BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN. II. 1. Sejarah Singkat Kabupaten Mandailing Natal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN. II. 1. Sejarah Singkat Kabupaten Mandailing Natal"

Transkripsi

1 BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN II. 1. Sejarah Singkat Kabupaten Mandailing Natal Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dengan ibukota Panyabungan dibentuk berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1998 tanggal 23 Nopember 1998 sebagai bagian dari proses pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 19 Maret Pembentukan Kabupaten Mandailing Natal adalah perwujudan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia serta tekad pemerintah dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di wilayah paling selatan provinsi Sumatera Utara. Pada saat pembentukannya, Kabupaten Madina dengan luas wilayah 6.620,70 Km 2 atau 9,23% dari luas provinsi Sumatera Utara, terdiri dari 8 kecamatan kemudian dimekarkan menjadi 23 kecamatan dengan jumlah desa pada saat ini sebanyak 354 desa dan 32 kelurahan. 37 Gambaran secara geografis, kabupaten Mandailing Natal terletak antara Lintang Utara dan Bujur Timur dan merupakan bagian dari wilayah Sumatera Utara, dengan batas batas wilayah : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan; 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Timur Provinsi Sumatera Barat; 37 ( Sejarah Kabupaten Mandailing Natal ). Oleh Andri. Di akses pada 3 februari 2010.

2 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat; 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia Luas daerah Kabupaten Mandailing Natal adalah Ha, seperti dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Kecamatan, ibukota Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Mandailing Natal NO. KECAMATAN IBUKOTA KECAMATAN LUAS (Ha) 1. Siabu Siabu ,48 2. Bukit Malintang Malintang Julu ,52 3. Panyabungan Utara Mompang 6.372,64 4. Huta Bargot Huta Bargot ,97 5. Penyabungan Panyabungan ,43 6. Panyabungan Timur Gunung Baringin ,40 7. Panyabungan Barat Longat 8.721,83 8. Panyabungan Selatan Tano Bato 8.759,72 9. Lembah Sorik Marapi Maga 3.472, Puncak Sorik Marapi Sibanggor 5.553, Tambangan Pasar Laru , Kotanopan Kotanopan , Ulu Pungkut Huta Nagodang , Muarasipongi Muarasipongi , Pakantan Pakantan 9.359, Batang Natal Muarasoma , Lingga Bayu Simpang Gambir , Ranto Baek Manisak , Batahan Batahan , Sinunukan Sinunukan , Natal Natal ,00

3 22. Muara Batang Gadis Singkuang , Naga Juang Banua Simanosor _ Jumlah ,00 Sumber: Data Revisi RTRW Kabupaten Mandailing Natal 38 Secara geografis, Kabupaten Madina terbagi atas wilayah dataran rendah yang merupakan daerah pesisir yang merupakan daerah pesisir dengan elevasi seluas Ha (24,24%), wilayah dataran landai dengan elevasi seluas Ha (5,49%) dan wilayah dataran tinggi yang dibedakan atas daerah perbukitan dengan elevasi seluas Ha ( 16,91%) dan daerah pegunungan dengan elevasi seluas Ha (53,34%). 39 Topografi Kabupaten Mandailing Natal NO. KECAMATAN TOPOGRAFI 1. Siabu M, bergelombang s/d berbukit 2. Bukit Malintang M, datar s/d berbukit 3. Panyabungan Utara M, datar s/d berbukit 4. Panyabungan M, datar s/d berbukit 5. Panyabungan Timur M, berbukit s/d pegunungan 6. Panyabungan Barat M, datar s/d berbukit 7. Panyabungan Selatan M, berbukit s/d pegunungan 8. Lembah Sorik Marapi M, berbukit s/d pegunungan 9. Tambangan M, berbukit s/d pegunungan 10. Kotanopan M, berbukit s/d pegunungan 11. Ulu Pungkut M, berbukit s/d pegunungan 12. MuaraSipongi M, berbukit s/d pegunungan 38 KPUD Kabupaten Mandailing Natal, Data Revisi RTRW Kabupaten Mandailing Natal, 2009, Hal Ibid Hal: 36

4 13. Batal Natal M, bergelombang s/d berbukit 14. Lingga Bayu M, bergelombang s/d berbukit 15. Batahan M, datar s/d bergelombang 16. Natal M, datar s/d bergelombang 17. Muara Batang Gadis M, datar s/d bergelombang Sumber : Mandailing Natal Dalam Angka Tahun 2007 Daerah dalam rendah dan dataran landai adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki ekonomi yang tinggi sehingga terus cenderung semakin padat. Banjir juga dapat melanda daerah ini akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Sedangkan pada musim kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air sebagai konsekuensi dari kondisi hutan yang semakin kritis. Wilayah Madina mempunyai dua iklim yaitu musim hujan dan kemarau. Musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai bulan September dimana arus angin berasal dari Australia yang tidak mengandung uap air, sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret karena arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik. Keadaan ini seperti silih berganti setiap tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April Mei dan Oktober Nopember. 40 Tinggi atau rendahnya suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh ketinggian daerah di atas permukaan laut. Daerah Mandailing Natal yang terletak di ketinggian antara meter di atas permukaan laut mengakibatkan suhunya berkisar antara C C dengan kelembaban antara 80 85%. 40 Ibid Hal :37

5 II.2. Sejarah Singkat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Ketika dideklarasikan, warna Islam yang menjadi unsur dominan pembentukan partai ini tetap dipelihara. Untuk menjaga kelestarian ukuwah dan perjuangan Islam, partai-partai Islam yang berfusi pada tahun 1973 sepakat menerima Islam sebagai asas PPP. Bahkan, untuk memudahkan identifikasi sebagai partai Islam, gambar Ka bah yang diyakini sebagai kiblatnya umat Islam lalu diusung menjadi lambang partai. Partai Persatuan Pembangunan sendiri adalah partai jelmaan dari empat partai politik Islam peserta pemilu 1971, yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Jika ditelusuri, pengalaman politik keempat partai ini sudah dirintis sejak lama. Nahdlatul Ulama, secara formal didirian pada 31 Januari 1926 sebagai organisasi keagamaan dengan faham Ahlussunah Wal Jamaah. Kendati sebagai organisasi keagamaan peran politik NU terutama dalam membangkitkan semangat perlawanan kepada Belanda sangat berpengaruh. Orientasi politik NU baru muncul secara terbuka ketika organisasi bentukan KH Hasyim Asy ari ini bergabung dengan Majelis Islam A la Indonesia (MIAI) tahun MIAI ini sendiri adalah organisasi yag bertujuan untuk memperkuat tali persatuan umat Islam Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang MIAI diganti menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). 41 Setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang isinya antara lain pemerintah mengizinkan rakyat untuk mendirikan partai politik dalam menyalurkan segala paham dalam 41 (opini oleh Sultani : Sejarah PPP ) diakses pada tanggal 14 februari 2010.

6 masyarakat. Berdasarkan maklumat yang ditandatangani oleh Wakil Presiden Muhammad Hatta itu, tanggal 8 November 1945 tokoh-tokoh umat Islam langsung memproklamirkan berdirinya Partai Masyumi, dimana partai ini berbeda dan terlepas sama sekali dengan nama organsasi yang sama pada zaman Jepang. Karena partai Masyumi adalah satu-satunya partai politik umat Islam, aspirasi dan peran politik semua organisasi Islam harus disalurkan melalui Masyumi, termasuk NU. Sebagai organsasi konfederasi kedudukan kelompok-kelompok Islam dalam partai Masyumi memang rawan konflik. Pembagian peran dalam struktur organisasi yang menempatkan tokoh-tokoh NU pada posisi yang kurang bergengsi cenderung membuat usulan-usulan mereka kurang diindahkan. Hal ini membuat NU kecewa lalu menyatakan diri keluar dari Masyumi. Selanjutnya para tokoh NU mendirikan Partai Nahdlatul Ulama pada 15 April Perpecahan ini lalu berlanjut dengan persaingan antara keduanya pada Pemilu Masyumi pada pemilu tersebut menempati posisi kedua setelah PNI, sedangkan NU di tempat ketiga di atas PKI. Peran politik NU terus berkembang hingga terbentuknya rezim Orde Baru. Bahkan, dalam tekanan rezim yang represif dan sarat rekayasa politik, NU masih bisa tampil memukau dengan meraup suara (18,68 %) dari pemilih dalam Pemilu Posisi ini persis dibawah Golkar, partai binaan pemerintah saat itu. Partai Syarikat Islam Indonesia sebenarnya merupakan kelanjutan dari Sarekat Islam (SI) yang dibentuk HOS Tjokroaminoto pada Sarekat Islam sendiri merupakan kelanjutan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang dibentuk H. Samanhudi tahun Perubahan nama dari SDI menjadi SI memberi perubahan

7 orientasi perjuangan partai ini dari persoalan-persoalan politik SI bergerak secara terang-terangan di lapangan politik dalam rangka mengorganisir pedagang Islam untuk melawan tekanan Belanda dan pedagang Cina. Ketika Masyumi masih menjadi induk gerakan politik Islam Indonesia, suara dan peran SI tidak terdengar sama sekali. Tahun 1947 baru suara SI mulai terdengar ketika para tokohnya yang ada di Masyumi keluar dan mendirikan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Para tokoh SI ini tidak banyak berperan dalam pengambilan keputusan-keputusan politik di Masyumi. Bahkan, ketika kabinet Amir Syarifuddin mengajak untuk bergabung dalam pemerintahan, Masyumi cenderung menutup-nutupi peluang SI. Nama PSII ini kemudian menjadi populer di masyarakat ketimbang induk semangnya, SI dan SDI. Pada pemilu 1955 partai ini bisa meraup suara dari pemilih. Perolehan ini sekaligus menempatkan partai tersebut di posisi nomor lima setelah PKI. Partai Islam Perti sebetulnya cikal bakal dari Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) yang didirikan pada 30 Mei 1930 di Bukit Tinggi, Sumatera Tengah. Awalnya organisasi ini merupakan organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan dan agama. Perti sendiri merupakan benteng pertahanan golongan Islam tradisional terhadap penyebaran paham dari gerakan Islam modern. Pilihan Perti mengubah dirinya menjadi partai politik karena hubungan yang kurang harmonis dengan Majelis Islam Tinggi (MIT), sebuah partai Islam di Sumatera yang kemudian berubah menjadi Masyumi. Pada elite Perti beranggapan dengan mengubah dirinya menjadi partai politik, paham keagamaan mereka lebih mudah dipertahankan. Pada Pemilu 1955 partai ini berada di posisi kesepuluh

8 dengan perolehan suara. Ketika Presiden Soekarno memberlakukan kebijakan penguburan partai, Partai Islam Perti merupakan salah satu dari 9 partai politik yang diizinkan hidup oleh Soekarno. Selain Perti, ada PNI; NU; PKI; Partai Katolik; Partai Murba; PSII; IPKI dan Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) secara formal didirikan tahun 1968 yag diprakarsai oleh berbagai organisasi sosial dan pendidikan Islam yang sebagian besar pemukanya berasal dari anggota-anggota Masyumi. Partai Masyumi sendiri telah dibubarkan oleh Presiden Soekarno karena dianggap terlibat dalam beberapa pemberontakan yang terjadi di daerah. Kendati baru, reputasi tokoh-tokoh Masyumi yang ada dibalik Parmusi membuat partai ini tampil memikat di kalangan umat Islam. Hal ini tercermin dari perolehan suara dalam Pemilu 1971, di mana Parmusi berada di nomor tiga setelah Golkar dan NU. Ketika Soeharto baru berkuasa, hubungan pemerintah dan partai politik saat itu masih berlangsung dengan baik. Pemerintah lalu mengadakan Pemilu tahun 1971 dengan mengakomodasi semua partai yang ada saat itu. Hubungan baik tersebut tidak berlanjut dengan baik karena dua tahun setelah Pemilu, Soeharto melakukan penciutan jumlah partai politik seperti yang dilakukan Soekarno tahun Hasilnya adalah pengelompokan partai politik berdasarkan garis agama (baca: Islam), yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), serta garis nasionalis dan Kristen, yaitu : Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Kendati penyederhanaan partai ini penuh dengan nuansa pakasaan, secara internal hubungan antarunsur di dalam tubuh partai penerus estafet perjuangan empat partai Islam tersebut tetap menunjukkan suasana persaudaraan yang solid.

9 Dalam naskah deklarasi pembentukan PPP yang ditandatangani oleh KH Idham Khalid (NU), HMS Mintaredja (Parmusi), Anwar Tjokroaminoto (PSII), Rusli Halil (Perti) dan KH Masykur (NU) dikatakan bahwa kelahiran PPP merupakan wadah penyelamat aspirasi umat Islam dan cermin kesadaran serta tanggung jawab tokoh-tokoh umat dan pimpinan partai untuk bersatu, bahu membahu membina masyarakat agar lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT melalui perjuangan partai politik. Dengan meleburkan diri ke dalam PPP itu berarti segala aktifitas politik dikonsentrasikan untuk PPP. Sementara segala kegiatan yang bukan kegiatan politik tetap dikerjakan organisasi masing-masing sebagaimana sediakala. Partai NU lalu berganti baju menjadi organisasi kemasyarakatan keagamaan NU, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) menjadi Muslimin Indonesia (MI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) menjadi Syarikat Islam (SI), dan Partai Islam Perti menjadi Perti. Sebagai wadah baru dari kekuatan-kekuatan politik yang sudah lama berkiprah dalam politik reputasi PPP pada masa-masa awal berdirinya sangat dipengaruhi oleh penampilan para tokoh dari keempat partai yang berfusi tersebut. Sebut saja peristiwa penolakan RUU Perkawinan yang diajukan oleh pemerintah tahun Dari semua anggota DPR hanya PPP yang berani menyatakan sikap menolak RUU tersebut karena bertentangan dengan syariat Islam. Penolakan yang diikuti dengan aksi walkout itu berhasil mengurungkan niat pemerintah untuk melanjutkan gagasannya dalam RUU tersebut. Selain itu, sebagai wadah dari partai-partai yang sudah memiliki basis massa yang sudah jelas di masa lalu, kekuatan PPP untuk menghadapi Pemilu

10 1977 masih banyak mendapat sokongan dari partai-partai tersebut. Jika dihitung perolehan kursi berdasarkan pemilu 1971, Partai NU memperoleh 58 kursi, Parmusi 26, PSII 10, dan Perti 2 kursi. Itu artinya ketika akan menghadapi Pemilu 1977 partai yang dipimpin oleh H. MS. Mintaredja ini sudah dimodali 96 kursi. Pada Pemilu 1977 partai yang membawa panji Islam ini berhasil meraup (29,29 %) suara dari pemilih yang terdaftar. Dengan demikian, dari 360 kursi DPR yang diperebutkan, PPP berhasil merebut 99 kursi untuk mendudukkan wakilnya di DPR. Penambahan tiga kursi ini bertolak belakang dengan rivalnya Golkar yang kehilangan empat kursi, dan PDI satu kursi. Sukses PPP kali ini tidak lepas dari sokongan NU sebanyak 56 kursi, Parmusi 25, PSII 14, dan Perti 4 kursi. Sikap kritis PPP terhadap pemerintah kembali terlihat ketika muncul gagasan untuk memberlakukan konsepsi Normalisasi Kegiatan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) tahun Perlawanan PPP yang populer dengan nama interpelasi Syafi i Sulaiman itu membuat citra PPP semakin baik di mata masyarakat, terutama kalangan mahasiswa. Perlawanan lain yang dilakukan juga oleh PPP adalah rencana pemerintah untuk memasukkan aliran kepercayaan, dan Pedoman Pengahayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) ke dalam TAP MPR. Kekompakan dalam PPP mulai terganggu ketika pemerintah menyampaikan RUU penyempurnaan UU Pemilu yang akan digunakan untuk Pemilu Pergesekan terjadi ketika kelompok NU yang merupakan mayoritas dalam Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) DPR menolak hadir dalam sidang pengambilan keputusan atas RUU yang kemudian diundangkan menjadi UU

11 No.2/1980. Ketidakhadiran NU tersebut berkaitan dengan persoalan keanggotaan dalam Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Untuk diketahui tanggal 21 Februari 1980, FPP DPR memasukkan materi duduknya parpol dan Golkar dalam KPPS sebagai wakil ketua untuk menjamin terselanggaranya pemilu yang langsung, umum, bebas dan rahasia (Luber). Usulan tersebut ditolak oleh Soeharto, presiden saat itu. Akhirnya DPP PPP memutuskan menerima kedudukan parpol dan Golkar dalam KPPS hanya sebagai pengawas sebagaimana yang dikehendaki oleh Presiden Soeharto. Keputusan ini kemudian membuahkan perselisihan antara kelompok NU di DPR (yang mendapat dukungan dari PBNU) dengan Ketua Umum DPP PPP Dr. J. Naro, SH maupun pimpinan lain dari NU yang mengikuti kebijakannya. Perselisihan ini ternyata berbuntut pada pengurangan jatah kursi NU dalam penyusunan Daftar Calon Sementara (DCS) untuk Pemilu berlarut-larut yang akhirnya bermuara pada konflik antara kubu NU dan kubu non-nu. Konflik tersebut membawa benih-benih perpecahan di dalam tubuh PPP. Pada Pemilu 1982, perolehan suara PPP hanya 94 kursi. Hilangnya lima kursi tersebut mengisyaratkan bahwa partai yang pernah meraup dukungan dari mayoritas umat Islam Indonesia ini mulai mengalami kerapuhan. Pangkal kerapuhan itu sendiri berakar pada kekecewaan NU. Untuk mengakhiri konflik tersebut, dalam Muktamarnya yang ke 27 di Situbondo, Jawa Timur, NU memutuskan untuk kembali ke Khiitah 1926 sebagai organisasi kemasyarakatan keagamaan, dan tidak lagi mempunyai hubungan organisatoris dengan PPP. Keputusan yang dibuat pada akhir tahun 1984 itu lalu membuat NU mengambil jarak dengan partai yang pernah dibesarkannya itu.

12 Secara operasional, keputusan kembali ke Khittah 1926 oleh para kiai lokal diartikan sebagai tindakan balas dendam kepada PPP dengan cara menarik dukungan mereka dari partai yang menjadi satu-satunya saluran aspirasi politik mereka selama ini. Para kiai di Jawa malah mengkampanyekan kepada para pengikut mereka agar memilih Golkar atau PDI. Aksi penggembosan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh NU lokal ini merupakan pukulan telak buat PPP. Perolehan suara partai pimpinan J. Naro ini pada Pemilu 1987 langsung anjlok dari 94 menjadi 61 (15,25 %) kursi. Kendati posisinya masih di atas PDI, secara politis kekuasaan PPP saat itu sudah benarbenar keropos. Reputasinya sebagai partai Islam pun memudar. Maklum, warga NU yang menjadi basis massa terbesar ijo royo-royo ini banyak yang hengkang ke Golkar dan PDI mengikuti preferensi politik para kiai mereka. Selain aksi penggembosan, runtuhnya kekuasaan PPP juga disebabkan oleh tindakan pemerintahan Orde Baru yang memberlakukan UU No.3/1985 tentang Perubahan atas UU No.3/1975 tentang Partai Politik dan Golonga Karya yang mewajibkan perubahan lambang partai dan penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas kekuatan sosial politik. Tahun itu juga PPP langsung mengganti lambangnya dari Ka bah menjadi bintang, sekaligus menanggalkan Islam sebagai asasnya. Sejak saat itu PPP dibiarkan sebagai partai yang tergantung-gantung tanpa akar. Di bawah pimpinan Ismail Hasan Metareum, PPP tampil dengan pembawaan yang lebih kalem. Pribadi Buya panggilan akrab Ketua Umum PPP yang tenang turut membentuk karakter PPP menjadi partai yang sejuk. Bercermin kepada pengalaman kepemimpinan J.Naro yang cenderung memancing

13 gejolak di dalam PPP, tampaknya Buya berusaha untuk mengakhiri situasi seperti itu dan segera menciptakan ketenangan dan kesejukan. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan demokratisasi di lingkungan partai dan melanjutkan konsolidasi dalam rangka menyatukan kembali seluruh umat PPP. Konsolidasi yang dibangun oleh Buya ini secara internal berhasil meredam munculnya gejolak di dalam partai bintang. Namun, secara eksternal langkah yang ditempuh Buya itu belum mengubah citra PPP sebagai satu partai yang sarat konflik. Kendati demikian, dalam Pemilu 1992 PPP bisa tampil lebih kompak dibanding Pemilu 1987 dan Dari pemilih yang terdaftar pada Pemilu 1992, PPP bisa meraih 17,07 persen suara, atau sebanyak 62 kursi di DPR (15,5 %). Perolehan kursi tersebut menunjukkan PPP hanya berhasil menambah satu kursi dibanding perolehannya pada Pemilu Perolehan tersebut terpaut jauh di bawah Golkar yang berhasil meraup 67,98 % suara pemilih, atau 282 kursi DPR (70,5 %). Tidak terangkatnya suara pemilih PPP dalam pemilu kali ini secara politis melengkapi kekalahan PPP pada dua pemilu sebelumnya. Kekalahan dalam tiga pemilu secara berturut-turut agaknya membuat para petinggi partai pemegang nomor urut satu ini menjadi gamang untuk menghadapi Pemilu Kegamangan ini bisa dimaklumi mengingat ketidakberdayaan mereka menghadapi rekayasa politik eksternal terutama dari penguasa, baik dalam bentuk keberpihakan aparat pemerintah terhadap salah satu organisasi peserta pemilu (OPP) atau propaganda untuk memutuskan hubungan antara (Diakses 20 Maret 2010)

14 Bagi PPP, keberpihakan aparat pemerintah terhadap Golkar telah membuat peraturan dan konstelasi politik di Indonesia saat itu menjadi tidak sehat. Sikap pemerintah yang cenderung memenangkan Golkar membuat partai politik selalu dipojokkan. Kondisi ini lalu diungkapkan Buya Ismail dalam acara Pembukaan Musyawarah Wilayah (Muswil) III DPW PPP Bali, Jumat, 8 September 1995, yang dengan tegas menyatakan, peran dan posisi partai politik dipinggirkan dari kehidupan demokrasi di Indonesia. Pergaulan dalam politik sangat diplomatis, penuh kepura-puraan. Di daerah-daerah partai politik bagaikan kekuatan haram yang harus dijauhkan, dikucilkan, dan digencet. Ungkapan yang sempat menyentil ketenangan Yogie S.M Menteri Dalam Negeri merangkap Pembina Politik Dalam Negeri saat itu memang dimaksudkan untuk memprotes sikap pemerintah yang dinilai tidak fair terhadap semua OPP. Kecenderungan pemerintah memihak kepada Golkar telah membuat warga partai politik, khususnya PPP, banyak yang mengalami perlakuan diskriminatif dari pemerintah daerahnya masing-masing. Sebagai contoh, agar bisa menjadi lurah dan PNS lainnya warga masyarakat harus memiliki Nomor Pokok Anggota Golkar (NPAG). Ketentuan NPAG ini dirasa sangat merugikan partai karena masyarakat yang mau menjadi PNS atau membuka usaha lainnya boleh jadi akan berpikir dua atau tiga kali untuk memilih PPP. Banyak kalangan menilai protes PPP tersebut merefleksikan puncak kekecewaan PPP terhadap peraturan dan sistem politik yang ada saat itu. Ada keyakinan bahwa kejadian itu merupakan manuver dari partai yang mendasari perjuangannya pada prinsip akhlaqul karimah ini untuk bangkit dan mengubah penampilannya dari partai yang lembek menjadi keras. Perubahan penampilan

15 ini bisa dimaklumi mengingat selama ini PPP selalu mencoba tepa selira, kritik dengan halus agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Sayangnya, karena gaya kritik seperti itu, suaraya malah tidak dihiraukan. Secara eksternal perubahan gaya PPP ini juga dilatarbelakangi oleh adanya kekhawatiran massa bekas partai Islam ini akan lari hanya karena merasa simpati sebesar-besarnya dari umat Islam. Orientasi kepada umat Islam ini didasarkan pada motivasi partai untuk menegakkan ajaran Islam di segala bidang kehidupan, dan keyakinan bahwa di dalam PPP selama ini telah dialiri roh Islam. Selain untuk menaikkan kembali pamor PPP, sikap tersebut juga didasari oleh komitmen PPP sebagai wadah perjuangan aspirasi politik umat Islam yang solid dan telah lama berkiprah dalam politik. Karena itulah, partai ini selalu terdorong untuk mendekati umat Islam, baik yang masih bersimpati kepadanya atau yang telah menyalurkan aspirasi politik mereka kepada organisasi sosial politik (orsospol) yang lain. Sayangnya, bersamaan dengan upaya-upaya PPP untuk menaikkan kembali kepercayaan umat, muncul juga upaya-upaya lain untuk membuat umat Islam berpaling dari PPP. Terhadap kondisi ini Buya Ismail juga pernah mensinyalir bahwa di saat kepercayaan masyarakat kepada PPP sedang tinggi, muncul insinuasi-insinuasi bahwa PPP tidak bisa mengklaim dirinya sebagai partainya umat Islam. Kampanye-kampanye tersebut dinilai ampuh untuk mengucilkan PPP dari umat Islam. Akibatnya, jarak antara PPP dengan umat Islam, ulama dan tokoh-tokoh Islam yang selama ini sudah renggang menjadi tambah jauh.

16 Berangkat dari dua kondisi yang kurang menguntungkan tersebut PPP mencoba bangkit untuk melawan bentuk-bentuk kezaliman yang telah ditimpakan kepada dirinya selama ini. Tampaknya PPP telah memperhitungkan untuk meraih simpati dari masyarakat, kesan sejuk yang selama ini melekat pada partai ini harus dihilangkan terlebih dahulu, lalu membangun citra baru yang lebih dinamis. Semenjak 1995 PPP tampil lebih keras terutama dalam memberikan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penataan politik nasional. Tahun 1997, pada perayaan hari lahirnya yang ke 24 PPP telah merumuskan sepuluh masalah mendasar dan krusial yang tengah dihadapi bangsa ini. Pertama, merosotnya moral bangsa yang semakin terasa di semua strata kehidupan. Indikasinya adalah berkembangnya kejahatan secara berani, perkosaan, kebringasan, korupsi dan kolusi, kesewenang-wenangan, pungli, dan suap. Kedua, keadilan da kepastian hukum yang ditandai dengan materi hukum yang kurang menyelami spirit kerakyatan, dan penegakan hukum yang terkesan belum mencerminkan rasa keadilan, kepastian, dan ketentraman. Ketiga persamaan, kebersamaan dan kekeluargaan yang semakin populer diucapkan, tetapi pelaksanaannya makin tidak populer di mata rakyat. Keempat, kesenjangan sosial, kelima, politik dan demokratisasi yang semakin mengarah pada upaya memupuk kekuatan untuk kelompok yang berkuasa atau kelompok kepentingan. Keenam, semakin sulitnya membentuk pemerintahan yang bersih dan berwibawa karena praktik korupsi dan kolusi serta pamer kemewahan telah menjalar ke dalam nadi kehidupan bangsa. Ketujuh, mandeknya fungsi DPR karena intervensi suprastruktur lewat kebijakan-kebijakan sepihak yang tidak adil. Kedelapan, rendahnya kualitas pendidikan karena merosotnya wibawa guru, dan semakin

17 mahalnya biaya pendidikan. Kesepuluh, pemasungan terhadap ruang gerak dan kreativitas generasi muda terutama dalam politik. Kendati tidak memiliki kewenangan untuk melaksanakan kesepuluh tuntutan di atas, PPP tetap konsisten untuk memperjuangkannya baik melalui pernyataan-pernyataan politik maupun aksi nyata wakil-wakilnya di DPR. Karena bagi PPP perbaikan terhadap sepuluh kondisi di atas merupakan amanah dalam rangka amar ma ruf nahi munkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Sebagai kelanjutan dari perjuangan amar ma ruf nahi munkar tersebut, dalam kampanye menjelang Pemilu 1997 PPP banyak mengangkat tema yang berkaitan perbaikan terhadap kesepuluh kondisi di atas. Masalah kesenjangan sosial, kemiskinan, dan ketidakadilan dalam pembangunan politik dan ekonomi merupakan tema utama dan keprihatinan PPP. Pasalnya, persoalan-persoalan tersebut sangat mudah membuat masyarakat frustasi yang mengarah kepada kekalapan sosial. Dukungan massa terhadap kehadiran PPP dalam kampanye pemilu 1997 terbilang besar. Apalagi pada kampanye kali ini terjadi fenomena Mega Bintang, dimana massa PDI pro Megawati Soekarnoputri yang tidak puas dengan campur tangan pemerintah dalam pengambilalihan kantor DPP PDI pada Juli 1996 bergabung dengan massa PPP. Kekompakan seluruh DPW dalam menghadapi pemilu membuat penampilan PPP pada pemilu kali ini tampaknya lebih percaya diri. Kekompakan ini sendiri tercipta karena Buya Ismail pada periode kepemimpinannya kali ini

18 relatif berhasil meredam gejolak yang muncul di beberapa DPW. Fenomena ini lalu membuat para petinggi PPP berani menargetkan 96 kursi pada pemilu Dari pemilih yang terdaftar dalam pemilu 1997 hanya (90,58 %) yang datang ke TPS. Dari jumlah tersebut yang memilih PPP suara (22,43 %). Dengan demikian, dari 425 kursi di DPR, PPP berhasil meraup 89 kursi. Perolehan ini jauh lebih baik dibanding pada pemilu 1987 dan Sementara Golkar mampu meraih 325 kursi dan PDI turun drastis hingga 11 kursi. Di balik perolehan kursi yang diraih oleh masing-masing OPP, Ketua Panitia Pelaksanaan Pemilu Pusat (Panwaslakpus) Singgih SH mencatat ada kasus pelanggaran selama pemilu Dari jumlah tersebut, laporan dari PPP sebanyak 984 kasus, Golkar dan PDI 370 kasus. Untuk PPP sendiri jauhjauh dari sudah mengumumkan adanya pelanggaran dalam bentuk dokumen Operasi Fajar yang berisi rencana operasi pemenangan Golkar di desa/kelurahan dengan memberikan santunan/bekal kepada pemilih sebelum menuju ke tempat pemungutan suara (TPS). Bahkan, PPP juga pernah mempermasalahkan surat Sekjen Departemen Penerangan dengan nomor 44/SJ/K/III/1997 tanggal 20 Maret 1997 yang ditujukan kepada Inspektur Jenderal, Dirjen Penerangan Umum, Dirjen RTF, Dirjen PPG dan Kepala Badan Litbang Penerangan, yang isinya antara lain mengatakan,...sebagai upaya memenangkan Gokar di DKI Jakarta sesuai konsensus Gubernur DKI Jakarta dan Gubernur Jawa Barat, bahwa untuk mendukung suara di DPRD Tk I DKI Jakarta setiap anggota Korpri yang 43 (Di Akses 23 Maret 2010)

19 bermukim di wilayah Bogor, Tangerang, dan Bekasi harus pindah domisili formalitas ke kelurahan di wilayah DKI Jakarta, sehingga dalam menggunakan hak pilihnya dapt memperoleh dua kartu suara. Hasil pemilu 1997 meskipun sempat diwarnai aksi protes dan penolakan tanda tangan oleh PPP, namun pada akhirnya hasil tersebut diterima juga. Pulihnya kembali kepercayaan diri PPP melalui peningkatan perolehan suara pada pemilu 1997 ini hanya bisa dirasakan sesaat saja. Pasalnya, pemilu 1997 ini merupakan pemilu penutup pada rezim Orde Baru. Pemerintahan Soeharto- Habibie yang seharusnya berjalan hingga 2002 ternyata berhenti di tengah jalan karena didesak oleh kuatnya gerakan reformasi saat itu. Pemerintahan Soeharto tumbang pada Mei 1998, diteruskan dengan pemerintahan Orde Reformasi pimpinan presiden B.J Habibie. Pada masa pemerintahan transisi inilah terjadi gerakan pembaharuan dalam sistem politik Indonesia. Gema reformasi politik yang menghendaki segera dikeluarkannya UU Kepartaian, UU Pemilu, dan UU Susduk DPR MPR yang baru mendapat sokongan dari partai politik, terutama PPP. Bagi PPP sendiri reformasi politik adalah salah satu keharusan setelah 32 tahun Orde Baru mengekang ruang gerak organisasi sosial politik. Untuk itu PPP terus mendesak Presiden Habibie agar segera menunjukkan komitmennya untuk melanjutkan perjuangan reformasi dengan menempatkan orang-orang yang benar-benar bersih dari pengaruh Orde Baru. Agar reformasi benar-benar bisa dimulai, pemerintahan Habibie juga harus menyiapkan landasan hukum atau aturan-aturan yang mendasar yang menjamin pelaksanaan reformasi.

20 Tampaknya, semangat reformasi yang ditunjukkan oleh PPP ini berkaitan dengan keinginan partai ini untuk mendorong supaya segera diadakan pembaharuan dalam bidang politik, terutama sistem kepartaian. Hal ini bisa dimaklumi, karena selama berada di bawah sistem yang lama, PPP akan selalu berada di bawah tekanan pemerintah dan tidak akan pernah bisa mengaktualisasikan dirinya. 44 Dalam rangka mengaktualisasikan diri inilah pada 29 November - 2 Desember 1999 PPP melaksanakan muktamar keempat. Pelaksanaan muktamar yang dipercepat ini memang dipacu oleh salah satu tuntutan akan reformasi, antara lain melaksanakan pemilu dalam waktu sesegera mungkin. Bagi PPP, pelaksanaan muktamar dalam suasana politik makro yang dinamis akan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk melakukan reaktualisasi diri sebagai salah satu kekuatan politik penting di Indonesia. Reaktualisasi tersebut menyangkut dua hal, yaitu pertama, PPP kembali ke khittah, jatidiri ketika partai ini dideklarasikan 30 tahun silam sebagai partai politik Islam. Keputusan ini ditandai dengan pemakaian kembali Islam sebagai asas partai. Kedua, PPP akan kembali menggunakan Ka bah sebagai tanda gambar partai pada pemilu mendatang. Keputusan tersebut menimbulkan problematika yang kompleks dalam tubuh PPP. Di satu sisi keputusan yang merupakan titik balik partai ini dalam mengapresiasikan diri sebagai partai Islam seolah ingin membangkitkan kembali romantika politik PPP era , masa di mana PPP berjaya dengan 44 ibid

21 ideologi Islam dan tanda gambar Ka bah. Pandangan dan tingkah laku PPP yang kritis pada masa ini bisa diandalkan untuk menjadi oposisi. 45 Sementara, di sisi lain, keputusan tersebut serta-merta mencuatkan adanya krisis identitas di dalam PPP. Krisis identitas ini berakar dari identitas ganda sebagai bekas partai Islam yang lahir dalam perjalanan sejarahnya. Dilema ideologi, Islam dan Pancasila yang pernah melekat ke tubuh partai ini lalu menelurkan ambivalensi, yaitu citra sebagai partai umat Islam yang eksklusif di satu pihak, dan partai nasional yang inklusif di lain pihak. Kendati mainstream PPP memang cenderung menghendaki PPP kembali menggunakan asas Islam, di tubuh PPP sendiri ada faksi yang masih menginginkan PPP menjadi partai yang lebih terbuka. Persoalan lain yang tampaknya akan membuat PPP benar-benar kelimpungan adalah strategi menghadapi pemilu era reformasi dengan sistem multipartai. Untuk diketahui, pada pemilu 1999 terdapat 48 partai peserta pemilu yang merupakan hasil seleksi dari 141 partai yang terdaftar di Departemen Kehakiman. Sebagai partai Islam sudah pasti PPP akan bersaing untuk merebut suara umat Islam dengan sesama partai politik Islam yang lain. Jika ditelisik, dari 48 partai tersebut, ada 12 partai yang secara tegas menyatakan diri sebagai partai Islam dan ada lima partai nasionalis dengan nuansa Islam yang didominasi PAN dan PKB. Melihat komposisi partai-partai Islam tersebut tentunya otoritas tunggal PPP sebagai partai pembawa suara umat Islam menjadi goyah. Dalam arti keutuhan suara umat Islam yang ada di PPP 45 /PPP-fusi-dan-kejayaannya.html. Duakses 30 Maret 2010

22 selama ini akan terpecah-pecah mengikuti partai politik yang mewakili aliran keislaman mereka. Sebagai partai hasil fusi, kekuatan PPP bergantung pada basis kultural dari unsur-unsur fusinya sendiri. Ketika unsur-unsur tersebut keluar dan membentuk partai masing-masing dengan sendirinya jumlah suara yang ada di PPP jadi gembos. Fenomena inilah yang menimpa PPP pada pemilu Unsur NU mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Kebangkitan Umat (PKU), Partai Suni (Solidaritas Umat Nahdliyin Indonesia), dan Partai Nahdlatul Ummah (PNU). Dari Parmusi/MI muncul Partai Bulan Bintang, Partai Umat Islam (PUI), Partai Masyumi Baru, dan Partai Politik Islam Masyumi. Sementara PSII membentuk Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Syarikat Umat Islam Indonesia (PSII) Di luar unsur-unsur tersebut ada Partai Keadilan (PK) dengan basis massa kelompok intelektual muda dan aktivis Islam kampus. Sementara, ada pula Partai Amanat Nasional (PAN) yang bukan partai Islam tetapi sebagian besar pendukungnya adalah organisasi kaum modernis Islam, Muhammadiyah. 46 Komposisi partai-partai Islam tersebut langsung menggerus suara umat Islam yang ada di PPP. Maklumlah, pada pemilu 1999 PPP harus rela untuk berbagi suara dengan partai-partai Islam lainnya. Suara umat yang sudah tercerai berai ini membuat PPP tetap mempertahankan pemilih tradisionalnya yang telah menjadi soko gurunya selama ini. Pemilih tradisional ini merupakan para pemilih fanatik yang secara turun temurun menjadikan PPP sebagai partai pilihan mereka. 46 Tim Litbang Kompas. Partai-Partai Politik Indonesia: ideologi dan program: PT Kompas Media Nusantara 2005 Hal 177

23 Itu artinya biarpun suara mayoritas umat yang selama ini menyatu dalam kantongnya sudah terbagi ke kantong-kantong yang lain PPP tetap optimistis suara dari pendukung tradisionalnya masih bisa menyelamatkan partai ini dari kehancuran. Bahkan dalam hitungan, posisi PPP tidak akan kalah jauh dari partaipartai Islam yang sudah mempunyai akar kultural yang jelas, dan jaringan organisasi massa Islam yang sudah mapan dan sangat dikenal masyarakat akarrumput, seperti PBB, PKS, PAN dan PKB. Karena itulah PPP tetap konsisten memelihara hubungan dengan para pemilih tradisionalnya dari kalangan NU, Parmusi, PSII dan Perti yang tinggal di pedesaan. Strategi ini dipilih dengan asumsi bahwa umat Islam di perkotaan - lapisan menengah ke atas - yang relatif memiliki informasi yang lebih banyak untuk membedakan partai-partai pilihannya, berpeluang besar untuk meninggalkan PPP. Kematangan PPP dalam berpolitik memang teruji dalam Pemilu Sekalipun suara umat Islam sudah tercecer ke partai-partai Islam plus partai nasionalis lainnya, posisi PPP dalam perolehan suara tetap berada di papan atas. Dengan meraih suara (10,70 %) dari pemilih yang terdaftar dalam pemilu 1999 partai dengan nomor urut 9 ini memastikan posisinya di urutan keempat, satu tempat persis di bawah PKB, dan satu tempat persis di atas PAN. Dengan modal suara tersebut, partai pimpinan mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan Hamzah Haz ini memperoleh 58 kursi (12,55 %) dari 462 kursi DPR yang tersedia. Perolehan ini lebih banyak dibandingkan PKB yang hanya mengumpulkan 51 kursi (11,04 %). Dinamika politik makro setelah Pemilu 1999 banya diwarnai oleh pertarungan politik antara legislatif dan eksekutif. PPP, melalui aktivitas wakil-

24 wakilnya di DPR terlihat larut dalam gejolak tersebut. Kasus pendepakan Abdurrahman Wahid dan penobatan Megawati Soekarnoputri ke atas kursi kepresidenan sebagai salah satu contoh larutnya PPP dalam gejolak kekuasaan. Penampilan PPP pascapemilu 1999 mulai terlihat adem ayem lagi, terutama sikapnya terhadap pemerintah. Padahal, semenjak tahun 1995 partai ini mulai menunjukkan sikapnya yang kritis terhadap kebijakan pemerintah. Apalagi di masa awal reformasi bergulir, PPP selalu tampil menyuarakan tuntutan masyarakat seputar pencabutan dwi-fungsi ABRI, asas tunggal Pancasila, dan Pedoman Penghayatan Pancasila (P4). Namun, seiring terhapusnya produkproduk hukum Orde Baru tersebut dan masuknya kader-kader PPP ke dalam kabinet, sikap PPP pun melunak. Apalagi ketika ketua umumnya Hamzah Haz terpilih menjadi Wakil Presiden, PPP praktis tenggelam dalam buaian kekuasaan dan hilang kepeloporannya. Dinamika politik PPP lalu diwarnai kembali dengan konflik internal yang bermuara kepada perpecahan partai itu. Konflik ini berawal dari ketidakpuasan sejumlah kader partai terhadap keputusan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II PPP pada tahun 2001 yang menunda pelaksanaan Muktamar II hingga Padahal, hasil Muktamar PPP tahun 1998 mengamanatkan pelaksanaan Muktamar V tahun 2003 siklus lima tahunan yang menjadi tradisi PPP selama ini. Ada dugaan, perpanjangan waktu muktamar tersebut karena adanya keengganan penguasa partai saat itu untuk melakukan regenerasi dan restrukturisasi jabatan dalam PPP. Buntutnya, Zainuddin MZ salah satu ketua PPP yang disebut-sebut sebagai rival Hamzah Haz dan Djafar Badjeber serta beberapa kader PPP yang

25 pro Muktamar 2003 menyatakan keluar dari PPP lalu mendirikan PPP Reformasi pada 20 Januari Ironis, di saat iklim politik nasional yang bebas dari tekanan politik pemerintah, PPP bisa mengalami perpecahan. 47 Dengan kondisi tersebut PPP akan tampil menjadi peserta Pemilu 2004 yang mekanismenya berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Selain memilih anggota DPR, pemilu kali ini juga akan memilih anggota DPD, presiden dan wakil presiden secara langsung. Berkaitan dengan tuntutan pemilu saat ini, telah ada instrumen-instrumen politik untuk menyukseskan pemilu kali ini. Diantaranya adalah UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik, dan UU No.12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum. Dalam suasana yang serba baru, keikutsertaan partai politik pun ditaati kembali terutama jumlahnya. Berdasarkan ketentuan baru dalam UU Partai Politik, partapartai yang tidak memperoleh 2 % suara (electoral threshold) pada pemilu 1999 harus bubar dan mendirikan partai politik baru agar bisa mengikuti pemilu Dari 24 partai politik tersebut, jumlah partai berbasis massa Islam hanya 7 (termasuk PKB dan PAN). Secara anatomi, partai-partai ini mewakili tiga aliran Islam yang berkembang di Indonesia. PPP, PBR, PPNUI mewakili kelompok Islam tradisionalis. Dalam kelompok ini PKN sekalipun menyatakan diri sebagai partai nasionalis, tapi para pendukungnya mayoritas adalah warga NU. Kelompok kedua adalah PBB yang mewakili aliran Islam modernis yang mewarisi garis politik partai Masyumi. Partai Amanat Nasional bisa dikelompokkan dalam Islam modernis dengan melihat warga Muhammadiyah yang menjadi pendukungnya. Sedangkan kelompok terkahir adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang 47 Tim Litbang Kompas. Partai-Partai Politik Indonesia: ideologi dan program: PT Kompas Media Nusantara 2005 Hal 180

26 mewakili aliran Islam baru. PKS yang merupakan reinkarnasi dari PK memiliki basis massa kader muda. Menciutnya jumlah partai politik Islam ini jelas akan dimanfaatkan oleh masing-masing partai untuk meraup suara dari partai-partai Islam yang gagal menjadi peserta pemilu. PPP tampaknya optimistis dengan berkurangnya partai Islam akan menjadi berkah buat PPP. Melihat peta kekuatan politik dan peta para pemilih pada pemilu mendatang, partai dengan nomor urut 5 ini bertekad untuk meningkatkan perolehan suaranya pada pemilu mendatang. Dengan menggunakan infrastruktur yang sudah terkonsolidasi dengan baik di 412 cabang di seluruh Indonesia tidak salah kalau partai ini berani memasang target sampai 30 persen. 48 II.3 Perspektif Ideologi dan Program Partai A. Asas Partai Partai Persatuan Pembangunan berasaskan Islam. 49 Partai Persatuan Pembangunan merupakan wadah penyelamat aspirasi umat Islam dan cermin kesadaran dan tanggung jawab tokoh-tokoh umat dan pimpinan partai untuk bersatu bahu membahu, serta membina masyarakat agar dapat lebih menginkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT melalui perjuangan partai politik. 50 Sebagai partai politik, ideologi PPP berazas Islam, Partai Persatuan Pembangunan menjadikan nilai-nilai syariat Islam sebagai prinsip amar ma ruf nahi munkar dan rahmatan lil alamin yang senantiasa dikedepankan sebagai pijakan visi-misi, 48 Tim Litbang Kompas. Partai-Partai Politik Indonesia: ideologi dan program: PT Kompas Media Nusantara 2005 Hal Diakses dari 55 Tim Litbang Kompas Partai-Partai Politik Indonesia

27 simbol politik, dan program perjuangan dalam mengembangkan keberadaan partai tersebut di tengah-tengah masyarakat 51. Dengan demikian secara ideologis, PPP adalah partai yang cocok dengan orientasi ideologis sebagian besar masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, PPP adalah partai yang sangat membumi. Apalagi dengan massa tradisionalnya yang menjadi bagian terbesar dari komposisi umat Islam di Indonesia. Partai Persatuan Pembangunan ssangat prospektif dan mengakar. B. Tujuan Partai Tujuan PPP adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur dan sejahtera lahir bathin dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila di bawah ridho Allah SWT. 52 C. Usaha Partai Untuk mencapai tujuan, PPP melakukan usaha-usaha sebagai berikut 53 : 1. Melaksanakan ajaran Islam dalam hidup perorangan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Mendorong tercipatanya iklim yang sebaik-baiknya bagi terlaksananya kegiatan-kegiatan peribadatan menurut syariat Islam. 3. Memupuk Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah, dan Ukhuwah Basyariyah untuk mengukuhkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dalam segala kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan. 4. Menegakkan, membangun dan mempertahankan NKRI. 5. Memperjelas, memperdalam pengetahun rakyat supaya lebih sadar akan hak dan kewajibannya selaku warga negara dari negara hukum yang merdeka, berdaulat, demokratis dan menghormati HAM. 52 Ibid 53 Ibid

28 6. Menggairahkan partisipasi seluruh rakyat dalam pembangunan negara dan mengusahakan adanya keseimbangan pembangunan jasmani dan rohani. 7. Mengadakan kerjasama dengan partai-partai politik dan golongan masyarakat lainnya untuk mencapai tujuan bersama atas dasar toleransi dan harga menghargai. 8. Memberantas paham komunisme/atheisme dan paham-paham lainnya yang bertentangan dengan Islam dan Pancasila 9. Turut memelihara persahabatan antara Republik Indonesia dengan negara-negara lain atas dasar hormat-menghormati dan kerjasama menuju terwujudnya perdamaian dunia yang adil dan beradab. 10. Melaksanakan usaha-usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan asas dan tujuan partai. D. Jatidiri Partai Partai Persatuan Pembangunan adalah partai politik yang merupakan hasil fusi politik partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syariat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) yang berasaskan Islam, berwawasan nasional, berorientasi keumatan, kerakyatan dan keadilan, serta berupaya untuk mengembangkan tatanan budaya dan perilaku politik Islami dalam wadah NKRI. 54 E. Landasan Perjuangan Partai Landasan etik moral, dan inspirasional perjuangan PPP adalah nilai-nilai ajaran Islam, PPP dengan sadar menyakini bahwa kemerdekaan dan terbentuknya Negara Republik Indonesia adalah atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan UUD PPP berpendirian bahwa bangsa yang mayoritas beragama Islam 54 ibid

29 memiliki jiwa dan semangat religius, yang terpencar dari nilai-nilai ajaran agama yang menjadi dasar keyakinan dan menjiwai perikehidupan manusia dan masyarakat Indonesia. 55 Berdasarkan pemikiran tersebut PPP berkeyakinan bahwa dengan nilainilai Islam sebagai landasan perjuangan, PPP tetap dan terus memiliki jiwa dan semangat religius. Untuk itu PPP bertekad untuk memelihara, mempertahankan, dan melestarikan jiwa dan semangat religius Islam sebagai nilai dasar, sikap mental dan tekad untuk menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, mandiri dan maju. Sebagai partai yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah rakyat, PPP dalam seluruh program dan kegiatannya menitikberatkan kepada pembangunan manusia seutuhnya secara rohaniah dan jasmaniah yang dijiwai oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Oleh karena itu PPP berpendirian bahwa nilai-nilai Islam harus menjadi sumber moral dan etik, sumber inspirasi dan sumber motivasi dalam perjuangan pembangunan nasional. II.4 Cita-Cita Politik dan Visi Partai Visi merupakan suatu pandangan kedepan yang akan menjadi sasaran ataupun tujuan akhir suatu kegiatan. Jadi sebuah visi adalah suatu pandangan yang sifatnya sangat umum tetapi mengandung sesuatu arti yang cukup dalam sehingga di dalam membuat suatu uraian mengenai visi harus benar-benar berdasarkan filosofi yang ingin di interpretasikan. 55 ibid

30 Visi Partai Persatuan Pembangunan diharapkan mampu memberikan orientasi pembentukan sikap politik konstituen sebagai komitmen politik bagi seluruh kader, simpatisan dan partisan yang ada di Mandailing Natal. Berdasarkan sejarah perjuangan, dan jati diri, maka yang menjadi visi PPP adalah terwujudnya masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT dan Negara Indonesia yang adil dan makmur, sejahtera, bermoral, demokratis, tegaknya supremasi hukum, penghormatan terhadap hak asasi manusia, serta menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan dan keadilan sosial yang berlandaskan kepada nilai-nilai keislaman. Secara internal, sasaran platform program kerja Partai Persatuan Pembangunan adalah memantapkan PPP sebagai partai politik demoktaris, sehat, berkarakter, mandiri, kualitas, memiliki kemampuan daya saing dan bekerja sama dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam kehidupan politik. Sedangkan dalam konteks umum, adapun platform program kerja yang ingin dilaksanakan PPP sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Bab III (Usaha) pasal IV antara lain : Pertama, melaksanakan ajaran Islam dalam hidup perorangan, bermasyarakat, dan bernegara. Kedua mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi terlaksananya kegiatan-kegiatan peribadatan menurut syariat Islam. Ketiga, memupuk ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathiniyah, dan ukhuwah basyariah untuk mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam segala kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan. Keempat, menegakkan, membangun dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelima, memperluas dan memperdalam pengetahuan rakyat supaya lebih sadar akan hak dan kewajibannya selaku warga Negara dari Negara hukum yang merdeka,

31 berdaulat, demokratis dan menghormati hak asasi manusia. Keenam, menggairahkan partisipasi seluruh rakyat dalam pembangunan Negara dan mengusahakan adanya keseimbangan pembangunan rohani dan jasmani. Ketujuh, mengadakan kerjasama dengan partai-partai politik dan golongan masyarakat lainnya untuk mencapai tujuan bersama atas dasar toleransi dan harga menghargai. Kedelapan, memberantas faham komunis/atheism dan faham-faham lainnya yang bertentangan dengan Islam dan Pancasila. Di bidang agama, platform PPP menegaskan tentang : 1) Perlunya penataan kehidupan masyarakat yang Islami dan berakhlakul karimah dengan prinsip amar makruf nahi munkar; 2) Pentingnya peran agama Islam sebagai sebagai panduan moral dan sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan kenegaraan; 3) Paradigma hubungan antara Islam dan Negara yang bersigat simbiotik, sinergis, serta saling membutuhkan dan memelihara, yang berpegang pada prinsip harmoni antara universalitas Islam dan lokalitas keindonesiaan, dan 4) Komitmen pada prinsip dan sikap toleransi antar umat beragama. Sementara itu dibidang politik, PPP berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia, terutama pada aspek penguatan pelembagaan, mekanisme dan budaya politik yang demokratis dan berakhlakul karimah. Partai Persatuan Pembangunan menjunjung tinggi hak asasi manusia, menghargai kebebasan berekspresi, berpendapat dan bernegosiasi, terwujudnya good and clean government, dan upaya mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Platform ekonomi PPP mempertegas keberpihakannya pada konsep dan sistem ekonomi kerakyatan, terwujudnya keadilan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, penguasaan Negara terhadap cabang-cabang ekonomi yang menguasai hidup orang banyak, maksimalisasi peran BUMN dan

32 BUMD, dan peningkatan keswadayaan nasional (unit usaha keluarga/individual, usaha swasta, badan usaha Negara dan koperasi) demi terwujudnya kemandirian ekonomi masyarakat dan bangsa Indonesia. Partai Persatuan Pembangunan berkomitmen pada upaya tegaknya supremasi hukum, penegakan HAM, terwujudnya tradisi kepatuhan hukum dan tradisi berkonstisusi, pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, pembaruan hukum nasional, terciptanya tertib sipil dan rasa aman masyarakat, penguatan institusi dan instrument penegak hukum, serta penguatan moralitas penegak hukum. Partai Persatuan Pembangunan berjuang demi terwujudnya kehidupan sosial yang religius dan bermoral, toleran dan menjunjung tinggi persatuan, taat hukum dan tertib sipil, kritis dan kreatif, mandiri, menghilangkan budaya kekerasan, terpenuhinya rasa aman masyarakat, mencegah segala upaya marjinalisasi dan kolonisasi budaya lokal baik atas nama agama maupun modernitas dan pembangunan, mengembangkan nilai-nilai sosial budaya yang bersumber pada ajaran etika, moral dan spiritual agama, serta mengembangkan seni budaya tradisional dan daerah yang memperkaya seni budaya nasional yang didalamnya dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan. Partai Persatuan Pembangunan berkomitmen pada terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai serta kualitas kesehatan yang baik. Program pembangunan kesejahteraan hendaknya diarahkan pada peningkatan kualitas sarana dan prasarana pelayanan umum seperti pendidikan, kesehatan jaminan sosial yang adil dan merata serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Partai Persatuan Pembangunan bertekad menjadikan bidang pendidikan sebagai prioritas dan titik tolak pembangunan

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN. II.1. Cikal Bakal Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN. II.1. Cikal Bakal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN II.1. Cikal Bakal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Pada saat dideklarasikan tanggal 5 Januari 1973, nilai-nilai Islam yang menjadi unsur utama pembentuk partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Lembaga Bentuk Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Lembaga Bentuk Lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Lembaga 1.1.1 Bentuk Lembaga Dalam pelaksanaan magang ini, penulis mendapat kesempatan untuk menganalisa dunia kerja sebenarnya yang sesuai dengan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh selama penelitian yaitu tentang bagaimana upaya PPP dalam meningkatkan perolehan hasil suara pada Pemilu tahun

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partai politik sebagai kekuatan politik mempunyai hak dan bagian dalam setiap pemilihan umum. Pada setiap partai politik menganut ideologinya masing-masing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang dan Perkembangan Bentuk Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang dan Perkembangan Bentuk Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk Usaha, Bidang dan Perkembangan 1.1.1 Bentuk Usaha Dalam pelaksanaan magang ini, mahasiswa mendapat kesempatan untuk menganalisa dunia kerja sebenarnya yang sesuai dengan pendidikan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA Drs. ZAKARIA Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Kehidupan Kepartaian selama

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Kuliah ke-11 suranto@uny.ac.id 1 Latar Belakang Merajalelanya praktik KKN pada hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan DPR dan MPR mandul, tidak mampu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB KELOMPOK 11 Nama Anggota: Nur Ihsani Rahmawati (14144600186) Rizki Utami (14144600210) Siti Aminah (14144600198) Kelas: A5-14 FKIP/PGSD Tugas Kelompok : PKN Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya pemerintahan Orde Baru sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Amien

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya pemerintahan Orde Baru sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Amien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Orde Baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun yakni suatu kurun yang cukup panjang bagi sebuah pemerintahan, runtuh pada 21 Mei 1998.

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu menguntungkan, karena munculnya parpol-parpol tersebut tidak dikehendaki oleh pemerintahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN SKRIPSI. Oleh FAJAR IWANTORO NIM

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN SKRIPSI. Oleh FAJAR IWANTORO NIM DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN 1945-1998 SKRIPSI Oleh FAJAR IWANTORO NIM 090210302018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA

TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA MATAKULIAH : (PENGANTAR ILMU POLITIK) DI SUSUN OLEH : REXY MARTINO A321 15 135 PRODI PPKN JURUSAN PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB 0 I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 0 I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 0 I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semangat Reformasi Birokrasi di lingkungan pemerintahan, telah menumbuhkembangkan perubahan etos kerja yang lebih dinamis dan strategis menuju kearah yang lebih baik.

Lebih terperinci

[102] Ormas Dalam Bahaya Friday, 19 April :43

[102] Ormas Dalam Bahaya Friday, 19 April :43 Sejak era reformasi pemaksaan setiap ormas untuk mencantumkan Pancasila sebagai asas yang ditetapkan oleh TAP MPR no. II/1978 telah dibatalkan oleh TAP MPR no. XVIII/1998. Gelombang aksi protes menyusul

Lebih terperinci

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018

Lebih terperinci

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok http://www.suarapembaruan.com/politikdanhukum/ini-alasan-partai-islam-terseok-seok/49944 Jumat, 21 Februari 2014 10:24 Politik Aliran Pemilu 2014 Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok Yasin Mohammad. Partai

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa rezim Orde Baru kebebasan individu, dalam menyatakan pendapat, kebebasan berorganisasi dan kebebasan pers sangat dibatasi oleh aturan yang ketat secara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah suatu wadah berkumpulnya sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan bekerja bersamasama dan merealisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia ini yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, dimana dalam sistem ini kedaulatan berada ditangan rakyat

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA SYARIKAT ISLAM BANJARNEGARA DALAM PILKADA KABUPATEN BANJARNEGARA 2017

PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA SYARIKAT ISLAM BANJARNEGARA DALAM PILKADA KABUPATEN BANJARNEGARA 2017 PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA SYARIKAT ISLAM BANJARNEGARA DALAM PILKADA KABUPATEN BANJARNEGARA 2017 Oleh: Syafrizal Prabowo Departemen Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP Abstrak Dewasa ini, dinamika politik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di pemerintahan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga BAB V KESIMPULAN Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga berdiri PDI-P, bisa dilihat dari dua aspek, yakni: antar unsur penyokong fusi dan hubungan profesional PDI dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 15, Jakarta 10110 Telepon/Faksimile (021) 3805542

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Daerah Pilihan Daerah Istimewa Yogyakarta 5

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Daerah Pilihan Daerah Istimewa Yogyakarta 5 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Daerah Pilihan Daerah Istimewa Yogyakarta 5 Pada pemilihan calon legislatif tahun 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta dibagi menjadi 7 daerah pemilihan berdasarkan jumlah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU PANCASILA Modul ke: Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Fakultas MKCU Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pancasila dalam Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website: WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan Daerah dan Ormas Partai Desak Munas Minggu, 24 Agustus 2014 JAKARTA, KOMPAS Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2004-2009 Jusuf Kalla mengatakan, tradisi Partai Golkar

Lebih terperinci

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) JURNAL MAJELIS MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) Oleh: Dr. BRA. Mooryati Sudibyo Wakil Ketua MPR RI n Vol. 1 No.1. Agustus 2009 Pengantar Tepat pada ulang

Lebih terperinci

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012 POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012 UNTUK PENCERAHAN DAN SOLUSI PERMASALAHAN BANGSA Muhammadiyah merupakan bagian tak terpisahkan dari komponen bangsa. Oleh karena itu, Muhammadiyah sangat peduli atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,

Lebih terperinci

Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN Pasal 19 s/d 37 Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan Yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Kelompok Ihwan Firdaus Ma rifatun Nadhiroh

Lebih terperinci

AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

Memaknai Pancasila sebagai Dasar Negara*

Memaknai Pancasila sebagai Dasar Negara* Memaknai Pancasila sebagai Dasar Negara* Sejak Sebelum merdeka Pancasila dirumuskan dan kemudian sehari setelah merdeka ditetapkan sebagai dasar negara. Keputusan itu diterima oleh semua pihak karena Pancasila

Lebih terperinci

HANDOUT MATAKULIAH: PROPAGANDA PRODI: ILMU KOMUNIKASI FISIP UNIVERSITAS MALIKUSSALEH Semester: Genap 2010/2011 Pertemuan 9

HANDOUT MATAKULIAH: PROPAGANDA PRODI: ILMU KOMUNIKASI FISIP UNIVERSITAS MALIKUSSALEH Semester: Genap 2010/2011 Pertemuan 9 HANDOUT MATAKULIAH: PROPAGANDA PRODI: ILMU KOMUNIKASI FISIP UNIVERSITAS MALIKUSSALEH Semester: Genap 2010/2011 Pertemuan 9 PROPAGANDA POLITIK di INDONESIA 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2 Propaganda Era Soeharto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyederhanaan dan pendayagunaan kehidupan politik,

Lebih terperinci

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA Oleh : PROF. DR. 1 TERIMA KASIH ATAS UNDANGAN UNTUK MENGIKUTI TEMU NASIONAL ORMAS KARYA KEKARYAAN GAGASAN TENTANG UPAYA MENGATASI KRISIS DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati, PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor

Lebih terperinci

KONDISI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

KONDISI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SUKOHARJO KONDISI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SUKOHARJO 1987-2004 Zain Nur Rusidi SMA N 1 Sukoharjo ABSTRACT United Development Party (Partai Persatuan Pembangunan) is a party founded on January 5,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN 2009-2014 Atas berkat Rahmat Allah SWT, Para penandatangan piagam kerjasama telah sepakat untuk membentuk koalisi berbasis platform

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 7 06/07/2009 2:37 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2001 KEPUTUSAN PRESIDEN

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG. A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung

SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG. A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung IV. SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung Kondisi Indonesia pasca reformasi tahun 1999 mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. penguatan institusi pesantren dan parti politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

BAB VII KESIMPULAN. penguatan institusi pesantren dan parti politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) BAB VII KESIMPULAN Semua dapatan kajian yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya dirumuskan kembali di dalam Bab ini secara ringkas bagi memudahkan pemahaman terhadap objektif, hasil dan manfaat kajian.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. PNS. Kementerian. Hukum. HAM. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-07.KP.05.02

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK POS BANTUAN HUKUM ADVOKAT INDONESIA (POSBAKUMADIN)

PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK POS BANTUAN HUKUM ADVOKAT INDONESIA (POSBAKUMADIN) PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK 2015-2018 POS BANTUAN HUKUM ADVOKAT INDONESIA (POSBAKUMADIN) 1. PENGERTIAN : BAB I PENDAHULUAN a. Program Umum ini dibuat dengan tujuan antara lain bahwa

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016. Tentang

SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016. Tentang SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016 Tentang PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH WILAYAH, MUSYAWARAH WILAYAH LUAR BIASA, MUSYAWARAH CABANG, MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA, MUSYAWARAH ANAK CABANG, MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai penyalur aspirasi masyarakat, dimana partai politik menjadi penghubung antara penguasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek dinamika internal partai politik yang menyebabkan kinerja partai politik sebagai salah satu institusi

Lebih terperinci

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini merupakan tahun politik di Indonesia, karena tahun ini di Indonesia menjalani Pemilu.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR : 41B/ RI/I/2009-2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2010 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH Nomor : 11 Tanggal : 1/9/214 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 214 URAIAN Jumlah Jumlah Rp 3 4 5=4-3 6 1 PENDAPATAN DAERAH

Lebih terperinci

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu; Pemilu 1955. Ini merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Kalau dikatakan pemilu merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi, apakah

Lebih terperinci

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. DEMOKRASI PANCASILA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. PENGERTIAN, PAHAM ASAS DAN SISTEM DEMOKRASI Yunani: Demos

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman * PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 10 September 2015; disetujui: 16 September 2015 Pasangan Calon Tunggal Dalam Pilkada Pelaksanaan

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok'

Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok' Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok' TEMPO.CO 15 Oktober 2012 Lihat Foto TEMPO.CO, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia memprediksi nasib partai Islam pada Pemilu 2014 bakal melemah.»partai dan tokoh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci