REVIEW JURNAL EXPERIMENTAL PHILOSOPHY AND PHILOSOPHICAL INTUITION ERNEST SOSA (MATA KULIAH FILSAFAT ILMU)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REVIEW JURNAL EXPERIMENTAL PHILOSOPHY AND PHILOSOPHICAL INTUITION ERNEST SOSA (MATA KULIAH FILSAFAT ILMU)"

Transkripsi

1 REVIEW JURNAL EXPERIMENTAL PHILOSOPHY AND PHILOSOPHICAL INTUITION ERNEST SOSA (MATA KULIAH FILSAFAT ILMU) Oleh Kelompok 10 A: 1. Salman Al Farizi (Ketua) Ahmad Hilal Azmi (Sekretaris) Emillia Rosa Ariandani (Bendahara I) Niken Larasati (Bendahara II) Chyntia Pramytasari (Bendahara III) DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA

2 PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME Dengan Pernyataan Anti Plagiarisme ini, kami dari kelompok 10A menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa dalam pembuatan review jurnal internasional, Experimental Philosophy and Philosophical Intuition ini kami tidak melakukan tindakan plagiarisme. Yang bertanda tangan dibawah ini: 1. Salman Al Farizi (Ketua / ) 2. Ahmad Hilal Azmi (Sekretaris / ) 3. Emillia Rosa Ariandani (Bendahara I / ) 4. Niken Larasati (Bendahara II / Chyntia Pramytasari (Bendahara III / ) Ketua, Sekretaris, Salman Al Farizi Ahmad Hilal Azmi Bendahara I, Bendahara II, Bendahara III, Emillia Rosa Ariandani Niken Larasati Chyntia Pramytasari

3 DAFTAR ISI A. PENGANTAR..1 B. ISI POKOK...2 C. URAIAN DAN CONTOH 4 D. ANALISIS KRITIS/SOLUSI 6 E. SIMPULAN DAN SARAN..8

4 Review Jurnal Internasional Experimental Philosophy and Philosopical Intuition A. Pengantar Jurnal internasional Experimental Philosophy and Philosophical Intuition karya Ernest Sosa mengangkat suatu tema yang sangat menarik untuk kita ketahui, kita kaji dan telaah guna menambah wawasan kita. Jika kita turunkan kedalam bahasa Indonesia, kita akan menemukan dua istilah penting yang menjadi fokus bahasan dalam jurnal tersebut yakni Filsafat Esperimental dan Intuisi Filsafati. Agar tidak terjadi kesesatan makna yang dimaksud intuisi filsafati disini adalah niali intuisi dalam filsafat. Tentu kita bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan filsafat eksperimental dan bagaimana intuisi bisa bermain-main dalam ranah filsafat yang merupakan lahan dari empirisme dan rasionalisme. Ernest sosa mengajak kita untuk memasuki suatu dimensi dalam filasafat yang sering kita abaikan. Filosofi eksperimental atau filsafat eksperimental merupakan filsafat yang berlandaskan pada filsafat tradisional. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi tanpa melakukan percobaan secara fisik. Pertanyaan besarnya bagaimana bisa atau bagaimana caranya sebuah imajinasi yang sebatas mengambang dalam alam pikiran bisa menjelaskan suatu realita. Ernest Sosa dengan tegas menyatakan dalam jurnalnya, hal ini (filsafat eksperimental dan intuisi) akan menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih menjanjikan. Dalam uraian diatas dikatakan bahwa filsafat eksperimental bersandar pada filsafat tradisional. Perlu kita ketahui bahwa skeptisime tradisional sangat tergantung pada ide. Tulisan Ernest Sosa ini lebih memfokuskan bahasan pada ranah konseptual bagaimana sebuah pengatahuan diperoleh. Filsafat eksperimental yang merupakan suatu cara dari manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi secara tidak sadar menggiring kita untuk memahami intuisi. Filsafat analitik (filsafat eksperimental) seringkali menggunakan intuisi dalam analisis konseptual. 1

5 Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa memalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan diluar kesadaran. Menurut Bergson, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Jurnal internasional Experimental Philosophy and Philosophical Intuition tidak hanya menjelsakan topiknya secara dangkal tetapi juga mengusung cotoh-contoh konkrit dalam memperkuat argumennya. Tulisan Ernest Sosa ini mengajak kita untuk menyadari bahwa dalam memahami sesuatu kita tidak cukup hanya mengandalkan pada pengalaman inderawi (empirisme) yang membuat kita hanya bersentuhan dengan objek tetapi ada hal yang lebih penting yaitu intuisi. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Dalam filsafat eksperimental, selain data yang diperoleh dari hasil penginderaan terdapat data yang diperoleh dari penalaran intuitif. Filsafat eksperimental mengajarkan pada kita bahwa sesuatu yang terlihat dan tampak didepan kita tidak selalu seperti apa yang sedang kita lihat dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan tabirnya kepada kita, Review ini berisi isi pokok yang akan menjelaskan lebih dalam content yang terdapat dalam jurnal Experimental Philosophy and Philosopical Intuition selain itu kami juga memberikan uraian dan contoh, analisis kritis, simpulan seta saran dalam upaya mencapai suatu pemahaman yang mendalam tentang topik yang diangkat. Sedikit penjelasan tentang tema diatas telah memberi gambaran kepada kita betapa menariknya review jurnal yang akan dibahas dan kami merasa berterima kasih kepada dosen penanggung jawab mata ajar filsafat ilmu yakni Bapak Drs. H. Mohammad Adib, MA atas kesempatan berharga yang diberikan untuk mengupas jurnal internasional karya Ernest Sosa ini. B. Isi Pokok Topik kita adalah filsafat eksperimental sebagai gerakan naturalistilk (naturalistic movement) dan kaitannya pada nilai intuisi dalam filsafat. Filsafat eksperimental menyandarkan dirinya pada filsafat tradisional yang mengutamakan konsep ide. 2

6 Filsafat eksperimental menawarkan pendekatan bahwa mungkin nalar atau pikiran kita adalah salah dan membutuhkan intuisi atau kekuatan intuitif untuk mengungkapnya. Filsuf-filsuf eksperimental merancang dan menjelaskan eksperimen-eksperimen dengan cara yang berbeda yang tidak hanya mengandalkan pengalaman inderawi tapi juga menggunakan kekuatan intuitif mereka dalam mengupas suatu isu. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan sekaligus menciptakan suatu ketertarikan agar kita memahami intuisi. Alasan yang dipakai adalah seringkali atau biasanya filsafat eksperimental menggunakan intuisi dalam analisis konseptual. Terdapat dua model yang menonjol yaitu the Cartesian introspective model dan the perceptual eye of the mind. Pendekatan perceptual eye of the mind mengatakan bahwa intuisi adalah rasional jika berasal dari kompetensi baik konten eksplisit maupun implisit. Pendekatan ini memperkenalkan kita pada jenis intuisi yaitu the calibration objection dan the cultural divergence objection. Filsafat eksperimental juga berbicara tentang tanggung jawab moral seseorang terhadap tidakan yang dia lakukan. Ernest Sosa dalam jurnalnya menampilkan suatu survey kepada ilmuwan tentang tanggung jawab moral mereka. Bisa dikatakan hasilnya cukup mengejutkan karena 86% responden mengatakan bahwa mereka tidak melakukan tanggung jawab moral secara baik. Pertanggungjawaban dari suatu tindakan akan menggambarkan sifat dan kredibilitas dari seseorang. Orang orang cenderung membandingkan kredibilitas seseorang dengan orang lain dan mana yang lebih bertanggung jawab dalam hal tindakannya, Seperti artikel Stanford Encyclopedia of Philosophy yang dijadikan bahan rujukan oleh Ernest Sosa dalam jurnalnya mengenai tanggung jawab moral dimana kita diberi tahu bahwa ada dua indera berbeda dalam tanggung jawab moral yaitu atributabilitas dan akuntabilitas akal. Tanggung jawab moral ada agar kita berhati-hati dalam bertindak atau melakukan analisis karena bisa jadi persepsi yang kita bangun dari intuisi kita malah sangat bertentangan dengan fakta (realita) yang seharusnya lebih kita pakai daripada sebuah intuisi. Dalam buku Michael Bishop dan JD Trout yang mengupas masalah epistemologi menyatakan bahwa epistemologi harus memiliki sudut pandang yang melampaui metodenya atau dengan kata lain mengembangkan sebuah formulasi baru. Adalah intuisi 3

7 walau mungkin pada kenyataannya secara eksklusif tidak pernah turun lapangan. Sebagian orang mungkin akan keberatan dengan penggunaan intuisi disini, penulis juga tidak menyalahkan mana metode yang lebih baik namun dikembalikan lagi pada kita bahwa kita dihadapkan pada suatu pilihan mana yang lebih relevan menurut kita. Untuk menentukan fakta-fakta dalam sebuah kasus tentunya kita bisa menggunakan metodemetode yang tepat atau sumber-sumber referensi yang akurat. Akan tetapi epistemologi menjelaskan lebih kepada sifat, kondisi, tingkat pengetahuan dan pembenaran yang bisa kita kupas dengan intuisi. Namun walau demikian, setia metode memiliki tempat dan waktu yang tepat untuk digunakan dan memainkan perannya sehingga tidak bisa dinilai mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk. Kekuatan intuitif berkaitan dengan disiplin normatif dengan metode evaluasinya yang memiliki sisi teoritikal. Boleh diajukan keberatan bahwa jika intuisi dipertahankan secara abstrak sebagai sumber pengetahuan normatif mungkin peranannya dalam kasus epistemik akan menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan pengetahuan kita tentang fakta-fakta ilmiah yang relevan dan keandalan brbagai metode pengumpulan informasi. Dalam epistemologi, penggunaan intuisi seharusnya sebagai analogi dengan cara pengamatan dalam ilmu empiris. Data ilmu empiris tidak hanya meliputi pengamatan oleh spesialis, tetapi juga tentang kebenaran subyek mengenai sebuah kasus. Jadi disini kita bisa menarik suatu perbedaan bahwa ilmu empiris bukan membahas kebenaran normatif seperti halnya intuisi tetapi lebih kepada menekankan pada sebuah kebenaran yang empiris. C. Uraian dan Contoh Jurnal internasional dari Ernest Sosa ini membahas tentang filsafat eksperimental sebagai sebuah gerakan naturalistik (naturalistic movement) serta nilai intuisi dalam filsafat. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya menggunakan pikiran aatu imajinasi tanpa melakukan percobaan secara fisik. Filsafat eksperimental berlandaskan pada filosofi tradisional yang mana skeptisisme tradisional bergantung kepada ide. filsafat eksperimental ini pada titik selanjutnya mengajak kita untuk mengenal intuisi karena filsafat eksperimental menarik pada intuisi 4

8 dalam analisis konseptual. Posisi intuisi dalam filsafat eksperimental ini sangat penting karena dalam cara berpikir filsuf eksperimental, data yang dihasilkan dari intuisi merupakan data tambahan yang bernilai penting selain pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain diluar kesadaran. Untuk menguatkan pemahaman kita tentang intuisi disini kami juga memakai pendapat Bergson yang menyatakn bahwa intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Pengetahuan yang hanya diperoleh dari hasil pelukisan inderawi tidak akan bisa menggantiakan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu yang tampak pada kita dan dengan intuisilah kita bisa menyingkap realita atau kenyataan yang sebenarnya. Pemahaman kita akan kurang jika hanya membahas jurnal ini sebatas pada kulitnya saja namun tidak faham bagaimana contoh atau penerapannya dalam dunia nyata agar review ini tidak tebuang percuma tetapi juga bisa terapkan sebagai tambahan wawasan baru yang bermanfaat. Sebagai mahasiswa Ilmu Politik kami mencoba menyusun relevansi filsafat eksperimental dan intuisi filosofis dalam disiplin ilmu politik sebagai sebuah contoh nyata penerapan experimental philosophy dan philosophical intuition. Berikut contoh-contoh relevansinya: 1. Salah satu konsep dalam ilmu politik yakni konsep klasik bahwa ilmu politik adalah mewujudkan kebaikan bersama. Untuk mewujudkan kebaikan bersama tersebut seorang politisi dituntut membuat kebijakan politik yang adil. Dengan ituisi filosofis, seorang politisi tidak hanya menganalisa suatu masalah dari apa yang tampak (relita) tetapi juga mempertimbangkan aspek normatif yang diperoleh dari pertimbangan intuitif. 2. Permasalahan korupsi, kolusi dan nepotisme yang menjadi masalah bangsa dapat diatasi dengan filsafat eksperimental yang mengutamakan ide. dengan filsafat eksperimental, budaya-budaya politik yang sudah menyimpang akan dikembalikan pada konsep atau ide pure-nya bahwasanya politik ada untuk keinginan bersama (common will) untuk membentuk kebaikan bersama. 5

9 3. Pemahaman intuitif akan membantu seorang politisi dalam menyingkap realita secara tuntas karena penalaran intuitif mendorong kita untuk lebih kritis, bahwasanya sesuatu yang tampak seringkali tidak sama seperti kenyataannya dan ituisi filosofislah yang dapat meningkapnya. 4. Intuisi adalah kemampuan memahami sesuatu secara cepat bahkan tanpa melalui penalaran. Hal ini sangat berguna bagi politisi yang seringkali dihadapkan pada masalah yang membutuhkan solusi dan penanganan yang cepat dan tepat. 5. Politisi baik yang terjun pada ranah legislatif maupun eksekutif dipilih secara demokratis oleh rakyat dan merupakan penyambung lidah dan keinginan rakyat. Oleh karenanya filsafat eksperimental yang banyak mengajari tentang tanggung jawab moral yang diperoleh dari penalaran intuitif akan membuat pemimpin lebih bijaksana dan mempertimbangkan segala kebijakan politiknya atas nama rakyat (kedaulatan rakyat). 6. Hakikat dari memimpin adalah memahami dan mengayomi. Intuisi akan sangat membantu seorang pemimpin (leader) dalam memahami setiap keinginan rakyat karena kepekaan intuitif mampu membaca masalah dengan lebih mendalam kritis. D. Analisis Kritis dan Solusi The topic is experimental philosophy as a naturalistic movement, and its bearing on the value of intuition in philosophy. This paper explorers first how the movement might bear on phiphilosophy more generally, and how it might amount to somethingnovel and promising. Then it turns to one accomplishment repeatedly claimed for it already: namely, the discrediting of armchair intuitionts as used in philosophy. Pararagraf diatas adalah kutipan abstrak dari jurnal experimental philosophy and philosophical intuition karya Ernest Sosa. Abstrak ini kami rasa perlu dimasukkan karena berisi gambaran dari seluruh isi jurnal. Dari abstrak tersebut kita bisa mengetahui bahwa tema atau topic yang diangkat oleh penulis adalah tentang filsafat eksperimental sebagai gerakan naturalistic (naturalistic movement) dan nilai intuisi dalam filsafat. Jurnal 6

10 tersebut mencoba membahas suatu gerakan yang menjanjikan dan memiliki nilai lebih dalam filsafat. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi tanpa menggunakan percobaan secara fisik. Filsafat eksperimental sangat penting bagi ilmu pengetahuan, terutama bidang filsafat yang bahasannya seringkali empiris. Filsafat eksperimental juga berbicara tentang tanggung jawab moral seseorang terhadap tidakan yang dia lakukan. Ernest Sosa dalam jurnalnya menampilkan suatu survey kepada ilmuwan tentang tanggung jawab moral mereka. Bisa dikatakan hasilnya cukup mengejutkan karena 86% responden mengatakan bahwa mereka tidak melakukan tanggung jawab moral secara baik. Pertanggungjawaban dari suatu tindakan akan menggambarkan sifat dan kredibilitas dari seseorang. Orang orang cenderung membandingkan kredibilitas seseorang dengan orang lain dan mana yang lebih bertanggung jawab dalam hal tindakannya. Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia, menyingkapnya. intuisi diartikan sebagai istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Pemahaman tersebut seprti datang secara tiba-tiba dan diluar kesadaran. Tidak jauh dari pengertian tersebut, Bergson menjelaskan bahwa intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Dengan intuisi kita bisa mengungkap realita suatu problem yang seringkali menipu dan memerlukan peran kuat intuisi untuk Sumber pengetahuan dan gagasan manusia ada dua macam yaitu gagasan analitik dan gagasan intuitif. gagasan analitik bersumber dari akal pikiran dan pengalaman inderawi secara empiris dan rasional sedangkan sumber intuisi adalah kepekaan perasaan manusia dalam menangkap atau menginterpretasikan suatu problematika kedalam pengetahuan dan tidakannya. filsafat eksperimental yang mengusung intuisi filosofis harus kita akui, memang membawa banyak aspek positif yamg membantu suatu bidang ilmu mengungkap suatu problem. Intuisi yang berasal dari hati nurani dan timbul dalam diri membantu memberikan suatu aspek normatif dan pertimbangan moral dalm membuat suatu 7

11 statement atau lebih dari itu, sebuah tindakan lebih dari hanya sekedar aspek rasionalisempiris. Namun dari semua itu kita sebagai seorang ilmuwan tidak lantas harus menyalahkan bahwa intuisi filosofis ini lebih baik daripada pertimbangan rasionalisempiris karena walau bagaimanapun juga kita tidak bisa menggunakan kekuatan intuitif kita tan pa melihat realita dan menyusun rasionalisasinya terlebih dahulu. Kami melihat filsaft eksperimental dan intuisi filosofis ini sebagai suatu supporting system yeng membantu suatu bidang ilmu memecahkan suatu masalah yang membutuhkan suatu dimensi lain yaitu kekutan intuitif filosofis. Alangkah lebih baiknya intuisi filosofis ini kita kolaborasikan dengan aspek rasionalis-empiris dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi agar mendapat suatu kesimpulan yang tebaik yang berlandaskan empirisme, rasionalisme dan yang paling penting moralitas yang diajarkan dalam intuisi filosofis. E. Simpulan dan Saran Filosofi eksperimental atau filsafat eksperimental merupakan filsafat yang berlandaskan pada filsafat tradisional. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi tanpa melakukan percobaan secara fisik. Pertanyaan besarnya bagaimana bisa atau bagaimana caranya sebuah imajinasi yang sebatas mengambang dalam alam pikiran bisa menjelaskan suatu realita. Ernest Sosa dengan tegas menyatakan dalam jurnalnya, hal ini (filsafat eksperimental dan intuisi) akan menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih menjanjikan. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Dalam filsafat eksperimental, selain data yang diperoleh dari hasil penginderaan terdapat data yang diperoleh dari penalaran intuitif. Filsafat eksperimental mengajarkan pada kita bahwa sesuatu yang terlihat dan tampak didepan kita tidak selalu seperti apa yang sedang kita lihat dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan tabirnya kepada kita. 8

12 intuisi diartikan sebagai istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Pemahaman tersebut seprti datang secara tiba-tiba dan diluar kesadaran. Tidak jauh dari pengertian tersebut, intuisi juga dapat dijelaskan sebagai suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Dengan intuisi kita bisa mengungkap realita suatu problem yang seringkali menipu dan memerlukan peran kuat intuisi untuk mengungkap kebenarannya. Saran kami, sebagai ilmuwan sudah selayaknya kita mencari metode yang paling tepat dan paling baik dalam menyelesaikan masalah tau problem. Menurut kami filsafat eksperimental yang mengusung intuisi filosofi ini akan menjadi suatu grand formula yang menyingksap suatu masalah tidak hanya dari aspek rasionalis-empirir tetapi juga moralitas yang merupakan salah satu pendekatan yang digunakan filsafat eksperimentalis dan filosofi intuitif. 9

TUGAS REVIEW JURNAL EXPERIMENTAL PHILOSOPHY AND PHILOSOPHICAL INTUITION MATAKULIAH FILSAFAT ILMU

TUGAS REVIEW JURNAL EXPERIMENTAL PHILOSOPHY AND PHILOSOPHICAL INTUITION MATAKULIAH FILSAFAT ILMU TUGAS REVIEW JURNAL EXPERIMENTAL PHILOSOPHY AND PHILOSOPHICAL INTUITION MATAKULIAH FILSAFAT ILMU KELOMPOK 1 A : Ketua : Khoirul Fatihin 071211132001 Sekretaris : Nikken Larasati 071211133064 Bendahara

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 09Fakultas Dr. PSIKOLOGI PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KONSEP PENGETAHUAN Dalam Encyclopedia of

Lebih terperinci

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL 071211133053 KETUA 2. MAS ULA 071211132008 SEKRETARIS 3. VINANDA KARINA D. P

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis karya sastra tidak akan lepas dari metode ajar yang digunakan guru di sekolah. Guru mempunyai peran penting dalam menciptakan suasana

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

OTAK MANUSIA. BELAHAN OTAK KANAN * Berfikir Holistik * Spatial * Sintesis * Intuitif * Elaboratif * Humanistik

OTAK MANUSIA. BELAHAN OTAK KANAN * Berfikir Holistik * Spatial * Sintesis * Intuitif * Elaboratif * Humanistik OTAK MANUSIA BELAHAN OTAK KIRI * Berfikir Rasional * Analitis * Berurutan * Linier * Scientifik (membaca, bahasa, berhitung) BELAHAN OTAK KANAN * Berfikir Holistik * Spatial * Sintesis * Intuitif * Elaboratif

Lebih terperinci

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Handris Krisnayana ( )

Disusun Oleh : Handris Krisnayana ( ) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Dosen PJMK : Drs. H. Moh. Adib, MA. Tugas Essay Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Pahlawan dalam Pemberantasan Plagiarisme Disusun Oleh : Handris

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan penelusuran ini, akhirnya penulis menarik beberapa poin penting untuk disimpulkan, yakni: 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu,

Lebih terperinci

REVIEW ( SELASA, 28 MEI 2013, R.307 )

REVIEW ( SELASA, 28 MEI 2013, R.307 ) REVIEW MATA RANTAI PENCARI KEBENARAN MELALUI LOGIKA PENALARAN INDUKSI ( SELASA, 28 MEI 2013, R.307 ) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu Dosen pengajar : Drs. H. Mohammad Adib, MA. OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia memungkinkan manusia

Lebih terperinci

Oleh Kelompok 4A :

Oleh Kelompok 4A : REVIEW JURNAL Knowledge-Based Systems, Remarks on the Philosophy of Technology and Artificial Intelligence (Pengetahuan Berbasis Sistem, Keterangan Tentang Filsafat Teknologi dan Kecerdasan Buatan) Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

FILSAFAT ADMINISTRASI

FILSAFAT ADMINISTRASI FILSAFAT ADMINISTRASI IA merupakan hasil pemikiran dan penalaran manusia yg disusun berdasarkan rasionalitas dan sistematika yg mengungkapkan kejelasan ttg objek forma, yaitu pemikiran untuk menciptakan

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT

BAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT BAB I. PENDAHULUAN Dalam setiap perkuliahan, membaca buku yang menjadi bacaan wajib atau buku yang menjadi bahan rujukan yang direkomendasikan oleh dosen merupakan hal yang penting bagi setiap mahasiswa.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

PERTEMUAN 2 PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN PERTEMUAN 2 PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 2.1 Menjelaskan

Lebih terperinci

Tugas Resume Filsafat Ilmu. (the Philosophy of Strategy)

Tugas Resume Filsafat Ilmu. (the Philosophy of Strategy) Tugas Resume Filsafat Ilmu (the Philosophy of Strategy) Disusun oleh : Pisciessha Q. Auliya 071211131005 Chyntya Putri P 071211131020 Bagas Rekawana 071211133003 Ria Imarotuz Z 071211133035 Ayu Karina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggerio dalam Anonim

Lebih terperinci

BE ETHICAL AT WORK. Part 9

BE ETHICAL AT WORK. Part 9 BE ETHICAL AT WORK Part 9 POKOK BAHASAN An ethics framework Making ethical decisions Social responsibility An ethics framework Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam

Lebih terperinci

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan

Lebih terperinci

P E N G ETA H U A N & I L M U P E N G ETA H U A N L I A A U L I A F A C H R I A L, M. S I

P E N G ETA H U A N & I L M U P E N G ETA H U A N L I A A U L I A F A C H R I A L, M. S I P E N G ETA H U A N & I L M U P E N G ETA H U A N L I A A U L I A F A C H R I A L, M. S I CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN (HELMSTADTER DALAM CHRISTENSEN, 2001) Kekukuhan Pendapat (Tenacity) Metode ini berdasarkan

Lebih terperinci

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN PENUGASAN CRITICAL BOOK REPORT

PANDUAN PELAKSANAAN PENUGASAN CRITICAL BOOK REPORT BAB I. PENDAHULUAN PANDUAN PENUGASAN Dalam setiap perkuliahan, membaca buku yang menjadi bacaan wajib atau buku yang menjadi bahan rujukan yang direkomendasikan oleh dosen merupakan hal yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sains terdiri dari tiga domain yaitu domain pengetahuan ilmiah, metode/proses, dan cara untuk mencari tahu (Bell, 2009). Sains didefinisikan sebagai metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat perkembangan suatu bangsa. Banyak pihak sangat berharap bahwa pendidikan akan mampu memosisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran Agama, Filsafat, Ilmu, Teori, dan Penelitian Kuliah 2 Metodologi Ilmu Pemerintahan Dosen: Prof. Dr. H. Utang Suwaryo, Drs., M.A. Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Semakin terampil seseorang berpikir, semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Kemampuan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia mendapatkan pembelajaran secara kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU

MAKALAH FILSAFAT ILMU MAKALAH FILSAFAT ILMU mengapresiasi jurnal symposium analytical philosophy and philosophy or science OLEH : 1. SUSILO PUJO NUGROHO 071211133069 2. OKTA EVI WIJAYANTI 071211131103 3. ADEALIYA AMELIYA PUTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online

Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online http://www.membacacepat.com Modul 2 Bagian 2 Membaca Aktif dan Kritis Terima kasih Anda telah bergabung kembali bersama saya, Muhammad Noer dalam

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN TINGKAT LITERASI INFORMASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

KUESIONER PENELITIAN TINGKAT LITERASI INFORMASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Lampiran 1 ` KUESIONER PENELITIAN TINGKAT LITERASI INFORMASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Dengan hormat, Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk menyusun skripsi

Lebih terperinci

PENULISAN ARGUMENTATIF Oleh Ashadi Siregar

PENULISAN ARGUMENTATIF Oleh Ashadi Siregar PENULISAN ARGUMENTATIF Oleh Ashadi Siregar 1. Penulisan, sebagaimana halnya dalam berkomunikasi, menggunakan bahan baku informasi yang diproses dari dua dimensi, yaitu fakta dan fiksi. Fakta adalah realitas

Lebih terperinci

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU Sumber Dilampirkan Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Slamet Widodo, MS., MM. OLEH NAMA : TOMMY LIM NIM : 07011281520163

Lebih terperinci

BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN Agung Suharyanto,M.Si PSIKOLOGI - UMA 2017 DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU SEJARAH

PENGANTAR ILMU SEJARAH Resume Buku PENGANTAR ILMU SEJARAH Karya: Prof. Dr. Kuntowijoyo Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Penyelidikan filsafat selama ini adalah penyelidikan mengenai kegundahan manusia terhadap keberadaan dirinya secara internal dengan dunia eksternal di luar dirinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu pranata sosial yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa. Keberhasilan pendidikan ini didukung dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ialah makalah. Penyusunan makalah dimaksudkan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ialah makalah. Penyusunan makalah dimaksudkan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya ilmiah yang sering kali ditulis atau disusun seorang mahasiswa ialah makalah. Penyusunan makalah dimaksudkan untuk memenuhi tugas perkuliahan. Penyusunan

Lebih terperinci

Hendri Koeswara. Pertemuan 5

Hendri Koeswara. Pertemuan 5 ONTOLOGI DALAM ADMINISTRASI Hendri Koeswara Pertemuan 5 KONSEP ONTOLOGI ADMINISTRASI Ontos=ada, Logos=ilmu, ilmu yang mempelajari tentang ada Ontologi membahas dengan menggunakan pemikiran secara mendalam

Lebih terperinci

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL AA. Gde Somatanaya, Drs., M.Pd. (NIDN 0026115602) UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IL I MU A LAMIA I H H DA D SA S R Dewi Yuanita

IL I MU A LAMIA I H H DA D SA S R Dewi Yuanita ILMU ALAMIAH DASAR Dewi Yuanita Alam Pikiran Manusia dan Perkembangannya A. Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuannya ciptaan Tuhan yang paling sempurna manusia Apakah hanya manusia yang berhak memanfaatkan

Lebih terperinci

STUDI KASUS DALAM PSIKOLOGI

STUDI KASUS DALAM PSIKOLOGI Kuliah IV C. 3. STUDI KASUS STUDI KASUS DALAM PSIKOLOGI SUATU PENJELASAN TENTANG SESEORANG DALAM SUATU SITUASI SUATU REKONSTRUKSI DAN INTERPRETASI TERHADAP SUATU EPISODE PENTING DALAM KEHIDUPAN SESEORANG

Lebih terperinci

MEMBANGUN DAYA NALAR DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH. Jongga Manullang. Abstrak

MEMBANGUN DAYA NALAR DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH. Jongga Manullang. Abstrak MEMBANGUN DAYA NALAR DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Jongga Manullang Abstrak Kegiatan-kegiatan pengembangan, penyebarluasan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan sangat menentukan kualitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, Sugiyono (2010:3) mengemukakan bahwa secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah

Lebih terperinci

Oleh. Kelompok 6 A: DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA

Oleh. Kelompok 6 A: DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA REVIEW JURNAL Knowledge-Based Systems, Remarks on the Philosophy of Technology and Artificial Intelligence (Pengetahuan Berbasis Sistem, Keterangan Tentang Filsafat Teknologi dan Kecerdasan Buatan) Oleh

Lebih terperinci

Pengantar Penulisan Ilmiah U M M I K A L S U M

Pengantar Penulisan Ilmiah U M M I K A L S U M Pengantar Penulisan Ilmiah U M M I K A L S U M Pre Test 1. Apa yang dimaksud karya tulis ilmiah? 2. Apa ciri-ciri karya ilmiah? 3. Sebutkan jenis-jenis karya ilmiah yang Saudara ketahui dan berikan penjelasan

Lebih terperinci

METODE PENULISAN ILMIAH. Rijal Fadilah, S.Si

METODE PENULISAN ILMIAH. Rijal Fadilah, S.Si METODE PENULISAN ILMIAH Rijal Fadilah, S.Si Apa & Bagaimana Karya/Naskah Ilmiah? Menurut Dr. Nana Sudjana, 1987 : Karya : kerja ; berbuat. Ilmiah : bersifat keilmuan Ilmu : pengetahuan yang telah teruji

Lebih terperinci

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) PADA KURIKULUM 2013 (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah pentingnya menerapkan pembelajaran bermakna di kelas. Pembelajaran

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum

EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum MAKNA FILOSOFI Kata filosofi berasal dari perkataan yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI LANGAKAH AWAL PENCEGAHAN PLAGIARISME. Dosen PJMK: Mohammad Adib, drs, M.Si

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI LANGAKAH AWAL PENCEGAHAN PLAGIARISME. Dosen PJMK: Mohammad Adib, drs, M.Si PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI LANGAKAH AWAL PENCEGAHAN PLAGIARISME Dosen PJMK: Mohammad Adib, drs, M.Si Oleh: Sincletica Margareth Unus Pasi NIM : 071211532026 DEPARTEMEN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 1 Ciri makhluk hidup (manusia) 2 Sifat keingintahuan Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan bidang garapan yang menyangkut kepentingan segenap kalangan masyarakat yang lebih diprioritaskan untuk masa depan bangsa. Oleh

Lebih terperinci

WAWASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

WAWASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM WAWASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM Landasan Pengembangan Kurikulum A. Landasan Filosofis 1. Kaum Perenialis Memandang siswa sebagai makhluk rasional yang memiliki kemampuan untuk memecahkan problema sesudah

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si.

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si. FILSAFAT ILMU Drs. Dede Kosasih, M.Si. DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah, pengertian dan penalaran konsep diperlukan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan makna konsep yang dipakai sehubungan

Lebih terperinci

Ir. Henrikus, S.Psi, CHT

Ir. Henrikus, S.Psi, CHT Ir. Henrikus, S.Psi, CHT 1. Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argumen 2. Mampu merumuskan pertanyaan dengan jelas dan tepat 3. Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Contoh Book Review FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Oleh: Dr. Halid, M.Ag. (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Deporter dan Hernacki

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, penelitian atau riset dapat diartikan sebagai suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN RASIONAL Dilakukan dg dg cara yg yg masuk akal shg Terjangkau terjangkau penalaran manusia CARA ILMIAH KEGIATAN PENELITIAN DIDASARKAN CIRI-CIRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

TUGAS REVIEW FILSAFAT ILMU. Ilmu pengetahuan bagaikan cahaya dan nyawa kehidupan

TUGAS REVIEW FILSAFAT ILMU. Ilmu pengetahuan bagaikan cahaya dan nyawa kehidupan TUGAS REVIEW FILSAFAT ILMU Ilmu pengetahuan bagaikan cahaya dan nyawa kehidupan ANGGOTA KELOMPOK 4A PUJI RAHAYU 071211133062 DELLA MEKAWATI S 071211132004 ANASTASYA MUSTIKA RANI 071211133043 FARIDAH FITRIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan berkembangnya suatu negara itu dipengaruhi oleh pendidikan dalam negara itu sendiri. Pendidikan

Lebih terperinci

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor Pokok Persoalan Apakah filsafat manusia itu? Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu lain (dalam hal ini psikologi klinis)? Apa

Lebih terperinci

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD? 1 BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD? Oleh : Jamaluddin, S.Kom., M.Pd Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil keputusan untuk mengubah (lagi) kurikulum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH

LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH Langkah-langkah penulisan karya ilmiah pada umumnya meliputi empat tahapan, yaitu : a. Perumusan Masalah Untuk memulai penulisan artikel, kita harus menapatkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di negara negara maju bidang hak kekayaan intelektual ini sudah mencapai suatu titik dimana masyarakat sangat menghargai dan menyadari pentingnya peranan hak kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu dalam sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat

Lebih terperinci

DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN Dosen : Diana Ma rifah DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN Menurut George R. Terry, dasar pengambilan keputusan dibedakan menjadi 5 (lima) macam. Kelima macam dasar pengambilan keputusan

Lebih terperinci

Denies Priantinah, SE., M.Si, Ak, CA

Denies Priantinah, SE., M.Si, Ak, CA Denies Priantinah, SE., M.Si, Ak, CA 1 2 3 Memilih subyek penelitian Mempersempit topik Menyatakan tujuan (tentatif) skripsi Pilih subjek dengan seksama. Ingatlah waktu yang anda miliki untuk menulis skripsi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN 101 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Memperoleh pendidikan pada dasarnya merupakan suatu hak bagi tiap individu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan. Perolehan pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati Bentuk Dasar Pengetahuan Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia 2. Bentuk pengetahuan untuk

Lebih terperinci