BAB V PENUTUP. pembina sektor yang terdiri dari kementerian dari masing-masing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP. pembina sektor yang terdiri dari kementerian dari masing-masing"

Transkripsi

1 76 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Mekanisme penetapan 129 bidang usaha penerima insentif ini diawali dengan usulan. Usulan tersebut diajukan oleh Kementrian/Lembaga pembina sektor yang terdiri dari kementerian dari masing-masing sektor. Setelah mendapatkan usulan dari Kementrian/Lembaga pembina sektor, usulan tersebut diteruskan kepada Kemenkoperekonomian untuk selanjutnya dibahas oleh tim teknis. Dalam menetapkan bidang usaha apa saja yang layak untuk menerima insentif ini, tim teknis menetapkannya dengan berdasarkan pada kriteria industri prioritas, efektifitas, dan kepentingan nasional. Berdasarkan pembahasan tersebut, hasil kesepakatan dibawa ke rapat pleno eselon I untuk dibahas dan diambil kesepakatan di level pimpinan. Hingga akhir tahun 2013 sudah diterima 80 usulan yang diajukan untuk menerima insentif Tax Allowance. Pada pemberian insentif Tax Allowance ini juga telah terjadi penurunan yang dapat dilihat dari penurunan pengajuan isentif sejak tahun Wajib pajak dalam menerima insentif Tax Allowance diwajibkan menyampaikan laporan mengenai jumlah realisasi penanaman modal, jumlah realisasi produksi, rincian aktiva tetap yang digunakan, rincian pengalihan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas pajak

2 77 penghasilan, rincian aktiva tetap yang dialihkan yang diganti dengan aktiva tetap yang baru. Pada penggunaan insentif Tax Allowance laporan-laporan tersebut bisa saja menjadi bagian yang membebani wajib pajak dalam menerima insentif. Karena selain meringankan beban pajak, pemberian insentif ini juga harusnya meringankan dalam hal persyaratan maupun kewajiban yang harus dilaksanakan wajib pajak dalam pelaksanaannya. 2. Penetapan 129 bidang usaha penerima insentif Tax Allowance tidak menyimpangi Asas kecermatan AUPL. Akan tetapi pemerintah tidak melibatkan langsung para pengusaha sebagai pihak yang berkepentingan. Sehingga pandangan mereka terhadap penetepan bidang usaha penerima ini tidak didengar secara langsung dan kewajiban mendengar dalam asas kecermatan tidak diterapkan. Tindakan pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan insentif Tax Allowance dinilai telah mempertimbangkan fakta-fakta yang ada. Dalam rapat tim teknis untuk membahas usulan yang diajukan, pemerintah melibatkan berbagai pihak yang kompeten di bidangnya, seperti Kementrian/Lembaga Pembina sektor, BPS, BKPM, Kemenkeu, Sekretariat negara, Kemenkumham, dan dikoordinasikan oleh Kemenkoperekonomian. semuanya memiliki peran fungsi dan tugas yang penting dalam penetapan bidang usaha penerima insentif. 3. Dalam menerapkan asas Equity, masalah pemberian insentif Tax Allowance dapat dibedakan menjadi Keadilan horizontal dan Keadilan

3 78 vertikal. Pada pemberian insentif Tax Allowance ini tidak memenuhi salah satu syarat keadilan horizontal yaitu Equals treatment for the equals, karena pada pemberian insentif Tax Allowance terjadi pembedaan dengan memberikan kemudahan tertentu pada jenis-jenis usaha yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun Dengan hanya memberikan kemudahan hanya kepada bidang-bidang usaha tertentu ataupun daerah-daerah tertentu pemerintah telah melakukan pembedaan/dikriminasi terhadap wajib pajak. Dalam hal Equity secara vertikal terdapat dua syarat yang harus dipenuhi yaitu Unequal treatment for the unequals dan Progression. Pada pemberian insentif ini pengenaan pajak sudah memenuhi kedua syarat tersebut. Akan tetapi dalam pemberian fasilitas ini pemerintah mendasarkannya pada tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional guna mengisi kebutuhan dana untuk membiayai pembangunan nasional. Di dalam penjelasan pasal 31A UU PPh disebutkan, tujuan dan maksud diberikannya insentif adalah untuk memberikan fasilitas perpajakan yang benar-benar diperlukan, terutama untuk mendorong berhasilnya sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar pembangunan nasional.

4 79 B. Saran 1. Sebaiknya pemerintah dalam menetapkan bidang usaha penerima insentif bidang usaha tertentu dan daerah tertentu, melibatkan para pengusaha untuk didengar langsung pendapatnya. Pada mekanisme penetapan insentif ini para pengusaha tidak terlibat secara langsung, dan hanya diwakilkan oleh lembaga pembina sektor yang membawahinya. Penerapan asas kecermatan memang tidak mengharuskan ada kewajiban mendengar, selama informasi yang ada dinilai cukup untuk dilakukan pembahasan. Akan tetapi, dapat lebih baik jika pemerintah melibatkan langsung para pengusaha. Karena informasi dan kebutuhan yang ada dapat disampaikan secara langsung dan ketetapan ini dapat berlaku lebih efektif dan tepat sasasaran. Pada penggunaan insentif Tax Allowance mekanisme laporan perlu dikaji lagi, agar minat para investor dalam menggunakan inentif tersebut bertambah. Karena mekanisme laporan yang ada saat ini bisa saja menjadi bagian yang membebani wajib pajak dalam menerima insentif. Karena selain meringankan beban pajak, pemberian insentif ini juga harusnya meringankan dalam hal persyaratan maupun kewajiban yang harus dilaksanakan wajib pajak dalam pelaksanaannya. Selain itu dalam melaksanakan kebijakan ini, pemerintah harus meningkatkan perannya dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat, karena saat ini masih banyak para

5 80 pengusaha yang belum tahu akan insentif PPh yang ditawarkan sehingga kebijakan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif. 2. Bidang usaha dan daerah yang yang belum dapat menerima fasilitas diharapkan tidak dipandang sebelah mata. Pemerintah harus terus mendorong pertumbuhan bidang-bidang usaha yang dinilai belum berkembang ini, karena potensi yang dimiliki usaha dan daerah yang belum mendapatkan insentif ini tentu saja dapat lebih berkembang. Pemerintah juga dapat memberikan fasilitas untuk usaha yang belum berkembang ini untuk mendorong potensi yang dimiliki agar dikedepannya bidang-bidang usaha ini dapat membantu perekonomian nasional. 3. Dalam hal Equity, bidang usaha dan daerah yang ada sebaiknya perlu dikaji lagi untuk dilakukan perluasan sektor. Dengan perluasan sektor, pemberian insentif ini tentu saja akan meningkatkan investasi jika ditemukan sektor-sektor baru yang potensial untuk diberikan insentif. Dengan catatan pemberian insentif ini harus tepat dan tidak sembarangan, karena jika kebijakan ini tidak tepat sasaran pemerintah malah akan memberikan beban tambahan kepada wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. negara. Negara sebagai wadah bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Negara sebagai wadah bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan negara adalah merupakan kepentingan utama dari pada tatanan suatu negara. Negara sebagai wadah bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan bangsanya. 1 Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terdiri dari pulau. Dan dengan luas wilayah ,32

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terdiri dari pulau. Dan dengan luas wilayah ,32 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Dan dengan luas wilayah 1.910.931,32 serta dengan

Lebih terperinci

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.681, 2015 BKPM. Fasilitas. Pajak Penghasilan. Usaha Tertentu. di Daerah Tertentu. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/M-IND/PER/11/2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DI SEKTOR

Lebih terperinci

PERHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015

PERHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015 1 KETENTUAN PERHITUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 1. Fasilitas Tax Holiday adalah fasilitas pembebasan dan pengurangan Pajak

Lebih terperinci

2015, No Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hur

2015, No Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1482, 2015 BKPM. Penanaman Modal. Bidang Usaha Tertentu. Daerah Tertentu. Pajak Penghasilan. Permohonan Fasilitas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: - 1 - - 2 - Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan Fasilitas Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Negara.Yaitu dengan melalui salah satu alat ukur yang bernama

Lebih terperinci

Account Representative

Account Representative Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Lampiran 2. Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012

Lampiran 2. Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012 Lampiran 2 Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012 Tabel Realisasi Investasi PMA Menurut Sektor Periode 2008-Kuartal 1 2012 2008 2009 2010 2011 2012 (q1) Industri Pionir P I (US$. Industri Kimia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insentif Pajak untuk Investasi Insentif pajak untuk investasi merupakan sebuah keringanan pajak yang diberikan oleh negara untuk meningkatkan investasi di

Lebih terperinci

FASILITAS PPh Energi Terbarukan

FASILITAS PPh Energi Terbarukan FASILITAS PPh Energi Terbarukan OUTLINE FASILITAS PPh BADAN Untuk Energi Terbarukan Dalam rangka Penanaman Modal Fasilitas PPh Badan 1 Tax Allowance 2 Tax Holiday Fasilitas Tax ALLOWANCE PP 18 Tahun 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak Penghasilan merupakan pajak pemerintah pusat yang dipungut oleh negara berdasarkan sistem self assessment. Pajak Penghasilan berkontribusi sebesar 47,01% dari

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR : PER-01/M.EKON/02/2008 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR : PER-01/M.EKON/02/2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA TIM KOORDINASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN DI KAWASAN PERKOTAAN NOMOR : PER-01/M.EKON/02/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (BKPM, 2004). Investasi merupakan salah satu motor penggerak serta penopang pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan

Lebih terperinci

2015, No diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Repu

2015, No diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Repu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.987, 2015 PERMEN-KP. Fasilitas Pajak Penghasilan. Penanaman Modal. Usaha Tertentu. Daerah Tertentu. Persyaratan. Kriteria. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna meningkatkan kualitas manusia

Lebih terperinci

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE)

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE) LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50% BAB VII PERPAJAKAN PERPAJAKAN DI INDONESIA DIRASAKAN KURANG BERSAING UNTUK MENARIK INVESTASI. Pandangan ini umumnya diutarakan dalam 3 hal, yaitu: pelayanan pajak yang rendah, tarif pajak yang kurang bersaing

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN

V. SIMPULAN DAN SARAN V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data dan analisa yang dilakukan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Efektivitas organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA DITINJAU DARI ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

ANALISIS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA DITINJAU DARI ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK ANALISIS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA DITINJAU DARI ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK Muhammad Maulana Imam S Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Selasa, 20 Mei 2014 INDEF 1 Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Lebih terperinci

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE)

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE) LAMPIRAN I PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Dari pembahasan dan analisis yang dilakukan oleh penulis berkenan dengan dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. a) Sejarah Badan Kordinasi Penanaman Modal

BAB III PEMBAHASAN. a) Sejarah Badan Kordinasi Penanaman Modal digilib.uns.ac.id 17 BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Pemerintahan di Indonesia a) Sejarah Badan Kordinasi Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah sebuah badan

Lebih terperinci

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.770, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembatasan. Pengurangan Pajak. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 17 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU PADA SEKTOR-SEKTOR TERTENTU

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.EKON/05/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya keadaan dan kondisi suatu negara, tentunya semakin besar pula pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan oleh negara tersebut. Semakin besarnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat. Di Indonesia, berbagai macam investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat. Di Indonesia, berbagai macam investasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dengan menciptakan iklim investasi atau penanaman modal yang kondusif. Di samping itu,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH - DAERAH TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Profil Lembaga Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. Sebagai penghubung utama antara dunia usaha

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI

Lebih terperinci

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK 1 P a g e Tax Holiday; Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan bagi Perusahaan Industri Pionir yang Melakukan Penanaman Modal Baru di Indonesia Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI (BERMITRA DENGAN KEMENTERIAN KEUANGAN, KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS, BANK INDONESIA, PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK (LKBB), BADAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur penilaian kinerja manajemen. penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara top down (imposed budget),

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur penilaian kinerja manajemen. penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara top down (imposed budget), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan yang diiringi dengan kemajuan perekonomian kebutuhan masyarakat yang cukup meningkat, menyebabkan kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang konsumsi

Lebih terperinci

Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan

Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang

Lebih terperinci

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015 29 September 2015 KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP II Kemudahan Perizinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu dari segelintir negara yang berhasil menghadapi gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Ilmiani dan Sutrisno, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Ilmiani dan Sutrisno, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan umumnya berupaya meningkatkan nilai perusahaan setiap periode karena tingginya nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham akan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; - 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-44/M.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-44/M. SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-44/M.EKON/07/2008 TENTANG TIM PEMANTAU FOKUS PROGRAM EKONOMI TAHUN 2008 2009 MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.652, 2015 KEMENKEU. Pajak Penghasilan. Penanaman Modal. Usaha Tertentu. Daerah Tertentu. Aktiva. Sanksi. Wajib Pajak. Fasilitas. Pemberian. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin meningkatnya kebutuhan dana pembangunan mendorong pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih intensif. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggal 1 Januari Saat ini sistem perpajakan yang berlaku adalah Self. membina dan mengawasi pelaksanannnya.

BAB I PENDAHULUAN. tanggal 1 Januari Saat ini sistem perpajakan yang berlaku adalah Self. membina dan mengawasi pelaksanannnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor perpajakan merupakan sumber penerimaan terbesar yang utama bagi negara Indonesia, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan potensial

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi dan Perizinan Terpadu NO STRUKTUR TUGAS POKOK FUNGSI I Badan Koordinasi dan Perizinan Terpadu Membantu Gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan di bidang penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya, membutuhkan. ditempuh pemerintah adalah melalui pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya, membutuhkan. ditempuh pemerintah adalah melalui pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya, membutuhkan dana investasi yang tidak sedikit setiap tahunnya yang akan dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Program Aksi. Reformasi Birokrasi. Tahun 2014. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN TENTANG PROGRAM

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R No.272, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Program Aksi. Reformasi Birokrasi. Tahun 2014. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN LUAR NEGERI PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN DALAM KOPERASI

MANAJEMEN DALAM KOPERASI MANAJEMEN DALAM KOPERASI APA ITU MANAJEMEN? Pemahaman konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konsep organisasi. Organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, 1 Menimbang : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, a. bahwa dalam rangka memacu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pengukuran yang digunakan perusahaan properti terdaftar di BEI, ASX dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pengukuran yang digunakan perusahaan properti terdaftar di BEI, ASX dan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan 1. Metode pengukuran yang digunakan perusahaan properti terdaftar di BEI, ASX dan SGX berbeda-beda yaitu keseluruhan perusahaan properti di BEI menggunakan pengukuran

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-31/M.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-31/M. SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-31/M.EKON/05/2008 TENTANG TIM EVALUASI PERLAKUAN PERPAJAKAN PADA SEKTOR KEUANGAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada

Lebih terperinci

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; - 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG RINCIAN BIDANG USAHA DAN JENIS PRODUKSI INDUSTRI PIONIR YANG DAPAT DIBERIKAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah terjadi reformasi undang-undang (UU) perpajakan tahun 1994,

BAB I PENDAHULUAN. Setelah terjadi reformasi undang-undang (UU) perpajakan tahun 1994, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setelah terjadi reformasi undang-undang (UU) perpajakan tahun 1994, pemerintah Indonesia kembali mengadakan reformasi perpajakan pada tahun 2000. Reformasi ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SMP MELALUI MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SEMARANG

BAB IV UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SMP MELALUI MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SEMARANG BAB IV UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SMP MELALUI MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SEMARANG Setelah data-data tersusun mengenai optimalisasi manajemen pendidikan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOLOK SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; - 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam pandangan wajib pajak UMKM dan akademisi di Kota Bandung, maka

Lebih terperinci

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE)

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE) LAMPIRAN I BIDANG-BIDANG USAHA DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE) NO KELENGKAPAN BERKAS ADA/TIDAK KETERANGAN 1. SURAT PERMOHONAN Permohonan ditandatangani

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KEK DIREKTORAT PERENCANAAN JASA DAN KAWASAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KEK DIREKTORAT PERENCANAAN JASA DAN KAWASAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KEK DIREKTORAT PERENCANAAN JASA DAN KAWASAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved JENIS PERIZINAN YANG DILIMPAHKAN

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan SS Indikator Target 2015 Terwujudnya koordinasi

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1474, 2015 KEMENKUMHAM. Peraturan Menteri. Pembentukan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fokus utama dari sebuah negara yang sedang berkembang. Menurut Waluyo (2008;

BAB I PENDAHULUAN. fokus utama dari sebuah negara yang sedang berkembang. Menurut Waluyo (2008; BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang telah berkembang di dunia. Sehingga isu mengenai pembangunan nasional merupakan fokus

Lebih terperinci

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN/TAX HOLIDAY KETERANGAN

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN/TAX HOLIDAY KETERANGAN LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.77, 2015 KEUANGAN. Pajak Penghasilan. Penanaman Modal. Fasilitas. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5688) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN/TAX HOLIDAY

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN/TAX HOLIDAY LAMPIRAN I PERATURAN DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS /TAX HOLIDAY NO KELENGKAPAN BERKAS ADA/ TIDAK 1. SURAT PERMOHONAN (FORMULIR...) Permohonan ditandatangani oleh direksi perusahaan, cap

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL invest in remarkable INDONESIA Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan disajikan untuk mengkomunikasikan seluruh informasi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder), baik pihak internal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG- BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN Penyelenggaraan tugas umum Pemerintahan telah diuraikan pada Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa penyelenggaraan tugas umum Pemerintahan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA HARIAN TIM NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR DAN PENINGKATAN INVESTASI NOMOR : KEP-25/M.EKON/04/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang secara terus menerus melakukan pembangunan untuk dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera. Dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN, PEMBINAAN, DAN PELAPORAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL, DAN PENDELEGASIAN KEWENANGAN PERIZINAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.507, 2009 BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN, PEMBINAAN,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci