Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Tinjauan Umum Tentang Fats (lemak) dan Oils (minyak) Secara kimia, fats dan oils merupakan kombinasi dari gliserin dan fatty acid (asam lemak). Referensi yang umum untuk fats dan oils adalah trigliserida. Secara fisik, fats dan oils dibedakan yaitu fats berbentuk solid/padatan pada temperatur normal ruang normal sedangkan oils adalah liquid/cairan pada temperatur ruang normal. Perbedaan-perbedaan sifat tersebut secara luas ditentukan dengan komposisi asam lemak dan lebih jauh terhadap adanya sifat jenuh dan tak jenuh. Aspek-aspek ini diidentifikasikan dengan panjang rantai karbon dan jumlah atau posisi dari ikatan rangkap (double bonds) dari individu asam lemak, dan posisinya pada gliserin. Secara umum, fats padat diindikasikan dengan suatu suatu dominansi asam lemak jenuh, dan oil cair mempunyai suatu level yang tinggi dari asam lemak yang tak jenuh. Asam lemak adalah asam monokarboksilat alifatik yang memiliki jumlah atom C genap antara 4 sampai 24. Asam lemak didapatkan melalui hidrolisis lemak alam karena asam lemak selalu ditemukan di alam dalam bentuk berikatan dengan gliserol. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap, contohnya asam kaprilat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat dan asam stearat. Sedangkan asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Ada dua jenis asam lemak tak jenuh, yaitu asam lemak tak jenuh yang memiliki hanya satu ikatan rangkap (monounsaturated fatty acid) seperti asam oleat, dan asam lemak Gliserol adalah alkohol trihidrat (mengandung 3 gugus hidroksil) yang dapat bereaksi dengan 1 asam lemak (membentuk monogliserida), 2 asam lemak (membentuk digliserida) dan 3 asam lemak (membentuk trigliserida). Trigliserida mempunyai dua macam bentuk, yaitu padat dan cair. Jika berbentuk padat, trigliserida disebut fat/lemak; sedangkan jika berbentuk cair disebut minyak. Trigliserida memiliki massa jenis lebih rendah daripada air. Contoh trigliserida antara lain trilaurin, tristearin, tripalmitin, 1- laurodipalmitin, dan lain-lain. 6

2 Panjang rantai karbon fats dan oils yang dapat dimakan (edible) bervariasi antara 4 samapi 24 atom karbon dengan lebih dari tiga ikatan rangkap. Tabel 2.1 merupakan review dari panjang rantai, nama yang umum, jenuh, dan tak jenuh dari asam lemak yang umum yang diidentifikasi sebagai fats dan oils yang dapat dimakan (edible). Asam lemak jenuh yang paling umum adalah laurat (C-12:0), myristic (C-14:0), palmitat (C-16:0), stearat (C-18:0), arakidat (C-20:0), behenat (C-22:0), dan lignoserat (C-24:0). Asam lemak mono-tak jenuh yang paling penting adalah oleat (C-18:1) dan erusat (C-22:1). Asam lemak poly-tak jenuh adalah linoleat (C-18:2) dan linolenat (C-18:3). Tabel 2.1 menampilkan ikatan rangkap asam asam lemak yang utama. Tabel II.1. Asam lemak yang Utama, O Brien (1998) Ikatan Rangkap Asam Lemak Panjang Rantai Mono (satu) di (dua) tri (tiga) C-4 Butyric C-6 Caproic C-8 Caprylic C-10 Capric C-12 Lauric C-14 Myristic Mrystoleic C-15 Pentadecanoic C-16 Palmitic Palmitoleic C-17 Margaric Margaroleic C-18 Stearic Oleic Linoleic Linoleic C-20 Arachidic Gadoleic Eicosadienoic C-22 Behenic Erucic C-24 Lignoceric Sifat-sifat fisik natural fats dan oils bervariasi secara luas, meskipun terdiri asam lemak yang sama atau serupa. Perbedaan-perbedaan ini dihasilkan dari perbedaan proporsi asam lemak dan struktur individu trigliserida. Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi asam lemak oils tumbuhan adalah kondisi iklim, tipe tanah, musim pertumbuhan, kematangan tanaman, kesehatan tanaman, lokasi benih mikrobiologi dalam bunga, dan variasi genetik tanaman. Komposisi fats dan oils pada hewan bervariasi berdasarkan jenis hewan, diet, kesehatan, lokasi fat pada kerangka, dan kematangan. 7

3 Sifat-sifat fisik dari suatu fat atau oil merupakan hal penting yang kritis dalam menentukan karakteristik fungsionalnya atau penggunaannya dalam makanan. Satu sifat fisik fundamental yang penting adalah adalah indikasi apakah suatu lipid adalah cair atau padat pada temperatur ruang. Produk minyak tumbuhan yang padat pada temperatur ambien dalam suatu iklim sedang adalah cair pada temperatur ambient tropis dimana tanaman tersebut tumbuh Reaksi-reaksi penting trigliserida Ada beberapa reaksi penting trigliserida yang sering dilakukan di dalam industri kimia untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan, antara lain reaksi esterifikasi, interesterifikasi, hidrogenasi, hidrolisis, gliserolisis, dan metanolisis. Esterifikasi, merupakan reaksi yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan gliserol ataupun ester. Berikut adalah reaksi esterifikasi secara umum. Asam lemak + alkohol ester + H 2 O Interesterifikasi, reaksi ini adalah reaksi redistribusi gugus-gugus asam di dalam suatu campuran trigliserida (minyak / lemak). Biasanya reaksi ini dilakukan untuk mengubah titik rentang dan titik tengah temperatur pelelehan lemak, misalnya di dalam pembuatan lemak-coklat tiruan (cocoa butter substitute). Trigliserida 1 + Trigliserida 2 Trigliserida 3 + Trigliserida 4 Hidrogenasi, reaksi ini disebut juga sebagai reaksi penjenuhan ikatan rangkap. Pada reaksi ini trigliserida direaksikan dengan gas hidrogen membentuk senyawa trigliserida baru dengan perubahan pada gugus asam lemaknya. Trigliserida + H 2 Trigliserida* (berubah gugus asam lemaknya) Hidrolisis, reaksi ini biasanya dilakukan untuk memperoleh asam-asam lemak. Reaksi hidrolisis ini pada prinsipnya adalah memecah trigliserida menjadi asamasam lemaknya dengan direaksikan dengan air, dan produk samping yang diperoleh adalah gliserol. 8

4 Trigliserida + 3 H 2 O Gliserol + Asam-asam lemak Gliserolisis, reaksi ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan monogliserida ataupun digliserida. Monogliserida merupakan agen pengemulsi yang handal. Trigliserida + Gliserol Monogliserida + Digliserida Metanolisis, reaksi ini melibatkan metanol dan trigliserida sebagai reaktan. Esterester metil asam lemak bertitik didih kurang dari titik didih asam-asam lemaknya, sehingga lebih mudah dipisahkan dengan cara distilasi. Trigliserida + 3 metanol Gliserol + ester metil asamasam lemak II.1.2 Karakteristik Fats (lemak) dan Oils (minyak) Karakteristik-karakteristik dari minyak/lemak dapat diidentifikasikan dengan beberapa parameter. Paragraf paragraf berikut akan menjelaskan parameterparameter tersebut dengan lebih detil. Komposisi asam lemak (% berat), merupakan komposisi asam lemak dari minyak dan lemak yang seringkali diidentifikasi menggunakan kromatografi gas. Sampel direaksikan dengan metanol agar asam lemaknya berubah menjadi turunan metil ester yang relatif lebih volatil. Kemudian ester ini dimasukkan ke dalam aliran gas yang inert. Aliran gas ini akan melalui fasa stasioner yang memperlambat gerak molekul yang kepolarannya serupa dengan fasa stasioner. Keluaran alat ini berupa kurva yang luasnya menunjukkan kuantitas komponen yang terelusi dalam kolom kromatografi gas. Angka asam (Acid Value) dalam mg KOH/gr minyak, angka asam merupakan jumlah kalium (dalam miligram) yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas dalam satu gram minyak. Angka asam dapat pula didefinisikan sebagai ukuran banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalm minyak/lemak (terbentuk via deteriorasi hidrolitik reaktan maupun produk). Angka ini menunjukkan seberapa 9

5 banyak senyawa intermediet (asam lemak bebas) yang terbentuk, semakin kecil berarti gliserida (mono-,di-, dan tri-) yang terbentuk semakin banyak. Angka Saponifikasi (Saponification Value) dalam mg KOH/gr minyak, merupakan ukuran banyaknya KOH (dalam miligram) yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak/lemak. Angka ini menunjukkan ukuran berat molekul rata-rata seluruh asam-asam lemak yang ada di dalam minyak/lemak. Angka Iodium (Iodine Value) dalam mg I 2 /100 gram minyak, angka iodine adalah ukuran banyaknya iodium (dalam gram) yang diabsorpsi oleh 100 gram minyak/lemak. Angka ini menunjukkan ukuran kandungan ikatan rangkap di dalam minyak/lemak (tingkat ketidak jenuhan). Angka Hidroksil (OH value), angka hidroksil yaitu banyak KOH (dalam miligram) yang ekuivalen dengan jumlah hidroksil (OH) dalam sampel. Angka ini menunjukkan sisa hidroksil yang tersisa dalam reaksi. Zat-Zat yang tak tersaponifikasi (Unsaponification Value) mempunyai satuan dalam % berat. Zat-zat yang tak tersaponifikasi dalam lemak adalah komponen yang terekstrak oleh heksan atau eter setelah sampel lemak direfluks dengan KOH alkoholik atau banyaknya komponen tidak larut dalam air setelah minyak disabunkan. Range/ titik leleh, range/titik leleh dari suatu produk lemak adalah temperatur di saat transisi dari keadaaan solid ke liquid dapat diamati. Tidak seperti zat murni yang mempunyai titik leleh yang jelas, lemak adalah campuran dari trigliserida yang memiliki range temperatur leleh. Metode yang mudah digunakan antara lain, metode tube kapiler. Dengan metode ini, lelehan sampel lemak ditarik ke dalam tube yang terbuka kedua ujungnya. Lemak ini lalu dikeraskan dengan pendinginan dan dilelehkan dalam air dengan temperatur yang diatur kenaikannya. Temperatur di saat lemak slip dan terlihat cair dan jernih dinamakan titik atau range lelehnya. 10

6 Indeks refraktif, indeks refraktif suatu medium adalah perbandingan kecepatan cahaya pada gelombang tertentu dalam vakum terhadap kecepatan cahaya pada suatu medium tertentu. Refraktometer yang digunakan pada temperatur yang spesifik untuk jenis sampel yang khusus. Alat ini berguna untuk identifikasi lemak dan observasi reaksi yang berlangsung selama proses hidrogenasi. II.2 Sumber Monogliserida Monogliserida dapat dibuat dari berbagai minyak nabati. Tabel II.2 menampilkan komposisi asam-asam lemak dari sumber-sumber nabati (%-berat). Tabel II.2. Komposisi Asam-asam Lemak Pada Berbagai Sumber Nabati, Soerawidjaja ( 2002) Jenis Asam Lemak Kelapa Inti Sawit Cokelat Sawit Biji Kapas Jagung Kedelai Kaproat (C-6:0) 0-1 Tapak Kaprilat (C-8:0) Kaprat (C-10:0) Laurat (C-12:0) tapak 0-1 Miristat (C-14:0) tapak tapak Palmitat (C-16:0) Stearat (C-18:0) Arakhidat (C-20:0) < Behenat (C-22:0) 0,5 Tapak tapak Oleat (C-18:1) Gadoleat (C-20:1) Tapak 0-1 Linoleat (C-18:2) Linolenat (C-18:3)

7 Indonesia adalah penghasil minyak nabati. Dimana minyak nabati yang paling banyak dihasilkan adalah minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Dengan kapasitas bahan baku yang melimpah dan produksi minyak kelapa dan sawit yang besar seperti yang telah disebutkan sebelumnya maka perlu dipertimbangkan untuk menambah daya guna minyak kelapa (alternatif pilihan) ataupun minyak kelapa sawit tidak hanya sebagai minyak goreng, dalam hal ini sebagai bahan baku produksi monoasilgliserol. Tabell II.3 menjelaskan komposisi asam lemak minyak kelapa dan minyak inti sawit. Tabel II.3. Komposisi Asam Lemak Dari Minyak Kelapa dan Minyak Inti Sawit, Bailey (1996) Jenis asam lemak Asam lemak jenuh Asam Lemak tak jenuh Asam lemak Formula Minyak kelapa (%) Kaproat C 6 H 12 O 2 0,2 0,8 0 1 Kaprilat C 8 H 16 O Kaprat C 10 H 20 O Minyak inti kelapa sawit Laurat C 12 H 24 O Miristat C 14 H 28 O Palmitat C 16 H 32 O Stearat C 18 H 36 O Oleat C 18 H 34 O Linoleat C 18 H 32 O 2 1 2,5 1 2 II.2.1. Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit/palm oil dibuat dari buah tanaman minyak kelapa sawit, Elaesis guineensis. Buah tersebut tumbuh dalam suatu bunches/kumpulan yang beratnya lebih dari 40 pounds, dengan 400 sampai 2000 buah. Masing-masing buah terdiri dari daging buah luar, dimana merupakan sumber minyak kelapa sawit mentah; suatu bagian dalam yang digunakan untuk fuel (bahan bakar); dan 12

8 dua atau tiga kernel/biji yang merupakan sumber dari tipe minyak yang lain- palm kernel. Buah dari biji sawit dapat dilihat pada gambar II.1. Gambar II.1. Buah dari pohon minyak sawit. Kualitas minyak sawit yang diperoleh pada mill/penggilingan dan proses sesudahnya adalah tergantung pada kumpulan buah yang dikirim ke mill/penggilingan minyak. Buah yang terlalu masak dapat dimemarkan dengan mudah, mempercepat kenaikan asam lemak bebas melalui hidrolisis enzimatik dan secara berlawanan akan mempengaruhi kemampuan pemutihan pada minyak yang telah diekstraksi. Setelah melalui penggilingan buah, ekstraksi minyak dari buah diselesaikan dalam empat tahap seperti yang ditampilkan dalam bentuk diagram proses pada gambar II.2. 13

9 Gambar II.2. Proses ekstraksi minyak dari buah kelapa sawit. Gambar II.2 merupakan proses ekstraksi buah kelapa sawit secara umum. Proses ekstraksi tersebut mempunyai beberapa tahap sebagai berikut : sterilisasi, digestion, pressing, dan klarifikasi. Pada tahap sterilisasi, kumpulan buah sawit digunakan untuk deaktivasi enzym dalam reaksi hidrolisis yaitu berfungsi untuk melepaskan buah dari kumpulannya. Deaerisasi yang tidak tepat atau sterilisasi yang berlebih akan menyebabkan masalah dalam proses bleaching/pemutihan. Pada tahap digestion, buah kelapa sawit dibuburkan pada temperatur tinggi untuk memisahkan sel yang dapat melepaskan partikel minyak. Pada tahap pengepresan (screw preses), kompresi bertahap dan injeksi live steam digunakan untuk mengekstrak minyak dari buah. Sedangkan pada tahap klsrifikasi, minyak setelah keluar dari tangki klarifikasi disentrifugasi untuk memindahkan kelembaban dan impuritis dengan pengeringan atmosferik atau vakum. 14

10 II.2.2 Komposisi dan Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit mentah mempunyai warna oranye-merah yang mengandung karotene tinggi: 0,03 sampai 0,08%, dimana 90% mengandung alpha dan beta karoten. Caustic refining (penyulingan minyak yang caustic) mempunyai pengaruh yang kecil terhadap warna, tapi dapat dilakukan heat bleached untuk mengurangi warna jika karoten belum dioksidasi dan ditetapkan; kesalahan penggunaan minyak kelapa sawit mentah dapat menyebabkan warna coklat yang sangat sulit untuk dihilangkan. Minyak kelapa sawit secara hati-hati diproses untuk mempertahankan kandungan karoten, sebisa mungkin, digunakan sebagai suatu pewarna natural untuk margarin dan produk-produk shortening. Minyak kelapa sawit mentah mempunyai karakteristik rasa nutty atau fruity yang dapat dihilangkan dengan mudah dengan penyulingan minyak (refining). Minyak kelapa sawit yang telah diproses umumnya menyebabkan suatu warna muda tersendiri seperti violet dengan oksidasi. Stabilitas oksidasi dari minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh adanya beta karoten dalam tingkat yang tinggi, dimana berperan sebagai suatu pro-oksidan meskipun terdapat konsentrasi tocopherol yang tinggi. Tipe dan karakteristik dari minyak kelapa sawit mentah dapat dilihat pada tabel II.4. 15

11 Tabel II.4 Karakteristik minyak sawit, O Brien (1998) Specific gravity, at 99/5,5 0 C at25/ 15,5 0 C Typical Range 0,8919 to 0,874 Iodine value (mg I 2 / g) 46,0 to 56,0 Saponification value (mg KOH / g) 196 to 202 Unsaponifiable matter, % 0,2 to 0,5 Melting range, 0 C 36,0 to 45,0 Carotene content, mg/kg 500 to 1600 Solids fat index, % at 10,0 0 C 34,5 30,0 to 39,0 at 21,1 0 C 14 11,5 to 17,0 at C 11 8,0 to 14,0 at 33,3 0 C 7,4 4,0 to 11,0 at 37,8 0 C 5,6 2,5 to 9,0 at 40,0 0 C 4,7 2,0 to 7,0 Mettler melting point, 0 C 37,5 35,5 to 39,5 Fatty acid composition, % Lauric C-12:0 0,1 Myristic C-14:0 1 Palmitic C-16:0 44,3 Palmitoleic C-16:1 0,15 Stearic C-18:0 4,6 Oleic C-18:1 38,7 Linoleic C-18:2 10,5 Linolenic C-18:3 0,3 Arachidic C-20:0 0,3 II.2.3 Gliserol Gliserol juga dikenal sebagai gliserin atau 1,2,3-propanetriol. Gliserol mempunyai sifat fisik tidak berwarna, tidak berbau, higroskopik, merupakan cairan viskos yang berasa manis. Gliserol merupakan gula alkohol dan mempunyai tiga grup hidroksil hidrophilik alkoholik (-OH) yang bertanggung jawab terhadap kelarutannya dalam air. Karena sifat higroskopiknya ini pula maka gliserol dapat mengabsorp air dari udara, sifat inilah yang membuat gliserol berharga sebagai pelembab dalam kosmetik. Gliserol hadir dalam bentuk esternya (gliserida) dalam semua lemak dan minyak hewan dan tumbuhan. 16

12 Gliserol mencapai nilai komersialnya sebagai produk samping ketika lemak dan minyak dihidrolisa menjadi asam lemak atau garam metalnya (sabun). Gliserol juga disintesis pada skala komersial dari propilen (diperoleh dengan cracking petroleum). Gliserol juga dapat diperoleh selama proses fermentasi gula jika natrium bisulfat ditambahkan dengan yeast. Selain itu gliserol digunakan secara luas sebagai solven, sebagai pemanis, dalam pembuatan dinamit, kosmetik, sabun cair, permen, tinta, sebagai komponen campuran anti beku, sebagai sumber nutrien untuk kultur fermentasi dalam produksi antibiotik, dan dalam obat-obatan. Karakteristik dari gliserol dapat dilihat dari tabel II.5. Tabel II.5 Karakteristik gliserol ( Nama kimia Gliserol 1,2,3-propanetriol Rumus kimia C 3 H 8 O 3 Massa molekular g/mol Titik leleh 18 0 C Titik didih C Densitas 1,261 g/cm 3 Energi makanan 4,32 kcal/g Nomor CAS Nomor HS gliserol kasar : gliserol murni : II.3 Definisi Monogliserida Monogliserida merupakan senyawa kimia penting dari turunan komersil yang digunakan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, pelumas. Monogliserida digunakan dalam banyak aplikasi sebagai surfaktan, terutama sebagai pengemulsi dalam makanan, kosmetik dan farmasi. Monogliserida digunakan dalam yeast pengembang makanan untuk retarding staling, cakes, icing dan dalam pembuatan margarin. Secara keseluruhan, kelompok surfaktan ini sangat penting digunakan 17

13 dalam industri makanan, dimana 75% dari total produksi pengemulsi. Surfaktan mempunyai aplikasi yang luas dengan semua proses yang melibatkan kerja pada permukaan (interfaces). Surfaktan nonionik khususnya ester dari polyol hidrophilik, seperti gliserin dengan asam lemak sangat diinginkan dalam industri. Produk komersil yang paling penting adalah gliserol monostearat, monooleat, dan monorisinoleat. Berdasarkan kemampuannya untuk membentuk emulsi yang stabil, monogliserida seperti monooleat adalah sesuai sebagai komponen pengemulsi dalam cairan fiber finishes, komponen minyak pelumas, minyak mesin, dan pada pasta grinding dan polishing. Monogliserida juga mempunyai sifat antibakteri dan dari perkembangan terakhir diketahui penggunaannya dalam fasilitator pengiriman obat dan bioadhesive. Selain itu monogliserida juga diketahui mempunyai efek pencegahan pada penyakit kardiovaskular. II.3.1 Komposisi dan Karakteristik Monogliserida Campuran ester monogliserida yang mempunyai rantai yang panjang, merupakan asam lemak jenuh dan tak jenuh yang terdapat dalam lemak makanan, terdiri dari tidak lebih dari 30% alfa monogliserida dan juga mengandung isomer monogliserida yang lain, sama seperti halnya di- dan trigliserida, gliserol bebas, asam lemak bebas, sabun dan kandungan air, biasanya diproduksi melalui gliserolisis dari lemak atau minyak yang dapat dimakan, tetapi dapat juga dengan esterifikasi dari asam lemak dengan gliserol, dengan atau tanpa produk didistilasi molekular. Rumus bangun dari monogliserida adalah dapat dilihat pada gambar II.3. Dimana R merupakan gugus alkil dari monogliserida. Gambar II.3. Rumus bangun monoasilgliserol (monogliserida) 18

14 Monogliserida berwarna putih atau krem dan mempunyai penampilan waxy atau lemak yang keras, berupa produk plastik atau cairan viskos. Monogliserida tidak larut dalam air, larut dalam etanol, kloroform dan benzene. Metoda analisa : menentukan alfa-monogliserida dan kandungan gliserol bebas. Secara komersil produk monogliserida terdapat dua kategori yang dikenal sebagai GMS (Glyceryl Monostearate) dan GMO (Glyceryl Monooleate). Tabel II.6 berikut menampilkan karakteristik monogliserida secara komersil. Tabel II.6. Karakteristik Komersil Monogliserida Glycerol monostearate Appearance White flakes or powder Warna (gardner) 3.0 max Tidak lebih dari 2,0% (metode Karl Air Fischer) Angka Iodine (g I2/100g) 3.0 max Freezing point, oc Angka asam (mg KOH/g) Tidak lebih dari 6 Angka penyabunan (mg KOH/g) (tidak lebih dari 6%) Gliserol bebas, % Tidak lebih dari 7% Arsenic (as AS), ppm 3 max (Tidak lebih dari 3 mg/kg) Heavy metals (as Pb), ppm 10 max (Tidak lebih dari 10 mg/kg) Iron (Fe), ppm 10 max II.3.2 Sintesis Monogliserida Monogliserida dapat dibuat dengan metode secara kimia ataupun enzimatik, yaitu dengan mereaksikan trigliserida dengan gliserol (gliserolisis) atau mereaksikan asam lemak dengan gliserol (esterifikasi) baik dengan menggunakan katalis asam/alkali (metode kimia) maupun dengan bantuan enzim (enzimatik). Monogliserida di dalam perdagangan merupakan campuran dari mono dan diasilgliserol dan dapat berbentuk cair, padat elastis, atau lemak tergantung pada jenis dan distribusi asm lemak di dalam molekul. Dan secara struktur monogliserida adalah produk kondensasi satu molekul gliserol dengan satu atau dua molekul asam. Berikut adalah rute-rute proses pembuatan monogliserida yang pernah dilakukan. 19

15 II Esterifikasi Asam Lemak Dengan atau Tanpa Pelarut Organik Reaksi esterifikasi secara umum dapat dilihat pada gambar II.4. Reaksi ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan gliserol maupun ester. KATALISASAM Trigliserida + 3alkohol gliserol + 3ester Gambar II.4 Esterifikasi Asam Lemak Asam lemak diperoleh melalui reaksi hidrolisis lemak/minyak. Reaksi esterifikasi ini antara lain dapat dikatalisasi oleh asam (asam sulfat atau HCl) dan enzim lipase. Enzim lipase yang digunakan untuk menghasilkan monoasilgliserol adalah 1,3-regioselektif lipase (Watanabe,2004). Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel dengan reaksi hidrolisis. Agar produk lebih banyak dihasilkan (selektifitas ke arah reaksi esterifikasi), air yang dihasilkan dalam reaksi harus dipisahkan dari campuran reaksi. Air dapat dipisahkan antara lain dengan proses distilasi, proses absorpsi dengan pelarut polar, dan dengan menciptakan kondisi vakum pada reaktor (untuk reaksi yang dilakukan pada suatu reaktor tangki berpengaduk) atau mensirkulasikan campuran reaksi ke suatu bejana bertekanan rendah/vakum (untuk reaksi yang dilakukan pada suatu reaktor unggun tetap). Proses esterifikasi dengan bantuan katalis enzim paling baik dilakukan dalam suatu reaktor unggun tetap. Jika reaksi ini dilakukan dalam suatu reaktor tangki berpengaduk, enzim terkekang tidak dapat digunakan pada larutan reaksi yang memiliki massa jenis besar karena enzim terkekang akan rusak oleh adanya gaya geser yang dihasilkan oleh proses pengadukan. Reaksi esterifikasi tanpa pelarut organik biasanya diselenggarakan pada temperatur relatif rendah (25 0 C) tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Pelarut organik yang biasa digunakan dalam proses esterifikasi adalah n- heksan. Reaksi esterifikasi dengan pelarut organik, berlangsung pada daerah antarmuka antara gliserol dengan asam lemak yang terlarut dalam pelarut 20

16 organik. Penambahan padatan (solid support) seperti silika gel pada campuran reaksi esterifikasi dengan pelarut organik akan meningkatkan produk reaksi secara signifikan. Hal ini antara lain disebabkan oleh: a). meningkatnya luas kontak (interfacial area) antara gliserol (bersifat hidrofil) yang teradsorbsi oleh silika gel dengan pelarut organik n-heksan (bersifat hidrofobik). Asam lemak yang digunakan dalam reaksi esterifikasi terlarut dalam pelarut organik (n-heksan), b). air hasil reaksi esterifikasi akan teradsorbsi oleh silika gel, sehingga reaksi kesetimbangan akan "bergeser" ke arah produk. Peningkatan jumlah monogliserida atau digliserida yang dihasilkan dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan perbedaan kelarutan produk reaksi dalam pelarut organik (n-heksan), menggunakan sifat spesifisitas enzim agar produk yang diharapkan (monogliserida atau digliserida) lebih banyak dihasilkan. Monogliserida dan digliserida memiliki kelarutan dalam n-heksan sangat rendah jika dibandingkan dengan kelarutan trigliserida dan asam lemak karena monogliserida dan digliserida memiliki gugus hidroksi yang bersifat hidrofil. Hal ini menyebabkan monogliserida dan digliserida yang dihasilkan akan mengendap (precipitated) dalam reaktor. Hal ini akan mengakibatkan bergesernya kesetimbangan ke arah produk (monogliserida dan digliserida). Jika spesifisitas enzim yang digunakan memiliki tahap penentu laju reaksi pada tahap pembentukan trigliserida (k 1 ), monogliserida dan digliserida akan terakumulasi dalam reaktor karena monogliserida dan digliserida yang terbentuk akan segera mengendap (precipitated) sebelum terjadi pembentukan trigliserida. Sebaliknya, jika spesifisitas enzim yang digunakan memiliki tahap penentu laju reaksi pada tahap pembentukan monogliserida (k 2 ), digliserida akan terakumulasi dalam reaktor karena digliserida yang terbentuk akan segera mengendap (precipitated) sebelum terjadi pembentukan monogliserida. 21

17 II Deasilasi Kimia Deasilasi kimia dilakukan dengan menggunakan reagen Grignard (seperti etil magnesium bromida). Reagen akan bereaksi secara acak dengan satu dari tiga ikatan ester pada trigliserida dan menghasilkan digliserida serta alkohol tersier. Reaksi dihentikan dengan penambahan asam asetat pada titik produksi maksimum monogliserida. Produk monogliserida dipisahkan dengan menggunakan TLC (Thin Layer Chromatography). II Gliserolisis Trigliserida Reaksi secara gliserolisis merupakan reaksi alkoholis. Pada reaksi gliserolisis, trigliserida direaksikan dengan gliserol membentuk monogliserida dan digliserida. Secara umum reaksi gliserolisis trigliserida dapat dilihat pada gambar II.5. Gambar II.5. Reaksi Gliserolisis Trigliserida Sebagian besar monogliserida dan digliserida di dalam industri diproduksi dengan proses gliserolisis trigliserida. Pada proses ini, lemak (± 99% trigliserida) direaksikan dengan gliserol pada temperatur tinggi. Reaksi gliserolisis merupakan suatu reaksi kesetimbangan sehingga produk reaksi dapat ditingkatkan (reaksi dapat digeser ke arah produk) dengan menggunakan gliserol berlebih. Gliserol yang bersifat hidrofil tidak larut dalam lemak pada temperatur ruang, sehingga reaksi gliserolisis dilangsungkan pada temperatur tinggi untuk meningkatkan kelarutan gliserol di dalam lemak. Monogliserida dan digliserida dapat diproduksi baik secara batch maupun kontinyu. Sebagian besar produksi di Amerika Serikat masih menggunakan proses batch dimana waktu reaksi, temperatur dan katalis yang digunakan bervariasi. Untuk proses kontinyu, waktu proses biasanya lebih pendek sekitar 30 menit dibandingkan waktu proses sistem batch. 22

18 Biasanya monogliserida dan digliserida diproduksi dengan gliserolisis trigliserida atau lemak dan minyak. Pada proses ini, lemak atau minyak yang diinginkan kekerasannya (produk yang diinginkan) dicampur dengan gliserol berlebih pada kenaikan temperatur ( C atau F) dengan melibatkan katalis alkali, biasanya berupa natrium atau kalsium hidroksida (0,1% berat minyak). Namun sebelumnya reaktan didehidrasi dahulu pada temperatur F selama 30 menit. Selama proses reaksi, campuran reaksi tetap dipertahankan sampai radikal asam lemak trigliserida didistribusikan kembali secara random diantara grup hidroksil gliserol yang tersedia. Reaksi dilakukan dengan pengadukan selama 30 sampai 60 menit. Campuran reaksi kemudian didinginkan dengan pengadukan sampai kesetimbangan dicapai dan kemudian katalis dideaktivasi dengan menambahkan suatu asam makanan (food acid), biasanya berupa asam fosfor (0,1%). Garam fosfat yang dihasilkan dari netralisasi katalis harus dikeluarkan dengan filtrasi. Gliserol berlebih akan dipisahkan, sebagai lapisan bawah selama pendinginan, secara parsial dengan dekantasi. Sedangkan gliserol yang tersisa dalam campuran reaksi dapat dikeluarkan melalui distilasi vakum yang sementara itu juga dilakukan steam stripping untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas dan memindahkan material oksidasi yang menyebabkan rasa dan bau yang tidak diinginkan. Dengan proses ini menghasilkan monogliserida dan senyawa lain yaitu diasilgliserol, trigliserida dan gliserol bebas. Perbandingan monoasilgliserol terhadap diasilgliserol dapat dikendalikan dengan perbandingan relatif reaktan, temperatur, waktu, katalis, dan menggunakan stripping steam atau gas inert. Distribusi normalnya adalah 50% monogliserida, 40% digliserida dan 10% trigliserida; dimana sekitar 85% monogliserida teresterifikasi pada posisi alfa dari gliserida. Pada Gambar 2.6 berikut ini adalah rute reaksi yang merupakan salah satu contoh reaksi gliserolisis (produksi monogliserida dan digliserida) yang dilangsungkan dengan sistem batch. 23

19 Gambar II.6. Skema Reaksi Gliserolisis Sistem Batch (O'Brien, 1998) Reaksi gliserolisis trigliserida ini sudah dikenal sejak tahun 1946, dalam eksperimen yang dilakukan oleh Feuge dan Bailey. Dalam penelitiannya, campuran monogliserida, digliserida, dan trigliserida yang dibentuk dari reaksi gliserolisis minyak cottonseed yang telah dihidrogenasi dengan menggunakan 24

20 katalis alkali (natrium hidroksida). Pada temperatur C, pada kesetimbangan reaksi, dan pada rentang konsentrasi gliserol dimana produk reaksi homogen, proporsi dari gliserol bebas, mono-, di-, dan trigliserida membentuk suatu pola distribusi acak terhadap gugus OH yang teresterifikasi. Produk yang diproduksi pada temperatur diatas C mengandung gliserol tinggi tapi sedikit α- monogliserida. Hal ini mungkin terjadi karena produk mengalami polimerisasi, seperti contohnya di-asam digliserol. Suatu penelitian juga menyatakan bahwa komposisi produk reaksi yang mengandung gliserol dapat dikurangi dengan distilasi steam pada temperatur tinggi dan tekanan vakum (deodorisasi). Minyak yang digunakan adalah minyak cottonseed yang telah dihidrogenasi dengan nilai iodine 0,7. Berat molekul rata-rata dari trigliserida, dihitung dari nilai netralisasi dari asam lemak adalah 876,2. Perhitungan kandungan gliserol untuk tri-, di-, dan monogliserida adalah 10,51%, 14,98% dan 26,05%. Reaksi antara minyak dan gliserol berlangsung di dalam bejana gelas berpengaduk pada kondisi atmosferik hidrogen. Pada semua operasi menggunakan katalis NaOH sebesar 0,1% dari berat minyak yang digunakan. Kinetika reaksi gliserolisis ini dapat ditingkatkan dengan bantuan katalis basa lainnya (biasanya selain NaOH juga umum digunakan Ca(OH) 2 dan CH 3 COOK) atau katalis asam. Katalis CH 3 COOK (kalium asetat) paling banyak digunakan karena dapat meminimalisasi terjadinya discoloration/timbulnya warna kemerahan pada produk akhir reaksi yang pada umumnya tidak dikehendaki. Sebelum penambahan katalis, biasanya minyak (reaktan) terlebih dahulu dikeringkan (didehidrasi) agar aktivitas katalis lebih balk. Campuran reaksi ini dipertahankan pada temperatur tinggi hingga radikal asam lemak dari trigliserida mengalami redistribusi dan berikatan secara acak dengan gugus-gugus hidroksil dari gliserol. Reaksi juga dilangsungkan pada atmosfer inert (dengan memasukkan gas N2 atau CO 2 ) untuk meminimumkan perusakan warna. Campuran reaksi didinginkan setelah kesetimbangan tercapai dan katalis dideaktivasi dengan penambahan asam pangan, biasanya asam fosfat. Garam 25

21 fosfat yang dihasilkan dari proses deaktivasi katalis harus dipisahkan dengan filtrasi. Kelebihan (ekses) gliserol akan terpisah pada fasa yang terletak di bagian bawah campuran reaksi (pada proses pendinginan). Sebagian gliserol dapat dipisahkan dengan cara dekantasi. Gliserol yang masih tersisa dalam campuran reaksi dapat dipisahkan melalui destilasi vakum, bersamaan dengan itu juga dilakukan steam stripping untuk mereduksi kandungan asam lemak bebas dan memisahkan material pengoksidasi yang dapat merusak rasa dan bau. Reaksi gliserolisis menggunakan katalis baik asam maupun alkali basa berlangsung pada temperatur yang tinggi ( C). Hasilnya merupakan suatu campuran kasar dari mono dan diasilgliserol (secara kasar hampir sama) dan trigliserida yang tidak terkonversi (konversi keseluruhan adalah 90%). Produk yang dihasilkan mempunyai beberapa kekurangan seperti yield yang diperoleh sedikit, warna yang gelap/keruh. Proses pemisahan lebih lanjut biasanya dilakukan dengan distilasi molekular yang menghasilkan kemurnian monoasilgliserol (> 90%). Oleh sebab itu perhatian banyak teralih kepada rute reaksi gliserolisis lemak menggunakan enzim lipase baik dengan melibatkan solven atau tidak. Selain biaya operasional menjadi mahal karena harga solven yang cukup mahal ditambah dengan penggunaan katalis. Selain itu masih harus dilakukan perlakuan khusus pada produk pada akhir reaksi. Untuk mencapai yield monogliserida yang tinggi pada temperatur rendah, sangat penting untuk menciptakan suatu lingkungan yang homogen dalam medium reaksi. Kemudian dalam perkembangannya telah dilakukan studi gliserolisis asam lemak untuk produksi monoasilgliserol dengan melibatkan solven. Hukum aksi massa dapat beroperasi dengan memuaskan jika kedua reaktan gliserol dan lemak dilarutkan dalam suatu solven yang sesuai selain itu reaksi dapat berlangsung pada temperatur yang lebih rendah. Produk yang diperoleh menghasilkan yield yang tinggi. Sehingga penggunaan co-solven sangat disarankan dalam banyak literatur. Namun demikian sangat sedikit solven yang dapat secara simultan larut 26

22 baik dalam lemak maupun gliserol. Literatur yang menggunakan metode yang menggunakan pyridine, 1,4-dioksan, kloroform, fenol, kresol, dan dimethyl formamadide, dll sebagai solven dengan menggunakan katalis asam atau alkali. Solven-solven tersebut bersifat toksik dan lebih lagi penggunaan katalis memerlukan tahap netralisasi. Sehingga akan lebih menguntungkan jika melakukan suatu reaksi dalam suatu solven yang memberikan kondisi lingkungan reaksi yang homogen dan pada saat yang sama sangat aman digunakan dalam menghasilkan monoasilgliserol dalam persiapan food grade. Pada penelitian yang dilakukan oleh Thengumpillil dkk. (2002), disebutkan bahwa esterfikasi asam laurat dan gliserol dapat dilakukan dengan melibatkan solven (asam laktat dan metil laktat) organik yang memenuhi standar food grade. Reaksi berlangsung pada temperatur lebih rendah ( C) dan tidak menggunakan katalis. Selektivitas proses dapat mencapai 98%. Persentasi yang kecil dari lactylated monoasilgliserol (5-20%) yang terkonversi selama reaksi berlangsung masih diperbolehkan dalam pengemulsi makanan. Aktivitas permukaan lactylated- monoasilgliserol yang tinggi memberikan superior secara fungsional terhadap produk itu sendiri. Sejauh ini penggunaan asam laktat dan alkil laktat sebagai solven pada rekasi tersebut belum pernah dilakukan (Thengumpillil dkk., 2002). Proses ini menghasilkan monogliserida dengan struktur yang telah tertata ulang dan gliserol bebas. Selektivitas reaksi ke arah produksi dapat dikontrol dengan pengaturan perbandingan komposisi reaktan, temperatur reaksi, waktu reaksi. Perbandingan reaktan asam lemak/gliserol adalah 1:1-1:10 (perbandingan mol), temperatur reaksi optimum berada dalam rentang antara C, waktu reaksi optimum dalam rentang antara 3-6 jam, dan jumlah solven dalam rentang antara 5% - 20%-berat asam lemak dan gliserol dalam reaksi (Thengumpillil dkk., 2002). Namun penggunaan asam laurat sebagai bahan baku menyebabkan produk mempunyai tekstur padat dan kandungan, selain itu asam lemak yang terkandung dalam produk cukup besar (diatas 22%). Untuk lebih jelasnya, rute produksi monoasilgliserol yang dilakukan oleh Thengumpillil dkk. (2002) dapat dilihat pada gambar II.7. 27

23 Gambar II.7. Rute Produksi Monogliserida versi Thengumpillil dkk.,2002. II.4 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Gliserolisis Homogenitas reaktan merupakan hal utama yang tersulit dalam mencapai yield monoasilgliserol yang tinggi baik pada reaksi gliserolisis atau pada esterifikasi langsung dari asam lemak dengan gliserol adalah kurang memadainya derajat 28

24 homogenitas reaktan yang menghasilkan produk mono-diasilgliserida dan trigliserida. Sehingga banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan derajat homogenitas reaktan yaitu dengan pengadukan. Sementara usaha lain yang dilakukan adalah dengan menggunakan solven yang sesuai terhadap reaktan. Namun solven tersebut meskipun sesuai dengan karakteristik reaktan namu banyak tidak memenuhi standar food grade. Kadar air dan asam lemak bebas, trigliserida berupa minyak kelapa yang akan direaksikan mengandung kadar air dan asam lemak bebas. Apabila asam lemak bebas dan kandungan airnya tinggi maka kebutuhan katalis juga besar, sabun yang terbentuk juga banyak sehingga kekentalan campuran reaksi meningkat atau terbentuk gel. Hal ini akan menyulitkan dalam pemisahan gliserol. Kandungan air yang tinggi (melebihi 3%) akan menyebabkan perolehan gliserol berkurang karena air ikut mengkonsumsi katalis. Temperatur reaksi, peningkatan temperatur reaksi akan mempengaruhi tumbukantumbukan antar molekul reaktan. Peningkatan tumbukan yang terjadi antar molekul reaktan akan menyebabkan semakin besarnya konversi trigliserida menjadi produk selain itu juga peningkatan temperatur juga akan meningkatkan laju reaksi menuju keadaan setimbang. Perbandingan komposisi reaktan gliserol terhadap trigliserida, reaksi gliserolisis merupakan suatu reaksi kesetimbangan sehingga produk reaksi dapat ditingkatkan (reaksi dapat digeser ke arah produk) dengan menggunakan gliserol berlebih. Gliserol yang bersifat hidrofil tidak larut dalam lemak pada temperatur ruang, sehingga reaksi gliserolisis dilangsungkan pada temperatur tinggi untuk meningkatkan kelarutan gliserol di dalam lemak. Selain itu untuk meningkatkan selektifitas produksi monoasilgliserol daripada diasilgliserol melibatkan katalis alkali atau asam, dimana memerlukan tahap netralisasi. Sementara usaha lain yang dilakukan adalah dengan menggunakan solven yang sesuai terhadap reaktan, namun solven tersebut tidak memenuhi standar food grade. Sehingga perlu proses alternatif yang bebas katalis, sementara 29

25 pada saat yang sama ramah lingkungan dan menghasilkan yield monoasilgliserol yang tinggi. Waktu reaksi, untuk mencapai konversi yang mendekati sempurna, diperlukan waktu reaksi yang diperlukan reaktan dalam reaktor yang cukup. Waktu reaksi yang cukup dapat menyebabkan reaksi pada kondisi tunak, dimana konsentrasi bukan lagi merupakan fungsi dari waktu. 30

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode yang akan digunakan untuk pembuatan monogliserida dalam penelitian ini adalah rute gliserolisis trigliserida. Sebagai sumber literatur utama mengacu kepada metoda konvensional

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Monogliserida (monoasilgliserol) merupakan senyawa kimia penting dari turunan komersil yang digunakan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, pelumas. Monogliserida

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Pada suhu kamar : - lemak

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katalis Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan energi aktivasi Gibbs

Lebih terperinci

BAB III RENCANA PENELITIAN

BAB III RENCANA PENELITIAN BAB III RENCANA PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Untuk pembuatan MCT yang memenuhi kualitas pangan dari asam lemak dan gliserol maka perlu dilakukan : a. Penelitian keefektifan metode Hartman dkk tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini Indonesia masih mengimpor monogliserida dan digliserida yang dibutuhkan oleh industri (Anggoro dan Budi, 2008). Monogliserida dan digliserida dapat dibuat

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

INTERESTERIFIKASI INTERESTERIFIKASI 14/01/2014

INTERESTERIFIKASI INTERESTERIFIKASI 14/01/2014 Adalah ester asam lemak bereaksi dengan ester atau asam lemak lain membentuk ester baru melalui reaksi pertukaran gugus asam lemak. TG mengandung 3 gugus ester peluang pertukaran banyak Gugus asil dapat

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Biodiesel Tanaman sawit (Elaeis guineensis jacquin) merupakan tanaman yang berasal dari afrika selatan. Tanaman ini merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Proses pembuatan MCT dapat melalui dua reaksi. Menurut Hartman dkk (1989), trigliserida dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak kaprat/kaprilat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah paling potensial untuk menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal perkebunan kelapa

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Fanny Siti Khoirunisa NRP : 123020228 Kel / Meja : H / 10 Asisten :

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Minyak atau lemak merupakan ester dari gliserol dan asam lemak, tersusun atas campuran sebagian besar triasilgliserol dan sebagian kecil senyawa pengotor (di-gliserida dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, (C 17 H 35 COO Na+).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan melalui kekuatan pengemulsian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari beberapa tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ), merupakan komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan industri kimia banyak memproduksi barang mentah maupun barang jadi untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MINYAK SAWIT 2.1.1. Komposisi Minyak Sawit Crude Palm Oil yang dihasilkan dari ekstraksi tandan buah segar kelapa sawit dengan komposisi produk 66% minyak (range 40-75%), 24%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) Pohon kelapa sawit merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika Barat. Kelapa sawit memiliki Penggunaan sebagai makanan dan obatobatan. Minyak sawit

Lebih terperinci

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol )

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) JENIS LIPID 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) Lipid Definisi Lipid adalah Senyawa organik yang dibentuk terutama dari alkohol dan asam lemak yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Minyak Jarak Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui karakteristik minyak jarak yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan faktis gelap. Karakterisasi

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIKO-KIMIA BIJI DAN MINYAK JARAK PAGAR Biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Bahan Baku Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan cocodiesel, minyak kelapa terlebih dahulu dianalisa. Adapun hasil analisa beberapa karakteristik minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) DASAR TEORI Penggolongan lipida, dibagi golongan besar : 1. Lipid sederhana : lemak/ gliserida,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN SNI (1994) mendefinisikan sabun sebagai pembersih yang dibuat melalui reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA. Pembuatan Produk

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA. Pembuatan Produk Pembuatan Produk I. Pendahuluan Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pembuatan sabun telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Metode pembuatan sabun pada

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas transesterifikasi in situ pada ampas kelapa. Penelitian dilakukan 2 tahap terdiri dari penelitian pendahuluan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa sawit yang ada. Tahun 2012 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 9.074.621 hektar (Direktorat

Lebih terperinci

Biodiesel Dari Minyak Nabati

Biodiesel Dari Minyak Nabati Biodiesel Dari Minyak Nabati Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dengan gliserol yang membentuk gliserol, dan ester-ester tersebut dinamakan trigliserida. Perbedaan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari golongan palem yang dapat menghasilkan asam oleat adalah kelapa sawit (Elaenisis guineensis jacq) yang terkenal terdiri dari beberapa varietas, yaitu termasuk dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Curah Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri leokimia leokimia adalah bahan kimia yang dihasilkan dari minyak dan lemak, yaitu yang diturunkan dari trigliserida menjadi bahan oleokimia. Secara industri, sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap berkesinambungan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Penelitian dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR Gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dengan katalis KOH merupakan satu fase yang mengandung banyak pengotor.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katalis Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis digunakan secara luas baik di alam, laboratorium dan

Lebih terperinci

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut

Lebih terperinci

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR Jurnal Rekayasa Produk dan Proses Kimia JRPPK 2015,1/ISSN (dalam pengurusan) - Astriana, p.6-10. Berkas: 07-05-2015 Ditelaah: 19-05-2015 DITERIMA: 27-05-2015 Yulia Astriana 1 dan Rizka Afrilia 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Minyak Nabati Minyak dan lemak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida. Minyak dan lemak sering dijumpai pada minyak nabati dan lemak hewan. Minyak umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI Pardi Satriananda ABSTRACT Ethyl ester and gliserol produce by reacting coconut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Industri Kimia Banyak proses kimia yang melibatkan larutan homogen untuk meningkatkan laju reaksi. Namun, sebagian besar pelarut yang digunakan untuk reaksi adalah

Lebih terperinci

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc   JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Biodiesel adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui yang dibuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan volume ekspor minyak kelapa sawit mencapai16,436 juta ton pada tahun

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Pertumbuhan industri kimia di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan banyaknya pendirian pabrik yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi glukosa ester dari beras dan berbagai asam lemak jenuh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama fermentasi tepung beras menjadi glukosa menggunakan enzim

Lebih terperinci

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P Lipid Dr. Ir. Astuti,, M.P Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid bukan merupakan suatu polimer Suatu molekul dikategorikan dalam lipid karena : mempunyai kelarutan yg rendah di dlm air larut dalam

Lebih terperinci

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Rita Arbianti *), Tania S. Utami, Heri Hermansyah, Ira S., dan Eki LR. Departemen Teknik Kimia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan emulsifier dalam makanan dan minuman serta produk perawatan tubuh akan meningkatkan penggunaan emulsifier

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel dapat dibuat dengan empat cara utama, yaitu secara langsung dengan pencampuran, mikroemulsi, pirolisis dan transesterifikasi. Metode yang paling umum digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat dilaporkan dalam dua analisa, yakni secara kuantitatif dan kualitatif. Data analisa kuantitatif diperoleh dari analisa kandungan gliserol total, gliserol

Lebih terperinci

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak? By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS Lemak Apa beda lemak dan minyak? 1 Bedanya: Fats : solid at room temperature Oils : liquid at room temperature Sources : vegetables

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS II. 1 Tinjauan Pustaka II.1.1 Biodiesel dan green diesel Biodiesel dan green diesel merupakan bahan bakar untuk mesin diesel yang diperoleh dari minyak nabati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I- 1. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN I- 1. Bab I Pendahuluan I- 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan utama manusia adalah sabun, karena hampir semua manusia di seluruh dunia memakai sabun untuk keperluan hidupnya, diantaranya adalah untuk

Lebih terperinci

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia ISOLASI BAHAN ALAM Bahan kimia yang berasal dari tumbuhan atau hewan disebut bahan alam. Banyak bahan alam yang berguna seperti untuk pewarna, pemanis, pengawet, bahan obat dan pewangi. Kegunaan dari bahan

Lebih terperinci

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. DEFINISI defines lipids as a wide variety of natural products including fatty acids and their derivatives, steroids, terpenes, carotenoids, and bile acids, which have in

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada beberapa dekade terakhir ini, konsumsi bahan bakar fosil seperti minyak bumi terus mengalami kenaikan. Hal itu dikarenakan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml) LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi Berat Mikroalga Kering (gr) Volume Pelarut n-heksana Berat minyak (gr) Rendemen (%) 1. 7821 3912 2. 8029 4023 20 120 3. 8431

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas BAB II PUSTAKA PENDUKUNG 2.1 Bahan Bakar Nabati Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas mengarah kepada penggunaan energi asal tanaman. Energi asal tanaman ini disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mono- dan diasilgliserol merupakan molekul amfifilik, yaitu memiliki gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang lainnya. Mono- dan

Lebih terperinci

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA 1629061030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARAJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017 SOAL: Soal Pilihan Ganda 1. Angka yang menunjukkan

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kehidupan manusia yang mana merupakan kunci utama dalam berbagai sektor ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Kebutuhan

Lebih terperinci