Analisis Pajanan Tekanan Panas dan Keluhan Subjektif Pada Pekerja di Bagian Produksi PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas Tahun 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Pajanan Tekanan Panas dan Keluhan Subjektif Pada Pekerja di Bagian Produksi PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas Tahun 2014"

Transkripsi

1 Analisis Pajanan Tekanan Panas dan Keluhan Subjektif Pada Pekerja di Bagian Produksi PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas Tahun 4 Zarah Defi Saputri, Hendra Occupational Health and Safety Department, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, defi.saputri8@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekanan panas dan keluhan subjektif yang ada di PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas. Bahaya panas merupakan salah satu hazard yang ada di dunia industri saat ini. Bahaya panas yang tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang biasa disebut heat-related disorders. Pajanan panas ke tubuh pekerja akan direspon tubuh melalui heat strain. Indeks WBGT Indoor di area produksi PT Frisian Flag Indonesia menunjukkan nilai antara 3,9 C sampai 3,78 C. Setelah dilakukan analisis, didapatkan bahwa 5 responden yang menjadi subjek penelitian, 4 responden termasuk kelompok berisiko mengalami tekanan panas. Seluruh responden penelitian pernah mengalami keluhan akibat pajanan tekanan panas tetapi dengan frekuensi yang berbeda-beda. Heat Stress Analysis and Subjective Complaints on workers in the production of PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas in 4 This study aims to determine heat stress and subjective complaints in PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas. Heat is one of the hazards that exist in the industry today. Heat stress that are not addressed properly will cause a variety of health problems commonly called heat-related disorders. Heat exposure to the worker's body will be responded by body through heat strain. Indoor WBGT index in the production area of PT Frisian Flag Indonesia showed values between 3.9 C-3.78 C. After analysis, it was found that 5 respondents which is the subject of research, 4 respondents including groups at risk of heat stress. The entire study, respondents have experienced complaints due to exposure to heat stress but with different frequencies. Key words : WBGT index, heat stress, subjective complaints Pendahuluan Perkembangan industri di dunia memunculkan permasalahan baru yang sifatnya menguntungkan dan juga merugikan baik dalam bidang ekonomi, sosial dan ketenagakerjaan. ILO (International Labour Organization) menyatakan bahwa setiap hari 63 orang meninggal karena kecelakaan kerja atau penyakit terkait kerja dan,3 juta meninggal per tahun. Kerugian tahunan akibat kecelakaan kerja dan penyakit terkait kerja di beberapa negara mencapai 4 persen dari produk nasional bruto (PNB). Salah satu bahaya yang ada di industri makanan dan minuman adalah adanya heat stress (tekanan panas) yang disebabkan proses produksi menggunakan temperatur tinggi, sebagai contohnya adalah produsen susu. Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

2 Heat stress atau tekanan panas terjadi ketika panas di lingkungan dikombinasikan dengan penyebab stres lain seperti kerja fisik yang berat, kehilangan cairan tubuh, kelelahan atau kondisi medis lainnya, yang akan menyebabkan penyakit terkait panas, kecacatan, dan bahkan kematian. Menurut Bernard dalam Fundamentals of Industrial Hygiene 5th Edition tahun, tekanan panas merupakan kombinasi dari faktor lingkungan, pekerjaan, dan pakaian kerja. Heat stress di tempat kerja merupakan masalah yang serius bagi perusahaan karena akan mengurangi produktivitas pekerjaan, menyebabkan ketidaknyamanan, meningkatkan angka kecelakaan kerja, dan menyebabkan kerugian secara materi bagi perusahaan. Pajanan kronik dari tekanan panas akan berisiko mengalami penyakit atau kelainan seperti kemandulan sementara (baik laki-laki maupun perempuan), peningkatan denyut jantung, gangguan tidur, kelelahan, dan sifat lekas marah (ACGIH, ). Penelitian yang dilakukan oleh CDC (Center for Diseases Controls and Prevention) pada pekerja industri baja yang bekerja di area panas di Amerika Serikat pada bulan Juli 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang diteliti setidaknya memenuhi satu kriteria dari standar ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygiene) untuk kejadian heat strain. Penelitian lain yang dilakukan CDC pada tahun 6 di perusahaan pembuatan botol gelas Owens-Illinois di Lapel, Indiana menemukan bahwa pekerja yang bekerja di lingkungan panas tidak ditemukan adanya heat stress namun beberapa pekerja yang diwawancara mengalami gejala heat strain selama shift kerja pada musim panas dan satu orang absen kerja karena heat exhaustion. Faktor cuaca dan suhu lingkungan menjadi berpengaruh terhadap kejadian heat stress. Pada pertengahan bulan Juli tahun 5 dilaporkan seorang imigran asal Meksiko yang bekerja di kebun tembakau sebagai pemetik daun tembakau meninggal akibat heat stroke. Pria berusia 56 tahun ini bekerja mulai dari jam 6 pagi dan mengambil jeda istirahat menjelang siang. Waktu istirahat untuk makan siang sendiri 9 menit. Pada sore hari supervisor melihat bahwa bapak ini bekerja lebih lambat dan menyarankan untuk istirahat. Namun pekerja ini tetap melakukan pekerjaannya sampai satu jam kemudian merasakan pusing dan rekan kerja membawanya ke tempat istirahat untuk minum. Pekerja ini lalu dibawa ke rumah sakit dan suhu tubuh yang tercatat mencapai 4 C (8 F). Pria ini meninggal saat dalam perawatan. Selama tahun 99-6 tercatat 68 kematian pada petani di Amerika akibat heat stroke. Rata-rata umur mereka -54 tahun. Kematian ini sebagian besar terjadi di bulan Juli saat musim panas dan pada sore hari (CDC, 8). PT Frisian Flag Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman terutama produksi susu. Pada proses pembuatan susu di PT Frisian Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

3 Flag Indonesia ini tentu banyak hazard yang timbul terutama adalah hazard panas pada proses pengolahan susu bubuk, susu kental manis maupun susu UHT (Ultra High Temperature). Kondisi ini menyebabkan lingkungan tempat kerja memiliki temperatur yang panas dari standar normal. Selain itu adanya faktor geografis dimana kota Jakarta juga memiliki suhu yang panas. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyaman pada pekerja saat melakukan aktivitas kerjanya dan menyebabkan beberapa permasalahan seperti menurunnya produktivitas kerja, meningkatnya angka insiden dan kecelakaan, serta menyebabkan kerugian ekonomi bagi perusahaan. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis di area proses produksi susu UHT dan kental manis, penulis merasakan bahwa area tersebut memang memiliki tekanan panas berlebih. Hasil pengukuran yang dilakukan PT Frisian Flag Indonesia pada bulan Juli tahun 3 menunjukkan nilai indeks WBGT di atas nilai ambang batas yang ditentukan oleh Permenaker No 3 Tahun. Tinjauan Teoritis Tekanan panas adalah beban panas bersih yang memungkinkan pekerja terpapar yang berasal dari kombinasi panas metabolik, faktor lingkungan, dan pakaian kerja (ACGIH, ). Tubuh manusia sangat sensitif terhadap perubahan suhu eksternal. Suhu tubuh normal berkisar 37 C dan tubuh akan berupaya mempertahankan pada level tersebut jika ada perubahan suhu dari luar. Pada suhu yang tinggi, tubuh akan lebih sulit mempertahankan suhu inti tubuh sehingga terjadi pengeluaran keringat dan oleh sebab itu air yang keluar melalui keringat harus segera diganti dengan minum air (Hughes and Ferret, 9). Faktor lingkungan yang memengaruhi tekanan panas adalah suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan aliran udara. Nilai ambang batas suhu udara di lingkungan kerja diatur dalam Permenaker No 3 Tahun. Suhu tubuh yang meningkat mencapai 4 C akan membahayakan jwa pekerja. Oleh karena itu, suhu lingkungan kerja harus diatur sehingga memenuhi syarat yang tertuang dalam peraturan. Kelembaban udara yang tinggi dapat mengurangi perpindahan panas secara evaporasi sehingga penting diketahui nilai kelembaban udara di lingkungan kerja (NIOSH, 986). Pergerakan udara sangat penting dalam pertukaran panas antara tubuh manusia dan lingkungan melalui proses konveksi dan evaporasi (NIOSH, 986). Kecepatan aliran udara diukur menggunakan vane anemometer dan thermoanemometer (Richard and Collipi, 999). Faktor pekerjaan yang meliputi beban kerja dan pola kerja juga memengaruhi tekanan panas di tempat kerja. Pada saat beban kerja meningkat, kebutuhan tubuh akan Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

4 oksigen juga akan meningkat. Untuk mengimbangi hal ini, jantung berdetak lebih cepat untuk menyediakan oksigen tambahan ke seluruh tubuh. Saat terjadi pembakaran oksigen pada otot dan jaringan lain, kelebihan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran harus ditransfer dari inti tubuh ke permukaan tubuh dengan bantuan aliran darah. Pada saat bersamaan, darah harus memenuhi dua fungsi yang berbeda, yaitu memenuhi kebutuhan oksigen otot untuk mengimbangi beban kerja yang meningkat serta memindahkan darah dari inti tubuh ke permukaan tubuh untuk menghilangkan panas berlebih, dimana kedua aktivitas ini akan meningkatkan kerja jantung. Ketika beban kerja semakin tinggi, jantung akan kesulitan dalam memenuhi seluruh kebutuhan tersebut sehingga denyut nadi dan suhu tubuh inti meningkat, serta kemampuan otot menurun untuk mempertahankan tingkat kerja yang tetap tinggi tanpa mengalami kelelahan (NCDOL, ). Pola kerja dan istirahat berhubungan dengan nilai indeks WBGT yang diizinkan untuk bekerja. Semakin besar proporsi seseorang dalam bekerja dibandingkan dibandingkan dengan proporsi istirahat maka semakin rendah indeks WBGT yang diizinkan. Pakaian menjadi salah satu faktor yang berkontribusi besar dalam keseimbangan panas. Jenis pakaian yang dapat menambah beban panas tubuh akan memberikan kontribusi terhadap kejadian tekanan panas seperti pakaian yang berlapis-lapis, coverall, dan lainnya. Pemilihan jenis pakaian sangat penting ketika bekerja di lingkungan yang memiliki suhu udara tinggi (Bernard, ). Selain ketiga faktor di atas, faktor pekerja berupa umur, indeks massa tubuh, status aklimatisasi, kondisi medis, dan status hidrasi berperan penting dalam terjadinya gangguan kesehatan akibat pajanan tekanan panas. Proses bertambahnya usia pada manusia berpengaruh terhadap fungsi kelenjar keringat untuk mengatur suhu tubuh. Seiring bertambahnya usia keefektifan kelenjar keringat akan berkurang dan meningkatkan aliran darah pada kulit jika terpajan panas (NIOSH,986). Pekerja yang sudah tua (4 sampai 65 tahun) memiliki beberapa kerugian ketika bekerja di lingkungan panas. Ketika tubuh bertambah tua, maksimal oksigen yang dapat terambil berkurang dan tubuh telah mencapai tahap dimana metabolisme yang terjadi adalah anaerobik (Richard and Collipi, 999). Telah diketahui bahwa obesitas dapat mempengaruhi individu terkena gangguan akibat panas. Penambahan lemak berarti bahwa akan menambah berat sehingga harus dilakukan pengeluaran energi yang lebih besar untuk melakukan tugas yang diberikan dan penggunaan VO maksimum juga lebih besar. Selain itu, permukaan tubuh terhadap rasio berat badan menjadi kurang menguntungkan untuk pembuangan panas. Lapisan lemak secara teoritis akan mengurangi pemindahan langsung panas dari otot ke kulit (NIOSH,986). Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

5 Aklimatisasi adalah seperangkat adaptasi fisiologis dan penyesuaian psikologis yang dilakukan ketika seseorang membiasakan diri bekerja dengan suhu lingkungan saat melakukan pekerjaan di lingkungan panas. Aklimatisasi ditandai dengan menurunnya detak jantung, suhu tubuh menurun, peningkatan keluarnya keringat yang akan meningkatkan pendinginan evaporatif, mengurangi beban sirkulasi, dan meningkatkan panas konduksi melalui kulit (Richard and Collipi, 999). Aklimatisasi akan meningkatkan toleransi seseorang saat bekerja di lingkungan panas. Beberapa kondisi medis umum dan pengobatan dapat menurunkan kemampuan seseorang dalam menghadapi tekanan panas (Worksafe BC, 7). Telah lama diketahui bahwa penyakit degeneratif yang diderita seseorang seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes mellitus, atau kekurangan nutrisi akan menjadi berbahaya ketika mereka terpajan panas dan ketika tekanan tersebut mengganggu sistem kardiovaskular (NIOSH, 986). Performa kerja yang efektif dalam keadaan panas membutuhkan penggantian cairan tubuh dan elektolit yang hilang akibat berkeringat. Jika cairan tidak diganti dengan minum, keringat yang terus keluar akan menghilangkan cairan dari jaringan dan sel tubuh, yang akan mengakibatkan dehidrasi. Kehilangan cairan melalui keringat sampai,4% dari berat badan dapat ditoleransi tanpa masalah serius. Kehilangan cairan mencapai 3-6% dari berat badan, performa kerja akan terganggu, bekerja dalam kondisi tersebut terus-menerus akan mengakibatkan heat exhaustion (Richard and Collipi, 999). Pajanan panas berlebih akan menyebabkan penyakit terkait panas seperti heat stroke, heat exhaustion, heat cramps, heat syncope, dan heat rash. Di antara penyakit-penyakit tersebut heat stroke merupakan yang paling membahayakan dan membutuhkan penanganan medis secepat mungkin. Pada seseorang yang mengalami heat stroke suhu tubuh dan detak jantung akan meningkat disertai dengan berhentinya berkeringat. Kematian dapat terjadi umumnya dalam waktu jam pertama atau minggu sesudah kejadian. Heat stroke biasanya terjadi pada orang-orang yang masih muda yang pekerjaan fisiknya sedang sampai berat, tidak teraklimatisasi, obesitas, kecukupan minumnya kurang, pakaiannya tidak sesuai, dan mengkonsumsi alkohol (Richard and Collipi, 999). Heat exhaustion merupakan kondisi fisik dimana kulit pekerja menjadi basah dan lembab dan suhu tubuhnya masih normal atau sedikit lebih tinggi dari suhu normal. Heat exhaustion terjadi akibat tubuh kehilangan air dan garam saat berkeringat dan tidak ada penggantian air secara benar selama beraktivitas fisik. Heat exhaustion yang tidak segera tertangani dengan benar akan mengarah pada kejadian heat stroke (Goetsch, 8). Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

6 Heat cramps merupakan kram otot yang menyakitkan disebabkan oleh kehilangan terlalu banyak garam melalui keringat saat bekerja di lingkungan panas dengan beban kerja yang berat. Kram yang terjadi biasanya pada kaki dan daerah perut. Biasanya kram terjadi saat akhir kerja atau setelah otot didinginkan (saat mandi setelah bekerja). Kram akibat panas hanya dapat disembuhkan setelah garam yang hilang digantikan. Hal ini yang membedakan dengan kram yang lain (Worksafe BC, 7). Metode penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan disain studi cross-sectional dengan memberikan kuesioner kepada pekerja di area UHT dan SCM proses yang berjumlah 5 orang. Penelitian dilakukan di PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas selama periode Januari-Maret 4. Analisis secara bivariat dilakukan dengan uji korelasi untuk melihat keeratan hubungan antara variabel independen (faktor lingkungan, faktor pekerjaan, dan faktor pakaian kerja), variabel dependen (keluhan subjektif akibat tekanan panas), dan variabel bebas (umur, IMT, status aklimatisasi, kondisi medis, dan status hidrasi). Hasil penelitian Tabel Perhitungan Kejadian Tekanan Panas Berdasarkan Permenaker No 3 Tahun No Area Beban kerja Pola kerja Hasil Pengukuran (WBGT) NAB ( C) Keterangan (Tekanan Panas) UHT Dumping Sedang %-5% 3,9 3, Tidak Mixing Ringan 5%-5% 3,3 9, Ya 3 Standard Ringan 5%-5% 3, 9, Ya Tank 4 Area Liquid Ringan 5%-5% 3,74 9, Ya Process 5 UHT proses Ringan 5%-5% 3,3 9, Ya 6 Reprocess Ringan 5%-5% 3,4 9, Ya SCM Dumping Sedang %-5% 3,9 3, Tidak Fresh Milk Ringan 5%-5% 3,78 9, Ya 3 SCM proses Ringan 5%-5% 3,75 9, Ya 4 Fat melting Ringan 5%-5% 8,79 9, Tidak 5 Storage tank Ringan 5%-5% 8,46 9, Tidak Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

7 Tabel Gambaran Keluhan Subjektif Responden No Keluhan Tidak Pernah. Banyak mengeluarkan keringat 3 (8,%). Merasa cepat haus 8 (6,%) 3. Pusing atau berkunang-kunang 33 (66,%) 4. Perasaan mual,ingin muntah, eneg 37 (74,%) 5. Lemas (44,%) 6. Kurang konsentrasi 8 (56,%) 7. Perasaan ingin pingsan 49 (98,%) 8. Kulit terasa panas 4 (84,%) 9. Kulit terasa perih kemerahan 48 (96,%). Kulit terasa kering dan pucat 4 (8,%). Kulit lembab dan biang keringat 4 (8,%). Jarang kencing 38 (76,%) 3. Merasa cepat lelah (4,%) 4. Detak jantung cepat 46 (9,%) 5. Kram/kejang otot perut 46 (9,%) 6. Kram/kejang otot lengan 4 (8,%) 7. Kram/kejang otot kaki 36 (7,%) 8. Hilang keseimbangan 44 (88,%) 9. Tidak nyaman 3 (6,%). Gelisah saat bekerja 39 (78,%) Frekuensi dan Persentase Pernah (J+S+SS) 47 (94,%) 4 (84,%) 7 (34,%) 3 (6,%) 8 (56,%) (44,%) (,%) 8 (6,%) (4,%) (,%) (,%) (4,%) 9 (58,%) 4 (8,%) 4 (8,%) 9 (8,%) 4 (8,%) 6 (,%) (4,%) (,%) Jarang (J) 4 (6,%) 3 (4,%) 4 (8,%) (,%) 4 (48,%) (4,%) (,%) 6 (,%) (4,%) 8 (6,%) 9 (8,%) 7 (4,%) 3 (46,%) 4 (8,%) 4 (8,%) 8 (6,%) (,%) 5 (,%) 6 (3,%) 8 (6,%) Sering (S) (4,%) 8 (6,%) (4,%) (4,%) 4 (8,%) (,%) (,%) (,%) (,%) (,%) (,%) (4,%) 4 (8,%) (,%) (,%) (,%) 3 (6,%) (,%) 3 (6,%) (,%) Sangat Sering (SS) (4,%) (4,%) (,%) (,%) (,%) (,%) (,%) (4,%) (,%) (,%) (,%) 3 (6,%) (4,%) (,%) (,%) (,%) (,%) (,%) (,%) (4,%) Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

8 Tabel 3 : Hasil Analisis Bivariat Variabel Independen P-value R Beban Kerja,8 -,48 Umur,95 -,4 Indeks Massa Tubuh,4,7 Status Hidrasi,36 -,3 Pembahasan Keterbatasan penelitian. Pengukuran suhu lingkungan kerja menggunakan data sekunder yaitu data pengukuran dari perusahaan di bulan Desember 3 sedangkan pengumpulan data yang dilakukan penulis dilakukan pada rentang waktu Januari-Februari 4. Penulis tidak mengetahui kondisi aktual saat pengukuran dilakukan.. Pengukuran hanya dilakukan pada lingkungan dan tidak dilakukan pengukuran pajanan panas pada pekerja menggunakan personal heat monitor. 3. Jumlah responden penelitian yang sedikit yaitu 5 responden. 4. Beban kerja hanya dihitung menggunakan tabel estimasi dari NIOSH 986 yang memiliki penyimpangan akurasi %-5% 5. Status hidrasi pada responden didapatkan dari informasi konsumsi rata-rata air minum dalam sehari sehingga kemungkinan terjadi kesalahan saat mengingat sangat besar (recall bias). 6. Kondisi medis responden hanya didapatkan melalui riwayat penyakit yang ditanyakan dalam kuesioner. 7. Dampak kesehatan akibat pajanan panas yang diteliti hanya berupa keluhan terkait gejala awal yang dirasakan oleh responden pada saat bekerja, sehingga sangat melibatkan unsur subjektifitas dari responden tanpa didukung dengan data respon fisiologis berupa peningkatan suhu tubuh, perubahan denyut nadi, dan jumlah keringat. Berdasarkan hasil pengukuran yang didapat, ada area di proses produksi yang menjadi titik pengukuran. Hasil WBGT Indoor menunjukkan rata-rata suhu di area tersebut antara 3,9 C sampai 3,78 C. Nilai WBGT Indoor tertinggi berada di area fresh milk (3,78 C) yaitu area dimana susu murni disimpan dalam tangki. Area di proses produksi susu UHT dan SCM tidak memiliki sekat sehingga antara area satu dengan yang lain menyatu. Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

9 Suhu di area fresh milk dihasilkan dari aktivitas mesin sekitar yaitu mesin triblender UHT dan mesin mixing SCM yang memang dalam prosesnya membutuhkan panas sekitar 8-9 C. Kelembaban relatif di UHT dan SCM proses mencapai 6%. Hal ini karena desain area produksi yang tertutup mengingat fungsinya untuk memproduksi susu dan untuk menghindari kontaminasi yang mungkin terjadi saat proses produksi. Selain area fresh milk, ada lima area yang hasil WBGT indoor nya lebih dari 3 C yaitu area mixing, area reprocess, area liquid process, area UHT Process, dan area SCM Process. Suhu yang dihasilkan antara 3,3 C sampai 3,75 C. Kelembaban relatif kelima area tersebut antara 54%-6%. Hasil ini menunjukkan kelembaban di area produksi sangat tinggi. Analisis yang telah dilakukan menunjukkan hasil dari 5 responden telah melebihi nilai ambang batas yang diizinkan bekerja. Pekerja yang melebihi NAB pajanan panas adalah semua pekerja dengan beban kerja ringan yang berasal dari area UHT ( responden) dan area SCM ( responden). Semua pekerja di area tersebut terpajan panas secara terputus-putus (intermitten). Pekerja akan keluar dari ruang kontrol setiap -5 menit sekali untuk mengecek mesin dan melakukan tugas lainnya. Total mereka terpajan panas dalam sehari sekitar -3 jam. Nilai indeks WBGT Indoor rata-rata di PT Frisian Flag Indonesia berada pada rentang 3,9 C-3,78 C. Berdasarkan standar ACGIH dalam TLV dan BEIs dengan batasan nilai action limit untuk pola 5%-5% yaitu 9,5 C untuk kriteria beban kerja ringan dan 7, C untuk kriteria beban kerja sedang, dihasilkan bahwa semua area kecuali fat melting dan storage tank berada di atas nilai TLV untuk kategori beban kerja sedang dan beban ringan. Area dan pekerja yang melebih nilai TLV (berdasarkan Permenaker No 3 Tahun ) telah dijelaskan pada tabel 6.. Jadi, sebanyak responden yang terdiri dari responden UHT dan responden SCM masih berada di atas nilai action limit yang ditentukan. Berdasarkan analisis tersebut, disimpulkan bahwa sebanyak responden (44,%) bekerja pada kondisi iklim kerja di atas nilai action limit. Usaha pengendalian yang telah dilakukan perusahaan antara lain berupa pengendalian teknis dan pengendalian administratif. Pengendalian teknis berupa penyediaan ruang kontrol dilengkapi AC, penyediaan supply fresh air, dan adanya exhaust (area reproses dan fat melting). Sedangkan pengendalian secara administratif berupa penentuan waktu istirahat yang cukup dengan program tie break, pemasangan stiker penanda warna air kencing di kamar Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

10 mandi untuk melihat apakah pekerja mengalami dehidrasi atau tidak, dan penyediaan fasilitas air minum berupa dispenser yang mudah dijangkau oleh pekerja di masing-masing area. Tekanan panas (heat stress) memberikan dampak pada perubahan secara fisiologis. Tubuh akan merespon perubahan fisiologis tersebut dengan cara menghilangkan panas dari tubuh atau lebih dikenal dengan heat strain. Respon fisiologis yang dilakukan tubuh antara lain peningkatan suhu inti tubuh, pengeluaran keringat, peningkatan denyut nadi, pusing, lemas dan lainnya. Heat strain yang tidak dapat ditangani akan mengarah ke penyakit akibat panas yang lebih serius. Hasil penelitian menunjukkan 5 responden penelitian seluruhnya mengalami keluhan akibat pajanan panas dengan frekuensi yang berbeda-beda. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan jenis keluhan yang selalu ada pada setiap variabel independen adalah banyak mengeluarkan keringat, merasa cepat haus, lemas dan merasa cepat lelah. Menurut Bernard () gejala-gejala awal dari heat exhaustion antara lain kelelahan, lemah dan lemas, penglihatan kabur, pusing, denyut nadi tinggi, banyak mengeluarkan keringat, tekanan darah rendah, sempoyongan, wajah pucat, pingsan dan suhu tubuh sedikit meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, 94,% responden merasakan banyak mengeluarkan keringat, 84% merasa cepat haus, 56,% responden merasa lemas, 34,% merasakan pusing atau sakit kepala, dan 58,% merasa cepat lelah. Meskipun persentasenya sedikit tetapi ada responden yang merasakan ingin pingsan yaitu sebesar,%. Hasil di atas membuktikan bahwa sebagian besar responden PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas telah mengalami gejala-gejala heat exhaustion. Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar keluhan lebih banyak dirasakan pada responden yang mengalami tekanan panas dibandingkan yang tidak mengalami tekanan panas. Keluhan yang sebagian besar dirasakan responden adalah banyak mengeluarkan keringat, merasa cepat haus, lemas, kurang konsentrasi, dan merasa cepat lelah. Hasil ini sejalan dengan teori yang ada bahwa pekerja yang mengalami tekanan panas akan lebih berisiko mengalami keluhan-keluhan akibat pajanan panas. Hubungan antara variabel independen dan dependen dilakukan dengan uji korelasi linier sederhana. Variabel yang dapat diuji korelasi adalah beban kerja, umur, IMT, dan status hidrasi. Secara statistik, tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan dependen seperti yang disajikan pada tabel 3. Namun, apabila dilihat dari jenis-jenis keluhan yang dirasakan mengarah pada kejadian heat exhaustion dan dehidrasi. Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

11 Secara teoritis faktor beban kerja, umur, IMT, dan status hidrasi merupakan faktor risiko terjadinya tekanan panas. Hasil statistik yang menunjukkan tidak ada hubungan signifikan dapat diakibatkan kesalahan mengingat (recall bias) saat mengisi kuesioner tentang keluhan subjektif dan sebaran yang tidak merata dari responden itu sendiri. Simpulan. Suhu lingkungan kerja yang terukur di area produksi PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas pada bulan Desember 3 menunjukkan nilai WBGT Indoor yang telah melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan kecuali untuk area dumping, fat melting, dan storage tank dengan nilai tertinggi 3,78 C.. Berdasarkan hasil penghitungan beban kerja menggunakan tabel estimasi dari NIOSH (986), sebagian besar responden memiliki beban kerja ringan (6,%) dan beban kerja sedang (38,%). 3. Pola kerja di PT Frisian Flag Indonesia ada dua macam yaitu pola %-5% dan pola 5%-5% 4. Pakaian kerja yang digunakan berupa seragam kerja PT Frisian Flag Indonesia berupa kaos panjang dan celana panjang berbahan katun. Pakaian jenis ini memiliki bobot nilai nol sehingga tidak memberikan kontribusi terhadap kejadian tekanan panas. 5. Responden yang berisiko tinggi mengalami tekanan panas sebanyak 44,% yaitu responden dari UHT Processing dan responden dari SCM Processing yang memiliki beban kerja ringan dan sedang. 6. Seluruh responden pernah mengalami keluhan akibat pajanan panas dengan frekuensi yang berbeda-beda. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah banyak mengeluarkan keringat (94,%) dan merasa cepat haus (84,%). Keluhan yang hampir tidak pernah dirasakan responden adalah perasaan ingin pingsan (98,%), kulit terasa perih kemerahan (96,%), detak jantung cepat (9,%), dan kram/kejang otot perut (9,%). 7. Sebanyak 49 orang tergolong mengalami keluhan ringan dan hanya satu orang yang mengalami keluhan sedang. 8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik pekerja (umur, IMT, status aklimatisasi, kondisi medis, dan status hidrasi) dengan keluhan subjektif pekerja di bagian produksi PT FFI Plant Ciracas Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

12 Saran. Pengendalian Teknis a. Pemasangan blower pada titik-titik dimana pekerja sering melakukan aktivitas kerja sehingga pemasangan blower menjadi efektif. Pemasangan blower juga harus memerhatikan suhu udara yang terukur. Apabila suhu udara mencapai 35 C, pemasangan blower hanya akan meningkatkan risiko tekanan panas pada pekerja. b. Pemasangan termometer ruangan untuk memantau suhu udara di area produksi sehingga baik supervisor dan pekerja mengetahui berapa suhu di area tempat mereka bekerja.. Pengendalian Administratif a. Melakukan program training dan edukasi tentang bahaya panas pada pekerja. Program training dapat dilakukan kepada pekerja yang akan bekerja di lingkungan panas. Sedangkan program edukasi dapat melalui upaya komunikasi bahaya (hazard communication) dengan penyuluhan maupun menggunakan leaflet. Isi materi berupa faktor-faktor penyebab tekanan panas, gangguan kesehatan yang timbul, gejala-gejala penyakit akibat panas dan pertolongan pertama yang dilakukan saat terjadi penyakit akibat panas b. Mengadakan program surveilans kesehatan terkait pajanan tekanan panas. Program surveilans kesehatan meliputi surveilans kesehatan pekerja dan surveilans lingkungan kerja. Surveilans kesehatan pekerja mencakup pemeriksaan panas personal dan pemeriksaan medis berkala untuk memantau risiko terjadinya penyakit akibat panas. Selain itu perlu dilakukan pemantauan biologik pada responden yang mengalami tekanan panas. Pemantauan biologik dapat dengan mengukur detak jantung, suhu inti tubuh, kehilangan cairan tubuh, dan mengukur urin pekerja. Surveilans lingkungan kerja dilakukan dengan mempertahankan pengukuran rutin minimal satu kali dalam setahun dan meningkatkan kualitas pengukuran yang ada. c. Membuat peraturan yang menghimbau pekerja untuk minum gelas (/ liter) air minum sebelum bekerja dan gelas air minum setiap 5- menit Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

13 Daftar Referensi sekali dengan suhu air minum -5 C. Selain itu melarang pekerja untuk mengonsumsi minuman yang mengandung kafein selama bekerja. d. Mengadakan program olahraga bersama untuk meningkatkan kebugaran pekerja dan membantu pekerja meningkatkan aklimatisasinya. e. Membuat program diet sehat agar tercapai berat badan ideal untuk semua pekerja. American Conference of Governmental Industrial Hygienist. (). Threshold limit values for chemical substances and physical agents. United States: Author. Badan Standarisasi Nasional (BSN). (4). SNI tentang pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola. Bernard, Thomas E. (). Thermal stress. Dalam B A. Plog & P.J. Quinlan (Ed) Fundamentals of industrial hygiene (5th ed). USA: NSC. Center for Disease Control and Prevention. (7). Evaluation of heat stress at a glass bottlee manufacturer. November 9, 3. Center for Disease Control and Prevention. (). Heat stress and strain evaluation among aluminium potroom employees-texas. November 9, 3. Center for Disease Control and Prevention. (8). Heat-related deaths among crop workers- United Stated, November 9, 3. Devitasari, Chittania.(3). Laporan praktek kerja lapang : kajian sistem jaminan mutu terhadap raw material di PT Frisian Flag Indonesia. Jatinangor : Program Sarjana Teknologi Industri Pertanian, Teknologi Pangan. Goetsch, David L. (8). Hazard of temperature extreme. Dalam occupational safety and health for technologiest, engineers, and manager (6th Ed). USA: Author Hastono, Sutanto Priyo. (). Analisis data kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hertig, Bruce A. (973). Thermal standards and measurement techniques, chapter 3. Dalam the industrial environment its evaluation & control. US: Author. Hendra. (3). Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan suhu tubuh dn denyut nadi pada pekerja yang terpajan panas (studi kasus departemen cor divisi tempa dan cor PT. Pindad Bandung tahun 3). Depok: Program Studi Magister Keselamtan dan Kesehatan Kerja Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Hendra. (9). Tekanan panas dan metode pengukurannya di tempat. Disampaikan pada semiloka ketrampilan pengukuran bahaya fisik dan kimia di tempat kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, Depok. Health and Safety Executive. (3). Heat stress in the workplace. UK: Health and Safety Executive. January 6, 4. Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

14 Hughes, Phil & Ferret, Ed. (9). Introduction to health and safety at work, fourth edition. Oxford : Butterworth-Heinemann. International Labour Organizations. (4). Safety and health at work. May 5, 4. Dirjen Bina Gizi dan KIA. (). Tabel IMT. May 6, 4. Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (). Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor per.3/men/x/ tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja. Jakarta: Penulis Khogali, M. (8). Heat. Dalam Occupational safety and health for technologiest, engineers, and manager (6th ed). USA: Author Kurniawidjaja, Meily L. (). Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Levy, BS et al, Editor. (). Occupational and environmental health: recognizing and preventing disease and injury 6 th edition. New York : Oxford University Press. Minard, David. (973). Physiology of heat stress, chapter 3. Dalam the industrial environment its evaluation & control. US: Author. Murti, B. (). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. National Weather Service. (4). Heat : a major killer. January, 4. NCDOL. (4). A guide to preventing heat stress and cold stress. North Carolina: North Carolina Department of Labor Occupational Safety and Health Program. NIOSH.(986). Occupational exposure to hot environments. United States: US Department of Health and Human Services Public Health Service Centers for Disease Control. OSHA. (999). OSHA technical manula section iii, chapter 4: heat stress. November 9, 3. OSHA. (). Heat stress. United States: MNOSHA Pamungkas, Tiara Ratnaning. (3). Analisis tekanan panas dan keluhan subjektif akibat pajanan tekanan panas pada pekerja di area pt united tractors tbk tahun 3. Depok : Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia. Puspita, Agil Helien. (). Analisis tekanan panas dan tingkat keluhan subjektif pada pekerja di area produksi pelumas Jakarta PT Pertamina (persero) Tahun.Depok: Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia. Richard, Anne M.V. & Collipi, Ralph JR. (999). Heat stress dalam handbook of occupational safety and health, second edition. New York : John Wiley & Sons, Inc. Safe Work Autralia. (). Managing the work environment and facilities. SHE. (). Adendum analisis dampak lingkungan PT Frisian Flag Indonesia. Jakarta : QA- SHE Departemen Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

15 Spellman, Frank R. (6). Industrial hygiene simplified: a guide to anticipation, recognition, evaluation, and control of workplace hazards. United States: Imprint of the Scarecrow Press, Inc. UNC Environment, Health & Safety. (). Heat Stress Policy. North Carolina: The University of North Carolina Wald, Peter H. & Stave, Gregg M., Editor. (). Physical and biological hazards of the workplace second edition. New York: John Wiley and Sons, Inc. Worksafe BC. (7). Preventing heat stress at work. Columbia: Author. Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 4

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS PADA PEKERJA DI AREA PT UNITED TRACTORS TBK TAHUN 2013

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS PADA PEKERJA DI AREA PT UNITED TRACTORS TBK TAHUN 2013 ANALISIS TEKANAN PANAS DAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS PADA PEKERJA DI AREA PT UNITED TRACTORS TBK TAHUN 2013 Tiara Ratnaning Pamungkas 1, Zulkifli Djunaidi 2 1 Mahasiswa Peminatan Keselamatan

Lebih terperinci

Gambaran Keluhan Subjektif Pekerja Akibat Tekanan Panas di Area Peleburan, Proses Sekunder, dan Pengecoran Slab Steel Plant

Gambaran Keluhan Subjektif Pekerja Akibat Tekanan Panas di Area Peleburan, Proses Sekunder, dan Pengecoran Slab Steel Plant Gambaran Keluhan Subjektif Pekerja Akibat Tekanan Panas di Area Peleburan, Proses Sekunder, dan Pengecoran Slab Steel Plant (SSP) PT Krakatau Steel Cilegon, Banten Tahun 2012 Alwina Fitria Maulidiani*

Lebih terperinci

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) KEPMENAKER NO.51 TAHUN 1999 TENTANG NAB FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA 1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

TEKANAN PANAS DAN METODE PENGUKURANNYA DI TEMPAT KERJA

TEKANAN PANAS DAN METODE PENGUKURANNYA DI TEMPAT KERJA TEKANAN PANAS DAN METODE PENGUKURANNYA DI TEMPAT KERJA HENDRA DISAMPAIKAN PADA SEMILOKA KETERAMPILAN PENGUKURAN BAHAYA FISIK dan KIMIA di TEMPAT KERJA RUANG PROMOSI DOKTOR, GEDUNG G FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN TINGKAT KELUHAN SUBJEKTIF PADA PEKERJA DI AREA PRODUKSI PELUMAS JAKARTA PT PERTAMINA (PERSERO) TAHUN 2012 SKRIPSI

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN TINGKAT KELUHAN SUBJEKTIF PADA PEKERJA DI AREA PRODUKSI PELUMAS JAKARTA PT PERTAMINA (PERSERO) TAHUN 2012 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TEKANAN PANAS DAN TINGKAT KELUHAN SUBJEKTIF PADA PEKERJA DI AREA PRODUKSI PELUMAS JAKARTA PT PERTAMINA (PERSERO) TAHUN 2012 SKRIPSI AGIL HELIEN PUSPITA 0806457975 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, terbuka, tertutup, bergerak ataupun tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas adalah faktor pekerjaan yang dihadapi oleh banyak pekerja hutan di seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di bidang kehutanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah keadaan sekitar baik secara fisik dan non fisik yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi keadaan lingkungan kerja

Lebih terperinci

REKAP SAMPLING HEAT STRESS Tgl 23 juni 2008 PT. MULTISTRADA ARAH SARANA. 1 Line A Dekat Mesin BOM A

REKAP SAMPLING HEAT STRESS Tgl 23 juni 2008 PT. MULTISTRADA ARAH SARANA. 1 Line A Dekat Mesin BOM A Heat Stress REKAP SAMPLING HEAT STRESS Tgl 23 juni 2008 PT. MULTISTRADA ARAH SARANA No Location Time Result Wbgt Start End Tw Td Tg in Rh 1 Line A Dekat Mesin BOM A4 10.20 10.45 25.9 37.5 38.1 29.6 40.12%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja Pengertian Iklim Kerja Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36-37 0 C dengan berbagai cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas

Lebih terperinci

IV-138 DAFTAR ISTILAH

IV-138 DAFTAR ISTILAH IV-138 DAFTAR ISTILAH Evaporasi; (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat disegala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan, transportasi, dan lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. Namun dalam penerapan teknologi tinggi tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Denny Dermawan 1, Mochamad Luqman Ashari 2, Wiediartini 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu dari aspek ligkungan fisik seperti suhu,

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya Bab V Hasil dan Pembahasan Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya V.1 Identifikasi Bahaya Teknik yang digunakan untuk penentuan bahaya dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Iklim Kerja 1. Pengertian Iklim kerja Iklim kerja adalah keadaan udara di tempat kerja. 2 Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti; temperatur, kelembapan udara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah studi di Portugal mengenai lingkungan dingin menunjukkan prosentase yang signifikan dari pekerja yang berulang kali terpajan pada kondisi ekstrim dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Kerja 2.1.1. Definisi Iklim Kerja Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki suhu inti tubuh normal sekitar 36-37 C. Suhu tubuh tersebut dapat berubah naik atau turun tergantung dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang pekerja. 1 Di dalam lingkungan kerja terdapat faktor-faktor yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki AFTA, WTO dan menghadapi era globalisasi seperti saat ini, pemerintah telah mempunyai kebijakan pembangunan industri nasional yang tertuang dalam Perpres No.28

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Defenisi Tekanan Panas Menurut Suma mur (2009) cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi menjadi dua tingkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR Ridhayani Adiningsih Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN KERJA MAHASISWA

BUKU PEDOMAN KERJA MAHASISWA BUKU PEDOMAN KERJA MAHASISWA Mata kuliah HIGIENE INDUSTRI Oleh HENDRA Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I INFORMASI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan. PERBEDAAN KEBUTUHAN AIR MINUM DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI BAGIAN PENGECORAN LOGAM DAN FINISHING PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa

Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa Angga Satria Tritama 1, Farizi Rachman 2, Denny Dermawan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Faktor temperatur pada suatu lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja, bila

Lebih terperinci

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan 2.1. Tekanan Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

Tetap sehat saat Bulan Ramadan

Tetap sehat saat Bulan Ramadan Tetap sehat saat Bulan Ramadan Disclaimer: Presentasi ini dibuat hanya untuk tujuan pendidikan dan bukan sebagai pengganti saran medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai topik di atas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Nugroho Dwi Prasetyo, Rizki Gusti, Alfi Torich, Denny Dermawan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuh manusia. Aktivitas ini memenuhi semua kehidupan manusia. Menurut WHO (2010),

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Pengukuran Lingkungan Kerja 6.1.1 Pengukuran Pencahayaan Ruang Kerja Radar Controller Pada ruang Radar Controller adalah ruangan bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Pengertian Tekanan Panas Tekanan panas adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, terdapat perubahan gaya hidup masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga mempengaruhi jumlah pesanan pada katering (Tristar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian.masa neonatal,

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water.

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA BAGIAN PEMBAKARAN DI PEMBUATAN BATU BATA KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG 2015 Adityo Totok Endargo* ), Eko Hartini**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK Kartika Wulandari*), dr. Baju Widjasena, M.Erg **), Ekawati, S.KM, M.Sc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEK FISIOLOGIS PADA PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PANAS

PERBEDAAN EFEK FISIOLOGIS PADA PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PANAS 1 PERBEDAAN EFEK FISIOLOGIS PADA PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PANAS Tedy Dian Pradana, Rochmawati, Sumiati Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak, jl. Achmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi yang pada tanggal 2 Oktober 2009 ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

2

2 2 4 6 9 10 Setiap sel senantiasa terbenam dalam air Memerlukan air utk melaksanakan fungsi sel tersebut medium dimana metabolisme tubuh berlangsung. alat pengangkutan tubuh. bahan pelicin utk pergerakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011 ERGONOMI - TEMPERATUR - Universitas Mercu Buana 2011 Tubuh Manusia dan Temperatur Kroemer & Kroemer,, 2001) Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang ekstrim. Kondisi temperatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin 1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB Mufrida Meri 1), Hendra Risda Eka Putra 2) 1) Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN PANAS DAN KEBISINGAN TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA PEKERJA TEKSTIL DI PT. X PEKALONGAN

PENGARUH TEKANAN PANAS DAN KEBISINGAN TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA PEKERJA TEKSTIL DI PT. X PEKALONGAN PENGARUH TEKANAN PANAS DAN KEBISINGAN TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA PEKERJA TEKSTIL DI PT. X PEKALONGAN Influence Of Heat Pressure And Noise To Blood Pressure And Pulse On Textile

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan tulang punggung di bidang industri yang sangat menentukan keberhasilan dari suatu usaha untuk mempertinggi produksi, produktivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup tidak hanya bergantung pada makanan tetapi juga minuman, karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup beminggu minggu tanpa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN INTISARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki dua masalah gizi utama yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Kelebihan gizi menyebabkan obesitas yang banyak terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci