KAJIAN PENGUKURAN KINERJA DAN PENETAPAN HARGA TRANSFER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENGUKURAN KINERJA DAN PENETAPAN HARGA TRANSFER"

Transkripsi

1 JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 8 No. 2, Oktober 2008 : KAJIAN PENGUKURAN KINERJA DAN PENETAPAN HARGA TRANSFER Oleh: Bambang Pamungkas dan Iriyadi Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui metode harga transfer yang digunakan dan membandingkan dengan penggunaan metode harga transfer lainnya. Di dalam melakukan transfer barang antar divisi dalam suatu perusahaan, maka harga yang di tetapkan harus menguntungkan antar divisi satu dengan divisi yang lain. Hal ini sesuai dengan tujuan penetapan harga transfer yaitu untuk mengukur laba divisinya yang melakukan transfer produk pada divisi lainnya dimana laba ini merupakan tolak ukur penilaian prestasi. Penetapan harga transfer dihitung dengan biaya dan harga transfer berdasarkan harga pasar. PT mempunyai empat divisi yaitu Bagian Komponen dan Perakitan, Bagian Dempul, Bagian Interior, dan Bagian Finishing. PT X dalam memproduksi perakitan body mobil menghasilkan beberapa jenis body mobil dari berbagai type asal. Harga transfer dapat memberikan motivasi pada pusat pusat pertanggungjawaban, dan sekaligus memberikan motivasi dalam pengembangan Sumber Daya Manusia di masing-masing divisi. Dengan penetapan harga transfer berdasarkan metode biaya maka laba yang diperoleh masing-masing divisi semakin besar, yakni Rp (bagian komponen dan divisi perakitan), laba bagian dempul sebesar Rp , laba bagian interior sebesar Rp , dan laba bagian finishing sebesar Rp PENDAHULUAN Pengertian harga transfer adalah harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran divisi untuk mencatat pendapatan divisi penjualan (selling division) dan biaya divisi pembelian (buying division). Harga transfer mengukur nilai produk (yakni barang atau jasa) yang diserahkan oleh pusat laba kepada pusat pertanggungjawaban lainnya dalam perusahaan. Harga transfer ditetapkan untuk produk-produk antara. Produk-produk antara ( intermediate product ) adalah barang-barang dan jasa-jasa yang dipasok oleh divisi penjualan kepada divisi pembelian. Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat laba dan antar pusat laba yang di bentuk tersebut terjadi transfer barang dan jasa. Latar belakang timbulnya harga transfer mempunyai peran ganda, di satu sisi harga transfer mempertegas diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi untuk mendapatkan laba. Dalam penentuan harga transfer, masing-masing divisi yang terlibat merundingkan berbagai unsur yang membentuk harga transfer, karena setiap unsur yang membentuk harga transfer akan berdampak terhadap laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja mereka. Disisi lain, harga transfer berperan sebagai salah satu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi. Dalam penentuan sumber pengadaan barang misalnya, manajemen puncak dapat menempuh kebijakan jika menguntungkan perusahaan secara keseluruhan, manajer divisi diwajibkan untuk memilih sumber pengadaan dari divisi

2 Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008 lain dalam perusahaan, tidak dari pemasok luar. Dengan kebijakan ini, manajer divisi dipaksa untuk merundingkan harga transfer yang adil bagi semua divisi yang terlibat. Sehingga dua atau lebih divisi yang terpisah perlu melakukan hubungan dalam mencapai tujuan perusahaan bersama, harga transfer mendekatkan dua atau lebih divisi yang semua melakukan bisnis secara independen. Dalam pengertian yang paling mendasar, seluruh alokasi biaya merupakan salah satu bentuk penentuan harga transfer dan alasan utama sistem penentuan harga transfer adalah atau untuk mengkomunikasikan data yang membantu memecahkan persoalan penukaran biaya, hasil, kecocokan tujuan, usaha manajerial, dan otonomi, sistem penentuan harga transfer dinilai sebagaimana halnya apakah tujuan-tujuan manajemen puncak tercapai seefisien dan seefektif mungkin atau tidak. Didalam melakukan Transfer barang dan jasa antar divisi dalam suatu perusahaan, maka harga yang ditetapkan harus menguntungkan kedua divisi, karena sebagian pendapatan dari satu divisi akan menjadi biaya pada divisi lain. Hal ini sesuai dengan tujuan penetapan harga transfer, yaitu untuk mengukur laba divisi yang melakukan transfer produk pada divisi lainnya, dimana laba ini merupakan tolak ukur penilaian prestasi. Dengan ditetapkannya harga transfer ini diharapkan dapat memicu manajemen masing-masing divisi untuk mencapai sasaran laba divisinya dengan cara yang menunjang keberhasilan perusahaan secara keseluruhan tanpa menghilangkan sifat otonomi divisi tersebut pada keseluruhan laba perusahaan dari kontribusi tersebut dapat tercermin prestasi yang diperoleh suatu divisi, sehingga terjadi suatu penyimpangan yang dilakukan suatu divisi mengakibatkan terjadinya kerugian pada divisi tersebut. Penetapan harga transfer yang optimal adalah penting mengingat besarnya harga transfer merupakan pendapatan bagi pusat laba penjual dan sebaliknya merupakan biaya bagi pusat laba pembeli. Kesalahan dalam menetapkan harga transfer akan mengakibatkan kesalahan pengukuran kinerja yang berakhir pada keputusan. kesalahan pengambilan PT X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri karoseri (pembuatan badan kendaraan) baik untuk jenis kendaraan niaga maupun kendaraan non niaga. Perusahaann ini terdiri dari 4 divisi, di antaranya :1. Bagian Komponen dan Perakitan, 2. Bagian Dempul, 3. Bagian Interior dan 4. Bagian Finishing. Perusahaan didalam memproduksi barang berdasarkan pada pesanan dimana perusahaan tersebut telah memiliki beberapa pelanggan tetap. Proses produksi pada PT X secara umum adalah merupakan proses pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi menjadi barang jadi yang siap untuk dikirim ke pelanggan dan untuk dipasarkan. Penelitian ini dilakukan sebagai satu kasus untuk mengetahui harga transfer antar divisi pada sebuah perusahaan karoseri. A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk : 1. Mengetahui bagaimana kemungkinan penetapan harga transfer yang diterapkan antara bagian pada PT X. 2. Mengetahui bagaimana pengukuran kinerja terhadap pada PT X. 3. Mengetahui sejauh mana harga transfer dapat menetapkan penilaian kinerja pada PT X. B. Kerangka Pemikiran Di dalam perusahaan dengan banyak divisi yang mana antara bagian satu dengan bagian yang lain saling berhubungan. Masalah-masalah yang harus diterapkan oleh manajemen semakin komplek, karena keputusan tidak menyangkut kepentingan suatu bagian, tetapi juga divisi lainnya serta keputusan perusahaan secara keseluruhan. Dalam hal ini pengendalian manajemen yang bertujuan untuk kepentingan pusat laba sangat erat kaitannya dengan harga transfer karena pengendalian manajemen merupakan 87

3 PAMUNGKAS dan IRIYADI, Kajian Pengukuran Kinerja dan Penetapan Harga Transfer pengumpulan dan penggunaan informasi untuk membantu dan mengkoordinasi suatu proses pembuatan perencanaan dan keputusan pengendalian dari suatu organisasi secara keseluruhan untuk membimbing prilaku dari para manajer dan pegawai, tujuan dari pengendalian manajemen adalah untuk menyempurnakan keputusan bersama. Agar efektif, penilaian kinerja hendaknya diarahkan dengan strategi dan tujuan dari suatu organisasi. Hal utama dari sistem pengendalian manajemen yang dikaitkan dengan struktur dari organisasi tersebut dan keputusan yang membentuk tanggung jawab dari para manajer secara perorangan. Harga transfer hendaknya ditetapkan seadil mungkin, guna mencapai keputusan masing-masing divisi yang terlibat di dalamnya, maupun keputusan perusahaan secara keseluruhan. Selain untuk menghindari penilaian prestasi yang menyesatkan sebagai akibat ditetapkannya harga transfer oleh manajer divisi. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah untuk mencapai laba. Di dalam perusahaan terdapat divisi, setiap divisi berusaha untuk mencapai laba yang diharapkan oleh perusahaan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya hal tersebut adalah dengan penentuan harga transfer. Harga transfer haruslah ditetapkan dengan pertimbangan yang benar. Dengan metodemetode transfer yang ada, metode harga transfer ada 2 jenis yaitu : metode harga transfer berdasarkan biaya dan metode harga transfer berdasarkan harga pasar. Dalam penentuan berdasarkan metode biaya harga jual barang yang ditransfer antara divisi didasarkan pada biaya penuh produk yang ditransfer, biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan ada dua macam yaitu biaya penuh sesungguhnya dan biaya penuh strandar. Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer dapat dihitung dengan salah satu dari 3 pendekatan berikut ini : full costing, variabel costing, atau activitybased costing. Sedangkan penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar pada umumnya merupakan dasar yang adil terutama dipandang dari sudut pengukuran kinerja. Harga pasar tersebut merupakan biaya kesempatan baik bagi divisi penjual maupun divisi pembeli, bagi divisi penjual harga pasar merupakan penghasilan yang akan dikorbankan didalam transfer produk kepada divisi pembeli yang seharusnya dikeluarkan jika produk tersebut dibeli dari produk luar. Dengan penentuan metode tersebut maka dapat diketahui metode apa yang diambil oleh perusahaan dalam hal ini divisi penjualan dan divisi pembelian di dalam perusahaan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penetapan Harga Transfer atas Dasar Biaya ditambah Laba. Secara garis besar tugas dari masingmasing divisi dapat dijelaskan di bawah ini : 1.1 Bagian Komponen dan Perakitan. Sebelum memasuki pada tahap komponen dan perakitan, manajer produksi melakukan meeting terlebih dulu dengan supervisor, pemborong dan marketing untuk membahas model, kelengkapan bahan yang dipakai, ukuran konstruksi dan lamanya waktu yang harus diselesaikan. Bagian komponen membuat komponen sesuai gambar baik ukuran design dan presisi NUT pada lambung bemper dan body. Setelah selesai komponen berkonsultasi dengan bagian perakitan untuk menerapkannya. Setelah konstruksi bagian komponen selesai maka selanjutnya masuk ke bagian perakitan. Dalam perakitan harus melakukan atau membuat sesuai dengan gambar atau instruksi dari manajer produksi yaitu mengenai model atau design spek, membuat konstruksi sesuai hasil rapat, menggunakan bahan sesuai kesepakatan, lama pekerjaan sesuai schedule dalam meeting. 88

4 Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008 Setelah konstruksi dan perakitan selesai masuk ke dalam pemeriksaan body kendaraan yang meliputi : a. Simetris body, b. Ukuran body, c. Model yang diharapkan sesuai kesepakatan, d. Pemasangan Door Lock, e. Perapian pada karet balon, f. Kerapian dalam mengelas pada body, Pemeriksaan pada konstruksi apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan. Setelah pemeriksaan body kendaraan selesai, maka masuk pada tatas karat dan tatas las yang meliputi : a. Karat harus bersih dan habis pada Plat. b. Penggunaan oli atau tinner harus bersih dan kering. c. Penggunaan epoksi campurannya harus benar. d. Tingkat kering epoksi harus keras, dan tidak mudah terkelupas atau lepas dari Plat. Sebelum masuk pada bagian dempul diperiksa ulang terlebih dahulu tingkat kualitas kekuatan epoksi. Setelah proses epoksi dinyatakan bagus maka masuk ke bagian dempul Bagian Dempul. Pada bagian dempul ini terdiri dari Dempul Epoxy I, Dempul Epoxy-Primer, Painting. Pendempulan harus rapi, komposisi harus tepat, sela pada body atau pintu harus dirapikan sebelum masuk cat, pemakaian amplas harus benar. Setelah proses pendempulan selesai, maka sebaiknya harus diperiksa kembali mengenai kerapian body, lambung kiri-kanan, Nut Lambung, karet balon untuk mengukur presisi pintu, kap atas harus benar, kebersihan mesin. Setelah dempul selesai masuk kebagian pengecatan atau painting. Sebelum pengecatan berlangsung maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan : a. Stir, ban, pedal, handel rem, roda. b. Tutup mesin harus terbungkus rapi agar tidak tercat. c. Alat-alat cat dan cat yang digunakan harus benar. d. Ruang oven harus bersih. e. Sebelum pengecatan harus dikonfirmasikan terlebih dahulu warna yang akan dicat dengan permintaan konsumen dengan manajer produksi. Setelah selesai semua proses pengecatan dilakukan pemeriksaan ulang mengenai kerapian, gloss, tingkat pengeringan cat dan lain-lain. Setelah semuanya selesai maka masuk paa divisi Interior Bagian Interior. Pada Bagian Interior harus mempersiapkan : a. Equidment yang akan dipasang. b. Jalur kabel yang akan digunakan. c. Model Interior. d. Kelengkapan tambahan, dan lain-lain. Setelah semuanya dipersiapkan maka selanjutnya masuk pada interiornya yaitu mengenai apakah interior sesuai dengan yang di inginkan, apakah sudah rapi dan bersih, penggunaan lem yang efisien dan bersih, pembuatan Jok (rangka harus rapi, tidak ada bekas lasan, jahitan harus rapi). Selanjutnya masuk pada bagian finishing Bagian Finishing. Bagian finishing ini merupakan bagian akhir setelah melalui bagian komponen dan perakitan, bagian dempul, bagian interior. Pada bagian finishing segalanya harus kelihatan rapi 89

5 PAMUNGKAS dan IRIYADI, Kajian Pengukuran Kinerja dan Penetapan Harga Transfer mulai dari kabel harus terbugnkus dengan rapi, sebelum dipasang lampu terlebih dahulu dihidupkan, pemasangan onderdil yang lain harus rapi. Setelah finishing lampu selesai masuk pada finishing kaca dimana pemasangan kaca harus benar, dudukan kaca harus rapi, presisi penerapan kaca harus benar. Setelah semuanya selesai maka diperiksa secara keseluruhan. Bagian komponen dan perakitan, bagian dempul, bagian interior, dan bagian finishing adalah merupakan pusat-pusat pertanggungjawaban, oleh karena itu perusahaan memerlukan suatu sistem penetapan harga transfer yang memadai untuk produk yang akan ditransfer dari bagian komponen dan perakitan ke bagian dempul, ke bagian interior, dan ke bagian finisnhing yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat laporan pertanggungjawaban dan menilai kinerja pada keempat bagian tersebut. Pada saat ini PT X berusaha untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Dimana untuk memproduksi perakitan body mobil seluruhnya ditransfer ke bagian dempul, setelah bagian dempul selesai maka di transfer ke bagian interior, dari bagian interior ini selanjutnya di transfer ke bagian finishing. Setelah bagian finishing selesai maka mobil telah sesuai dengan permintaan. Berdasarkan ilustrasi penulis, apabila PT X menerapkan harga transfer berdasarkan metode biaya maka dari masing-masing bagian ini mentransfer produksi berdasarkan biaya. Dalam hal ini bagian komponen dan perakitan merupakan pusat biaya karena tidak memiliki pengendalian atas perolehan pendapatan, oleh karena itu bagian komponen dan perakitan tidak akan memperoleh laba dari setiap transfer yang dilakukan oleh bagian komponen dan perakitan ke bagian dempul. Tetapi bagian dempul, bagian interior, dan bagian finishing memperoleh laba atas transfer yang dilakukan. Adapun kemungkinan yang terjadi alasan PT X menggunakan harga transfer berdasarkan biaya adalah : 1. Karena perusahaan dalam pengambilan keputusannya menganut sistem sentralisasi, sehingga keperluan tanggung jawab pengendalian biaya di jadikan dasar untuk penilaian prestasi setiap manajer. Dengan keadaan demikian maka penetapan harga transfer berdasarkan biaya cukup memadai. 2. Jumlah biaya yang di transfer oleh divisi komponen dan perakitan dapat dengan mudah dipergunakan untuk mengukur efisiensi produksi dengan cara membandingkan biaya nyata dengan biaya yang dianggarkan. Semua biaya yang terdapat pada bagian komponen dan perakitan pada produksi perakitan body mobil merupakan dasar bagi perusahaan untuk mengetahui berapa harga produksi yang dialokasikan ke bagian dempul, bagian interior, dan bagian finishing. Besarnya harga transfer produk dari masing-masing bagian dan Laporan Laba Rugi masing-masing bagian dengan menggunakan metode biaya penuh sesungguhnya ditambah laba dengan komposisi masing-masing untuk bagian komponen dan perakitan sebesar 40 %, untuk bagian dempul sebesar 25 %, untuk bagian interior dan bagian finishing masingmasing sebesar %. Berdasarkan data yang sudah ada maka perusahaan akan menguraikan perhitungan harga transfer sebagai berikut : Harga Transfer Bagian Komponen dan Perakitan Ke Bagian Dempul. Biaya Produksi : Bahan Baku Rp Tenaga Kerja Langsung Rp Overhead Pabrik Rp Total Biaya Produksi Rp Biaya Administrasi Rp Harga Transfer Rp Laba yang diperhitungkan = 40% x Rp = Rp

6 Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008 Total Harga Transfer Rp Volume yang di transfer 350 unit Harga transfer per unit Rp = Rp per unit 350 Unit Harga Transfer Bagian Dempul Ke Bagian Interior. Bahan produksi dari bagian komponen dan perakitan Rp Biaya Produksi : Bahan Baku Rp Tenaga Kerja Langsung Rp Overhead Pabrik Rp Total Biaya Produksi Rp Biaya Administrasi Rp Harga Transfer Rp Laba yang diperhitungkan = 25% x Rp = Rp Total Harga Transfer Rp Volume yang di transfer 350 unit Harga transfer per unit Rp = Rp per/ unit 350 Unit Harga Transfer Bagian Interior Ke Bagian Finishing. Bahan produski dari bagian dempul Rp Biaya Produksi : Bahan Baku Rp Tenaga Kerja Langsung Rp Overhead Pabrik Rp Total Biaya Produksi Rp Biaya Administrasi Rp Harga Transfer Rp Laba yang diperhitungkan = 20% x Rp = Rp Total Harga Transfer Rp Volume yang di transfer 350 Unit Harga transfer per unit Rp = Rp per unit 350 Unit Harga Transfer Bagian Finishing Bahan produski dari bagian dempul Rp Biaya Produksi : Bahan Baku Rp Tenaga Kerja Langsung Rp Overhead Pabrik Rp Total Biaya Produksi Rp Biaya Administrasi Rp Harga Transfer Rp Laba yang diperhitungkan = % x Rp = Rp Total Harga Transfer Rp Volume yang di transfer 350 Unit Harga transfer per unit Rp = Rp per unit 350 Unit 91

7 PAMUNGKAS dan IRIYADI, Kajian Pengukuran Kinerja dan Penetapan Harga Transfer Berdasarkan informasi tersebut diatas, bahwa dalam mentransfer perakitan body mobil dari bagian komponen dan perakitan ke bagian dempul, bagian komponen dan prakitan tidak memperoleh laba dan dalam mentransfer berdasarkan harga produksi yaitu Rp / unit. Tetapi sebaliknya bagi bagian dempul dan interior dalam mentransfer barang produksi memperoleh laba. Terlihat jelas bawah dari data tersebut diatas adanya pembebanan harga tansfer dari bagian kompoen dan perakitan dan tidak mengandung unsur laba didalamnya. Bagian komponen dan perakitan memperoleh laba dari transfer bagain dempul sebesar Rp , bagian dempul memperoleh laba dari transfer bagian interior sebesar Rp , bagian interior memperoleh laba dari transfer bagian finishing sebesar Rp , sedangkan bagian finishing memperoleh laba sebesar Rp Berdasarkan informasi di atas terlihat bahwa penetapan harga transfer adalah berdasarkan metode biaya ditambah laba untuk masing-masing bagian, dalam hal ini PT X memperlakukan bagian Komponen dan Perakitan sebagai pusat laba, maka tentu saja bagian Komponen dan Perakitan akan memberikan kontribusi laba terhadap perusahaan secara keseluruhan. Dengan membandingkan Penetapan Harga Transfer berdasarkan Harga Pasar diperoleh gambaran bahwa bagian Komponen dan Perakitan mengalami kenaikan laba dari Rp menjadi Rp Tetapi sebaliknya bagi bagian Dempul mengalami penurunan laba dari Rp menjadi Rp , akan tetapi bagi bagian interior dan bagian finishing tidak mengalami kenaikan laba, sebaliknya laba yang diperoleh bagi kedua bagian tersebut justru minus dari laba Rp menjadi (- Rp ) dan bagian finishing dari laba Rp menjadi ( - Rp ). Berdasarkan data diatas, bahwa perusahaan dalam menetapkan harga transfer dengan menggunakan metode biaya penuh maka posisi laba terbesar ada di bagian finisihing sebesar Rp dan laba terkecil di bagian kompoenen dan perakitan sebesar Rp , sedangkan dengan menggunakan metode harga pasar laba terbesar ada di bagian komponen dan perakitan sebesar Rp dan laba terkecil ada di bagian dempul sebesar Rp Di bawah ini akan ditampilkan laba perusahaan dari keempat divisi dengan menggunakan metode biaya penuh : Tabel 1. Laporan Laba Rugi Perusahaan secara Keseluruhan dari keempat bagian dengan menggunakan metode biaya penuh. Penjualan 350 unit X Rp = Rp Bagian Komponen Bagian Dempul Bagian Interior Bagian Finishing B. Bahan Baku ( Rp ) B. TKL ( Rp ) B. FOH ( Rp ) B. Administrasi ( Rp ) Laba Perusahaan secara Keseluruhan Rp Pengukuran Kinerja PT X. Dalam organisasi yang terdesentralisasi sangat bergantung pada pengukuran laba untuk mengevaluasi kinerja unit-unit desentralisasi serta para manajernya. Pengukuran kinerja yang di lakukan oleh PT X adalah semata-mata untuk mengukur kinerja para pegawai dengan cara-cara yang bisa memotivasi mereka untuk bekerja demi kepentingan pengusaha dan membandingkan kinerja tersebut dengan standar atau rencana anggaran. Dalam PT Nugraha Estetika setelah seorang manajer ditetapkan bagian atau aktivitas yang menjadi daerah wewenangnya 92

8 Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008 dan ditetapkan pula kriteria kinerja dalam menjalankan bagian atau melaksanakan aktivitasnya, selanjutnya dalam penilaian kinerja melakukan pengukuran hasil sesungguhnya bagian atau aktivitas yang menjadi daerah wewenang manajer tersebut. Meskipun ukuran kinerja tampak objektif dan merupakan kegiatan yang rutin seringkali memicu timbulya perilaku yang tidak semestinya. Seringkali manajer yang diukur kinerjanya melakukan manipulasi informasi yang dijadikan umpan balik kinerjanya untuk melindungi kepentingan diri manajer tersebut. Mereka melakukan hal itu dengan cara mempengaruhi sifat dan saat pesan yang disampaikan sebagai umpan balik untuk mendapatkan respon yang menguntungkan bagi dirinya dari manajer atasannya. Tidak semua kinerja dapat diukur secara kuantitatif. Keunggulan produk di pasar, pemanfaatan sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhan perusahaan terhadap semua peraturan kemasyarakatan merupakan ukuran kinerja yang bersifat jangka panjang dan sulit untuk diukur secara kuantitatif. Hal ini berbeda dengan ukuran kemampuan unit organisasi dalam menghasilkan laba yang dengan mudah diukur secara kuantitatif. Biasanya kinerja yang dengan mudah diukur secara kuantitatif, akan memperoleh perhatian yang lebih besar dari manajemen puncak. Sebagai contoh, jika manajemen puncak memberikan perhatian lebih terhadap kemampuan menghasilkan laba jangka pendek divisi, maka sebagai konsekuensinyan adalah para manajer akan memusatkan perhatian terhadap pencapaian laba jangka pendek tanpa menghiraukan kinerja yang lain, sehingga secara serius berpengaruh terhadap kemampuan menghasilkan laba jangka panjang. Dalam evaluasi kinerja, hasil pengukuran kinerja secara periodik kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi penyimpangan kinerja sesungguhnya dari sasaran yang telah ditetapkan diumpanbalikkan dalam lapoan kinerja manajer yang bertanggung jawab untuk menunjukkan efisiensi dan efektivitas kinerjanya Penetapan Penilaian Kinerja yang diterapkan PT X. Penetapan kebijakan harga transfer juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kebijakan perusahaan dengan metode biaya sebenarnya mempunyai kelemahan yaitu tidak bisa sebagai alat ukur dari kemampuan masingmasing divisi dalam menghasilkan perakitan body mobil yang ditransfer dalam memasarkan barangnya. Keadaan inilah yang menyebabkan masing-masing divisi tidak bekerja secara optimal untuk mendapatkan laba. Dalam hal ini pusat pertanggungjawaban yang dipergunakan juga memegang peranan penting yang menyebabkan tidak maksimalnya kinerja masing-masing divisi. Disamping itu sumber daya manusia yang ada merupakan faktor internal yang ada pada masing-masing divisi juga tidak dapat mengembangkan ide-ide mereka karena tidak terpacu untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Harga transfer juga dapat memberikan motivasi, maka itu diperlukan suatu pusat pertanggung jawaban yang dapat memberikan motivasi yang salah satu tujuannya untuk meningkatkan kreativitas sumber daya manusia di masing-masing divisi. KESIMPULAN Setelah penulis melakukan penelitian pada PT X, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut : 1. Dalam pengukuran kinerja, PT X mempunyai beberapa manajer yang membawahi masing-masing bagian, dimana manajer tersebut mempunyai wewenang dan tanggung jawab di dalam melakukan aktivitas dan menjalankannya. Pengukuran kinerja ini adalah merupakan kegiatan yang rutin dalam menilai kinerjakinerja yang lain. 2. Apabila penetapan harga transfer dengan menggunakan metode biaya, maka harga perakitan body mobil yang ditransfer dari bagian komponen dan perakitan adalah Rp per unit, dari bagian dempul sebesar Rp per unit, dari bagian interior sebesar Rp per unit. Laba bagian komponen dan perakitan sebesar Rp , bagian dempul sebesar Rp , bagian interior 93

9 PAMUNGKAS dan IRIYADI, Kajian Pengukuran Kinerja dan Penetapan Harga Transfer sebesar Rp , dan bagian finishing sebesar Rp Apabila perusahan dalam menetapkan harga transfer dengan menggunakan metode biaya penuh laba terbesarnya ada pada bagian finishing sebesar Rp , sedangkan dengan menggunakan metode harga pasar laba terbesar ada pada bagian komponen dan perakitan sebesar Rp Dan secara perusahaan laba keseluruhan dari keempat bagian tersebut dengan menggunakan metode biaya penuh sebesar Rp DAFTAR PUSTAKA Anthony Robert N., Vijay Govindarajan., Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi 1. Jilid 2. Jakarta : Salembab Empat, Halim Abdul., Ahmad Tjahjono., Moch Fikri Husein. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Revisi. Yogyakarta : UPP YKPN, Mulyadi dan Setiawan Jhony. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat, Mulyadi. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat, Matz Adolph, Milton F Usri and Lawrence H. Hainmev. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta : Erlangga, Supriyono R. A. Sistem Pegendalian Manajemen, Edisi 1. Buku 1. Yogyakarta : Suadi Arief., Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta,

PENENTUAN HARGA TRANSFER UNTUK PERUSAHAAN DOMESTIK Oleh Margono Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta

PENENTUAN HARGA TRANSFER UNTUK PERUSAHAAN DOMESTIK Oleh Margono Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta PENENTUAN HARGA TRANSFER UNTUK PERUSAHAAN DOMESTIK Oleh Margono Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang mengalami perkembangan pesat dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen dapat dipandang dari dua sudut yaitu dari sudut akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe akuntansi dan dari sudut akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi yang handal serta menjamin dipatuhinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Teori Akuntansi adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN ANGGARAN TERHADAP PENILAIAN KINERJA PUSAT LABA Studi kasus pada PT. Rahayu Santosa

PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN ANGGARAN TERHADAP PENILAIAN KINERJA PUSAT LABA Studi kasus pada PT. Rahayu Santosa JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 9 No. 2, Oktober 2009 : 97 103 PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN ANGGARAN TERHADAP PENILAIAN KINERJA PUSAT LABA Studi kasus pada Oleh * Supardji dan Yulian Suherlin *Dosen

Lebih terperinci

PENERAPAN KEBIJAKAN HARGA TRANSFER BAHAN BAKU UNTUK PENGUKURAN PRESTASI DIVISI PADA PT. HONORIS INDUSTRY

PENERAPAN KEBIJAKAN HARGA TRANSFER BAHAN BAKU UNTUK PENGUKURAN PRESTASI DIVISI PADA PT. HONORIS INDUSTRY JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 8 No. 1, April 2008 : 9-16 PENERAPAN KEBIJAKAN HARGA TRANSFER BAHAN BAKU UNTUK PENGUKURAN PRESTASI DIVISI PADA PT. HONORIS INDUSTRY Oleh: Bambang Pamungkas* dan Nunuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Kegiatan manajemen suatu perusahaan pada dasarnya terpusat pada dua hal yaitu perencanaan dan pengawasan. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut manajemen dituntut untuk

Lebih terperinci

yang bersifat variabel maupun tetap. Sedangkan pada metode variabel costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah yang bersifat variabel saja. D

yang bersifat variabel maupun tetap. Sedangkan pada metode variabel costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah yang bersifat variabel saja. D PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL TAS RANSEL PADA CV. BEBY COLLECTION Yulli Astuti (21207215) Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma, 2011 ABSTRAK Setiap

Lebih terperinci

HARGA TRANSFER KONSEP HT :

HARGA TRANSFER KONSEP HT : HARGA TRANSFER Istilah HT ini dijumpai pada perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat laba dan antar pusat laba tersebut terjadi transfer barang/jasa. Adanya transfer barang dan jasa dihubungkan

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN II.1 Proses Bisnis Keseluruhan Pelanggan membawa mobilnya dan menyampaikan keluhannya pada pihak bengkel. Pihak bengkel akan melakukan pemeriksaan dan dilakukan estimasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Biaya 1. Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2005:40), biaya merupakan kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil dan menengah. Untuk itu pihak manajemen dalam sebuah perusahaan perlu

BAB I PENDAHULUAN. kecil dan menengah. Untuk itu pihak manajemen dalam sebuah perusahaan perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembentukan suatu usaha pada dasarnya pasti berharap usaha yang didirikan terus maju dan terus menjaga kelangsungan hidupnya, termasuk usaha kecil dan menengah.

Lebih terperinci

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN MALANG

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN MALANG PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN MALANG Zuraidah Abstrak. Laporan pertanggungjawaban akan membantu pimpinan dalam

Lebih terperinci

PENYUSUNAN ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA HOME INDUSTRY JOGJACART Vivian Angelia Ch. Rusiti

PENYUSUNAN ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA HOME INDUSTRY JOGJACART Vivian Angelia Ch. Rusiti PENYUSUNAN ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA HOME INDUSTRY JOGJACART Vivian Angelia Ch. Rusiti Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. Pelaksanaan development Mitsubishi Lancer SL ini penulis banyak

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. Pelaksanaan development Mitsubishi Lancer SL ini penulis banyak BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 1.1 Umum Pelaksanaan development Mitsubishi Lancer SL ini penulis banyak mendapatkan pengalaman kerja team selama melakukan development dan banyak sekali ilmu yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Pengertian biaya menurut Supriyono (1999:252) adalah pengorbanan sumbersumber ekonomi yang sudah terjadi atau akan terjadi yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA SETIAP AKTIVITAS KAROSERI PADA PT. PUTRA AGUNG SETIA MAGELANG. Skripsi

PENILAIAN KINERJA SETIAP AKTIVITAS KAROSERI PADA PT. PUTRA AGUNG SETIA MAGELANG. Skripsi PENILAIAN KINERJA SETIAP AKTIVITAS KAROSERI PADA PT. PUTRA AGUNG SETIA MAGELANG Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1) Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14) BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Informasi Akuntansi Pertanggung Jawaban Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14) Informasi adalah data yang berguna untuk diolah sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Mulyadi (2001:2), menyatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian

Lebih terperinci

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek? Nama : Bagian : A. Analisis Sasaran Perusahaan Analisis Dukungan Fungsi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan No. Kategori Pertanyaan Y T 1. Rencana Jangka Panjang (Strategis) 1. Apakah selama ini fungsi

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA TRANSFER

PENENTUAN HARGA TRANSFER PENENTUAN HARGA TRANSFER PENGERTIAN HARGA TRANSFER PERTUKARAN INTERNAL YANG DIUKUR OLEH HARGA TRANSFER, MENGHASILKAN: 1. PENDAPATAN BAGI PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN YANG MENYERAHKAN (DIVISI PENJUALAN) 2.

Lebih terperinci

Handout Akuntansi Manajemen

Handout Akuntansi Manajemen Handout Akuntansi Manajemen PENENTUAN HARGA TRANSFER 1 HARGA TRANSFER Harga Transfer adalah harga produk atau jasa yang ditranfer kepada suatu pusat pertanggung jawaban di dalam suatu perusahaan yang menggunakan

Lebih terperinci

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK Nurul Badriyah,SE,MPd ABSTRAK Direct costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pintu Sukses Lestari merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis pintu, kusen, dan jendela. Berdiri sejak tahun 2009. Perusahaan ini melakukan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Variable Costing dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek untuk Menerima Pesanan pada CV Nasional Batako Kupang

Penerapan Metode Variable Costing dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek untuk Menerima Pesanan pada CV Nasional Batako Kupang Penerapan Metode Variable Costing dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek untuk Menerima Pesanan pada CV Nasional Batako Kupang Indawati Jauhar Nino, Janri Delastriani Manafe, dan Tuti Setyorini Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin maju dan pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin maju dan pesat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin maju dan pesat. Hal ini ditunjang dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Setiap pelaku usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Manajemen 2.1.1 Pengertian Akuntansi Manajemen BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Blocher & Cokins ( 2011 : 5) mendefinisikan bahwa : akuntansi manajemen adalah suatu profesi yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Bambang Hariadi, 2002:17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Bambang Hariadi, 2002:17) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dimulai dari kondisi perekonomian Indonesia yang mengalami krisis berkepanjangan hingga peningkatan yang pesat di bidang teknologi transportasi maupun komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TARGET COSTING

BAB II TARGET COSTING 9 BAB II TARGET COSTING 2.1 Konsep Biaya Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN Pengendalian manajemen adalah suatu proses dimana manajemen menjamin bahwa organisasi melaksanakan strateginya dengan efektif dan efisien. Sistem pengendalian manajemen membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang betjudul "Penetapan Harga Pokok Produksi Yang Tepat Dalam Usaha Meningkatkan Rentabilitas Pada Perusahaan Bedak "

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

KAJIAN ANGGARAN KAS KAITANNYA DENGAN PENGENDALIAN KEUANGAN TAHUNAN Studi Kasus Pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk.

KAJIAN ANGGARAN KAS KAITANNYA DENGAN PENGENDALIAN KEUANGAN TAHUNAN Studi Kasus Pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 4 No. 1, April 2004 : 1 6 KAJIAN ANGGARAN KAS KAITANNYA DENGAN PENGENDALIAN KEUANGAN TAHUNAN Studi Kasus Pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Bogor Oleh : Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ekonomi sekarang banyak bermunculan perusahaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ekonomi sekarang banyak bermunculan perusahaan perusahaan B A B I P E N D A H U L U A N BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa ekonomi sekarang banyak bermunculan perusahaan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang mengelola berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam keahliannya dalam mengubah/merakit suatu bahan baku menjadi bahan jadi (perakitan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Jika pemisahan fungsi organisasi telah terjadi maka kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Jika pemisahan fungsi organisasi telah terjadi maka kebutuhan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya untuk mencapai tujuannya, setiap perusahaan akan menggunakan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk beroperasi, termasuk sumber daya manusia. Semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perekonomian Indonesia saat ini mengalami penurunan dalam berbagai sektor industri, salah satunya dapat dilihat dari semakin banyaknya pengangguran akibat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 ) BAB II LANDASAN TEORI A. Anggaran 1. Definisi Anggaran Rencana yang dapat disebut dengan anggaran adalah rencana yang terorganisir dan menyeluruh, yang dinyatakan dalam bentuk angka rupiah, dollar, atupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Biaya Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga perolehan yang identik dengan cost dalam literatur akuntansi berbahasa Inggris. Harga perolehan

Lebih terperinci

HARGA TRANSFER KONSEP HT :

HARGA TRANSFER KONSEP HT : HARGA TRANSFER Istilah HT ini dijumpai pada perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat laba dan antar pusat laba tersebut terjadi transfer barang/jasa. Adanya transfer barang dan jasa dihubungkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada SETIA BARU Furniture Pada bab ini Penulis akan membahas tentang perhitungan Harga Pokok Produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manusia, benda, situasi dan organisasi. Dalam organisasi pengendalian

BAB II LANDASAN TEORI. manusia, benda, situasi dan organisasi. Dalam organisasi pengendalian 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Manajemen Pengendalian pada umumnya adalah proses mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengendalian

Lebih terperinci

PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN 1 PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN P usat pertanggungjawaban merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang pertanggungjawaban terhadap aktivitas yang dilakukan. Pada hakikatnya, perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian Produksi dalam menunjang Efektivitas Proses Produksi, dapat diambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk dapat bersaing dengan para pesaingnya, terlebih perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Pertanggungjawaban 1. Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban, akuntan melaporkan kepada setiap manajer hanya informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi yang semakin maju sekarang ini hanya perusahaan yang dapat memberikan value yang lebih tinggi bagi para konsumennya yang akan tetap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan anggaran biaya produksi dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya produksi (studi kasus pada

Lebih terperinci

langsung dan biaya overhead pabrik.

langsung dan biaya overhead pabrik. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1.Pengertian Biaya Menurut Supriyono ( 2000 : 16 ) Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab.

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. 1. Plant Manager Plant Manager sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Tugas Manager bertugas

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN KALKULASI HARGA POKOK PROSES DALAM KAITANNYA DENGAN PENILAIAN PERSEDIAAN

EVALUASI PENERAPAN KALKULASI HARGA POKOK PROSES DALAM KAITANNYA DENGAN PENILAIAN PERSEDIAAN JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 5 No. 2, Oktober 2005 : 92 98 EVALUASI PENERAPAN KALKULASI HARGA POKOK PROSES DALAM KAITANNYA DENGAN PENILAIAN PERSEDIAAN Oleh I r i y a d i Dosen Tetap Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya.

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya. 10 BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA 2.1. Biaya Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Setiap perusahaan tidak akan dapat menghindari berbagai biaya yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada suatu masalah bagaimana perusahaan tersebut dapat terus beroperasi dan berhasil didalam persaingan

Lebih terperinci

PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011)

PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011) PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011) Radinas Putri Ayuning Firdaus Ach. Husaini M. G. Wi

Lebih terperinci

MODUL BELAJAR AKUNTANSI MANAJEMEN

MODUL BELAJAR AKUNTANSI MANAJEMEN MODUL BELAJAR AKUNTANSI MANAJEMEN Oleh : Rita Indah Mustikowati, SE, MM FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG MODUL 1 KARAKTERISTIK AKUNTANSI MANAJEMEN Alokasi waktu : 1 pertemuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tingkat kemajuan di berbagai bidang perekonomian dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tingkat kemajuan di berbagai bidang perekonomian dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, tingkat kemajuan di berbagai bidang perekonomian dan semakin pesatnya perkembangan teknologi mempunyai dampak yang cukup berarti terhadap persaingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PESANAN DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL PADA USAHA LAS PALANDAN DI DESA PALANDAN KECAMATAN BAEBUNTA KABUPATEN LUWU UTARA

ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PESANAN DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL PADA USAHA LAS PALANDAN DI DESA PALANDAN KECAMATAN BAEBUNTA KABUPATEN LUWU UTARA ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PESANAN DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL PADA USAHA LAS PALANDAN DI DESA PALANDAN KECAMATAN BAEBUNTA KABUPATEN LUWU UTARA Rahmawati¹ Fitriani Surya² No. HP 0813555428082¹ ABSTRAK

Lebih terperinci

INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA MANAJER. Untung Sriwidodo Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta

INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA MANAJER. Untung Sriwidodo Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA MANAJER Untung Sriwidodo Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Each responsibility center have manager in charge

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu dan memudahkan penulisan dalam penelitian ini, adapun penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu dan memudahkan penulisan dalam penelitian ini, adapun penulis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Upaya penulis dalam mengembangkan dan membahas mengenai hubungan pokok permasalahaan yang terkait dengan judul penelitian. Hal tersebut untuk membantu dan memudahkan

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKAN 2.1. Prosedur 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi dalam buku yang berjudul "Sistem Akuntansi" menyatakan bahwa : "Prosedur adalah suatu urutan kegiatan krelikal, biasanya

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Harga Transfer

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Harga Transfer BAB I PENDAHULUAN Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat laba, dan antar pusat laba yang dibentuk tersebut terjadi transfer barang atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan pada Badger Invaders Bandung, mengenai peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam menunjang efektivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN 2.1. Anggaran Perusahaan Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja dalam rangka waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN KAS DARI PENJUALAN TUNAI (STUDI KASUS PADA CV RESTU IBU BANJARMASIN)

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN KAS DARI PENJUALAN TUNAI (STUDI KASUS PADA CV RESTU IBU BANJARMASIN) JURNAL HUMANIORA TEKNOLOGI Vol. II No.I; Oktober 2016 PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN KAS DARI PENJUALAN TUNAI (STUDI KASUS PADA CV RESTU IBU BANJARMASIN) YULI FITRIYANI Jurusan Teknologi Industri

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI CV.ADIPURA. Manajer / pemilik. Assisten Manajer

STRUKTUR ORGANISASI CV.ADIPURA. Manajer / pemilik. Assisten Manajer STRUKTUR ORGANISASI CV.ADIPURA Manajer / pemilik Assisten Manajer Administrasi Marketing Sales Supervisor Pengiriman dan Penagihan Salesman Penjelasan dari masing-masing tugas yang ada di CV.Adipura: 1.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA JURUSAN MANAJEMEN STIE SEBELAS APRIL SUMEDANG. Diskusi, dan 3. Cara penggolongan biaya

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA JURUSAN MANAJEMEN STIE SEBELAS APRIL SUMEDANG. Diskusi, dan 3. Cara penggolongan biaya SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA JURUSAN MANAJEMEN STIE SEBELAS APRIL SUMEDANG KODE MATA KULIAH : EAB 301 MATA KULIAH : AKUNTANSI BIAYA BOBOT SKS : 3 SKS JURUSAN : MANAJEMEN TK/SEMESTER

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BERDASARKAN PESANAN (JOB ORDER COSTING) PADA MEBEL R.DIKA LUBUKLINGGAU.

ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BERDASARKAN PESANAN (JOB ORDER COSTING) PADA MEBEL R.DIKA LUBUKLINGGAU. ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BERDASARKAN PESANAN (JOB ORDER COSTING) PADA MEBEL R.DIKA LUBUKLINGGAU. Hayatun frida Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Manajemen UNIB ABSTRAK Peningkatan pola pikir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian bab bab terdahulu, pada bab ini yang merupakan bab terakhir dari skripsi ini, penulis akan menyimpulkan pembahasan tentang manfaat akuntansi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi Rulam, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-Ruzz Media : Yogyakarta, 2014.

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi Rulam, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-Ruzz Media : Yogyakarta, 2014. 72 DAFTAR PUSTAKA Alimuddin, Analisis Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Penilaian Efisiensi Produksi Semen Pada PT. Semen Tonasa Kabupaten Pangke, Skripsi Universitas Hasanuddin : Makassar, 2012.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengendalian Manajemen 2.1.1 Sifat Sistem Pengendalian Manajemen Organisasi dapat dirumuskan sebagai suatu kerja sama berdasarkan suatu pembagian kerja yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) ANALISIS PENENTUAN HARGA TRANSFER DENGAN METODE COST BASED-TRANSFER PRICING (ATAS DASAR BIAYA) UNTUK MENENTUKAN LABA PADA PG. MERITJAN KEDIRI TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA JUAL JASA PENGECATAN PADA BENGKEL AUTO MOBILINDO YOGYAKARTA MENGUNAKAN METODE TIME AND MATERIAL PRICING Desti Martha Christina

PENENTUAN HARGA JUAL JASA PENGECATAN PADA BENGKEL AUTO MOBILINDO YOGYAKARTA MENGUNAKAN METODE TIME AND MATERIAL PRICING Desti Martha Christina PENENTUAN HARGA JUAL JASA PENGECATAN PADA BENGKEL AUTO MOBILINDO YOGYAKARTA MENGUNAKAN METODE TIME AND MATERIAL PRICING Desti Martha Christina Pembimbing Anastasia Susty A Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010 http://www.karyailmiah.polnes.ac.id ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010 E. Retno Maninggarjati (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, tak sedikit pula

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, tak sedikit pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akibat dari krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, tak sedikit pula perusahaan lokal yang harus gulung tikar karena sudah tidak mampu lagi untuk beroperasi.

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu menyebabkan perekonomian Indonesia mengalami ketidakstabilan hingga saat ini. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam perkembangan Ekonomi Dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, Pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB II ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

BAB II ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAB II ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN 2.1. Anggaran 2.1.1.Definisi Anggaran Pemahaman mengenai konsep anggaran dimulai dari memahami pengertian anggaran. Berikut ini adalah

Lebih terperinci

Bab 2. Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Perilaku Biaya

Bab 2. Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Perilaku Biaya Bab 1. Ruang Lingkup Akuntansi Manajemen 1.1. Fungsi-fungsi manajemen 1.2. Informasi akuntansi manajemen 1.3. Pengertian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan 1.4. Perspektif historis akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permintaan produk yang tinggi dari pelanggan akan membuat perusahaan semakin giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali)

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali) ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali) Diah Aulia Iswanty Suhadak Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia saat ini mengalami penurunan dalam berbagai sektor industri, salah satunya dapat dilihat dari semakin banyaknya pengangguran akibat

Lebih terperinci

BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN. STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati

BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN. STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati BAB 1 PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN TYPE AKUNTANSI Akuntansi Keuangan Tipe Akuntansi Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, berkembang pula dunia usaha dewasa ini, terbukti dengan berdirinya perusahaan besar, perusahaan menengah dan

Lebih terperinci