Gerakan Politik dan Spritual Parmalim Dalam Rangka Mempertahankan Eksistensi Agama Suku Di Tanah Batak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gerakan Politik dan Spritual Parmalim Dalam Rangka Mempertahankan Eksistensi Agama Suku Di Tanah Batak"

Transkripsi

1 Gerakan Politik dan Spritual Parmalim Dalam Rangka Mempertahankan Eksistensi Agama Suku Di Tanah Batak Corry Purba Dosen Prog. Studi Pendidikan Sejarah FKIP-USI Abstrak Gerakan parmalim mulai berkembang sekitar tahun 1883, menjelang kematian Raja Sisingamangaraja XII. Gerakan mesianisme ini dipelopori oleh Guru Somalaing Pardede. Gerakan ini mengkultuskan Sisingamangaraja XII sebagai pemimpin tertinggi agama mereka. Hal ini memicu perlawanan politik dan teologis terhadap zending Eropa. Kelompok parmalim terus melakukan perlawanan terhadap Belanda, meskipun Sisingamangaraja XII telah wafat. Mesianisme menurut Parmalim, lahir ketika masyarakat mengalami krisis multi-dimensional. Dalam konteks kolonialisme dan imperialisme pada abad ke-19-20, represi dan restriksi itu berasal dari pemerintah asing. Pada masa inilah gerakan mesianisme tumbuh subur di daerah jajahan. Di Tanah Batak, tiga gerakan mesianis lahir sebagai bentuk perlawanan berciri politis-religius terhadap pemerintah kolonial Belanda. Ketiga gerakan tersebut yakni Parmalim, Na Siak Bagi, dan Parhudamdam, yang lahir setelah Si Singamangaraja XII kalah berperang melawan Belanda. Berbagai stigma kemudian dilekatkan Belanda kepada para pengikut Parmalim untuk mengerem laju gerakan ini, mulai dari sebutan kaum pembangkang, penyembah pagan (berhala), hingga pelaku kanibalisme atau pemakan sesama manusia. Para penganut Parmalim diburu dan berbagai kegiatan upacara keagamaan mereka pun dilarang. Komunitas keagamaan ini secara substansial belum memperoleh kebebasan mengekspresikan identitasnya dalam ranah sosial politik. Permasalahan yang dialami Parmalim merepresentasikan gambaran politik identitas yang terjadi di Indonesia. Dalam kondisi ini, Parmalim tampil menggunakan internet sebagai medium komunikasi cyberspace untuk mengartikulasikan dan mengkomunikasikan eksistensi identitasnya Kata kunci: Parmalim, Mesianisme, Sisingamangaraja XII, Belanda, Batak PENDAHULUAN Parmalim awalnya merupakan gerakan spiritual untuk mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan kuno suku Batak Toba yang terancam dengan masuknya agama baru yang dibawa oleh orang-orang Eropa, utamanya Belanda dan Jerman. Gerakan ini akhirnya menyebar ke seluruh Tanah Batak, serta menjadi gerakan politik atau parhudamdam yang menyatukan orang Batak dalam rangka menentang kolonialisme Belanda. Gerakan parmalim ini memunculkan hadirnya seorang mesianis yang mulai berkembang sekitar tahun 1883, sebelum kematian Si Singamangaraja XII, dengan

2 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2015 pelopornya Guru Somalaing Pardede. Dalam perkembangannya, gerakan yang menempatkan Si Singamangaraja sebagai pemimpin tertinggi agama ini telah memicu perlawanan politik dalam bentuk pertempuran-pertempuran kecil di berbagai kawasan Batak Toba, sekaligus pula merupakan bentuk perlawanan teologis terhadap zending-zending Barat. Gerakan parmalim ini ternyata terus melakukan perlawanan terhadap Belanda, meskipun SiSingamangaraja XII telah wafat. Mesianisme yang diharapkan oleh kaum Parmalim, lahir ketika masyarakat mengalami krisis multi dimensional. Krisis multidimensional yang menyebabkan keresahan kolektif merupakan imbas dari kebijaksanaan politis yang represif dan restriktif yang awalnya dilakukan oleh pemerintah asing (penjajah). Namun kemudian dilanjutkan tindakan tersebut juga dilanjutkan oleh pemerintahan sendiri, pascakemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam konteks kolonialisme dan imperialisme pada abad ke-19 dan ke-20, represi dan restriksi itu berasal dari pemerintah asing. Pada masa inilah gerakan mesianis tumbuh subur di daerah jajahan. Di Tanah Batak, tiga gerakan mesianis lahir sebagai bentuk perlawanan berciri politis-religius terhadap pemerintah kolonial Belanda. Ketiga gerakan tersebut yakni Parmalim, Na Siak Bagi, dan Parhudamdam, yang lahir setelah Si Singamangaraja XII kalah berperang melawan Belanda. Ketiganya berkiblat kepada dinasti Si Singamangaraja dan mengharapkan kembalinya tokoh imam dan raja tersebut sebagai mesias untuk membebaskan Tanah Batak (Toba) dari pemerintah kolonial Belanda dan merestorasi tatanan sosial, politik dan religius di Toba. Dalam perjuangannya, ketiga gerakan tersebut ternyata memiliki gambaran yang berbeda tentang Si Singamangaraja. Gerakan Parmalim menyakini bahwa kelak Sisingamangaraja akan datang lagi untuk mengakses sumber kekuatan Eropa yaitu Yahweh. Gerakan Na Siak Bagi meyakini Si Singamangaraja yang baru sedang dalam pengembaraan dan dalam rupa seorang yang hina - dina. Gerakan Parhudamdam meyakini Si Singamangaraja sebagai permilik ilmu kebal yang unggul dan tiada taranya. Berbagai stigma kemudian dilekatkan Belanda kepada para pengikut Parmalim untuk mengerem laju gerakan ini, mulai dari sebutan kaum pembangkang, penyembah pagan (berhala), hingga pelaku kanibalisme atau pemakan sesama manusia. Para penganut Parmalim diburu dan berbagai kegiatan upacara keagamaan mereka pun dilarang. Pada tahun 1895, Guru Somalaing Pardede ditangkap Belanda dan kemudian dibuang ke Kalimantan ada tahun berikutnya. Gerakan Parmalim pun mulai memudar walau tidak habis. Raja Mulia Naipospos, tokoh spiritual, yang disebut-sebut mendapat restu dari Si Singamangaraja XII, kemudian memegang tongkat kepemimpinan Parmalim. 2

3 Gerakan Politik dan Spritual Parmalim Dalam Rangka Mempertahankan Eksistensi Agama Suku Di Tanah Batak..Corry Purba Gerakan Parmalim pun kembali memusatkan diri pada spiritual dan tata cara hidup berdasarkan adat Batak Toba. Tongkat kepemim-pinan ini diwariskan turun-temurun dan kini dipegang oleh Raja Marnakkok Naipospos, cucu dari Raja Mulia. Saat ini pusat kegiatan keberagamaan kaum Parmalim dipusatkan di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir (pemekaran dari kabupaten Tapanuli Utara), Sumatera Utara. 1. Resistensi Belanda Terhadap Munculnya Gerakan Parmalim Asal usul kata malim bagi masyarakat Melayu berasal dari bahasa Arab mualim yang artinya pintar dalam pengetahuan agama. Kata parmalim sendiri bisa dipisahkan dalam dua kata, yaitu par dan malim. Par dalam bahasa Batak Toba merupakan awalan aktif yang berarti orang yang mengerjakan atau menganut sesuatu. Malim sendiri berasal dari kata bahasa masyarakat di pesisir pantai yang beragama Islam, baik Melayu Aceh maupun Minangkabau, yang berarti pemuka agama. Parmalim juga berkonotasi dengan para malim atau sekumpulan orang yang pengetahuan agamanya luas. Munculnya kosa kata parmalim ditengarai karena adanya interaksi antara Guru Somalaing Pardede dengan orang-orang Melayu dan Aceh, yang ketika itu banyak membantu peperangan Si Singamangaraja XII melawan Belanda di Tanah Batak. Parmalim sendiri, menurut Raja Marnakkok Naipospos, yang saat ini menjadi Raja Ihutan atau pemimpin tertinggi kaum Parmalim, adalah ajaran tradisional Batak. Sebelum kedatangan agama Islam dan Kristen di Tanah Batak, nenek moyang orang Batak telah memiliki ajaran kepercayaan tersendiri. Inti ajarannya adalah, bagaimana bisa mempersembahkan hidup kepada Mula Jadi Nambolon (Tuhan), dan bagaimana cara hidup bermasyarakat dengan baik. Prinsip-prinsip ajaran klasik inilah yang diajarkan oleh Raja Si Singamangaraja sesama hidupnya. Ciri khas dari kepercayaan Parmalim adalah kearifan lokal mereka dalam menjaga alam. Para pengikut Parmalim dilarang menebang pohon, kecuali menanam tunas baru dengan jumlahlebih banyak. Mereka juga tidak boleh merusak tunas-tunas kecil saat merobohkan pohon besar. Mereka berprinsip bahwa manusia telah diberi hak untuk mengelola alam, manusia telah didukung alam untuk hidup, maka manusia juga harus mendukung alam untuk hidup. Namun hingga kini, prinsip- prinsip kepercayaan Parmalim sering disalah taf- 3

4 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2015 sirkan oleh masyarakat luas. Parmalim masih dianggap sebagai ancaman atas kemapanan. Hingga kini, para pengikut Parmalim belum bisa memperoleh akta catatan sipil sebagaimana warga negara yang lain. Mereka tak mendapatkan akta catatan sipil untuk kelahiran dan pernikahan, sehingga kesulitan menyesuaikan diri dengan sistem kemasyarakatan yang ada. Upaya diskriminasi terhadap pengikut Parmalim yang awalnya dilakukan oleh penjajah karena Si Singamangaraja XII melakukan perlawanan terhadap Belanda, ternyata diteruskan pemerintah Indonesia hingga saat ini. Sejak itulah Belanda mendiskreditkan Parmalim dengan citra buruk, termasuk disebutkan sebagai orang tidak beradab yang makan manusia. Padahal, makan babi, anjing, atau darah saja kaum Parmalim sangat dilarang. Selama ini mereka menjadi warga negara yang terpinggirkan karena hakhaknya selaku warga negara belum terpenuhi. Pemerintah Kabupaten Toba Samosir sendiri tidak mau memberikan catatan sipil kepada mereka, dengan alasan pencatatan terhadap warga penghayat kepercayaan tidak ada dalam perundangundangan. Seakan penghayat kepercayaan Parmalim berada di luar bingkai hukum Indonesia. Padahal, golongan Tionghoa malah sudah bisa mendapatkannya. Berdasarkan identitas yang tertera dalam milis parmalim@yahoogroups dan situs nyata bahwa komunitas Parmalim maupun penganut agama Malim tidak terdiri atas suatu rumpun marga Batak tertentu. Tetapi mereka berasal dari rumpun marga-marga Batak yang cukup beragam. Mereka tidak hanya bermukim di tanah Batak melainkan menyebar diberbagai daerah di Indonesia bahkan di luar negeri. Identitas sosial mereka pun tampak sangat variatif. Menurut data yang dilansir dapat diakses dari internet ini, jumlah pengikut Parmalim di Tobasa mencapai keluarga atau sekitar jiwa. Sebagian besar pengikut Parmalim itu belum mendapat akta catatan sipil. Pengikut Parmalim yang mendapatkan akta kelahiran biasanya harus mencantumkan salah satu dari enam agama yang diakui pemerintah dalam identitas mereka. 2. Mempertahankan Eksistensi Budaya Batak Dari Pengaruh Kolonialisme Agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia hampir dapat dikatakan tidak terlepas dari pengaruh agama Hindu, tidak 4

5 Gerakan Politik dan Spritual Parmalim Dalam Rangka Mempertahankan Eksistensi Agama Suku Di Tanah Batak..Corry Purba terkecuali agama kepercayaan suku Batak, Sipelebegu, Parbaringin, Parmalim dan lainlain. Dalam perkembangannya agamaagama suku ini kemudian bersentuhan dengan pengaruh agama Islam Protestan/Katolik. Agama Permalim ini merupakan sebuah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang tumbuh dan berkembang di Sumatera Utara sejak dahulukala. Tuhan Debata Mulajadi Nabolon adalah pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang disembah oleh Umat Ugamo Malim (Parmalim). Mengutip penelitian Profesor Dr. Uli Kozok, MA dari University of Hawaii, Minoa, USA, Raja Sisingamangaraja XII bukan beragama Islam, Kristen maupun Parmalin melainkan beragama Batak Asli. Selama ini banyak kontroversi yang terjadi dimasyarakat tentang agama yang dianut Sisingamangaraja XII. Ada yang mengatakan dia beragama Kristen, maupun Islam, bahkan tidak sedikit yang menyebut dia beragama Parmalin, yang menurut sebagian orang merupakan agama aslinya orangorang Batak, katanya, sebagaimana dimuat dalam Harian Analisa Online. Menurutnya, Parmalin bukanlah agama asli orang Batak. Parmalin merupakan agama kombinasi atau perpaduan dari agama Islam dan Kristen. Ketika agama Parmalin berkembang di Tanah Batak, Sisingamangaraja XII sendiri sudah berada di wilayah Dairi dalam pengungsian menghindari serbuan-serbuan tentara Belanda. Jadi agama Sisingamangaraja XII adalah Batak asli yang usianya jauh lebih tua dari agama Parmalin, katanya. Mengenai bukti-bukti yang ditunjukkan dalam stempel Sisingamangaraja XII yang menggunakan aksara campuran Batak Mandailing Angkola, Arab Melayu dan Kawi juga tidak membuktikan bahwa ia telah memeluk agama Islam. Sebagai seorang yang mengklaim dirinya penguasa di tanah Batak, sudah selayaknya Sisingamangaraja XII memilik sebuah stempel sebagai lambang kebesarannya dan wajar saja jika dia menggunakan aksara Arab Melayu dalam stempelnya kerena saat itu Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pengantar di Sumatera. Dari pernyataan Prof.Dr.Uli Kozok MA itu, agama Parmalim adalah bagian dari agama asli Batak (agama dari Sisingamangaraja), yang awalnya bergerak sebagai gerakan politik atau parhudamdam yang dipelopori oleh Guru Somalaing Pardede 5

6 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2015 untuk menggalang kekuatan menentang Belanda, namun kemudian berkembang menjadi benteng untuk mempertahankan adat istiadat Batak yang mulai tertekan dengan agama baru disponsori Belanda yakni agama Kristen. Parmalim dengan kekuatan yang mulai berkembang menjadi suatu kepercayaan dengan sentuhan - sentuhan Islam dan Kristen. Dengan kata lain agama Parmalim percaya kepada Tuhan yang Esa yang disebut Debata Mulajadi Nabolon. Oppu Mula Jadi Nabolon dipercaya sebagai pencipta alam semesta yang tak berwujud. Dia mengutus manusia sebagai perantaranya, yaitu Raja Sisingamangaraja, yang juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi. Raja Nasiak Bagi adalah istilah untuk kesucian atau hamalimon serta jasa-jasa sang raja hingga akhir hayat yang tetap setia mengayomi Bangsa Batak. Dengan begitu, agama Parmalim meyakini Raja Sisingamangaraja dan utusan-utusannya mampu mengantarkan Bangsa Batak kepada Debata atau Tuhan. Ada 3 (tiga ) tokoh yang sangat berperan dalam agama Parmalim yaitu: Sisingamangaraja XII: (Raja Nasiak Bagi) adalah tokoh yang diyakini sebagai utusan Mulajadi Na Bolon untuk orang Batak. Guru Somalaing Pardede: adalah tokoh karismatik spritual, politik ahli strategi dan selalu nekad melakukan aksi pengorganisasian hamalimon. Karenanya Sisingamangaraja XII lebih mempercayainya sebagai penasehat perang. Disamping itu Guru Somalaing Pardede memiliki wawasan dan ilmu yang luas, oleh karenanya seorang ilmuawan dari Italia bernama Modigliano sangat mengharap bantuan Guru Somalaing Pardede untuk mendampinginya dalam perjalanan nya keliling Tapanuli hingga Asahan. Tidak mustahil ilmu dan wawasan Guru Somalaing Pardede bertambah baik dibidang obatobatan, dan spritual, serta pengenalannya akan ajaran Kristen. Begitu juga sebelumnya beliau lebih dahulu mengenal kespritualan Islam, karena Guru Somalaing pernah menuntut ilmu perang di Aceh dengan rekomindasi Panglima Aceh yang diperbantukan pada Sisingamangaraja. Raja Mulia Naipospos: Sebelum menjadi pemimpin Parmalim Huta Tinggi, beliau adalah Raja Parbaringin bius Laguboti. Raja Mulia memegang teguh peranannya untuk tidak muncul sebagai sosok perlawanan anti kolonial, sehingga lebih didekatkan kepada missionaris Nommensen di Sigumpar. Ini merupakan pengkaderan secara terselubung agar tidak 6

7 Gerakan Politik dan Spritual Parmalim Dalam Rangka Mempertahankan Eksistensi Agama Suku Di Tanah Batak..Corry Purba segera dipatahkan oleh gerakan misi Kristen dan penjajah. Dengan sikapnya yang kooperatif terhadap Belanda dan misionaris Kristen ketika itulah, makanya agama Parmalim dapat eksis hingga saat ini. Jadi Parmalim sebagai agama monoteis (menurut keyakinan penganutnya) juga mempunyai sekte-sekte yaitu: Parmalim sekte rasulnya Guru Somalaing Pardede berkedudukan di Balige, Parmalim sekte di Huta Tinggi Laguboti, yang dipimpim Rasul Raja Mulia Naipospos. Sekte dengan Rasul Guru Mangantar Manurung di Si Gaol Huta Gur-gur, Porsea. Sekte lain yang sudah pudar adalah Agama Putih dan Agama Teka. Meskipun demikian sekarang agama Parmalim yang berpusat di Huta Tinggi Laguboti adalah agama Parmalim yang sangat menonjol. 3. Tumbuhnya Kesadaran Politik dan Nasionalisme Parmalim Perjuangan terakhir dari Raja Sisingamangaraja XII adalah komitmennya yang menyatakan menolak kolonialisme Belanda di Tanah Batak, karena dinilai telah merusak tatanan kehidupan masyarakat adat dan budaya. Masuknya tatanan baru, seiring dengan menyusupnya kepercayaan baru yang bukan hanya meninggalkan, tetapi juga tidak mengakui lagi Mulajadi na Bolon. Bahkan kata Ompu sudah beralih kepada manusia sebagai seorang pemimpin, bukan lagi kepada Tuhan. Begitu Indonesia merdeka, Parmalim langsung mendukung kemerdekaan itu. Mendukung bukan hanya dengan cakap atau dengan perjuangan peperangan melawan Belanda dalam agresi pertama dan kedua saja. Parmalim langsung menyerahkan Parmalim Schoole kepada pemerintah menjadi Sekolah Rakyat (SR). Parmalim Schoole adalah sekolah pemerintah yang pertamadi tanah Batak. Sedangkan sekolah-sekolah yang dibangun oleh berbagai zending Kristen masih mempertahankan sekolah itu dan tidak menyerahkan kepada pemerintah untuk dikelola oleh pemerintah. Rasa nasionalisme mereka sebagai bagian dari bangsa, terlihat pada saat Pemilu pertama tahun Mereka tidak ikut pada Partai Lokal yang ada di tanah Batak, seperti Partai Sibualbuali, PRN, Lubuk Raya, Silindung Jaya, Samosir Bersatu dan sebagainya. Para pengikut Parmalim, memilih bersatu dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan ideologi Marhaenisme-nya. Marhaenisme menurut mereka lebih tepat untuk kaum Parmalim. Kegotong- 7

8 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2015 royongan, ada lah hidup dan kehidupan orang Parmalim. Hal ini rasanya perlu menjadi catatan penting bagi kaum Marhaenis yang sekarang berkoak-koak tentang Marhaenisme di Tanah Batak, tapi tidak mengetahui bagaimana sejarah Marhaenisme berkembang di tanah Batak. Sejak itulah Marhaenisme berkem bang di Batak. Memasuki era Orde Baru, hujatan terhadap Parmalim semakin dahsyat. Hujatan itu datangnya justru dari para pemuka-pemuka agama, untuk mengembangkan ajarannya. Mereka mengatakan kepada para umatnya, bahwa Parmalim itu ajaran sesat, tidak beragama, tidak berbudaya, tidak memiliki peradaban dan banyak hujatan lainnya. Bahkan ada sumber yang mengatakan, banyak orang-orang Parmalim ditangkap dengan tuduhan terlibat PKI, karena tidak menganut agama seperti Kristen, Katolik dan Islam. Sejak peristiwa G.30.S/PKI, Parmalim yang diperkirakan mempunyai pengikut lebih 30% di Tanah Batak, terpaksa harus menyeberang ke agama lain. 4. Pantang Surut Berjuang Meski Terus Mendapat Tekanan Kehidupan kaum Parmalim terus mendapat tekanan, namun dengan hati, mereka terus berjuang. Penguasa negeri ini, mulai era kolonial dan sekarang tetap tidak mengakui ajaran Hamalimon/Parmalim. Pemerintah pun melebur ajaran Sisingamangaraja itu pada Aliran Kepercayaan di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, bukan di Departemen Agama. Baru setelah tahun 2006 dengan lahirnya UU No. 23 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, mereka mendapat kesempatan untuk dicatatkan sebagai warga negara, melalui catatan sipil dan berhak mendapat Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kehidupan mereka sangat sedih karena adanya diskriminasi sejak dulu hingga sekarang. Sejak 17 Agustus 1945, baru tahun 2006 mereka diakui sebagai warga negara, padahal mereka telah turut berjuang untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Beberapa kali masyarakat Batak dengan bangga ikut melakukan napak tilas perjalanan perjuangan Sisingamangaraja XII dalam melawan Belanda. Napak tilas itu, hanya sebuah seremonial perjalanan perjuangan saja. Pendiskreditan terhadap Parmalim, seperti tiada berujung. Baik dari kalangan pemuka agama, maupun dari kalangan masyarakat yang bukan Parmalim. Bertahun-tahun mereka menunggu dan menunggu agar rumah ibadah mereka di 8

9 Gerakan Politik dan Spritual Parmalim Dalam Rangka Mempertahankan Eksistensi Agama Suku Di Tanah Batak..Corry Purba Jalan Air Bersih Ujung di Medan, tak bisa dibangun. Hanya karena ulah beberapa rumah tangga yang nota bene adalah etnis Batak juga. Beberapa etnis Batak yang berdekatan dengan rumah ibadah Parmalim mengatakan, mereka takut anak-anak mereka bisa terikut menjadi Parmalim. Sebuah alasan yang sagat menggelikan. Bukankah setiap kepala rumah tangga wajib mendidik anak-anak mereka agar kokoh pada imannya masingmasing? Setelah perjuangan dan doa yang tak pernah henti-hentinya, akhirnya rumah ibadah mereka di Jalan Air Bersih Medan pun bisa diresmikan. Nyatanya tidak ada warga setempat yang terindi kasi beralih ke agama Parmalim. Kenapa? Mereka beribadah, penuh dengan keheningan. Tidak memakai mic atau pengeras suara dengan loudspeaker untuk mengeluarkan suara yang membahana. Mereka juga tidak ada pendakwahan atau semacam penginjilan kepada orang yang bukan Parmalim. Jelasnya, tidak ada syiar-syiar agama dari mereka. Lalu bagaimana mereka menyampaikan kepada masyarakat tentang keparmaliman itu? Ternyata tidak dengan katakata, melainkan dengan tingkah laku saja. Dengan tingkah laku/perbuatan, mereka menyampaikan syiar agama mereka kepada siapa saja. Berbicara dengan lemah lembut dan tidak pernah menyakiti hati orang lain. Mereka adalah orang yang sangat mudah memaafkan orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat. Pernah ada cerita, saat pergi ke Huta Tinggi Laguboti dalam upacara ritual Sipaha Lima, ada seorang wartawan yang ketinggalan camera yang harganya berkisar Rp. 60 juta karena kelupaan. Dua jam kemudian sang wartawan menjadi pucat pasi karena camera milik kantor itu tinggal di sebuah kedai minuman. Apa yang terjadi? Camera yang tertingal tetap berada di tempatnya semula di atas meja, bahkan ada beberapa banyak yang minum di sana, malah tidak berani mendekati meja yang di atasnya ada camera mahal. Camera tidak hilang, bahkan bergeser sedikit saja pun tidak. Para pengikut Parmalim justru menjaga camera itu dari kejauhan, karena mereka takut ada orang yang bukan pengikut Parmalim mencuri camera yang tertingal itu. Semua upacara ritual yang dilaksanakan oleh Parmalim, tidak seperti upacara-upacara yang dilaksanakan oleh etnis Batak lainnya yanag penuh dengan 9

10 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2015 hiruk-pikuk bahkan teriakan-teriakan keras. Mereka penuh dengan senyum dan tegur sapa yang sopan dan lemah lembut. Mengerjakan pekerjaan dengan tertib dan teratur tanpa disuruh. Mereka sudah tahu fungsi masing-masing apa yang harus dilakukan. Tidak seperti dalam bayangan banyak orang yang tak pernah menyaksikan upacara ritual Parmalim, tapi mampu memberikan opini. Mengatakan Parmalim ikut menyembah begu-begu/hantu, menyembah berhala dan tidak bertuhan serta ucapan yang menyakitkan lainnya. Nyatanya tidak demikian. Mereka mengenal Tuhan dengan sebutan Ompu Mulajadi na Bolon. Mereka memiliki nabi, memiliki Kitab Suci, memiliki rumah ibadah, memiliki tata ibadah, memiliki imam dan memiliki pengikut. Tujuh persayaratan yang ditetapkan oleh convensi Jeneva bila terpenuhi, maka dapat dinyatakan sebuah agama. Convensi Jeneva itu berlaku untuk semua negara yang ada di dunia dan Indonesia adalah salah satu negara yang menyetujui isi dari Convensi Jeneva itu. Sebuah convensi yang kita setujui dan sudah dipenuhi oleh Parmalim, namun kita belum juga mengakui mereka sebagai sebuah agama resmi di Indonesia?. PENUTUP Parmalim merupakan suatu identitas individu dari penganut agama Malim yang berpusat di Hutatinggi, Laguboti, Sumatera Utara. Secara historis, religi Parmalim pertama kali diprakarsai oleh seorang datu bernama Guru Somaliang Pardede, seorang yang sangat dekat dengan Sisingamangaraja XII (raja terakhir dari dinasti Sisingamangaraja). Menurut beberapa penulis Barat, ajaran ini dijalankan oleh para pengikut Sisingamangaraja (khususnya oleh dua orang pemimpin perangnya, Guru Somaliang dan Raja Mulia Naipospos), dengan tujuan untuk melindungi kepercayaan dan kebudayaan tradisional Batak Toba dari pengaruh Kristen, Islam, dan kolonialis Belanda. Si Raja Batak, dan kelompok masyarakat tradisional yang tidak memeluk satu pun dari keduanya. Setelah agama Kristen dan Islam masuk ke Tanah Batak, sebagian masyarakat menerima dan berpindah ke salah satu dari kedua agama tersebut. Meskipun mereka telah menganut salah satu agama, berbagai konsep berasal dari kepercayaan tradisional tetap dipraktekkan, khususnya pada masyarakat yang berdiam di pedesaan. 10

11 Gerakan Politik dan Spritual Parmalim Dalam Rangka Mempertahankan Eksistensi Agama Suku Di Tanah Batak..Corry Purba Kebanyakan masyarakat menganggap, konsep maupun perilaku tradisional tersebut hanya sebagai adat. Kenyataannya, sulit untuk membedakan/memisahkan antara adat dan religi dalam kehidupan orang Batak Toba. Kedua aspek tersebut menyatu di dalam kebudayaan spiritualnya Komunitas keagamaan ini secara substansial belum memperoleh kebebasan mengekspresikan identitasnya dalam ranah sosial politik. Permasalahan yang dialami Parmalim merepresentasikan gambaran politik identitas yang terjadi di Indonesia. Dalam kondisi ini, Parmalim tampil menggunakan internet sebagai medium komunikasi cyberspace untuk mengartikulasikan dan mengkomunikasikan eksistensi identitasnya. Mereka, dalam milis dan situsnya, merepresentasikan serangkaian pengalaman dan pandangan hidupnya. Teks-teks berupa tulisan, artikel dan foto yang disajikan mengabtrasikan identitas Parmalim sebagai bagian integral peradaban Batak, sebagai pengampu otensititas ajaran leluhur, sebagai pejuang kesetaraan identitas, dan sebagai komunitas yang mengadaptasi modernitas dengan bersikap positif terhadap kemajuan jaman, tentu dengan ikhtiar tanpa mengorbankan esensi ajaran agama Malim. Parmalim terus berupaya membangun citra komunitas keagamaannya yang niscaya dapat pula mencerahkan persepsi khalayak tentang urgensi mewujudkan kesetaraan identitas. KEPUSTAKAAN Gultom, Ibrahim., 2010, Agama Malim di Tanah Batak, Jakarta: Bumi Aksara. Hutauruk, JR., 2011, Lahir, berakar dan Bertumbuh di Dalam Kristus: Sejarah 150 Tahun HKBP (7 Oktober Oktober 2011), Pearaja: Kantor Pusat HKBP. Perret, Daniel, 2010, Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut (terjemahan Saraswati Wardhany), Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Schreiner, Lothar., 1996, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak (terjemahan P.S. Naipospos, Th. van den End, J.S. Aritonang), Jakarta: BPK Gunung Mulia. Severin, Werner J., dan Tankard, James W., 2007, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa (terjemahan Sugeng Haryanto), Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 11

12 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2015 Sijabat, W.B., 1983, Ahu Si Singamangaraja, Jakarta: Sinar Harapan. Sinaga, Anicetus B., 2007, Imamat Batak Meyongsong Katolik, Medan: Bina Media Perintis. Situmorang, Sitor, 2009, Toba Na Sae: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, Jakarta: Komunitas Bambu. Naipospos, Monang., 2007, Mengenal Parmalim dalam pdf, diakses 13 Oktober Robert Sibarani, 2007, Sisingamangaraja XII, Nilai Budaya dan Nilai-nilai Keluarga. Makalah pada Seminar Nasional Peringatan 100 Tahun Gugurnya Pahlawan Raja Sisingamangaraja XII, tahun 2007 dalam ltiplycontent. com, diakses 23 Oktober Sihaloho, Limantina., 2010, Parmalim dalam Benak Batak Kristen, dalam kompasiana.com/2010/09/19/par malimdan-benak-batak-kristen/, diakses 2 Nopember Catatan : Tulisan ini telah dimuat dalam Jurnal Sejarah Historica Tahun II Nomor 6 Mei 2013, ISSN Hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang sarat dengan nilai serta banyak melahirkan karya yang memiliki kekhususan, citra unggul, unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, budaya, agama, dan kepercayaan yang tersebar dari ujung Sabang sampai Merauke. Maka tak heran

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki

BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan beragam budaya yang tampak pada kebiasaan-kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keresidenan Tapanuli adalah wilayah administrasi Hindia Belanda yang berdiri pada tahun 1834. Keresidenan Tapanuli dipimpin oleh seorang Residen yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan agama Kristen Protestan setelah Injil masuk ke daerah Tarutung sangat cepat, tepat dan bermanfaat. Proses pertumbuhan agama ini sudah berlangsung lebih dari seratus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2 BAB II ONAN RUNGGU 2.1 Letak Geografis Onan Runggu adalah satu wilayah di Kabupaten Samosir yang terletak diantara 2 o 26 2 o 33 LU dan 98 o 54 99 o 01 BT dengan ketinggian 904 1.355 meter di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Ada empat hal penulis simpulkan sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi di Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di Sumatera Utara memegang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palipi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, daerah ini dekat dengan Danau Toba, memiliki kekayaan alam yang berpotensi dan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, dan memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bebas memeluk Agama dan Kepercayaannya masing-masing. Dimana salah satu agama tersebut adalah Agama Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang merupakan pusat budaya batak toba. Selain itu samosir juga di kenal dengan ke indahan panorama alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah berkembang sejak masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki aliran kepercayaan lokal

Lebih terperinci

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Hari ini kita akan melihat mengapa kita harus memberitakan Injil Tuhan? Mengapa harus repot-repot mengadakan kebaktian penginjilan atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

Setelah Ono Niha menjadi Kristen, lalu apa yang terjadi?

Setelah Ono Niha menjadi Kristen, lalu apa yang terjadi? Setelah Ono Niha menjadi Kristen, lalu apa yang terjadi? 1. Tercipta: Tiga jalan (Sara lala hada, sara lala fareta, sara lala Agama) 2. Terjadi dualisme kepercayaan dalam diri Ono Niha yang Kristen. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat majemuk sejak awal berdirinya. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah bangsa yang

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh : Falihah Untay Rahmania Sulasmono KELOMPOK E NIM. 11.11.5273 11-S1TI-09 Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAKSI Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

LOGO. Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA

LOGO. Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA Sumpah LOGO Pemuda Bagi Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA INTRO: SEPERTI APA PARMALIM ITU? TEMPAT IBADAH PARMALIM DI PUSAT, DESA HUTATINGGI KEC. LABUBOTI, SUMUT Page 2 INTRO: SEPERTI APA PARMALIM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Misi pekabaran Injil yang dilakukan oleh gereja maupun badan misi pada masa lampau, yang berkaitan dengan kolonialisasi, tidak hanya menjadi halangan ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim di Huta Tinggi Laguboti Toba Samosir

Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim di Huta Tinggi Laguboti Toba Samosir Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 4 (2) (2016): 182-195. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan.

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multi kulturalisme yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku. Batak merupakan sebuah suku di Sumatera Utara, adapun Suku batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung- 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pringsewu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Sejarah Pringsewu diawali dengan berdirinya sebuah perkampungan (tiuh) yang bernama Margakaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

Perayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia. Musdah Mulia

Perayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia. Musdah Mulia 1 Perayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia Musdah Mulia Hari ini umat Baha i di seluruh dunia berada dalam suka cita merayakan dwiabad atau genap 200 tahun kelahiran Baha ullah. Untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin 150 BAB V PENUTUP Pada tahun 1950an merupakan momen kebangkitan penghayat kepercayaan. Mereka mulai menunjukkan eksistensinya dengan membentuk organisasi berskala nasional. Wongsonegoro sebagai representasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting bagi pemerintah Belanda karena gama Kristen mengajarkan perdamaian. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51 Dr.Perret dari Paris mencatat; orang Melayu di pesisir Sumatera Timur menganggap dirinya berbudaya (civilized), sedang semua non Melayu dipandang sebagai orang yang tidak berpengetahuan, berperilaku kasar

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini terlihat dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengenali apa saja terdapat di daerah itu. Keberagaman kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengenali apa saja terdapat di daerah itu. Keberagaman kebudayaan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah sesuatu yang paling menonjol yang terdapatdalamsebuahbangsabahkannegara.denganmengenalikebudayaanitusendirikitadapatm engetahui atau mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya. BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan dalam BAB I akan dibahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen,

BAB 5 RINGKASAN. keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen, BAB 5 RINGKASAN Negara Indonesia adalah negara yang memiliki beragam agama, selain 80% keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu.

Lebih terperinci

GLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan.

GLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan. GLOSARIUM (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul tesis ini) Ban : Hukum atau siasat gereja dalam memberi sanksi kepada jemaat yang melanggar aturan. Bona pasogit

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc. Modul ke: 03 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Identitas Nasional Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Identitas Nasional 2. Parameter

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di tanah batak (Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Salah satu perbedaan terbesar antara masyarakat di Indonesia (khususnya orang Batak) dengan masyarakat di Barat adalah dalam hal adat istiadat. Kehidupan di Indonesia

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral

Lebih terperinci

SEJARAH ALIRAN KEPERCAYAAN MALIM DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SEJARAH ALIRAN KEPERCAYAAN MALIM DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR 1 SEJARAH ALIRAN KEPERCAYAAN MALIM DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR 1907-1956 Pesta P manurung, Bedriati Ibrahim, Kamaruddin Pestamanurung1994@yahoo.co.id, Bedriati,ib@gmail.com,kamaruddin@gmail.com 085263367306

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul 153 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Cina Benteng di Tangerang Pada Masa Orde Baru (1966-1998) kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sisingamangaraja XII merupakan raja ke 12 dari dinasti Sisingamangaraja

BAB I PENDAHULUAN. Sisingamangaraja XII merupakan raja ke 12 dari dinasti Sisingamangaraja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sisingamangaraja XII merupakan raja ke 12 dari dinasti Sisingamangaraja yang pusat pemerintahannya di Bakkara. Sisingamangaraja XII naik tahta pada tahun 1876

Lebih terperinci