BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Peningkatan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar Masa usia sekolah dasar merupakan masa kanak-kanak akhir yang berusia antara 6-12 tahun. Pada masa ini anak banyak mengalami perubahan baik fisik maupun mental hasil perpaduan faktor internal maupun pengaruh dari luar yaitu, lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan yang tidak kurang pentingnya adalah pergaulan dengan teman sebaya. Perkembangan intelektual pada masa ini sangat substansial, karena sifat egosentris, anak menjadi lebih bersifat logis (Sumantri, 2012: ). Umumnya siswa kelas V berada pada usia tahun. Berdasarkan fase perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget bahwa usia tahun termasuk dalam tahapan operasional konkret dan belum mampu berpikir secara abstrak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Piaget (Sumantri, 2012: 1.16) menyatakan bahwa Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret. Anak mampu berpikir operasional, mereka dapat mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Pada masa ini anak-anak berkurang sifat egoisnya, dan bersifat kritis terhadap sesuatu. Peningkatan kemampuan mereka untuk mengerti terhadap orang lain dapat mendorong untuk berkomunikasi lebih efektif dan dapat berpikir lebih fleksibel. Anak berfikir harfiah sesuai dengan apa yang diberikan. 9

2 10 Selanjutnya Piaget juga mengemukakan bahwa anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi halhal yang abstrak. Pada periode ini dicirikan pemikiran yang reversibel, mulai mengkonservasi pemikiran tertentu, adaptasi gambaran yang menyeluruh, melihat objek dari berbagai sudut pandang (Budiman, 2006: 45). Sejalan dengan karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar, Sobur (2011: 132) mengungkapkan bahwa pada periode Sekolah Dasar, anak mencapai objektivitas tinggi yaitu mereka berada pada masa bereksperimen yang distimulasi oleh dorongan menyelidiki dan rasa ingin tahu yang besar, masa ini juga merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Tim Dosen FIP Malang (Suharjo, 2006: 37-38), menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik pertumbuhan kejiwaan sebagai berikut: (1) pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat, (2) kehidupan sosialnya diperkaya dengan kehidupan kelompok sebaya, sehingga lebih senang bekerjasama, dan bersaing dengan teman-teman seusianya, (3) menyadari diri selain mempunyai keinginan dan perasaan tertentu, yaitu bertumbuhnya minat atau cita-cita yang sesuai dengan kemampuannya, (4) kemampuan berpikirnya masih dalam tingkatan persepsional, (5) dalam bergaul, bekerja sama dan kegiatan bersama tidak membedakan jenis, (6) mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat, dan (7) ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang. Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar berada pada rentang umur tahun, yaitu berada pada tahap operasional konkret dan belum mampu berpikir secara abstrak. Anak-anak mengalami perubahan yang cukup signifikan baik secara fisik maupun mental. Selain itu kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini, anak memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajar, serta memiliki keinginan berkelompok dengan teman sebaya.

3 11 Mengingat anak usia tahun memiliki sifat khas membentuk kelompok sebaya, dalam pembelajaran yang didukung dengan pengelompokkan siswa, agar dapat meningkatkan pembelajaran. Karena pada masa ini anak berkurang sifat egoisnya, dan bersifat kritis terhadap sesuatu. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran TAI dengan media visual sesuai untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Model pembelajaran ini akan membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran dengan belajar secara berkelompok yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga menumbuhkan motivasi serta partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS. Penggunaan media media visual juga dianggap tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD, yang belum dapat berpikir secara abstrak. b. Hakikat Pembelajaran Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 20 (Warsito: 85), menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sagala (2012: 64) menyatakan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru, dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak berarti, jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya (Warsito: 85). Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dengan penggunaan berbagai strategi, metode, pendekatan yang saling berpengaruh untuk mencapai tujuan yang hendak

4 12 dicapai. Pembelajaran dalam penelitian ini merupakan proses interaksi siswa dengan guru, sumber belajar, serta lingkungan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. c. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial di SD 1) Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yangcinta damai (Tim Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006). Menurut Somantri (Sapriya, 2011: 11), pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran disekolah. Ilmu Pengetahuan Sosial yang diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalahmasalah sosial itu dapat dipahami siswa. Dengan demikian para siswa akan dapat menghadapi dan memecahkan masalah sosial sehari-hari (Winataputra, 2008: 1.40). Berdasarkan pengertian IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang merupakan seleksi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan yaitu

5 13 mengarahkan peserta didik untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan warga dunia yang cinta damai, serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya. Dengan demikian siswa diharapkan akan mempunyai kepekaan terhadap lingkungan sosial dan dapat menghadapi dan memecahkan masalah sosial sehari-hari. 2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 175), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and velues) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2011: 12). Selanjutnya Winataputra, dkk mengemukakan bahwa tujuan utama IPS ialah mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokratis. (2008: 1.11) Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan para peserta individu sebagai warga

6 14 negara yang menguasai (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and velues) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk berperan serta dalam kehidupan demokratis dan sebagai warga dunia yang efektif. 3) Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Ruang lingkup mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut: (1) manusia, tempat, dan lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (3) sistem sosial dan budaya; (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Semua hal tersebut mencakup semua yang dipelajari dalam ruang lingkup mata pelajaran IPS (Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006: 176). Sejalan dengan pengertian di atas, Soelaeman (Tanjung, 2013: 13) mengemukakan aspek di dalam Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi perkembangan masyarakat dengan kebudayaan, masalah susila secara sadar atau tidak sadar, kemudian masalah yang diwujudkan oleh kenyataan-kenyataan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Ilmu Sosial memberikan kepada individu lebih peka dan terbuka, disertai rasa tanggung jawab yang kuat. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa segala yang akan dipelajari dalam IPS akan berhubungan dengan masyarakat. Untuk itu dalam pembelajaran IPS tidak hanya berhubungan dengan hafalan saja akan tetapi lebih bermakna dengan secara langsung diterapkan dalam masyarakat. Melalui pembelajaran yang bermakna siswa akaan lebih maksimal dalam teori dan dapat diterapkan dalam masyarakat. Pada penelitian ini, ruang lingkup yang diteliti hanya meliputi waktu, keberlanjutan, dan perubahan. d. Materi Pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan lingkup standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator Ilmu Pengetahuan Sosial

7 15 kelas V semester genap. Indikator yang ditentukan merupakan pengembangan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penjabaran indikator mendeskripsikan ketercapaian yang harus dikuasai siswa. Indikator-indikator pada penelitian dapat diketahui ketercapaiannya melalui evaluasi di akhir pembelajaran yang disesuaikan dengan materi. Berikut penjabaran tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada tabel 2.1. tentang perjuangan mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia (untuk lebih jelasnya silabus pembelajaran terlampir pada lampiran 2). Tabel 2.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Materi Perjuangan Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahanka n kemerdekaan Indonesia Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Kompetensi Dasar Indikator 2.1 Mendeskripsikan Menyebutkan para tokoh pejuang perjuangan para pada penjajahan Belanda tokoh pejuang pada Menceritakan perjuangan para pada penjajah tokoh daerah dalam upaya Belanda dan Jepang mengusir penjajah Belanda Menceritakan pendudukan Jepang di Indonesia Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh penting pergerakan nasional Menceritakan peristiwa sumpah pemuda Menceritakan tokoh dalam peristiwa Sumpah Pemuda 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia Menjelaskan usaha dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia Mengidentifikasi beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Menunjukkan sikap menghargai jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan

8 16 Berdasarkan tabel Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar, materi Perjuangan Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas V SD yang akan digunakan dalam penelitian yaitu: 1) Perjuangan Para Tokoh Pejuang pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang a) Masa Penjajahan Belanda Tokoh-tokoh yang melawan penjajah Belanda (1) Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram (Tahun 1613 dan Tahun 1645) (2) Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten ( ) (3) Sultan Hasanudin dari Makasar Sulawesi Selatan yang Mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur (4) Pattimura (Thomas Matulesi) dari Maluku (5) Imam Bonjol dari Sumatra Barat (6) Diponegoro (Ontowiryo) dari Yogyakarta ( ) (7) Pangeran Antasari dari Banjarmasin (8) Sisingamangaraja XII dari Tapanuli Sumatra Utara (9) Teuku Umar dan Cut Nyak Dien dari Aceh b) Masa Penjajahan Jepang (1) Tokoh-tokoh pejuang pada masa pendudukan jepang: (a) Tengku Abdul Jalil dan Tengku Abdul Hamid (b) K.H. Zainal Mustafa (c) Pang Suma (d) Supriyadi (2) Jawa Hokokai (3) PETA (4) PUTERA c) Pergerakan Nasional Indonesia (1) Tokoh-tokoh penting Pergerakan Nasional Indonesia

9 (a) R. A. Kartini (b) Dewi Sartika (c) Dr. Sutomo (d) K.H. Dewantoro (e) Douwes Dekker (2) Peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan Bangsa Indonesia Isi Sumpah Pemuda 1. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia 2. Kami putra-putri Indonesia, mengakui berbangsa satu, bangsa Indonesia. 3. Kami putra-putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. 17 Berkat Sumpah Pemuda itu, arah perjuangan bangsa Indonesia menjadi semakin tegas, yaitu mencapai kemerdekaan tanah air Indonesia. Untuk mencapai kemerdekaan tersebut, bangsa Indonesia memandang perlu adanya rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa, yaitu bangsa Indonesia. 2) Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Perumusan Dasar Negara a) Usaha mempersiapkan kemerdekaan (1) Persiapan Kemerdekaan oleg BPUPKI (2) Persiapan Kemerdekaan oleg BPUPKI b) Perumusan Dasar Negara c) Tokoh yang Berperan dalam Mempersiapkan Kemerdekaan (1) Ir. Soekarno (2) Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (3) Prof. Dr. Mr. Supomo ( ) (4) Mohammad Hatta ( ) (5) Mohammad Yamin ( )

10 18 (6) Ahmad Subarjo ( ) d) Cara Menghargai Jasa Tokoh-tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Sikap kita dalam menghargai jasa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan yaitu: (1) Membangun monumen proklamasi (2) Menetapkan Hari Musik Nasional (3) Penamaan jalan dengan menggunakan nama pahlawan Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan pembelajaran IPS yaitu interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dengan penggunaan berbagai strategi, metode, pendekatan yang saling berpengaruh untuk mencapai tujuan yang dikehendakai melalui perubahan yang ditunjukan melalui evaluasi dengan maksud agar siswa mampu berkomunikasi dan bekerjasama dan mempunyai kepekaan terhadap lingkungan sosial dan dapat menghadapi serta memecahkan masalah sosial sehari-hari. 2. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Media Visual a. Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI) 1) Pengertian Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Slavin (Huda, 2013: 200) menyatakan Team Assisted Individualization (TAI) merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individual secara akademik. Shoimin (2014: 200) menyatakan dalam model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 orang) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya.

11 19 Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran yang memadukan keunggulan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dengan latar belakang dan cara berpikir siswa yang heterogen untuk mengatasi kesulitan belajar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model TAI, siswa di dorong untuk bekerja sama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. 2) Karakteristik Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Suyatno (2009: 57) menyatakan karekteristik Team Assisted Individualization (TAI) yaitu bahwa tanggung jawab belajar adalah pada siswa, oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru, pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-instruksi. Daryanto dan Rahardjo (2012: ) menyatakan ciri khas pada tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah disiapkan oleh guru kemudian hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yaitu, model pembelajaran kelompok yang heterogen, yang saling bertanggungjawab secara individu untuk belajar materi pembelajaran yang sudah disiapkan, kemudian hasil belajar tersebut dibawa ke dalam kelompok untuk dibahas bersama kelompok, sehingga seluruh jawaban merupakan tanggung jawab semua anggota kelompok.

12 20 3) Langkah-langkah Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Shoimin (2014: ) mengemukakan bahwa langkahlangkah model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut: (1)Plecemen Test yaitu guru memberikan tes awal; (2) Teams, yaitu membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa; (3) Teaching Grup, yaitu pemberian materi secara singkat; (4) Student Creative, yaitu guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok; (5) Team Study, siswa belajar bersama kelompoknya; (6) Fact Test, adalah memberikan tes berdasarkan fakta (kuis); (7) Team Score and Team Recognition, guru memberikan skor dan memberikan penghargaan; (8) Whole-class Unit, yaitu guru menyajikan kembali materi. Huda (2013: ) menyatakan sintak pembelajaran TAI mencakup tahapan-tahapan konkret dalam melaksanakan program tersebut di ruang kelas, yaitu (1) tim, dalam TAI siswa dibagi ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4-5 orang, (2) tes penempatan, siswa diberikan pre-test, (3) materi, siswa mempelajari materi pembelajaran yang akan didiskusikan, (4) belajar kelompok, siswa melakukan belajar kelompok bersama rekan-rekannya dalam satu tim, (5) skor dan rekognisi, hasil kerja siswa di score di akhir pengajaran, dan setiap tim yang memenuhi criteria sebagai tim super harus memperoleh penghargaan (recognition) dari guru, (6) kelompok pengajaran, guru memberikan pengajaran kepada setiap kelompok tentang materi yang sudah didiskusikan, dan (7) tes fakta, guru meminta siswa untuk mengerjakan tes-tes untuk membuktikan kemampuan mereka yang sebenarnya. Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut; (1) tes penempatan, siswa diberikan pre-

13 21 test, (2) penyampaian materi oleh guru, (3) guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa (tim), (4) diskusi yaitu hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok (belajar kelompok), (5) guru memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari (kelompok pengajaran), (6) guru memberikan pengajaran klasikal kepada siswa dan membuat kesimpulan (kesimpulan), (7) guru memberikan evaluasi kepada siswa secara individual (tes), dan (8) guru memberikan penghargaan kepada kelompok (penghargaan). Dalam penelitian ini terdapat delapan langkah pembelajaran yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas V SD N 2 Karangsari dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. 4) Kelebihan dan Kelemahan Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Shoimin (2013: 202) mengungkapkan bahwa kelebihan model pembelajaran tipe Team Asissted Individualization (TAI) sebagai berikut: (1) siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya, (2) siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dalam keterampilannya, (3) adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah, (4) siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok, (5) mengurangi kecemasan, (6) menghilangkan perasaan terisolasi dan panik, (7) menggantikan bentuk persaingan dengan saling kerjasama, dan (8) melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar. Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualisation (TAI) yaitu: (1) tidak ada persaingan antarkelompok, (2) siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai, (3) terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih terhadap siswa yang kurang, (4) memerlukan periode lama, (5) sesuatu yang harus dipelajari dan

14 22 dipahami belum seluruhnya dicapai siswa, (6) bila kerjasama tidak dapat dilakasnakan dengan baik, yang akan bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja, dan (7) siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompok. Menurut Slavin (2005: ) menyatakan bahwa kelebihan Team Assisted Individualization (TAI) antara lain sebagai berikut: (1) dapat meminimalisir keterlibatan guru, (2) guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompokkelompok kecil, (3) pelaksanaan program baik untuk guru atau siswa cukup sederhana, (4) siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi dengan cepat, (5) para siswa dapat mengecek pekerjaan satu sama lain, dan (6) menimbulkan sikap positif siswa. Kelemahan model pembelajaran Team Asissted Individualization (TAI) menurut Prahesti (Lestari: 33) adalah, (1) siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan pada siswa yang pandai, (2) tidak ada persaingan antar kelompok. Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai berikut: (1) membantu siswa yang kesulitan dalam belajar, (2) mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa, (3) melatih kerjasama diantara siswa (4) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah, (5) menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. Sedangkan kelemahan tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai berikut: (1) siswa yang kurang pandai akan menggantungkan pada siswa yang pandai, (2) tidak ada persaingan kelompok, dan (3) adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan teman sekelompoknya. Berdasarkan kekurangan dan kelebihan model pembelajaran TAI pada penelitian ini peneliti memaksimalkan kelebihan model tersebut dengan cara meningkatkan aktivitas siswa dala pembelajaran,

15 23 sedangkan kelemahannya diminimalkan dengan cara memberikan bantuan secara individual bagi siswa yang berkesulitan belajar serta mengimbangi dengan persaingan yang sehat di antara kelompok. b. Media Visual 1) Pengertian Media Visual Hamdani (2009; 248) menyatakan bahwa media visual adalah media yang dapat dilihat menggunakan indera penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Selanjutnya, Sukiman (2011: 85), menyatakan bahwa media visual adalah media pembelajaran yang menyalurkan pesan melalui indera pandang/ penglihatan. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian media visual adalah media pembelajaran yang menyalurkan pesan (isi pelajaran) dari guru ke siswa melalui indera pandang/ penglihatan. 2) Prinsip umum Penggunaan Media Visual Media visual mempunyai prinsip dalam memnggunakannya agar penggunaan media tersebut efektif. Arsyad (Sari, 2013: 38) menyebutkan bahwa prinsip penggunaan media visual adalah sebagai berikut: (1) Menggunakan visual yang sederhana dengan menggunakan gambar, garis, kartun, dan diagram. (2) Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. (3) Grafik digunakan untuk menggambarkan ikhtisar seluruh materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh siswa mengorganisasikan informasi.

16 24 (4) Mengulangi sajian visual dan melibatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat. (5) Gambar digunakan untuk melukiskan perbedaan konsepkonsep, misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang divisualkan itu secara berdampingan. (6) Visual yang diproyeksikan dapat dibaca dan mudah terbaca. (7) Visual khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi yang agak kompleks. (8) Warna harus digunakan secara realistik. Selain itu Arsyad (2013: 76) juga menyatakan dalam penggunaan media visual yaitu; (1) kesederhanaan, (2) penekanan, (3) keterpaduan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan media visual hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (1) kesederhanaan yaitu memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan, (2) penekanan yaitu penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa, (3) keterpaduan yaitu membentuk satu kesatuan sehingga dapat terlihat jelas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ketiga prinsip tersebut dalam menggunakan media visual. Media visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah; (1) media gambar, (2) bagan, (3) gambar dan bagan. 3) Langkah-langkah Penggunaan Media Visual Langkah-langkah penggunaan media visual diungkapkan oleh Yudhi (Afriatun, 2014: 37) meliputi guru memilih jenis media visual yang akan digunakan sesuai materi pembelajaran, menyiapkan perangkat yang dibutuhkan media visual, menempatkan media visual sesuai dengan kondisi kelas, dan menyampaikan materi. Anitah (2009: 128) menjelaskan langkah-langkah penggunaan media pandang adalah guru menyiapkan peralatanyang dibutuhkan

17 25 dalam media visual, guru memusatkan perhatian siswa pada media, menjelaskan pesan atau materi yang terdapat pada media. Berdasarkan pendapat tersebut, langkah-langkah penggunaan media visual atau pandang meliputi; (a) guru memilih media sesuai dengan karakteristik materi yang akan dipelajari, (b) guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, (c) guru menempatkan media visual sesuai dengan kondisi kelas, (d) guru memusatkan perhatian siswa terhadap media visual, (e) guru menjelaskan materi menggunakan media visual. 4) Kelebihan dan Kelemahan Media Visual Sumantri dan Permana (Afriatun, 2014: 38-39) menjelaskan ada beberapa kelebihan media visual, yaitu; (1) memberi informasi secara simbolis; (2) memperjelas fakta dari suatu peristiwa, objek atau keadaan; (3) menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan suatu peristiwa atau objek dari waktu ke waktu; (4) mengkonkretkan pesanpesan abstrak; (5) merangsang minat belajar siswa; (6) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; (7) memudahkan siswa memahami suatu pesan yang disampaikan; (8) membantu daya ingat siswa. c. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Media Visual 1) Pengertian Penerapan Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Media Visual Model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran yang memadukan keunggulan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dengan latar belakang dan cara berpikir siswa yang heterogen untuk mengatasi kesulitan belajar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model TAI, siswa di dorong untuk bekerja sama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Selain penerapan model pembelajaran TAI dalam pelaksanaan proses belajar mengajar agar

18 26 tujuan belajar dapat tercapai perlu adanya suatu media untuk menyampaikan pesan/ materi pelajaran, salah satunya adalah media visual. Pemilihan media visual dalam penelitian ini disesuaikan dengan karakteristik siswa SD yang belum bisa berfikir secara abstrak. Media visual merupakan media pembelajaran yang menyalurkan pesan (isi pelajaran) dari guru ke siswa melalui indera pandang/ penglihatan, sehingga dapat membantu membantu memperjelas fakta dari suatu peristiwa, objek atau keadaan. Berdasarkan definisi konsep di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajan Team Assisted Individualisation (TAI) dengan media visual yaitu model pembelajaran yang membantu siswa belajar secara individu maupun kelompok agar dapat mengatasi kesulitan belajar, dengan bantuan media pembelajaran yang dapat memberikan gambaran secara konkret kepada siswa mengenai suatu peristiwa, objek atau keadaan. 2) Langkah-langkah model pembelajan Team Assisted Individualisation (TAI) dengan media visual Langkah-langkah model pembelajan Team Assisted Individualisation (TAI) dengan media visual adalah sebagai berikut: 1. tes penempatan, siswa diberikan pre-test. 2. Penyampaian materi dengan media visual, pada langkah ini guru menjelaskan materi dengan media visual dan siswa memperhatikannya, 3. Pembentukan kelompok dengan media visual, guru membentuk kelompok heterogen melalui kartu pahlawan 4. Diskusi kelompok dengan media visual, siswa saling bekerjasama dan membantu teman yang kesulitan

19 27 5. Penegasan materi oleh guru dengan media visual, guru bersama siswa membahas hasil diskusi, 6. Kesimpulan dengan media visual, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dengan media visual, 7. Pengerjaan evaluasi dengan media visual,siswa mengerjakan lembar soal evaluasi, dan 8. Penghargaan dengan media visual, siswa menerima hadiah dan penguatan dari guru. 3. Hasil Penelitian yang Relevan Model pembelajaran TAI dianggap lebih efektif dan efisien ketika dipraktekan di dalam kelas. Hal ini terbukti dengan adanya penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Penelitian yang pertama yaitu Zahro Sri Tanjung (2013: 1) berjudul Penerapan Model Team Asissted Indvidualization (TAI) dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD, menyimpulkan bahwa penerapan model TAI dapat meningkatkan pembelajaran IPS siswa kelas IV SD. Hal ini terlihat dari perolehan pada siklus I mengalami peningkatan dari 77,25 pada pertemuan 1 menjadi 82,80 pada pertemuan 2. Akan tetapi, pada siklus II rerata hasil belajar siswa mengalami penurunan yaitu pada pertemuan 1 rerata nilai mencapai 84,10 dan pada pertemuan 2 menjadi 82,90. Namun, pada siklus III tes hasil belajar siswa mengalami peningkatan kembali yaitu dari 80,13 pada pertemuan 1 menjadi 87,75 pada pertemuan 2. Terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan model pembelajaran Team Asissted Indvidualization (TAI). Perbedaannya penelitian Zahro Sri Tanjung meningkatkan pembelajaran IPS, subyeknya siswa kelas IV, dan menggunakan II siklus. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu pembelajaran IPS, subjeknya siswa kelas V dengan III siklus. Penelitian kedua yaitu Adeneye O., dkk (2013: 1) berjudul Effects Of Framing And Team Assisted Individualised Instructional Strategies On Senior Secondary School Students Attitudes Toward Mathematics, menyimpulkan

20 28 bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa SMA. Terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan model pembelajaran Team Asissted Indvidualization (TAI). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu penelitian Adeneye O., dkk tentang sikap dan hasil belajar Matematika, sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang pembelajaran IPS. Penelitian ketiga dilakukan oleh Suzane Stokes (2013: 10) berjudul Visual Literacy in Teaching and Learning: A Literature Perspective, menyimpulkan bahwa penggunaan media visual dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan media visual dalam meningkatkan hasil dan aktivitas belajar (pembelajaran), sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian Suzane subyek penelitiannya dengan subjek penelitian adalah siswa SMA, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu siswa kelas V SD. Penelitian keeempat dilakukan oleh Sudariyanto (2014: 1) berjudul Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Tentang Kenampakan Buatan Di Wilayah Indonesia Dengan Media Visual Pada Siswa Kelas V SD N Selodakon 04 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2013/2014, menyimpulkan bahwa penggunaan media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD. Hal ini terlihat dari perolehan persiklus yakni: pra siklus keaktifan 50% dan Ketuntasan belajar 46,4%, Siklus I Keaktifann 67,9% dan Ketuntasan belajar 67,9%, serta Siklus II Keaktifan 89,3% dan Ketuntasan belajar 85,7 %.Terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan media visual dalam meningkatkan hasil dan aktivitas belajar (pembelajaran) IPS, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V dan menggunakan II siklus. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu dengan III siklus.

21 29 B. Kerangka Berpikir Siswa kelas V sekolah dasar berada pada rentang umur tahun, yaitu berada pada tahap operasional konkret sudah memiliki kemampuan berpikir secara logis terbatas pada objek bersifat konkret. Selain itu, kehidupan sosialnya diperkaya dengan kehidupan kelompok sebaya, sehingga mereka lebih senang bekerjasama, dan bersaing dengan teman-teman seusianya. Kemampuan ini dapat dijadikan modal bagi siswa untuk mampu mengembangkan pola pikir dan hidup sosial dengan lingkungan di sekitarnya. Melalui pembelajaran IPS, siswa diharapkan mampu berinteraksi dengan baik, bertanggungjawab, serta bekerjasama dilingkungannya. Oleh karena itu, agar peran IPS dapat terwujud, maka tujuan pembelajaran IPS harus tercapai. Salah satu cara agar tujuan IPS dapat tercapai yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna dan menumbuhkan motivasi siswa, agar siswa bersemangat mengikuti pembelajaran sehinngga proses dan hasil belajar menjadi optimal. Pembelajaran IPS tanpa melibatkan siswa secara aktif mengakibatkan sebagian besar siswa pasif dan kurang antusias dalam pembelajaran. Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model pembelajaran yang memadukan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dengan latar belakang dan cara berpikir siswa yang heterogen untuk mengatasi kesulitan belajar. Penerapan model pembelajaran tipe ini akan mengondisikan siswa untuk berinteraksi aktif dan bekerja sama dalam kelompok sehingga dapat membentuk sikap-sikap positif khususnya bagi siswa yang lemah secara akademik. Hal ini akan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar dalam kelompok dengan cepat dan bukan hanya menggantungkan pada bantuan guru. Oleh karena itu model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), tepat untuk digunakan dalam pembelajaran IPS yang berkaitan dengan masalahmasalah sosial. Melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) siswa akan dapat menghadapi dan memecahkan masalah sosial sehari-hari, khususnya dalam kelompok belajar mereka. Penerapan media visual dapat membantu meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena media visual dapat dilihat secara langsung

22 30 oleh siswa, sehingga siswa akan dapat menerima dan menyerap pengetahuan secara sendirinya melalui media visual. Media visual juga dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa akan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan lebih interaktif, dan tujuan pembelajaran tercapai. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual dapat meningkatkan pembelajaran. Skema kerangka berpikir penerapan tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut.

23 31 Kondisi awal Karakteristik siswa kelas V SD: berada pada tahap operasional konkret memiliki kemampuan berpikir secara logis diperkaya dengan kehidupan kelompok sebaya, senang bersaing dengan teman-teman seusianya. Ilmu Pengetahuan Sosial: berkaitan dengan masalah-masalah sosial. mengarahkan siswa untuk berinteraksi bertanggungjawab, serta bekerjasama dilingkungannya Tindakan Media visual: membantu meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dapat dilihat secara langsung oleh siswa, menarik perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran, Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI): memadukan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual mengatasi kesulitan belajar mengondisikan siswa untuk berinteraksi aktif dan bekerja sama dalam kelompok Hasil Akhir Penerapan Team Asissted Individualization (TAI) dengan media visual dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekan. Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

24 32 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Jika penerapan tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual dilaksanakan dengan tepat, maka dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Karangsari tahun ajaran 2015/2016.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Karangsari yang beralamat di Jalan Cincin Kota No. 15 Karangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses membangun peradaban bangsa. Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar guna menyiapkan sumber daya manusia dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan ilmu pendidikan dan sesuai dengan pokok bahasan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan ilmu pendidikan dan sesuai dengan pokok bahasan. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam kurikulum 2006 yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, kaena dengan pendidikan manusia dapat hidup sesuai dengan tujuan dan fungsinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Indayani, Peningkatan Prestasi Belajar pada Bidang Studi IPS... 67 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kegiatan observasi awal pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan diskusi kepada guru mata pelajaran IPS, kelas VII A menunjukkan beberapa permasalahan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai sarana untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMP Negeri 2 Susukan merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Kabupaten Semarang. SMP Negeri 2 Susukan terletak di Dusun Wonosari, Desa Koripan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran kunci dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Inti dari proses pendidikan adalah proses pembelajaran dimana memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk menentukan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses dalam rangka

Lebih terperinci

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS XI IPS 5 SMA NEGERI 7 MALANG Nenis Julichah 1, Marhadi

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari

Lebih terperinci

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung 100 Sulastri, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS... PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI DISKUSI DAN EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS V SDN 02 SEMBON KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BRECONG TAHUN AJARAN 2015/2016 Nurul Hidayati¹, Suripto²,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sifatnya terpadu dari sejumlah mata pelajaran. Menurut menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pengajar dan sekaligus sebagai manajer. Sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu

Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu 1 Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu Media Ular Tangga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA Siti Marlina Tarihoran Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Reseacrh. Menurut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR Aliffah Fajarwati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pembelajaran. Pemahaman konsep membuat siswa lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek 24 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA

Lebih terperinci

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadarminto (2002:349) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Bambang Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL TEAM ASISSTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD

PENERAPAN MODEL TEAM ASISSTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD PENERAPAN MODEL TEAM ASISSTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD Zahro Sri Tanjung 1, Suhartono 2, Imam Suyanto 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SUB POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS BANGUN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT SISWA KELAS VII D SMP

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Karakter Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Karakter Rasa Ingin Tahu Karakter dapat diperoleh melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Hakim (2000: 14), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

SUDARIYANTO 43. Kata Kunci: Hasil dan Aktivitas Belajar, Pembelajaran IPS, Media Visual. 43 Guru Kelas V SDN Selodakon 04 Jember

SUDARIYANTO 43. Kata Kunci: Hasil dan Aktivitas Belajar, Pembelajaran IPS, Media Visual. 43 Guru Kelas V SDN Selodakon 04 Jember MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR TENTANG KENAMPAKAN BUATAN DI WILAYAH INDONESIA DENGAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN SELODAKON 04 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Rokhmah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Rokhmah, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan aset bagi kelangsungan suatu negara di masa yang akan datang, di mana anak yang nantinya akan tumbuh dewasa meneruskan pembangunan peradaban suatu negeri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD merupakan salah satu mata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Program Paket A sampai Program Paket B. IPS mengkaji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif

Lebih terperinci

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Dini Ayu Lestari, Chumdari, Hartono PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa ur Rokhmah Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. Kurikulum Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELANGKAAN DIKELAS X SMA NEGERI 2 BIREUEN Noventi, Nurul Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemecahan Masalah Masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun, tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share Alam Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Inpres Mayayap Sarifa Tas, Anthonius Palimbong, dan Hasdin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran biologi disekolah. Sistem gerak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2.1.1 Pengertian IPS Mata pelajaran di sekolah dasar terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok, salah satunya yaitu mata pelajaran IPS. Sapriya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Arifin (2013:12)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum SMP/ MTs. Ilmu

Lebih terperinci

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas XI MA Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi

Lebih terperinci

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN GADINGREJO 01 KECAMATAN UMBULSARI KABUPATEN JEMBER Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan penting dan sebagai fundamental bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI EKONOMI SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN Tiamsa Napitupulu Guru Mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci