PEREMPUAN DAN SENSUALITAS: BENTUK KOMODIFIKASI TUBUH PEREMPUAN MELALUI BODY IMAGES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEREMPUAN DAN SENSUALITAS: BENTUK KOMODIFIKASI TUBUH PEREMPUAN MELALUI BODY IMAGES"

Transkripsi

1 PEREMPUAN DAN SENSUALITAS: BENTUK KOMODIFIKASI TUBUH PEREMPUAN MELALUI BODY IMAGES YANG DIKONSTRUKSIKAN DI DALAM IKLAN AXE Oleh: Rizki Fitriana ( ) AB ABSTRAK Penelitian ini berfokus pada sensualitas sebagai bentuk komodifikasi tubuh perempuan yang ditampilkan di dalam iklan televisi AXE versi Bidadari Jatuh, Polisi Wanita vs Perampok dan Pemadam Kebakaran dan Astronot. Sensualitas menjadi signifikan karena sering kali iklan memberikan penggambaran yang bias tentang sosok perempuan, yang hanya mengandalkan tubuhnya. Penelitian ini merupakan penelitian komunikasi karena representasi perempuan yang dihadirkan oleh iklan dikonstruksi melalui teks-teks berupa tanda yang dapat dimaknai dan dieksplorasi. Berdasarkan analisis, didapatkan temuan bahwa representasi perempuan yang muncul di dalam iklan AXE berdasarkan aspek visualnya, lekat dengan sensualitas yang ditunjukkan dengan pakaian minim, ekspresi wajah, serta teknik kamera yang menyasar bagian tubuh tertentu dari perempuan, hal ini sekaligus menunjukkan bentuk ideologi patriarki. Kata Kunci: sensualitas perempuan, komodifikasi, iklan, semiotik PENDAHULUAN Penelitian ini mengeksplorasi sensualitas tubuh perempuan yang ditampilkan di dalam iklan AXE, versi Bidadari Jatuh, Polisi Wanita vs Perampok, dan Pemadam Kebakaran dan Astronot, melalui tanda-tanda yang dilekatkan pada sosok perempuan tersebut. Representasi perempuan di dalam iklan menjadi penting, karena iklan sering kali memberikan gambaran yang bias mengenai perempuan (Prabasmoro, 2006: 320). Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti, sosok perempuan telah mengalami komodifikasi oleh pelaku media, termasuk yang ditampilkan di dalam iklan AXE, yang merupakan produk khusus laki-laki, namun menjadikan perempuan sebagai objeknya, Prabasmoro (2006: 321) menyebutnya perempuan sebagai selling point. Prabasmoro (2006: 322) dalam bukunya tentang kajian feminis menyatakan bahwa kebanyakan iklan yang beredar di media massa baik itu yang cetak maupun elektronik, masih memperlihatkan adanya konstruksi yang mengarahkan seksualitas perempuan sebagai cara penundukkan perempuan dalam kuasa laki-laki. Hal ini tak lain karena tubuh perempuan dinilai memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga sosoknya dikomodifikasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Demikian pula menurut Baria (2005: 11), bagi produsen dan pengiklan, tubuh perempuan tidak akan pernah surut memberi peluang yang menguntungkan. Mulai urusan kuku hingga kepala pengiklan memanfaatkan pemaknaan tentang perempuan

2 yang berbasis tubuh untuk menentukan sebuah stereotip identitas, sehingga sangat peka dengan rekayasa pembentukan citra. Penyebaran iklan memanfaatkan media, yang mana media merupakan salah satu instrumen utama yang berperan penuh dalam membentuk konstruksi gender dalam masyarakat (Hariyanto, 2009: 2). Esplen dan Jolly (2006: 2-3) menguraikan bahwa gender dan jenis kelamin merupakan dua hal yang berbeda. Gender merupakan peranan sosial yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan, sedangkan jenis kelamin berkaitan dengan organ fisik dan genetik yang alamiah. Gender kemudian melahirkan dua stereotip yang berbeda, yaitu feminin dan maskulin (Kurnia, 2004: 18). Perbedaan antara maskulin dan feminin menggiring anggapan bahwa maskulin lekat dengan laki-laki macho, kuat, gagah, rasional, dominan dan aktif. Sementara itu, karakteristik perempuan diidentikkan dengan perempuan yang lemah, pasif, submisif dan emosional, serta mengandalkan daya tarik fisik meliputi kecantikan, sensualitas dan lekuk tubuh (Kurnia, 2004: 20). Sensualitas dari seorang perempuan merupakan aspek yang sering kali dieksploitasi oleh para pelaku media untuk menarik minat para audiens. Menurut Ida dan Surya (2002), biasanya sensualitas ini dimunculkan dengan melekatkan atribut-atribut tertentu pada si permepuan, misalnya pakaian yang minim serta menerawang. Sifatnya yang visual, mampu menimbulkan gairah erotis bagi yang melihat. Konstruksi realitas atas kehidapan sosial yang tercermin di media, erat kaitannya dengan representasi. Apa yang digambarkan oleh media bukanlah berupa refleksi atau cerminan, melainkan sebatas representasi dari konstruksi realitas sosial itu sendiri, karena apa yang ditampilkan oleh media sesungguhnya telah mengalami berbagai konstruksi simbolik sehingga mengakibatkan adanya reduksi-reduksi terhadap realitas yang ada. Representasi memiliki materialitas tertentu, mereka melekat pada bunyi, prasasti, objek, buku, majalah, dan program televisi, termasuk iklan di dalamnya (Barker, 2004: 9). Menjadi sebuah permasalahan ketika realitas yang dikonstruksi oleh pihak-pihak berkepentingan ini dianggap sebagai kebenaran oleh masyarakat. Ketika terdapat perbedaan antara realitas yang dibuat oleh media dengan realitas sebenarnya yang ada di masyarakat, maka telah terjadi penyalahartian tanda secara simbolik. Sobur (2006: 32) lebih lanjut menyebutkan bahwa dalam banyak fakta bisa ditemukan berbagai kelompok yang memiliki kekuasaan mengendalikan makna di tengah-tengah pergaulan sosial melalui media massa. Dengan demikian setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda berdasarkan kepentingannya masing-masing. Sementara itu, Hall (dalam Dayanti dan Susantari, 2005: 13) menyebutkan studi mengenai representasi berargumen bahwa media lah senjata utama dalam

3 rangka melanggengkan nilai-nilai yang ingin dikonstruksi oleh pihak-pihak dominan media, sehingga dapat mempengaruhi konstruksi berpikir masyarakat. Kuasa media inilah yang memungkinkan terjadinya komodifikasi-komodifikasi atas tubuh perempuan demi kepentingan industri. Komodifikasi menurut Mosco (dalam Astuti, 2005: 23), adalah transformasi nilai guna (use value) menjadi nilai tukar (exchange value). Secara ringkas, komodifikasi memperlihatkan proses bagaimana produk-produk kultural dikerangka sesuai dengan kepentingan pasar, hal ini dapat dilihat dari perubahan nilai guna menjadi nilai tukar yang dikerangka oleh pasar dan diatribusikan kepada objek. Pertukaran produksi makna di sini tidak lepas dari benturan kepentingan-kepentingan sosial, sebagaimana yang dikatakan oleh Golding et al. (dalam Astuti, 2005: 26 ) bahwa produk makna merupakan bentuk dari kekuasaan atau The production of meaning as the exercise of power. Berbicara mengenai komodifikasi, tidak bisa dilepaskan dengan kuasa industri kapitalis, di mana terjadi proses modifikasi terhadap komoditas yang sesungguhnya bukan merupakan sebuah komoditas. Indutri memanipulasi yang bukan komoditas menjadi sebuah barang yang dapat dipertukarkan, dalam konteks ini terjadi pertukaran informasi, pesan dan ideologi di mana body images perempuan dikonstruksikan. Konteks penelitian ini mengasumsikan bahwa iklan televisi AXE mencoba membentuk imaji-imaji tertentu melalui representasi yang dihadirkan melalui gambaran perempuan. Representasi ini digambarkan dalam iklan AXE dengan menonjolkan aspek visual pada fisik dan segala atribut yang menempel pada pemeran perempuan, mulai dari wajah, lekuk tubuh, tata rias, hingga pakaian yang dikenakan. Selain itu interaksinya dengan lawan jenis dalam iklan hingga hal-hal teknis seperti pengambilan gambar juga menjadi perhatian. Menurut pengamatan peneliti, terdapat makna (shared meaning) yang hendak disampaikan oleh pembuat iklan di dalam iklan AXE tersebut kepada masyarakat terkait penggambaran perempuan. Makna inilah yang kemudian berpotensi untuk membentuk pandangan tertentu mengenai apa yang direpersentasikan oleh iklan. Makna ini dianggap sebagai sistem yang kompleks dimana mencakup semua tanda yang dapat memprediksi pola dari representasi yang diterima oleh seseorang atau masyarakat sehingga dapat mengubah makna dari pesan tersebut (Danesi, 2010: 321). Iklan AXE sendiri dipilih karena selain termasuk dalam jajaran merk terkemuka (Top Brand), AXE sebagai produk khusus laki-laki, justru mengedepankan sosok perempuan di dalam tiap iklannya, dibandingkan dengan kompetitornya yang lain seperti Bask, Direct dan Rexona Men, yang sama-sama diperuntukkan untuk konsumen laki-laki, namun tidak menggunakan sosok perempuan untuk mengedepankan sisi maskulinitas laki-laki itu sendiri.

4 Jumlah iklan parfum merk AXE yang akan diteliti sengaja dibatasi oleh peneliti sebanyak tiga versi, antara lain adalah iklan AXE versi Bidadari Jatuh, Polisi Wanita vs Perampok, serta Pemadam Kebakaran dan Astronot. Ketiga versi iklan AXE ini dipilih karena menurut peneliti versi-versi tersebut memiliki konsep yang beragam dalam menempatkan perempuan dalam iklan sehingga menimbulkan imaji-imaji yang berbeda-beda pula mengenai sosok perempuan. Sementara itu dalam melakukan analisis, peneliti menggunakan analisis semiotik milik Fiske (1987: 5) mengenai three levels of social codes, yang meliputi: (1) reality; (2) representation; (3) ideology sebagai pisau analisis. Teori Fiske yang digunakan untuk mengkaji produk audio visual ini dinilai tepat untuk menganalisis representasi perempuan dalam iklan teleisi AXE, karena posisi iklan televisi sendiri yang sifatnya auditif dan visual. PEMBAHASAN Pada bagian pembahasan, peneliti mengeksplorasi sosok perempuan di dalam ketiga versi iklan AXE yang meliputi versi Bidadari Jatuh, Polisi Wanita vs Perampok serta Pemadam Kebakaran dan Astronot, sebagai sosok yang lekat dengan sensualitas. Peneliti melihat adanya kesamaan image yang ingin ditampillkan oleh iklan AXE tentang sensualitas perempuan melalui body images yang dibentuk pada sosok perempuan di dalam masingmasing iklan. Menurut Ida dan Surya (2002) definisi atas konsep sensualitas yang berkembang di media massa tidak berhasil dirumuskan dalam definisi yang jelas. Namun demikian, asumsi yang berkembang di masyarakat secara umum menyatakan bahwa sensualitas merujuk pada aksi yang sengaja dipertontonkan untuk mengundang imajinasi seksual bagi siapa pun yang mengonsumsinya. Pakaian minim, dan terbuka merupakan beberapa hal yang membentuk konsep sensualitas itu sendiri. Konsep sensualitas ini berhubungan erat dengan kemampuan panca indera manusia dalam menangkap objek tertentu. Biasanya objek yang sifatnya visual lah yang paling kuat membentuk konsep sensualitas itu. Aksi yang dimaksud di sini bertalian dengan usaha pengiklan dalam mengekspos aspek fisik dari seseorang yang umum terjadi pada kaum perempuan. Aspek fisik ini dapat dengan mudah terlihat dari pakaian yang digunakan dan bagian tubuh mana yang ditonjolkan sehingga memunculkan kesan sensual. Selain itu ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang ditunjukkan melalui cara berjalan serta bagaimana kerja kamera menangkapnya juga berpengaruh besar dalam membentuk konsep sensualitas. Pada level realitas, hal yang paling mudah dilihat dari sosok perempuan di dalam ketiga iklan yang menjadi objek analisis adalah pakaian yang dikenakan. Iklan pertama, yakni iklan

5 AXE versi Bidadari Jatuh, mengangkat sosok perempuan yang diasosiasikan dengan bidadari. Wujud bidadari di sini dapat kita lihat dari atribut-atribut yang bertindak sebagai penanda. Pakaian yang dikenakan oleh sosok bidadari pada iklan ini berupa mini dress yang terbilang minim. Mini dress merupakan pakaian berjenis terusan rok yang panjangnya hanya beberapa sentimeter di atas lutut serta dengan berbagai modifikasi model atasan. Sementara itu model mini dress yang dikenakan oleh para perempuan berwujud bidadari pada iklan iklan AXE versi Bidadari Jatuh tidak memiliki lengan (sleeveless) dengan kerah tipe v-neck yang lebar sehingga membuat belahan dada tampak. Sedangkan atribut pelengkap berupa sepasang sayap yang terdapat di punggung perempuan semakin mempertegas bahwa sosok perempuan di sini merujuk pada sosok bidadari. Iklan AXE selanjutnya adalah versi Polisi Wanita vs Perampok. Iklan ini menceritakan tentang polisi wanita yang melakukan pengejaran terhadap seorang perampok (laki-laki). Dalam level realitas, seragam polisi beserta atribut pelengkap di sini bertindak sebagai penanda bahwa perempuan tersebut berprofesi sebagai seorang polisi. Jika dibandingkan dengan pakaian yang dikenakan oleh sosok perempuan pada iklan AXE versi Bidadari Jatuh, perempuan dalam iklan ini sama sekali tidak mengenakan pakaian terbuka yang dapat menyebabakan bagian-bagian tubuhnya terlihat. Seragam polisi yang dikenakan oleh perempuan tersebut tergolong longgar dan dilengkapi atribut seperti jaket serta topi polisi di atas kepalanya. Dengan kata lain, berdasarkan pakaian yang dikenakan oleh sosok perempuan di dalam iklan tersebut, sensualitas tidak begitu menonjol. Sementara itu, iklan selanjutnya adalah iklan AXE versi Pemadam Kebakaran dan Astronot. Iklan ini menawarkan variasi lain tentang gambaran perempuan. Jika dibandingkan dengan dua iklan yang peneliti jabarkan di atas sebelumnya, sosok perempuan di sini digambarkan sebagai perempuan biasa. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya penanda khusus berupa atribut tertentu yang menjelaskan apa profesi perempuan tersebut seperti yang terdapat di iklan AXE versi Polisi Wanita vs Perampok atau pun dari mana asalnya seperti yang terdapat di iklan AXE versi Bidadari Jatuh di mana terdapat sosok bidadari yang jatuh dari langit. Perwujudan sosok perempuan pada iklan ketiga ini cenderung lebih sederhana. Pakaian yang dikenakan adalah kaos putih polos dengan kerah v-neck serta berlengan pendek sebahu. Sedangkan bawahan yang dikenakan adalah celana skinny jeans panjang berwarna gelap. Sementara itu tatanan rambutnya terkesan rapi, karena rambutnya yang lurus panjang dikuncir ke belakang. Jika dilihat berdasarkan model pakaian yang dikenakan oleh para perempuan di dalam masing-masing iklan, model pakaian yang dikenakan para perempuan di dalam iklan pertama

6 yaitu versi Bidadari Jatuh, memberikan penggambaran sensualitas perempuan yang paling menonjol. Hal ini dapat dilihat dari lekuk tubuh yang terbentuk dari pakaian mini dress yang dikenakan para perempuan berwujud bidadari tersebut. Selain itu, bagian tubuh berupa belahan payudara serta paha dan bokong juga terlihat akibat ketatnya pakaian yang mereka gunakan. Untuk semakin memperkuat kesan sensual dari sosok perempuan di masing-masing iklan, teknik kamera sangat berperan penting. Teknik kamera memiliki pengaruh yang begitu besar untuk menghadirkan pemaknaan tertentu bagi para audiens atas apa yang dilihatnya (Thompson dan Bowen, 2009: 23). Teknik kamera termasuk dalam level representasi Fiske (1987: 7), penyesuaian oleh kamera serta framing dan fokus yang dilakukan oleh operator kamera terhadap objek yang ditangkap, dapat memberikan efek tertentu bagi audiens yang melihat. Penggunaan jarak pengambilan gambar tertentu pada jarak dekat (close up) misalnya, dapat memberikan kesan intim bagi audiens di mana keterikatan emosi dengan objek yang ada di layar terasa lebih dekat. Hal ini pula lah yang dilakukan oleh pengiklan di dalam iklan AXE. Beberapa adegan yang muncul dihadirkan dengan menggunakan teknik kamera close up. Dalam konteks iklan AXE versi Bidadari Jatuh, sensualitas tergambar melalui cara kerja kamera yang menyasar bagian-bagian tubuh tertentu pada sosok perempuan. Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, sensualitas juga dapat tercipta melalui adanya bagian-bagian tubuh tertentu yang diekspos. Berkaitan dengan hal tersebut, eksploitasi atas bagian tubuh para perempuan berwujud bidadari di dalam iklan AXE versi Bidadari Jatuh tersebut dapat dengan mudah terlihat karena tak lepas dari model pakaian yang dikenakan. Pakaian mini dress ketat yang dikenakan mampu membentuk lekuk tubuh para perempuan berwujud bidadari tersebut. Lekuk tubuh tersebut semakin memperlihatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dinilai memiliki nilai sensual dan erotis bagi yang melihat. Bagian-bagian tubuh tersebut meliputi paha, bokong dan belahan dada. Bagian-bagian tubuh tersebut mampu membangkitkan sisi sensual perempuan (King, 2004: 4). Namun kerja kameralah yang mampu memperkuat kesan sensual tersebut. Lensa kameralah yang kemudian mengambil sudut-sudut gambar tertentu agar bagian tubuh yang mampu memicu kesan sensual itu sendiri dapat dinikmati oleh audiens. Pada salah satu adegan di dalam iklan AXE versi Bidadari Jatuh, sesosok bidadari yang baru jatuh dari langit tampak bangkit dan berdiri perlahan, sementara orang-orang di sekitarnya mengerumuninya. Pada saat itulah kerja kamera beraksi. Kamera mengambil

7 gambar dari dengan menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot (MS) di mana belahan dada perempuan dapat terlihat jelas ketika ia membungkuk. Gambar 1. Perempuan Berwujud Bidadari Mengenakan Mini Dress Pada gambar di atas, belahan payudara perempuan berwujud bidadari tersebut tampak secara kasat mata. Payudara memang merupakan bagian tubuh perempuan yang dinilai paling mampu memicu hasrat seksual bagi siapa pun yang melihatnya, terutama bagi lawan jenisnya. Payudara merupakan bagian dari tubuh perempuan yang dianggap mampu menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi yang melihat terutama laki-laki. Entwistle (2001: 54) menyebut female breast as the most sexualized zone, atau payudara sebagai bagian dari tubuh perempuan yang paling mampu mengundang imajinasi seksual. Selanjutnya kamera menangkap ekspresi wajah dua orang perempuan berwujud bidadari yang tampak sedang terhanyut dengan aroma tubuh sang laki-laki. Ekspresi terhanyut tersebut terlihat dari mimik wajah salah satu perempuan yang tampak memejamkan mata ketika sedang menghirup aroma sang laki-laki. Kemudian ia terlihat membuka mata seraya menunjukkan sorot mata yang tajam dan menggoda ke arah laki-laki tersebut. Pada saat yang bersamaan, bibir perempuan tersebut tampak sedikit membuka sedikit menganga. Hal serupa juga tampak pada sosok perempuan di dalam iklan AXE versi Polisi Wanita vs Perampok. Kamera menangkap ekspresi wajah sang polisi wanita dengan menggunakan angle medium close up. Angle ini mampu menangkap ekspresi wajah perempuan tersebut secara jelas (Thompson dan Bowen, 2009: 17). Sang polisi wanita tampak menunjukkan sorot mata yang tajam pada sang laki-laki. Sementara itu sambil menatap laki-laki tersebut, sang polisi wanita terlihat menggigit sedikit bibir bawahnya, seakan menunjukkan bahwa dirinya telah tergoda dengan laki-laki yang berperan sebagai perampok tersebut. Menggigit bibir merupakan ekspresi wajah lainnya yang dianggap dapat memunculkan kesan sensual pada perempuan. Mengutip situs Biting the lips can be a signal of attraction and sexual arousal, but only if the bite is on the lower lip. Salah satu ekspresi wajah sensual dan mengundang adalah

8 menggigit bibir bagian bawah. Biasanya ekspresi tersebut dilakukan oleh perempuan sebagai tanda bahwa ia telah tergoda atau ia ingin menggoda lawan jenisnya. Selain ekspresi wajah, ada perubahan signifikan yang terjadi pada sosok perempuan yang berperan sebagai polisi wanita tersebut. Jika diperhatikan, di awal adegan dalam iklan AXE versi Polisi Wanita vs Perampok, sosok polisi wanita tampak masih mengenakan atribut kepolisiannya dengan lengkap, mulai dari jaket, senjata yang menggantung di pinggangnya, hingga topi yang dikenakan di atas kepalanya. Namun seiring dengan adegan kejar-mengejar antara dirinya dengan sang perampok, sang polisi wanita tersebut mulai menanggalkan atributnya satu persatu hingga akhirnya menjadi sosok polisi wanita dengan rambut yang terkesan basah dan terurai. Kamera semakin menekankan kesan sensual dengan menangkap perubahan penampilan yang terjadi pada sosok polisi wanita, melalui jarak pengambilan kamera. Kamera mengambil gambar dengan jarak dekat ( close up) yang bertujuan agar audiens menyadari adanya perubahan itu. Rambut hitam panjang polisi wanita yang sebelumnya tersembunyi di balik topi polisinya, kini tampak terurai lepas. Kesan basah tampak begitu jelas pada rambutnya. Rambut basah pada perempuan sering kali dianggap seksi dan sensual oleh sebagaian laki-laki. Sebagaimana kutipan yang diambil dari laman warungkopi.okezone.com (2012) yakni, Pria menganggap rambut basah sehabis mandi itu seksi dan natural sekali. Kesan sensual juga dapat dimunculkan melalui beberapa ekspresi wajah. Bagian wajah berupa bibir dan mata dinilai memberikan kontribusi yang besar dalam membentuk sensualitas seorang perempuan. Bibir yang sedikit terbuka atau menganga dapat menimbulkan kesan sensual terutama pada perempuan. Pease dan Pease (2006: 174) dalam bukunya yang berjudul Definitive Book of Body Language, menjelaskan bahwa ekspresi wajah perempuan dengan bibir menganga merujuk pada ekspresi sensual yang menunjukkan kekuatan seksual seorang perempuan. Slightly parting the lips is a cluster that has been used by women for centuries to show sexual submissiveness. Masih menurut Pease dan Pease, kesan sensual semakin kuat manakala ekspresi wajah dengan bibir yang sedikit menganga tersebut dikaitkan dengan ekspresi ketika perempuan mengalami orgasme saat berhubungan intim. Konsep ekspresi wajah perempuan dengan bibir yang sedikit terbuka, sering kali digunakan pada majalah-majalah fashion wanita atau majalah pria dewasa. Para model yang tampil baik sebagai sampul majalah maupun pengisi rubrik tertentu di dalam majalah

9 tersebut, kebanyakan berpose sensual dengan memasang ekspresi wajah yang cenderung serupa, yakni dengan menunjukkan sorot mata yang tajam ke arah kamera, serta gerak bibir yang tidak menutup dengan sempurna atau dengan kata lain sedikit terbuka. Berbicara mengenai ekspresi wajah, iklan pertama dan kedua, cenderung memiliki kesamaan yang menonjol tentang bagaimana sensualitas perempuan dihadirkan berdasarkan ekspresi yang digunakan oleh para perempuan di dalam masing-masing iklan. Namun pada iklan ketiga, yakni AXE versi Pemadam Kebakaran dan Astronot, peneliti menangkap adanya usaha untuk membentuk konsep sensualitas melalui cara yang berbeda, berdasarkan ekspresi wajah yang tampak. Ekspresi wajah yang muncul dari perempuan tersebut tak lepas dari rasa ketertarikannya dengan sang astronot. Senyum yang sebelumnya tergambar di wajahnya, seketika berubah saat sosok astronot mencuri perhatiannya. Ekspresi wajah perempuan tersebut menjadi lebih menggoda saat ia menunjukkan sorot mata yang tajam. Di samping itu, lagi-lagi bibir yang tidak menutup sempurna juga terlihat dari wajahnya. Hal tersebut menunjukkan betapa ia terkesima dengan sosok astronot yang ia lihat. Meskipun ada kemiripan pada ekspresi wajah yang tampak pada perempuan di dalam iklan ini, bahasa bibir yang tergambar tidak sepenuhnya menunjukkan kesan sensual yang menantang, sebagaimana yang tergambar pada dua iklan sebelumnya. Peneliti melihat adanya konsep sensualitas yang lebih ringan, di mana hal ini terlihat dari Bahasa bibir yang meskipun tidak menutup sempurna, masih tersirat senyuman di bibir perempuan tersebut. Gambar 2. Perbandingan Ekspresi Wajah Perempuan di Masing-Masing Iklan Kesan sensual yang lebih ringan pada iklan AXE versi Pemadam Kebakaran dan Astronot dibandingkan dengan versi Bidadari Jatuh dan Polisi Wanita vs Perampok, tak lepas dari body images yang dibentuk pengiklan kepada sosok perempuan di dalam iklan tersebut. Dilihat dari penampilannya, perempuan di dalam iklan ini digambarkan sebagai sosok perempuan biasa, jika dibandingkan dengan gambaran perempuan di dalam dua iklan sebelumnya. Adegan penyelamatan oleh sang pemadam kebakaran menjadi buktinya. Hal ini juga menunjukkan bahwa ia tidak memiliki kekuatan untuk menyelematkan diri sehingga

10 membutuhkan bantuan dari orang lain. Ketidakberdayaannya kemudian tercermin dari ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh perempuan tersebut. Ekspresi wajah terpana karena melihat sesosok astronot yang berada di depannya cenderung malu-malu, tidak seekspresif sosok perempuan di dalam dua iklan sebelumnya. Berangkat dari ekspresi wajah, peneliti juga melakukan eksplorasi pada aspek gerak tubuh para perempuan di dalam masing-masing iklan. Hal ini karena gerak tubuh termasuk dalam komunikasi nonverbal yang sifatnya mampu memperkuat konsep sensualitas yang ditonjolkan oleh pengiklan (Pease dan Pease, 2006: 170). Masing-masing iklan memiliki konsep dan jalan ceritanya sendiri-sendiri sehingga konsep sensualitas yang dihasilkan pun tidak sama. Iklan pertama, yakni AXE versi Bidadari Jatuh, mengusung konsep iklan dengan jalan cerita yang sifatnya imajinatif, di mana terdapat sosok bidadari yang tiba-tiba jatuh dari langit hanya karena aroma parfum yang disemprotkan ke tubuh seorang laki-laki. Didukung dengan latar musik orkestra yang bertempo lambat, gerak tubuh yang ditunjukkan para perempuan berwujud bidadari melalui cara jalannya pun cenderung perlahan. Berbeda dengan iklan AXE versi Bidadari Jatuh, iklan selanjutnya yakni versi Polisi Wanita vs Perampok serta Pemadam Kebakaran dan Astronot, menunjukkan tempo iklan lebih cepat. Hal ini tak lain karena jalan cerita yang diusung keduanya berhubungan erat dengan adegan-adegan berbahaya dan sarat akan unjuk kekuatan fisik. Pada iklan AXE versi Polisi Wanita vs Perampok misalnya, terjadi adegan kejar-kejaran antara sang polisi wanita dan perampok. Sementara itu iklan AXE versi Pemadam Kebakaran dan Astronot berada di setting pengadeganan yang menampilkan adegan-adegan berbahaya seperti adegan penyelamatan menembus gedung yang terbakar. Jika iklan AXE versi Bidadari Jatuh menggunakan musik latar bertema orkestra yang begitu mendayu-dayu dan bertempo lambat, kedua iklan ini menggunakan musik latar yang keras dengan tempo yang cepat. Musik latar yang demikian semakin mendukung adegan-adegan cepat yang ditunjukkan sekaligus memperkuat aspek emosional audiens terhadap jalan cerita yang disuguhkan. Melihat kenyataan tersebut, gerak tubuh yang dihasilkan oleh sosok perempuan di masing-masing iklan tidaklah sama. Peneliti melihat sosok bidadari pada iklan pertama paling kuat kesan sensualnya. Cara jalannya yang lambat serta melenggak-lenggok layaknya model catwalk mendukung konsep sensualitas yang berbicara mengenai segala aksi yang sengaja dipertunjukkan untuk mengundang imajinasi erotis dan seksual terhadap siapa pun yang melihatnya. Hal tersebut tak lepas dari jenis pakaian yang dikenakan, yakni mini dress yang memperlihatkan kakinya yang jenjang. Menurut Pease dan Pease (2004: 307), perempuan

11 dengan kaki yang jenjang merupakan bentuk dari sinyal non verbal yang mengkomunikasikan bahwa perempuan tersebut secara seksual telah matang, sehingga siap untuk menjadi childbearer. Secara garis besar, berdasarkan pengamatan peneliti, konsep sensualitas yang dikonstruksi di dalam ketiga iklan AXE yakni versi Bidadari Jatuh, Polisi Wanita vs Perampok serta Pemadam Kebakaran dan Astronot, sangat kental dengan ideologi patriarki. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana sosok perempuan di masing-masing iklan, diposisikan sebagai objek oleh pengiklan. Sosok perempuan menjadi kaum yang diobjektifikasi karena dalam konteks ketiga iklan tersebut, masing-masing menghadirkan perempuan sebagai sosok yang dinikmati melalui eksploitasi yang dilakukan pada tubuhnya. Peneliti melihat keterkaitan yang begitu erat antara sensualitas dengan komodifikasi tubuh pada sosok perempuan di dalam iklan AXE. Komodifikasi yang terjadi tampak dari adanya usaha untuk mengeksploitasi wujud fisik perempuan sebagai pemanis dan penghias di dalam iklan. AXE yang notabene merupakan produk parfum dan deodorant yang menjadikan laki-laki sebagai segmentasi utamanya, justru memainkan sosok perempuan sebagai objek utamanya. Sosok perempuan yang dihadirkan di dalam masing-masing iklan tersebut seakan semakin memantapkan asumsi bahwa perempuan memiliki citra peraduan, yakni sosoknya yang dinilai hadir sebatas sebagai objek pemuas hasrat seksual laki-laki (Tomagola, 1998: 330). Pengiklan memanfaatkan sosok perempuan dengan melakukan komodifikasikomodifikasi melalui body images yang tampak. Body images yang tampak merupakan hasil dari seleksi-seleksi yang dilakukan oleh sang pengiklan dalam rangka usahanya membentuk konsep sensualitas. Menurut Foucault (dalam King, 2004: 4) tubuh perempuan dianggap sebagai other. Artinya, tubuh perempuan dinilai berbeda dengan tubuh laki-laki. Perempuan memiliki bagian-bagian tubuh tertentu yang lebih menonjol ketimbang laki-laki, seperti payudara, pinggul dan bokong. Hal ini lah yang kemudian membuat tubuh perempuan menjadi sasaran eksploitasi. Bagian-bagian tubuhnya yang dianggap berbeda dengan laki-laki ini, dianggap menjual. Sehingga tak heran, tubuh perempuan sering kali dijadikan objek visual oleh pelaku media, terutama pengiklan. Berkaitan dengan tatanan masyarakat patriarki, konstruksi sosial budaya atas tubuh perempuan digunakan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dan dominasi laki-laki atas perempuan (Arivia, 2006: 95). Dominasi ini terlihat dari kuasa media yang menempatkan sosok perempuan sebagai objek pemuas hasrat seksual laki-laki.

12 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa representasi perempuan yang dilakukan oleh pengiklan, masih melekatkan sosok perempuan dengan sensualitas. Pengiklan melakukan berbagai komodifikasi terhadap tubuh perempuan di dalam iklan AXE versi Bidadari Jatuh, Polisi Wanita vs Perampok, serta Pemadam Kebakaran dan Astronot melalui berbagai atribut yang ditempelkan kepadanya. Sensualitas ini muncul dari atributatribut yang dilekatkan pada body images perempuan yang meliputi pakaian yang dikenakan. Sementara itu kerja kamera berperan untuk memberikan penguatan dalam mengonstruksi konsep sensualitas di dalam iklan. Sedangkan ideologi yang muncul berdasarkan representasi perempuan di dalam ketiga iklan AXE tersebut adalah, ideologi patriarki. Ideologi patriarki yang berbicara mengenai dominasi kuasa laki-laki terhadap perempuan tergambar dari bagaimana tubuh perempuan menjadi medan pertarungan kuasa yang dilakukan oleh media, melalui komodifikasi-komodifikasi yang dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Arivia, Gadis. 2006, Feminisme: Sebuah Kata Hati, Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Astuti Komunika: Warta Ilmiah Populer Komunikasi dalam Pembangunan. Baria, Ludfy. 2005, Media Meneropong Wanita, Konsorsium Swara Perempuan, Jakarta. Barker, Chris. 2004, Cultural Studies: Teori dan Praktik, Kreasi Wacana, Jogjakarta. Danesi, Marcel. 2010, Pesan, Tanda dan Makna; Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, Jalasutra, Jogjakarta. Dayanti, Liestyaningsih Dwi & Susantari, Tri. 2005, Representasi Relasi Gender Dalam Sinetron Bajaj Bajuri di Trans TV, Universitas Airlangga, Surabaya. Entwistle, Joanne, & Wilson, Elizabeth. (eds). 2001, Dress, Body, Culture: Body Dressing, Berg, UK. Esplen, Emily & Jolly, Susie. 2006, Gender and Sex: A Sample of Definition, pp.2-3. Fiske, John. 1987, Television Culture: Popular Pleasures and Politics, Rouletdge, London. Hariyanto. 2009, Gender Dalam Konstruksi Media, Komunika, Vol.3, No. 2, pp Ida, Rachmah & Surya, Yuyun Izzati. 2002, Politik Tubuh Dan Sensualitas Perempuan: Diskursus Media Terhadap Fenomena Goyang Penyanyi Dangdut Perempuan, Universitas Airlangga, Surabaya. King, Angela. 2004, The Prisoner of Gender: Foucault and the Disciplining of the Female Body, Vol. 5, No. 2, pp. 4. Kurnia, Novi Representasi Maskulinitas Dalam Iklan, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Vol. 8, No. 1, pp Pease, Allan & Pease, Barbara. 2004, The Definitive Book of Body Language, McPherson, Australia. Prabasmoro, Aquarini Priyatna. 2006, Kajian Budaya Feminis: Tubuh, Sastra Dan Budaya Pop, Jalasutra, Jogjakarta. Thompson, Roy & Bowen, Christopher. 2009, Grammar of The Shot Second Edition. Elsevier, Inggris. The Meaning of Lips Biting, diakses pada 16 Mei 2014, tersedia di

13 Model Rambut yang Disuka dan Dibenci Pria, diakses pada 16 Juni 2014, tersedia di

BAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance

BAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan menganalisis melalui tahapan kajian pustaka dan analisis data mengenai adanya unsur sensualitas lewat para bintang tamu perempuan dalam tayangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang

Lebih terperinci

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Widyokusumo (2012:613) bahwa sampul majalah merupakan ujung tombak dari daya tarik sebuah majalah. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan anatomi sampul

Lebih terperinci

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Film pada dasarnya digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Dalam keberagaman nilai-nilai yang ada film mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari dan mendapatkan kebutuhan informasi, baik sekedar untuk pengetahuan maupun memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan televisi pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, pengiklan juga ingin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Penggambaran perempuan dalam sampul majalah Female edisi oktober 2015 adalah sosok perempuan yang pemberani, tegar, sederhana, tegas, disiplin, dan bersemangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian besar dipenuhi oleh iklan yang mempromosikan berbagai macam produk atau jasa. Dengan menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak fenomena mengenai perilaku konsumen yang dapat kita lihat

BAB I PENDAHULUAN. Banyak fenomena mengenai perilaku konsumen yang dapat kita lihat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyak fenomena mengenai perilaku konsumen yang dapat kita lihat sehari-hari, salah satunya adalah perilaku membeli. Untuk mendapatkan pasar konsumen, para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN

BAB V KESIMPULAN & SARAN BAB V KESIMPULAN & SARAN V.I Kesimpulan Konstruksi dalam video klip If I Were a Boy karya Beyoce Knowles, merupakan sebuah ruang tawar menawar ideologi mengenai penggambaran perempuan yang menjalani kehidupan

Lebih terperinci

Memaknai Dominasi Maskulin dalam Komedi Situasi. Tetangga Masa Gitu. Skripsi. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan. Pendidikan Strata I

Memaknai Dominasi Maskulin dalam Komedi Situasi. Tetangga Masa Gitu. Skripsi. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan. Pendidikan Strata I Memaknai Dominasi Maskulin dalam Komedi Situasi Tetangga Masa Gitu Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata I Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGARUH STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP VISUALISASI TUBUH WANITA DALAM POSTER IKLAN MINUMAN ABSINTHE

BAB IV ANALISIS PENGARUH STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP VISUALISASI TUBUH WANITA DALAM POSTER IKLAN MINUMAN ABSINTHE BAB IV ANALISIS PENGARUH STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP VISUALISASI TUBUH WANITA DALAM POSTER IKLAN MINUMAN ABSINTHE Pada masa Revolusi Industri muncul fenomena - fenomena sosial dimasyarakat. Dan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Penyajian Data Iklan Tim-Tam 4.1.1. Iklan 1 : Iklan Tim-Tam versi Kebahagiaan Kecil Berlapis Cokelat 4.1.1.1. Breakdown per Scene Kedua iklan ini akan dibreakdown berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia sehingga banyak ditemui perempuan muslim Indonesia menggunakan jilbab,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiburan publik. Kesuksesaan film dikarenakan mewakili kebutuhan imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. hiburan publik. Kesuksesaan film dikarenakan mewakili kebutuhan imajinatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan bagian dari komunikasi massa yang sudah menjadi bagian dari kehidupan saat ini. Di akhir abad ke-19, film muncul sebagai hiburan publik. Kesuksesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI

GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI Oleh: Novi Seliyana (070915066) ABSTRAK Penelitian Gambaran Masyarakat

Lebih terperinci

REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN KONDOM SUTRA VERSI GOYANG KAMASUTRA JULIA PEREZ SKRIPSI

REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN KONDOM SUTRA VERSI GOYANG KAMASUTRA JULIA PEREZ SKRIPSI REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN KONDOM SUTRA VERSI GOYANG KAMASUTRA JULIA PEREZ ( Studi Semiotika Tentang Representasi Sensualitas Perempuan Dalam Iklan Kondom Sutra Versi Goyang Kamasutra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan juga sebagai pengguna terbesar media massa. Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan juga sebagai pengguna terbesar media massa. Kedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini berdasarkan pada fenomena semakin maraknya perempuan menjadi model iklan di media massa elektronik, khususnya televisi. Dilihat dari sisi sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Seperti diketahui bahwa setiap produsen, baik itu yang menyediakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Seperti diketahui bahwa setiap produsen, baik itu yang menyediakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seperti diketahui bahwa setiap produsen, baik itu yang menyediakan barang maupun jasa, perlu memperkenalkan produk mereka kepada publik atau konsumen.

Lebih terperinci

Mengenal Foto Glamour

Mengenal Foto Glamour Mengenal Foto Glamour Apa itu glamour photography? Karena tidak ada rumusan resmi, maka beberapa situs mendefinisikan fotografi glamour secara beragam. Berikut rumusan rumusan yang dapat Anda temukan di

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. terlihat. Seperti yang dikutip dalam buku Feminisme : Sebuah Kata Hati bahwa

BAB I. Pendahuluan. terlihat. Seperti yang dikutip dalam buku Feminisme : Sebuah Kata Hati bahwa BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Peralatan sang tuan tidak akan dapat membongkar rumah sang tuan. Audre Lorde. Secanggih apapun kita peralatan yang kita punyai tidak akan dapat membongkar cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Perdebatan mengenai batasan antara nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Perdebatan mengenai batasan antara nilai-nilai moral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik mengenai masalah seksualitas, erotika dan pornografi belakangan ini kembali menarik perhatian dan menjadi bahan perbincangan oleh banyak kalangan. Perdebatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan bentuk komunikasi persuasif yang menyajikan informasi tentang aneka ragam produk, gagasan, serta layanan yang tujuan akhirnya adalah memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Arus teknologi dan informasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sangat menarik perhatian orang banyak, bahkan membuat banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. ini sangat menarik perhatian orang banyak, bahkan membuat banyak orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penampilan iklan Extra Joss di media cetak dan elektronik secara besarbesaran di Indonesia sungguh menarik perhatian untuk disimak. Penampilan iklan ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap saat kita dapat melihat orang-orang menonton televisi, membaca koran atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan wajah identik bagi para wanita saja, namun saat ini para pria mulai menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehatan kulit wajah. Berbagai macam produk perawatan

Lebih terperinci

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada suatu scene ada 9 orang perempuan dengan penampilan yang hampir sama yaitu putih, bertubuh mungil, rambut panjang, dan sebagian besar berambut lurus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Simbol kecantikan dalam iklan Vaseline Body Serum. kemudian muncul suatu ideologi. 1

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Simbol kecantikan dalam iklan Vaseline Body Serum. kemudian muncul suatu ideologi. 1 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Simbol kecantikan dalam iklan Vaseline Body Serum Iklan sebagai sebuah teks adalah sistem tanda yang terorganisir menurut kode-kode yang merefleksikan nilai-nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaum wanita adalah kaum yang sangat memperhatikan penampilan. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun identitas, penampilan juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi dalam perdagangan memiliki banyak macam seperti trade allowance, periklanan

BAB I PENDAHULUAN. promosi dalam perdagangan memiliki banyak macam seperti trade allowance, periklanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dari waktu ke waktu pasti akan mengalami perubahan menuju kehidupan yang lebih modern. Kebutuhan masyarakat akan sesuatu, baik itu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Iklan dikenal berperan sebagai salah satu sarana komunikasi untuk mengomunikasikan produk yang ditawarkan kepada masyarakat luas melalui berbagai jenis media.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Representasi maskulinitas..., Nurzakiah Ahmad, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Representasi maskulinitas..., Nurzakiah Ahmad, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Iklan, dengan beragam bentuknya, menjadi satu sarana promosi yang digunakan oleh produsen untuk memperkenalkan produk yang dipromosikan kepada khalayak ramai. Dengan kelihaian dan trik-trik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa di zaman ini telah menjadi bagian wajib dari kehidupan manusia. Sadar atau tidak, media massa telah menempati posisi penting untuk memuaskan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang produk baik itu barang, jasa, maupun gagasan oleh sponsor melalui

BAB I PENDAHULUAN. tentang produk baik itu barang, jasa, maupun gagasan oleh sponsor melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Widyatama (2006 : 13) bahwa iklan adalah struktur informasi dan susunan komunikasi non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Kemudian, film mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa seperti surat kabar, majalah,

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Iklan A Mild versi Manimal dan U Mild versi Cowo Lebih Tau sama-sama menggunakan format naskah campuran, yakni antara slice of life, vignettes and situations serta personality

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin yang diproduksi oleh Maxima Pictures dengan menggunakan pendekatan signifikansi dua tahap dari Roland

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang BAB IV KESIMPULAN Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang terjadi pada abad pertengahan, sampai saat ini masih menyisakan citra negatif yang melekat pada perempuan. Sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma kritis yang berangkat dari cara melihat realitas dengan mengasumsikan bahwa selalu saja ada struktur

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. film horor periode 80 an, 90 an, dan 2000 an; (2) adakah pemberontakan atau

BAB IV PENUTUP. film horor periode 80 an, 90 an, dan 2000 an; (2) adakah pemberontakan atau BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana dikemukakan di bagian awal, penelitian ini bermaksud hendak meneliti: (1) bentuk-bentuk eksploitasi perempuan dalam film horor periode 80 an, 90 an, dan 2000 an;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sinetron komedi Tetangga Masa Gitu? episode New Job adalah hubungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sinetron komedi Tetangga Masa Gitu? episode New Job adalah hubungan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Penelitian ini didapati beberapa temuan penelitian bahwa relasi gender dalam sinetron komedi Tetangga Masa Gitu? episode New Job adalah hubungan suami istri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tontonan dan lain lain. Kini terdapat jasa tour di beberapa kota yang mengajak

BAB I PENDAHULUAN. tontonan dan lain lain. Kini terdapat jasa tour di beberapa kota yang mengajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kemiskinan merupakan suatu fenomena sosial yang sudah sangat melekat di Indonesia. Hal itu disebabkan Indonesia sebagai negara berkembang masih belum bisa mengatasi

Lebih terperinci

Media massa berperon dalam menanamkan false consciousness,

Media massa berperon dalam menanamkan false consciousness, HEGEMONI PATRIARKI DI MEDIA MASSA ABSTRAK Media massa berperon dalam menanamkan false consciousness, atau kesadaran palsu yang oleh Gramsci disebut hegemoni, di mana terjadi pertarungan ideologi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan di mana segala sistem kemasyarakatan yang bersifat tradisional dilepaskan menjadi tatanan yang mengimplikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi telah semakin pesat. Teknologi informasi khususnya telah membawa dampak yang siginifikan bagi perkembangan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanannya sebagai penggerak industrialisasi, iklan bukanlah sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi semakin tinggi, maka beragam upaya dengan teknologi. pendukungnya pun semakin canggih. Manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi semakin tinggi, maka beragam upaya dengan teknologi. pendukungnya pun semakin canggih. Manusia untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan awal manusia untuk mengetahui kebutuhannya, banyak cara untuk berkomunikasi pada saat sekarang ini. Karena kebutuhan komunikasi semakin tinggi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring munculnya berbagai macam industri ditengah masyarakat, membuat persaingan antar industri yang menghasilkan produk sejenis semakin ketat. Banyak dari mereka

Lebih terperinci

BUDAYA POPULER DAN PESAN PERSUASIF MAJALAH PEREMPUAN. dalam Rubrik Rupa-rupa, Majalah Femina edisi Januari Desember 2012)

BUDAYA POPULER DAN PESAN PERSUASIF MAJALAH PEREMPUAN. dalam Rubrik Rupa-rupa, Majalah Femina edisi Januari Desember 2012) BUDAYA POPULER DAN PESAN PERSUASIF MAJALAH PEREMPUAN (Analisis Isi Kualitatif Pesan Persuasif Ditinjau dari Konsep Budaya Populer dalam Rubrik Rupa-rupa, Majalah Femina edisi Januari Desember 2012) Maria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan pada dasarnya merupakan suatu bentuk proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi gagasan atau ide kepada sekelompok orang atau individu melalui suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi penuh gaya hidup luar negeri. Pakaian yang terbuka dan minimalis, gaya hidup yang hedonis dan konsumtif,

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 12 Dr. Fakultas ILMU KOMUNIKASI Masalah Masalah Sosial Dan Media Massa Heri Budianto.M.Si Program Studi Publik Relations http://mercubuana.ac.id Para akademisi dan praktisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari bangun tidur sampai saat akan kembali tidur kita pasti akan menjumpai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Representasi Sensualitas Perempuan Dalam Iklan (Analisis Semiotika Roland

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Representasi Sensualitas Perempuan Dalam Iklan (Analisis Semiotika Roland 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Representasi Sensualitas Perempuan Dalam Iklan (Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Iklan Parfum Axe Versi Heaven On Erth Di Televisi) oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan sangat lekat dalam kehidupan masyarakat terutama di kota kota besar. Dalam satu hari, masyarakat kota selalu berhadapan dengan iklan, dalam tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Jilbab merupakan jenis pakaian yang memiliki arti sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (kbbiweb.id). Jilbab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu pesat khususnya dalam media yakni, media cetak, media online ataupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi yang menyampaikan

Lebih terperinci

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga 1. Latar Belakang Dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat di iringi dengan semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Ekonomi Politik (Komodifikasi) Istilah ekonomi politik diartikan secara sempit oleh Mosco sebagai studi tentang hubungan-hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan yang saling

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

KATA PENGANTAR. dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Representasi Eksploitasi Tubuh Perempuan

Lebih terperinci

MEDIA DAN CULTURAL STUDIES

MEDIA DAN CULTURAL STUDIES MODUL PERKULIAHAN MEDIA DAN CULTURAL STUDIES Feminisme dalam Kajian Budaya dan Media Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Broadcasting Sofia Aunul, MSi Abstract Kompetensi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. V.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. V.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan pemaparan analisis pada bab IV.2. maka dapat ditarik kesimpulan.bahwa penggambaran tubuh perempuan dalam video klip ini adalah penggambaran tubuh perempuan yang

Lebih terperinci

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam menciptakan brand identity, position, dan image yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam menciptakan brand identity, position, dan image yang kuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam menciptakan brand identity, position, dan image yang kuat melalui iklan banyak dilakukan oleh perusahaan untuk membedakan produk yang dipasarkan dari

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci