BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masa Yunani kuno (Azhar, Zain & Asif, 2010). Setiap tahun Yunani memiliki
|
|
- Ade Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memilih merupakan hal yang paling utama dari sebuah partisipasi dan sosialisasi politik terhadap masyarakat yang mengikuti prinsip demokrasi liberal. Konsep pemungutan suara dapat ditelusuri dalam sejarah dunia semenjak 508 SM di masa Yunani kuno (Azhar, Zain & Asif, 2010). Setiap tahun Yunani memiliki pemilihan yang bertujuan untuk pengasingan politisi selama lebih dari sepuluh tahun berdasarkan suara negatif terbanyak, setiap laki-laki dan tuan tanah memberikan hak pilihnya, kemudian diletakkan di dalam sebuah tempat untuk politisi mereka. Jika salah satu politisi mendapat suara lebih dari 6000 orang yang memilihnya maka ia akan dikucilkan (Azhar dkk, 2010). Indikator dari kemajuan sistem demokrasi pada suatu negara adalah diadakannya pemilihan umum. Seperti yang diungkapkan oleh Noehlen (2003 dalam Kurniawan 2011) Legitimasi sistem politik dan pemerintahan yang dijalankan oleh suatu partai, perwakilan pendapat dan kepentingan para pemilih, serta sarana mobilisasi masa demi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, serta tujuan-tujuan kepentingan partai politik merupakan fungsi dari pemilihan umum. Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Indonesia telah melakukan pemilihan umum sebanyak sepuluh kali, yaitu yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 1955, kemudian yang kedua dilaksanakan pada tahun 1971, selanjutnya tahun 1977, tahun 1982, tahun 1987, tahun 1992, tahun 1997, tahun 1999, tahun 2004, dan tahun Pemilihan umum yang dilaksanakan dalam 1
2 2 rentang waktu 1971 sampai tahun 1999 masyarakat hanya memilih partai politik, yang selanjutnya partai politik tersebut akan menempatkan wakilnya di parlemen baik itu di DPRD kota/kabupaten, yang kemudian akan bertugas memilih walikota ataupun bupati, DPRD provinsi, yang kemudian juga akan bertugas memilih Gubernur di provinsi masing-masing, selanjutnya DPR RI, kelak mereka akan bertugas untuk memilih presiden dan wakil presiden, menetapkan garis-garis besar haluan negara (GBHN), pembentukan kabinet, penyelenggaraan pembangunan lima tahun, serta penyelenggaraan pemilihan umum kembali (KPU, 2008). Selama 32 tahun bangsa Indonesia mengalami stagnansi dalam kehidupan politik, hal ini dapat dilihat dengan ketidakbebasan yang dialami oleh masyarakat, terutama dalam hal proses rekrutmen politik (pemilihan umum), di mana dalam setiap pemilihan umum rakyat sebagai pemegang kedaulatan tidak diberikan kesempatan untuk memilih siapa pemimpin mereka. Kondisi ini terjadi pada masa orde baru, di mana partisipasi politik warga negara terutama dalam hal menentukan pilihan dalam pemilihan umum sangat terbatas dan bahkan dibatasi (Mahmud, 2009). Pasca reformasi 1998 di Indonesia, sistem pemilihan umum di Indonesia berubah secara signifikan. Dimasa orde baru, partai politik peserta pemilihan umum di Indonesia hanya diikuti oleh tiga partai, yaitu Partai Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia, dan Partai Persatuan Pembangunan. Dalam setiap pemilu yang dilaksanakan di Indonesia masa orde baru tersebut selalu dimenangkan partai politik pro-pemerintah, atau dapat dikatakan tanpa
3 3 mengadakan pemilupun sudah diketahui pemenangnya. Pemilihan umum yang diadakan di Indonesia hanya merupakan lambang yang menandakan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi (Marpaung. 2011). Hasil verifikasi faktual Komisi Pemilihan Umum (KPU) terhadap calon partai politk peserta pemilu 2014 menghasilkan 15 partai politik yang dinyatakan sah sebagai peserta pemilu (KPU, 2013). 12 partai yang lolos verifikasi faktual tersebut bersifat nasional yaitu, partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya (GOLKAR), Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA), Partai DEMOKRAT, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Dan 3 partai yang bersifat lokal yaitu, Partai Damai Aceh (PDA), Partai Nasional Aceh (PNA), Partai Aceh (PA). 15 partai tersebut lolos verifikasi faktual merupakan hasil seleksi KPU terhadap 34 partai politik yang mendaftar sebagai peserta pemilihan umum 2014 (KPU, 2013). Dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum tahun 1999 di atas 90 persen, pada pemilihan umum tahun 2004 di bawah 80 persen dan pada pemilu terakhir tahun 2009 tingkat partisipasi masyarakat berada di bawah 70 persen (KPU 2010). Dari data yang dikeluarkan KPU tersebut maka terlihat bahwa ada kecenderungan penurunan angka partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum. Setelah sekian lama terkungkung dalam rezim otoriter, pemilihan umum di
4 4 Indonesia pada tahun 1999 akhirnya memunculkan tiga kekuatan politik baru, yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Pada pemilihan umum 2004 juga memunculkan partai politik yang baru yaitu Partai DEMOKRAT, dan Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA). Pada pemilihan umum terkahir pada 2009 juga memunculkan kekuatan politik baru yaitu Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) (KPU, 2010). Dari data yang dikeluarkan oleh KPU tersebut maka terlihat bahwa ada kecenderungan perubahan perilaku memilih masyarakat dalam setiap pemilihan umum, dan ini memperlihatkan bahwa ketidakpuasan masyarakat terhadap partai yang telah ada sebelumnya. Tidak hanya di Indonesia temuan yang serupa terjadi di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum (Glasford 2008). Kelompok usia yang secara konsisten kurang berpartisipasi dalam pemilihan umum adalah rentang usia tahun, hal ini ditunjukkan dengan partisipasinya lebih rendah dengan usia yang lebih tua. Sebagai contoh pada pemilihan presiden pada tahun 1996 dan 2000, hanya sekitar sepertiga surat suara dari keseluruhan pemilih yang berusia tahun. Pada tahun 2004, hanya 47 persen anak muda yang memilih, sedangakan rentang usia tahun 55 persen, dan 72 persen usia 55 tahun ke atas (Glasford 2008). Rendahnya partisipasi politik masyarakat juga terjadi di Skotlandia (Carman, 2010). Rendahnya partisipasi politik disebabkan adanya kekecewaan dan ketidakpercayaan terhadap elit partai politik serta rendahnya kesempatan bagi masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam sistem politik itu sendiri (Utama,
5 5 2004; Carman 2010). Penelitian Utama (2004) mengenai partisipasi politik pada pemilu 2004 di Indonesia menemukan hubungan positif antara partisipasi politik dengan beberapa faktor seperti: jenis kelamin, budaya individualis dan kolektivis, serta keterlibatan di organisasi politik kampus dan non politik kampus. Rendahnya partisipasi politik di suatu negara diakibatkan karena rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap partai politik serta persepsi negatif terhadap partai politik (Poon, 2003; Othman, 2008). Menurunnya tingkat partisipasi politik masyarakat menunjukkan bahwa persepsi korupsi partai politik berpengaruh terhadap keputusan untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum, niat untuk memilih partai tertentu dan pilihan mana yang dipilih terlepas dari pihak mana yang dipilih (Slomczynski & Shabad, 2011). Seltzer dan Zhang (2011) berkesimpulan persepsi positif pada partai politik tidak hanya meningkatkan partisipasi politik dalam memilih dalam pemilu tetapi juga menguntungkan terhadap partai politik tertentu yang dipersepsi positif oleh masyarakat seperti keuntungan bertambahnya pendukung dan memunculkan sikap berlawanan terhadap partai oposisi. Mcdonald and Tolbert (2012) menemukan bahwa partisipasi politik memiliki hubungan dengan persepsi pemilih terhadap partai politik. Jika persepsi pada partai politik tertentu positif maka tingkat partisipasi politik juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Schildkraut (2005) berpendapat ada hubungan negatif antara persepsi terhadap partai politik terhap partisipasi politik. Penelitian yang dilakukan oleh Mcdonald dan Tolbert (2012) memperkuat temuan
6 6 sebelumnya bahwa persepsi merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi politik. Selanjutnya penelitian lain yang menemukan hubungan antara rendahnya partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum juga berkaitan dengan trust terhadap kandidat atau partai politik yang berkompetisi dalam pemilihan umum (Goddeke, 2004; Yao & Murphy, 2007; Carter & Campbell, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Grönlund dan Setälä (2007) menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara trust dengan keputusan memilih di dalam pemilihan umum. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dermody dan Scullion (2001) menyatakan bahwa trust mempengaruhi 51% perilaku memilih dan mengidentifikasi sikap politik sebagai tingkat kepercayaan pada pemerintah dan tokoh politik, efikasi politik para pemilih, serta tingkat sinisme masyarakat. Mereka mengidentifikasi dampak psikologis terhadap intensi memilih pada pemilih pemula di UK. Penelitian ini menghasilkan dampak dari sikap politik pada pemilih pemula terhadap perilaku politik mereka. Penelitian yang lain yang melihat hubungan antara tingkat kepercayaan kandidat terhadap perlilaku memilih adalah penelitian yang dilakukan oleh Kemmelmeier (2004) menemukan dampak trust terhadap kandidat terhadap perilaku memilih, menunjukkan bahwa ada hubungan antara trust dengan partisipasi memilih masyarakat. Penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh Ondercin dan White (2011) mengambil kesimpulan bahwa trust terhadap kandidat tertentu dan tingkat pengetahuan tentang kandidat tersebut merupakan pedoman seseorang mempertimbangkan terlibat aktif dalam satu kegiatan politik, dalam
7 7 konteks ini partisipasi politik formal yaitu ikut berperan aktif dalam pemilihan presiden. Penelitian Carlin (2013) menjelaskan bahwa, tidak hanya keterpercayaan kandidat tertentu yang mampu mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat tapi keterpercayaan partai politik juga memberikan pengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam dunia politik, baik itu partisipasi politik formal seperti ikut serta dalam pemilihan umum, maupun aktivitas politik tidak formal. Partisipasi pemuda dalam masyarakat dan kehidupan politik semakin dikenal dan menjadi tujuan pembangunan. Berpartisipasinya para pemuda dalam komunitas diharapkan mempengaruhi transisi perkembangan mereka dari remaja menjadi dewasa. Misalnya, sebagian besar pemuda yang berasal dari negaranegara maju menunjukkan bahwa, mereka yang berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat atau tergabung dalam komunitas tertentu, tingkat perilaku berisikonya lebih rendah dibandingkan dengan pemuda yang tidak tergabung dalam komunitas tertentu. Selain itu, perilaku dan sikap seseorang berhubungan dengan partisipasnya dalam komunitas tertentu, kemudian diadopsi dari perspektif dan afiliasi yang dilakukannya (Acharya dkk, 2010). Gozzo dan D Agata (2010) melihat faktor lain yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam dunia politik yaitu kontak dengan orang lain. Hal ini merupakan hal yang penting dalam domain instrumental dan sosio-emosional, sehingga penting menganalisis interaksi individu untuk memahami bagaimana mereka mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Orang yang memiliki banyak
8 8 teman, dan banyak berhubungan satu dengan yang lainnya memiliki struktur sosial yang kuat. Banyaknya informasi yang diperoleh dari kelompok di luar dirinya, membuat sebuah kolam informasi yang sangat kaya dan heterogen. Informasi ini kadang-kadang dapat bermanfaat dan atau memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan, perubahan pekerjaan, dan perilaku memilih seseorang. Ketertarikan seseorang terhadap hal tertentu merupakan hal yang relevan dari interaksi yang dilakukannya, ketertarikan dan penolakan terhadap hal tertentu merupakan produk dari interaksinya itu, misalnya aktivitas politik yang ada di lingkungan relasi atau lawan interaksinya akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas sosial politik orang tersebut. Kondisi politik yang labil akan membentuk ketertarikan dalam melihat sejauh mana hubungan antara pemilih pemula sebagai masyarakat dan partisipasi mereka dalam pemilihan presiden Kekecewaan terhadap kinerja para politikus memunculkan apatisme di kalangan pemilih pemula. Mereka menjadi enggan terlibat dalam partisipasi politik konvensional dan cenderung memilih partisipasi non konvensional, seperti demonstrasi. Dari paparan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul pada penelitian ini adalah partisipasi politik pemilih pemula pada pemilihan presiden ditinjau dari persepsi terhadap citra partai politik dan keterpercayaan kandidat presiden. B. Rumusan Masalah Dari paparan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan : Apakah persepsi terhadap citra partai politik dan keterpercayaan kandidat presiden
9 9 menjadi prediktor partisipasi politik pemilih pemula? C. Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana persepsi pemilih pemula terhadap citra partai politik dan keterpercayaan kandidat presiden memberikan pengaruh terhadap perilaku memilih. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap kajian-kajian psikologi sosial khususnya yang tertarik dalam perilaku memilih. Selanjutnya penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan bagi pemerintah sebagai acuan untuk memahami, menerjemahkan dan mencari strategi untuk meningkatkan partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan umum, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi partai politik yang ada di Indonesia untuk memperbaiki citra dan membentuk persepsi yang positif terhadap partai ataupun strategi yang lain agar partai politik menjadi sarana aspirasi masyarakat menjadi lebih maksimal. D. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang partisipasi politik banyak dilakukan baik itu di bidang sosial, industri organisasi maupun kesehatan, salah satu penelitian tentang partisipasi politik adalah penelitian yang dilakukan oleh Utama (2004) dengan judul partisipasi politik mahasiswa dalam pemilihan umum: budaya individualisme-kolektivisme, jenis kelamin dan keterlibatan di organisassi politik kampus. Dalam hasil penelitiannya Utama (2004) menemukan bahwa partisipasi politik perempuan dan laki-laki tidak memiliki perbedaan yang nyata, perbedaan yang nyata antara laki-laki dan perempuan hanya terjadi dalam aspek norma,
10 10 perempuan lebih berorientasi pada norma memilih dibandingkan dengan laki-laki. Dalam penelitiannya, Utama juga menemukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara budaya individualisme-kolektivisme, jenis kelamin, keterlibatan organisasi non polititk kampus dan keterlibatan di organisasi politik kampus dengan partisipasi politik dalam pemilihan umum. Penelitian yang dilakukan pada perilaku memilih sudah banyak dilakukan khususnya pada bidang ilmu sosial dan politik. Di antara penelitian yang dengan tema yang hampir sama pernah dilakukan oleh Slamet (2005) dengan judul hubungan antara religiusitas dan persepsi terhadap partai Islam dengan sikap memilih partai (studi pada mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Dalam hasil penelitiannya Slamet (2005) menemukan bahwa religiusitas dan persepsi terhadap partai Islam memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap memilih partai Islam. Tingkat religiusitas yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap sikap memilih partai Islam yang semakin tinggi pula. Persepsi terhadap partai Islam yang baik, juga akan mempengaruhi seseorang untuk memiliki sikap yang semakin tinggi dalam memilih partai Islam. Persepsi terhadap partai Islam juga menjadi prediktor yang cukup baik pula untuk meramalkan sikap seseorang dalam memilih partai Islam. Penelitian tentang profil kandidat juga pernah diteliti oleh Suyono (2005) dengan judul sikap pemilih pemula ditinjau dari kampanye negatif, profil calon presiden dan jenis kelamin. Dalam hasil penelitiannya Suyono (2005) menemukan bahwa tidak ada perbedaan sikap pemilih yang mendapat pengaruh dari kampanye negatif, profil calon presiden, dan jenis kelamin. Adanya perbedaan sikap pemilih
11 11 pemula yang mendapat pengaruh dari profil calon presiden dan kampanye negatif dilatarbelakangi oleh profil calon presiden ideal dan profil calon presiden tidak ideal, tidak ada perbedaan sikap pemilih pemula ditinjau dari kampanye negatif dan jenis kelamin, tidak ada perbedaan sikap pemilih pemula ditinjau dari profil calon presiden dan jenis kelamin, ada perbedaan sikap pemilih pemula yang sangat signifikan sebagai akibat dari kampanye negatif, ada perbedaan sikap pemilih pemula yang sangat signifikan sebagai akibat dari profil calon presiden, tidak ada perbedaan sikap pemilih pemula sebagai akibat dari jenis kelamin, tidak adanya perbedaan sikap pemilih pemula ditinjau dari kampanye negatif, profil calon presiden, dan jenis kelamin. Mahmud (2009) juga melakukan penelitian dengan judul perilaku memilih masyarakat kota Gorontalo pada pemilihan kepala daerah secara langsung tahun Dalam hasil penelitiannya Mahmud (2009) menemukan bahwa perilaku memilih masyarakat kota Gorontalo pada pemilihan kepala daerah secara langsung di kota Gorontalo merupakan sebuah rasionalitas yang didasarkan pada pertimbangan perilaku kandidat. Ukuran primordialisme, patron klien dan lain sebagainya tidak lagi berpengaruh terhadap perilaku memilih masyarakat. Pemilih semakin terbuka dalam pertimbangan memilih, sehingga orientasi mereka lebih bersifat moderen yakni berorientasi pada isu, kandidat dan orientasi ekonomi. Penelitian yang dilakukan Siswoyo (2010) dengan judul PILKADA dalam struktur masyarakat patron klien; studi kasus perilaku memilih di PILKADA Kabupaten Lamongan Dalam hasil penelitiannya Siswoyo (2010) menunjukkan terjadinya keretakan struktur sosial masyarakat patron klien di
12 12 kabupaten Lamongan. Peran dan pengaruh legitimasi kyai atau tokoh agama dengan personality figure ataupun institusi organisasi keagamaan dan partai politik semakin kabur dengan liberalisasi politik dan kepentingan warga masyarakat. Legitimasi institusi keagamaan dan kekuatan kyai atau tokoh agama terhadap basis jama ah dan santrinya terurai dengan kepentingan ekonomi dan kekuasaan pada proses partisipasi politik pemilih di PILKADA langsung kabupaten Lamongan Penelitian dengan tema yang sama juga telah dilakukan oleh Kurniawan (2011) dengan judul komunitas sipil dan perilaku memilih dalam pemilihan umum legislatif 2009 (studi tentang pengaruh komunitas sipil terhadap perilaku pemilih pada pemilihan umum legislatif) dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa mobilisasi massa yang dilakukan oleh komunitas sipil jauh lebih berhasil dalam mempengaruhi perilaku memilih masyarakat. Penelitan yang dilakukan oleh Eldo (2011) juga meneliti tentang perilaku memilih dengan judul perilaku memilih warga Nagari Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 menemukan bahwa perilaku memilih individu pada pemilihan umum legislatif tidak semata-mata ditentukan oleh faktor orientasi kandidat dan endorsement. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2005) dengan judul hubungan antara harga diri dan aktualisasi diri dengan partisipasi mahasiswa dalam gerakan sosial menemukan bahwa harga diri berpengaruh terhadap partisipasi mahasiswa dalam gerakan sosial peserta demonstrasi. Artinya semakin tinggi harga diri
13 13 mahasiswa peserta demonstrasi, maka akan semakin intensif partisipasinya dalam gerakan sosial dan aktualisasi diri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku partisipasi mahasiswa dalam gerakan sosial. Penelitian terkait partisipasi politik juga pernah dilakukan oleh Matulessy (2008) dengan judul model kausal partisipasi politik aktivis gerakan mahasiswa. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas maka dapat terlihat bahwa penelitian ini memiliki perbedaan dalam variabel yang diteliti, subjek dan tempat penelitian.
BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi. Partisipasi masyarakat diperlukan sebagai penunjang sistem dalam pemilihan presiden setiap periodenya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciREKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...
Lampiran 2 Model F6-Parpol REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI 1 PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2 PARTAI BULAN BINTANG (PBB) TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v
i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu
Lebih terperinci2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Demokrasi dalam sistem politik Indonesia merupakan sebuah keniscayaan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Demokrasi dalam sistem politik Indonesia merupakan sebuah keniscayaan yang menjadi pilihan sistem politik moderen yang tentunya memberikan harapan besar bisa membawa
Lebih terperinciMODEL C 1 DPR UKURAN PLANO
MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO CATATAN PENGHITUNGAN SUARA TIAP PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA DPR DALAM PEMILU TAHUN 2014 DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA Tempat Pemungutan Suara (TPS).. Desa/Kelurahan *). Kecamatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan
Lebih terperinciPENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?
PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif
Lebih terperinciKajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik
Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN Nomor 11/Kpts/022.658791/III/2014 TENTANG JADWAL KAMPANYE RAPAT UMUM PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. PEMBAHASAN Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses Pencalonan Non Partai Pemilihan Kepala Daerah (Tanggapan Partai Politik Khusus DIY) dapat dijabarkan
Lebih terperincipublik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.
BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budiarjo (2008) mengatakan, salah satu perwujudan demokrasi yang menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Demokrasi yang sehat dapat dilihat melalui pembangunan masyarakat politik yang baik dan kondusif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 31 /Kpts/KPU-Kab-012.329506/2014 TENTANG PENETAPAN TANGGAL DAN TEMPAT PELAKSANAAN KAMPANYE RAPAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan
Lebih terperinciHead to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014
Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka
Lebih terperinciKEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014
KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke
IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum,
Lebih terperinciPeningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin
Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil
Lebih terperinciPEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT
Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik
BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinciKEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR : 20/Kpts/KPU Kab /2015 TENTANG
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 20/Kpts/KPU Kab-025.433237/2015 TENTANG PENETAPAN PEROLEHAN SUARA SAH DAN KURSI PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TAHUN 2014,
Lebih terperinciEfek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental
Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental (Adinda Tenriangke Muchtar, Arfianto Purbolaksono The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research) http://www.shnews.co/detile-28182-gelombang-efek-jokowi.html
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciLAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN
LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN Oleh: PUSAT STUDI DEMOKRASI DAN HAM ( PuSDekHAM ) FISIP UNISDA LAMONGAN 2015 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI....2 PENGANTAR..3 METODE....5 TEMUAN.6
Lebih terperinciPemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan
x 2.2.2. Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis... 224 3. Ringkasan... 226 BAB IV. ELECTORAL VOLATILITY NASIONAL DAN LOKAL: SEBUAH PERBANDINGAN... 228 A. Membandingkan Electoral Volatility
Lebih terperinciTAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI
TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran
Lebih terperinciUNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN
Kuisioner Persepsi Pemilih Pemula UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN (Siswa Telah Berusia 17 Tahun Pada Tanggal 9 April 2014) Biodata Responden Nama :............................................ Tanggal Lahir
Lebih terperinciTerpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat
Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat vii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
Lebih terperinciBAB III DATA RESPONDEN
BAB III DATA RESPONDEN A. JENIS KELAMIN RESPONDEN Penelitian ini sebagian besar mengambil kelompok laki-laki sebagai responden. Dari 8 responden yang diwawancarai dan yang ikut FGD, terdapat orang responden
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 41/Kpts/KPU-Kab-012.329506/2014 TENTANG PENETAPAN PERUBAHAN TANGGAL DAN TEMPAT PELAKSANAAN KAMPANYE
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,
Lebih terperinciHASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)
HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Banten Hari/Tanggal: 30 April 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 15.15-15.40 WIB Perbaikan Hari/Tanggal: 01 Mei 2009 Pukul: 21.10-22.50
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan pada babbab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam pemenangan pemilu kepala
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam
Lebih terperinciHASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)
HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Sumatera Utara Hari/Tanggal: 02 Mei 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 11.20-11.55 WIB Disahkan Hari/Tanggal: 03 Mei 2009 Pukul:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing
Lebih terperinciSEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at
SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK
- 1 - KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK NOMOR : 07/Kpts/KPU-Kota-019.435761/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Pileg 2014, Diolah dari Hasil Wawancara dengan Berbagai Narasumber, Hasil Rekapitulasi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv SURAT PERNYATAAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN...vi MOTTO... vii UCAPAN TERIMAKASIH... viii DAFTAR ISI...xi
Lebih terperinciANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013
ANATOMI CALEG PEMILU 2014 FORMAPPI 3 Oktober 2013 I. Pengantar Alasan melakukan kajian: Membantu pemilih mendapatkan informasi yang utuh tentang Caleg dalam Pemilu 2014. Lingkup kajian: Profil Caleg Pemilu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pemilihan kepala daerah yang kemudian disingkat menjadi Pilkada adalah salah sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk menentukan siapa pemimpin yang akan menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan
Lebih terperinciSURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014
SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014 Data Survei Nasional 15 25 Maret 2013 Prepared by: INDO BAROMETER Jl. Cikatomas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik lokal untuk menjalankan peran di tengah masyarakat yang selama diperankan pemerintah, elit
Lebih terperinciPASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016
PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016 Paska Munaslub : Golkar Perlu Branding Baru? Paska Munaslub dengan terpilihnya Setya Novanto (Ketum) dan Aburizal
Lebih terperinciFORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014
FORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014 DPR hasil Pemilu 2009, akan segera berakhir Kinerja para anggotanya perlu dinilai agar dapat diketahui masyarakat terutama konstituen yang telah memilihnya. Hasil penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India menjadikan Pemilihan Kepala Daerah sebagai salah satu indikator pelaksanaan demokrasi berbasis
Lebih terperinciDemokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka
Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,
Lebih terperinciAnalisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN
Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik - FISIP Universitas Indonesia (PUSKAPOL FISIP UI) Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Komisi Pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa pertama, fungsi partai sebagai sosialisasi politik sangat minim dilakukan dan bahkan tidak ada, sebagai contoh dalam
Lebih terperinciHASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)
HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Riau Hari/Tanggal: 03 Mei 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 09.15-09.50 WIB No Nama Partai Perolehan Suara Keterangan 1 Partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu (Budiardjo, 2009:461). Pemilihan umum dilakukan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan politiknya termasuk di dalamnya untuk turut berpatisipasi memberikan suaranya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,
Lebih terperinci2013, No.1608
45 LAMPIRAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEMUNGUTAN, PENGHITUNGAN DAN REKAPITULASI SUARA BAGI WARGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 T E N T A N G PENETAPAN JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi
Lebih terperinciRENCANA PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TAHUN 2017 NO JUDUL RANCANGAN PERATURAN UNIT KERJA
- 2-2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 3. Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang merupakan salah satu instrument penting penyelenggaraan pemerintah setelah digulirkan otonomi
Lebih terperinciPerempuan dan Pembangunan Berkelanjutan
SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis sering kali dijadikan isu atau komoditi utama untuk mencapai suatu tujuan dalam masyarakat. Dalam konteks Pilkada, etnis dimobilisasi dan dimanipulasi sedemikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik
Lebih terperinciPENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014
1 Jumlah Suara Sah Seluruh Partai Politik : 104.690 2 Alokasi Kursi : 9 3 Angka Bilangan Pembagi Pemilihan (BPP) : 11.632 PENGHITUNGAN PARTAI POLITIK -1 SISA 1 PARTAI NASDEM 3.447 5 3.447 0 2 PARTAI KEBANGKITAN
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.
LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI. 1. 2. *) 3. : 4. : 5. Agama : 6. : 7. Status Perkawinan : a. Belum /sudah/pernah kawin *) 8. : b. istri/suami *)......
Lebih terperinciPublik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD
Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciPERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA
PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA 1. Menambahkan sasaran pelaksanaan
Lebih terperinci