ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP BAGIAN TENGAH DAN BELAKANG PADA RAYAP Macrotermes gilvus UTAMI RAHADIANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP BAGIAN TENGAH DAN BELAKANG PADA RAYAP Macrotermes gilvus UTAMI RAHADIANI"

Transkripsi

1 ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP BAGIAN TENGAH DAN BELAKANG PADA RAYAP Macrotermes gilvus UTAMI RAHADIANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Anatomi Saluran Pencernaan Rayap Bagian Tengah dan Belakang Pada Rayap Macrotermes gilvus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Utami Rahadiani NIM G

4 ABSTRAK UTAMI RAHADIANI. Anatomi Saluran Pencernaan Rayap Bagian Tengah dan Belakang Pada Rayap Macrotermes gilvus. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan TARUNI SRI PRAWASTI. Rayap termasuk serangga sosial yang hidup berkoloni. Koloni rayap terdiri atas tiga kasta, yaitu kasta prajurit, pekerja, dan reproduktif. Rayap yang digunakan pada penelitian ini ialah rayap tanah dari kasta pekerja Macrotermes gilvus. Rayap tanah dari kasta pekerja M. gilvus diteliti karena belum tersedia data mengenai saluran pencernaan rayap. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur dan anatomi saluran pencernaaan rayap M. gilvus. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk lebih memahami proses pencernaan rayap tanah kasta pekerja M. gilvus. Pengamatan saluran pencernaan rayap menggunakan metode embedding parafin. Pada penelitian ini bagian usus yang diamati pada rayap kasta pekerja M. gilvus ialah bagian usus tengah, enteric valve, dan usus belakang. Di antara usus tengah dan usus belakang terdapat enteric valve dengan empat buah lipatan ke arah lumen yang membentuk struktur menyerupai katup. Berdasarkan preparat penampang melintang usus tengah M. gilvus bagianbagian yang dapat diamati ialah sel-sel epitel, lapisan sel-sel otot yang tipis dan lumen di bagian tengah. Sel epitel berbentuk batang terdapat pada usus belakang. Pada usus tengah, enteric valve dan usus belakang memiliki lapisan otot yang tipis. Tidak terdapat sekum gastrik pada rayap. Kata Kunci: Rayap tanah, saluran pencernaan, enteric valve, sekum gastrik ABSTRACT UTAMI RAHADIANI. Anatomy of Midgut and Hindgut of Termite Macrotermes gilvus. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and TARUNI SRI PRAWASTI. Termites are social insects that live in colonies. Termite colony consists of three castes, soldiers caste, worker, and reproductives. This study used ground termites of worker caste Macrotermes gilvus because there is no data on the digestive tract of this termites yet. The aim of this study was to examine the worker midgut and hindgut of M. gilvus. Observations in the digestive tract of termites using parafin embedding method. This study observed enteric valve in the middle of midgut and hindgut. The enteric valve show four folded into the lumen forming a valve. Midgut of M. gilvus consisted of epithlial cells, muscle cells and lumen in the middle. There is no gastric caecum found in termites. Keywords : Ground termites, alimentary canal, enteric valve, gastric caecum

5 ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP BAGIAN TENGAH DAN BELAKANG PADA RAYAP Macrotermes gilvus UTAMI RAHADIANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini berjudul Anatomi Saluran Pencernaan Rayap Bagian Tengah dan Belakang Pada Rayap Macrotermes gilvus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai bulan Februari Pengambilan sampel rayap dilaksanakan di daerah Bogor. Pembuatan preparat, pengamatan, dan pengukuran saluran pencernaan dilaksanakan di bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si, Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si, ibu Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si selaku pembimbing dan penguji atas ilmu yang diberikan selama ini serta kepada semua pegawai di Lab Biosistematika dan Ekologi Hewan atas semua bantuan dan fasilitas yang telah diberikan. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tini, Ibu Ani, Ibu Retno, Bapak Edi atas bantuan dan saran-sarannya selama penelitian, serta teman-teman di lab Biosistematika dan Ekologi Hewan dan Biologi angkatan 45; juga tidak lupa terima kasih untuk kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa, pengertian, kasih sayang serta dorongan semangatnya selama ini. Harapan penulis ialah semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, September 2014 Utami Rahadiani

9 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 METODE 2 Waktu dan Tempat 2 Bahan 2 Alat 2 Koleksi Rayap Tanah 2 Identifikasi Rayap Tanah 2 Preparat Rayap Tanah 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 3 Ciri-ciri Kasta Prajurit Rayap M. gilvus 3 Struktur Saluran Pencernaan Rayap Tanah 3 SIMPULAN DAN SARAN 5 Simpulan 5 Saran 6 DAFTAR PUSTAKA 6 RIWAYAT HIDUP 7

10 DAFTAR GAMBAR 1 Rayap M. gilvus kasta prajurit mayor 3 2 Penampang melintang usus tengah rayap tanah kasta pekerja M. gilvus 4 3 Penampang melintang enteric valve rayap tanah kasta pekerja M. gilvus 5 4 Penampang melintang usus belakang rayap tanah kasta pekerja M. gilvus 5

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Rayap (Ordo Isoptera) merupakan serangga sosial yang banyak ditemukan di daerah tropis. Rayap hidup berkoloni dan terdiri atas tiga kasta yaitu kasta reproduktif, kasta prajurit, dan kasta pekerja. Berdasarkan simbion protozoa di usus rayap, rayap dapat dibedakan menjadi rayap tingkat rendah dan rayap tingkat tinggi, rayap tingkat rendah terdiri atas famili Mastotermitidae, Serritermitidae, Holotermitidae, Rhinotermitidae, dan Kalotermitidae sedangkan rayap tingkat tinggi terdiri atas famili Termitidae (Krishna & Weesner 1969). Rayap tingkat rendah memiliki protozoa sebagai organisme simbiotik pada usus belakang untuk mencerna selulosa, sedangkan rayap tingkat tinggi seperti Famili Termitidae memiliki bakteri untuk mencerna selulosa (Krishna & Weesner 1969). Berdasarkan habitatnya rayap dibagi menjadi rayap kayu (wood dweller) dan rayap tanah (ground dweller). Rayap kayu terdiri atas rayap kayu lembab (damp wood termites) dan rayap kayu kering (dry wood termites) sedangkan rayap tanah terdiri atas rayap bersarang karton (carton nest), rayap bersarang bukit (mount nest), dan rayap tanah (subterranean termite) (Roonwall 1979) Penelitian ini menggunakan rayap tanah kasta pekerja Macrotermes gilvus yang termasuk ke dalam famili Termitidae yang merupakan rayap yang paling maju dan beragam. Identifikasi rayap tanah dilakukan sampai tingkat spesies, yaitu berdasarkan morfologi rayap kasta prajurit. Saluran pencernaan sangat penting bagi serangga pada umumya dan khususnya pada rayap karena pada saluran pencernaan rayap terdapat bakteri dan protozoa yang membantu rayap dalam menghancurkan selulosa (Noirot & Noirot Timothee 1969). Saluran pencernaan serangga secara umum terdiri atas bagian depan, tengah, dan belakang. Saluran pencernaan bagian depan terdiri atas mulut, faring, esofagus, tembolok, proventrikulus dan sekum gastrik. Bagian tengah saluran pencernaan serangga terdiri atas ventrikulus, tubulus Malphighi, dan pilorus. Bagian belakang saluran pencernaan serangga terdiri atas ileum, rektum, dan anus (Chapman 1969). Penelitian ini menggunakan rayap tanah dari kasta pekerja M. gilvus. Rayap tanah dari kasta pekerja M. gilvus dipilih karena data mengenai saluran pencernaan rayap M. gilvus belum tersedia. Struktur saluran pencernaan rayap kasta pekerja Neotermes bosei telah diteliti yaitu usus depan terdiri atas esofagus, tembolok, dan proventrikulus. Usus tengah hanya terdiri atas ventrikulus. Usus belakang terdiri atas lima bagian, yaitu saluran pendek, enteric valve, kantung rektum, kolon, dan rektum (Hariprabowo 2006). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk lebih memahami proses pencernaan rayap tanah kasta pekerja M. gilvus. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari anatomi saluran pencernaan bagian belakang dan tengah pada rayap kasta pekerja M. gilvus.

12 2 METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 hingga Februari 2013 di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bahan Objek penelitian yang digunakan adalah rayap tanah dari kasta pekerja M. gilvus yang dikoleksi dari pepohonan di sekitar kampus IPB Dramaga sebanyak 100 rayap. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah mikroskop cahaya (Olympus CH20), kamera (Olympus BX 51), dan mikroskop stereo (Nikon SMZ 2000). Koleksi Rayap Tanah Sampel rayap tanah disimpan dalam tabung berisi alkohol 70%, setiap tabung berisi beberapa individu yang berasal dari satu koloni dan diberi label berdasar nomor koloni, tipe kasta, dan lokasi koloni rayap. Identifikasi Rayap Tanah Identifikasi rayap tanah dilakukan sampai tingkat spesies, berdasarkan kunci determinasi Ahmad (1965). Morfologi kasta prajurit yang diamati untuk identifikasi menggunakan karakter pada kepala, (fontanel, mandibel, ruas antena) dan pronotum. Preparat Rayap Tanah Pada penelitian rayap tanah kasta pekerja, bagian yang diproses untuk pembuatan preparat awetan adalah rayap tanah kasta pekerja seluruh tubuh. Rayap pekerja yang utuh difiksasi dengan larutan Formalin, asam asetat glasial, akuades,. CaCl 2 2H 2 0 (FAAC) selama 5 hari, selanjutnya dicuci dengan air kemudian didehidrasi dengan alkohol bertingkat dari konsentrasi % (masingmasing15 menit). Penjernihan (clearing) dilakukan dengan memasukkan rayap ke xilol selama 1,5 jam. Infiltrasi parafin dilakukan tiga kali, masing-masing selama 45 menit. Selanjutnya rayap dimasukkan ke dalam parafin dengan titik lebur ºC dan dibiarkan sampai beku. Penyayatan rayap dilakukan dengan ketebalan 6 µm dan ditempel secara serial pada gelas objek dengan perekat albumin Mayer dengan pewarnaan ganda Haematoxilin-Eosin (HE) (Hariprabowo 2006). Selanjutnya preparat diamati di bawah mikroskop cahaya (Olympus CH20) dan difoto dengan menggunakan kamera (Olympus BX 51).

13 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri ciri Kasta Prajurit Rayap Tanah Tubuh rayap terdiri atas kepala, toraks dan abdomen (Gambar 1). Identifikasi rayap dilakukan sampai tingkat spesies dengan menggunakan rayap kasta prajurit M. gilvus. Rayap kasta prajurit digunakan untuk keperluan identifikasi karena karakter karakter rayap kasta prajurit lebih jelas dibandingkan rayap kasta pekerja yang sulit untuk diamati. Ciri ciri rayap kasta prajurit M. gilvus yang di koleksi dari sekitar kampus IPB Darmaga yaitu kepala rayap M. gilvus berwarna coklat, mandibula memiliki gigi tepi, antena 17 ruas, fontanel terletak di kepala bagian depan; Panjang kepala tanpa mandibula 3.50 mm, lebar kepala tanpa mandibula 3.00 mm, panjang kepala dengan mandibula 5.00 mm, lebar bagian terluas postmentum 0.90 mm, bagian tersempit postmentum 0.50 mm; Toraks rayap M. gilvus terdiri atas pronotum, mesonotum, metanotum. Panjang pronotum 1.20 mm, lebar pronotum 2.50 mm, lebar mesonotum 2.20 mm, lebar metanotum 2.10 mm. Abdomen terdiri atas beberapa tergit. Ciri - ciri rayap kasta prajurit M. gilvus yang tertulis di atas sesuai dengan kunci determinasi Ahmad (1965). Deskripsi lain untuk rayap kasta prajurit M. gilvus menurut Ahmad (1965) adalah panjang kepala dengan mandibula (4.80 mm 5.48 mm), panjang kepala tanpa mandibula (3.40 mm 3.65 mm), lebar kepala tanpa mandibula (2.88 mm 3.17 mm); panjang pronotum (1.15 mm 1.20 mm), lebar pronotum (2.30 mm 2.68 mm), lebar mesonotum (2.20 mm 2.40 mm), lebar metanotum (2.10 mm 2.30 mm), bagian mesonotum dan metanotum berbentuk bulat melebar, lebar dari bagian terluas postmentum 0.90 mm, bagian tersempit postmentum 0.50 mm. Mandibula Postmentum Antena Kepala Fontanel Pronotum Mesonotum Toraks Metanotum Abdomen Gambar 1 Rayap M. gilvus kasta prajurit mayor Struktur Saluran Pencernaan Rayap Tanah Pada penelitian ini bagian usus yang terlihat pada rayap kasta pekerja M. gilvus adalah bagian usus tengah, enteric valve, dan usus belakang. Usus tengah dan usus belakang berfungsi dalam proses penyerapan nutrisi, namun proses penyerapan nutrisi pada usus tengah hanya terbatas pada zat-zat yang mudah dihidrolisis (Noirot & Noirot Timothee 1969). Bagian saluran pencernaan rayap

14 4 yang paling penting ialah usus belakang (Inoue et al, 2000). Pada rayap tingkat rendah digesti selulosa dibantu oleh protozoa sedangkan pada rayap tingkat tinggi digesti seluosa dibantu oleh bakteri (Noirot & Noirot Timothee 1969). Enteric valve berfungsi untuk mencegah isi kantung rektum kembali ke usus tengah (Noirot & Noirot Timothee 1969). Berdasarkan preparat penampang melintang usus tengah M. gilvus bagianbagian yang dapat diamati aalah sel-sel epitel, lapisan sel-sel otot yang tipis dan lumen di bagian tengah (Gambar 2a dan b). Pada rayap tidak ditemukan sekum gastrik. Sekum gastrik adalah bagian yang terdapat pada sebagian besar serangga (Romoser 1973), terletak pada usus tengah bagian depan yang berfungsi sebagai zona penyerapan karbohidrat dan lemak (Wigglesworth 1972). Sel usus tengah tersusun oleh membran basal, sel epitel, otot, dan membran peritropik yang berbatasan dengan lumen usus. Membran peritropik merupakan membran yang terdapat pada serangga yang terdiri atas lamella konsentris yang melekat satu sama lain (Wigglesworth 1972). Membran peritropik berfungsi untuk melindungi kerusakan jaringan yang dilalui oleh makanan yang melewati saluran pencernaan (Wigglesworth 1972). Pada rayap yang diamati tidak terlihat adanya membran peritropik karena proses pewarnaan yang kurang baik dari penelitian ini. a b Sel otot Sel epitel Lumen Gambar 2 Penampang melintang usus tengah rayap M. gilvus kasta pekerja (a) perbesaran 100 x, (b) perbesaran 600x. Bagian usus tengah, enteric valve dan usus belakang memiliki lapisan otot yang tipis. Pada bagian yang memiliki lapisan otot tipis tidak terjadi terjadi proses mekanis (Noirot & Noirot Timothee 1969). Pada bagian usus rayap terdapat lapisan intima. Lapisan intima merupakan lapisan yang relatif tebal, permukaan lapisan intima jarang ditutupi dengan rambut pendek atau spikula, meskipun pada faring dan proventrikulus ditutupi rambut panjang atau duri (Snodgrass 1935). lapisan intima berfungsi untuk melindungi kerusakan jaringan yang dilalui oleh makanan yang melewati saluran pencernaan (Wigglesworth 1972). Pada penelitian ini tidak ditemukan lapisan intima, namun pada penelitian saluran pencernaan rayap kasta pekerja Neotermes bosei ditemukan lapisan intima (Hariprabowo 2006).

15 Penampang melintang enteric valve M. gilvus (Gambar 3a dan b) memiliki empat buah lipatan ke arah lumen sehngga membentuk struktur menyerupai katup (Gambar 3b). Enteric valve tersusun dari sel-sel epitel, lapisan sel-sel otot tipis dan lumen di bagian tengahnya. a b Sel otot 5 Sel epitel Lumen Gambar 3 Penampang melintang enteric valve rayap M. gilvus kasta pekerja (a) perbesaran 100 x, (b) perbesaran 600x. Penampang melintang usus belakang M. gilvus tersusun dari lapisan sel-sel otot yang tipis, sel-sel epitel tipe batang dan lumen di bagian tengahnya (Gambar 4a dan b). Bagian usus tengah, enteric valve dan usus. a b Sel otot Sel epitel Lumen Gambar 4 Penampang melintang usus belakang rayap M. gilvus kasta pekerja (a) perbesaran 100 x, (b) perbesaran 600x SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini bagian usus rayap tanah kasta pekerja M. gilvus yang terlihat jelas ialah usus tengah, enteric valve, dan usus belakang. Pada enteric valve terdapat empat buah lipatan ke arah lumen sehngga membentuk struktur menyerupai katup. Sel epitel pada penelitian ini hanya dapat diamati pada usus belakang. Sel epitel yang dapat diamati pada usus

16 6 belakang berbentuk batang. Pada usus tengah, enteric valve dan usus belakang memiliki lapisan otot yang tipis. Saran Untuk melengkapi data mengenai saluran pencernaan rayap M. gilvus maka perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai struktur dan anatomi saluran pencernaan rayap tanah M. gilvus dinilai dari bagian depan dan tengah. DAFTAR PUSTAKA Ahmad M Termites (Isoptera) of Thailand. Bull Amer Nat His. Suppl., 131: Chapman R.F The Insects Structure and Function. 4rd Ed. Cambridge (GB): Harvard Univ Pr. Claveland L.R. Hariprabowo LE, Raffiudin R, Prawasti TS Alimentary canal Anatomy and histology of the worker termite Neotermes bosei. BIOTROPIA. 13 (2): Inoue T, Kitade O, Yoshimura T, Yamoka T Symbiotic association with protist. Di dalam: Abe T, Bignell DE, Higashi M, editor. Termites: Evolution, Sociality, Synbioses, Ecology. Dordrecht (GB): Academic Publ. hlm Krishna K Chapter 1 Introduction. Di dalam: Krishna K, Weesner FM, editor. Biology of Termites. Volume ke-1. New York (US): Academic Pr. hlm Noirot C.H. and C. Noirot-Timothee The digestive system. Di dalam: Krishna K, Weesner FM, editor. Biology of Termites. Volume ke-1. New York (US): Academic Pr. hlm Romoser WS The Science of Entomology. London (GB) : Collier Macmillan Pub. Roonwal ML Termite Life and Termite Control in Tropical South Asia Jodhpur: Scientific Pub. Snodgrass RE Principles of Insect Morphology. New York (US): McGraw Hill Book Company. Wigglesworth VB The Principles of Insect Physiology. Ed ke-7. London (GB): Chapman and Hall.

17 7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 25 Januari 1990 dari pasangan Ir. Iman Raharjo dan Euis Mir ah Soebari, BA. Penulis merupakan anak tunggal. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 10 Bandung. Penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan penulis melakukan Studi Lapang ke Cagar Alam Pangandaran pada tahun 2010 dengan judul Diversitas dan Perilaku Serangga Sosial di Cagar Alam Pangandaran Kabupaten Ciamis, Jawa Barat di bawah bimbingan Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. Pada bulan Juli sampai Agustus 2011 penulis melakukan Praktik Lapang dengan judul Pengujian Insektisida Sipemetrin pada Kayu Karet dan Mahoni Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvinagthus) di bawah bimbingan Dr. Dra. Yohana Caecilia Sulistyaningsih, M.Si.

STRUKTUR DAN ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP KASTA PRAJURIT Neotermes bosei. Oleh : Anne Nelistya G

STRUKTUR DAN ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP KASTA PRAJURIT Neotermes bosei. Oleh : Anne Nelistya G STRUKTUR DAN ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP KASTA PRAJURIT Neotermes bosei Oleh : Anne Nelistya G34101042 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan

Lebih terperinci

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU SKRIPSI Oleh: Agustia Wardhana 051203006/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Lebih terperinci

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan. 2 lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan. Identifikasi rayap Identifikasi rayap menggunakan rayap kasta prajurit. Rayap kasta prajurit mayor digunakan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2015 1 7 September

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG Shofi Annisa, Retno Hestiningsih, Mochamad Hadi Bagian Entomologi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding. B.

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu air (Syzygium aqueum). Kemikalia yang digunakan yaitu larutan alkohol 96%, ethanol,

Lebih terperinci

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA 5 Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dari kelas Artropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi LAMPIRAN 38 Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Pembuatan preparat histologi terdiri dari beberapa proses yaitu dehidrasi (penarikan air dalam jaringan) dengan alkohol konsentrasi bertingkat,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EVALINA. Kajian Morfologi Saluran Pencernaan Burung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Biologi Rayap

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Biologi Rayap TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Biologi Rayap Rayap di daerah subtropik disebut dengan semut putih (white ants) karena memiliki morfologi yang mirip dengan semut. Berdasarkan hubungan evolusi (filogeni),

Lebih terperinci

MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI

MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI MIKROTEKNIK Definisi: cara pembuatan sediaan histologik yg dpt diamati di bawah mikroskop Macam sediaan histologik: sediaan segar & sediaan permanen Sediaan Segar Sediaan hidup

Lebih terperinci

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City *) **) Thyar Deby Yuhara *), Sri Yuliawati **), Praba Ginandjar

Lebih terperinci

RAYAP KAYU (ISOPTERA) PADA RUMAH-RUMAH ADAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

RAYAP KAYU (ISOPTERA) PADA RUMAH-RUMAH ADAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT 1 RAYAP KAYU (ISOPTERA) PADA RUMAH-RUMAH ADAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT 1) Deffi Surya Ningsih, Za aziza Ridha Julia, Larissa Hilmi dan Leo Darmi 1) Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Andalas,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut Nandika, dkk (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Alat dan bahan tercantum dalam Lampiran 1. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk kedalam kulit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pengoleksian Kutu Tanaman

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pengoleksian Kutu Tanaman BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dengan mengoleksi kutu putih dari berbagai tanaman hias di Bogor dan sekitarnya. Contoh diambil dari berbagai lokasi yaitu : Kelurahan Tanah baru

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kunci identifikasi rayap kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus (Haviland) (Ahmad 1965)

Lampiran 1 Kunci identifikasi rayap kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus (Haviland) (Ahmad 1965) LAMPIRAN 13 Lampiran 1 Kunci identifikasi rayap kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus (Haviland) (Ahmad 1965) Kunci identifikasi famili Termitidae 1. Kepala memiliki fontanel dan kelenjar frontal; jika

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Pada Hewan

Sistem Pencernaan Pada Hewan Sistem Pencernaan Pada Hewan Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Entomologi Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang vektor, kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh arthropoda. Delapan puluh lima persen atau kira-kira 600.000

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan pengamatan. Proses

Lebih terperinci

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 1 PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 Oleh : Drs. Suyitno Al, MS 2 PENDAHULUAN Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi, menggali pengetahuan dari objek-objek biologi. Sebagai Objeknya

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Annisa Savitri* ), Ir. Martini**), Sri Yuliawati** ) * ) Mahasiswa Peminatan Entomologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Usus Halus Ayam Broiler. Menggunakan Metode Paraffin

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Usus Halus Ayam Broiler. Menggunakan Metode Paraffin LAMPIRAN 51 52 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Usus Halus Ayam Broiler Menggunakan Metode Paraffin 1) Persiapan Preparat a. Mengisolasi dan mencuci jaringan menggunakan larutan NaCl

Lebih terperinci

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Silabus Matakuliah Entomologi Pertanian - Sem. Ganjil 2017-2018 Page 1 of 12 SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/ sks : HPT616202 / 3 (2-1) Dosen PJ. : Prof. Dr. Ir. F.X. Susilo,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI

JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI Skripsi Oleh: Niko Susanto Putra 1108305020 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L. IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L. Muhammad Sayuthi Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KERAGAMAN UKURAN DAN WARNA Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT MAGDALENA

KERAGAMAN UKURAN DAN WARNA Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT MAGDALENA KERAGAMAN UKURAN DAN WARNA Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT MAGDALENA PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Bimafika, 2012, 3, 393-398 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Tekat Dwi Cahyono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon Diterima 29-02-2012;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 di laboratorium Struktur Tumbuhan Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber karbon dan sumber energi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR Disusun Oleh: Nama : Juwita NIM : 127008003 Tanggal Praktikum: 22 September 2012 Tujuan praktikum: 1. Agar praktikan memahami dan mampu melaksanakan Tissue Processing.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2011 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan (Departemen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012 LAPORAN PRAKTIKUM Judul : Histoteknik Nama : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012 Tujuan Praktikum : 1. Melihat demonstrasi pembuatan preparat histology mulai dari fiksasi jaringan hingga

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN Oleh: Jendro Zalukhu 081203017 / Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat dan waktu pengambilan sampel Sampel diambil di Pantai Timur Surabaya, tepatnya di sebelah Timur Jembatan Suramadu (Gambar 3.1).

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014/2015 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa Br S 4411412016

Lebih terperinci

Djuhanda, T. (1980), Kehidupan dalam Setetes Air, ITB, Bandung.

Djuhanda, T. (1980), Kehidupan dalam Setetes Air, ITB, Bandung. DAFTAR PUSTAKA Adawiah. (2000). Kinerja Mikroba Simbion Rayap Dalam Proses Degradasi Beberapa Jenis Limbah Pertanian. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ahmad M. (1965). Termites

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Rayap Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut mandibula.

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI Nama : Kelompok I Kelas D MIKROTEKNIK Mikroteknik atau teknik histologi merupakan ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi Alat dan Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel daun jambu semarang Buah Pink, Hijau Bulat, Unsoed, Merah Lebar', Kaget Merah, Camplong Putih, Irung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati banyak didapatkan di hutan. Hutan yang terdapat di seluruh dunia beragam jenisnya,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN Nama : Yulia Fitri Djaribun NIM : 127008005 Tanggal : 22 September 2012 A.Tujuan Praktikum : 1. Agar mahasiswa mampu melakukan proses

Lebih terperinci

Morfometrik dan Karakteristik Serangan Coptotermes sp. Pada Gedung Pemerintahan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan

Morfometrik dan Karakteristik Serangan Coptotermes sp. Pada Gedung Pemerintahan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan Morfometrik Karakteristik Serangan Coptotermes sp. Pada Gedung Pemerintahan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan ASTUTI ARIF1, IRA NURDIANTY2 Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN DEVI WAHYUNINGSIH 3425131060 PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

KEY TO THE LACESSITTERMES HOLMGREN (TERMITIDAE: NASUTITERMITINAE) FROM SUMATRA

KEY TO THE LACESSITTERMES HOLMGREN (TERMITIDAE: NASUTITERMITINAE) FROM SUMATRA Jurnal Natural Vol.17, No.1, 2017 pissn 1411-8513 eissn 2541-4062 TAXONOMIC KEY TO THE LACESSITTERMES HOLMGREN (TERMITIDAE: NASUTITERMITINAE) FROM SUMATRA Syaukani Syaukani Jurusan Biologi, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Baby Zelvia Anggraini NIM

SKRIPSI. Oleh : Baby Zelvia Anggraini NIM PENGARUH SUHU DAN KONSENTRASI Carboxymethyl Cellulose (CMC) TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA ISOLAT BAKTERI SELULOLITIK YANG DIISOLASI DARI USUS RAYAP KASTA PEKERJA DAN PRAJURIT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE)

KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE) KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE) LILIH RICHATI CHASANAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal merupakan parasit pada mamalia atau unggas, insekta ini mengalami metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat

Lebih terperinci

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya 110 Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya (Characteristic of Population Subterranean Termites Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae)

Lebih terperinci

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas Lampiran 1. Spesifikasi Bahan Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas Berumur 30, 60, 90, dan 120 hari Hewan uji 2. Pakan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental laboratorium posttest-only equivalent-group design dengan kelompok perlakuan dan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB

Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB Laporan Praktikum Histotehnik Oleh: Lucia Aktalina Jum at, 14 September 2012 14.00 17.00 WIB Tujuan Praktikum: Melihat demo tehnik-tehnik Histotehnik,mulai dari pemotongan jaringan organ tikus sampai bloking,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : intensitas serangan penggerek kayu di laut, perubahan sifat fisik dan sifat mekanik kayu

ABSTRAK. Kata kunci : intensitas serangan penggerek kayu di laut, perubahan sifat fisik dan sifat mekanik kayu ABSTRAK ADITYA NUGROHO. Perubahan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Beberapa Jenis Kayu Akibat Serangan Penggerek Kayu Laut di Perairan Pulau Rambut. Dibimbing oleh SUCAHYO SADIYO dan MOHAMMAD MUSLICH. Penelitian

Lebih terperinci

DENSITAS DAN UKURAN GAMET SPONS Aaptos aaptos (Schmidt 1864) HASIL TRANSPLANTASI DI HABITAT BUATAN ANCOL, DKI JAKARTA

DENSITAS DAN UKURAN GAMET SPONS Aaptos aaptos (Schmidt 1864) HASIL TRANSPLANTASI DI HABITAT BUATAN ANCOL, DKI JAKARTA DENSITAS DAN UKURAN GAMET SPONS Aaptos aaptos (Schmidt 1864) HASIL TRANSPLANTASI DI HABITAT BUATAN ANCOL, DKI JAKARTA Oleh: Wini Wardani Hidayat C64103013 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK NAMA PRAKTIKAN : Ramadhan Bestari GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) HARI/TGL. PRAKTIKUM : Rabu, 24 Oktober 2013 I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memahami dan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT EPIDERMIS BAWAH/ATAS DAUN

PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT EPIDERMIS BAWAH/ATAS DAUN LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT EPIDERMIS BAWAH/ATAS DAUN Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014/2015 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Mega Citrindo di Desa Curug RT01/RW03, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Entomologi Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan Organ usus halus Dicuci dengan NaCl fisiologis 0.9% Difiksasi 24 jam Larutan Bovin Didehidrasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500 Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci Kelompok Tanpa pemberian obat Indometasin dalam kapsul gelatin Indometasin dalam matriks kalsium alginatkitosan (dibedah stlh 1 hari) Indometasin dalam matriks

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rayap Coptotermes curvignathus Hobngren Rayap dikenal sebagai serangga sosial yang berukuran kecil sampai sedang, hidup dalam koloni-koloni dan membagi kegiatan-kegiatan utamanya

Lebih terperinci

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM pl.r$z. if 1: TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN Ole h DORlY JURUSAN BIOlOGI FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 198 9 TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN

Lebih terperinci

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM pl.r$z. if 1: TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN Ole h DORlY JURUSAN BIOlOGI FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 198 9 TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN

Lebih terperinci

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan LAMPIRAN 30 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi merupakan proses mengeluarkan air dari dalam jaringan/organ dengan menggunkan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI Oleh DWI NURCAHYO A B1J009048 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows. 18 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Agustus 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di Fasilitas Kandang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel.

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel. LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel. Berat keseluruhan daging buah kepel yang masih basah:440 g, dan setelah dikeringkan diperoleh 60 g serbuk simplisia kering. Jadi rendemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan perlakuan pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap gambaran histologik trakea

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM C10 DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PADA BEBERAPA VARIASI UMUR POHON DAN LETAK RADIAL BATANG Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Benth. DARI DESA KEDUNGPOH, GUNUNGKIDUL Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai November 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di fasilitas kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH

SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten 1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap pada kayu bangunan rumah penduduk mencapai 12,5% dari total biaya pembangunan perumahan tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT IRISAN MELALUI METODE PARAFIN

PEMBUATAN PREPARAT IRISAN MELALUI METODE PARAFIN PEMBUATAN PREPARAT IRISAN MELALUI METODE PARAFIN Kelompok 1 Ardhania Pratiwi Erma Yunita Nur Azizah Yunita Putri JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2004 Pebruari 2005 di Sub Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat MIPA UNS Surakarta sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengetahuan mengenai anatomi mikroskopis baik tentang hewan maupun tumbuhan banyak diperoleh dari hasil pengembangan sediaan mikroteknik atau yang juga

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengambilan Sampel

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengambilan Sampel 14 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2011 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi

Lebih terperinci

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KARYA TULIS NILAI ph DAN ANALISIS KANDUNGAN KIMIA ZAT EKSTRAKTIF BEBERAPA KULIT KAYU YANG TUMBUH DI KAMPUS USU, MEDAN Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok SISTEM PENCERNAAN Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok PENDAHULUAN Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk menghancurkan dan menyerap makanan dan minuman Melibatkan banyak organ secara mekanik hingga kimia

Lebih terperinci