BAB II ANALISIS DATA. ketujuh geguritan karya Wieranta dalam Kumpulan Geguritan Dongeng Saka. analisis struktural yang digabungkan dengan semiotik.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ANALISIS DATA. ketujuh geguritan karya Wieranta dalam Kumpulan Geguritan Dongeng Saka. analisis struktural yang digabungkan dengan semiotik."

Transkripsi

1 26 BAB II ANALISIS DATA Langkah awal untuk mengungkapkan isi dalam sebuah karya sastra adalah dengan mengetahui struktur pembangun dalam karya sastra tersebut. Membedah struktur menjadi sangat penting sebagai dasar dalam mencari makna karya sastra tidak terkecuali geguritan. Analisis struktural yang digunakan dalam membedah ketujuh geguritan karya Wieranta dalam Kumpulan Geguritan Dongeng Saka Pabaratan adalah analisis struktural dinamik. Strukturalisme dinamik adalah analisis struktural yang digabungkan dengan semiotik. Kutipan pada setiap cuplikan geguritan dibubuhkan untuk mempermudah pembahasan. Kutipan terletak di akhir baris dengan skema judul geguritan, kemudian tanda baca koma (,) angka Arab, tanda baca koma (,) yang itu semua diletakkan dalam kurung. Angka Arab pertama menunjukkan bait kesekian dari geguritan, sedangkan angka Arab kedua merupakan penanda baris kesekian dalam bait geguritan. A. Ciri Ketidak Langsungan Puisi dalam Kumpulan Geguritan Dongeng Saka Pabaratan karya Wieranta. 1. Penggantian Arti (Displacing of Meaning) Analisis penggantian arti mencakup unsur-unsur: (a) Personifikasi, yakni kiasan yang menghidupkan kesan bahwa benda mati dapat melakukan perilaku selayaknya manusia. (b) Metonimia, yakni kiasan yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan sesuatu hal lain. 26

2 27 Data analisis personifikasi dan metonimia yang terdapat dalam ketujuh Geguritan Dongeng Saka Pabaratan karya Wieranta disajikan di bawah ini. a. Personifikasi Bahasa dalam sebuah geguritan merupakan bahasa yang mengutamakan aspek keindahan. Penggunaan majas maupun kiasan tentu tidak dapat dipisahkan dari suatu geguritan. Pemakaian majas dalam geguritan akan menimbulkan kesan indah, tidak monoton, menarik, dan membangkitkan imajinasi bagi setiap pembaca. Penggunaan kata kias juga dapat mengajak pembaca untuk mengetahui maksud dari pengarang. Salah satu majas yang digunakan dalam menciptakan geguritan adalah majas personifikasi. Majas personifikasi adalah kiasan yang menghidupkan kesan bahwa benda mati dapat melakukan perilaku selayaknya manusia. Personifikasi yang ditunjukkan dalam ketujuh Geguritan Dongeng Saka Pabaratan karya Wieranta adalah sebagai berikut: 1) Kang Lagi Nandhang Roga 1 Yang Sedang Tertimpa Sakit 1 Thole, langit udan tangis (KLNR 1, 1, 1) Thole, tetuwuhan alum pucet (KLNR 1, 2, 1) Nak, langit hujan tangis Nak, tanaman layu pucat Geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 1 menyebutkan hujan sebagai benda mati dapat menangis layaknya manusia. Menangis sering dilakukan manusia apabila sedang tertimpa musibah. Menangis adalah bentuk pelampiasan

3 28 kesedihan seseorang. Dalam geguritan yang bertemakan sedih maka hujan diibaratkan ikut menangis karena merasakan kesedihan seseorang. Kutipan kedua juga menyebutkan adanya majas personifikasi yang lain yaitu tetuwuhan alum pucet tanaman layu pucat. Pada kutipan ini menambahkan kata pucet pucat. Pucat adalah penggambaran untuk orang yang sedang sakit. Pucat sering terlihat pada wajah manusia yang sedang tidak sehat. 2) Kang Lagi Nandhang Roga 2 Yang Sedang Tertimpa Sakit 2 Jagad angguguk nangis thole (KLNR 2, 4, 1) Dunia tersedu menangis Nak Majas personifikasi pada geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 2 terlihat pada bait keempat baris pertama. Disebutkan jagad angguguk nangis thole Dunia tersedu menangis Nak, dunia yang hanya benda mati diibaratkan merasakan kesedihan sang pengarang hingga dianggap bumi ini ikut menangis tersedu-sedu. 3) Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 Kreta dewa ngambah nggegana (KLNR 3, 2, 1) Nyebar mawar lan tetawar (KLNR 3, 2, 2) Kereta dewa menjelajah awang-awang Menyebar mawar dan obat Majas personifikasi pada geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 terlihat pada bait kedua baris pertama dan kedua.

4 29 Telihat bahwa kereta dewa menyebar bunga mawar dan obat. Kereta dewa yang hanya benda mati diibaratkan mampu menyebarkan bunga mawar dan obat melalui angkasa. 4) Panglocitaku Mbesuk kapan kowe njilma kembang (Pc, 3, 5) Sumunar ana sangisore pucang kembar (Pc, 3, 6) Saat kamu menjadi bunga Bersinar di bawah pucang kembar Penggunaan majas personifikasi pada geguritan Panglocitaku terlihat pada akhir geguritan yaitu pada bait tiga baris ke lima dan enam. Bunga merupakan mahluk hidup yang biasa dinikmati keindahan bentuk dan baunya yang harum. Pada kutipan di atas terlihat pemajasan dengan mengungkapkan bunga yang dapat bersinar. 5) Lare Lara 1 Anak Sakit 1 Kang kalamangsane (LL 1, 2, 6) Keprangkul dhuhkita (LL 1, 2, 7) Yang pada saatnya Dirangkul kesedihan

5 30 Majas personifikasi dalam geguritan Lare Lara 1 terdapat pada bait kedua baris ke enam dan ketujuh, terlihat penggambaran waktu yang diibaratkan sebagai benda hidup yaitu dapat merangkul. 6) Lare Lara 2 Anak Sakit 2 Wus sayah angine (LL 2, 2, 1) Sudah lelah anginnya Kutipan pada geguritan Lare Lara 2 Anak Sakit 2 memperlihatkan majas personifikasi pada bait kedua baris pertama. Angin yang merupakan benda mati diibaratkan sebagai benda hidup. Angin yang selalu berhembus digambarkan sudah lelah dalam berhembus dan membutuhkan istirahat. Berdasarkan kutipan yang telah dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa Wieranta menggunakan sesuatu yang berkaitan dengan alam dan sesuatu yang abstrak untuk penggambaran majas personifikasi dalam geguritannya seperti, alam, bunga, angin, dan waktu. Ini menunjukkan bahwa penyair memperlihatkan fenomena-fenomena alam semesta dan lingkungan yang ada di sekitarnya untuk memperkuat gambaran sosial masyarakat. b. Metonimia Metonimi ini dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Penggunaan metonimia ini efeknya ialah pertama untuk membuat lebih hidup dengan menunjukkan hal yang konkret itu. Kedua

6 31 pertentangan benda-benda tersebut menekankan pemisahan status sosial antara bangsawan dan orang kebanyakan. Benda-benda tersebut merupakan tanda pangkat atau tingkatan (Pradopo, 2007:78). Metonimia dalam ketujuh geguritan karya Wieranta adalah sebagai berikut: 1) Kang Lagi Nandhang Roga 1 Yang Sedang Tertimpa Sakit 1 Thole, langit udan tangis (KLNR 1, 1, 1) Weruh mripatmu kembeng getih (KLNR 1, 1, 2) Anakku, langit hujan tangis Melihat matamu penuh darah Kutipan di atas menunjukkan metonimia yang terdapat dalam geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 1, kata tangis dapat menggantikan sebuah kesedihan yang amat mendalam. Kata mripatmu kembeng getih dapat menggantikan sebuah tangisan yang sedang dialami. 2) Kang Lagi Nandhang Roga 2 Yang Sedang Tertimpa Sakit 2 Kembeng-kembeng waspa (KLNR 2, 2, 2) Penuh dengan air mata Kutipan di atas menunjukkan majas metonimia yang terdapat dalam geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 2, kata kembeng-kembeng waspa untuk menggantikan kesedihan yang berlarut-larut dan terus menangis.

7 32 3) Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 Kereta kencana katon ngegla (KLNR 3, 1, 1) Kereta kencana terlihat gamblang Kutipan di atas menunjukkan majas metonimia yang terdapat dalam geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 3, kata kereta kencana untuk menggantikan sesuatu yang membawa harapan dari setiap orang dan doa setiap orang yang sedang sakit. Kereta kencana sebagai pengganti kata Tuhan yang menyembuhkan semua penyakit setiap orang. 4) Panglocitaku Kayadene gunung growong (Pc, 2, 3) Seperti gunung berlubang Kutipan di atas menunjukkan majas metonimia yang terdapat dalam geguritan Panglocitaku, kata gunung untuk menggantikan hati seorang ayah yang tidak tahan melihat anaknyayang sedang sakit. 5) Lare Lara 1 Anak Sakit 1 Apa ceguk nyamber kuthuk (LL 1, 1, 5) Atau burung hantu menyambar anak ayam

8 33 Kutipan di atas menunjukkan metonimia yang terdapat dalam geguritan Lare Lara 1, kata apa ceguk nyamber kuthuk untuk menggantikan kata dongeng anak-anak yang menyenangkan atau dapat menghibur para pendengarnya. 6) Nalika Anak Kena Lara Ketika Anak Sedang Sakit Bebarengan nlusuri ratan (NAKL, 3, 4) Sinambi gegojegan (NAKL, 3, 5) Bersama menyusuri jalan Sambil bercanda Kutipan di atas menunjukkan metonimia yang terdapat dalam geguritan Nalika Anak Kena Lara, kata sinambi gegojekan untuk menggantikan suatu aktivitas rutin yang dilakukan dengan hati yang gembira. Metonimia dalam geguritan Dongeng Saka Pabaratan karya Wieranta merupakan suatu lambang pengganti objek tertentu. Makna kias yang ditimbulkan merupakan wujud penggantian arti dari objek tertentu, yang dimaksudkan untuk memperindah dalam berbahasa karena tidak mengungkapkan secara apa adanya. 2. Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) Analisis penyimpangan arti mencakup unsur-unsur: (a) Ambiguitas, yakni kata yang memiliki makna ganda atau multi tafsir sehingga menyebabkan keraguan pada pembaca dalam memaknai kata tersebut. (b) Kontradiksi, yakni salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan menggunakan pertentangan atau sesuatu yang berlawanan.

9 34 (c) Nonsense, yakni bentuk-bentuk yang secara linguistik tidak mempunyai arti, sebab tidak terdapat pada kosa kata, karena hanya berupa rangkaian bunyi yang terdapat dalam kamus. a. Ambiguitas Geguritan merupakan salah satu karya sastra yang memiliki penafsiran ganda. Sebagai sebuah karya sastra geguritan juga memiliki unsur keindahan. Keindahan dalam geguritan terlihat dalam pemilihan kata sehingga mampu memperindah geguritan itu sendiri sehingga sering timbul perbedaan pemikiran antara penulis dan juga pembaca. Terkadang terdapat keambiguan dalam memaknai karena kata dalam geguritan memiliki tafsir ganda, begitu juga dalam geguritan Dongeng Saka Pabaratan karya Wieranta sebagai berikut: 1) Kang Lagi Nandhang Roga 1 Yang Sedang Tertimpa Sakit 1 Adhuh thole, rungonen (KLNR 1, 2, 3) Tembang durma nelangsa (KLNR 1, 2, 4) Panangise bapa-babumu (KLNR 1, 2, 5) Aduh Nak, dengarkan Nyanyian Durma sedih Tangisan ayah-ibumu Kutipan di atas menunjukkan ambiguitas yang terdapat dalam geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 1. Kata nelangsa memiliki makna multi tafsir atau ambigu. Kata nelangsa tersebut bisa untuk menyatakan tembang durma yang memiliki syair yang sedih. Tembang durma sebenarnya memiliki watak keras atau galak. Kata nelangsa juga bisa diartikan seorang ayah yang sedih melihat anaknya yang sedih dengan menyanyikan tembang durma. Kata lain yang memiliki makna ambigu adalah bapa-babumu. Kata bapa-babumu ditulis secara bersambung. Kata

10 35 bapa-babumu dapat diartikan yang sedang sedih adalah ayah dan ibu. Ayah dan ibu adalah orang yang sangat tulus mencintai anak dan orang yang paling sedih ketika sang anak sakit. 2) Kang Lagi Nandhang Roga 2 Yang Sedang Tertimpa Sakit 2 Aku nangis meneh thole (KLNR 2, 1, 1) Weruh cahyamu putih kaya getih (KLNR 2, 1, 2) Aku menangis lagi Nak melihat wajahmu putih seperti darah Kutipan di atas menunjukkan ambiguitas yang terdapat dalam geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 2. Kata putih kaya getih putih seperti darah memiliki makna multi tafsir atau ambigu. Putih kaya getih memiliki makna keadaan sang anak yang pucat karena sedang sakit. Makn lain adalah penafsiran warna darah yang biasanya berwarna merah dalam geguritan diibaratkan berwarna putih, maka sebenarnya wajah sang anak tetap berwarna merah akan tetapi menuliskan darah memiliki warna putih. 3) Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 Kereta kencana katon ngengla (KLNR 3, 1, 1) Nggawa pitu midadari (KLNR 3, 1, 2) Kang arum ganda melathi (KLNR 3, 1, 3) Kereta kencana terlihat mencolok membawa tujuh bidadari yang harum bunga melati Kutipan di atas menunjukkan ambiguitas yang terdapat dalam geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 3. Kata arum ganda melati harum bunga melati

11 36 memiliki makna multi tafsir atau ambigu. Arum ganda melati dapat diartikan bahwa adanya tuujuh bidadari yang terbang di langit. Arum ganda melati juga dapat diartikan bahwa bukan bidadari yang berbau harum tetapi kereta kencana itu sendiri yang menyebarkan bau harum seperti bunga melati. Kata pitu midodari tujuh bidadari juga memiliki makna ambigu. Pitu midodari sendiri dapat diartikan sebagai bidadari yang sesungguhnya seperti halnya bidadari yang ada di dunia dongeng. Pitu midodari juga dapat berarti Tuhan, karena midodari bidadari yang dituliskan dalam geguritan bertugas memberikan obat kepada setiap orang yang sedang sakit. Semua jenis penyakit adalah kuasa dari Tuhan dan hanya Tuhan yang mampu menyembuhkan manusia dari penyakit. 4) Panglocitaku O baya kapan kulup (Pc, 1, 5) Ragamu oleh banyu bening (Pc, 1, 6) Sampai kapan Nak Jasadmu mendapatkan air jernih Kutipan di atas menunjukkan ambiguitas yang terdapat dalam geguritan Panglocitaku. Kata oleh banyu bening mendapat air jernih memiliki makna multi tafsir atau ambigu. Kata oleh banyu bening dapat diartikan bahwa sang anak benar-benar mendapatkan air yang jernih yang dapat mengobati penyakit sang anak. Banyu bening juga dapat diartikan bahwa sang anak mendapatkan petunjuk agar sang anak segera sembuh dari penyakitnya, hal ini seperti yang ada di dalam peribahasa jawa yang berbunyi golek banyu bening yang berarti mencari petunjuk yang baik.

12 37 5) Lare Lara 1 Anak Sakit 1 Sepisan maneh kulup (LL 1, 1, 1) Nyuwuna bapak ndedongeng (LL 1, 1, 2) Kaya sore-sore kepungkur (LL 1, 1, 3) Sekali lagi Nak Mintalah ayah bercerita Seperti sore-sore kemarin Kutipan di atas menunjukkan ambiguitas yang terdapat dalam geguritan Lare Lara 1. Kata sore-sore kepungkur sore-sore kemarin memiliki makna multi tafsir atau ambigu. Sore merupakan waktu peralihan antara siang dan malam hari. Kata sore-sore kapungkur dalam geguritan dapat diartikan bahwa kemarin saang anak masih sehat tetapi hari ini sang anak sedang sakit sehingga tidak dapat mendengarkan dongeng dari sang ayah. Kata sore-sore kepungkur juga dapat diartikan dengan waktu yang lebih lama. Kata kepungkur dalam penafsiran yang kedua diartikan dengan waktu yang lebih lama. Tidak hanya kemarin tetapi diartikan waktu yang telah terlewati. 6) Lare Lara 2 Anak Sakit 2 Wus sayah angine (LL 2, 2, 1) Leren ana sangisore wit-witan (LL 2, 2, 2) Sudah lelah anginnya Beristirahat di bawah pepohonan Kutipan di atas menunjukkan ambiguitas yang terdapat dalam geguritan Lare Lara 2. Kata wus sayah angine sudah lelah anginnya memiliki makna multi tafsir atau ambigu. Kata angin dapat diartikan bahwa udara yang bergerak sehingga dapat memberi kesejukan kepada manusia. Angin yang berhenti menyebabkan manusia merasakan udara yang panas dan rasa ketidaknyamanan.

13 38 Angin juga dapat diartikan sebagai sang ayah yang berusaha keras dalam mengobatkan anaknya yang sedang sakit. Sang ayah yang sudah berusaha dengan sekuat tenaga memilih untuk beristirahat sejenak dan mempasrahkan dirinya kepada Tuhan agar mendapatkan yang terbaik untuk sang anak. 7) Nalika Anak Kena Lara Ketika Anak Sedang Sakit Dak anti balimu ing pangkonanku (NAKL, 3, 4) Kaya dina-dina katemben (NAKL, 3, 4) Bebarengan nlusuri ratan (NAKL, 3, 4) Sinambi gegojekan (NAKL, 3, 4) Aku tunggu kembalimu di pangkuanku Seperti hari-hari kemarin Bersama menusuri jalan Sambil bercanda Kutipan di atas menunjukkan ambiguitas yang terdapat dalam geguritan Nalika Anak Kena Lara. Kata bebarengan nlusuri ratan bersama menyusuri jalan memiliki makna multi tafsir atau ambigu. Kata bebarengan nlusuri ratan dapat diartikan melakukan kegiatan rutin yaitu berjalan-jalan sambil bercanda di jalan. Nlusuri ratan juga dapat diartikan perjalanan hidup. Ratan atau jalan diartikan sebagai perjalanan waktu yang sudah dilalui bersama dan dihiasi dengan penuh kegembiraan. Pada ketujuh geguritan karya Wieranta kesemuanya terdapat kata-kata yang bermakna ganda atau ambigu. Ambiguitas dalam geguritan Wieranta didominasi oleh kata kiasan atau metafora. Hal tersebut menyebabkan pemaknaan ganda pada pemaknaan geguritan tersebut.

14 39 b. Kontradiksi Kontradiksi dalam geguritan bertujuan untuk memperindah geguritan. Kontradiksi adalah pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Kontradiksi dalam geguritan Dongeng Saka Pabaratan karya Wieranta diantaranya adalah: 1) Kang Lagi Nandhang Roga 1 Yang Sedang Tertimpa Sakit 1 Thole, kang lagi nandhang roga (KLNR 1, 5, 1) Den sabar anggonmu nandhangi (KLNR 1, 5, 2) Nak, yang sedang sakit Yang sabar menghadapi Kutipan di atas menunjukkan kontradiksi yang terdapat dalam guritan Kang Lagi Nandhang Roga 1. Kata roga atau sakit berlawanan dengan sabar. Keadaan anak yang sedang sakit hanya bisa dilawan dengan kesabaran. Kesabaran akan menumbuhkan kepercayaan bahwa setiap penyakit akan ada obatnya dan percaya bahwa penyakitnya akan sembuh. 2) Kang Lagi Nandhang Roga 2 Yang Sedang Tertimpa Sakit 2 Sewu dhuhkita ngebeki atine (KLNR 2, 2, 3) Ndeleng awakmu ngalentrih (KLNR 2, 2, 4) Kaya lampu kasatan lenga (KLNR 2, 2, 5) Seribu kesedihan memenuhi hatinya Melihat dirimu lesu Seperti lampu kekeringan minyak

15 40 Kutipan di atas menunjukkan kontradiksi yang terdapat dalam guritan Kang Lagi Nandhang Roga 2. Kata ngebeki memenuhi berlawanan dengan kasatan kekeringan. Rasa sedih yang dirasakan seorang ibu ketika melihat anaknya sedang sakit merupakan suatu kewajaran. Rasa sedih inilah yang diibaratkan dalam sebuah kesedihan yang memenuhi tidak hanya dalam hati tetapi juga pikiran. Kata Sewu dhuhkita ngebeki atine seribu kesedihan memenuhi hatinya diibaratkan sebagai lampu minyak yang kehabisan bahan bakar. Pengibaratan yang digunakan justru berasal dari kata yang bertentangan yaitu memenuhi dengan kekeringan. 3) Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 Muga kang lagi nandhang (KLNR 3, 3, 6) Enggal antuk pepadhang (KLNR 2, 2, 7) Semoga yang sedang merasakan (sakit) Segera mendapat pencerahan Kutipan di atas menunjukkan kontradiksi yang terdapat dalam guritan Kang Lagi Nandhang Roga 3. Kata nandhang merasakan dalam geguritan berarti sedang merasakan sakit dan bertentangan dengan pepadhang pencerahan. Pencerahan yang dimaksud adalah solusi untuk menyembuhkan penyakit yang sedang dialami. Pepadhang yang ditunggu dapat berupa obat maupun cara agar si anak lekas sembuh dari penyakit. Pengibaratan yang digunakan untuk menunjukkan pertentangan antara masalah yang sedang dialami dengan solusi yang diharapkan:

16 41 4) Panglocitaku Krungu tangismu ngrerujit ati (Pc, 1, 2) Leluconmu kepungkur (Pc, 1, 3) Mendengar tangismu menyayat hati Candamu kemarin Kutipan di atas menunjukkan kontradiksi yang terdapat dalam guritan Panglocitaku. Kata tangismu tangisanmu berlawanan dengan leluconmu candamu. Pada geguritan diatas memperlihatkan perbandingan yang sangat besar ketika sang anak sedang sakit. Semua orang tua pasti tidak akan tega apabila melihat sang anak sakit dan bersedih, ditambah lagi apabila teringat masa-masa dimana sang anak sehat dan bisa bercanda bersama maka kesedihan itu akan bertambah besar. 5) Lare Lara 1 Anak Sakit 1 Kapan anak nyuwun neka-neka (LL 1, 3, 6) Wong tuwa kudu wani sembada (LL 1, 3, 7) ketika sang anak meminta macam-macam Orang tua harus berani bertanggung jawab Kutipan di atas menunjukkan kontradiksi yang terdapat dalam guritan Lare Lara 1. Kata anak anak berlawanan dengan wong tuwa orang tua. Kontradiksi dalam geguritan di atas merupakan kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang anak adalah pelengkap kebahagiaan dalam sebuah keluarga. Setiap pasangan dalam rumah tangga senantiasa menbambakan hadirnya

17 42 anak dalam perjalanan berumah tangga. Kata anak dalam geguritan bertentangan dengan kata orang tua jika dilihat dari sisi usia. Dalam ketujuh geguritan karya Wiranta hanya terdapat lima geguritan yang mengandung kontradiksi. Kontradisi yang terdapat dalam geguritan karya Wieranta didominasi oleh kontradiksi atau berlawanan makna. Kontradiksi tersebut menimbulkan ketidakselarasan makna, akan tetapi menimbulkan keindahan bagi pembaca sehingga geguritan tersebut menjadi lebih menarik. c. Nonsense Nonsense adalah kalimat yang tidak mempunyai arti yang jelas. Nonsense dalam geguritan mampu menimbulkan asosiasi-sosiasi tertentu, menimbulkan arti dua segi, suasana aneh, suasana gaduh, maupun suasana lucu. Nonsense yang terdapat dalam ketujuh geguritan karya Wieranta adalah sebagai berikut: 1) Kang Lagi Nandhang Roga 1 Yang Sedang Tertimpa Sakit 1 Luwih aji timang bandha bandhu (KLNR 1, 5, 7) Lebih berharga daripada harta benda Kutipan di atas menunjukkan nonsense dalam geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 1. Kata bandhu merupakan bentuk kata yang tidak memiliki arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata. Walaupun secara makna leksikal tidak memiliki arti, namun secara estetis puitis memiliki makna menguatkan terdapat kata benda yang diikuti yaitu bandha sehingga bermakna harta benda. Penyangatan dalam geguritan digunakan untuk memperindah kata dalam geguritan.

18 43 2) Kang Lagi Nandhang Roga 2 Yang Sedang Tertimpa Sakit 2 Jagad angguguk nangis thole (KLNR 2, 4, 1) dunia menangis tersedu-sedu nak Kutipan di atas menunjukkan nonsense dalam geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 2. Kata angguguk merupakan bentuk kata yang tidak memiliki arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata. Walaupun secara makna leksikal tidak memiliki arti, namun secara estetis puitis memiliki makna menguatkan terdapat kata keadaan yang mengikuti yaitu nangis menangis sehingga bermakna menangis tersedu-sedu. 3) Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 Nyangking sakabeh sawan sarap (KLNR 3, 3, 2) Membawa semua penyakit Kutipan di atas menunjukkan nonsense dalam geguritan Kang Lagi Nandhang Roga 3. Kata sarap merupakan bentuk kata yang tidak memiliki arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata. Walaupun secara makna leksikal tidak memiliki arti, namun secara estetis puitis memiliki makna menguatkan terdapat kata sifat yang mengikuti yaitu sawan penyakit sehingga bermakna semua jenis penyakit. 4) Panglocitaku Glewo-glewo sing nate katon (Pc, 2, 4)

19 44 lunglai yang terlihat Kutipan di atas menunjukkan nonsense dalam geguritan Panglocitaku. Kata glewo-glewo merupakan bentuk kata yang tidak memiliki arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata. Walaupun secara makna leksikal tidak memiliki arti, namun secara estetis puitis memiliki makna menguatkan terdapat kata sifat yang mengikuti yaitu katon terlihat sehingga bermakna lunglai yang terlihat. 5) Lare Lara 1 Anak Sakit 1 Nang ngalam donya (LL 1, 2, 5) di alam dunia Kutipan di atas menunjukkan nonsense dalam geguritan Lare Lara 1. Kata nang merupakan bentuk kata yang tidak memiliki arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata. Walaupun secara makna leksikal tidak memiliki arti, namun secara estetis puitis memiliki makna menguatkan terdapat kata tempat yang mengikuti yaitu ngalam alam sehingga bermakna di alam dunia. 6) Lare Lara 2 Anak Sakit 2 Hem, ngene perihe (LL 2, 1, 3) Hem, ngene lelakone (LL 2, 2, 3) hem, seperti ini perihnya hem, seperti ini perjalanannya Kutipan di atas menunjukkan nonsense dalam geguritan Lare Lara 2. Kata hem merupakan bentuk kata yang tidak memiliki arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata. Walaupun secara makna leksikal tidak memiliki arti, namun secara

20 45 estetis puitis memiliki makna menguatkan terdapat kata keadaan yang mengikuti yaitu perihe alam sehingga bermakna seperti ini sakitnya. 7) Nalika Anak Kena Lara Ketika Anak Sedang Sakit Nyawang dolanane mbelasah (NAKL, 1, 3) Melihat mainan berserakan Kutipan di atas menunjukkan nonsense dalam geguritan Nalika Anak Kena Lara. Kata mbelasah merupakan bentuk kata yang tidak memiliki arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata. Walaupun secara makna leksikal tidak memiliki arti, namun secara estetis puitis memiliki makna menguatkan terdapat kata benda yang mengikuti yaitu dolanane mainan sehingga bermakna mainan berserakan. Nonsense merupakan kata atau rangkaian kata yang di dalam kamus tidak tercantum maknanya (tidak memiliki makna leksikal). Akan tetapi, terkadang dapat dimaknai secaralebih mendalam. Hal ini menimbulkan ketidaklogisan, namun menguntungkan karena menimbulkan keindahan bunyi pada geguritan. Nonsense juga berupa kata yang secara leksikal tidak terdapat di dalam kamus akan tetapi dapat memberikan kesan atau ekspresif yang mendalam. Dari ketujuh geguritan karya Wieranta, kesemuanya terdapat bentuk nonsense. 3. Penciptaan Arti (Creating of Meaning) Analisis penciptaan arti mencakup unsur-unsur: (a) Rima, yakni pengulangan bunyi dalam puisi untuk musikalitas atau orkestrasi. (b) Homolog, yakni kesejajaran arti atau persamaan posisi dalam bait maupun antar bait.

21 46 (c) Ejambemen, yakni pemutusan kalimat untuk diletakkan pada baris berikutnya. (d) Tipografi, yakni tata wajah pada puisi. Berikut akan dijelskan lebih lanjut mengenai rima, homolog, enjambemen, dan tipografi pada ketujuh geguritan karya Wieranta. a. Rima Rima merupakan pengulangan bunyi pada puisi untuk musikalitas atau orkestrasi. Untuk mengulanginya penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Rima dalam ketujuh geguritan karya Wieranta bersifat bebas, tidak terikat dengan metrum rima seperti rima terus (aaaa), rima berpasangan (aabb), rima bersilang (abab), rima berpeluk (abba), dan rima putus (aaab atau abac). 1) Rima Bait Rima bait merupakan pengulangan bunyi yang terdapat pada bait puisi. Penyair menggunakan permainan diksi agar tercipta keindahan bunyi dalam geguritan. Rima bait dalam bahasa Jawa biasa disebut purwakanthi. Rima bait dalam masing-masing geguritan karya Wieranta adalah sebagai berikut: (a) Kang Lagi Nandhang Roga 1 Yang Sedang Tertimpa Sakit 1 Thole, langit udan tangis (KLNR 1, 1, 1) Weruh mripatmu kembeng getih (KLNR 1, 1, 2) Nak, langit hujan tangis melihat matamu penuh darah Kata tangis dan getih memiliki kesamaan bunyi i pada akhir baris. Hal ini menimbulkan keindahan orkestrasi dan keindahan bunyi pada geguritan.

22 47 Kesamaan bunyi juga menimbulkan adanya hubungan antar baris dalam geguritan. Kutipan lain juga ditemukan pada baris: Donga lan pangestu iku kulup (KLNR 1, 5, 6) Luwih aji timbang bandha bandhu (KLNR 1, 5 7) doa dan restu itu, Nak lebih berharga dari harta benda Rima dalam baris di atas nampak pada kata kulup dan bandhu. Kedua kata tersebut berakhiran bunyi u. Akhiran bunyi yang sama ini akan menimbulkan orkestrasi dan keindahan pada geguritan. (b) Kang Lagi Nandhang Roga 2 Yang Sedang Tertimpa Sakit 2 Lelabuhane wong tuwa (KLNR 2, 2, 7) Ora tega nyawang (KLNR 2, 2, 8) Apa kang lagi kosandhang (KLNR 2, 2, 9) tambatan orang tua tidak tega melihat apa yang kamu alami Kata tuwa, nyawang, dan kosandhang memiliki kesamaan bunyi a pada akhir baris. Hal ini menimbulkan keindahan orkestrasi dan keindahan bunyi pada geguritan. Kesamaan bunyi juga menimbulkan adanya hubungan antar baris dalam geguritan. Kutipan lain juga ditemukan pada baris: Ati kang krowak (KLNR 2, 3, 2) Tatu dhowak-dhowak (KLNR 2, 3, 3) hati yang berlubang Terluka tercabik-cabik

23 48 Rima dalam baris di atas nampak pada kata krowak dan dhowak-dhowak. Kedua kata tersebut berakhiran bunyi ak. Akhiran bunyi yang sama ini akan menimbulkan orkestrasi dan keindahan pada geguritan. (c) Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 Nggawa pitu midadari (KLNR 3, 1, 2) Kang arum ganda melathi (KLNR 3, 1, 3) Tansah muja-muji (KLNR 3, 1, 4) membawa tujuh bidadari yang berbau harum melati selalu disanjung Kata midadari, melathi, dan muja-muji memiliki kesamaan bunyi i pada akhir baris. Hal ini menimbulkan keindahan orkestrasi dan keindahan bunyi pada geguritan. Kesamaan bunyi juga menimbulkan adanya hubungan antar baris dalam geguritan. Kutipan lain juga ditemukan pada baris: Kang lagi nandhang rudhita (KLNR 3, 2, 4) Salaksa pandonga mulya (KLNR 3, 2, 5) Mbleber ngebeki pangkon dhuhkita (KLNR 3, 2, 6) yang sedang tertimpa musibah sisipkan doa kesembuhan Menggenang memenuhi pangkuan kesediahan Rima dalam baris di atas nampak pada kata rudhita, mulya, dan dhuhkita. Ketiga kata tersebut berakhiran bunyi a. Akhiran bunyi yang sama ini akan menimbulkan orkestrasi dan keindahan pada geguritan.

24 49 (d) Panglocitaku Leluconmu kepungkur (Pc, 1, 3) Tansah, lelewa ana mripatku (Pc, 1, 4) O baya kapan kulup (Pc, 1, 5) bercanda kemarin selalu, terbayang dimataku sampai kapan Nak Kata kepungkur, mripatku, dan kulup memiliki kesamaan bunyi u pada akhir baris. Hal ini menimbulkan keindahan orkestrasi dan keindahan bunyi pada geguritan. Kesamaan bunyi juga menimbulkan adanya hubungan antar baris dalam geguritan. Kutipan lain juga ditemukan pada baris: Ndulu praupanmu cowong (Pc, 2, 2) Kayadene gunung growong (Pc, 2, 3) Glewo-glewo sing nate katon (Pc, 2, 4) Wis musna kepangan lelakon (Pc, 2, 5) melihat wajahmu pucat seperti gunung berlubang perlahan mulai terlihat sudah hilang termakan cobaan Rima dalam baris di atas nampak pada kata cowong, growong, katon dan lelakon. Keempat kata tersebut berakhiran bunyi o. Akhiran bunyi yang sama ini akan menimbulkan orkestrasi dan keindahan pada geguritan. (e) Lare Lara 1 Anak Sakit 1 Dak keloni (LL 1, 2, 2) Sambi dak critani (LL 1, 2, 3) ku dekap

25 50 sambil kuceritakan Kata keloni dan critani memiliki kesamaan bunyi i pada akhir baris. Hal ini menimbulkan keindahan orkestrasi dan keindahan bunyi pada geguritan. Kesamaan bunyi juga menimbulkan adanya hubungan antar baris dalam geguritan. Kutipan lain juga ditemukan pada baris: Iku kembange wong tuwa ngatuwa (LL 1, 3, 5) Kapan anak nyuwun neka-neka (LL 1, 3, 6) Wong tuwa kudu wani sembada (LL 1, 3, 7) itu bunganya orang tua menuju dewasa ketika anak meminta aneh-aneh orang tua harus berani bertanggung jawab Rima dalam baris di atas nampak pada kata ngatuwa, neka-neka, dan sembada. Ketiga kata tersebut berakhiran bunyi a. Akhiran bunyi yang sama ini akan menimbulkan orkestrasi dan keindahan pada geguritan. (f) Nalika Anak Kena Lara Ketika Anak Sedang Sakit Nyawang trumpahe gumlethak (NAKL, 1, 1) Kelingan cowonge mripat (NAKL, 1, 2) Melihat sandal tergeletak melihat terbayang dimata Kata gumlethak dan mripat memiliki kesamaan bunyi a pada akhir baris. Hal ini menimbulkan keindahan orkestrasi dan keindahan bunyi pada geguritan. Kesamaan bunyi juga menimbulkan adanya hubungan antar baris dalam geguritan. Kutipan lain juga ditemukan pada baris:

26 51 Kapangku dak simpen ana pangrasaku (NAKL, 3, 1) Dak anti balimu ing pangkonanku (NAKL, 3, 2) dipangkuan kusimpan dalam hatiku kutunggu kembalimu dalam pangkuanku Rima dalam baris di atas nampak pada kata pangrasaku dan pangkonanku. Ketiga kata tersebut berakhiran bunyi u. Akhiran bunyi yang sama ini akan menimbulkan orkestrasi dan keindahan pada geguritan. Rima merupakan pengulangan bunyi yang sama secara berturut-turut. Permainan rima akan menimbulkan keindahan irama musikalitas atau harmonisasi geguritan. Rima bait dalam ketujuh geguritan karya Wieranta didominasi rima yang terletak di akhir baris dan didominasi oleh rima berbunyi vokal a, i, dan u. 2) Rima Antarbait Rima antarbait adalah pengulangan bunyi antarbait satu dengan yang lain. Rima ini menimbulkan keselarasan bunyi dan keindahan ketika geguritan dibacakan. Dalam bahasa Jawa, rima antarbait disebut dengan purwakanthi lumaksita. Rima antarbait dalam masing-masing ketujuh geguritan karya Wieranta adalah sebagai berikut: (a) Kang Lagi Nandhang Roga 1 Yang Sedang Tertimpa Sakit 1 Thole, langit udan tangis Weruh mripatmu kembeng getih Perih ngiris otot bayuku Adhuh thole, delengen Lintang-lintang alihan Clorot-clorot nggawa donga putih Daya-daya enggal waluya temah jati

27 52 Nak, langit hujan tangis melihat matamu penuh darah perih menyayat otot anginku Aduh Nak, lihatlah Bintang-bintang jatuh Berjatuhan membawa doa putih Orang-orang segera sembuh Terlihat bahwa bait dalam geguritan berjudul Kang Lagi Nandhang Roga 1 terdapat pengulangan bunyi vokal a, u, dan i. Selain pengulangan dalam huruf vokal, juga terdapat pengulangan huruf konsonan yaitu ng, r, dan n. Pengulangan bunyi vokal jan juga konsonan menimbulkan keselarasan dan keindahan dalam geguritan. (b) Kang Lagi Nandhang Roga 2 Yang Sedang Tertimpa Sakit 2 Aku nangis maneh thole Weruh cahayamu putih kaya getih Semanake esemu Lamat-lamat mbisiki pangrungonku Lagi ketaman thole Pancen pacobane ngaurip Sing tatag anggonmu ngadhepi Aku menangis lagi Nak melihat wajahmu putih seperti darah terlihat senyummu samar-samar berbisik di telingaku sedang menyandang Nak memang ujian hidup yang sabar olehmu menjalani Terlihat bahwa bait dalam geguritan berjudul Kang Lagi Nandhang Roga 2 terdapat pengulangan bunyi vokal a, u, dan e. Selain pengulangan dalam huruf vokal, juga terdapat pengulangan huruf konsonan yaitu h, p, dan g. Pengulangan bunyi vokal jan juga konsonan menimbulkan keselarasan dan keindahan dalam geguritan.

28 53 (c) Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 Kereta kencana katon ngegla Nggawa pitu midadari Kang arum ganda melati Tansah muja-muji Jati temah waluya Waluyo temah jati Kereta kencana terlihat mencolok membawa tujuh bidadari yang wangi bau melati selalu dipuja-puja menuju tempat sembuh kesembuhan tempat dituju Terlihat bahwa bait dalam geguritan berjudul Kang Lagi Nandhang Roga 3 terdapat pengulangan bunyi vokal a dan i. Selain pengulangan dalam huruf vokal, juga terdapat pengulangan huruf konsonan yaitu k dan t. Pengulangan bunyi vokal jan juga konsonan menimbulkan keselarasan dan keindahan dalam geguritan. (d) Panglocitaku Bapakmu melang-melang nak Krungu tangismu ngrujit ati Leluconmu kepungkur Tansah, lelewa ana mripatku O boya kapan kulup Ragamu oleh banyu bening Bapakmu melang-melang nak Ndulu praupamu cowong Kayadene gunung growong Glewo-glewo sing nate katon Wis musna kepangan lelakon

29 54 Ah geganthilane urip Bapakmu melang-melang nak Ngambu usada kanggo awakmu Sewu pengarep-arepku tumplek Mbelasah ing segarane dhadhaku Mbesuk kapan kowe njilma kembang Sumunar ana sangisore pucang kembar Ayahmu bersedih, Nak mendengar tangismu menyayat hati candamu kemarin selalu terbayang dimataku o, kapankah Nak ragamu mendapat air jernih ayahmu bersedih, Nak melihat wajahmu pucat seperti gunung berlubang lunglai yang pernah terlihat sudah hilang dimakan perjalanan ah...cobaan hidup ayahmu bersedih nak mencium obat untuk dirimu seribu harapan menyatu berserakan di samudra dadaku kapan dirimu menjadi bunga bersinar di bawah pohon pucang kembar Terlihat bahwa bait dalam geguritan berjudul Panglocitaku terdapat pengulangan bunyi vokal a, u dan o. Selain pengulangan dalam huruf vokal, juga terdapat pengulangan huruf konsonan yaitu m, k, dan r. Pengulangan bunyi vokal jan juga konsonan menimbulkan keselarasan dan keindahan dalam geguritan. (e) Lare Lara 1 Anak Sakit 1 Bapak rumangsa ayem kulup Menawa krungu pamintamu Kang aeng kaya dongeng Aku ngerti

30 55 Iku kembange wong tuwa ngatuwa Kapan anak nyuwun neka-neka Wong tuwa kudu wani sembada ayah merasa tenang Nak kalau mendengar permintaanmu yang unik seperti dongeng aku mengerti itu bunga orang tua menuju dewasa ketika anak meminta macam-macam orang tua harus bertanggung jawab Terlihat bahwa bait dalam geguritan berjudul Lare Lara 1 terdapat pengulangan bunyi vokal a, u dan e. Selain pengulangan dalam huruf vokal, juga terdapat pengulangan huruf konsonan yaitu w, k, dan m. Pengulangan bunyi vokal jan juga konsonan menimbulkan keselarasan dan keindahan dalam geguritan. (f) Lare Lara 2 Anak Sakit 2 Kapan weruh gegambarane Ati keiris kaya Hem, ngene perihe Ngrasakake lare kang lagi lara Wus sayah angine Leren ana sangisore wit-witan Hem, ngene lelakone Yen lagi kena kacintrakan kapan melihat bayangannya hati teriris seperti hem, seperti ini perihnya merasakan anak yang sedang sakit sudah lelah anginnya beristirahat di bawah pepohonan hem, seperti ini cobaannya kalau sedang terkena musibah Terlihat bahwa bait dalam geguritan berjudul Lare Lara 2 terdapat pengulangan bunyi vokal a, i dan e. Selain pengulangan dalam huruf vokal, juga

31 56 terdapat pengulangan huruf konsonan yaitu k, r, dan s. Pengulangan bunyi vokal dan juga konsonan menimbulkan keselarasan dan keindahan dalam geguritan. (g) Nalika Anak Kena Lara Ketika Anak Sedang Sakit Nyawang trumpahe gumlethak Kelingan cowonge mripat Nyawang dolanane mbelasah Kelingan tangise nenatah Adhuh anakku ngger Menyang sapa anggonku ngluru esemmu Marang sapa anggonku ngrungu cemlewomu Luhku asat ing panglamunan Rerambatan lakuku ngupadi kawelasan Kapangku dak simpen ana pangrasaku Dak anti balimu ing pangkonanku Kaya dina-dina katemben Bebarengan nlusuri ratan Sinambi gegojekan melihat sandal tergeletak teringat jelas di mata melihat mainan berserakan teringat tangisnya mengiris aduh anakku kepada siapa aku mencari senyummu kepada siapa aku mendengar candamu air mataku kering di lamunan tertatih langkahku mencari pertolongan dipangkuan kusimpan di perasaanku aku tunggu kembalimu di pangkuanku seperti hari-hari kemarin bersama menelusuri jalan sambil bercanda Terlihat bahwa bait dalam geguritan berjudul Nalika Anak Kena Lara terdapat pengulangan bunyi vokal a, u dan e. Selain pengulangan dalam huruf vokal, juga terdapat pengulangan huruf konsonan yaitu n dan m. Pengulangan

32 57 bunyi vokal dan juga konsonan menimbulkan keselarasan dan keindahan dalam geguritan. Rima antarbait yang terdapat dalam ketujuh geguritan karya Wieranta menimbulkan keindahan, keselarasan, keharmonisan bunyi, dan suasana. Hal ini membuat geguritan menjadi lebih hidup. Pemilihan diksi beserta perulangan bunyinya menimbulkan aura dalam geguritan tersebut sehingga menyebabkan pembaca terhanyut dan tertarik untuk membaca geguritan. b. Homolog Homolog merupakan kesejajaran arti atau persamaan posisi dalam bait maupun antar bait. Homolog mampu menimbulkan keseimbangan karena adanya keselarasan antar baris satu dengan baris lainnya, bait satu dengan bait lainnya, dan antara baris dengan bait. Homolog mampu menimbulkan orkestrasi (bunyi musik) dan irama yang menyebabkan terjadinya liris. Homolog dalam ketujuh geguritan karya Wieranta adalah sebagai berikut: 1) Kang Lagi Nandhang Roga 1 Yang Sedang Tertimpa Sakit 1 Lintang-lintang alihan (KLNR 1, 1, 5) Clorot-clorot nggawa donga putih (KLNR 1, 1, 6) Daya-daya enggal waluyo temah jati (KLNR 1, 1, 7) bintang-bintang jatuh berjatuhan membawa doa putih badan segera sembuh nak Bait geguritan di atas menjelaskan langit malam yang dihiasi dengan bintang jatuh. Bait kedua dan ketiga menjelaskan banyaknya bintang yang jatuh sambil membawa doa-doa suci. Doa yang bisa menyembuhkan setiap orang yang

33 58 sedang tertimpa musibah dalam rasa sakit. Ketiga gait di atas menunjukkan saling terkait dalam hal makna. 2) Kang Lagi Nandhang Roga 2 Yang Sedang Tertimpa Sakit 2 Ibumu nangis uga thole (KLNR 2, 2, 1) Kembeng-kembeng waspa (KLNR 2, 2, 2) Sewu dhuhkita ngebeki atine (KLNR 2, 2, 3) Ndeleng awakmu ngalentrih (KLNR 2, 2, 4) Kaya lampu kesatan lenga (KLNR 2, 2, 5) ibumu menangis lagi nak penuh air mata seribu kesedihan memenuhi hatinya melihat dirimu lemas seperi lampu kehabisan minyak Dari kutipan di atas terlihat betapa orang tua sangat sedih ketika melihat sang anak sakit. Kesedihan yang dialami seorang ibu akan lebih mendalam daripada sang ayah. Dalam bait di atas juga menjelaskan betapa sedihnya seorang ibu ketika melihat anak yang dicintainya sedang sakit. Rasa sakit yang dialami seorang ibu ibarat seperti seribu kesedihan yang berkumpul menjadi satu. Bait tersebut saling berkait untuk menjelaskan kesedihan dari seorang ibu. 3) Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 Kereta kencana katon ngegla (KLNR 3, 1, 1) Nggawa pitu midadari (KLNR 3, 1, 2) Kang arum ganda melati (KLNR 3, 1, 3) Tansah muja-muji (KLNR 3, 1, 4) Jati temah waluya (KLNR 3, 1, 5) Waluyo temah jati (KLNR 3, 1, 6) Kereta kencana terlihat mencolok

34 59 membawa tujuh bidadari yang wangi harum melati selalu dipuja-puja menuju tempat sembuh kesembuhan tempat dituju dalam kutipan di atas dijelaskan imajinasi pengarang dalam meminta petunjuk agar sang anak cepat sembuh. Penulis mengimajinasikan di suatu malam akan hadir kereta kencana yang dinaiki tujuh bidadari yang berbau harum. Para bidadari ini bertugas memberikan penawar kepana anak-anak yang sedang sakit agar lekas sembuh. Bait tersebut saling berkait untuk menjelaskan harapan seorang ayah yang menunggu keajaiban datangnya bidadari yang membawa obat untuk sang anak yang sedang sakit. 4) Panglocitaku Bapakmu melang-melang nak Krungu tangismu ngrujit ati Leluconmu kepungkur Tansah, lelewa ana mripatku O boya kapan kulup Ragamu oleh banyu bening Bapakmu melang-melang nak Ndulu praupamu cowong Kayadene gunung growong Glewo-glewo sing nate katon Wis musna kepangan lelakon Ah geganthilane urip Bapakmu melang-melang nak Ngambu usada kanggo awakmu Sewu pengarep-arepku tumplek Mbelasah ing segarane dhadhaku Mbesuk kapan kowe njilma kembang Sumunar ana sangisore pucang kembar Ayahmu bersedih, Nak mendengar tangismu menyayat hati

35 60 candamu kemarin selalu terbayang dimataku o, kapankah Nak ragamu mendapat air jernih ayahmu bersedih, Nak melihat wajahmu pucat seperti gunung berlubang lunglai yang pernah terlihat sudah hilang dimakan perjalanan ah...cobaan hidup ayahmu bersedih Nak mencium obat untuk dirimu seribu harapan menyatu berserakan di samudra dadaku kapan dirimu menjadi bunga bersinar di bawah pohon pucang kembar Dari kutipan di atas terlihat sangkaian geguritan yang ditulis dalam satu tema dan saling berurutan. Geguritan Panglocitaku menjelaskan kisah penulis yang juga sebagai seorang anak merasa sangat sedih ketika melihat sang anak sedang sakit. Sang ayah sangat berharp agar sang anak bisa segera sembuh dari sakit yang dialami. Seorang ayah akan ikut merasakan kesedihan yang dialami sang anak meskipun tidak merasakan sakit yang sama. Seorang ayah akan selalu berdoa meminta kesembuhan kepada anak. Bait dalam puisi tersebut saling terkait dan mengikat untuk menceritakan kesedihan seorang ayah yang melihat naka yang dicintai sedang sakit. 5) Lare Lara 1 Anak Sakit 1 Bapak rumangsa ayem kulup (LL 1, 3, 1) Menawa krungu pamintamu (LL 1, 3, 2) Kang aeng kaya dongeng (LL 1, 3, 3) Aku ngerti (LL 1, 3, 4) Iku kembange wong tuwa ngatuwa (LL 1, 3, 5) Kapan anak nyuwun neka-neka (LL 1, 3, 6) Wong tuwa kudu wani sembada (LL 1, 3, 7)

36 61 ayah merasa tenang Nak kalau mendengar permintaanmu yang unik seperti dongeng aku mengerti itu bunga orang tua menuju dewasa ketika anak meminta macam-macam orang tua harus bertanggung jawab Dari kutipan di atas dijelaskan mengenai kuwajiban seorang ayah kepada anak. Tugas seorang ayah adalah memberikan kenyamanan kepada anak. Sang ayah harus senantiasa menghibur sang anak misalnya melalui cerita atau dongeng. Selain dalam memberi kenyamanan seorang anak juga harus bertanggung jawab atas sang anak. Seorang ayah harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi semua permintaan anak kepada orang tua. 6) Lare Lara 2 Anak Sakit 2 Ati keiris kaya (LL 2, 1, 3) Hem, ngene perihe (LL 2, 1, 4) Ngrasakake lare kang lagi lara (LL 2, 1, 5) hati teriris seperti hem, seperti ini perihnya merasakan anak yang sedang sakit Dari kutipan di atas dijelaskan bagaimana sedihnya ketika melihat sang anak sedang sakit. Sedih yang dialami orang tua ketika melihat sang anak sakit pedihnya seperti hati yang teriris. Bait dalam geguritan di atas saling terkait dan mengikat untuk menjelaskan sedihnya orang tua ketika melihat sang anak sedang sakit.

37 62 7) Nalika Anak Kena Lara Ketika Anak Sedang Sakit Kapangku dak simpen ana pangrasaku (NAKL, 3, 1) Dak anti balimu ing pangkonanku (NAKL, 3, 2) Kaya dina-dina katemben (NAKL, 3, 3) Bebarengan nlusuri ratan (NAKL, 3, 4) Sinambi gegojekan (NAKL, 3, 5) dipangkuan kusimpan di perasaanku aku tunggu kembalimu di pangkuanku seperti hari-hari kemarin bersama menelusuri jalan sambil bercanda Bait geguritan di atas menjelaskan perjalanan kenang penulis bersama dengan putra yang dicintai. Sebagai seorang ayah, dapat menghabiskan waktu bersama dengan anak dan keluarga merupakan suatu kebahagiaan yang tidak dapat ditukar dengan uang. Apabila sang anak sedang sakit tentu kebiasaan yang biasa dilakukan akan terhenti dan pada saat itu akan mulai merasakan rindu dengan kebiasaan bersama dan bercanda bersama dengan keluarga. Kelima bait tersebut saling terkait dan saling maknanya sehingga tercipta sebuah makna dalam geguritan tersebut. Secera keseluruhan, homolog pada geguritan karya Wieranta berupa pemenggalan dari baris satu ke baris yang lain. Setiap baris saling menguatkan makna yang akan diuangkapkan dalam geguritan sehingga membentuk keselarasan makna yang liris. c. Ejembemen Ejembemen merupakan pemutusan kalimat untuk diletakkan pada baris berikutnya. Pemutusan atau perlompatan kalimat ke baris berikutnya pada puisi ini berfungsi untuk membangun satuan kata atau kalimat yang menunjukkan satu

38 63 kandungan tertentu, atau untuk memberi tekanan makna baris tersebut. Kata-kata pada akhir baris mendapat penekanan semantik yang kuat. Ejembemen dalam ketujuh geguritan karya Wieranta adalah sebagai berikut. 1) Kang Lagi Nandhang Roga 1 Yang Sedang Tertimpa Sakit 1 Adhuh thole, delengen (KLNR 1, 1, 4) Lintang-lintang alihan (KLNR 1, 1, 5) Clorot-clorot nggawa donga putih (KLNR 1, 1, 6) aduh Nak, lihatlah bintang-bintang jatuh berjatuhan membawa doa putih Kata delengen lihatlah dipenggal untuk memberi penekanan pada kata lintang-lintang alihan bintang-bintang jatuh yang memiliki arti penulis mengajak sang anak untuk memandang lagit yang sedang dihiasi indahnya bintang jatuh. Kutipan lain juga diperlihatkan pada bait kedua: Adhuh thole, rungonen (KLNR 1, 2, 4) Tembang durma nelangsa (KLNR 1, 2, 5) Panangise bapa-babumu (KLNR 1, 2, 6) aduh Nak, dengarlah nyanyian Durma sedih tangisan ayah-ibumu Pemenggalan kata rungonen dengarlah dipenggal untuk menguatkan penekanan pada kata selanjutnya yaitu tembang durma nelangsa. Enjambemen yang lain juga terdapat pada bait ketiga yaitu: Adhuh thole, tampanen (KLNR 1, 3, 4) Sesambatanku lan sesambatane ibumu (KLNR 1, 3, 5)

39 64 aduh Nak, terimalah ratapanku dan ratapan ibumu Pemenggalan kata tampanen terimalah dipenggal untuk menguatkan penekanan pada kata selanjutnya yaitu sesambatanku lan sesambatane ibumu ratapanku dan ratapan ibumu. 2) Kang Lagi Nandhang Roga 2 Yang Sedang Tertimpa Sakit 2 Ngono iku thole (KLNR 2, 2, 6) Lelabuhane wong tuwa (KLNR 2, 2, 6) seperti itu Nak tempat bersandar orang tua Terlihat pemenggalan kata thole Nak yang dilanjutkan baris berikutnya Lelabuhane wong tuwa tempat bersandar orang tua. Berdasarkan potongan di atas dijelaskan mengenai perasaan orang tua yang tidak tega ketika melihat sang anak yang sedang sakit. Kutipan lain juga terdapat pada bait selanjutnya yaitu: O ana ngendi (KLNR 2, 3, 4) Dedununge kabagyan (KLNR 2, 3, 5) o ada dimana memulai kebahagiaan Pemenggalan kata ana ngendi ada dimana dipenggal untuk menjelaskan kata selanjutnya yaitu Dedununge kabagyan memulai kebahagiaan. 3) Kang Lagi Nandhang Roga 3 Yang Sedang Tertimpa Sakit 3 Kereta kencana katon ngegla (KLNR 3, 1, 1) Nggawa pitu midadari(klnr 3, 1, 2)

40 65 Kang arum ganda melati (KLNR 3, 1, 3) Kereta kencana terlihat mencolok membawa tujuh bidadari yang wangi harum melati Terlihat pemenggalan kata kereta kencana kereta kencana yang dijelaskan baris berikutnya nggawa pitu midadari membawa tujuh bidadari. Dalam potongan di atas dijelaskan mengenai imajinasi penulis yang membayangkan di langit terlihat sebuah kereta kencana yang di dalamnya terdapat tujuh bidadari yang sangat wangi seperti wangi harum bunga melati. Kutipan lain juga terdapat pada bait ketiga yaitu: Muga kang lagi nandhang (KLNR 3, 3, 5) Enggal antuk pepadhang (KLNR 3, 3, 6) semoga yang mengalami segera mendapat pencerahan Pemenggalan kata Muga kang lagi nandhang semoga yang mengalami dipenggal untuk menjelaskan kata selanjutnya yaitu Enggal antuk pepadhang segera mendapat pencerahan. Kata pepadhang pencerahan yang dimaksud dalam geguritan di atas adalah solusi agar sang anak bisa segera sembuh dari sakit yang sedang dialami. 4) Panglocitaku O boya kapan kulup (Pc, 1, 5) Ragamu oleh banyu bening (Pc, 1, 6) o, kapankah Nak ragamu mendapat air jernih

41 66 Terlihat pemenggalan kata kapan kulup kapankah Nak yang dijelaskan baris berikutnya ragamu oleh banyu bening ragamu mendapat air jernih. Dalam potongan di atas dijelaskan harapan orang tua yang anaknya segera mendapatkan penawar dari sakitnya yang dalam geguritan digambarkan dengan istilah banyu bening atau air jernih. Kutipan lain juga terdapat pada bait ketiga yaitu: Bapakmu melang-melang nak (Pc, 3, 1) Ngambu usada kanggo awakmu (Pc, 3, 2) ayahmu bersedih Nak mencium obat untuk dirimu Pemenggalan kata melang-melang bersedih dipenggal untuk menguatkan penekanan pada kata selanjutnya yaitu Ngambu usada kanggo awakmu mencium obat untuk dirimu. 5) Lare Lara 1 Anak Sakit 1 Sepisan maneh kulup (LL 1, 1, 1) Nyuwuna bapak ndedongeng (LL 1, 1, 2) sekali lagi Nak mintalah ayah mendongeng Terlihat pemenggalan kata sepisan maneh kulup sekali lagi Nak yang dijelaskan baris berikutnya nyuwuna bapak ndedongeng mintalah ayah mendongeng. Dalam potongan di atas menjelaskan kerinduan orang tua untuk mendongengkan kisah-kisah ringan kepada sang anak. Sang ayah merasa sedih ketika sang anak sedang sakit dan tidak bisa bercerita bersama dan mendongeng bersama. Kutipan lain juga terdapat pada bait kedua yaitu:

42 67 Ayo kulup (LL 1, 2, 1) Dak keloni (LL 1, 2, 2) ayo Nak aku dekap Pemenggalan kata Ayo kulup ayo Nak dipenggal untuk menguatkan penekanan pada kata selanjutnya yaitu Dak keloni aku dekap. 6) Lare Lara 2 Anak Sakit 2 Ati keiris kaya (LL 2, 1, 3) Hem, ngene perihe (LL 2, 1, 4) Ngrasakake lare kang lagi lara (LL 2, 1, 5) hati teriris seperti hem, seperti ini perihnya merasakan anak yang sedang sakit Terlihat pemenggalan kata ngene perihe seperti ini perihnya yang dijelaskan baris berikutnya ngrasakake lare kang lagi lara merasakan anak yang sedang sakit. Dalam potongan di atas menjelaskan kasih sayang orang tua yang begitu dalam kepada anak sehingga ketika sang anak sedang sakit maka orang tua juga seakan-akan merasakan rasa sakit yang sama. Kutipan lain juga terdapat pada bait kedua yaitu: Hem, ngene lelakone (LL 2, 2, 3) Ngrasakake lare kang lagi lara (LL 2, 2, 4) hem, seperti ini perjalanannya kalau anak sedang sakit

43 68 Pemenggalan kata ngene lelakone seperti ini cobaannya dipenggal untuk menguatkan penekanan pada kata selanjutnya yaitu Ngrasakake lare kang lagi lara kalau anak sedang sakit yang menjelaskan betapa perihnya orang tua ketika sang anak sedang sakit, akan tetapi semua itu adalah sebuah ujian dari Tuhan dan harus dilalui dengan tabah dan iklas. 7) Nalika Anak Kena Lara Ketika Anak Sedang Sakit Aduh anakku ngger (NAKL, 2, 1) Menyang sapa anggonku ngluru esemmu (NAKL, 2, 2) aduh putraku kepada siapa aku mencari senyummu Terlihat pemenggalan kata Aduh anakku ngger aduh putraku yang dijelaskan baris berikutnya Menyang sapa anggonku ngluru esemmu kepada siapa aku mencari senyummu. Dalam potongan di atas menggambarkan orang tua yang berusaha mencari obat agar sang anak bisa segera sembuh dan kembali ceria seperti dulu kala. Kutipan lain juga terdapat pada bait ketiga yaitu: Kaya dina-dina katemben (NAKL, 3, 3) Bebarengan nlusuri ratan (NAKL, 3, 4) Sinambi gegojekan (NAKL, 3, 5) seperti hari-hari kemarin bersama menelusuri jalan sambil bercanda Pemenggalan kata Kaya dina-dina katemben seperti hari-hari kemarin dipenggal untuk menguatkan penekanan pada kata selanjutnya yaitu Bebarengan nlusuri ratan bersama menelusuri jalan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil renungan seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulis. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL Oleh: Lastriani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa lasthree92@gmail.com Abstrak: penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI. Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi.

KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI. Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI A. PUISI Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. Kompetensi Dasar 1. Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan

Lebih terperinci

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati 1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati Oleh: Alberta Angela (@black_printzesa) Hai, namaku Jati. Mungkin kalian semua sudah sering mendengar namaku. Tapi mungkin kalian belum terlalu mengenal aku dan kehidupanku.

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

Oleh: Yasser A. Amiruddin

Oleh: Yasser A. Amiruddin LAKADAUNG Oleh: Yasser A. Amiruddin Dari balik kaca mobil yang melintas Ku melihat hamparan padi yang menguning Memandang kenangan lepas Mengingat kampung halaman yang lama ditinggal, Lakadaung Lakadaung

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Oleh: Miskiyatun Isnainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam 12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

Lebih terperinci

HW Prakoso. Yang Terabaikan. ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing

HW Prakoso. Yang Terabaikan. ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing HW Prakoso Yang Terabaikan ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing DK (Demi Keutuhan d Kerabat) Goresan pena : HW Prakoso Kesetiaan Keutuhan tiada batas Tanpa memandang waktu dan kapanpun kami ada Akhir

Lebih terperinci

PSB PSMA. Rela berbagi Ikhlas memberi

PSB PSMA. Rela berbagi Ikhlas memberi MENULIS PUISI Kelas XI Bahasa Semester 1 SK-KD Standar Kompetensi : Menulis 4. Mengungkapkan pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama Kompetensi Dasar : 4.1. Menulis puisi berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira Mata Cinta Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira Tangan ini beralirkan anugerah kuasa-mu Sederhana bagi-mu Hanya kamilah merasa

Lebih terperinci

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA Betapa indah dan bahagia duduk di pangkuan ayah tercinta dalam dimensi kemuliaan ini. Tinggal di kota sorgawi yang penuh dengan kemuliaan dan cahayanya sama seperti permata

Lebih terperinci

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya Labiba 1 Salsabil Inas Labiba Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 1 Desember 2011 Karya Kreatif Tanah Air Beta Bagian I: Tujuan Penulisan Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 A. Pengantar Menulis puisi pada hakikatnya mencipta dunia dalam kata. Kata-kata merupakan piranti bagi penulis merekayasa sebuah dunia, yakni

Lebih terperinci

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan kapan ini akan terwujud? Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya Live is a dream Mengertikah engkau saat purnama datang menjelang? Entah apa yang ku maksud saat ini aku pun tak mengerti Tetapi yang jelas aku berusaha untuk memulihkan semua rasa yang ada sebelumnya ketika

Lebih terperinci

Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3

Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3 Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3 Oleh: Aditya Apriliyani Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Tyaapriliyani559@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Judul buku: SYAIR KERINDUAN Penulis: Gunawan Tambunsaribu Jlh. Hal: : 251 halaman Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Ada rasa SUKA. KEBENCIAN, SEDIH, BAHAGIA,

Lebih terperinci

Sepasang Sayap Malaikat

Sepasang Sayap Malaikat Sepasang Sayap Malaikat Mereka sepasang sayap terbang ke awan-awan ingatan pemiliknya memilih menapak tanah, menikah dengan gadis pujaan. Setahun lalu, ia bertemu seorang gadis di sebuah kebun penuh air

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas dari buku-buku dan skripsi pendukung yang relevan dengan judul penelitian ini. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

Dhekamora BUNGA INI HANYA UNTUKMU

Dhekamora BUNGA INI HANYA UNTUKMU Dhekamora BUNGA INI HANYA UNTUKMU Dan biarkan aku memujamu, menulis syair terindah,melafatkan mantra sakti mandra guna, atau sekedar puisi tanpa makna @dhekamora 2 Cinta adalah satu kata yang enak untuk

Lebih terperinci

Analisis Gaya Bahasa dan Ajaran Moral dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Jawa 2012)

Analisis Gaya Bahasa dan Ajaran Moral dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Jawa 2012) Analisis Gaya Bahasa dan Ajaran Moral dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Jawa 2012) Oleh: Suci Alfiatun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi lama, (2) Puisi baru, dan (3) Puisi modern (Badudu, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. Puisi lama, (2) Puisi baru, dan (3) Puisi modern (Badudu, 1984). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua yang diciptakan oleh manusia. Menurut zamannya puisi dapat dibedakan menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk mengetahui penelitian tersebut,

Lebih terperinci

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman Mukadimah Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman Mencoba merangkai kata Berpura-pura jadi pujangga Menyenangkan hati dari tangan dan tulisan Semoga semua berkenan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi 1. Puisi baru yang berisi tentang cerita adalah. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal 11.1 Himne Balada Epigram Elegi Kunci Jawaban : B Himne yaitu puisi yang digunakan sebagai bentuk

Lebih terperinci

ASPEK RELIGIUS DALAM GEGURITAN IRUL S BUDIANTO (TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE)

ASPEK RELIGIUS DALAM GEGURITAN IRUL S BUDIANTO (TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE) ASPEK RELIGIUS DALAM GEGURITAN IRUL S BUDIANTO (TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE) Oleh: DESSI APRILIYA NINGRUM C0109007 Pembimbing1: Drs. Aloysius Indratmo, M.Hum. Pembimbing 2: Siti Muslifah, S.S.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

.satu. yang selalu mengirim surat

.satu. yang selalu mengirim surat .satu. yang selalu mengirim surat Bunyi klakson motor berwarna oranye, dengan teriakan khas Pos! setiap hari selalu aku nantikan. Mata tak lepas dari balik pagar besi lusuh bewarna coklat tua. Ketika pagi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran, sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran, sebagai BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran, sebagai bab penutup. Kesimpulan yang dimaksud adalah memberikan gambaran yang jelas dari hasil analisis data yang

Lebih terperinci

KELUARGAKU. Etty S. Kawilarang

KELUARGAKU. Etty S. Kawilarang KELUARGAKU Etty S. Kawilarang Keluargaku Oleh: Etty S. Kawilarang Copyright 2015 by Etty S. Kawilarang Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting

Lebih terperinci

ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK. Oleh: Itaristanti, M.A.

ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK. Oleh: Itaristanti, M.A. ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK Oleh: Itaristanti, M.A. Abstrak Tulisan ini mendeskripsikan hasil analisis bunyi, kata, dan citraan terhadap beberapa puisi anak. Tujuannya bukan untuk

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

Yang Mencinta dalam Diam

Yang Mencinta dalam Diam Yang Mencinta dalam Diam Aku melihat sebuah abstrak dengan gambar batu-batu cantik menyerupai sebuah rumah, lengkap dengan air-air jernih dibatu-batu tersebut, mereka mengalir dan bergerak sebebas-bebasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi dalam Kamus Istilah Sastra (1984) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal yang sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik Indonesia. Pentingnya bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lagu merupakan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal biasanya diiringi dengan alat musik untuk menghasilkan gubahan musik yang

Lebih terperinci

BENTUK KASIH SAYANG ORANG TUA KEPADA ANAK DALAM KUMPULAN GEGURITAN DONGENG SAKA PABARATAN KARYA WIERANTA (TINJAUAN SEMIOTIKA)

BENTUK KASIH SAYANG ORANG TUA KEPADA ANAK DALAM KUMPULAN GEGURITAN DONGENG SAKA PABARATAN KARYA WIERANTA (TINJAUAN SEMIOTIKA) BENTUK KASIH SAYANG ORANG TUA KEPADA ANAK DALAM KUMPULAN GEGURITAN DONGENG SAKA PABARATAN KARYA WIERANTA (TINJAUAN SEMIOTIKA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar

Lebih terperinci

Kegemaran 15. Bab 2. Kegemaran

Kegemaran 15. Bab 2. Kegemaran Kegemaran 15 Bab 2 Kegemaran Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat kipas dari kain sisa berdasarkan penjelasan guru; 2) menanggapi cerita pengalaman dengan kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi Pesan Prajurit karya Trisno. Penelitian difokuskan pada struktur batin dan

Lebih terperinci

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI Dalam kritik yang diberikan Teeew atas karya sastra SUDAH LARUT SEKALI : Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar ini menggunakan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

Liburan 63. Bab 6. Liburan

Liburan 63. Bab 6. Liburan Liburan 63 Bab 6 Liburan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) mengomentari tokoh cerita Gara-gara Tape Recorder ; 2) memberikan tanggapan dan saran tehadap suatu masalah;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

cinta lingkungan pelajaran 3

cinta lingkungan pelajaran 3 cinta lingkungan pelajaran 3 cinta lingkungan berarti sayang kepada sesama tumbuhan hewan manusia harus memelihara tumbuhan alam hewan semua adalah ciptaan tuhan apakah kamu cinta lingkungan cinta lingkungan

Lebih terperinci

STRUKTUR PEMBANGUN LIRIK LAGU DALAM KUMPULAN BADAI PASTI BERLALU CHRISYE. Johan Arifin STKIP PGRI Banjarmasin

STRUKTUR PEMBANGUN LIRIK LAGU DALAM KUMPULAN BADAI PASTI BERLALU CHRISYE. Johan Arifin STKIP PGRI Banjarmasin 237 STRUKTUR PEMBANGUN LIRIK LAGU DALAM KUMPULAN BADAI PASTI BERLALU CHRISYE Johan Arifin STKIP PGRI Banjarmasin Email: Johankaltara@stkipbjm.ac.id Abstrak Penelitian ini berkenaan dengan Analisis struktur

Lebih terperinci

pelajaran 9 energi tahukah kamu apa itu energi 119

pelajaran 9 energi tahukah kamu apa itu energi 119 pelajaran 9 energi benda yang bergerak butuh energi benda yang bunyi butuh energi benda yang bersinar butuh energi energi diperlukan dalam hidup tahukah kamu apa itu energi energi 119 energi menulis puisi

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI 0 KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA MATAMU KARYA SYAIFUL IRBA TANPAKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 SIMPULAN. Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian

BAB 3 SIMPULAN. Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian BAB 3 SIMPULAN Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian dari kitab suci umat nasrani, yaitu Alkitab. Kitab Mazmur merupakan kitab terpanjang dan kitab yang paling banyak dikutip

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM ALBUM SEPERTI SEHARUSNYA PADA GRUP MUSIK NOAH. NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM ALBUM SEPERTI SEHARUSNYA PADA GRUP MUSIK NOAH. NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM ALBUM SEPERTI SEHARUSNYA PADA GRUP MUSIK NOAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3 1. Sesampainya di ladang, Kancil segera mencari tempat yang tersembunyi. Saat itu Pak Tani sedang menanam timun. Kata kerja

Lebih terperinci

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lelah menanti.. Cinta untukmu tak pernah berbalas. Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lucu memang, aku masih saja merindukanmu.. Walau kutau hatimu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

Seseorang yang sedang di landa kebingungan itu mendadak tak dapat lagi mengungkapkan kata dalam hati ketika menyadari betapa ia sedang merasakan

Seseorang yang sedang di landa kebingungan itu mendadak tak dapat lagi mengungkapkan kata dalam hati ketika menyadari betapa ia sedang merasakan Seseorang yang sedang di landa kebingungan itu mendadak tak dapat lagi mengungkapkan kata dalam hati ketika menyadari betapa ia sedang merasakan sebuah rindu tak pernah menemukan tepian. Yang di rasakannya

Lebih terperinci

Analisis Aspek Diksi Dalam Antologi Geguritan Guritan Oleh Suripan Sadi Hutomo

Analisis Aspek Diksi Dalam Antologi Geguritan Guritan Oleh Suripan Sadi Hutomo Analisis Aspek Diksi Dalam Antologi Geguritan Guritan Oleh Suripan Sadi Hutomo Oleh: Vivi Kusumawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa kusumawativivi19@yahoo.com mailto:fenia228@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011 Oleh : Eni Lismawati Nurmawitantri program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e_nie23@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Berlari. Nurlaeli Umar

Berlari. Nurlaeli Umar Berlari Masih melipat kenang didekap waktu Saat kau menyapaku lalu terbang Senja katamu sebelum menghilang di balik awan Sisakan gumpal makin bertambah di sesak dada Menanti itu jika pasti kembali Mulutku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

Matahari dan Kehidupan Kita

Matahari dan Kehidupan Kita Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

Etika Jawa dan Gaya Bahasa dalam Antologi Crita Cekak Kidung Wengi Ing Gunung Gamping karya S.T. Iesmaniasita

Etika Jawa dan Gaya Bahasa dalam Antologi Crita Cekak Kidung Wengi Ing Gunung Gamping karya S.T. Iesmaniasita Etika Jawa dan Gaya Bahasa dalam Antologi Crita Cekak Kidung Wengi Ing Gunung Gamping karya S.T. Iesmaniasita Oleh: Fadhilah Rozaq Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa fadhilahrozaq@yahoo.com

Lebih terperinci

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN Oleh: Aghana V Idents Copyright 2015 by Aghana V Idents Penerbit ( nulisbuku.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Antologi Geguritan Ombak Wengi Karya Yusuf Susilo Hartono

Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Antologi Geguritan Ombak Wengi Karya Yusuf Susilo Hartono Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Antologi Geguritan Ombak Wengi Karya Yusuf Susilo Hartono Oleh: Nita Pratiwi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa pratiwinita25@gmail.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

Tuhan dalam Cerita. Pada paru-paru yang terhujam dangkal ke sukma. Dikala nafas mulai menepi pada gulita tanpa suara

Tuhan dalam Cerita. Pada paru-paru yang terhujam dangkal ke sukma. Dikala nafas mulai menepi pada gulita tanpa suara Tuhan dalam Cerita Tuhan dalam cerita Pada paru-paru yang terhujam dangkal ke sukma Dikala nafas mulai menepi pada gulita tanpa suara Dikala air mata dan angin mulai menyaru Kawan main tak sekedar taring

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO Oleh : Novyta Kumayroh program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Novyta_kumayroh@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB II RINGKASAN CERITA. prinsip bahwa semua persoalan di dunia ini pasti ada jalan keluarnya. Mereka

BAB II RINGKASAN CERITA. prinsip bahwa semua persoalan di dunia ini pasti ada jalan keluarnya. Mereka BAB II RINGKASAN CERITA Cerita ini berawal dari lima orang sahabat, yang mempunyai prinsip bahwa semua persoalan di dunia ini pasti ada jalan keluarnya. Mereka memiliki hobbi yang sama nonton dan membaca,

Lebih terperinci

Oleh: Windra Yuniarsih

Oleh: Windra Yuniarsih Puncak Kebahagiaan Oleh: Windra Yuniarsih Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Aku merasa beruntung dilahirkan sebagai perempuan. Meskipun dari keluarga sederhana tetapi kakiku dapat membawaku ke tempat

Lebih terperinci

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian AKU AKU AKU Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian lantaran ia adalah teladan didunia yang

Lebih terperinci

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Noand Hegask Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Kisah-kisah pendek dan sajak rumpang Diterbitkan melalui: Nulisbuku.com Darah Biasanya keluar rumah Saat tengah malam Sambil menangis Hanya

Lebih terperinci

JISA AFTA KITAB SEMILIR

JISA AFTA KITAB SEMILIR JISA AFTA KITAB SEMILIR Penerbit KS @ 2016 KITAB SEMILIR Oleh: Jisa Afta Copyright 2016 by Jisa Afta Penerbit KS @ 2016 Website : www.kitabsemilir.com Facebook : www.facebook.com/kitabsemilirrrr/ Twitter

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti membahas metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia disebut juga Homofabulans yang berarti mahluk bercerita, ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia disebut juga Homofabulans yang berarti mahluk bercerita, ini tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia disebut juga Homofabulans yang berarti mahluk bercerita, ini tidak dapat dipungkiri karena manusia tidak dapat dipisahkan dengan karya sastra, (Sukapiring,1990:34).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

SEKOLAH SESUDAH INI. Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka. SEKOLAH SESUDAH INI "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka." Sorga adalah sebuah sekolah; bidang studinya, alam semesta; gurunya, Yang tak berkesudahan hari-nya. Cabang

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1. Puisi Pengertian puisi Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta,

Lebih terperinci