STRUKTUR DAN ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP KASTA PRAJURIT Neotermes bosei. Oleh : Anne Nelistya G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRUKTUR DAN ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP KASTA PRAJURIT Neotermes bosei. Oleh : Anne Nelistya G"

Transkripsi

1 STRUKTUR DAN ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP KASTA PRAJURIT Neotermes bosei Oleh : Anne Nelistya G DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 ABSTRAK ANNE NELISTYA. Struktur dan Anatomi Saluran Pencernaan Rayap Kasta Prajurit Neotermes bosei. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan TARUNI SRI PRAWASTI. Rayap merupakan serangga sosial. Satu koloni rayap terdiri atas kasta reproduktif (jantan dan ratu) dan nonreproduktif (kasta prajurit dan kasta pekerja). Kasta reproduktif, kasta prajurit, dan nimfa memperoleh makanan dari kasta pekerja melalui trofalaksis berupa makanan stomodeal dan proctodeal yang sudah dicerna sebagian oleh kasta pekerja. Perbedaan jenis makanan pada setiap kasta diduga akan menimbulkan perbedaan pada struktur saluran pencernaan rayap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari struktur dan anatomi saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei. Pengamatan dan pengukuran saluran pencernaan rayap dilakukan pada preparat histologi setiap bagian, panjang total saluran pencernaan, serta keliling dan luas setiap bagian. Panjang total saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei dari tembolok sampai dengan anus adalah 13.01±1.19 mm. Persentase panjang usus depan, usus tengah, dan usus belakang berturut-turut adalah 13, 29, dan 58%. Setiap bagian memiliki ciriciri yang berbeda. Bentuk sel epitel bervariasi dari kolumnar dan transisional. Pada ventrikulus terdapat regenerative crypts. Lapisan otot yang tebal terdapat pada esofagus, tembolok, proventrikulus, dan rektum. Lapisan intima paling tebal terdapat pada proventrikulus. Usus tengah hanya terdiri atas ventrikulus, tidak ditemukan sekum gastrik. Kantung rektum merupakan bagian dengan ukuran keliling luar paling besar. Rasio keliling luar dan keliling dalam setiap bagian saluran pencernaan bervariasi. Perbedaan antara saluran pencernaan rayap kasta prajurit dan kasta pekerja terdapat pada ketebalan otot, ukuran sel, dan nilai parameter. ABSTRACT ANNE NELISTYA. Structure and Anatomy of Termite Soldier s Alimentary Canal of Neotermes bosei. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and TARUNI SRI PRAWASTI. Termites are social insects, that consist of reproductives (drone and queen) and nonreproductives (soldiers and workers) caste. Reproductives, soldiers, and nymphs obtain their food from the workers through trophallaxis in term of stomodeal and proctodeal food. Those kind of food had been digested by the workers. Hence, one can assume that there are differences on termite alimentary canal for each caste. The aim of this study is to examine the soldier s alimentary canal of Neotermes bosei. Observations and measurements were carried out for the alimentary canal. Those are histology of the gut, the length, perimeter, and area of each canal region. The total length of the alimentary canal from crop to anus is 13.01±1.19 mm, which is divided into 13, 29, and 58% for foregut, midgut, and hindgut, respectively. Every region of the alimentary canal has different characteristics. Epithelium of the alimentary canal are varies from columnar to transtitional. Ventriculus has regenarative crypts. Oesophagus, crop, proventriculus, and rectum have thick muscular tissue. Proventriculus has thick intima. There is no gastric caeca at the midgut. Area with the largest outer perimeter value is the paunch. There are variations in outer and inner perimeter of the alimentary canal. There are several differences between soldiers and workers alimentary canal, such as muscular tissue thicknest, cells structure and their parameters.

3 STRUKTUR DAN ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP KASTA PRAJURIT Neotermes bosei Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh : Anne Nelistya G DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

4 Judul Nama NRP : STRUKTUR DAN ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP KASTA PRAJURIT Neotermes bosei : Anne Nelistya : G Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si Dra. Taruni Sri Prawasti NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS NIP Tanggal Lulus :

5 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini berjudul Struktur dan Anatomi Saluran Pencernaan Rayap Kasta Prajurit Neotermes bosei. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. dan Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti selaku pembimbing atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan selama ini; Ibu Dr. Rita Megia atas kesediaannya menjadi wakil tim penguji dari Komisi Pendidikan Departemen Biologi FMIPA IPB; semua dosen dan staf di Laboratorium Zoologi atas bantuan dan semua fasilitas yang telah diberikan; Mbak Tini dan Pak Jupri atas bantuan dan saran-sarannya selama penelitian; Ridho Pratomo, Fitri, Dwi, Made, Aries, Deri, Irman, serta teman-teman di lab Zoologi dan Biologi 38; juga tidak lupa terima kasih kepada Ibu, Bapak, dan semua keluarga atas dukungan dan doanya selama ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, Amiin. Bogor, Januari 2006 Anne Nelistya

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 6 Mei 1983 dari pasangan Sjamsudin dan Schenny. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Bogor. Penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran 2002/2003, 2004/2005, dan 2005/2006. Selain itu juga menjadi asisten Botani Umum pada tahun ajaran 2004/2005, Histologi Umum pada tahun ajaran 2004/2005, dan Mikroteknik pada tahun ajaran 2005/2006. Pada bulan Juni-Juli 2004 penulis melakukan kegiatan Praktik Lapangan dengan judul Menentukan Tipe Human Papilloma Virus pada Pasien Kanker Leher Rahim di PT Sanbe Farma Bandung. Penulis juga aktif dalam berbagai acara yang ada di lingkungan kampus seperti menjadi panitia pelaksana penyambutan mahasiswa baru IPB tahun 2002 dan 2003, panitia Matematika Ria 2002, panitia Pesta Sains 2003, dan panitia Lomba Cepat Tepat Biologi (LCTB) 200

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR...viii PENDAHULUAN...1 BAHAN DAN METODE...1 A. Alat dan Bahan...1 B. Metode...2 Identifikasi Rayap...2 Pengamatan Saluran Pencernaan Rayap...2 Panjang Saluran Pencernaan...2 Luas, Keliling, dan Struktur Sel Saluran Pencernaan...2 Metode Embedding Block dengan Parafin...2 HASIL...3 Identifikasi Rayap...3 Struktur Saluran Pencernaan Rayap...3 Usus Depan...3 Esofagus...3 Tembolok...4 Proventrikulus...4 Usus Tengah...4 Ventrikulus...4 Usus Belakang...7 Saluran Pendek...7 Enteric valve...7 Kantung rektum...7 Kolon...7 Rektum...7 PEMBAHASAN...9 Gambaran Umum Saluran Pencernaan Rayap...9 Lapisan Otot pada Saluran Pencernaan Rayap...9 Lapisan Pelindung pada Saluran Pencernaan Rayap Tipe Sel Epitel dan Katup pada Saluran Pencernaan Rayap Simbion pada Usus Belakang Rayap Perbedaan Saluran Pencernaan Rayap Kasta Prajurit dan Kasta Pekerja N. bosei KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 14

8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Koloni rayap N. bosei Rayap kasta prajurit N. bosei Saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei Penampang melintang esofagus rayap kasta prajurit N. bosei Penampang melintang tembolok rayap kasta prajurit N. bosei Penampang melintang proventrikulus rayap kasta prajurit N. bosei Penampang melintang ventrikulus rayap kasta prajurit N. bosei Penampang melintang usus belakang rayap kasta prajurit N. bosei Penampang melintan kolon yang mengandung organisme simbion...8

9 PENDAHULUAN Rayap termasuk ke dalam Ordo Isoptera yang terdiri atas enam famili, yaitu Mastotermitidae, Kalotermitidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan Termitidae (Krishna 1969, diacu dalam Krishna & Weesner 1969). Rayap merupakan serangga sosial yang hidup dalam suatu koloni dengan pembagian tugas yang efisien. Satu koloni rayap terdiri atas kasta reproduktif (jantan dan ratu) dan nonreproduktif (kasta prajurit dan pekerja). Rayap kasta reproduktif berperan dalam pembentukan dan penyebaran koloni. Rayap kasta prajurit bertugas menjaga sarang dan anggota koloni dari hewan-hewan pengganggu. Rayap kasta pekerja bertugas dalam merawat telur dan nimfa, membuat dan memelihara sarang, serta mencari dan memberi makanan untuk seluruh anggota koloni (Krishna 1969, diacu dalam Krishna & Weesner 1969). Makanan utama rayap adalah selulosa. Kasta reproduktif, kasta prajurit dan nimfa memperoleh makanannya dari kasta pekerja melalui peristiwa trofalaksis (Harris 1971). Selain sebagai sarana perpindahan makanan, trofalaksis juga merupakan sarana perpindahan organisme simbion dan pertukaran feromon sebagai media komunikasi antar individu rayap di dalam koloni (Noirot & Noirot-Timothee 1969, diacu dalam Krishna & Weesner 1969). Rayap kasta prajurit memperoleh makanan melalui mulut (stomodeal) maupun melalui tetesan isi kantung rektum (proctodeal) rayap kasta pekerja. Makanan stomodeal merupakan makanan hasil regurgitasi. Makanan tersebut merupakan makanan yang dimuntahkan dari tembolok ke mulut. Sedangkan, makanan proctodeal berupa tetesan isi kantung rektum yang mengandung organisme simbion, seperti protozoa, atau bakteri. Makanan proctodeal sangat berbeda dengan makanan yang dimakan oleh kasta pekerja karena telah melalui beberapa proses yang terjadi di saluran pencernaan kasta pekerja. Saluran pencernaan rayap secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu usus depan (stomodeum), usus tengah (mesenteron), dan usus belakang (proctodeum). Usus belakang rayap merupakan tempat utama terjadinya pencernaan selulosa oleh organisme simbion (McFarlane 1985, diacu dalam Blum 1985). Perbedaan jenis makanan pada setiap kasta diduga akan menimbulkan perbedaan pada struktur saluran pencernaan rayap. Struktur saluran pencernaan rayap kasta prajurit Coptotermes sjöstedii sama dengan struktur saluran pencernaan rayap kasta pekerja pada spesies yang sama, namun usus belakang rayap kasta prajurit sangat kecil dan di kantung rektum hanya terdapat sedikit protozoa (Noirot & Noirot-Timothee, diacu dalam Krishna & Weesner 1969). Penelitian ini menggunakan rayap kasta prajurit Neotermes bosei (Gambar 1) yang termasuk dalam famili Kalotermitidae (Ahmad 1965). Famili tersebut dikenal sebagai rayap kayu kering (Thompson et al. 2000). Rayap ini dipilih karena belum tersedia data mengenai saluran pencernaan kasta prajurit (Gambar 1). Selain itu, populasi N. bosei di daerah Bogor tinggi sehingga relatif mudah didapat. Penelitian mengenai struktur saluran pencernaan rayap kasta pekerja N. bosei telah dilakukan Hariprabowo et al. (2006). Penelitian ini bertujuan mempelajari struktur dan anatomi saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk lebih memahami proses pencernaan rayap kasta prajurit. Gambar 1 Koloni rayap N. bosei. KPk, Kasta Pekerja; KPr, Kasta Prajurit; KRep, Kasta Reproduktif Sekunder. BAHAN DAN METODE A. ALAT DAN BAHAN Imago rayap kasta prajurit dikoleksi dari pedagang perlengkapan pancing di Pasar Bogor dan Pasar Anyar. Rayap dilaparkan selama 3-4 hari untuk membersihkan makanan yang berada di dalam saluran pencernaan rayap. Alat dan bahan yang digunakan antara lain mikroskop stereo, pinset halus, gunting kecil, oven, mikrotom putar, meja pemanas,

10 staining jar, kaca objek, kaca penutup, garam fisiologis dengan konsentrasi 0.85%, larutan Bouin (Asam pikrat jenuh, aquosa : Formalin : Asam asetat glasial = 15:5:1), alkohol dengan berbagai konsentrasi, xilol, parafin dengan titik leleh C, perekat albumin Mayer (Putih telur : Gliserin = 1:1), dan pewarna Hematoksilin-Eosin (HE). Pembuatan foto dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus CH20), mikroskop stereo (Nikon SMZ1000), dan kamera (Olympus DP12 dan Nikon FDX-35). Foto yang dihasilkan digunakan untuk mengukur panjang, keliling, dan luas saluran pencernaan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ImageJ ( B. METODE Identifikasi Rayap Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi rayap berdasarkan Borror et al. (1981) hingga tingkat ordo dan Ahmad (1965) hingga tingkat spesies. Morfologi rayap kasta prajurit yang diamati untuk identifikasi antara lain adalah kepala, fontanel, mandibula, pronotum, ruas antena, dan sersi. Morfologi rayap yang diukur adalah kepala dengan mandibula dan kepala tanpa mandibula. Pengamatan Saluran Pencernaan Rayap Panjang saluran pencernaan Saluran pencernaan rayap diambil dengan membedah toraks dan abdomen imago rayap kasta prajurit dari sisi lateral. Sebanyak sembilan individu rayap kasta prajurit diambil saluran pencernaannya. Saluran pencernaan diamati dengan menggunakan mikroskop stereo (Nikon FDX-35) dan difoto dengan kamera (Nikon SMZ1000). Sebuah mikrometer difoto dengan menggunakan peralatan dan perbesaran yang sama untuk menentukan skala pengukuran. Foto-foto tersebut lalu disimpan dalam file JPEG. Pengukuran panjang saluran pencernaan rayap dilakukan dengan menggunakan file JPEG tersebut dan perangkat lunak ImageJ ( Pengukuran dilakukan pada panjang total saluran pencernaan (tembolok sampai anus). Pengukuran panjang total tidak dilakukan dari esofagus karena sebagian esofagus berada di dalam rongga kepala yang keras, sehingga bagian tersebut tidak dapat diambil. Luas, keliling, dan struktur sel saluran pencernaan Sebanyak tiga individu rayap kasta prajurit digunakan dalam pengamatan luas, keliling, dan struktur sel saluran pencernaan. Saluran pencernaan rayap diamati struktur histologis dari sayatan melintang usus rayap. Sayatan dibuat dengan metode embedding parafin. Sayatan difoto dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus CH20) dan kamera (Olympus DP12). Sebuah mikrometer difoto dengan menggunakan peralatan dan perbesaran yang sama untuk menentukan skala pengukuran. Foto-foto tersebut lalu disimpan dalam file JPEG. Pengukuran keliling dalam (KD), keliling luar (KL), luas lumen (LL), dan luas bidang usus (LBU) saluran pencernaan rayap dilakukan dengan menggunakan file JPEG tersebut dan perangkat lunak ImageJ ( info.nih.gov/ij). Program ini bekerja dengan cara mengukur keliling atau luas daerah yang telah dipilih. Sebagai contoh untuk mengukur KD lumen, daerah yang dipilih adalah bagian dalam lumen dan penghitungan dilakukan berdasarkan perimeter (keliling). Metode Embedding Block Parafin Saluran pencernaan rayap difiksasi dengan larutan Bouin selama 24 jam (Gerard 2002), setelah itu dicuci dengan alkohol 70%. Selanjutnya didehidrasi menggunakan alkohol bertingkat dengan konsentrasi 70, 80, 90%, dan alkohol absolut, masingmasing selama 15 menit. Setelah direndam dalam larutan alkohol:xilol (1:1) selama 15 menit, dilanjutkan penjernihan dengan xilol selama 1.5 jam. Infiltrasi parafin dilakukan tiga kali, masing-masing selama 30 menit. Saluran pencernaan kemudian ditanam di dalam parafin dengan titik lebur C dan didinginkan. Saluran pencernaan disayat secara serial dari esofagus sampai rektum dengan ketebalan enam ì m dan dilekatkan pada gelas objek dengan perekat albumin Mayer. Preparat diwarnai dengan larutan pewarna ganda HE.

11 HASIL Identifikasi Rayap Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, dipastikan bahwa rayap-rayap yang dikoleksi adalah rayap kasta prajurit Neotermes bosei (Gambar 2). Ciri-ciri rayap kasta prajurit N. bosei sebagai berikut : kepala memanjang, tanpa fontanel, bagian depan kepala lebih lebar; mandibula relatif panjang; panjang kepala dengan mandibula mm, panjang kepala tanpa mandibula mm, lebar mm; segmen antena berjumlah 13-15; pronotum trapezoid, agak cembung di bagian anteriornya, panjang pronotum mm, lebar mm; sersi pendek, hanya tersusun dari 2 segmen (Lampiran 1). Gambar 2 Rayap kasta prajurit N. bosei. Struktur Saluran Pencernaan Rayap Struktur saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei secara umum terdiri atas tiga bagian, yaitu usus depan, usus tengah, dan usus belakang (Gambar 3). Usus depan terdiri atas esofagus, tembolok, dan proventrikulus. Usus tengah terdiri atas ventrikulus. Usus belakang terdiri atas saluran pendek, enteric valve, kantung rektum, kolon, dan rektum. Rata-rata panjang total saluran pencernaan dari tembolok hingga anus adalah 13.01±1.19 mm. Persentase panjang usus depan, usus tengah, dan usus belakang berturut-turut adalah 13, 29, dan 58%. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran keliling luar, keliling dalam, luas bidang usus, dan luas lumen terhadap setiap bagian saluran pencernaan. Pada beberapa bagian, seperti proventrikulus, kantung rektum, kolon dan rektum, hanya bisa dilakukan pengukuran terhadap keliling luar saja. Hal ini disebabkan oleh rapatnya jarak antar jonjot, banyaknya jonjot yang berukuran kecil, dan kondisi sayatan yang tidak utuh. Nilai keliling luar dan dalam bervariasi antar setiap bagian saluran pencernaan N. bosei (Tabel 1). Usus Depan Usus depan terdiri atas faring, esofagus, tembolok, dan proventrikulus (Gambar 3). Pada penelitian ini faring tidak diamati karena sulit diambil dari rongga kepala. Berdasarkan pengamatan dari sediaan utuh, esofagus mudah dibedakan dari tembolok. Esofagus memiliki ukuran KL lebih kecil daripada tembolok (Tabel 1). Tembolok dicirikan dengan ukuran yang membesar dan berwarna lebih gelap dari esofagus. Proventrikulus berada setelah tembolok (Gambar 3). Esofagus Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan faring dengan tembolok. Susunan lapisan penyusunnya dari arah lumen ke luar yaitu lapisan intima yang tipis, jaringan epitel transisional bersilia yang menyusun jonjot, dan lapisan otot yang tebal (Gambar 4). Lapisan otot terdiri atas otot longitudinal pada jonjot dan otot sirkular di bagian luar mengelilingi esofagus. Nilai rata-rata KL, KD, LL, dan LBU dari esofagus rayap kasta prajurit N. bosei dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 3 Saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei. (a). Dorsal, (b). Kanan, (c). Ventral, (d). Kiri. Es, Esofagus; K, Kolon; KR, Kantung Rektum; Pv, Proventrikulus; R, Rektum; Tb, Tembolok; TM, Tubulus Malpighi; V, Ventrikulus.

12 Tabel 1 Daftar nilai keliling luar (KL), keliling dalam (KD), luas lumen (LL), dan luas bidang usus (LBU) setiap bagian saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei (X±sd:,ratarata+standar deviasi) Bagian K L (ì m) K D (ì m) L L (ì m 2 ) L BU (ì m 2 ) Eso 617 ± ± ± 2 13 ± 4 Tb ± ± ± 1 37 ± 13 Usus Depan Tb ± ± ± ± 17 Tb3 917 ± ± ± 9 34 ± 18 Pv ± Pv ± Usus Tengah V ± ± ± 4 49 ± 17 V ± ± ± 8 59 ± 26 P ± ± ± ± 15 P2 580 ± ± 22 6 ± 1 10 ± 1 Usus Belakang P ± P ± P ± Keterangan: Eso, Esofagus; Tb1, Tembolok Bagian Anterior; Tb2, Tembolok Bagian Median; Tb3, Tembolok Bagian Posterior; Pv1, Proventrikulus Bagian Anterior; Pv2, Proventrikulus Bagian Posterior; V1, Ventrikulus Bagian Anterior; V2, Ventrikulus Bagian Posterior; P1, Saluran Pendek; P2, Enteric Valve; P3, Kantung Rektum; P4, Kolon; P5, Rektum. Gambar 4 Penampang melintang esofagus rayap kasta prajurit N. bosei. I, Intima; J, Jonjot; L, Lumen; O, Otot. Tembolok Tembolok rayap kasta prajurit N. bosei bagian anterior memiliki enam buah jonjot berukuran besar (Gambar 5a). Bagian ini tersusun dari lapisan intima yang tipis, jaringan epitel transisional bersilia pada jonjot, dan lapisan otot (sirkular dan longitudinal). Tembolok bagian median memiliki lapisan penyusun yang sama dengan bagian anterior, namun jumlah jonjotnya lebih banyak daripada bagian anterior (Gambar 5b). Ukuran jonjot tembolok bagian median lebih pendek daripada bagian anterior (Gambar 5b). Tembolok bagian posterior tersusun dari intima dan lapisan otot yang lebih tebal dari bagian sebelumnya (Gambar 5c). Jonjot-jonjot pada bagian ini tersusun dari sel-sel epitel transisional. Pada ketiga bagian tembolok tidak ditemukan adanya sel sekretori. Proventrikulus Proventrikulus merupakan bagian terakhir dari usus depan rayap kasta prajurit N. bosei. Bagian ini tersusun dari lapisan intima, epitel transisional, dan lapisan otot sirkular yang tebal (Gambar 6). Proventrikulus bagian anterior dicirikan dengan 48 pelekukan pada lumen dengan empat tipe pelekukan. Pelekukan tipe ke-1 dan ke-2 lebih menjorok ke arah lumen dengan lapisan kutikula yang tebal. Sedangkan pelekukan tipe ke-3 dan ke-4 lebih pendek daripada tipe ke-1 dan ke-2 (Gambar 6a,b). Tipe ke-1 akan berkembang hingga ke bagian posterior membentuk pulvillus (Gambar 6c,d). Bagian posterior dicirikan dengan enam buah pulvillus berukuran besar yang tersusun dari jaringan epitel transisional. Usus Tengah Ventrikulus Ventrikulus memiliki ukuran diameter yang relatif seragam, berbentuk silindris. Bagian ini tersusun dari membran peritrofik, sel digestif, sel regeneratif, brush border, dan lapisan otot (Gambar 7). Lapisan otot pada ventrikulus tipis dan tersusun dari otot

13 longitudinal (di bagian luar) dan lapisan otot sirkular (di bagian dalam). Pada bagian anterior ventrikulus terdapat cardiac valve, yaitu struktur yang terbentuk dari invaginasi usus depan ke usus tengah (Gambar 7a,b). Cardiac valve tersusun dari jaringan epitel kolumnar dan otot (sirkular dan longitudinal). Adanya cardiac valve menyebabkan penyempitan saluran pada bagian anterior ventrikulus. Struktur ini tidak ditemukan di ventrikulus bagian posterior (Gambar 7c). Di ventrikulus posterior banyak terdapat granula (Gambar 7d). Nilai KL, KD, LL, dan LBU dari ventrikulus bagian anterior dan posterior dapat dilihat pada Tabel 1. a b c d Gambar 5 Penampang melintang tembolok rayap kasta prajurit N. bosei (a) anterior, (b) median, (c) posterior, (d) lapisan penyusun tembolok bagian posterior. Ep, Epitel; J, Jonjot; L, Lumen; O, Otot; OL, Otot longitudinal; OS, Otot sirkular.

14 a b b d d c c Gambar 6 Penampang melintang proventrikulus rayap kasta prajurit N. bosei (a,b) bagian anterior, (c,d) bagian posterior. Ep, epitel; I, intima; Ku, Kutikula; O, Otot; OL, Otot Longitudinal; OS: Otot Sirkular; Pu, Pulvillus; 1-4, tipe pelekukan. a c b d Gambar 7 Penampang melintang ventrikulus rayap kasta prajurit N. bosei (a,b) bagian anterior dan (c,d) posterior. CV, Cardiac Valve; Ep, Epitel; G, Granula; O, Otot, OL, Otot Longitudinal; OS, Otot Sirkular; SD, Sel Digestif; SR, Sel Regeneratif; V, Ventrikulus.

15 Usus Belakang Usus belakang terdiri atas lima bagian, yaitu saluran pendek yang berhubungan langsung dengan usus tengah, enteric valve, kantung rektum, kolon, dan rektum (Gambar 3). Saluran pendek sulit dibedakan berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop stereo. Enteric valve merupakan bagian menyempit pada bagian anterior kantung rektum. Kantung rektum dicirikan dengan bentuk yang seperti kantung dan memiliki ukuran KL paling besar dari seluruh bagian saluran pencernaan rayap. Kolon merupakan bagian terpanjang dari usus belakang dan di bagian posterior terdapat rektum. Sayatan usus belakang banyak yang tidak utuh sehingga pada beberapa bagian nilai KL, KD, LL, dan LBU sulit diperoleh. Hal ini mungkin terjadi karena metode yang digunakan kurang sesuai untuk kondisi usus belakang yang sangat rapuh. Saluran pendek Saluran pendek terletak di bagian anterior usus belakang. Bagian ini tersusun dari selapis jaringan epitel tipe kolumnar, lapisan otot sirkular, dan otot longitudinal (Gambar 8a). Lapisan intima tidak terlihat pada bagian ini. Rata-rata nilai KD, KL, LL, dan LBU dari bagian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Enteric valve Enteric valve merupakan bagian kedua pada usus belakang. Pada bagian ini terdapat tiga buah lipatan ke arah lumen (Gambar 8b). Enteric valve tersusun dari lapisan intima, selapis jaringan epitel tipe kolumnar, dan lapisan otot. Enteric valve memiliki nilai KL paling kecil pada usus belakang, yaitu sebesar 580±78 ì m. Rata-rata nilai KD, KL, LL, dan LBU dari bagian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Kantung rektum Bagian ketiga dari usus belakang rayap kasta prajurit N. bosei adalah kantung rektum. Bagian ini tersusun dari lapisan intima, jaringan epitel, dan lapisan otot yang tipis (Gambar 8c,d). Lapisan intima tidak dapat diamati pada preparat karena lapisannya terlalu tipis. Pada bagian ini ditemukan organisme simbion. Kantung rektum memiliki nilai KL paling besar, yaitu 3608±291 ì m. Nilai KD, LL, dan LBU tidak dapat diukur karena rapatnya jarak antar jonjot. Kolon Bagian usus belakang yang keempat adalah kolon. Lapisan penyusun kolon sama dengan lapisan penyusun kantung rektum, yaitu lapisan intima, jaringan epitel, dan lapisan otot yang tipis (Gambar 8e). Pada kolon juga ditemukan organisme simbion (Gambar 9). Kolon memiliki banyak jonjot berukuran kecil dan tidak utuh, sehingga nilai KD, LL, dan LBU tidak bisa diperoleh pada penelitian ini. Rektum Rektum merupakan bagian terakhir dari saluran pencernaan rayap. Bagian ini tersusun dari intima, jaringan epitel, dan lapisan otot yang lebih tebal dari kantung rektum dan kolon (Gambar 8f). Pada rektum nilai KD, LL, dan LBU juga tidak dapat diketahui karena kondisi sayatan tidak utuh.

16 a b c d e f Gambar 8 Penampang melintang usus belakang rayap kasta prajurit N. bosei: (a) saluran pendek, (b) enteric valve, (c,d) kantung rektum, (e) kolon, (f) rektum. Ep, Epitel; EV, Enteric Valve; J, Jonjot; L, Lumen; O, Otot; TM, Tubulus Malpighi. Gambar 9 Penampang melintang kolon (Ko) yang mengandung organisme simbion (Osi)

17 PEMBAHASAN Gambaran Umum Saluran Pencernaan Rayap Persentase panjang usus depan, usus tengah, dan usus belakang berturut-turut adalah 13, 29, dan 58 % dari panjang total saluran pencernaan (tembolok sampai dengan rektum). Berdasarkan persentase panjang bagian usus tersebut, usus depan rayap kasta prajurit sangat pendek, sehingga kemungkinan proses penghancuran makanan secara mekanik sangat pendek. Hal ini terkait dengan trofalaksis, yaitu rayap kasta prajurit memperoleh makanan yang sudah dicerna sebagian oleh rayap kasta pekerja. Usus belakang merupakan bagian terpanjang dari saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei. Usus belakang juga merupakan bagian terpanjang dari saluran pencernaan rayap kasta pekerja N. bosei (Hariprabowo et al. 2006) dan rayap Tauritermes (Godoy 2004). Rayap kasta prajurit memperoleh makanannya dari kasta pekerja berupa makanan stomodeal maupun proctodeal. Kasta prajurit tidak mampu mengambil makanannya secara langsung dari alam karena mandibula mengalami skleratisasi. Perbedaan jenis makanan pada setiap kasta diduga akan menimbulkan perbedaan pada saluran pencernaannya. Rayap kasta prajurit dari famili Termitidae memperoleh makanan dalam bentuk cairan dan saluran pencernaannya mengalami reduksi. Reduksi tersebut akibat berkembangnya frontal gland pada Coptotermes dan Rhinotermes atau kelenjar saliva pada Globitermes (Noirot & Noirot- Timothee 1969, diacu dalam Krishna & Weesner 1969). Hasil pengukuran terhadap keliling luar (KL) dan keliling dalam (KD) saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei menunjukkan adanya variasi rasio KL:KD pada setiap bagian (Tabel 1). Semua bagian saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei memiliki nilai KD yang lebih besar daripada nilai KL, kecuali ventrikulus dan saluran pendek (Tabel 1). Hal ini sama seperti yang terdapat pada rayap kasta pekerja N. bosei (Hariprabowo et al. 2006). Bagian dengan nilai KD lebih besar daripada nilai KL disebabkan oleh adanya jonjot pada bagian-bagian saluran pencernaan. Pada kantung rektum terdapat banyak jonjot yang berfungsi memperluas area penyerapan nutrisi. Sedangkan pada kolon jumlah jonjot berkurang, sehingga mengurangi transpor ion dan/atau nutrisi (Tokuda 2001). Pada ventrikulus dan saluran pendek, nilai KD lebih kecil daripada nilai KL (Tabel 1) karena pada bagian dalam tidak terdapat jonjot. Esofagus, tembolok bagian anterior, dan enteric valve memiliki jonjot yang besar hampir menutupi lumen sehingga luas lumennya (LL) kecil (Tabel 1). Jonjot yang besar juga ditemukan pada rayap kasta pekerja N. bosei. Ventrikulus memiliki nilai LL yang kecil karena terdapat cardiac valve, yaitu struktur yang terbentuk dari invaginasi usus depan ke usus tengah. Saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei tidak memiliki sekum gastrik. Sekum gastrik juga tidak ditemukan pada saluran pencernaan rayap kasta pekerja N. bosei (Hariprabowo et al. 2006) dan rayap Nasutitermes takasagoensis (Termitidae) (Tokuda et al. 2001). Sekum gastrik adalah bagian saluran pencernaan yang umum terdapat pada serangga (Fox & Fox 1966). Bagian ini terletak pada bagian ujung anterior usus tengah (Fox & Fox 1966) dan berfungsi untuk menambah area sekretori dan penyerapan (Wigglesworth 1972). Rayap tidak memerlukan penambahan area tersebut pada usus tengah. Hal ini karena selulosa, yang merupakan komponen terbanyak pada makanan rayap, baru diubah menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana dan diserap di usus belakang dengan bantuan organisme simbion. Lapisan Otot pada Saluran Pencernaan Rayap Ketebalan lapisan otot pada saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei bervariasi. Lapisan otot yang tebal terdapat pada esofagus, tembolok, proventrikulus, cardiac valve, saluran pendek, enteric valve, dan rektum. Usus depan merupakan tempat terjadinya proses mekanik terhadap makanan (Snodgrass 1935) sehingga diperlukan lapisan otot yang tebal. Otot-otot yang ada pada esofagus serangga berfungsi untuk menghasilkan gerakan peristaltik, sehingga makanan dapat bergerak menuju tembolok (Snodgrass 1935). Tembolok berfungsi sebagai tempat penampungan makanan sementara dan tempat mencampur makanan dengan saliva (Wigglesworth 1972). Selama berada di dalam tembolok, makanan akan dicerna sebagian oleh saliva dengan bantuan kontraksi otot sirkular. Lapisan otot sirkular yang berlapis-lapis pada tembolok bagian posterior memungkinkan kontraksi otot yang kuat sehingga makanan dan saliva dapat bercampur dengan baik. Kontraksi otot yang kuat diperlukan untuk mencampur jenis makanan yang keras dan padat. Otot sirkular juga berfungsi untuk menahan makanan agar tidak masuk ke proventrikulus.

18 Pada proventrikulus, lapisan otot yang tebal berfungsi untuk membuat gerakan dan tekanan yang kuat, sehingga makanan dapat dirubah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil lagi. Cardiac valve dilengkapi dengan otot sirkular dan longitudinal. Menurut Lee, et al. (1998), otot longitudinal tersebut berfungsi untuk mengatur dan mencegah kembalinya makanan dari usus tengah ke usus depan. Pada rektum, lapisan otot yang tebal diperlukan untuk membantu mengeluarkan feses dari tubuh. Bagian dengan lapisan otot yang tipis terdapat pada ventrikulus, kantung rektum, dan kolon. Lapisan otot yang tipis pada bagianbagian tersebut menandakan bahwa pada bagian tersebut tidak terjadi proses mekanis. Pada ventrikulus tidak ada aktivitas penghancuran makanan lagi karena makanan sudah dihancurkan pada proventrikulus. Ventrikulus berfungsi sebagai tempat penyerapan zat-zat yang mudah dihidrolisis (Noirot & Noirot-Timothee 1969, diacu dalam Krishna & Weesner 1969). Pada kantung rektum dan kolon, lapisan otot yang tebal tidak diperlukan karena pada bagian ini juga tidak terjadi proses mekanis terhadap makanan. Kantung rektum rayap berfungsi sebagai tempat penyerapan zat-zat hasil pencernaan (Noirot & Noirot-Timothee 1969 diacu dalam Tokuda et al. 2001). Lapisan Pelindung pada Saluran Pencernaan Rayap Makanan yang melewati saluran pencernaan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang dilaluinya. Untuk menghindari hal tersebut maka seluruh bagian dalam saluran pencernaan serangga memiliki lapisan yang melindunginya dari kerusakan. Pada usus depan dan belakang terdapat lapisan intima, sedangkan pada usus tengah terdapat membran peritrofik (Wigglesworth 1972). Lapisan intima dapat diamati pada tembolok bagian posterior, proventrikulus, dan kolon. Sedangkan membran peritrofik tidak dapat diamati. Tidak teramatinya membran peritrofik disebabkan oleh perbesaran lensa yang kurang memadai atau metode pewarnaan yang tidak cocok. Pada tembolok hanya sedikit atau bahkan tidak terjadi penyerapan nutrisi melalui dinding tembolok (Chapman 1982; Smith 1968) karena adanya intima yang tidak permeabel (Chapman 1982; Day & Waterhouse 1953, diacu dalam Roeder 1953). Tembolok rayap kasta prajurit memiliki lapisan intima yang tebal sehingga pada tembolok tidak terjadi penyerapan nutrisi. Begitu pula di proventrikulus tidak terjadi proses penyerapan nutrisi ataupun sekresi enzim (Snodgrass 1935). Pada usus belakang rayap dapat terjadi proses penyerapan nutrisi dan air (Noirot & Noirot-Timothee 1969, diacu dalam Tokuda et al. 2001) karena lapisan intima pada usus belakang serangga lebih permeabel dari lapisan intima pada usus depan (Chapman 1982). Pada proventrikulus, intima merupakan lapisan kutikula yang sangat tebal dan berlapislapis pada setiap pelekukan. Di bagian anterior, sebagian kutikula pada pelekukan tipe ke-1, 2, dan 3 mengalami skleratisasi, sedangkan pada pelekukan tipe ke-4 dan di bagian posterior proventrikulus tidak mengalami skleratisasi (Noirot &Noirot-Timothee 1969, diacu dalam Krishna & Weesner 1969). Kutikula berfungsi seperti gigi untuk menghancurkan makanan) agar lebih halus sebelum masuk dan dicerna di usus tengah (Wigglesworth 1972). Kutikula yang terdapat pada saluran pencernaan memiliki struktur yang sedikit berbeda dengan kutikula pada dinding tubuh. Ada dua jenis lapisan kutikula yang terdapat pada dinding tubuh, yaitu di bagian luar adalah epikutikula yang sangat tipis dan tidak mengandung kitin. Di bagian bawah epikutikula dinding tubuh terdapat lapisan prokutikula yang tebal, terbagi menjadi eksokutikula dan endokutikula, serta tersusun atas kitin dan protein (Romoser & Stoffolano 1994, diacu dalam Lee et al. 1998; Chapman 1982). Kutikula yang melapisi usus depan Bactrocera dorsalis adalah lapisan epikutikula dan endokutikula (Lee et al. 1998), namun pada usus rayap N. bosei belum diketahui jenisjenis lapisannya. Membran peritrofik berfungsi melindungi sel dari kerusakan akibat gesekan dengan partikel makanan yang keras dan tajam. Membran ini bersifat permeabel terhadap enzim pencernaan dan hasil pencernaan tersebut, termasuk molekul protein (Day & Waterhouse 1953, diacu dalam Roeder 1953). Pada rayap N. bosei tidak diketahui proses terbentuknya membran peritrofik. Pada Kalotermes flavicollis (Fabricius) dan Reticulitermes lucifugus (Rossi), membran peritirofik berasal dari sel sel ventrikulus bagian depan, yaitu pada sambungan antara ventrikulus dengan cardiac valve. Membran tersebut juga merupakan hasil sekresi sel digestif di seluruh permukaan ventrikulus (Noirot & Noirot- Timothee 1969, diacu dalam Krishna & Weesner 1969). Membran peritrofik tidak ada pada serangga yang makanannya hanya berupa cairan (Day & Waterhouse 1953, diacu dalam Roeder 1953).

19 Tipe Sel Epitel dan Katup pada Saluran Pencernaan Rayap Tipe sel epitel penyusun saluran pencernaan rayap kasta prajurit bervariasi. Esofagus, tembolok, dan proventrikulus bagian anterior disusun oleh sel epitel transisional. Tidak ditemukan sel sekretori pada ketiga bagian tersebut. Ventrikulus memiliki dinding epitel yang berlapis-lapis, yaitu terdiri atas lapisan sel regeneratif dan sel digestif (Snodgrass 1935). Sel regeneratif berkelompok di bagian basal membentuk regenerative crypts (Noirot & Noirot Timothee 1969, diacu dalam Krishna & Weesner 1969 ) seperti pada beberapa jenis Coleoptera (Snodgrass 1935). Sel regeneratif berfungsi untuk menggantikan sel digestif yang rusak akibat aktivitas sekresi enzim ataupun pergantian kulit (Snodgrass 1935). Sel digestif pada rayap N. bosei kasta prajurit terdiri atas dua tipe sel, yaitu sel kolumnar dan sel Goblet, sama seperti yang ditemukan pada larva Hofmannophila pseudospretella (Lepidoptera) (Gerard 2002). Menurut Yung-Tai (1929), sel kolumnar dapat berfungsi untuk sekresi ataupun penyerapan, sedangkan sel Goblet hanya memiliki fungsi sekresi. Sel kolumnar tersebut dapat menghasilkan enzim untuk pencernaan (Snodgrass 1935). Pada bagian lumen ventrikulus dapat diamati granula-granula yang dihasilkan oleh sel digestif. Granula tersebut berupa bulatan-bulatan yang berisi enzim hasil sekresi. Menurut Gerard (2002), sel digestif larva Lepidoptera yang diberi makan menghasilkan banyak granula berukuran besar yang menunjukkan adanya aktivitas pencernaan pada ventrikulus. Menurut Noirot & Noirot- Timothee (1969), bagian apikal epitel di ventrikulus rayap dilengkapi dengan brush border. Pada rayap kasta prajurit N. bosei, brush border tidak dapat diamati menggunakan mikroskop stereo. Pada tembolok bagian anterior, ventrikulus, dan kantung rektum rayap kasta pekerja maupun rayap kasta prajurit N. bosei ditemukan struktur yang menyerupai katup. Adanya struktur tersebut menyebabkan makanan tidak dapat mengalir kembali ke bagian anterior. Bagian anterior kantung rektum rayap kasta prajurit N. bosei dilengkapi dengan enteric valve yang berfungsi mencegah isi kantung rektum kembali ke usus tengah (Noirot & Noirot Timothee 1969, diacu dalam Krishna & Weesner 1969). Pada rayap kayu kering, enteric valve berbentuk hampir seragam, sedangkan pada rayap tanah Termitidae bentuknya sangat bervariasi (Donovan et al. 2002). Pada Termitidae, enteric valve berfungsi untuk menyaring bahan makanan yang tercampur dalam tanah (Donovan et al. 2002). Simbion pada Usus Belakang Rayap Usus belakang rayap merupakan tempat utama terjadinya pencernaan selulosa oleh organisme simbion (McFarlane 1985) yang berperan sebagai penghasil enzim selulase untuk mencerna selulosa (Claveland 1925, diacu dalam Hariprabowo et al. 2006). Menurut Raffiudin et al. (1991), populasi flagelata di dalam usus rayap Coptotermes curvignathus diantaranya adalah Spirotrichonympha, Holomastigotoides, dan Pseudotrichonympha. Di usus belakang rayap kasta prajurit N. bosei, terutama di bagian kantung rektum dan kolon, dijumpai organisme simbion namun tidak diketahui jumlahnya. Pada rayap kasta prajurit Coptotermes formosanus hanya ditemukan sedikit protozoa. Jumlah total dan kelimpahan relatif protozoa pada rayap kasta prajurit berbeda dengan rayap kasta pekerja (Lai et al. 1983). Perbedaan Saluran Pencernaan Rayap Kasta Prajurit dan Kasta Pekerja N. bosei Perbedaan pertama antara saluran pencernaan rayap kasta prajurit dan rayap kasta pekerja terdapat pada nilai parameter. Nilai KL kantung rektum rayap kasta prajurit dan rayap kasta pekerja berturut-turut adalah 3608 ± 291 ì m dan 3859±1807 ì m (Hariprabowo et al. 2006). Ukuran KL kantung rektum yang lebih kecil pada rayap kasta prajurit menyebahkan makanan yang ditampung kantung rektum rayap kasta prajurit lebih sedikit daripada rayap kasta pekerja. Nilai KL kolon rayap kasta prajurit dan rayap kasta pekerja berturut-turut adalah 2350 ± 379 ì m dan 1508±370 ì m (Hariprabowo et al. 2006). Ukuran KL kolon yang lebih besar pada rayap kasta prajurit menyebabkan kemungkinan penyerapan nutrisi yang lebih banyak. Perbedaan kedua adalah lapisan otot sirkular tembolok bagian posterior rayap kasta prajurit lebih tebal daripada rayap kasta pekerja. Dengan demikian, kontraksi otot tembolok rayap kasta prajurit kemungkinan lebih kuat daripada rayap kasta pekerja. Otot sirkular dan longitudinal tembolok Periplaneta dan Locusta terdiri atas lebih dari satu lapis (Chapman 1984, diacu dalam Lee et al. 1998). Sedangkan lapisan otot pada tembolok Bactrocera dorsalis dan Drosophila melanogaster hanya terdiri atas satu lapis otot sirkular dan tidak terdapat otot longitudinal karena jenis makanan kedua spesies tersebut berupa cairan (Lee et al. 1998). Proventrikulus

20 pada rayap kasta prajurit memiliki lapisan otot sirkular yang lebih tipis daripada rayap kasta pekerja. Hal ini disebabkan rayap kasta prajurit memperoleh makanan yang sudah dicerna sebagian atau seluruhnya oleh rayap kasta pekerja sehingga kerja otot pada proventrikulus kemungkinan lebih sedikit. Perbedaan ketiga terdapat pada ukuran sel epitel. Berdasarkan hasil pengamatan, sel epitel kolumnar pada saluran pendek rayap kasta prajurit tersebut lebih besar daripada pekerja. Epitel kolumnar berfungsi dalam penyerapan nutrisi (Langley 1961). Proses penyerapan nutrisi pada rayap kasta prajurit kemungkinan lebih banyak dibandingkan rayap kasta pekerja. KESIMPULAN Panjang total saluran pencernaan rayap kasta prajurit N. bosei dari tembolok sampai dengan anus adalah 13.01±1.19 mm. Persentase panjang usus depan, usus tengah, dan usus belakang berturut-turut adalah 13, 29, dan 58%. Usus depan terdiri atas esofagus, tembolok, dan proventrikulus. Usus tengah hanya terdiri atas ventrikulus. Tidak ditemukan sekum gastrik pada ventrikulus. Usus belakang rayap N. bosei terdiri atas saluran pendek, enteric valve, kantung rektum, kolon, dan rektum. Kantung rektum merupakan bagian dengan ukuran keliling luar paling besar. Bentuk sel epitel bervariasi dari tipe kolumnar sampai transisional. Bagian dengan lapisan otot yang tebal terdapat pada esofagus, tembolok, proventrikulus, dan rektum. Lapisan intima paling tebal terdapat pada bagian proventrikulus. Perbedaan antara saluran pencernaan rayap kasta prajurit dan pekerja terdapat pada nilai parameter, ketebalan otot, bentuk sel, dan ukuran sel pada bagian tertentu. Nilai KL kantung rektum rayap kasta prajurit lebih kecil daripada rayap kasta pekerja. Nilai KL kolon rayap kasta prajurit lebih besar daripada rayap kasta pekerja. Lapisan otot tembolok posterior rayap kasta prajurit lebih tebal daripada rayap kasta pekerja, sedangkan lapisan otot proventrikulus rayap kasta prajurit lebih tipis daripada rayap kasta pekerja. Sel epitel pada saluran pendek rayap kasta prajurit lebih besar daripada rayap kasta pekerja. SARAN Untuk melengkapi hasil yang telah diperoleh pada penelitian ini, maka disarankan dilakukan penelitian mengenai struktur dan anatomi saluran pencernaan rayap kasta reproduktif dan nimfa. Pembuatan preparat pada tahap dehidrasi sebaiknya digunakan alkohol yang tidak mengandung air agar jaringan terwarnai dengan baik. Selain itu, perlu dicoba metode pewarnaan lain sehingga membran peritrofik dan intima di usus belakang dapat terlihat lebih jelas. Tahap infiltrasi parafin perlu dipersingkat untuk menghindari kerapuhan jaringan, terutama pada bagian usus belakang. DAFTAR PUSTAKA [NIH] National Institutes of Health Program ImageJ. [14 Maret 2005]. Ahmad M Termites (Isoptera) of Thailand. Bull Amer Nat His Supl 131: Borror DJ, Delong DM, Triplehorn CA An Introduction to the Study of Insects. Ed ke-5. New York: CBS College Publ. Chapman RF The Insects Structure and Function. Ed ke-3. Cambridge: Harvard Univ Pr. Claveland LR The feeding habit of termite castes and its relation to their intestinal flagellates. Biol Bull 48: Day MF, Waterhouse DF Structure of the Alimentary System. Di dalam : Roeder KD, editor. Insect Physiology. New York : John Wiley & Sons, Inc. Donovan SE A morphological study of the enteric valves of the Afrotropical Apicotermitinae (Isoptera: Termitidae). J Nat Hist 36: Fox RM, Fox JW Introduction to Comparative Entomology. New York : Reinhold Pub. Gerard PJ The digestive system of the keratin-feeding larvae of Hofmannophila pseudospretella (Lepidoptera: Oecophoridae). New Zealand J Zool 29: Godoy MC Gut structure of two species of the neotropical genus Tauritermes Krishna (Isoptera : Kalotermitidae). Neotrop Entomol 33(2). Hariprabowo LE, Raffiudin R, Prawasti TS Alimentary canal anatomy and histology of the worker termite Neotermes bosei. BIOTROPIA (in press). Harris WV Termites : Their Recognition and Control. Ed ke-2. London: Longman Group Ltd.

21 Haygreen JG, Bowyer JL Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Hadukusumo SA, Penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Terjemahan dari: Forest Product and Wood Science (an Introduction). Krishna K Introduction. Di dalam: Krishna K, Weesner FM, editor. Biology of Termites. Volume ke-1. New York: Academic Pr. Hlm Lai PY, Tamashiro M, Fujii JK Abundance and distribution of the three species of symbiotic Protozoa in the hindgut of Coptotermes formosanus (Isoptera : Rhinotermitidae). J Hawaii Inst 24: Langley LL Cell Function : An Introduction to the Physiology of the Cell & Its Role in the Intact Organism. New York : Reinhold Publ. Lee WY, Chen ME, Lin TL Morphology and ultrastructure of the alimentary canal of the oriental fruit fly Bacterocera dorsalis (Hendel) (Diptera: Tephritidae) (1): The structure of the foregut and cardia. Zool Studies 37: McFarlane Nutrition and digestive organs. Di dalam: Blum MS, editor. Fundamentals of Insect Physiology. New York: John Wiley and Sons. hlm Noirot CH, Noirot-Timothee C The digestive system. Di dalam: Krishna K, Weesner FM, editor. Biology of Termites. Volume ke-1. New York: Academic Pr. Hlm Raffiudin R, Nandika D, Amir M, Sugiri N Populasi flagelata pada usus rayap Coptotermes curvignatus Holmgren dengan pemberian pakan tiga jenis kayu. Di dalam : Prosiding Seminar Ilmiah dan Kongres Nasional Biologi X. Vol II; Bogor, Sep hlm Romoser WS The Science of Entomology. London : Collier Macmillan Pub. Romoser WS, Stoffolano JG The Science of Entomology. Di dalam Lee WY, Chen ME, Lin TL Morphology and ultrastructure of the alimentary canal of the oriental fruit fly Bacterocera dorsalis (Hendel) (Diptera: Tephritidae) (1): The structure of the foregut and cardia. Zool Studies 37: Snodgrass RE Principles of Insect Morphology. New York : McGraw Hill Book Company. Hlm Thompson GJ, Miller LR, Lenz M, Crozier RH Phylogenetic analysis and trait evolution in australian lineages of drywood termites (Isoptera, Kalotermitidae). Mol Phylogen Evol 17 : Tokuda G, Nakamura T, Murakami R, Yamoka I Morphology of the Digestive System in the Wood-Feeding Termite Nasutitermes takasagoemsis. Zool Sci 18: Wigglesworth VB The Principles of Insect Physiology. Ed ke-7. London: Chapman and Hall. Yung-Tai T L histogenèse et L histophysiologie de L epithélium de L intestin moyen chez un Lépidoptère (Galleria mellonella). Di dalam : Snodgrass RE. Principles of Insect Morphology. New York : McGraw Hill Book Company. Hlm

22 LAMPIRAN

23 Lampiran 1 Ciri-ciri Ordo Isoptera, Famili Kalotermitidae, Genus Neotermes, dan Spesies N. bosei. Ciri-ciri Ordo Isoptera (Borror et al. 1981) 1. Sayap (hanya ada pada kasta reproduktif) berjumlah dua pasang dan berselaput tipis. 2. Ukuran sayap depan dan belakang hampir sama. 3. Tipe mulut pengunyah. 4. Tubuh lunak, berwarna putih. Ciri-ciri Famili Kalotermitidae (Ahmad 1965) Ciri-ciri rayap kasta prajurit : 1. Kepala tanpa fontanel dan frontal gland. 2. Memiliki mata. 3. Mandibula dilengkapi dengan marginal teeth. 4. Sersi pendek, hanya tersusun dari 2 segmen. 5. Antena tersusun dari segmen. Ciri-ciri Genus Neotermes (Ahmad 1965) Ciri-ciri rayap kasta prajurit : 1. Kepala memanjang. 2. Mandibula relatif panjang. Ciri-ciri Spesies Neotermes bosei (Ahmad 1965) Ciri-ciri rayap kasta prajurit : 1. Termasuk ke dalam spesies berukuran besar. 2. Segmen antena ketiga lebih panjang daripada yang kedua. 3. Segmen antena ketiga hanya sedikit lebih panjang daripada yang kedua. 4. Segmen antena ketiga satu setengah kali lebih panjang daripada yang keempat. 5. Segmen antena berjumlah Panjang kepala dengan mandibula mm, panjang kepala tanpa mandibula mm, lebar mm, bagian depan kepala lebih lebar; pronotum trapezoid, agak cembung di bagian anteriornya, panjang pronotum mm, lebar mm.

ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP BAGIAN TENGAH DAN BELAKANG PADA RAYAP Macrotermes gilvus UTAMI RAHADIANI

ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP BAGIAN TENGAH DAN BELAKANG PADA RAYAP Macrotermes gilvus UTAMI RAHADIANI ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP BAGIAN TENGAH DAN BELAKANG PADA RAYAP Macrotermes gilvus UTAMI RAHADIANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI

MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI MIKROTEKNIK Definisi: cara pembuatan sediaan histologik yg dpt diamati di bawah mikroskop Macam sediaan histologik: sediaan segar & sediaan permanen Sediaan Segar Sediaan hidup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI FISIOLOGI SERANGGA 1. PencernaanSerangga Saluran pencernaan dibagi tiga bagian: Foregut (stomodeum) perut bagian depan : terdapat katup cardiac

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding. B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Biologi Rayap

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Biologi Rayap TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Biologi Rayap Rayap di daerah subtropik disebut dengan semut putih (white ants) karena memiliki morfologi yang mirip dengan semut. Berdasarkan hubungan evolusi (filogeni),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan pengamatan. Proses

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi LAMPIRAN 38 Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Pembuatan preparat histologi terdiri dari beberapa proses yaitu dehidrasi (penarikan air dalam jaringan) dengan alkohol konsentrasi bertingkat,

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EVALINA. Kajian Morfologi Saluran Pencernaan Burung

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk kedalam kulit

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2012. Pengamatan berat telur, indeks bentuk telur, kedalaman kantung udara, ketebalan kerabang, berat kerabang

Lebih terperinci

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf Jaringan Tubuh 1. Jaringan Epitel 2. Jaringan Otot 3. Jaringan ikat/penghubung 4. Jaringan Saraf Jaringan Epitel Tersusun atas lapisan-lapisan sel yang menutup permukaan saluran pencernaan, saluran pada

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat dan waktu pengambilan sampel Sampel diambil di Pantai Timur Surabaya, tepatnya di sebelah Timur Jembatan Suramadu (Gambar 3.1).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan hewan coba, sebagai bagian dari penelitian eksperimental lain yang lebih besar. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 di laboratorium Struktur Tumbuhan Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Entomologi Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang vektor, kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh arthropoda. Delapan puluh lima persen atau kira-kira 600.000

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu air (Syzygium aqueum). Kemikalia yang digunakan yaitu larutan alkohol 96%, ethanol,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian Materi penelitian berupa benih ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) berumur 1, 2, 3, dan 4 bulan hasil kejut panas pada menit ke 25, 27 atau 29 setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol

Lebih terperinci

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan. 2 lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan. Identifikasi rayap Identifikasi rayap menggunakan rayap kasta prajurit. Rayap kasta prajurit mayor digunakan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA 5 Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dari kelas Artropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014/2015 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa Br S 4411412016

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012. Persiapan telur tetas dan penetasan dilaksanakan di Laboratorium Penetasan Telur, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai November 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di fasilitas kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN (JARINGAN EPITEL) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI B KELOMPOK : I (Satu) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Farmakologi. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian a. Pemeliharaan dan perlakuan

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam

Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam Epy Muhammad Luqman Bagian Anatomi Veteriner (Anatomi Perkembangan) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Tujuan : mempelajari keadaan morfologi

Lebih terperinci

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas Lampiran 1. Spesifikasi Bahan Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas Berumur 30, 60, 90, dan 120 hari Hewan uji 2. Pakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2015 1 7 September

Lebih terperinci

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Silabus Matakuliah Entomologi Pertanian - Sem. Ganjil 2017-2018 Page 1 of 12 SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/ sks : HPT616202 / 3 (2-1) Dosen PJ. : Prof. Dr. Ir. F.X. Susilo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, sebagai negara kepulauan dan memiliki dua per tiga wilayah yang merupakan perairan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan I. Tujuan: 1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan teknik teknik histoteknik yang digunakan dalam pembuatan preparat jaringan 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Struktur dan fungsi umum jaringan epitel 2. Klasifikasi jaringan epitel (epitel penutup dan epitel

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok SISTEM PENCERNAAN Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok PENDAHULUAN Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk menghancurkan dan menyerap makanan dan minuman Melibatkan banyak organ secara mekanik hingga kimia

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK Asep

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Pada Hewan

Sistem Pencernaan Pada Hewan Sistem Pencernaan Pada Hewan Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SERTA INTERAKSI ANTARA Lactobacillus casei DAN Bifidobacterium longum TERHADAP Escherichia coli PADA SUMBER KARBON PATI DAN MI SAGU

PERTUMBUHAN SERTA INTERAKSI ANTARA Lactobacillus casei DAN Bifidobacterium longum TERHADAP Escherichia coli PADA SUMBER KARBON PATI DAN MI SAGU PERTUMBUHAN SERTA INTERAKSI ANTARA Lactobacillus casei DAN Bifidobacterium longum TERHADAP Escherichia coli PADA SUMBER KARBON PATI DAN MI SAGU TRIA MAULIANY PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan LAMPIRAN 30 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi merupakan proses mengeluarkan air dari dalam jaringan/organ dengan menggunkan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN Nama : Yulia Fitri Djaribun NIM : 127008005 Tanggal : 22 September 2012 A.Tujuan Praktikum : 1. Agar mahasiswa mampu melakukan proses

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002.

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002. MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2001 - Juni 2002. Pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan ternak dilakukan di kandang Unggas Fakultas Petemakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Rayap Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut mandibula.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR Disusun Oleh: Nama : Juwita NIM : 127008003 Tanggal Praktikum: 22 September 2012 Tujuan praktikum: 1. Agar praktikan memahami dan mampu melaksanakan Tissue Processing.

Lebih terperinci

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus digestorius

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi Alat dan Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel daun jambu semarang Buah Pink, Hijau Bulat, Unsoed, Merah Lebar', Kaget Merah, Camplong Putih, Irung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Alat dan bahan tercantum dalam Lampiran 1. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal merupakan parasit pada mamalia atau unggas, insekta ini mengalami metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2004 Pebruari 2005 di Sub Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat MIPA UNS Surakarta sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan pengadaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN DEVI WAHYUNINGSIH 3425131060 PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah-buahan, yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah-buahan, yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah-buahan, yang termasuk ordo Chiroptera, subordo Megachiroptera. Kelelawar ini sangat berperan dalam ekosistem yaitu menyebarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber karbon dan sumber energi

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus SISTEM PENCERNAAN MAKANAN SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus 5. Intestinum minor : Duodenum Jejenum Iliem 6. Intestinum mayor : Seikum Kolon

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012 LAPORAN PRAKTIKUM Judul : Histoteknik Nama : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012 Tujuan Praktikum : 1. Melihat demonstrasi pembuatan preparat histology mulai dari fiksasi jaringan hingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5.

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5. BAHAN DAN METODE Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5. Pengujian Lactobacillus plantarum (BAL1) dan Lactobacillus fermentum (BAL2) pada tikus dengan perlakuan:

Lebih terperinci

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

CACING TANAH (Lumbricus terrestris) CACING TANAH (Lumbricus terrestris) Kode MPB2b Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus

Lebih terperinci

FISIOLOGI SERANGGA HUTAN (SISTEM PENCERNAAN SERANGGA) RIDWANTI BATUBARA, S. HUT Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

FISIOLOGI SERANGGA HUTAN (SISTEM PENCERNAAN SERANGGA) RIDWANTI BATUBARA, S. HUT Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara FISIOLOGI SERANGGA HUTAN (SISTEM PENCERNAAN SERANGGA) RIDWANTI BATUBARA, S. HUT Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Serangga merupakan golongan hewan yang

Lebih terperinci

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 1 PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 Oleh : Drs. Suyitno Al, MS 2 PENDAHULUAN Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi, menggali pengetahuan dari objek-objek biologi. Sebagai Objeknya

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 2. Morfologi dan Anatomi Nematoda 2.1. Bentuk tubuh nematoda secara umum Bentuk tubuh nematoda parasit tanaman adalah silindris memanjang atau vermiform, meruncing pada bagian ujung kepala dan ekor, mikroskopis

Lebih terperinci

I. ANATOMI SERANGGA. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

I. ANATOMI SERANGGA. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP I. ANATOMI SERANGGA ANATOMI SERANGGA MODUL-01 Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic Jl. Prof. Herman

Lebih terperinci

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI Nama : Kelompok I Kelas D MIKROTEKNIK Mikroteknik atau teknik histologi merupakan ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan untuk

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Modul PraktikumBiologi Hewan Ternak 2016 2 Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014/2015 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa Br

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan unggas air banyak dipelihara oleh masyarakat untuk menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik merupakan ternak unggas penghasil

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret-Mei 2013. Pengambilan sampel ikan mas berasal dari ikan hasil budidaya dalam keramba jaring apung

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) A. Identitas Mata Kuliah 1. Nama mata kuliah : ENTOMOLOGI 2. Kode : PAB 522 3. SKS : 3 4. Status MK : Pilihan 5. Semester : Genap 6. Dosen Pengampu

Lebih terperinci

Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut:

Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut: 79 Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut: Pengambilan Organ Fiksasi Pemotongan Organ Washing Dehidrasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin LAMPIRAN 53 54 Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin Menurut Muntiha (2001), prosedur analisis hispatologi dan jaringan hewan,

Lebih terperinci

Tujuan Mengamati aktivitas rambut getar mulut dan tenggorokan pada katak

Tujuan Mengamati aktivitas rambut getar mulut dan tenggorokan pada katak Materi 6 Pencernaan I Aktivitas Rambut Getar Tujuan Mengamati aktivitas rambut getar mulut dan tenggorokan pada katak Dasar teori Rambut getar (silia) berperan dalam transportasi bahan makanan di saluran

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU SKRIPSI Oleh: Agustia Wardhana 051203006/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Lebih terperinci

1. Melakukan isolasi jaringan (usus halus bagian ileum) kemudian dibilas dengan

1. Melakukan isolasi jaringan (usus halus bagian ileum) kemudian dibilas dengan LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur Metode Paraffin 1. Melakukan isolasi jaringan (usus halus bagian ileum) kemudian dibilas dengan menggunakan NaCl fisiologis. 2. Melakukan tahapan fiksasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut Nandika, dkk (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili

Lebih terperinci