BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dewi (2009) dalam tesis yang berjudul Sapaan Bahasa Jepang : Bentuk,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dewi (2009) dalam tesis yang berjudul Sapaan Bahasa Jepang : Bentuk,"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang diperoleh dari studi pustaka, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Beberapa hasil penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut. Dewi (2009) dalam tesis yang berjudul Sapaan Bahasa Jepang : Bentuk, Fungsi dan Makna. Teori yang digunakan adalah kaidah T-V Brown-Gilman (1960) dan kaidah T-Vn menurut Braun (1988). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode pustaka, simak dan metode wawancara, sedangkan untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, penyimakan serta pencatatan. Metode analisis data dilakukan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Metode penyajian hasil analisis data yaitu dengan menggunakan metode informal dan formal. Dewi mengindentifikasi bentuk, fungsi dan makna sapaan bahasa Jepang yang mencakup pronomina persona, nama diri dan istilah kekerabatan. Hasil dari penelitian Dewi adalah pertama, bentuk T-V (kamu tunggal akrab dengan kamu jamak hormat) dalam unsur sapaan PP (pronominal persona), ND (nama diri), dan IK (istilah kekerabatan) ditemukan dalam sapaan bahasa Jepang. Kedua, fungsi T-V (kamu tunggal akrab dengan kamu jamak hormat) terdapat baik pada sapaan PP (pronomina persona), ND (nama diri), maupun IK (istilah kekerabatan). Ketiga, makna T-V (kamu 8

2 9 tunggal akrab dengan kamu jamak hormat) terdapat pada sapaan PP (pronomina persona), ND (nama diri), dan IK (istilah kekerabatan). Teori yang digunakan dalam penelitian Dewi dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori T-V Brown-Gilman (1960). Dewi meneliti tentang fungsi, bentuk dan makna sapaan Jepang yang meliputi PP (pronomina persona), ND (nama diri), dan IK (istilah kekerabatan), sedangkan penelitian ini, lebih mengkhusus meneliti tentang perbandingan sapaan pronomina persona bahasa Jepang, dari dua komik yang latar waktunya berbeda. Penelitian Dewi memberikan manfaat dalam penelitian ini. Qowim (2010) dalam skripsi yang berjudul Sistem Sapaan pada Novel Gadis Tangsi Karya Suparto Brata. Teori yang digunakan adalah teori sosiolingustik yang diterapkan oleh Bright (1971) dan dibantu oleh teori yang dikembangkan oleh Fishman (1972), Roger T. Bell (1976), dan Brown dan Gilman (1977). Sumber data yang digunakan adalah novel yang berjudul Gadis Tangsi karya Suparto Brata, karena banyak mengandung unsur sapaan. Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan metode simak dibantu dengan teknik catat. Metode penganalisisan data menggunakan metode deskripsi. Metode penyajian hasil analisis menggunakan metode formal dan informal. Hasil penelitiannya adalah pemakaian bentuk sapaan tunggal bahasa Indonesia pada novel Gadis Tangsi terbagi atas sapaan orang pertama tunggal, sapaan orang kedua tunggal, dan sapaan orang ketiga tunggal. Sapaan orang pertama tunggal ditemukan sebanyak 1438 buah, sapaan orang kedua tunggal ditemukan sebanyak 1136 buah, sapaan orang ketiga tunggal ditemukan sebanyak 727 buah. Pemakaian bentuk

3 10 sapaan jamak bahasa Indonesia pada novel Gadis Tangsi terbagi atas sapaan orang pertama jamak, sapaan orang pertama jamak dan orang kedua ikut serta, sapaan orang kedua jamak, dan sapaan orang ketiga jamak. Sapaan orang pertama jamak ditemukan sebanyak 126 buah, sapaan orang pertama jamak dan orang kedua ikut serta ditemukan 270 buah, sapaan orang kedua jamak ditemukan sebanyak 123 buah, dan sapaan orang ketiga jamak ditemukan sebanyak 114 buah. Sapaan orang pertama tunggal ditemukan sebanyak 127 buah, sapaan orang kedua tunggal ditemukan sebanyak 767 buah, sapaan dan orang ketiga tunggal ditemukan sebanyak 483 buah. Pemakaian bentuk sapaan jamak bahasa Jawa pada novel Gadis Tangsi tidak ditemukan sama sekali. Perbandingan pemakaian bentuk sapaan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa pada novel Gadis Tangsi diketahui sebanyak 3934 atau 74% (sapaan bahasa Indonesia) dan 1377 atau 26% (sapaan bahasa Jawa). Penelitian Qowim dengan penelitian ini sama-sama menggunakan teori sosiolinguistik kajian Brown dan Gilman. Qowim meneliti tentang sistem sapaan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, sedangkan penelitian ini meneliti tentang perbandingan sapaan bahasa Jepang dari dua komik yang memiliki latar waktu yang berbeda. Penelitian ini mengkhusus untuk meneliti sapaan pronomina persona bahasa Jepang dari kedua komik tersebut. Objek kajian Qowim berbeda dengan penelitian ini, tetapi menjadi acuan untuk penelitian ini. Antara (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Perbandingan Bentuk Ragam Hormat Jepang (Keigo) dan Bali (Basa Alus). Antara membandingkan bentuk ragam bahasa hormat Jepang dengan bahasa Bali. Landasan teori yang

4 11 digunakan adalah keigo. Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan metode simak yang dilanjutkan dengan teknik catat, lalu diklasifikasikan. Metode dan teknik penganalisisan data menggunakan metode padan translasional, dengan teknik hubung banding menyamakan dan teknik hubung banding membedakan. Metode dan teknik penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal, dan didukung teknik induktif. Hasil penelitiannya adalah keigo dan basa alus sama-sama memiliki ragam bahasa hormat meninggikan lawan bicara, merendahkan lawan bicara, dan mengandung nilai rasa di tengah-tengah, tidak meninggikan atau merendahkan. Perbedaan yang diperoleh adalah dalam pembentukan keigo terdapat keterlibatan perubahan unsur-unsur leksikal dan gramatikal dan bentuk keigo sangat sistematis karena dalam pembentukan keigo terdapat pola-pola tertentu, sedangkan bentuk basa alus sangat rumit karena tidak adanya pola gramatikal dalam pembentukannya. Penelitian Antara tidak berkaitan dengan sapaan, namun dalam penelitian ini membahas tentang sapaan yang berkaitan dengan penggunaan keigo. Penelitian Antara menjadi acuan dalam penelitian ini. Elitasari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Keigo Oleh Pramuwisata Berbahasa Jepang di Denpasar. Sumber data berupa pemberian kuesioner atau angket kepada pramuwisata berbahasa Jepang mengenai keigo yang disebarkan 30% dari jumlah pramuwisata di tiap-tiap agent travel. Metode dan teknik pengumpulan data yaitu metode kuesioner. Metode dan teknik penganalisisan data, menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif. Metode dan teknik penyajian hasil analisis data, menggunakan metode informal

5 12 dan formal. Hasil penelitian menyatakan bahwa pramuwisata yang belum mengetahui tentang penggunaan keigo secara tepat. Pramuwisata sering kali dihadapkan pada penggunaan bentuk sonkeigo dan kenjougo yaitu, salah mengekspresikan kenjougo dan sonkeigo dan juga sebaliknya. Penelitian Elitasari tidak membahas tentang sapaan, namun dalam penelitian ini membahas tentang sapaan yang berkaitan dengan penggunaan keigo. Penelitian Elitasari memberikan manfaat untuk penelitian ini. Yulianthi (2011) dalam skripsi berjudul Bentuk Sapaan Bahasa Bali pada Keluarga Wangsa Brahmana di Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian Yulianthi meneliti tentang bentuk sapaan bahasa Bali pada keluarga wangsa brahmana di kabupaten Gianyar. Sumber datanya adalah penutur asli bahasa Bali yang berasal dari keluarga wangsa Brahmana yang memenuhi kriteria sebagai informan dan berdomisili di Kabupaten Gianyar. Teori yang digunakan adalah teori sosiolinguistik sebagaimana yang dikembangkan oleh Bright (1971) dan Fishman (1972) yang sesuai dengan konsep dari Brown dan Gillman (1977) dalam kaitannya dengan fenomena tutur sapa. Metode dan teknik penyediaan data menggunakan metode simak, dilanjutkan dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutan meliputi teknik simak libat cakap, serta didukung dengan pemberian kuesioner yang berstruktur. Metode dan teknik analisis data menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif didukung dengan teknik penyajian statistik. Metode dan teknik penyajian hasil analisis, dengan menggunakan metode informal, dengan teknik induktif-deduktif dan deduktif-induktif. Hasil analisisnya adalah bentuk sapaan yang sering muncul dalam menyapa kakek dan nenek oleh penyapa laki-

6 13 laki muda, yaitu kakiang dan niang 94,5%. Bentuk sapaan yang dipakai untuk menyapa kakek oleh penyapa perempuan muda yaitu kakiang sebanyak 86%. Bentuk sapaan yang dipakai untuk menyapa ayah kandung oleh penyapa laki-laki tua, aji sebanyak 83,6%. Bentuk sapaan yang dipakai untuk menyapa ayah kandung oleh penyapa perempuan tua yaitu aji 96%. Bentuk sapaan yang dipakai untuk menyapa laki-laki seusia kakek oleh penyapa laki-laki muda yaitu kakiang 92,7%. Bentuk sapaan yang dipakai untuk menyapa laki-laki seusia nenek oleh penyapa perempuan muda yaitu niang sebanyak 94%. Bentuk sapaan yang dipakai untuk menyapa laki-laki seusia orang tua oleh penyapa laki-laki tua yaitu aji sebanyak 81,8%. Bentuk sapaan yang dipakai untuk menyapa laki-laki seusia orang tua oleh penyapa perempuan tua yaitu aji sebanyak 82%. Sistem sapaan dengan istilah kekerabatan yang ditemukan di keluarga wangsa Brahmana di Gianyar, terdiri dari : aji, ratu, bapa, bapak, papa, wa, om, beli, wi, tante, biang, meme, bibi, mama, ibu, mbok, kakiang dan niang. Serta ditemukan pula sistem sapaan dengan penyebutan nama diri, sistem sapaan dengan urutan kelahiran, serta sistem sapaan dengan kata ganti yang terdiri dari : gus, dayu, gek, dan yugek. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk sapaan antara lain: faktor intralingual dan ekstralingual. Penelitian Yulianthi dengan penelitian ini sama-sama menggunakan kajian sosiolinguistik yang berkaitan dengan teori Brown-Gilman (1970). Penelitian ini meneliti tentang perbandingan sapaan bahasa Jepang dari dua komik yang memiliki latar waktu yang berbeda, serta penelitian ini lebih mengkhusus untuk meneliti sapaan pronomina persona bahasa Jepang. Penelitian Yulianthi mengkaji

7 14 tentang sapaan bahasa Bali, sedangkan penelitian ini meneliti tentang sapaan bahasa Jepang. Penelitian Yulianthi memberikan konstribusi untuk penelitian ini. 2.2 Konsep Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Kata Sapaan Kata sapaan merupakan kata-kata yang digunakan untuk menyapa seseorang. Ishigurokei menyatakan : 人称表現 (term/form of address) というのは 人間を呼ぶときに使う言葉 のことです ( 日本語は空気が決める, 2013: 152). Yang dimaksud dengan ungkapan sapaan (term/form of address) adalah kata-kata yang digunakan ketika memanggil orang Ungkapan sapaan merupakan ungkapan yang berupa kata yang digunakan untuk menyapa atau menegur seseorang. Sama halnya dengan bahasa Indonesia, kata sapaan merupakan kata-kata yang digunakan untuk menyapa orang. Kata-kata sapaan tersebut ada berbagai macam sesuai dengan unsur-unsur sapaan, seperti pronomina persona, istilah kekerabatan, nama diri, gelar, nomina agentif dan bentuk deiktis (Kridalaksana, 1974:17 18) Pronomina persona Pronomina persona adalah unsur sistem sapaan yang dipakai sebagai bentuk sapaan untuk sapaan kata ganti orang pertama, orang kedua, orang ketiga seperti, saya, kamu, dia (Kridalaksana, 1974;17-18, Braun, 1988;7-8). Penggunaan sapaan untuk kata ganti orang pertama, kedua maupun ketiga dalam bahasa Jepang ada berbagai macam tergantung dari tingkat kesopanan dan pembicara. Salah satu

8 15 contoh untuk kata ganti orang pertama saya yang dalam bahasa Jepang disebut dengan watashi, untuk contoh kata ganti orang pertama lainnya adalah aku disebut dengan boku, atashi, ore dan lain-lain Tingkat Berbahasa (Keigo) Seiji (2007: 14) dalam bukunya yang berjudul Keigo no Tsukaikata menyatakan bahwa keigo adalah ungkapan untuk menyampaikan pikiran si pembicara kepada lawan bicara sambil mempertimbangkan dan mengerti bagaimana posisi lawan bicara. Keigo adalah salah satu alat ukur untuk mengukur kemampuan komunikasi seseorang. Seiji juga menyatakan keigo sudah cukup dirasakan hanya dengan menghaluskan satu kata terakhir. Secara umum keigo dibagi menjadi tiga jenis, tetapi Seiji membagi keigo menjadi lima jenis yaitu sonkeigo, kenjougo I, kenjougo II, teineigo dan bikago. Berikut ini adalah penjelasan secara singkat lima jenis keigo menurut Seiji : 1. Sonkeigo Sonkeigo yaitu bahasa hormat yang menunjukkan tindakan lawan bicara dan rasa hormat yang disampaikan langsung meninggikan pihak lawan bicara. 2. Kenjougo I Kenjougo I yaitu bahasa hormat yang menunjukkan tindakan diri sendiri dan secara tidak langsung meninggikan pihak lawan bicara. 3. Kenjougo II

9 16 Kenjougo II yaitu bahasa hormat yang menunjukkan tindakan diri sendiri dengan cara merendahkan diri atau menunjukkan kerendahan hati, sehingga memberi kesan hormat yang diungkapkan langsung kepada lawan bicara. 4. Teineigo Teineigo adalah bahasa hormat yang hanya diekspresikan kepada lawan bicara dengan cara mengubah penggunaan kata-kata dengan penyampaian yang lebih hormat dan sopan. 5. Bikago Bikago merupakan penggunaan kata-kata yang sopan atau kata-kata untuk memperindah suatu bahasa agar lebih enak didengar dengan mempertimbangkan situasi pembicara dan perasaan pendengar atau lawan bicara. 2.3 Landasan Teori Untuk meneliti bentuk, fungsi dan makna sapaan pronomina persona bahasa Jepang, digunakan teori T-V Brown-Gilman (1960) Kaidah T-V Brown-Gilman (1960) Sosiolinguistik adalah ilmu yang meneliti dua aspek hubungan timbal-balik antara bahasa dengan perilaku organisasi sosial. Sosiolingistik adalah pendekatan terhadap penelitian bahasa yang memusatkan perhatiannya kepada bahasa yang dipakai dalam masyarakat bahasa (speech community), dengan tujuan untuk menghasilkan suatu teori bahasa yang mantap untuk membenarkan, memerikan, dan menjelaskan data tersebut (Jendra, 1991; 6).

10 17 Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori T-V Brown-Gilman (1960). Teori T-V Brown-Gilman adalah teori tentang pemaknaan dalam dua dikotomi, yang disebut makna solidaritas (the solidarity semantics) dan makna kekuasaan (the power semantic). Dua makna ini berasal dari realisasi pemakaian dyad (pasangan) dua varian pronomina persona kedua, bahasa Latin, tu kamu tunggal akrab (familiar) dan vos kamu jamak hormat (polite). Varian pronomina persona kedua tu kamu tunggal akrab (familiar) disebut pronomina persona T (simbol T berasal dari huruf pertama pada tu), sedangkan varian pronomina persona kedua vos kamu jamak hormat disebut pronomina persona V (simbol V berasal dari huruf pertama pada vos). Pronomina T-V terwakili dalam bahasa Eropa lainnya, seperti pada dyad pronominal persona kedua bahasa Perancis, tu kamu tunggal akrab dan sie kamu jamak hormat, bahasa Spanyol tu kamu tunggal akrab usted kamu jamak hormat. Makna solidaritas adalah makna yang dihasilkan oleh adanya norma hubungan resiprokal, inferior saling menyatakan T atau superior saling menyatakan V, karena adanya persamaan status dan persamaan lainnya, seperti persamaan kekuasaan, persamaan pendirian. Makna kekuasaan adalah yang dihasilkan oleh adanya norma hubungan nonresiprokal superior menyatakan T dan menerima V dari inferior, karena adanya perbedaan status, dan perbedaan lainnya seperti perbedaan kekuasaan, ketidaksamaan pendirian. Gagasan Brown-Gilman tentang dua pemaknaan ini direalisasikan melalui pemakaian dyad (pasangan) bentuk T dan V yang dapat ditafsirkan terabstraksi dalam kaidah T-V.

11 18 Pada dasarnya kaidah T-V secara implisit merupakan kajian teoretis terhadap bentuk-fungsi-makna dua varian pronomina T-V. Gagasan Brown-Gilman (1960) yang berkaitan dengan kaidah T-V ini pada garis besarnya dapat dipahami sebagai berikut 1. Kaidah T-V adalah abstraksi dari bentuk-fungsi-makna T-V dalam pronomina persona. Kaidah T-V terdiri dari kaidah bentuk T-V, fungsi T- V, dan makna T-V sebagai berikut: a) Bentuk T-V adalah bentuk yang dihasilkan kategori bentuk pronominal persona kedua tunggal dan pronomina kedua jamak. Bentuk T adalah bentuk pronomina tunggal, seperti tu kamu tunggal, sedangkan bentuk V adalah kategori bentuk pronomina jamak seperti vos kamu jamak. b) Fungsi T-V adalah fungsi pada pemakaian kategori bentuk pronominal akrab-hormat, seperti pada pronomina persona kedua tu kamu tunggal akrab (familiar) dan vos kamu jamak hormat (polite), yang menyatakan aspek-aspek sosial (dan lainnya seperti usia, jenis kelamin, kekayaan, profesi, kelahiran), hubungan personal yang bersifat resiprokal-nonresiprokal, simetris-asimetris. Fungsi T adalah pemakaian kategori pronomina tu kamu tunggal akrab (familiar) yang mengungkapkan persamaan status dan dalam hubungan yang resiprokal atau simetris. Fungsi V adalah pemakaian kategori pronominal vos kamu jamak hormat (polite)

12 19 yang mengungkapkan perbedaan status dan dalam hubungan yang non-resiprokal atau asimetris. c) Makna T-V adalah makna solidaritas dan kekuasaan. Makna T atau makna solidaritas dihasilkan oleh adanya pemakaian dyad (pasangan) pronomina T atau V, sedangkan makna V atau makna kekuasaan direalisasikan dari pemakaian dyad (pasangan) pronomina T dan V. 2. Dalam kaidah makna T-V dihasilkan makna solidaritas dan kekuasaan, yang memiliki pola kaidah sebagai berikut. a) Kaidah makna T berasal dari kaidah T+T dan kaidah V+V, atau dapat dikatakan seperti berikut: Kaidah T+T: makna T atau Kaidah V+V: makna T Kaidah makna T ini menghasilkan makna solidaritas. b) Kaidah makna V berasal dari kaidah T+V atau dapat diuraikan sebagai berikut: Kaidah T + V = V; makna V. Kaidah makna V ini menghasilkan makna kekuasaan 3. Dalam perkembangannya, kaidah T-V lebih mengarah pada realisasi kaidah makna T daripada kaidah makna V. Artinya makna T atau solidaritas lebih menonjol daripada makna V atau penghormatan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

13 20 a) Kecenderungan makna T atau solidaritas lebih dominan tampak pada adanya frekuensi yang cukup tinggi pemakaian dyad (pasangan) bentuk T-T (tu-tu) pada kelas menengah-bawah atau V- V (vos-vos) pada kelas atas. b) Kecenderungan makna T atau solidaritas lebih dominan karena adanya pengembangan asas saling (mutualy) untuk meminimalisasi perbedaan status. Hal ini terlihat pada pemakaian varian bentuk pronomina persona kedua tu oleh seorang anak kepada orang tua menggantikan vos kamu jamak hormat (polite) yang biasanya dipakai untuk sapaan penutur yang berstatus lebih tinggi. Dengan kata lain, dyad (pasangan) varian bentuk pronomina persona kedua tu-tu resiprokal atau simetris mulai dipakai antar orang tua dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kata sapaan yang berbeda-beda. Kata sapaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kata sapaan yang berbeda-beda. Kata sapaan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki kata sapaan yang berbeda-beda. Kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur atau menyapa seseorang atau lawan bicara. Braun (1988: 9-12)

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm dan Jensen dalam Wiryanto (2004, hal.44), mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. speaks), dengan siapa (with whom), dimana (where), kapan (when), dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. speaks), dengan siapa (with whom), dimana (where), kapan (when), dan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dipengaruhi oleh faktor seperti siapa yang berbicara (who speaks), dengan siapa (with whom), dimana (where), kapan (when), dan untuk apa (to what end). Jika

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormat yang digunakan untuk membuat kata-kata menjadi lebih indah. Ciri dari

BAB I PENDAHULUAN. hormat yang digunakan untuk membuat kata-kata menjadi lebih indah. Ciri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bikago adalah ciri khas ragam bahasa wanita dan jenis ragam bahasa hormat yang digunakan untuk membuat kata-kata menjadi lebih indah. Ciri dari bikago adalah ditambahnya

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa yang digunakan untuk melakukan interaksi tersebut, tidak hanya. yang harmonis dan hubungan interkasi yang lancar.

Bab 5. Ringkasan. Bahasa yang digunakan untuk melakukan interaksi tersebut, tidak hanya. yang harmonis dan hubungan interkasi yang lancar. Bab 5 Ringkasan Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa merupakan salah satu faktor yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Hal ini disebabkan, dengan berbahasa akan menciptakan adanya komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting bagi kehidupan manusia. Fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk menyampaikan suatu makna kepada orang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya air dan udara yang menjadi salah satu

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya air dan udara yang menjadi salah satu Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya air dan udara yang menjadi salah satu faktor penting dalam kelangsungan hidup manusia, bahasa juga telah menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam bermasyarakat. Adanya komunikasi menciptakan hubungan yang baik antarmasyarakat. Bahasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. terdapat beberapa pronomina persona pertama dan kedua yang fungsinya berada di luar

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. terdapat beberapa pronomina persona pertama dan kedua yang fungsinya berada di luar BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data pada bab tiga, saya menyimpulkan bahwa ternyata terdapat beberapa pronomina persona pertama dan kedua yang fungsinya berada di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KEIGO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KEIGO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KEIGO 2.1. Pengertian Keigo Keigo dalam bahasa Indonesia disebut bahasa hormat. Bahasa hormat sepadan dengan bahasa halus atau bahasa lemas sebagai istilah yang dipungut dari

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat dalam berkomunikasi. Berbagai macam definisi mengenai

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat dalam berkomunikasi. Berbagai macam definisi mengenai Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat dalam berkomunikasi. Berbagai macam definisi mengenai bahasa bermunculan. Seperti yang dijabarkan oleh Douglas (2002: 6) bahwa, bahasa itu sistematis,

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. memanggil atau menyebut lawan bicara yang sudah kita kenal ataupun yang belum kita

BAB 5 RINGKASAN. memanggil atau menyebut lawan bicara yang sudah kita kenal ataupun yang belum kita BAB 5 RINGKASAN Dalam berkomunikasi kita sering menggunakan kata pronomina persona untuk memanggil atau menyebut lawan bicara yang sudah kita kenal ataupun yang belum kita kenal. Sehingga tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN SAPAAN PRONOMINA PERSONA DALAM KOMIK RUROUNI KENSHIN DENGANBEELZEBUB. Oleh : Abstract

PERBANDINGAN PENGGUNAAN SAPAAN PRONOMINA PERSONA DALAM KOMIK RUROUNI KENSHIN DENGANBEELZEBUB. Oleh : Abstract 1 PERBANDINGAN PENGGUNAAN SAPAAN PRONOMINA PERSONA DALAM KOMIK RUROUNI KENSHIN DENGANBEELZEBUB Oleh : I Gusti Ayu Putu Istri Aryasuari 1001705001 Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya, hubungan tersebut terjalin karena adanya komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya, hubungan tersebut terjalin karena adanya komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu komunitas tidak pernah lepas dari jalinan hubungan satu dengan lainnya, hubungan tersebut terjalin karena adanya komunikasi. Komunikasi itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN EORI 3. 1 Pengantar Kata Sapaan bukanlah hal baru dalam bidang Sosiolinguistik. erdapat beberapa linguis yang telah mengemukakan pendapatnya mengenai kata sapaan, baik linguis Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat

BAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat 82 BAB V KESIMPULAN 5.1 KESIMPULAN Seorang Receptionist merupakan orang yang paling sering berkomunikasi dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat dan sopan. Dalam

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan BAB 5 RINGKASAN Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali. Hampir dalam semua kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak perhatian yang

Lebih terperinci

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan secara tidak langsung dan bersifat simbolik dalam berkomunikasi antar sesama. Hal itu dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Itu artinya, manusia harus berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya agar dapat bertahan

Lebih terperinci

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional. 1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa di dunia sangat banyak, dan para penuturnya juga terdiri dari berbagai suku bangsa atau etnis yang berbeda-beda. Oleh sebab itu setiap bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks dengan berbagai macam makna. Ada orang yang berbicara tentang bahasa sehari hari, bahasa diplomasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk bersosialisasi dan berinteraksi satu sama lain. Tak terkecuali bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa

Lebih terperinci

berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial dalam upaya berinteraksi dengan orang lain.

berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial dalam upaya berinteraksi dengan orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial dalam upaya berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan merupakan realisasi budaya yang tercermin dalam berbagai bentuk ungkapan yang berfungsi sebagai pralambang sistem budaya dan sistem sosial. Pada dasarnya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makna merupakan salah satu unsur bahasa yang dapat mengalami perubahan. Pateda (2010:158-159) mengatakan perubahan makna bisa saja terjadi dikarenakan beberapa faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 話すということは人と人の間で意思を伝えるあう いわゆるコミュニケーションであり その形には 1 人たい 1 人 1 人対多数 多数対 1 人などがある (Ogawa, 1984, hlm. 636)

BAB I PENDAHULUAN. 話すということは人と人の間で意思を伝えるあう いわゆるコミュニケーションであり その形には 1 人たい 1 人 1 人対多数 多数対 1 人などがある (Ogawa, 1984, hlm. 636) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Wirotho Agung, sebelah Selatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Wirotho Agung, sebelah Selatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Rimbo Mulyo adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Desa Rimbo Mulyo merupakan desa yang sebelah Utara berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tak lepas dari interaksi dan komunikasi. Terutama pada pembelajar bahasa asing yang diharapkan dapat berkomunikasi secara baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan melalui bahasa. Di dunia terdapat bermacam-macam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan melalui bahasa. Di dunia terdapat bermacam-macam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana penting bagi aspek kehidupan bermasyarakat. Sebagai sarana untuk berkomunikasi bagi manusia, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut penelitian dari Setiadi (2012: 9) menyatakan bahwa budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara budaya dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansakerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB I PENDAHULUAN. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansakerta budhayah, yaitu bentuk jamak 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kata kebudayaan berasal dari kata Sansakerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal (Koentjaraningrat, 1980 : 2 ). Kebudayaan dapat diartikan

Lebih terperinci

OLEH : I NYOMAN DARSANA

OLEH : I NYOMAN DARSANA SAPAAN PROMONOMINA KEDUA DALAM BAHASA INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGAN FORMALITAS, GENDER PLURALITAS, USIA DAN DIMENSI TU-VOUS OLEH : I NYOMAN DARSANA PRODI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk Bab 5 Ringkasan Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan. Sedangkan Green (1972, hal.25), berpendapat bahwa bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dari bahasa. Harimuti Kridalaksana di dalam buku Pesona Bahasa mendefinisikan bahasa sebagai sistem tanda bunyi

Lebih terperinci

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI SKRIPSI Oleh : Marita Purnama Zandy NIM 0911120135 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modalitas merupakan salah satu fenomena kesemestaan bahasa (Alwi: 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai modalitas, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap bahasa di dunia memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika kita banyak menemukan

Lebih terperinci

2015 WAKAMONO KOTOBA DI UNIVERSITAS IBARAKI DAN PANDANGAN MAHASISWA ASING TERHADAP WAKAMONO KOTOBA

2015 WAKAMONO KOTOBA DI UNIVERSITAS IBARAKI DAN PANDANGAN MAHASISWA ASING TERHADAP WAKAMONO KOTOBA 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi tercipta dari bahasa. Untuk menyampaikan informasi tentu kita akan berkomunikasi, untuk dapat melakukan itu Tuhan menganugrahkan bahasa yang dapat kita

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. irama dan bahasa yang menghasilkan lirik lagu. Lirik lagu menyimpan makna

BAB 1 PENDAHULUAN. irama dan bahasa yang menghasilkan lirik lagu. Lirik lagu menyimpan makna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lagu merupakan hasil karya perpaduan antara musik yang menghasilkan irama dan bahasa yang menghasilkan lirik lagu. Lirik lagu menyimpan makna yang tersembunyi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab satu Pendahuluan telah dijelaskan bahwa bahasa dapat menunjukan dari lingkungan sosial seperti apa seseorang itu berasal. Selain itu bahasa juga dapat mengidentifikasi sisi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain dengan bahasa sebagai alat komunikasi. Setiap bangsa di dunia memiliki bahasa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkomunikasi, dibutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi yang disepakati oleh masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Dikarenakan hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa hormat dalam bahasa Jepang. Ragam bahasa hormat itu dikenal dengan sebutan keigo 敬語. Ragam

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa hormat dalam bahasa Jepang. Ragam bahasa hormat itu dikenal dengan sebutan keigo 敬語. Ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa di dunia ini memiliki bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Begitupun dengan bangsa Jepang, memiliki bahasa Jepang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berinteraksi, karena bahasa adalah sumber untuk terciptanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Deiksis Linguistik adalah ilmu yang mencoba untuk memahami bahasa dari sudut pandang struktur internal (Gleason, 1961:2). Struktur internal linguistik ialah fonologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari karena dengan bahasa kita dapat menyampaikan suatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari karena dengan bahasa kita dapat menyampaikan suatu ide, pikiran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi terpenting dalam kehidupan sehari-hari karena dengan bahasa kita dapat menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam bahasa Jepang yang dilihat dari segi penuturnya, yaitu ragam bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi mengatakan danseigo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Onomatope yang berasal dari Bahasa Yunani ονοματοποιία adalah kata atau

BAB I PENDAHULUAN. Onomatope yang berasal dari Bahasa Yunani ονοματοποιία adalah kata atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Onomatope yang berasal dari Bahasa Yunani ονοματοποιία adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Konsep ini berupa

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 4 KESIMPULAN Sebelumnya, telah dilakukan penelitian tentang realisasi penolakan dalam bahasa Jepang terhadap permohonan, penawaran, undangan, dan pemberian saran. Hasil penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang memungkinkan semua orang dari satu kelompok sosial tertentu atau orang lain yang sudah mempelajari kebudayaan

Lebih terperinci

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang digunakan dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan ide, gagasan,

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tak lepas dari interaksi berupa komunikasi antara manusia satu dan manusia lainnya. Pembelajar bahasa Jepang sebagai pelaku komunikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii ABSTRAK Penelitian ini berjudul Kontrastivitas Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk menyampaikan sikap, perasaan dan pikirannya kepada manusia lain. Bahasa yang digunakan manusia ketika bertutur dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui budaya di berbagai negara, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui budaya di berbagai negara, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Dengan adanya bahasa, kita bisa bertukar pikiran, berbagi informasi, bisa mengetahui budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari analisa data yang diperoleh dari kuisoner yang diberikan kepada responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam mengungkapkan penolakan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi. Dengan adanya bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan baik untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, jenis kalimat berdasarkan pada jumlah klausanya, terdiri dari dua macam. Sesuai dengan yang disebutkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan seiiring dengan perubahan zaman. Perubahan tersebut juga mempengaruhi instrumen komunikasi dalam masyarakat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah tuturan yang berfungsi sebagai alat komunikasi dan digunakan manusia untuk dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kebahasaan yang sering dihadapi dalam pengajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) terhadap B2 (bahasa yang dipelajari).

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif ABSTRAK Skripsi ini berjudul Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama Ichi Rittoru no Namida karya Masanori Murakami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindak tutur tidak langsung literalyang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. makhluk hidup selain manusia seperti binatang pun mempunyai sistem komunikasi

Bab 1. Pendahuluan. makhluk hidup selain manusia seperti binatang pun mempunyai sistem komunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan makhluk hidup selain manusia seperti binatang pun mempunyai sistem komunikasi tersendiri dengan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) KESANTUNAN MELALUI PEMILIHAN KATA SAPAAN DALAM BAHASA MELAYU KUTAI: Suatu Kajian Sosiopragmatik Wenni Rusbiyantoro Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Pos-el: wenni_indiecard@yahoo.com Abstrak Setiap

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Lagu merupakan media hiburan yang diminati oleh masyarakat di seluruh dunia. Bahkan tidak hanya sebagai hiburan, lagu juga digunakan sebagai identitas, penyampai pesan

Lebih terperinci

SKRIPSI KOMPONEN DAN JENIS-JENIS TINDAK TUTUR "STAF RECEPTION" DENGAN TAMU JEPANG DI SAKURA BALI ESTHETICS SPA

SKRIPSI KOMPONEN DAN JENIS-JENIS TINDAK TUTUR STAF RECEPTION DENGAN TAMU JEPANG DI SAKURA BALI ESTHETICS SPA SKRIPSI KOMPONEN DAN JENIS-JENIS TINDAK TUTUR "STAF RECEPTION" DENGAN TAMU JEPANG DI SAKURA BALI ESTHETICS SPA OLEH DEWA GEDE ANGGRI PINANDIKHA 0901705020 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Sebagai makhluk sosial yang hidup

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Sebagai makhluk sosial yang hidup BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Sebagai makhluk sosial yang hidup dengan manusia lainnya, bahasa berperan penting dalam kehidupan. Dengan bahasa, seseorang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang merupakan bahasa yang banyak dipelajari di Indonesia. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama seperti bahasa lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan suatu gagasan, pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang digunakan manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia bahasa digunakan untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Sebagaimana dilihat dari definisi bahasa yang merupakan sistem simbol bunyi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak sosial antarmanusia, karena kehidupan manusia yang tidak lepas dari aktivitas berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi sosial, penting bagi penutur dan lawan tutur saling memahami isi tuturannya. Berbicara secara langsung, apa adanya tanpa ada basabasi merupakan

Lebih terperinci

Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan

Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan Bab 1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan

Lebih terperinci

WAKAMONO KOTOBA DALAM DRAMA MY BOSS MY HERO SKRIPSI OLEH AGENG GINANJAR SASMITO NIM

WAKAMONO KOTOBA DALAM DRAMA MY BOSS MY HERO SKRIPSI OLEH AGENG GINANJAR SASMITO NIM WAKAMONO KOTOBA DALAM DRAMA MY BOSS MY HERO SKRIPSI OLEH AGENG GINANJAR SASMITO NIM 0911120057 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 WAKAMONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM

DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM 0911120086 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci