Emulasi Komunikasi Bus I 2 C Pada Mikrokontroler AT89C51. Oleh : Tedy Soeprapto (L2F ) Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Emulasi Komunikasi Bus I 2 C Pada Mikrokontroler AT89C51. Oleh : Tedy Soeprapto (L2F ) Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang"

Transkripsi

1 Emulasi Komunikasi Bus I 2 C Pada Mikrokontroler AT89C51 Oleh : Tedy Soeprapto (L2F ) Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang Abstrak --- Protokol bus I 2 C merupakan protokol yang pertama kali dikembangkan oleh Philips semiconductor. Bus I 2 C sendiri merupakan sistem bus serial yang didasarkan pada konsep master dan slave. Piranti master dalam suatu sistem bus I 2 C dapat merupakan mikrokontroler yang memang diperuntukkan untuk melakukan komunikasi dalam sistem bus I 2 C dengan antar muka yang telah terintegrasi didalamnya. Tetapi, tidak menutup kemungkinan dikarenakan kesederhanaan protokol bus I 2 C menjadikannya dapat secara mudah untuk diemulasikan pada suatu mikrokontroler biasa. Dalam Tugas Akhir ini, dilakukan emulasi konsep komunikasi berdasarkan protokol bus I 2 C pada mikrokontroler AT89C51 dan juga dibuat suatu rangkaian yang digunakan untuk mendemonstrasikan komunikasi antara master dan slave pada suatu sistem bus I 2 C. Dilakukan pengujian perangkat lunak emulasi bus I 2 C pada mikrokontroler AT89C51, pengujian fungsi dari tiap slave yang terhubung pada sistem bus I 2 C. 1. Pendahuluan Ada beberapa macam standar komunikasi serial yang telah dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan semikonduktor di dunia. Salah satu standar yang populer adalah teknik komunikasi I2C (Inter Integrated Circuit) karena kesederhanaan arsitektur dan protokolnya. Untuk memahami konsep komunikasi berdasarkan standar komunikasi bus I2C maka harus dilakukan pemahaman pada konsep dan protokol dari bus I2C. Mikrokontroler Atmel AT89C51 merupakan mikrokontroler boolean yang tidak mendukung konsep komunikasi bus I2C. Tetapi karena kesederhanaan konsep arsitektur dan protokol dari standar komunikasi bus I2C, membuatnya dapat diemulasikan dan diwujudkan dalam suatu sistem bus I2C master tunggal dengan beberapa buah slave yang merupakan IC-IC yang mendukung standar komunikasi bus I2C. 2. Landasan Teori Bus I2C merupakan singkatan dari bus Inter Integrated Circuits yang secara langsung menjelaskan fungsi dasarnya yaitu menyediakan jalur komunikasi diantara Rangkaian Terintegrasi (Integrated Circuits IC). Bus I2C bekerja berdasarkan prinsip master dan slave. Secara fisik sistem bus I2C terdiri dari 2 buah kawat aktif dan jalur catu daya serta ground. Dua buah kawat aktif yaitu yang merupakan kepanjangan dari Serial Data dan yang merupakan kepanjangan Serial Clock merupakan jalur kawat dua arah (bidirectional) Dalam konsep bus I2C ada beberapa istilah yang didefinisikan sebagai berikut Komponen yang mengirim sinyal ke bus I2C disebut sebagai transmitter Komponen yang menerima sinyal disebut sebagai receiver Komponen yang mengontrol transfer sinyal pada bus I2C dengan frekuensi detak tertentu disebut sebagai master Komponen yang dikontrol oleh master disebut sebagai slave Dalam konsep komunikasi bus I2C hanya dibutuhkan enam operasi dasar sederhana untuk mentransmisikan dan menerima informasi. Keenam kode operasi itu adalah sebagai berikut : 1. Sebuah bit start 2. Suatu alamat slave 7-bit 3. Suatu bit read/write yang akan menentukan apakah slave akan berfungsi sebagai transmitter atau receiver. 4. Suatu bit pemberitahuan (acknowledge) 5. Bit pesan yang dibagi ke dalam segmen 8-bit 6. Suatu bit stop 2.1 Kondisi dan Stop Kondisi START didefinisikan sebagai perubahan logika jalur data dari high ke low pada saat logika jalur detak berada pada logika high sedangkan kondisi STOP didefinisikan sebagai perubahan logika jalur data dari low ke high pada saat logika jalur detak berada pada logika high. Kedua kondisi ini diilustrasikan pada gambar 2.1. S Kondisi Gambar 2.1 Kondisi Dan Stop P Kondisi Stop

2 2.2 Pengalamatan 7-bit Setelah dikirimkannya kondisi start, maka dilakukan pengiriman alamat dari slave yang akan diakses. Pengiriman ini dilakukan dalam byte pertama dengan susunan dari byte pertama ini diilustrasikan pada gambar 2.2. MSB LSB R/W high dan master akan membangkitkan kondisi Stop untuk membatalkan pengiriman data. Jika suatu master receiver membuat jalur tetap berlogika high saat pulsa detak acknowledge, master memberikan sinyal akhir dari transmisi dan slave transmitter akan melepaskan jalur data sehingga master dapat menggerakkan kondisi Stop. Kondisi acknowledge pada bus I 2 C ini diilustrasikan pada gambar 2.4. Alamat Slave Transmitter Gambar 2.2 Format Pengalamatan 7-bit Receiver Acknowledge 7-bit pertama dari byte pertama yang dikirim oleh master adalah alamat dari slave yang akan diakses. Bit terakhir akan menentukan arah data. Jika bit ini berlogika 0 maka berarti master akan mengirimkan data ke slave yang dialamati pada 7 bit pertama, sedangkan jika bit ini berlogika 1 maka master akan menerima data dari slave. Setiap piranti yang terhubung pada sistem bus I 2 C memiliki alamat unik tersendiri. Umumnya susunan 7-bit dari alamat piranti terdiri dari bit alamat tetap dan bit alamat yang dapat diprogram. Susunan bit alamat tetap ditentukan oleh Philips Semiconductor sebagai pemegang hak paten dari bus ini. Sedangkan susunan bit yang dapat diprogram ditentukan oleh desainer dari sistem bus yang akan digunakan. Setiap pengiriman data pada bus I 2 C dilakukan dalam paket satu byte. Satu bit data akan dikirim untuk setiap pulsa detak. Data harus stabil selama periode logika high dari detak. Jalur data hanya dapat berubah saat jalur detak berada pada logika low. Tranfer bit data ini diilustrasikan dengan gambar 2.3. Jalur Data Stabil Data Valid Perubahan Data diperbolehkan S Kondisi Gambar 2.4 Kondisi Acknowledge Suatu contoh komunikasi lengkap yang terjadi pada bus I 2 C dapat dilihat pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Contoh Komunikasi pada Bus I 2 C 3. Perancangan Alat Pada gambar 3.1. ditunjukkan blok diagram perangkat keras dari rangkaian demo komunikasi bus I 2 C. Blok diagram ini terdiri dari beberapa bagian utama yaitu mikrokontroler AT89C51 yang berfungsi sebagai master dalam sistem bus I 2 C, dan dua buah IC lain yang berfungsi sebagai slave yaitu Konverter Analog ke Digital dan Digital ke Analog 8-bit dan Pengekspansi Masukan/Keluaran 8-bit. Dua buah LED indikator digunakan sebagai penanda adanya sinyal ACK dari masing-masing slave yang terhubung ke bus. Gambar 2.3 Tranfer Bit Data 2.3 Acknowledge Dalam suatu sistem bus I 2 C, untuk setiap transfer data satu byte yang terjadi harus diikuti dengan suatu bit acknowledge atau bit not acknowledge. Master akan membangkitkan pulsa detak acknowledge. Transmitter akan melepaskan jalur data () selama pulsa detak acknowledge. Jika tidak terdapat kesalahan, receiver akan mem-pull down jalur selama periode logika high dari pulsa detak acknowledge. Jika suatu slave receiver tidak dapat memberikan sinyal acknowledge maka slave akan membuat jalur tetap berkondisi AT89C51 LED Indikator 2 C LED Resistor Variabel Gambar 3.1 Blok diagram rangkaian demo komunikasi bus I 2 C

3 3.1 Rangkaian Sistem Bus I 2 C dengan LED Indikator Vcc R1 2K2 R4 300 Ω R4 300 Ω LED 1 R2 2K2 LED 2 P1.2 P1.3 P1.4 P1.6 AT89C51 Vcc 3.3 Rangkaian A1 1 A2 2 A Ω P0 4 P1 5 P2 6 P VCC INT P7 P6 P5 To Line To Line 330 Ω GND 8 9 P4 GND Gambar 3.2 Rangkaian sistem bus I 2 C dengan LED indikator Gambar 3.2 memberikan ilustrasi mengenai rangkaian sistem bus I 2 C dengan dua buah LED indikator. Jalur dan yang membangun bus I 2 C dibentuk dengan menggunakan port 1.2 dan 1.3. Jalur ini kemudian di-pull up ke tegangan catu V CC dengan memberikan dua buah resistor pull up sebesar 2K2 ohm. 3.2 Rangkaian VR 10 K AIN0 AIN1 AIN2 AIN3 A0 A1 A2 Vss VDD AOUT VREF AGND EXT OSC Gambar 3.3 Rangkaian DAC Output NC To Line To Line memiliki empat buah masukan analog dan sebuah keluaran analog. Dari empat buah masukan analog yang ada, hanya satu masukan yang digunakan yaitu masukan analog AIN0 yang dihubungkan dengan variabel resistor 10 KΩ yang telah terhubung dengan tegangan catu. Untuk dapat menggunakan pembangkit detak (oscillator) internal yang telah terdapat pada, maka pin EXT dihubungkan dengan ground dan pin OSC, diambangkan (no connect). Pada pin AOUT dapat diketahui besarnya tegangan hasil konversi digital ke analog yang dilakukan. Pin-pin dan dihubungkan dengan sistem bus I 2 C yang ada. Pengaturan alamat dipilih dengan menghubungkan A 0 A 1 dengan GND dan A 2 dengan tegangan V CC, sehingga diperoleh alamat X untuk. Gambar 3.4 Rangkaian memiliki delapan buah port yang dapat digunakan sebagai masukan atau keluaran 8 bit. Pada rangkaian ini, ke delapan port masukan/keluaran yang ada, digunakan semuanya sebagai keluaran. Sebagai keluaran, port ini dihubungkan dengan 8 buah LED yang telah diseri dengan resistor 330 Ω dan dihubungkan dengan tegangan V CC. Karena semua port masukan/keluaran yang ada digunakan sebagai keluaran maka pin INT dihubungkan dengan V CC. Untuk memperoleh alamat unik dari PCF85874A, pengaturan alamat yang dapat diprogram dari PCF85874A dipilih dengan menghubungkan A 0 A 2 dengan GND, sehingga diperoleh alamat X untuk PCF85874A. 3.4 Rutin Emulasi Bus I 2 C Untuk melakukan komunikasi berdasarkan bus I 2 C dengan menggunakan mikrokontroler boolean biasa seperti AT89C51, maka ada beberapa protokol dasar yang diemulasikan pada mikrokontroler AT89C51. Protokol dasar itu antara lain adalah protokol start, stop, mengirim byte dan menerima acknowledge atau no acknowledge, menerima byte dan mengirim not acknowledge atau acknowledge Rutin "High" "High" "Low" Buat Sinyal Detak "Low" Gambar 3.5 Diagram alir rutin dari bus I 2 C

4 didefinisikan sebagai perubahan kondisi jalur dari logika high ke logika low pada saat jalur berlogika high. Diagram alir untuk rutin dari bus I 2 C dapat diperhatikan pada gambar 3.5. rutin dimulai dengan memastikan kedua jalur dan berlogika high. Kemudian diikuti pengubahan logika jalur menjadi low. Rutin start ini diakhiri dengan pengubahan logika jalur menjadi low. Isi R7 dengan 8 Geser Kiri Isi Accumulator A ke Bit Pemanji C Kirim Isi Bit Pemanji C ke Rutin Stop Pulsa Stop selalu dikirimkan oleh master untuk menandai akhir dari pengiriman data. Stop ditandai dengan perubahan kondisi logika dari logika low ke logika high pada saat kondisi logika high. "Low" Buat Sinyal Detak "High" kemudian "Low" Kurangi Isi R7 R7 = 0? Ambil Sinyal ACK atau No ACK di "High" "High" Gambar 3.6 Diagram alir rutin Stop dari bus I 2 C pada diagram alir gambar 3.6, pertama kali logika dibuat berlogika low yang diikuti dengan dibuatnya jalur menjadi berlogika high. Hal ini dilakukan untuk memastikan kedua jalur berada pada kondisi logika yang benar. Dengan demikian perubahan logika dengan membuat kondisi logika menjadi high pada lanjutan rutin Stop akan diterjemahkan oleh setiap slave yang diakses master sebagai suatu pulsa Stop Rutin Mengirim Byte dan Menerima Acknowledge atau No Acknowledge Pada gambar 3.7, rutin mengirim byte dan menerima acknowledge atau no acknowledge ini dimulai dengan pengisian register 7 dengan 8. Angka 8 dimaksudkan sebagai banyaknya bit yang dikirimkan dalam satu byte pengiriman. Data yang tersimpan pada accumulator A kemudian akan digeser satu bit ke kiri dengan memanfaatkan bit pemanji C. Dengan penggeseran ke kiri ini, maka pengiriman data yang terdapat pada accumulator A akan dimulai dari bit yang paling bernilai (MSB Most Significant Bit). Kondisi logika yang terdapat pada bit pemanji C, kemudian dikirim ke jalur dari bus I 2 C. Gambar 3.7 Diagram alir rutin mengirim byte dan menerima acknowledge atau no acknowledge Rutin dilanjutkan dengan mengurangi isi register 7 dan memeriksa apakah isi R7 = 0. Bila tidak, rutin akan melanjutkan pengiriman bit berikutnya yang terdapat dalam accumulator A. Bila semua bit sudah terkirim, rutin akan diakhiri dengan pengambilan sinyal acknowledge atau no acknowledge yang dikirim oleh slave Rutin Menerima Byte dan Mengirim Aknowledge atau No Acknowledge Untuk mengambil data pada jalur maka kondisi logika jalur dibuat high. Kondisi logika jalur kemudian dikirim ke bit pemanji C. Isi bit pemanji C dikirim ke accumulator A dengan cara menggeser satu bit ke kiri. Isi R7 kemudian dikurangi dengan 1, untuk menandakan telah diambilnya satu bit data dari jalur. Kondisi jalur kemudian dibuat low. Rutin dilanjutkan memeriksa isi R7 apakah R7 = 0. Bila tidak, rutin akan dilanjutkan dengan pengambilan bit data berikutnya. Bila satu byte data sudah terambil, rutin akan diakhiri dengan pengiriman sinyal acknowledge atau no acknowledge.

5 Isi R7 dengan 8 Buat Sinyal Detak "High" Ambil Kondisi Logika, Kirim ke Bit Pemanji C Geser Kiri Isi Bit Pemanji C ke Accumulator A Kurangi Isi R7 dimulai dengan pengiriman pulsa start yang diikuti dengan pengiriman alamat mode pembacaan yaitu alamat 99h. Setelah sinyal acknowledge diterima, maka master akan melepaskan jalur untuk memberi kesempatan kepada mengirimkan data hasil konversi analog ke digital. Setelah semua bit dalam suatu byte data diterima master, master akan memberikan sinyal no acknowledge kepada. Sinyal ini akan memberikan tanda kepada untuk menghentikan pengiriman data hasil konversi analog ke digital ke master. Master kemudian mengirim sinyal stop untuk menandai berakhirnya komunikasi dengan slave. Buat Sinyal Detak "Low" 3.6 Rutin Konversi Digital ke Analog R7 = 0? Mengirim Pulsa Kirim Sinyal ACK atau No ACK ke Mengirim Alamat Mode Write (98h) Gambar 3.8 Diagram alir rutin menerima byte dan menerima acknowledge atau no acknowledge 3.5 Rutin Konversi Analog ke Digital Ackowledge? Mengirim Perintah 40h ke Mengirim Pulsa Ackowledge? Mengirim Alamat Mode Read (99h) Mengirim Data ke Ackowledge? Mengirim Pulsa Stop Menerima Data 1 Byte dari Mengirim Sinyal Not Acknowledge Mengirim Pulsa Stop Gambar 3.9 Diagram alir rutin konversi analog ke digital Untuk memberi perintah kepada agar bekerja pada mode konversi analog ke digital, maka rutin Gambar 3.10 Diagram alir rutin konversi digital ke analog Rutin ini digunakan untuk mengirimkan perintah yang akan mengatur register kontrol yang terdapat pada dan memberi perintah dilaksanakannya proses konversi data digital ke data analog. Rutin dimulai dengan pengiriman pulsa start yang diikuti dengan pengiriman alamat mode penulisan yaitu alamat 98h. Bila mengirimkan sinyal acknowledge, maka memberikan isyarat kepada master untuk dapat mengirimkan data berikutnya. Data berikutnya yaitu 40h, diterjemahkan sebagai perintah bagi untuk mengatur register kontrolnya dengan konfigurasi seperti pada gambar 3.11

6 MSB LSB Mode empat masukan tunggal Keluaran analog diaktifkan Auto increment tidak diaktifkan ADC Channel 00 Gambar Konfigurasi register kontrol Setelah itu, rutin dilanjutkan dengan kembali memeriksa ada atau tidaknya acknowledge dari. Jika terdapat acknowledge, maka dilakukan pengiriman data biner yang akan diubah menjadi data analog oleh. Pengiriman alamat 98h pada permulaan rutin ini, akan membuat bekerja dalam mode konversi digital ke analog. Data yang dikirimkan setelah alamat ini harus berupa data yang akan mengatur konfigurasi dari register kontrol. Setelah itu, akan melakukan konversi terhadap setiap data biner yang dikirimkan oleh master. 3.7 Rutin Pengiriman Data ke PCF8574 Diagram alir rutin pengiriman data ke dapat dilihat pada gambar Seperti pada rutin pengaksesan, rutin pengiriman data juga dimulai dengan sinyal start diikuti alamat yaitu 70h. Pengiriman ini membuat bekerja dalam mode slave receiver dan akan memfungsikan setiap port masukan/keluaran yang ada menjadi port keluaran. Mengirim Pulsa Mengirim Alamat Mode Write (70h) Ackowledge? 4. Hasil Pengujian 4.1 Pengujian Rutin dari Protokol Bus I 2 C Pengujian rutin start dilakukan dengan mengirimkan sinyal start yang diikuti pengiriman alamat piranti. Bila mengenali sinyal start ini, maka akan membandingkan alamat yang dikirim oleh master. Bila alamatnya sesuai maka akan mengirimkan sinyal ACK untuk yang menandakan kesiapannya menerima data berikutnya. Dalam pengujian dilakukan juga pengurangan perintah waktu tunda nop saat perubahan kondisi logika ke low yang diikuti perubahan kondisi logika ke low. Hasil pengujian rutin start dicantumkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pengujian rutin start Jumlah perintah nop PCF8574 ACK 5 ACK 4 ACK 3 ACK 2 ACK 1 ACK 0 ACK Dari tabel 4.1, LED ACK2 menyala untuk berbagai variasi perintah nop. Hal ini berarti mengenali sinyal start dan alamat yang dikirimkan oleh master dan mengirimkan bit low yang menandakan sinyal ACK dari. 4.2 Pengujian Pengiriman Data ke. Pengujian pengiriman data ke dilakukan dengan mengirimkan data biner ke PCF8574. Hasil dari pengiriman data dapat dilihat dari keluaran yang telah terhubung dengan LED. Hasil pengujian pengiriman data, dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pengujian pengiriman data ke Mengirimkan Data ke Mengirim Pulsa Stop Data dikirimkan (hex) 56h A2h Keluaran (hex) 56h A2h Gambar 3.12 Diagram alir rutin pengiriman data Setelah ada acknowledge dari, master akan mengirimkan data biner hasil konversi analog ke digital dari dan diakhiri dengan pulsa stop. FFh D5h 37h FFh D5h 37h dari hasil pengujian yang diperoleh pada tabel 4.2, dapat disimpulkan telah bekerja dengan baik.

7 4.3 Pengujian Rutin Mengirim Byte dan Menerima Acknowledge atau No Acknowledge dari Protokol Bus I 2 C Pengujian dilakukan dengan mengirimkan data digital 55h ke. Hasil pengujian dari rutin pengiriman byte untuk berbagai variasi frekuensi detak dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil pengujian rutin pengiriman byte Frekuensi detak (KHz) Keluaran 166,67 55h 142,86 55h 125,00 55h 111,12 55h 100,00 55h Dari tabel 4.3, untuk frekuensi detak sampai dengan 166,67 KHz, tidak mengalami kesalahan pada saat menerima byte data dari master. Pengujian tidak dapat dilakukan untuk menghasilkan frekuensi detak pada jalur lebih dari 166,67 KHz. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan mikrokontroler yang digunakan dalam menghasilkan frekuensi detak yang lebih tinggi lagi. Mikrokontroler AT89C51 mendukung penggunaan frekuensi kristal hingga 24 MHz yang sudah digunakan dalam pengujian ini Pengujian Konversi Analog ke Digital Pengujian konversi analog ke digital dilakukan dengan mengirimkan perintah baca ke. Data kemudian dikirimkan kembali ke PCF8574 setelah sebelumnya mengalami proses komplemen-1. Data digital hasil konversi ini dapat dilihat pada keluaran. Data hasil pengujian konversi analog ke digital dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil pengujian konversi analog ke digital Tegangan masukan Keluaran (hex) Nilai analog dari data digital (V) 0,13 07h 0,1288 2,07 70h 2,0608 3,39 B8h 3,3856 4,70 FFh 4,692 3,10 A8h 3, Pengujian Rutin Menerima Byte dan Mengirim Not Acknowledge dari Protokol Bus I 2 C. Pada pengujian ini dilakukan dengan pengambilan data digital dari dan kemudian data digital ini dikirim ke. Hasil pengujian dari rutin pengambilan byte untuk berbagai variasi frekuensi detak dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil pengujian rutin pengambilan byte Frekuensi detak (KHz) Masukan Analog Keluaran 250,00 2,24 V 79h 200,00 2,24 V 79h 166,67 2,24 V 79h 142,86 2,24 V 79h 125,00 2,24 V 79h 4.6 Pengujian Konversi Digital ke Analog dari Pengujian konversi digital ke analog dari dilakukan dengan mengirimkan data ke untuk diubah dengan mengirimkan perintah tulis dan pengaturan register yang diikuti dengan pengiriman data digital yang akan dikonversi. Data hasil pengujian konversi digital ke analog dari ditunjukkan pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil pengujian konversi digital ke analog Data (hex) Nilai data (V) Keluaran AOUT 15h 0,3864 0,39 29h 0,7544 0,75 3Fh 1,1592 1,16 5Ch 1,7112 1,72 79h 2,2264 2, Pengujian Rangkaian Sistem Bus I 2 C. Pengujian demo ini dilakukan dengan menggunakan semua rutin yang telah dibentuk dan memeriksa apakah sistem telah bekerja dengan baik. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Rangkaian Sistem Bus I 2 C AIN LED Nilai data (V) AOUT 1,51 V 51h 1,4904 V 1,50 V 0,89 V 30h 0,8832 V 0,89 V 3,30 V AFh 3,22 V 3,25 V

8 3,90 V CFh 3,8088 V 3,81 V 1,00 V 34h 0,9568 V 0,97 V 2,5 V 87h 2,4840 V 2,49 V 4.8 Pengujian Jarak Transmisi Data Pada Komunikasi Bus I 2 C. Pengujian jarak transmisi data pada komunikasi bus I 2 C dilakukan dengan menggunakan berbagai macam variasi panjang kabel yang digunakan untuk mengirimkan data digital melalui bus I 2 C. Hasil pengujian untuk panjang kabel penghubung sampai jarak 400 cm ditunjukkan pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil pengujian jarak transmisi Panjang kabel AIN LED Nilai data (V) AOUT 100 cm 4,50 V F4h 4,4896 V 4,49 V 200 cm 4,50 V F4h 4,4896 V 4,48 V 250 cm 4,50 V F4h 4,4896 V 4,49 V 300 cm 4,50 V F4h 4,4896 V 4,49 V 350 cm 4,50 V F4h 4,4896 V 4,49 V 380 cm 4,50 V cm 4,50 V Dari hasil pengujian ini, pada panjang kabel 380 cm, bus I 2 C tidak bekerja sehingga tidak terjadi transmisi data antara slave dan master. Dalam penggunaan kabel penghubung seperti ini harus dilakukan dengan hati-hati dan secermat mungkin. Pada pengujian yang dilakukan, pemasangan konektor penghubung pada soket konektor yang tidak kencang maupun pemasangan kabel penghubung pada konektor yang tidak cermat akan menyebabkan bus komunikasi I 2 C tidak akan bekerja sehingga tidak terjadi transmisi data antara slave dan master. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil data yang diperoleh penulis melalui pengujian dan pengamatan, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Antar muka setiap piranti yang terhubung ke bus I 2 C yang menggunakan open collector/open drain memerlukan suatu resistor pull up untuk menjamin level logika high mendekati. 2. Pengamatan pada sinyal yang terjadi pada bus mengalami kesulitan meskipun menggunakan osiloskop storage. Untuk itu, dapat digunakan perangkat seperti LED untuk mengetahui bahwa bus dan piranti yang terhubung padanya bekerja dengan baik dengan memanfaatkan keharusan pengiriman sinyal ACK yang berlogika low, meskipun tidak mengamati secara langsung sinyal yang dihasilkan. 3. Diperoleh frekuensi sampai dengan 166,67 KHz pada pembentukan frekuensi detak jalur saat pengiriman data ke. 4. Diperoleh frekuensi sampai dengan 250 KHz pada pembentukan frekuensi detak jalur saat pengambilan data dari. 5. Pada penggunaan kabel-kabel penghubung untuk menggantikan jalur-jalur PCB, harus diperhatikan hubungan antar konektor, agar tidak terjadi kegagalan komunikasi pada bus I 2 C. 6. Pada pengujian penggunaan kabel penghubung di luar jalur PCB, sistem bus I 2 C hanya bekerja hingga panjang kabel 380 cm. 7. Konversi Analog ke Digital dan Digital ke Analog yang dilakukan dengan menghasilkan keluaran yang masih berada dalam batas kesalahan linearitas (linearity error) sebesar ± 1,5 LSB. 5.2 Saran Saran-saran untuk pengembangan Tugas Akhir ini antara lain adalah : 1. Untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai konsep komunikasi bus I 2 C, dapat dipelajari karakteristik bus I 2 C pada sistem yang menggunakan lebih dari satu master dimana master yang digunakan dapat berupa mikrokontroler yang mendukung bus I 2 C ataupun mikrokontroler boolean seperti Atmel AT89C51 dengan mengemulasikan protocol bus I 2 C di dalamnya 2. Untuk membangun sistem bus I 2 C dengan frekuensi detak jalur yang lebih tinggi lagi dapat digunakan mikrokontroler dengan proses eksekusi yang lebih cepat contohnya seri AVR dari Atmel 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan bus I 2 C dibandingkan dengan berbagai macam standar, dapat dilakukan pendalaman dan pembandingan lebih lanjut dengan berbagai macam konsep komunikasi serial lain seperti MicroWire dari National Semiconductor Serial Peripheral Interface (SPI) dari Motorola atau konsep 1-Wire dari Dallas Semiconductor.

9 DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, Atmel AT89C51 8-Bit Microcontroller with 4 Kbytes Flash, Atmel Corporation, California, , Two-Wire Peripheral Expansion for the AT89C2051 Microcontroller. Atmel Corporation, California, , The I 2 C Bus Specification, versi 2.1, Philips Semiconductors,Amsterdam, conductor.com , PCF8574 Remote 8-bit I/O expander for I 2 C- bus. Texas Instrument, Amsterdam, , 8-bit A/D and D/A converter. Philips Semiconductors, Amsterdam, Blozis, Steve, I 2 C Device Overview, Philips Semiconductors,Amsterdam, conductor.com, Hogenboom, P, Data Sheet Book 3 : Catatan Aplikasi, Elex Media Computindo, Jakarta, Hogenboom, P, Microprocessor Data Book, Elex Media Computindo, Jakarta, Malik, Ibnu, Anistardi, Berkesperimen dengan Mikrokontroler 8031, Elex Media Computindo, Jakarta, Malvino, Albert Paul, Elektronika Komputer Digital Edisi 2, Erlangga, Jakarta, Malvino, Albert Paul, Prinsip-prinsip Elektronika Jilid 1, Erlangga, Jakarta, Malvino, Albert Paul, Prinsip-prinsip Elektronika Jilid 2, Erlangga, Jakarta, Marthur, Aditya P, Introduction to Microprocessor, Mc Graw-Hill Publishing Limited, New Delhi, Nana, Emmanuel Tomdio, Improving System Interrupt Management Using the PCF8574 and I/O Expanders for the I 2 C Bus. Philips Semiconductors, Amsterdam, Prosser, Franklin P.,Winkel, David E., The Art of Digital Design, Prentice-Hall International Inc, Tocci, Ronald J, Digital System Principles and Application, Prentice-Hall International Inc, Tokheim, Roger L, Prinsip-prinsip Digital, Ed. Kedua, Erlangga, Jakarta, Yeralan, Sencer, Ahluwia, Ashutosh, Programming and Interfacing the 8051 Microcontroller, Addison Wesley Publishing Co, Massachusetts, Disetujui Oleh Ir Sudjadi, MT NIP: Penulis adalah mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang Angkatan 1997, dengan Kontrol sebagai pilihan konsentrasi.

8. Mengirimkan stop sequence

8. Mengirimkan stop sequence I 2 C Protokol I2C merupakan singkatan dari Inter-Integrated Circuit, yang disebut dengan I-squared-C atau I-two-C. I 2 C merupakan protokol yang digunakan pada multi-master serial computer bus yang diciptakan

Lebih terperinci

Materi 5: Protokol I2C

Materi 5: Protokol I2C Materi 5: Protokol I2C I Nyoman Kusuma Wardana Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali IIC Inter-Integrated Circuit Terkadang disebut I 2 C Awalnya dikembangkan oleh Philips Semiconductor (saat ini mjd NXP Semiconductor)

Lebih terperinci

Real Time Clock Menggunakan I2C Bus pada Modul DST-52

Real Time Clock Menggunakan I2C Bus pada Modul DST-52 Real Time Clock Menggunakan I2C Bus pada Modul DST-52 Jika pada umumnya IC Real Time Clock menggunakan jalur data pararel maka pada apliaksi ini akan dicontohkan penggunaan IC Real Time Clock menggunkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

AN2014 : Pembuatan Jam Digital dengan Development System DST -R8C

AN2014 : Pembuatan Jam Digital dengan Development System DST -R8C AN2014 : Pembuatan Jam Digital dengan Development System DST -R8C Catatan aplikasi ini membahas pembuatan Jam digital dengan development System DST - R8C. Modul-modul yang diperlukan V2.0: θ Development

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

Interfacing. Materi 8: I2C Communication. Disusun Oleh: I Nyoman Kusuma Wardana

Interfacing. Materi 8: I2C Communication. Disusun Oleh: I Nyoman Kusuma Wardana Interfacing Materi 8: I2C Communication Disusun Oleh: I Nyoman Kusuma Wardana Outline I2C Bus Protocol TWI Protocol Kusuma Wardana - Interfacing 2013 2 Kusuma Wardana - Interfacing 2013 3 IIC : Inter-Integrated

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Menggunakan ADC 16-bit DST-R8C

Menggunakan ADC 16-bit DST-R8C Menggunakan ADC 16-bit DST-R8C Di dalam modul DST-R8C versi 3.0 sudah dilengkapi dengan 16 bit adc ( optinal ) yang dapat di gunakan untuk volmeter digital dengan dengan skala mikro volt ( uv ). Adc yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

Percobaan 3 PENGENALAN INTERFACE I 2 C

Percobaan 3 PENGENALAN INTERFACE I 2 C Percobaan 3 PENGENALAN INTERFACE I 2 C I. Tujuan 1. Untuk Mengenal Modul Serial port dengan I 2 C 2. Mengenal protocol I 2 C. 3. Mempelajari IC PCF8574 Remote 8 bit I/O Expander for I 2 C Bus. 4. Mengirim

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan menerangkan beberapa teori dasar yang mendukung terciptanya skripsi ini. Teori-teori tersebut antara lain mikrokontroler AVR ATmega32, RTC (Real Time Clock) DS1307,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sensor TGS 2610 2.1.1 Gambaran umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram dari sistem AVR standalone programmer adalah sebagai berikut : Tombol Memori Eksternal Input I2C PC SPI AVR

Lebih terperinci

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor Sistem Minimum Mikrokontroler TTH2D3 Mikroprosesor MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III MIKROKONTROLER

BAB III MIKROKONTROLER BAB III MIKROKONTROLER Mikrokontroler merupakan sebuah sistem yang seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut single chip microcomputer. Mikrokontroler merupakan

Lebih terperinci

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER PERCOBAAN 10 ANALOG TO DIGITAL CONVERTER 10.1. TUJUAN : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan proses perubahan dari sistim analog ke digital Membuat rangkaian ADC dari

Lebih terperinci

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar. PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar Abstrak Penerapan teknologi otomatis dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler BAB II PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F005 2.1 Pengenalan Mikrokontroler Mikroprosesor adalah sebuah proses komputer pada sebuah IC (Intergrated Circuit) yang di dalamnya terdapat aritmatika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc

BAB II LANDASAN TEORI. ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller ATMega 8535 ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) keluarga ATMega. Mikrokontroller AVR memiliki arsitektur 8 bit, dimana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler Tipe Atmega 644p

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler Tipe Atmega 644p BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem dan penjelasan mengenai perangkat-perangkat yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pengkondisi sinyal DAC 0808 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian pengkondisi sinyal DAC 0808

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S52

MIKROKONTROLER AT89S52 MIKROKONTROLER AT89S52 Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota

Lebih terperinci

AKUISISI DATA BERAT MELALUI KOMPUTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

AKUISISI DATA BERAT MELALUI KOMPUTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 AKUISISI DATA BERAT MELALUI KOMPUTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 Budhi Pramono Sumardi Darjat Teknik Elektro UNDIP Teknik Elektro UNDIP Teknik Elektro UNDIP Jl. Prof.H.Sudarto Tembalang Jl. Prof.H.Sudarto

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

AUDIO/VIDEO SELECTOR 5 CHANNEL DENGAN MIKROKONTROLER AT89C2051

AUDIO/VIDEO SELECTOR 5 CHANNEL DENGAN MIKROKONTROLER AT89C2051 AUDIO/VIDEO SELECTOR 5 CHANNEL DENGAN MIKROKONTROLER AT89C2051 MUHAMMAD ERPANDI DALIMUNTHE Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok 16424 telp

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5] BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan skripsi yang dibuat. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah sensor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan BAB III MEODE PENELIIAN DAN PERANCANGAN SISEM 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan sebagai penunjang

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPERASI MESIN PENGATUR SUHU RUANG DI BANDARA AHMAD YANI DENGAN MENGGUNAKAN SISTIM RS

PENGENDALIAN OPERASI MESIN PENGATUR SUHU RUANG DI BANDARA AHMAD YANI DENGAN MENGGUNAKAN SISTIM RS PENGENDALIAN OPERASI MESIN PENGATUR SUHU RUANG DI BANDARA AHMAD NI DENGAN MENGGUNAKAN SISTIM RS Hary Suseno, Sumardi, ST.MT, ST, Ir. Sudjadi, MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu : Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI AREA PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16

SISTEM INFORMASI AREA PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 SISTEM INFORMASI AREA PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 Alfa Anindita. [1], Sudjadi [2], Darjat [2] Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Microcontroller ATmega8 Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti proccesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori

Lebih terperinci

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809 ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809 ADC0809 ADC0809 adalah IC pengubah tegangan analog menjadi digital dengan masukan berupa 8 kanal input yang dapat dipilih. IC ADC0809 dapat melakukan proses konversi

Lebih terperinci

ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA Disusun oleh : Nama : Ferdian Cahyo Dwiputro dan Erma Triawati Ch, ST., MT NPM : 16409952 Jurusan

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 Mikrokontroler MCS-51 memiliki 2 jenis port input/output, yaitu port I/O parallel dan port I/O serial. Port I/O parallel sebanyak 4 buah dengan nama P0,P1,P2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh karenanya akan dibuat seperti pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. oleh karenanya akan dibuat seperti pada Gambar 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Agar mendapatkan hasil yang diinginkan maka diperlukan suatu rancangan agar dapat mempermudah dalam memahami sistem yang akan dibuat, oleh karenanya akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol BAB II DASAR TEORI 2.1 Ethanol Ethanol yang kita kenal dengan sebutan alkohol adalah hasil fermentasi dari tetes tebu. Dari proses fermentasi akan menghasilkan ethanol dengan kadar 11 12 %. Dan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum AVR USB Sistem minimum ATMega 8535 yang didesain sesederhana mungkin yang memudahkan dalam belajar mikrokontroller AVR tipe 8535, dilengkapi internal downloader

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35 POLITEKNOLOGI VOL. 9, NOMOR 2, MEI 2010 RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35 Benny dan Nur Fauzi Soelaiman Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang mencakup perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras ini meliputi sensor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun pembuatan modem akustik untuk komunikasi bawah air memang sudah banyak dikembangkan di universitas-universitas di Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

I/O dan Struktur Memori

I/O dan Struktur Memori I/O dan Struktur Memori Mikrokontroler 89C51 adalah mikrokontroler dengan arsitektur MCS51 seperti 8031 dengan memori Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory) DESKRIPSI PIN Nomor Pin Nama

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 hingga November 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 hingga November 2015. 37 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 hingga November 2015. Perancangan, pembuatan alat dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Penelitian Pada perancangan tugas akhir ini menggunakan metode pemilihan locker secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam

Lebih terperinci

ADC (Analog to Digital Converter)

ADC (Analog to Digital Converter) ADC (Analog to Digital Converter) Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Elektrik dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 57 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Fungsi dari masing-masing blok yang terdapat pada gambar 3.1 adalah sebagai berikut : Mikrokontroler AT89S52 Berfungsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL

PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL Eka Wahyudi 1, Desi Permanasari 2 1,2 Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi, Purwokerto 1 ekawahyudi@akatelsp.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN Konsep dasar sistem monitoring tekanan ban pada sepeda motor secara nirkabel ini terdiri dari modul sensor yang terpasang pada tutup pentil ban sepeda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor DC dan Motor Servo 2.1.1. Motor DC Motor DC berfungsi mengubah tenaga listrik menjadi tenaga gerak (mekanik). Berdasarkan hukum Lorenz bahwa jika suatu kawat listrik diberi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI PLC (Programable Logic Control) adalah kontroler yang dapat diprogram. PLC didesian sebagai alat kontrol dengan banyak jalur input dan output. Pengontrolan dengan menggunakan PLC

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter

DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter Missa Lamsani Hal 1 Konverter Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi

Lebih terperinci

PENJADWALAN RAMBU LALU-LINTAS DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER SECARA TERPUSAT. (2)

PENJADWALAN RAMBU LALU-LINTAS DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER SECARA TERPUSAT. (2) PENJADWALAN RAMBU LALU-LINTAS DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER SECARA TERPUSAT Madha Christian Wibowo (1), Jusak Irawan (2), Helmy Widyantara (3) (1),(2),(3) Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

Rancang Bangun Master Slave Modbus Berbasis Mikrokontroler Untuk Mengendalikan Beberapa Subsistem

Rancang Bangun Master Slave Modbus Berbasis Mikrokontroler Untuk Mengendalikan Beberapa Subsistem Rancang Bangun Master Slave Modbus Berbasis Mikrokontroler Untuk Mengendalikan Beberapa Subsistem Dr. Ir. Arman D. Diponegoro 1, Ahmad Fahmi Arief 2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

Alat Voting System Dengan Menggunakan Mikrokontroler AT89C51 Serta Bahasa Pemrograman Delphi 5.0 Untuk Tampilan Pada Display Komputer

Alat Voting System Dengan Menggunakan Mikrokontroler AT89C51 Serta Bahasa Pemrograman Delphi 5.0 Untuk Tampilan Pada Display Komputer Alat Voting System Dengan Menggunakan Mikrokontroler AT89C51 Serta Bahasa Pemrograman Delphi 5.0 Untuk Tampilan Pada Display Oleh : Dedy Denny Sudradjat (L2F 098 601) E-mail : denny_s@myownemail.com Jurusan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only) 1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

DASAR - DASAR MIKROPROSESOR. Yoyo somantri Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

DASAR - DASAR MIKROPROSESOR. Yoyo somantri Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK Universitas Pendidikan Indonesia DASAR - DASAR MIKROPROSESOR Yoyo somantri Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan tentang tujuan perkuliahan, model mikroprosesor,

Lebih terperinci

DT-SENSE. IR Proximity Detector

DT-SENSE. IR Proximity Detector DT-SENSE IR Proximity Detector Trademarks & Copyright AT, IBM, and PC are trademarks of International Business Machines Corp. Windows is a registered trademark of Microsoft Corporation. Pentium is a trademark

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro 37 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung. Penelitian dimulai pada bulan Februari 2011

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAKSI... TAKARIR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

THERMOMETER DIGITAL DENGAN MODUL DST-51, ADC-0809 DAN LCD 2X16

THERMOMETER DIGITAL DENGAN MODUL DST-51, ADC-0809 DAN LCD 2X16 THERMOMETER DIGITAL DENGAN MODUL DST-51, ADC-0809 DAN LCD 2X16 LCD 2x16 Modul DST-51 Modul ADC-0809 Amplifier LM35 Gambar 1 Blok Diagram Sistem Aplikasi thermometer digital dilakukan dengan melakukan konversi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Pendeteksi Benturan. Sistem pendeteksi benturan saat ini khususnya dibutuhkan didalam

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Pendeteksi Benturan. Sistem pendeteksi benturan saat ini khususnya dibutuhkan didalam BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendeteksi Benturan Sistem pendeteksi benturan saat ini khususnya dibutuhkan didalam pengiriman barang-barang yang membutuhkan pengawasan khusus agar pengaturan awal dari

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

PC-Link. 1x Komputer / Laptop dengan OS Windows 2000, Windows XP atau yang lebih tinggi. Gambar 1 Blok Diagram AN200

PC-Link. 1x Komputer / Laptop dengan OS Windows 2000, Windows XP atau yang lebih tinggi. Gambar 1 Blok Diagram AN200 PC-Link PC-Link Application Note AN200 GUI Digital Input dan Output Oleh: Tim IE Aplikasi ini akan membahas software GUI (Grapic User Interface) yang digunakan untuk mengatur Digital Input dan Output pada.

Lebih terperinci

Sistem Tertanam. Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno. Dennis Christie - Universitas Gunadarma

Sistem Tertanam. Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno. Dennis Christie - Universitas Gunadarma Sistem Tertanam Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno 1 Arsitektur Atmega328 Prosesor atau mikroprosesor adalah suatu perangkat digital berupa Chip atau IC (Integrated Circuit) yang digunakan untuk memproses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sensor Akselerometer ADXL345

BAB II DASAR TEORI Sensor Akselerometer ADXL345 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori penunjang sebagai pedoman dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan antara lain sensor akselerometer ADXL345, sensor

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Komunikasi Antar IC dengan Teknik I 2 C Bus Menggunakan PCF8574 pada Sistem Mikrokontroller AT89C2051

TUGAS AKHIR. Komunikasi Antar IC dengan Teknik I 2 C Bus Menggunakan PCF8574 pada Sistem Mikrokontroller AT89C2051 TUGAS AKHIR Komunikasi Antar IC dengan Teknik I 2 C Bus Menggunakan PCF8574 pada Sistem Mikrokontroller AT89C2051 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK ADC-DAC A. Tujuan Kegiatan Praktikum - : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat :. Mengetahui prinsip kerja ADC dan DAC.. Mengetahui toleransi kesalahan ADC dan ketelitian DAC.. Memahami

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application Note AN56 Low Cost ADDA Oleh: Tim IE Satu lagi contoh mengenai penggunaan emulasi I 2 C yang dimiliki BASCOM-8051. Kali ini modul yang digunakan menggunakan IC PCF8591P berantarmuka I

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS Minggu ke 2 8 Maret 2013 Sistem Mikrokontroler FE UDINUS 2 Jenis jenis mikrokontroler Jenis-jenis Mikrokontroller Secara teknis, hanya ada 2 macam mikrokontroller. Pembagian ini didasarkan pada kompleksitas

Lebih terperinci

TnEX ADC GPIO UART PWM I2C SPI GPIO

TnEX ADC GPIO UART PWM I2C SPI GPIO GPIO TnEX ADC UART I2C SPI GPIO PWM 2 Interfacing Programming Peripheral Devices MCU ICE (Nu-Link) PC IDE RS232 CAN2.0 USB2.0 to PC Speaker : Con3 earphone : J1 mic : J2 Reset SW Int VR LEDs Input only

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci