekerja sosial dalam pembinaan korban tunalaras yang selanjutnya dipanti ini disebut sebagai warga binaan. Sasaran kesejahteraan sosialnya adalah para warga binaan yang sedang menjalani masa rehabilitasi di panti ini. Dalam rangka untuk merubah sikap dan perilaku warga binaan yang dianggap melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat, maka senantiasa dilakukan pembinaan kepada mereka. Bentuk
6 6 pembinaan yang dilakukan ialah 1. Pembinaan Bimbingan fisik, (bentuk kegiatan berupa senam pagi setiap hari jam wib, dibawah bimbingan petugas yang telah ditetapkan, sedangkan kebersihan diri dan lingkungan sehari hari merupakan kegiatan rutin sehari hari) 2. Pembinaan bimbingan kontak social (bentuk kegiatan berupa bimbingan keagamaan dan budi pekerti yang bersifat klasikal yang dalam prakteknya sholat wajib berjamaah di musholah lima waktu sehari). Jum,at memberikan ceramah agama dan pengajian pembimbing kerohanian, sedangkan bimbingan mental psikologi, dilaksanakan untuk mengulagi kegiatan. 3. Pembinaan bimbingan keterampilan, bentuk keterampilan yang diberikan berupa pertanian bercocok tanam dan membersihkan lingkungan. Awal mula berdiri UPT Unit Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras pada tahun 1974 oleh Depatemen Sosial Republik Indonesia, kemudian pada tahun 1979 disempurnakan menjadi panti dan pada tahun 2001 diserahkan dari Departemen Sosial Republik Indonesia ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang terletak di Jl. Jamin Ginting, desa raya Kecamatan Kabanjahe kabupaten Karo oleh Dinas Sosial, dengan tujuan utama pelayanan warga binaan penyandang masalah kesejahteraan cacat mental dan psikotik ini adalah pulihnya kemauan, kemampuan, dan harga diri penyandang cacat mental eks psikotik, sehingga mereka nantinya dapat melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari hari serta dapat bergaul dan dapat mengembangkan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Kini nama lengkap dari panti sosial ini adalah UPT Unit Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi. Adapun Visi dari UPT ini adalah Terwujudnya Sumatera Utara yang sejahtera, mandiri dan bebas dari permasalahan
7 7 kesejahteraan sosial. Untuk merealisasikan Visi dan Misi yang ingin diupayakan sebagai pemberi arah program kegiatan adalah : 1. Meningkatkan mutu pelayanan di UPT Unit Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi, sebagai salah satu lembaga yang memberikan pelayanan dan rehabilitasi tunalaras. 2. Mengembangkan Citra UPT Unit Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi sebagai sarana bagi tunalaras kembali ketengah tengah penghidupan masyarakat yang normal. Namun di lapangan peneliti menemukan bahwa mereka yang disebut sebagai pekerja sosial dipanti sosial ini belum bisa dianggap sebagai pekerja sosial yang profesional karena semuanya belum memiliki dasar pendidikan yang cocok dalam memberikan pembinaan. Terlihat bahwa dasar pendidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan program bimbingan yang diberikan kepada warga binaan. Hal inilah yang dapat menghambat kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh pekerja sosial tersebut. Mereka yang berprofesi sebagai pekerja sosial di panti sosial ini adalah bukan dari lulusan Pendidikan Luar Sekolah dan Ilmu kesejahteraan Sosial sehingga pengetahuan yang mereka miliki hanya pengetahuan yang diperoleh secara otodidak atau diperoleh sendiri setelah menjadi seorang pekerja sosial sehingga mereka belum bisa dikatakan melaksanakan perannya sebagai pekerja sosial yang profesional. Hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan, karena kegiatan pembinaan bagi warga binaan ini adalah suatu hal yang benar-benar harus dipegang oleh ahlinya yang mengerti mengenai kegiatan pembinaan.
8 8 Dalam prakteknya dilapangan, semua kegiatan pembinaan dan keterampilan diberikan bukan hanya para pekerja sosial saja, tetapi juga oleh stafstaf yang bekerja di kantor yang seharusnya bertugas mendata atau hanya sekedar sebagai security saja, yang notabene benar-benar tidak mengerti mengenai apa sebenarnya yang menjadi tugas dari seorang pekerja sosial. Kegiatan pembinaan diberikan oleh tujuh orang, empat diantaranya adalah pekerja sosial dan yang lainnya adalah staf-staf dan penjaga pantiyang bekerja di kantor, namun dari tujuh orang tersebut, yang memiliki dasar pengetahuan yang berhubungan dengan pekerja sosial dan ilmu kesejahteraan sosial hanya berjumlah namun semua pekerja panti adalah tamatan sekolah menengah umum. Oleh karena itu muncul pertanyaan, bagaimanakah Peranan pekerja sosial dalam pembinaan korban tunalaras berastagi, apakah baik atau malah sebaliknya, mengingat bahwa yang memberikan pembinaan adalah orang-orang yang tidak memiliki dasar pengetahuan dalam pembinaan dan kesejahteraan sosial. sehingga penulis mengangkat judul mengenai Peranan Pekerja Sosial Dalam Pembinaan Korban Tunalaras di UPT Unit Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Para pekerja sosial yang memberikan pembinaan kepada korban tunalars di panti sosial ini belum semuanya memiliki pengetahuan dalam bidang kesejahteraan sosial dan membina tunalaras.
9 9 2. Keterampilan yang diberikan oleh pekerja sosial kepada warga binaan tidak sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga sulit bagi mereka untuk mengembangkannya. 3. Para pekerja sosial belum menjalankan peranannya secara professional. 4. Korban tunalaras dibina bukan hanya oleh pekerja sosial tetapi juga oleh para staf dan pegawai panti. C. Batasan Masalah Agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah, maka dibuatlah batasan masalah penelitian. Adapun batasan masalah penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : Peranan Pekerja Sosial Dalam Pembinaan Korban Tunalaras di UPT Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi. D. Rumusan Masalah Masalah merupakan kesenjangan antara sesuatu yang diharapkan dengan kenyataan, dan cara untuk pemecahan masalah tersebut harus segera diambil. Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah peranan pekerja sosial dalam membina warga binaan di UPT Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi? 2. Bagaimanakah pentingnya kegiatan pembinaan bagi warga binaan di UPT Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi? 3. Bagaimanakah pentingnya peranan pekerja sosial dan pentingnya kegiatan pembinaan di UPT Unit Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi?
10 10 E. Tujuan Penelitian Suharsimi Arikunto (2002 : 52) menyatakan bahwa tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Oleh sebab itu menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang penting, karena setiap kegiatan penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peranan pekerja sosial dalam membina korban tunalaras di UPT Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi? 2. Untuk mengetahui kondisi korban Tuna laras di UPT Pelayanan Teknis Sosial Tunalaras Berastagi? F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat praktis a. Dapat menambah pengetahuan dan pengembangan bagi pekerja sosial dalam menentukan langkah pembinaan yang lebih optimal terhadap warga binaan. b. Sebagai bahan masukan bagi panti dan dinas sosial dalam pembinaan rehabilitasi warga binaan. 2. Manfaat teoritis a. Sebagai bahan masukan dalam menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan karya ilmiah. b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
70 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, a. bahwa setiap warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya, perbedaannya terletak pada kelainan bentuk dan keberfungsian sebagian fisiknya saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan hidup baik kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani maupun
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia menginginkan kehidupan yang baik yaitu terpenuhinya kebutuhan hidup baik kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani maupun kebutuhan sosial. Manusia
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PELAYANAN SOSIAL WANITA TUNA SUSILA (WTS) UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PARAWASA PEJOREKEN DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA DI BERASTAGI
EFEKTIVITAS PELAYANAN SOSIAL WANITA TUNA SUSILA (WTS) UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PARAWASA PEJOREKEN DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA DI BERASTAGI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Secara umum timbulnya gangguan jiwa pada seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa muncul karena menurunnya fungsi mental pada seseorang sehingga implikasi dari penurunan fungsi tersebut ialah orang dengan gangguan jiwa akan bertingkah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Sebagai ibukota negara, Jakarta telah mengalami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai ibukota negara, Jakarta telah mengalami pembangunan fisik dan ekonomi yang berjalan pesat, menjadi suatu kota metropolitan. Namun pada sisi lain, Jakarta juga terkena
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1167, 2017 KEMENSOS. Standar Nasional SDM Penyelenggara Kesejahteraan Sosial. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang,
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO, Menimbang
Lebih terperinciPENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)
PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PELAYANAN PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW) PARAWASA BERASTAGI
EFEKTIVITAS PELAYANAN PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW) PARAWASA BERASTAGI SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik OLEH: RANDI MARANATHA
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Rumah Singgah Anak Mandiri A. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Provinsi merupakan unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1950 jumlah lanjut usia di dunia sebanyak 205 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2000 telah meningkat menjadi 606 juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan, maka pelaksanaannya harus berada dalam proses
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA Instansi : DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Visi : Terwujudnya Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja yang Produktif dan Percepatan Penanganan Masalah Mendukung Terwujudnya
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 104 TAHUN 2016
SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai
69 BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai Rehabilitasi Data hasil penelitian lapangan memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa pada awal anak tuna netra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi saat ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah maju pesat, ditandai dengan semakin berkembangnya segala kegiatan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,
PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Sosial Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting untuk memajukan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting untuk memajukan suatu negara terutama negara berkembang seperti Indonesia dikarenakan kurangnya sumber daya modal dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial secara umum di Indonesia mencakup berbagai jenis masalah yang berkaitan dengan anak. Saat ini Departemen Sosial menangani 26 jenis PMKS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam bagi eks penderita psikotik di Unit Rehabilitasi Sosial Bina Sejahtera Kendal I
128 BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam bagi eks penderita psikotik di Unit Rehabilitasi Sosial Bina Sejahtera Kendal I Hasil yang dapat diketahui bahwa yang dimaksud penyandang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA
WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN, PENGEMIS, TUNA SUSILA DAN ANAK JALANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT
1 Menimbang WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt
jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan kesehatan. Pentingnya pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing serta mempertahankan diri dari
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 10 TAHUN 2007 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA D I N A S S O S I A L KABUPATEN PARIGI MOUTONG DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju sekarang ini, bangsa Indonesia berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus, anak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus, anak tunagrahita sedang mengalami gangguan dalam perkembangan mental. Gangguan tersebut diakibatkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Untuk itu masalah pendidikan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BIMBINGAN LANJUT DAN RUJUKAN BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadapi dewasa ini dan di masa datang mensyaratkan perubahan paradigma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional yang dihadapi dewasa ini dan di masa datang mensyaratkan perubahan paradigma kepemerintahan, pembaharuan
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA. Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas
BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA A. Pengertian dan Domisilih Lembaga Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta yang
Lebih terperinciDr. Alamsyah, M.Hum. Drs. Sugiyarto, M.Hum
POTRET DI JEPARA Dr. Alamsyah, M.Hum Drs. Sugiyarto, M.Hum Penerbit Madina dan Pemda Kabupaten Jepara. Desember 2012 i Permasalahan Sosial dan Strategi Penanganan Potret di Jepara Diterbitkan Desember
Lebih terperinciRENCANA STRATEJIK DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2008
RENCANA STRATEJIK DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2008 VISI : Masyarakat Peduli UKS, PMKS Terentas dan Kehidupan Mental Spiritual Kondusif pada Tahun 2015
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia cara bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai ragam tujuan. Aktivitas di dalam instansi pemerintah selalu diarahkan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI
SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN, PENGEMIS (GEPENG) DAN ANAK JALANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI Menimbang
Lebih terperinciRPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 101
TARGET SASARAN MISI Rehabilitasi Sosial % 2.7 2.7 2.88 3.08 3.18 3.18 3.18 3.18 Dinas Sosial Jumlah PMKS telah direhabilitasi dalam 1 tahun dibagi Jumlah PMKS direhabilitasi x % sasaran : penyandang cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai karakter yang ada pada diri anak bangsa seperti rasa peduli terhadap etika dan sopan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia
Lebih terperinciDalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban untuk mewujudkan visi dan misi organisasinya sehingga visi dan misi Pemerintah dapat terwujud dengan
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah ketatnya persaingan dalam memasuki dunia kerja, para calon tenaga kerja dituntut untuk memiliki mental kuat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai latar belakang berdirinya perpustakaan mengakibatkan beraneka-ragam pandangan orang ketika mendefinisikan sebuah perpustakaan. Ketika dilihat dari sisi koleksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan hingga sepanjang hidupnya, manusia tidak lepas dari suatu kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan. Dewasa ini, masyarakat sering memandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciTENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LINGKUNGAN PONDOK SOSIAL KEPUTIH PADA DINAS SOSIAL KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LINGKUNGAN PONDOK SOSIAL KEPUTIH PADA DINAS SOSIAL KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap bangsa memiliki kebutuhan untuk berkembang, termasuk bangsa Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciKODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penanganan permasalahan sosial merupakan tanggung jawab semua pihak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Penanganan permasalahan sosial merupakan tanggung jawab semua pihak termasuk pemerintah, yang ditangani langsung oleh lembaga Dinas Sosial. Berbagai upaya dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.43, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial. Profesi. Pekerjaan Sosial. Standar. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI
Lebih terperinciJl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) , Fax (0370) Kode Pos TELAAHAN STAF
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) 681150, 681156 Fax (0370) 681156 Kode Pos 83363 TELAAHAN STAF Kepada : Bapak
Lebih terperinciBAB II DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL. sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin Disciplina yang berarti
22 BAB II DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal adanya kehidupan manusia, kodrati manusia sebagai makhluk sosial telah ada secara bersamaan. Hal ini tersirat secara tidak langsung ketika Tuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai penyelenggara tugas pemerintah dan pembangunan sangat menentukan guna mencapai tujuan suatu pemerintahan. PNS pada suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan seorang anak dimulai ditengah lingkungan keluarga, lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI
PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesadaran Pegawai
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 1 30.F t JHUN 2008
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 1 30.F t JHUN 2008 TENTANG. PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN SOSIAL KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO,
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah lanjutan menengah pertama yang memiliki ciri Islam yang dikelola dan dikembangkan di bawah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan nasional, Kementerian Pertanian telah menetapkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian, yaitu:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Surabaya yang merupakan Ibukota Jawa Timur dengan penduduk metropolisnya mencapai 3 juta jiwa menurut pemerintah kota Surabaya untuk dapat mengatur dan mengelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. administrasi negara. Hal ini terbuktikan dengan banyaknya tuntutan dari warga negara atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep tata pemerintahaan yang baik atau yang biasa kita sebut dengan istilah good governance saat ini menjadi isu yang sangat hangat dalam kajian ilmu serta
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL, PENGENDALIAN PENDUDUK
Lebih terperinci