BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki"

Transkripsi

1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan beragam budaya yang tampak pada kebiasaan-kebiasaan, benda dan kebudayaan kelompok masyarakat tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat bahwa kebudayaan memiliki 3 wujud yaitu: wujud Ide, sistem sosial atau tindakan masyarakat, dan fisik atau benda, artefak (Koentjaraningrat 2000; ). Kebiasaan-kebiasaan yang dimaksud sangat terkait dengan lingkungan tempat kelompok masyarakat tersebut berdiam. Sehingga dari kebudayaan yang ada pada masyarakat dapatlah dilihat hubungannya terhadap pembentukan kepribadian seseorang dari tiap kelompok masyarakat yang tampak pada kelakuan-kelakuan atau kebiasaan individu yang mengandung nilai dan diturunkan secara turun-temurun ke generasi berikutnya. Diangkat dari uraian di atas, dapat kita lihat bahwa banyak kebudayaankebudayaan yang harus kita jaga dan kita lestarikan dan bagi pemegang kebudayaan tersebut haruslah tetap menjaga dan menurunkan kebudayaan mereka dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan memiliki 7 unsur dan salah satunya yaitu Agama yang juga dianggap Religi atau kepercayaan. Tylor ( dalam Adimihardja 1976; 86-87) yang mengatakan bahwa agama yang paling awal adalah animisme yakni kepercayaan bahwa segala sesuatu baik yang dalam dunia yang bernyawa ataupun benda mati dihuni roh dimana roh tersebut dapat meninggalkan manusia baik untuk sementara seperti pada saat

2 manusia sedang tidur dan untuk selamanya seperti manusia mati dan segala bentuk kepercayaan dan praktek keagamaan mulai dari yang primitif hingga yang paling tinggi tingkatannya berkembang dari Animisme. Sehingga Perkembangan Animisme secara keseluruhan termasuk percaya kepada roh-roh dan keadaan dimasa depan dalam upaya mengendalikan dewa-dewa dan roh yang lebih rendahan dan ajaran-ajarannya menghasilkan beberapa macam penyembahan yang tetap berlangsung, seperti halnya agama Parmalim yang merupakan kepercayaan tua dan kepercayaan asli pada suku Batak Toba dimana kepercayaan ini dahulunya hanya sebagai kepercayaan masyarakat Batak Toba pada masa penjajahan belanda dan dibawa oleh Raja Sisingamangaraja. Parmalim berasal dari kata malim yang memiliki 2 arti yaitu: malim sebagai sifat dasar yang dituju yang berawal dari haiason dan parsolamon, dimana haiason diartikan dengan kebersihan fisik dan parsolamon diartikan dengan membatasi diri dari menikmati dan bertindak, kedua adalah malim sebagai sosok pribadi ( Parmalim sendiri dapat diartikan dengan orang yang mengikuti ajaran malim, dimana pengikutnya harus memiliki sifat yang bersih atau suci baik fisik maupun rohani, serta dapat membatasi diri dari menikmati dan bertindak dari hal-hal duniawi. Bentuk penghayatan dari kepercayaan Parmalim dahulunya hanya berbentuk upacara biasa saja dan belum disebut sebagai kepercayaan Parmalim tetapi disebut sebagai Ugamo Malim pada masyarakat Batak dan inti ajarannya berpegang pada adat istiadat Batak, lama-kelamaan kepercayaan ini mulai berkembang seiring dengan bertambahnya pengikut kepercayaan ini. Tetapi dengan masuknya agama modern yang dibawa oleh Dr. Il Nomensen maka

3 pengikut ajaran kepercayaan tua ini pun berkurang, sehingga muncul istilah dari suku Batak Toba sendiri istilah Parmalim yang artinya orang yang mengikuti ajaran ugamo malim ( ). Di dalam doa-doa dan pujian pengikut Parmalim selalu menyampaikan doa kepada Debata Mulajadi Nabolon dan Raja Sisingamangaraja yang dipandang sebagai malim tertinggi yaitu malim pilihan Tuhan atau Malim Ni Debata ( Situmorang 2004 ;409) Tuhan dalam ajaran Parmalim di sebut dengan Mulajadi Nabolon. Hubungan penganut dengan Mulajadi Nabolon disebut dengan Ugamo dan inti ajaran dalam menjalankan hubungan itu disebut dengan Hamalimon atau kebersihan atau kesucian. Hari khusus bagi penganut Ugamo Malim yaitu hari Sabtu, dimana mereka melakukan perkumpulan atau parpunguan tersebut pada satu tempat yang merupakan tempat berkumpul mereka dalam melaksanakan ibadahnya yang disebut dengan Balai Partonggoan atau Bale Pasogit untuk di pusat, yang terletak di desa Pardomuan Nauli Hutatinggi, kecamatan. Laguboti, kabupaten. Toba Samosir. Desa Pardomuan Nauli merupakan desa tempat tinggal dari Raja Mulia Naipospos yang merupakan salah satu panglima dari Raja Sisingamangaraja yang menerima perintah dari Raja Sisingamangaraja untuk memimpin dan meneruskan ajaran Parmalim, sehingga Desa Pardomuan Nauli yang lebih dikenal masyarakat sebagai Desa Hutatinggi dijadikan sebagai pusat dari kepercayaan Parmalim dan tidak dapat dipindahkan ke daerah lain. Pengikut kepercayaan Parmalim saat ini sudah mulai berkembang dan sudah mulai menyebar ke beberapa daerah di Nusantara bahkan hingga keluar Negeri. Untuk di Indonesia sendiri pengikutnya telah ada di daerah Pekanbaru, Batam, Irian Jaya, Jakarta, Semarang dan di daerah Sumatera Utara yaitu Medan

4 dan di tanah Batak. Peribadatan atau biasa disebut parpunguan bagi pengikut Parmalim biasannya dilakukan di Bale partonggoan untuk di pusat dan rumah parsantian untuk di setiap cabang Dalam melakukan parpunguan, mereka hanya memanjatkan doa kepada Debata Mulajadi Nabolon dan nasihat-nasihat di dalam melaksanakan kehidupan sehari-sehari dan mereka tidak mengumpulkan persembahan tetap mingguan atau bulanan. Adapun peraturan-peraturan yang ada di dalam Parmalim yaitu para pengikutnya dilarang berdusta, berjinah dan mencemari agama mereka, dalam setiap pelanggarannya akan ada sanksi-sanksi tertentu bagi orang yang melanggar peraturan agama tersebut, salah satu hukumannya yaitu pemberian peringatan kepada si pelaku dan membuat suatu upacara tersendiri untuk menebus kesalahannya, upacara ini haruslah berupa persembahan seekor ayam dan diiringi oleh gondang sabangunan. Ciri khas dari pengikut Parmalim yaitu adanya banebane yang diikat bersama jeruk kecil dan bonang manalu atau bonang Batak dan diletakkan di atas pintu atau di suatu tempat yang dapat terlihat oleh orang lain. Adapun adat yang menjadi pedoman bagi perilaku pengikut Parmalim yaitu : 1. Marari Sabtu Di mana seluruh pengikut Parmalim di manapun mereka berada haruslah melaksanakan perkumpulan setiap hari Sabtunya dan dilaksanakan di setiap cabang atau rumah parsantian, dalam perkumpulan ini para pengikut parmalim akan diberi poda atau bimbingan untuk lebih tekun dalam menghayati ajaran kepercayaan Parmalim.

5 2. Martutuaek Upacara yang dilakukan di rumah umat karena mendapat karunia kelahiran seorang anak ataupun pemberian nama pada anak. Dimana seorang anak yang baru lahir haruslah terlebih dahulu diperkenalkan dengan bumi terutama air yaitu umbul mata air disertai dengan bara api tempat membakar dupa. 3. Mardebata Upacara yang dilakukan secara individual untuk meminta ampunan atas penyimpangan yang dilakukan dari aturan ajaran kepercayaannya. 4. Pasahat Tondi Upacara yang dilakukan pada umat yang mengalami duka atau meninggal dunia. Dimana setelah satu bulan pemakaman maka dilakukanlah upacara pasahat tondi atau menghantar roh, dalam upacara ini biasanya dilakukan doa saja, bisa dilakukan dengan sederhana atau besar tergantung pada kemampuan keluarga yang mengalami kemalangan. 5. Mangan Napaet Upacara berpuasa untuk menebus dosa dan dilaksanakan selama 24 jam penuh pada setiap penghujung tahun kalender batak yaitu pada ari hurung bulan hurung, upacara ini juga dilaksanakan di Bale Partonggoan dan dihadiri oleh seluruh umat Parmalim. Setelah berpuasa selama 24 jam maka tepat tengah hari pukul sebelum berbuka dilaksanakanlah mangan napaet, lalu dilakukan perkumpulan di dalam Bale Partonggoan dan dipimpin oleh Ihutan. Adapun yang menjadi alasan saya untuk melakukan penelitian ini yaitu saya ingin melihat bagaimana kepercayaan Parmalim membangun kepercayaan mereka hingga bisa bertahan serta berkembang sampai saat ini sementara para

6 pengikutnya telah menyebar ke berbagai daerah dan berbaur dengan pengikut agama lain, tetapi pada saat pelaksanaan ritual kepercayaan mereka yaitu upacara Sipaha Lima yang dilakukan di pusat kepercayaan Parmalim mereka dapat berkumpul dan bersatu di dalam pelaksanaan upacara tersebut Perumusan Masalah Adapun masalah pokok yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana kepercayaan Parmalim bisa membangun kepercayaan mereka ditengah-tengah agama yang lebih mendominasi pada saat ini. Dari permasalahan diatas maka muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah kepercayaan Parmalim? 2. Bagaimana struktur dan kesatuan Parmalim? 3. Bagaimana kehidupan kepercayaan Parmalim? 4. Bagaimana bentuk Upacara Sipaha Lima? 1.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir khususnya Huta Parmalim yang merupakan perkampungan kecil yang ada di dalam Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi dan hanya di huni oleh umat Parmalim saja. Daerah ini merupakan tempat tinggal dari Raja Mulia Naipospos yang dipilih oleh Raja Sisingamaraja untuk meneruskan ajaran Parmalim, saat ini Huta Parmalim atau yang lebih sering disebut dengan

7 Hutatinggi menjadi pusat dari kepercayaan Parmalim yang ada di seluruh tanah air Tujuan Dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan kepercayaan Parmalim yang semakin berkembang di tengah-tengah agama lain yang telah di akui oleh negara, tetapi para pengikut kepercayaan ini mampu membangun kepercayaan mereka hingga dapat bertahan sampai saat ini meskipun kepercayaan ini hanya diakui oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata saja.. Manfaat dari Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dalam ilmu Antropologi khususnya dalam bidang Antropologi Religi dan juga menambah pemahaman masyarakat khususnya masyarakat Batak Toba mengenai salah satu budaya dan tradisi tua pada masyarakat Batak Toba yang mulai tidak dikenal dan dipahami oleh masyarakat Batak toba sendiri Tinjauan Pustaka Perhatian terhadap keragaman budaya yang ada di Indonesia sangatlah mewarnai kehidupan tiap-tiap kelompok etnik untuk tetap dapat mempertahankan budaya mereka sendiri, dimana budaya yang mereka miliki merupakan suatu identitas diri mereka untuk dapat diperkenalkan pada dunia luar. Parmalim yang merupakan suatu kepercayaan tua dimana dalam tujuh unsur kebudayaan kepercayaan disebut sebagai religi. Van Baal (1978;175) mengatakan religi sebagai keseluruhan anggapan yang benar yang mempunyai hubungan kepada kebenaran yang tidak empiris dan segala perbuatan yang

8 berhubungan dengan anggapan tersebut, secara ringkas bahwa religi yaitu suatu sistem kepercayaan dan upacara-upacaranya yang terdapat dalam setiap kebudayaan manusia, jadi religi bersifat universal. Awalnya Parmalim hanya sebagai kepercayaan biasa untuk mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan tua yang terancam agama baru yang dibawa belanda, dimana K. T Preusz ( dalam Koentjaraningrat 1987;68-69 ). mengatakan bahwa wujud religi yang tertua berupa tindakan- tindakan manusia untuk mengadakan keperluan-keperluan hidupnya yang tak dapat dicapainya secara naluri atau dengan akalnya dan kemampuan akal manusia yang terbatas dan kebodohan akal manusia yang asli merupakan awal dari permulaan religi. Kemudian kepercayaan ini menyebar ke tanah Batak menjadi gerakan politik atau parhudamdam yang menyatukan orang Batak menentang Belanda, kepercayaan ini muncul sekitar tahun 1883 atau tujuh tahun sebelum kematian Raja Sisingamangaraja XII, seiring dengan perkembangannya kepercayaan ini menempatkan Sisingamangaraja sebagai pemimpin tertinggi. Berbagai kecaman dilontarkan belanda untuk memberhentikan pengikutnya dan dimulai dari sebutan pembangkang, penyembah berhala, dan pemakan sesama manusia serta upacara keagamaan pun dilarang. Pada tahun 1895 ( tujuh tahun setelah kematian Sisingamangaraja ) Guru Somalaing yang merupakan salah satu panglima dari Sisingamangaraja ditangkap oleh belanda dan kemudian dibuang ke Kalimantan bersama Raja Mulia Naipospos yang juga salah satu panglima dari Sisingamangaraja tetapi Raja Mulia Naipospos berhasil kembali ke tanah Batak sedangkan Guru Somalaing meninggal di tempat pembuangan dan kemudian Raja Mulia Naipospos memperoleh restu dari

9 Sisingamangaraja dan kemudian memegang tongkat kepemimpinan Parmalim dan kemudian kepercayaan ini kembali memusatkan diri pada spritiual dan tata cara hidup berdasarkan adat. Tongkat kepemimpinan pun diwariskan secara turun temurun kepada anak dan cucu dari Raja Mulia Naipospos, saat ini dipegang oleh Raja Marnangkok Naipospos cucu dari Raja Mulia Naipospos dan berpusat di Huta Parmalim bagian dari Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir. ( batak.blogspot.com ) Saat ini pengikut Parmalim telah menyebar ke berbagai daerah di nusantara seperti yang dikatakan oleh Koentjaraningrat ( 2000; 242 ) mengenai migrasi manusia jaman dahulu yaitu kelompok manusia lama kelamaan akan pindah wilayah juga, karena di wilayah yang lama binatang perburuan misalnya sudah mulai berkurang atau karena dalam wilayah yang lama jumlah manusia sudah mulai terlampau banyak, dan migrasi ini terjadi dengan lambat. Pengikut Parmalim yang menyebar di berbagai daerah di Nusantara ini tetap memiliki rasa kesatuan diantara sesama pengikutnya, adat batak yang mereka pertahankan sampai saat ini dan sangat diterapkan pada kehidupan seharihari membuat para pengikut Parmalim dapat berinteraksi dengan sesama pengikut Parmalim di seluruh tanah air. Ciri kelompok etnik yang utama yaitu kemampuan untuk berbagi sifat budaya yang sama dan dapat memberikan dampak yang lebih luas, apalagi dengan asumsi bahwa tiap kelompok etnik mempunyai ciri budaya sendiri dimana kelompok etnik mampu untuk memperlihatkan sifat budaya kelompok tersebut

10 serta adanya penyesuaian diri dari kelompok etnik ini untuk menghadapi berbagai faktor-faktor dari luar (Barth 1988 : 12-13) Cara hidup pengikut Parmalim yang berbeda dari kelompok etnik lainnya seperti mentaati aturan agama, bersatu dengan alam, dan memelihara alam dengan akal dan pikiran membuat cara hidup pengikut Parmalim ini menjadi berbeda dengan masyarakat lain di luar pengikut Parmalim. Manusia harus mensatukan dirinya sendiri. Dia adalah multikompleks. Pada kebhinnekaan itu ada macam-macam tendensi. Dia harus membangun semuanya itu, sehingga menjadi kesatuan, keseluruhan, keutuhan, sehingga dia betul-betul menjadi diri sendiri Dia harus mempribadi (Widyasusanto 1996:32) Pengikut Parmalim dalam membangun ajaran kepercayaannya ditengahtengah agama lain maka pengikut kepercayaan ini haruslah dapat menyatukan dirinya sendiri terlebih dahulu dengan ajaran kepercayaannya sehingga ajaran Parmalim dapat terus bertahan hingga saat ini. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memerlukan sarana ataupun alat untuk mempermudah pencapaian hasil, peralatan dan perlengkapan hidup sesuai dengan tingkat masyarakatnya, maupun tingkat hidupnya (Widyasusanto 1996:38). Demikian halnya dengan pengikut Parmalim dalam mempertahankan kepercayaannya adalah dengan membangun rumah-rumah parsantian di berbagai daerah dan melakukan parpunguan setiap hari sabtu yang akan dipimpin oleh Ihutan. Setiap tahun para pengikut Parmalim yang berasal dari segala cabang akan berkumpul pada satu tempat yang menjadi pusat dari kepercayaan Parmalim yaitu di desa Hutatinggi untuk merayakan upacara Sipaha Lima yang merupakan suatu bentuk upacara untuk penyampaian rasa syukur pengikut Parmalim atas segala

11 berkat yang telah mereka terima dari Debata Mulajadi Nabolon serta untuk memohon berkat untuk kehidupan mendatang serta kesiapan pengikut Parmalim dalam menghadapi setiap tantangan yang mereka peroleh dari kehidupan diluar mereka Anthony F. C. Wallace ( dalam William A.Haviland 1988; ) yang mendefinisikan agama sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi mitos yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu perubahan keadaan manusia atau alam, dimana fungsi upacara keagamaan yang utama adalah untuk mengurangi kegelisahan dan untuk memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri, yang penting untuk memelihara keadaan manusia agar tetap siap untuk menghadapi realitas. Upacara Sipaha Lima dilaksanakan setiap bulan kelima pada kalender Batak, atau sekitar bulan juli - bulan agustus pada bulan masehi, dan upacara ini biasanya jatuh pada hari ke 12, 13, dan 14 menjelang bulan purnama (Rajamarpodang 1992: 194). Untuk pelaksanaan upacara Sipaha lima maka Parmalim tidak membentuk panitia-panitia yang akan turut membantu di dalam persiapan upacara tetapi persiapan Upacara akan dibantu oleh para Ulu Punguan dan Suhi Ni Ampang Na Opat, pemilihan hari yang tepat, hingga ke penutupan upacara. Ihutan yang ada di pusat akan memberitahukan kepada seluruh Ulu Punguan tentang pelaksanaan upacara dan Ulu Punguan akan memberitahukan kembali kepada seluruh Parmalim pada saat melakukan parpunguan setiap hari Sabtu.

12 Setelah pemberitahuan maka seluruh Parmalim akan bersiap-siap untuk melaksanakan kegiatan Upacara tersebut, mulai dari biaya, persiapan diri,dll. Parmalim memiliki rasa solidaritas yang tinggi baik dari individunya hingga pada masyarakat Parmalim, hal ini tampak pada setiap persiapan upacara Sipaha Lima dimana pengikutnya akan bergotong royong secara penuh mulai dari persiapan Upacara hingga penutupan upacara dimana Solidaritas sosial dipertahankan sejauh kesadaran individu pada masyarakat sama kuatnya, dengan sendirinya akan memelihara unsur-unsur pengintegrasian yang ada pada masyarakat tersebut (Neni 1993; 12) Lysen ( dalam Neni 1993; 12) mengatakan bahwa kesadaran masyarakat adalah unsur tertentu dalam kesatuan sosial yang menetapkan dan mempengaruhi kelakuan manusia yang menjadi bagian dari kesatuan itu. Unsur-unsur yang dimaksud adalah situasi- situasi yang memuat individu-individu dalam masyarakat terlibat langsung serta berbuat sesuai dengan keinginan situasi tersebut. Pada pelaksanaan upacara Sipaha Lima seluruh Parmalim harus menghadirinya sehingga mereka dapat bersatu dengan pengikut parmalim yang berdatangan dari berbagai daerah di Nusantara. Haviland (1988; 197) mengatakan bahwa keikutsertaan dalam upacara keagamaan dapat menimbulkan suatu rasa transendensi pribadi, suatu gelombang keyakinan, rasa keamanan dan bahkan rasa ekstase atau rasa bersatu dengan sesama yang beribadat. Perayaan Upacara pada Parmalim inilah yang dijadikan sebagai cara agar mereka dapat membangun kepercayaan mereka yang terasing dari masyarakat luas, serta ketaatan pada adat istiadat yang selalu dipertahamkam dari dulu hingga

13 sekarang sehingga para pengikutnya bisa membangun kepercayaan untuk tetap bisa bertahan sampai saat ini Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kulitatif yang bersifat deskriptif. Dimana penelitian ini akan mencoba mendeskripsikan secara nyata dan sistematis mengenai kepercayaan Parmalim dalam mempertahankan kepercayaan mereka ditengah-tengah tantangan yang mereka hadapi di dalam kehidupan bermasyarakat dengan umat yang beragama lain. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 2006; 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dimana pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik atau utuh. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu sebagai berikut: 1. Teknik observasi Teknik ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti dan dibantu dengan alat dokumentasi seperti kamera dan alat perekam yaitu type recorder. Focus utama peneliti adalah melihat dan mengamati jalannya upacara sipaha lima yang dilaksanakan pada bulan kelima menurut kalender etnis Batak T oba serta kesatuan umat Parmalim di dalam melaksanakan Upacara tersebut yang dapat membuat mereka mampu untuk mempertahankan kepercayaan mereka.

14 2 Teknik wawancara Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam ( deep interview ) dan wawancara bebas, dimana pertanyaan akan berfokus pada petanyaan yang terkait dengan perumusan masalah. Peneliti juga akan menggunakan alat perekam tape recorder dan catatan lapangan untuk menyimpan data yang didapat dari lapangan. Informan dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi, kecamatan Laguboti, kabupaten Toba Samosir dan masyarakat umat Parmalim yang berdomisili di Kota Medan tetapi peneliti tidak terlalu focus pada umat Parmalim yang berdomisili di kota Medan. Peneliti mengkategorikan informan menjadi 3 yaitu: a) Informan pangkal Informan pangkal pada penelitian ini adalah orang yang pertama kali diwawancarai oleh peneliti. b) Informan kunci Informan kunci pada penelitian ini adalah informan yang akan menjawab permasalahan pada perumusan masalah. c) Informan biasa Informan biasa pada penelitian ini adalah penduduk setempat yang merupakan penganut kepercayaan Parmalim dan masyarakat penganut kepercayaan Parmalim yang berdomisili di kota Medan. Untuk melengkapi data-data pada penulisan karya ilmiah ini peneliti telah melakukan penelitian ke lokasi penelitian di Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir sebanyak empat kali, dimana

15 penelitian pertama dilakukan pada bulan April tahun 2008, pada saat itu peneliti hanya meminta gambaran tentang umat Parmalim secara umum kepada salah satu keluarga keturunan Raja Mulia Naipospos yang bernama Monang Naipospos yang bertempat tinggal di Huta Parmalim. Penelitian kedua dilakukan pada saat pelaksanaan Upacara Sipaha Lima yang berlanggsung selama 3 hari yaitu pada bulan Juli tahun 2008, pada penelitian ini peneliti sudah mulai meneliti tentang Upacara Sipaha Lima dan telah menyaksikan secara langsung pelaksanaan Upacara Sipaha Lima tersebut, peneliti juga telah melakukan wawancara kepada Ihutan Parmalim yang merupakan pimpinan tertinggi dari Ugamo Malim. Penelitian ketiga dilakukan peneliti pada bulan Februari tahun 2009 dimana peneliti telah memfokuskan peneltiannya kepada Konstruksi Upacara Sipaha Lima Pada Kepercayaan Parmalim, sehingga peneliti langsung melakukan wawancara mendalam kembali kepada Ihutan, dan wawancara kepada umat Parmalim yang ada di Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi, Desa Kampung Bibir aek Hutapea, Desa Lumban Na Bolon, Desa Hutapea, serta umat Parmalim yang ada di Balige, selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada umat Parmalim lainnya yang hadir pada saat marari sabtu dimana peneliti juga telah mengikuti ibadah marari sabtu pada penelitian ketiga ini. Dalam penelitian ketiga ini, peneliti bertempat tinggal di rumah umat Parmalim yang ada di Huta Parmalim selama 10 hari. Penelitian keempat dilakukan peneliti pada bulan April 2009 dimana peneliti sudah tinggal melengkapi data-data yang kurang serta mengikuti kembali ibadah marari sabtu di Huta Parmalim, pada penelitian ini peneliti juga sekalian

16 meminta surat bukti nahwa peneliti telah melakukan penelitian di Huta Parmalim tersebut Analisa Data Analisis data merupakan proses untuk mengatur dan mengkategorikan data yang di dapat. Hasil data yang sudah terkumpul kemudian akan diolah dan di analisis secara kualitatif. Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang terkumpul yang berasal dari hasil wawancara dan observasi. Setelah proses tersebut langkah selanjutnya adalah membuat abstraksi yang berisi inti atau rangkuman dari penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang sarat dengan nilai serta banyak melahirkan karya yang memiliki kekhususan, citra unggul, unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, budaya, agama, dan kepercayaan yang tersebar dari ujung Sabang sampai Merauke. Maka tak heran

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISTILAH UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISTILAH Amang : Bapak Ari hatutubu : Hari kelahiran Ari holang : Hari cuti / istirahat Ari Sabtu : Hari Sabtu Bangke : Bangkai Banua ginjang : Benua atas Banua tonga : Benua tengah Banua toru :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim di Huta Tinggi Laguboti Toba Samosir

Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim di Huta Tinggi Laguboti Toba Samosir Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 4 (2) (2016): 182-195. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

LOGO. Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA

LOGO. Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA Sumpah LOGO Pemuda Bagi Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA INTRO: SEPERTI APA PARMALIM ITU? TEMPAT IBADAH PARMALIM DI PUSAT, DESA HUTATINGGI KEC. LABUBOTI, SUMUT Page 2 INTRO: SEPERTI APA PARMALIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB. 1. PENDAHULUAN. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan yang

BAB. 1. PENDAHULUAN. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan yang BAB. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan yang jelas dan dapat membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari pembahasan pada Bab IV terdahulu dapat disimpulkan bahwa Bale Parsantian merupakan tempat untuk melakukan kegiatan keagamaan yaitu ibadah pada umat Parmalim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Situs Makam Sisingamangaraja XII yang ada di Soposurung Balige

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Situs Makam Sisingamangaraja XII yang ada di Soposurung Balige 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap Pemanfaatan Situs Makam Sisingamangaraja XII sebagai sumber pembelajaran sejarah, maka penulis memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

PARMALIM. (Studi Deskriptif Mengenai Strategi Adaptasi Penganut Agama Malim di Kota. Medan) Skripsi. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

PARMALIM. (Studi Deskriptif Mengenai Strategi Adaptasi Penganut Agama Malim di Kota. Medan) Skripsi. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat PARMALIM (Studi Deskriptif Mengenai Strategi Adaptasi Penganut Agama Malim di Kota Medan) Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa dimanapun berada memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kreativitas manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

GLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan.

GLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan. GLOSARIUM (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul tesis ini) Ban : Hukum atau siasat gereja dalam memberi sanksi kepada jemaat yang melanggar aturan. Bona pasogit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau, baik dalam bidang politik, militer, sosial, agama, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah bangsa yang

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Oleh: Vina Notriani Siregar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom

Lebih terperinci

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Kuwati, M. Martosupono dan J.C. Mangimbulude Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: kuwatifolley@yahoo.co.id Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa BAB IV ANALISIS A. Mitos Sanja Kuning dalam Sejarah Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa lampau. Kisah-kisah tersebut biasanya dianggap sebagai warisan orang-orang zaman dahulu.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan transformasional dalam pembinaan toleransi budaya mahasiswa yang tinggal di Ma had al-jami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia menjadi sebuah daya tarik tersendiri yang berbeda dengan bangsa lain. Budaya pada umumnya di wariskan secara

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan melakukan berbagai kekacauan (Sinulingga, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. akan melakukan berbagai kekacauan (Sinulingga, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Agama tidak hanya sebagai alat untuk membentuk watak dan moral, tapi juga menentukan falsafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Keberagaman suku bangsa dan agama di Indonesia adalah sumber

BAB I. Pendahuluan. Keberagaman suku bangsa dan agama di Indonesia adalah sumber BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Keberagaman suku bangsa dan agama di Indonesia adalah sumber kekayaan yang tidak ternilai harganya. Sebelum masuknya agama-agama besar ke Indonesia ternyata

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang merupakan pusat budaya batak toba. Selain itu samosir juga di kenal dengan ke indahan panorama alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat majemuk sejak awal berdirinya. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA 1. Pandangan Masyarakat Sehari-hari Manusia sebagai khalifah Allah dituntut untuk mampu menciptakan piranti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya yang dilakukan ansambel musik Sopo Nauli dalam mempertahankan keberadaan musik tradisi Batak Toba di Kota Medan, maka sebagai

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palipi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, daerah ini dekat dengan Danau Toba, memiliki kekayaan alam yang berpotensi dan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Batak. Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) untuk mengiringi upacara adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dan doa-doa, manuk mira, dan boras pirma tondi oleh amang, inang,

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dan doa-doa, manuk mira, dan boras pirma tondi oleh amang, inang, BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Upacara mangupa upa pangaranto dimulai dengan pemberian

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI dan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajemukan masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya suku bangsasuku bangsa yang masing-masing mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut

Lebih terperinci

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2 BAB II ONAN RUNGGU 2.1 Letak Geografis Onan Runggu adalah satu wilayah di Kabupaten Samosir yang terletak diantara 2 o 26 2 o 33 LU dan 98 o 54 99 o 01 BT dengan ketinggian 904 1.355 meter di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Ada empat hal penulis simpulkan sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan

Lebih terperinci