BAB IV PEMBAHASAN. Model prediksi harga saham yang akan dibuat pada penelitian ini merupakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Model prediksi harga saham yang akan dibuat pada penelitian ini merupakan"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Model Prediksi Harga Saham Model prediksi harga saham yang akan dibuat pada penelitian ini merupakan model yang dibuat berdasarkan pada faktor-faktor dari siklus bisnis (business cycle) perusahaan, faktor-faktor yang menjadi dasar dalam menentukan kondisi business cycle adalah net sales dan dividend. Maka faktor tersebut akan digunakan pada penelitian ini sebagai variabel bebas untuk menentukan prediksi harga saham. Model prediksi yang akan dibuat dalam penelitian ini didasarkan pada dua kondisi yang berbeda. Model pada kondisi pertama merupakan model prediksi harga saham yang terbentuk dari kondisi aktual dividend per share yang dibagikan pada setiap tahun, sedangkan model prediksi harga saham yang kedua terbentuk dari nilai present value dari dividend per share pada setiap kuartalnya. Model prediksi ini selanjutnya akan dioptimalisasi dengan menggunakan metode linier programming yang dibantu dengan tools solver add-ins pada Microsoft Excel. Sesuai dengan penilaian harga saham, di mana harga wajar saham ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu laba bersih perusahaan, laba yang dibagikan dalam bentuk dividend (dividend discount model/ddm), jumlah saham beredar, risiko pasar, dan ekspektasi investor terhadap kelebihan tingkat bunga bebas risiko (Rm-Rf) maka semua faktor tersebut mengarah pada konsep time value of money yang menentukan present value dan future value. Apabila present value dihubungkan sebagai harga saham sekarang, maka harga saham berikutnya adalah nilai future value. Oleh karena itu, harga 55

2 saham sekarang akan menentukan harga saham berikutnya atau harga saham sekarang ditentukan oleh harga saham sebelumnya. Hal tersebut yang mendasari konsep pembuatan model prediksi harga saham yang dimodifikasi dengan fluktuasi harga periode sebelumnya (P t-1 ) untuk meningkatkan akurasi rentang prediksi (range). Variabel k pada konsep time value of money dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan net sales atau tingkat pertumbuhan dividend per share. Langkah pertama dalam merancang model prediksi harga saham adalah mencari tingkat pertumbuhan dari masing-masing variabel dan mencari rata-rata pertumbuhan (moving average growth) dari masing-masing variabel. Untuk mengurangi fluktuasi data (tingkat pertumbuhan dividend dan net sales dari beberapa periode sebelumnya), maka akan digunakan moving average sebagai salah satu metode peramalan (forecast) yang akan turut memodifikasi model peramalan harga saham dalam skripsi ini. Intercept tetap digunakan pada model ini, hal ini dikarenakan model prediksi tetap dianalogikan dengan persamaan multiregresi. Sesuai dengan pembahasan di atas maka hasil persamaan objektif yang berhasil terbentuk adalah sebagai berikut. Stock Price = a + β X 1 + β X 2 +P t-1 Di mana: a β X 1 X 2 P t-1 = Intercept = Slope = Moving average dari net sales = Moving average dari dividend per share = Harga saham dari kuartal sebelumnya 56

3 Setelah memperoleh persamaan objektif yang digunakan untuk memprediksikan harga mid saham, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah menghitung harga minimum saham dan harga maksimum saham. Dalam melakukan perhitungan harga saham minimum dan maksimum, penulis berpedoman pada teori control charts, di mana dalam menentukan harga minimum dan maksimum diperlukan standar deviasi yang bertugas sebagai pengontrol. Dalam melakukan perhitungan harga minimum dan maksimum saham, standar deviasi yang dipakai penulis adalah dua kali standar deviasi dinamis selama empat kuartal. Empat kuartal merupakan waktu yang dipakai penulis untuk membandingkan kondisi terakhir perusahaan selama 1 tahun. Sedangkan dua kali standar deviasi dipakai penulis berdasarkan perhitungan z-point yang dipakai dalam penelitian, yaitu sebesar 95 %. (Nilai z-point dapat dilihat pada lampiran 1). Oleh sebab itu, penulis memakai 2 kali standar deviasi agar nilai prediksi harga saham lebih mendekati harga aktualnya. Tabel berikut adalah tabel perhitungan harga saham (stock price) berdasarkan persamaan objektif yang telah diperoleh. Tabel 4.1 Perhitungan Harga Saham Prediksi harga minimum ( a ) a = ( b ) standar deviasi dinamis Harga mid saham ( b ) Stock Price = a + βx 1 + β X 2 + P t-1 Prediksi harga maksimum ( c ) c = ( b ) + standar deviasi dinamis Dalam mencari tingkat pertumbuhan net sales dan dividend per share, penulis menggunakan bantuan linier programming pada Microsoft Excel. Berikut adalah cara perhitungan aritmatika tingkat pertumbuhan yang dipakai penulis. 57

4 Rumus 4.1 Growth Tingkat Pertumbuhan = nilai periode sekarang-nilai periode sebelumnya nilai periode sebelumnya Sedangkan untuk mencari nilai rata-rata pertumbuhan (moving average growth) penulis memasukkan function sederhana, yaitu function average. Rumus 4.2 Moving Average (Excel) = AVERAGE(number 1, [number 2],.) Pada saat mencari nilai rata-rata pertumbuhan (moving average growth), penulis menggunakan data perbandingan selama 4 kuartal, berarti pada saat mengisi nilai number 1, number 2, penulis memilih cell hingga berjumlah 4 kotak. Penulis memilih waktu selama 4 kuartal karena ingin mengetahui kondisi rata-rata selama satu tahun terakhir. Tabel berikut adalah tampilan dari tingkat pertumbuhan (growth) dan rata-rata (moving average) dari masing-masing variabel. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Growth dan Moving Average (Dividend per Year) Periode Net Sales (in Billion ) Dividend Stock Price Growth Net Sales Moving Average Growth (Net Sales) (X 1 ) Growth Dividend per share Moving Average Growth (Dividen) (X 2 ) 2001 Q , Q , (0.76) Q , Q Q Q (0.73) Q Q Q Q (0.55) (1.00) Q (0.2500) 2004 Q (0.2500) 58

5 2004 Q4 1, (0.2500) 2005 Q , (0.69) (1.00) (0.2500) 2005 Q (0.2500) 2005 Q (0.2500) 2005 Q4 1, (0.2500) 2006 Q (0.74) (1.00) (0.2500) 2006 Q (0.2500) 2006 Q (0.2500) 2006 Q4 1, , (0.2500) 2007 Q , (0.71) (1.00) (0.2500) 2007 Q , (0.2500) 2007 Q3 1, , (0.2500) 2007 Q4 1, , (0.2500) 2008 Q1 1, , (0.45) (1.00) (0.2500) 2008 Q2 2, (0.2500) Penulis melakukan perhitungan sejak kuartal 4 tahun 2001, karena model prediksi yang akan dibuat adalah model prediksi yang berlaku setelah perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split) 1 : 4. Data dividend per share pada kuartal 1, 2 dan 3 setiap tahunnya menunjukkan angka Hal ini merupakan cerminan dari kondisi aktual perusahaan, di mana perusahaan hanya membagikan dividend per share satu kali selama 1 tahun. Langkah berikutnya yang dilakukan penulis adalah melakukan perhitungan harga saham minimum, harga mid saham dan harga maksimum saham dengan menggunakan persamaan objektif dari tingkat pertumbuhan dan rata-rata pertumbuhan (moving average). Pada tahap awal sebelum dilakukan proses optimalisasi, nilai intercept, (β)x 1 dan (β)x 2 diatur dengan nilai awal 0. Hal ini dimaksudkan agar semua variabel mendapat kesempatan yang sama untuk dioptimalisasi oleh solver. Berikut adalah tampilan dari harga saham model, harga saham minimum dan harga saham maksimum.(nilai intercept, (β)x 1 dan (β)x 2 = 0) Tabel berikut adalah hasil perhitungan harga saham minimum, harga mid saham dan harga maksimum. 59

6 Periode Tabel 4.3 Hasil perhitungan harga saham Prediksi Harga Minimum a = ( b ) standar deviasi dinamis Harga mid saham Stock Price = a + β X 1 + β X 2 + P t-1 Prediksi Harga Maksimum c = ( b ) + standar deviasi dinamis 2001 Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Hasil perhitungan harga saham di atas belum dapat dijadikan prediksi harga saham secara benar. Hal ini disebabkan oleh nilai intercept (a) dan slope(β) masih dinormalkan dengan angka 0. Model prediksi dapat digunakan apabila nilai intercept (a) dan slope (β ) telah dioptimalisasi. Langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah membandingkan harga model prediksi dengan harga saham aktual. Setelah dilakukan perbandingan terhadap 60

7 harga saham aktual, maka model prediksi yang dibuat dengan nilai intercept (a) dan slope (β ) = 0 menunjukkan tingkat akurasi model sebesar %. Selain melihat tingkat akurasi, penulis juga menilai jumlah mean of square error (MSE) yang terjadi apabila model prediksi tersebut digunakan untuk memprediksi harga saham perusahaan secara aktual. Tabel berikut adalah tampilan dari perbandingan harga saham aktual dengan harga saham model prediksi. Tabel 4.4 Perbandingan terhadap Harga Aktual MSE 155, Accuracy 68.18% Stock Price = a + β X 1 + β X 2 +P t-1 ( Nilai a = 0, β =0 ) Harga Minimum Harga Mid Saham Harga Maksimum Stock Price ( Actual ) Status , Correct Correct X Correct Correct Correct X X ,168 1,060 Correct 693 1,060 1, Correct , Correct , Correct , Correct , X Correct ,000 X 629 1,000 1,371 1,260 Correct 645 1,260 1,875 2,240 X 856 2,240 3,624 2,160 Correct 905 2,160 3,415 2,520 Correct 1,429 2,520 3,611 1,840 Correct 1,280 1,840 2,400 2,840 X Dalam penelitian ini, langkah yang dilakukan untuk menghitung total mean of square error (MSE) yang terjadi adalah dengan cara melakukan perhitungan sum of 61

8 square error terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, perhitungan nilai sum of square error (SSE) dilakukan dengan cara membandingkan harga saham aktual dan harga mid saham setiap kuartal. Setelah mengetahui selisih antara harga mid saham dengan harga aktual, maka nilai selisih tersebut (error) harus dikuadratkan. Maka langkah terakhir yang dilakukan dalam menghitung sum of square error (SSE) adalah menjumlahkan nilai eror kuadrat dari masing-masing kuartal. Tabel 4.5 Menghitung SSE Stock Periode Price ( Actual ) Harga Mid Error 2003 Q Q , Q , Q Q , Q , Q , Q , Q1 1, , Q ,060 19, Q , Q Q , Q , Q Q4 1, , Q1 1,260 1,000 67, Q2 2,240 1, , Q3 2,160 2,240 6, Q4 2,520 2, , Q1 1,840 2, , Q2 2,840 1,840 1,000, SSE 2,961, Setelah mengetahui nilai sum of square error, maka langkah selanjutnya yang dilakukan penulis untuk menghitung mean of square error (MSE) adalah membagi nilai sum of square error (SSE) dengan banyaknya sampel (n) dikurangi dengan jumlah variabel bebas ditambah 1 / (k + 1). 62

9 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bantuan linier programming untuk dapat menghitung besarnya MSE dari model yang telah terbentuk. Function yang dimasukkan untuk memperoleh nilai MSE adalah sebagai berikut. Rumus 4.3 Mean of Square Error (MSE) MSE = [number]/(count(value 1,[value2], ))-3 Nilai number harus diisi dengan nilai sum of square error (SSE), sedangkan untuk nilai value 1 dan value 2 penulis memasukkan range banyaknya jumlah error. Angka 3 pada rumus perhitungan di atas merupakan jumlah dari variabel bebas ditambah dengan 1 (berdasarkan rumus perhitungan MSE). Mean of square error (MSE) yang baik harus menunjukkan angka yang kecil, namun dalam sebuah prediksi nilai mean of square error (MSE) tidak bisa dihilangkan. Hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh hasil MSE sebesar 155, point. Berikut tampilan gambar dari proses perhitungan mean square error (MSE). Gambar 4.1 Perhitungan MSE 63

10 Setelah diketahui tingkat akurasi dan nilai MSE dari model prediksi yang dibuat, penulis ingin memaksimalkan model agar kedua hal tersebut dapat menunjukkan nilai yang lebih baik dan semakin mampu memprediksi harga saham sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah memanfaatkan solver-add-ins tools pada Microsoft Excel. Tampilan gambar di bawah ini merupakan tampilan proses solver add-ins yang dilakukan oleh penulis. Gambar 4.2 Solver Add-ins Target optimalisasi diukur dari nilai mean of square error (MSE), di mana semakin kecil nilai mean of square errror (MSE) maka akan semakin akurat hasil 64

11 prediksinya, sehingga nilai mean of square error (MSE) menjadi target cell yang harus diminimalisasi dengan mengubah nilai slope(β)dividend dan slope(β)net sales sebagai changing cell saat melakukan optimalisasi dengan solver. Oleh sebab itu harga mid saham akan berubah seiring dengan perubahan intercept dan slope(β). Pada saat proses solver, penulis melakukan minimize agar solver dapat berjalan sesuai tujuan penulis. Jika nilai MSE menjadi sasaran (target cell) untuk diminimalkan, maka terdapat dua asumsi yang akan muncul. Hal pertama yang dapat terjadi adalah nilai MSE yang kecil akan mengakibatkan tingkat akurasi menjadi tinggi, sedangkan hal lainnya yang dapat terjadi apabila nilai MSE diminimumkan adalah rendahnya tingkat akurasi yang akan dicapai. Tabel berikut adalah hasil solver add-ins yang dilakukan oleh penulis. Tabel 4.6 Summary Output Solver Add-ins Intercept Slope Net Sales Slope Dividend Accuracy MSE % 139, Y = (Average Growth Net Sales) (Average Growth Dividend per share) + P t-1 Stock Price Harga Harga ( Actual ) Status Periode Minimum Harga Mid Maksimum 2003 Q , Correct 2003 Q , Correct 2003 Q X 2003 Q Correct 2004 Q Correct 2004 Q X 2004 Q Correct 2004 Q Correct 2005 Q ,040 1,288 1,060 Correct 2005 Q ,161 1, Correct 2005 Q ,025 1, Correct 2005 Q , Correct 2006 Q , Correct 2006 Q , X 2006 Q Correct 2006 Q ,000 X 2007 Q ,097 1,468 1,260 Correct 65

12 2007 Q ,361 1,976 2,240 X 2007 Q3 1,057 2,441 3,825 2,160 Correct 2007 Q4 1,103 2,358 3,614 2,520 Correct 2008 Q1 1,628 2,719 3,810 1,840 Correct 2008 Q2 1,516 2,075 2,635 2,840 X Setelah dilakukan proses solver, maka dapat diketahui bahwa model prediksi yang berhasil dibentuk adalah Y = (Average Growth Net Sales) (Average Growth Dividend per share) + P t-1. Model prediksi tersebut memiliki tingkat akurasi sebesar %, sedangkan nilai MSE yang diperoleh menunjukkan angka sebesar 139, point. Pada data tabel di atas bisa dilihat bahwa model memprediksikan harga minimum saham PT Tunas Baru Lampung Tbk yang akan terjadi pada kuartal 1 tahun 2004 adalah Rp , sedangkan nilai maksimum sebesar Rp dan nilai harga mid saham sebesar Rp , maka jika dilihat dari harga sebenarnya yang terjadi pada kondisi aktual dapat terlihat bahwa harga saham menunjukkan angka sebesar Rp Prediksi yang dilakukan oleh model dapat membantu memprediksi harga minimum yang dapat terjadi pada kuartal tersebut dan membantu memprediksi harga maksimum yang dapat terjadi pada kuartal tersebut. 4,500 4,000 3,500 Stock Price Harga Model Harga Minimum Harga Model Rupiah 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q1 Periode Gambar 4.3 Perbandingan Harga Prediksi dan Harga Aktual (Model Dividend per Year) 66

13 Model prediksi Y = (Average Growth Net Sales) (Average Growth Dividend per share) + P t-1 merupakan model yang berpedoman pada nilai dividend per share setiap tahunnya. Pada penelitian ini, penulis membuat dua model berdasarkan dua kondisi yang berbeda. Model pertama dibuat berdasarkan kondisi dividend per share setiap tahun, sedangkan model kedua dibuat berdasarkan nilai present value dari dividend per share yang ada pada setiap kuartal. Pada pembahasan selanjutnya penulis mencoba membuat model prediksi berdasarkan kondisi yang kedua, yaitu nilai dividend per share yang terdapat pada setiap kuartal. Nilai tersebut merupakan nilai dari present value dari dividend per share pada setiap tahunnya. Langkah pertama yang dilakukan penulis masih merupakan langkah yang sama seperti pembuatan model sebelumnya. Penulis menghitung tingkat pertumbuhan dari variabel net sales dan dividend per share. Setelah itu penulis mencari rata-rata (moving average) dari masing-masing pertumbuhan yang terjadi. Tabel berikut adalah tampilan dari tingkat pertumbuhan (growth) dan rata-rata (moving average) dari masing-masing variabel. Periode Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Growth dan Moving Average (Dividend Net Sales (in Billion ) Dividend Quarterly) Stock Price Growth Net Sales Moving Average Growth (Net Sales) (X 1 ) Growth Dividend per share Moving Average Growth (Dividen) (X 2 ) 2001 Q , Q , (0.76) Q , Q Q Q (0.73) Q Q Q

14 2004 Q (0.55) (0.43) Q (0.0924) 2004 Q (0.0930) 2004 Q4 1, (0.0936) 2005 Q , (0.69) (0.75) (0.0942) 2005 Q (0.1740) 2005 Q (0.1739) 2005 Q4 1, (0.1738) 2006 Q (0.74) (0.1738) 2006 Q Q Q4 1, , Q , (0.71) Q , Q3 1, , Q4 1, , Q1 1, , (0.45) Q2 2, Langkah berikutnya yang dilakukan penulis adalah melakukan perhitungan harga saham minimum, harga mid saham dan harga maksimum saham dengan menggunakan persamaan objektif yang memiliki nilai intercept (a) dan slope(β) = 0. Tabel berikut adalah hasil perhitungan harga saham minimum, harga mid saham dan harga maksimum. Periode Tabel 4.8 Hasil perhitungan harga saham (Dividend Quarterly) Prediksi Harga Minimum a = ( b ) - standar deviasi dinamis Harga mid saham Stock Price = a + β X 1 + β X 2 + P t-1 Prediksi Harga Maksimum c = ( b ) + standar deviasi dinamis 2001 Q Q Q Q Q Q , Q Q Q Q Q Q Q

15 2005 Q , Q ,060 1, Q , Q , Q , Q , Q Q Q ,000 1, Q ,260 1, Q ,240 3, Q ,160 3, Q1 1,429 2,520 3, Q2 1,280 1,840 2,400 Apabila dibandingkan dengan perhitungan harga prediksi saham pada kondisi dividend per share yang dibagikan per tahun, hasil perhitungan menunjukkan angka yang sama. Hal ini disebabkan karena kondisi intercept (a) dan slope(β) masih dinormalkan dengan angka 0. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan harga aktual maka tingkat akurasi yang diperoleh masih sama dengan model yang dibuat berdasarkan kondisi yang pertama, yaitu sebesar %, sedangkan nilai mean of square error (MSE) masih menunjukkan angka yang sama seperti model prediksi yang dibuat berdasarkan kondisi yang pertama.. Maka langkah selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah langsung melakukan proses optimalisasi kembali terhadap model dengan menggunakan tools solver add-ins. Dalam melakukan proses solver, langkah yang dilakukan merupakan langkah yang sama seperti model prediksi sebelumnya. Nilai mean of square error (MSE) tetap menjadi sasaran (target cell) untuk dioptimalisasi, sedangkan nilai intercept (a) dan slope(β) masih berperan sebagai changing cell. Pada kondisi model yang kedua, nilai tingkat akurasi dan nilai mean of square error (MSE) yang akan dihasilkan dapat mempunyai dua asumsi. Asumsi yang pertama yang akan muncul adalah tingkat akurasi 69

16 menjadi semakin tinggi dan nilai mean of square error (MSE) yang semakin rendah. Sedangkan asumsi kedua adalah tingkat akurasi model akan menurun namun nilai mean of square error (MSE) akan semakin kecil pula. Setelah dilakukan proses run atas input solver parameter, maka hasil prediksi harga saham minimum, harga mid saham, dan harga saham maksimum dapat dijabarkan sebagai berikut. Tabel 4.9 Summary Output Solver Add-ins (Dividend Quarterly) Intercept Slope Net Sales Slope Dividend Accuracy MSE % 136, Y = (Average Growth Net Sales) (Average Growth Dividend per share) + P t-1 Stock Price Harga Harga ( Actual ) Status Periode Minimum Harga Mid Maksimum 2003 Q , Correct 2003 Q , Correct 2003 Q Correct 2003 Q Correct 2004 Q Correct 2004 Q Correct 2004 Q X 2004 Q Correct 2005 Q ,215 1,060 Correct 2005 Q ,068 1, Correct 2005 Q , Correct 2005 Q , Correct 2006 Q , Correct 2006 Q ,038 1, X 2006 Q Correct 2006 Q ,054 1,000 Correct 2007 Q ,193 1,564 1,260 Correct 2007 Q ,334 1,950 2,240 X 2007 Q3 1,062 2,445 3,829 2,160 Correct 2007 Q4 1,107 2,362 3,617 2,520 Correct 2008 Q1 1,631 2,723 3,814 1,840 Correct 2008 Q2 1,560 2,120 2,679 2,840 X 70

17 Setelah dilakukan proses solver, maka dapat diketahui bahwa tingkat akurasi dari model meningkat menjadi %, sedangkan nilai MSE yang diperoleh menunjukkan angka sebesar 136, point. Hasil di atas lebih mencerminkan tingkat akurasi, nilai MSE yang lebih baik dibandingkan dengan model pada kondisi pertama (dividend per year). Penulis menyimpulkan proses solver yang dilakukan telah menghasilkan kondisi di mana tingkat akurasi yang lebih tinggi dan nilai MSE menjadi rendah, sehingga model yang telah terbentuk lebih mendekati nilai aktual dari harga saham. Namun model prediksi yang kedua tidak mencerminkan keadaan aktual dari perusahaan yang membagikan dividend per share hanya sebanyak 1 kali selama 1 tahun. Oleh sebab itu, penelitian ini memberikan kesempatan kepada para pengguna model untuk memilih model mana yang lebih sesuai. Pada data tabel bisa dilihat bahwa model memprediksikan harga minimum saham PT Tunas Baru Lampung Tbk yang akan terjadi pada kuartal 1 tahun 2004 adalah Rp , sedangkan nilai maksimum sebesar Rp dan nilai harga mid saham sebesar Rp , maka jika dilihat dari harga sebenarnya yang terjadi pada kondisi yang aktual dapat terlihat bahwa harga saham menunjukkan angka sebesar Rp Harga saham prediksi dapat memberikan gambaran kepada investor mengenai batas minimum dan batas maksimum dari fluktuasi harga saham yang dapat terjadi pada kuartal tersebut. Prediksi yang dilakukan oleh model dapat membantu memprediksi harga minimum yang dapat terjadi pada kuartal tersebut dan membantu memprediksi harga maksimum yang dapat pada kuartal tersebut. Maka dapat disimpulkan model prediksi yang berhasil dibuat oleh penulis untuk memenuhi tujuan penelitian adalah model prediksi Y = (Average Growth Net Sales) (Average Growth Dividend per share) + P t-1. Tampilan 71

18 gambar di bawah ini merupakan perbandingan pergerakan harga minimum, harga mid saham, harga maksimum terhadap harga aktual. 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q1 Rupiah Stock Price Harga Mid Harga Minimum Harga Maksimum Periode Gambar 4.4 Perbandingan Harga Prediksi dan Harga Aktual (Model Divided Quarterly) Dalam pembahasan sebelumnya telah diterangkan bahwa penulis membuat dua model prediksi dengan kondisi yang berbeda. Model prediksi harga saham yang pertama terbentuk dari kondisi dividend per share yang dibagikan pada setiap tahun. Model tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. Y = X X 2 + P t-1..(1) Sedangkan model prediksi harga saham yang kedua terbentuk dari nilai present value dividend per share pada setiap kuartal. Model tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. Y = X X 2 + P t-1..(2) Model prediksi pertama memiliki tingkat akurasi sebesar % dan nilai mean of square error (MSE) sebesar 139, point, sedangkan model prediksi yang kedua 72

19 menunjukkan tingkat akurasi sebesar % dan memiliki nilai mean of square error sebesar 136, point. IV.2 Klasifikasi Business Cycle Stage pada PT Tunas Baru Lampung Tbk. Tahapan siklus bisnis (business cycle stage) pada PT Tunas Baru Lampung Tbk dibagi menjadi 4 kelas atau kelompok. Pembagian menjadi 4 kelas ini didasarkan pada teori business cycle stage yang dikemukakan oleh Block dan Hirt (2005). Dalam pembahasan sebelumnya diketahui bahwa net sales dan dividend merupakan faktor fundamental yang dapat mencerminkan kondisi siklus bisnis (business cycle). Diketahui bahwa nilai maksimum dari dividend per share yang dibagikan oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk. adalah Rp dan nilai minimum dividend per share adalah Rp 0.00 (perusahaan tidak membagi dividen), maka nilai maksimum ini harus dibandingkan dengan nilai minimum agar memperoleh range, setelah itu range dibagi menjadi 4 kelas. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa range yang dihasilkan sebesar (Rp Rp 17.02). Jika range dibagi dengan jumlah kelas, maka didapatkan hasil 4.26 (17.02 dibagi 4). Oleh sebab itu, dapat diketahui interval setiap kelas memiliki range sebesar Berikut adalah hasil perhitungan interval kelas yang dilakukan oleh penulis. Tabel 4.10 Interval Kelas (Berdasarkan Dividend per share) Keterangan : Tahap I Tahap II Interval Kelas Status <= 4.26 Tahap I 4.27 to 8.53 Tahap II 8.54 to Tahap III > Tahap IV : 0.00 sampai dengan 4.26 (dividend per share) : 4.27 sampai dengan 8.53 (dividend per share) 73

20 Tahap III Tahap IV : 8.54 sampai dengan (dividend per share) : lebih besar dari (dividend per share) Setelah diketahui interval setiap kelas, maka penulis membuat grafik untuk menunjukkan letak business cycle stage PT Tunas Baru Lampung Tbk. Dalam membuat grafik, penulis menjadikan dividend per share sebagai garis X (x-axis) dan net sales sebagai garis Y (y-axis). Gambar 4.5 Grafik Business Cycle Stage Dalam grafik diketahui bahwa pada tahap pertama PT Tunas Baru Lampung Tbk memiliki pergerakan net sales dan dividend per share yang paling banyak, di mana pada tahap pertama terdapat 24 kuartal yang mengalami nilai pasang surut. Hal ini mengindikasikan perusahaan memiliki masa yang paling lama pada tahap pertama. Jika dibandingkan dengan teori business cycle stage yang diungkapkan oleh Block dan Hirt (2005), tahap pertama merupakan tahap di mana perusahaan mengalami tahap development. Pada tahap ini perusahaan masih memiliki nilai net sales yang relatif kecil dan perusahaan mempunyai pilihan untuk tidak membagikan dividend. Hal ini dikarenakan perusahaan masih membutuhkan dana untuk melakukan perluasan usaha yang menunjang peningkatan penjualan dan produktivitas pada periode berikutnya. Namun pada PT Tunas Baru Lampung Tbk, tahap development diwarnai dengan 74

21 aktivitas pembagian dividend. Perusahaan membutuhkan dana lebih untuk dapat membagikan dividend kepada para pemegang saham. Pada tahap kedua pergerakan net sales dan dividend per share tidak sebanyak tahap pertama, di mana pada tahap ini hanya terdapat 8 kuartal yang mengalami nilai pasang surut. Tahap kedua mencerminkan pertumbuhan (growth) yang sedang dialami oleh perusahaan. Perusahaan sudah memiliki cash yang lebih banyak untuk dapat dibagikan kepada para pemegang saham. Pada tahap ini perusahaan mengalami peningkatan net sales dan dividend per share. PT Tunas Baru Lampung Tbk sudah memiliki nilai dividend per share dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai dividend per share pada tahap sebelumnya. Dalam grafik terlihat bahwa PT Tunas Baru Lampung Tbk tidak melalui business cycle stage ketiga melainkan perusahaan langsung berada pada tahap keempat. Pada tahap ketiga seharusnya perusahaan mengalami tahap ekspansi (expansion), di mana dalam tahap ekspansi perusahaan masih menunjukkan peningkatan atas net sales namun peningkatan tersebut tidak sebesar jika dibandingkan dengan tahap kedua. Tahap ekspansi merupakan tahap transisi perusahaan dari keadaan yang belum stabil mejadi keadaaan yang lebih stabil. Pada tahap ketiga perusahaan berusaha untuk meningkatkan market share perusahaan. Peningkatan market share yang lebih besar menyebabkan kondisi keuangan dan modal perusahaan dapat meningkat. Diketahui dalam grafik bahwa PT Tunas Baru Lampung Tbk sudah mencapai tahap keempat. Dalam tahap keempat perusahaan sudah memiki dividend per share dengan skala sedang sampai tinggi. Pada tahap ini keadaan net sales dan ekonomi secara keseluruhan lebih stabil. Klasifikasi business cycle stage pada PT Tunas Baru Lampung Tbk hanya sampai pada periode kuartal 2 tahun Hal ini disebabkan oleh 75

22 keterbatasan data yang diperoleh. Namun telah diambil kesimpulan bahwa perusahaan sudah memasuki tahap keempat, di mana perusahaan sudah mulai menuju ke arah matang (mature). IV.3 Analisis Peluang atau Risiko Investasi pada PT Tunas Baru Lampung Tbk Business cycle stage yang dialami oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk tidak menunjukkan tahap yang lazim. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan net sales dan dividend per share yang tidak melewati tahap ketiga, perusahaan hanya melewati tahap pertama, kedua dan keempat.. Tahap ketiga merupakan tahap yang penting dari siklus bisnis sebuah perusahaan. Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk meningkatkan market share perusahaan dengan cara inovasi produk atau dengan strategi lainnya dan berusaha menjaga kestabilan pertumbuhan perusahaan agar tidak turun. Namun agar dapat melakukan analisis risiko atau peluang pada PT Tunas Baru Lampung Tbk secara menyeluruh, penulis mencoba mengidentifikasi perkembangan keadaan net sales, net cash flow, earnings per share dan dividend per share selama kuartal 1 tahun 2000 sampai dengan kuartal 2 tahun Penulis juga menggunakan analisis debt to equity ratio (DER), total asset turnover (TATO) dan return on assets (ROA). Analisis debt to equity ratio (DER) digunakan untuk menganalisis sejauh mana perusahaan dapat memperoleh pinjaman dan dapat membandingkannya dengan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan total asset turnover (TATO) digunakan untuk menganalisis sejauh mana asset yang dimiliki oleh perusahaan dapat secara efektif mendukung penjualan yang terjadi pada perusahaan dan analisis return on assets (ROA) digunakan untuk menganalisis tingkat profitabilitas yang dialami perusahaan. 76

23 IV.3.1 Net Sales pada PT Tunas Baru Lampung Tbk Data net sales yang dipakai oleh penulis diperoleh melalui laporan keuangan (income statement) pada periode kuartal 1 tahun 2000 sampai dengan kuartal 2 tahun Dalam penelitian ini, penulis melakukan identifikasi net sales secara keseluruhan guna mengetahui perkembangan yang dialami oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk. Pada tahun 2000 perusahaan memperoleh rata-rata penjualan bersih (net sales) sebesar Rp 403,528,530, Pada tahun 2000, perusahaan memperoleh penjualan bersih (net sales) dengan trend yang beragam pada setiap kuartalnya, namun untuk kuartal 4 tahun 2000 tingkat penjualan bersih (net sales) mengalami kenaikan persentase pertumbuhan yang paling kecil bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal 1 tahun 2000, penulis tidak menghitung tingkat persentase pertumbuhan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena kuartal 1 merupakan kuartal pembanding untuk tingkat pertumbuhan pada kuartal berikutnya. Hal serupa terjadi pula pada tahun berikutnya. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun Tabel 4.11 Net Sales 2000 (Quarterly) n Kuartal Net Sales Growth (%) Net Sales (Average) Q1 Rp 156,464,165, % Q2 Rp 320,517,045, % Rp 403,528,530, Q3 Rp 470,457,365, % Q4 Rp 666,675,546, % Kuartal 2 tahun 2000 merupakan tingkat pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang paling tinggi selama tahun Tingkat pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 2 tahun 2000 menunjukkan peningkatan pertumbuhan sebesar % dari kuartal 1 tahun Pada kuartal 3 tahun 2000, persentase pertumbuhan net sales tidak mengalami pertumbuhan sebesar kuartal 2 tahun 2000, jumlah persentase 77

24 pertumbuhan penjualan bersih (net sales) hanya mencapai %. Sedangkan pada kuartal 4 tahun 2000, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang diperoleh perusahaan tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Persentase pertumbuhan lebih kecil dan menunjukkan angka sebesar %. Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2001 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2001 perusahaan hanya mencapai tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) sebesar Rp 373,829,104, Pada kuartal 1 tahun 2001, tingkat penjualan bersih (net sales) perusahaan tidak sebesar kuartal 1 tahun Tingkat penjualan bersih perusahaan hanya mencapai angka sebesar Rp 133,425,529, Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun Tabel 4.12 Net Sales 2001 (Quarterly) n Kuartal Net Sales Growth (%) Net Sales (Average) Q1 Rp 133,425,529, % Q2 Rp 301,059,744, % Rp 373,829,104, Q3 Rp 445,833,440, % Q4 Rp 614,997,703, % Tingkat penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2001 tidak sebesar tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 2 tahun 2000, di mana pada kuartal 2 tahun 2001 perusahaan memiliki tingkat penjualan bersih (net sales) sebesar Rp 301,059,744, Jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2001, perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan sebesar %. Pada kuartal 2 tahun 2001, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi selama tahun Kondisi persentase pertumbuhan net sales perusahaan pada kuartal 3 tahun 2001 tetap menunjukkan peningkatan 78

25 pertumbuhan, namun persentase pertumbuhan yang terjadi tidak sebesar peningkatan pada kuartal 2 tahun Peningkatan persentase pertumbuhan net sales pada kuartal 3 tahun 2001 terjadi sebesar %. Pada kuartal 4 tahun 2001, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang dialami perusahaan tetap mengalami peningkatan, namun peningkatan yang terjadi yang tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada kuartal 3 tahun Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2000 maka tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2001 mengalami penurunan pertumbuhan sebanyak 7.36 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun Tabel 4.13 Growth 2001 Year Net Sales ( Average ) Growth ( % ) 2000 Rp 403,528,530, % 2001 Rp 373,829,104, Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2002 menunjukkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan tahun Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2001 menunjukkan angka sebesar Rp 388,744,402, Pada kuartal 1 tahun 2002, tingkat penjualan bersih (net sales) yang dicapai melebihi tingkat penjualan (net sales) yang terjadi pada kuartal 1 tahun Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun Tabel 4.14 Net Sales 2002 (Quarterly) n Kuartal Net Sales Growth (%) Net Sales (Average) Q1 Rp 146,086,955, % Q2 Rp 297,442,733, % Rp 388,744,402, Q3 Rp 484,799,248, % Q4 Rp 626,648,673, % 79

26 Pada kuartal 2 tahun 2002, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang dialami perusahaan menunjukkan peningkatan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun Akan tetapi bila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2002 kondisi persentase pertumbuhan net sales mengalami kondisi yang meningkat. Tingkat pertumbuhan pada kuartal 2 tahun 2002 menunjukkan peningkatan pertumbuhan sebesar %. Pada kuartal 3 tahun 2002, kondisi persentase pertumbuhan net sales perusahaan mengalami peningkatan, namun peningkatan yang dialami perusahaan tidak sebesar peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 2 tahun Sedangkan pada kuartal 4 tahun 2002, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang dialami oleh perusahaan menunjukkan peningkatan yang tidak sebesar kuartal 3 tahun Peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 4 tahun 2002 mengalami gejala yang sama seperti kuartal 4 tahun 2001, yang berbeda hanya tingkat persentase yang terjadi. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2001 maka tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2002 mengalami peningkatan pertumbuhann sebanyak 3.99 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun Tabel 4.15 Growth 2002 Year Net Sales ( Average ) Growth ( % ) 2001 Rp373,829,104, % 2002 Rp388,744,402, Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2003 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan tahun Pada tahun 2003, tingkat ratarata penjualan bersih (average net sales) mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan tahun Tingkat rata-rata pernjualan bersih (average net sales) 80

27 menunjukkan angka sebesar Rp 421,476,935, Pada kuartal 1 tahun 2003, perusahaan memiliki net sales yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2002, tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 tahun 2003 menunjukkan angka sebesar Rp 167,015,988, Sedangkan tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2003 tidak mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun Akan tetapi jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2003, kondisi persentase pertumbuhan net sales perusahaan mengalami peningkatan. Pada kuartal 2 tahun 2003 perusahaan hanya mampu meningkatkan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) sebesar %. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun Tabel 4.16 Net Sales 2003 (Quarterly) n Kuartal Net Sales Growth (%) Net Sales (Average) Q1 Rp 167,015,988, % Q2 Rp 313,151,872, % Rp 421,476,935, Q3 Rp 490,163,440, % Q4 Rp 715,576,441, % Tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 3 tahun 2003 mengalami peningkatan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2003 dan kuartal 3 tahun Peningkatan persentase pertumbuhan yang terjadi hanya sebesar %, sedangkan peningkatan persentase pertumbuhan yang terjadi pada kuartal 4 tahun 2003 merupakan kondisi yang pertama kali terjadi selama periode , di mana perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang paling besar. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2002 maka tingkat ratarata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2003 mengalami 81

28 peningkatan persentase pertumbuhan sebanyak 8.42 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun Tabel 4.17 Growth 2003 Year Net Sales ( Average ) Growth ( % ) 2002 Rp 388,744,402, % 2003 Rp 421,476,935, Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2004 mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan pada tahun Pada tahun ini, tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) menunjukkan angka sebesar Rp 724,834,461, Tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 tahun 2004 menunjukkan peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada kuartal 1 tahun Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun Tabel 4.18 Net Sales 2004 (Quarterly) n Kuartal Net Sales Growth (%) Net Sales (Average) Q1 Rp323,541,049, % Q2 Rp562,603,723, % Rp 724,834,461, Q3 Rp822,183,161, % Q4 Rp1,191,009,913, % Pada kuartal 2 tahun 2004 perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2003, namun bila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2004, perusahaan masih menunjukkan trend persentase pertumbuhan yang meningkat. Jika dilakukan analisis net sales atas kuartal 2 tahun 2004 dan kuartal 2 tahun 2003, penurunan persentase pertumbuhan disebabkan oleh kondisi net sales pada kuartal 1 tahun 2004 menunjukkan angka yang cukup tinggi. 82

29 Oleh sebab itu dalam perhitungan pertumbuhan (growth), kuartal 1 berperan sebagai faktor pembanding. Dalam perhitungan pertumbuhan (growth), penulis mencoba mencari selisih penjualan bersih (net sales) antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Setelah diperoleh jumlah selisih penjualan bersih (net sales), maka jumlah tersebut dibagi dengan jumlah penjualan bersih (net sales) pada kuartal sebelumnya. Oleh sebab itu, meskipun rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2004 mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan tahun 2003, namun dalam pertumbuhan setiap kuartalnya peningkatan persentase yang terjadi tidak sebesar kondisi yang terjadi pada tahun Tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 menjadi faktor penentu dalam menentukan tingkat pertumbuhan (growth). Pada kuartal 3 tahun 2004, perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan net sales yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2004 dan kuartal 3 tahun Sedangkan pada kuartal 4 tahun 2004, perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2004, di mana peningkatan persentase pertumbuhan ini juga tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada kuartal 4 tahun Setelah membandingkan tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) antara tahun 2003 dan 2004, maka tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2004 mengalami peningkatan pertumbuhan sebanyak % dibandingkan dengan tahun Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun Tabel 4.19 Growth 2004 Year Net Sales ( Average ) Growth ( % ) 2003 Rp 421,476,935, % 2004 Rp 724,834,461,

30 Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2005 menunjukkan kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun Pada tahun ini, perusahaan memiliki tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) sebesar Rp 790,650,103, Pada kuartal 1 tahun 2005, perusahaan memiliki penjualan bersih (net sales) yang lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 tahun Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun Tabel 4.20 Net Sales 2005 (Quarterly) n Kuartal Net Sales Growth (%) Net Sales (Average) Q1 Rp 373,648,926, % Q2 Rp 659,916,462, % Rp 790,650,103, Q3 Rp 908,399,367, % Q4 Rp 1,220,635,658, % Pada kuartal 2 tahun 2005, perusahaan memiliki peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun Pada kuartal ini, perusahaan memiliki pertumbuhan sebesar %. Pada kuartal 3 tahun 2005 perusahaan memperoleh peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2005 dan kuartal 3 tahun Sedangkan tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 4 tahun 2005 juga mengalami hal yang sama seperti kuartal 3 tahun 2005, di mana perusahaan menunjukkan peningkatan persentase pertumbuhan net sales yang lebih kecil bila dibandingkan dengan sebelumnya. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2004, maka tingkat ratarata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2005 mengalami peningkatan pertumbuhan sebanyak 9.08 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun

31 Tabel 4.21 Growth 2005 Year Net Sales ( Average ) Growth ( % ) 2004 Rp 724,834,461, % 2005 Rp 790,650,103, Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2006 mengalami penurunan, tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2006 menunjukkan angka sebesar Rp 724,538,838, Pada kuartal 1 tahun 2006, penjualan bersih (net sales) yang dialami perusahaan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun Tabel 4.22 Net Sales 2006 (Quarterly) n Kuartal Net Sales Growth (%) Net Sales (Average) Q1 Rp 318,737,217, % Q2 Rp 531,529,828, % Rp 724,538,838, Q3 Rp 853,889,436, % Q4 Rp 1,193,998,873, % Tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 2 tahun 2006 menunjukkan kenaikan apabila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2006, namun persentase pertumbuhan yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2006 memiliki perbandingan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada kuartal 2 tahun Persentase pertumbuhan net sales pada kuartal 2 tahun 2006 menunjukkan jumlah sebesar %, sedangkan pada kuartal 2 tahun 2005 persenatse pertumbuhan net sales perusahaan menunjukkan angka sebesar %. Kondisi persentase pertumbuhan net sales pada kuartal 3 tahun 2006 menunjukkan angka sebesar %, bila dibandingkan dengan pertumbuhan net sales 85

32 pada kuartal 2 tahun 2006, kondisi pertumbuhan yang dialami perusahaan pada kuartal 3 tahun 2006 menunjukkan trend penurunan. Sedangkan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 4 tahun 2006 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2006, namun bila dibandingkan dengan kuartal 4 tahun 2005 persentase pertumbuhan net sales yang dialami oleh perusahaan mengalami trend yang meningkat. Setelah membandingkan tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada setiap kuartal dalam tahun 2006 dan tahun 2005, perusahaan mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 8.36 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun Tabel 4.23 Growth 2006 Year Net Sales ( Average ) Growth ( % ) 2005 Rp 790,650,103, % 2006 Rp 724,538,838, Tingkat penjualan bersih yang terjadi pada tahun 2007 berbeda dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini, perusahaan memiliki tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) sebesar Rp 1,082,731,647, Penjualan bersih (net sales) yang terjadi dalam setiap kuartal tahun 2007 memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada setiap kuartal dalam tahun Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun Tabel 4.24 Net Sales 2007 (Quarterly) n Kuartal Net Sales Growth (%) Net Sales (Average) Q1 Rp 345,771,322, % Q2 Rp 827,191,097, % Rp 1,082,731,647, Q3 Rp 1,313,757,187, % Q4 Rp 1,844,206,985, % 86

33 Tingkat penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 1 tahun 2007 mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 1 tahun Persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2007 mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan persentase pertumbuhan yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2006 dan kuartal 1 tahun Persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2007 menunjukkan angka sebesar %. Sedangkan pada kuartal 3 tahun 2007, perusahaan memiliki persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) sebesar %, jika dibandingkan dengan peningkatan persentase pertumbuhan yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2007, perusahaan mengalami penurunan persentase pertumbuhan. Pada kuartal 4 tahun 2007, perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang lebih kecil daripada kuartal 3 tahun Persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) perusahaan hanya mencapai %, namun jika dibandingkan dengan kuartal 4 tahun 2006, perusahaan memiliki persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang lebih besar. Setelah membandingkan tingkat penjualan bersih (net sales) dan rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada setiap kuartal dalam tahun 2007 dan tahun 2006, perusahaan mengalami penurunan pertumbuhan (growth) sebesar %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun Tabel 4.25 Growth 2007 Year Net Sales ( Average ) Growth ( % ) 2006 Rp724,538,838, % 2007 Rp1,082,731,647,

34 Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2008, mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan tahun Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2008 (data hanya sampai kuartal 2) mencapai jumlah sebesar Rp 1,757,807,666, Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun Tabel 4.26 Net Sales 2008 (Quarterly) n Kuartal Net Sales Growth (%) Net Sales (Average) Q1 Rp1,017,171,520, % Q2 Rp2,498,443,812, % Rp1,757,807,666, Tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 tahun 2008 menunjukkan jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 1 tahun Pada kuartal 2 tahun 2008, perusahaan mengalami peningkatan penjualan bersih (net sales) yang lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2008, di mana perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) sebesar %. Persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2008 juga lebih besar daripada persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2007 maka tingkat penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada tahun 2008 (data hanya sampai kuartal 2) mengalami peningkatan sebanyak %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun Tabel 4.27 Growth 2008 Year Net Sales ( Average ) Growth ( % ) 2007 Rp1,082,731,647, % 2008 Rp1,757,807,666,

35 Net Sales Millions Rp2,000,000 Rp1,800,000 Rp1,600,000 Rp1,400,000 Rp1,200,000 Rp1,000,000 Rp800,000 Rp600,000 Rp400,000 Rp200,000 Rp0 Net Sales A Gambar 4.6 Net Sales (Year) Setelah dilakukan analisis secara mendalam, maka penulis menyimpulkan bahwa kondisi rata-rata penjualan bersih (average net sales) secara keseluruhan terus menunjukkan trend yang meningkat, namun hasil analisis net sales ini harus dibandingkan dengan tingkat profit yang diperoleh perusahaan. Dalam menentukan profitabilitas yang dialami perusahaan, penulis mencoba menggunakan analisis ratio return on assets. Berikut adalah hasil perhitungan return on assets (ROA) perusahaan Tabel 4.28 Return On Assets Year ROA % % % % % % % % % Pada tabel di atas terlihat bahwa perusahaan memiliki trend ROA yang meningkat dalam jangka waktu 3 tahun terakhir. Hal ini membuktikan bahwa 89

36 perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan profit selama 3 tahun berturutturut. Oleh sebab itu, meskipun penjualan bersih (net sales) yang dialami oleh perusahaan mengalami pasang surut dalam setiap kuartalnya, namun PT Tunas Baru Lampung Tbk memiliki prospek yang cerah untuk terus menghasilkan laba. IV.3.2 Arus Kas Bersih (Net Cash Flow) pada PT Tunas Baru Lampung Tbk Penulis memperoleh data arus kas bersih (net cash flow) dari laporan arus kas (statement of cash flow) selama kuartal 1 tahun 2000 sampai dengan kuartal 2 tahun Dari laporan arus kas (statement of cash flow) yang diperoleh, penulis juga melihat arus kas yang terjadi pada masing-masing aktivitas, maka dalam menidentifikasikan perkembangan net cash flow perusahaan penulis mencoba membandingkan pengeluaran atau penerimaan kas pada masing-masing aktivitas. Arus kas bersih (net cash flow) yang dialami oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk menunjukkan trend yang beragam. Oleh sebab itu, penulis ingin menidentifikasikan nilai arus kas bersih (net cash flow) secara lebih mendalam. Berikut adalah tampilan gambar net cash flow pada hingga tahun Net Cash Flow Millions Rp300, Rp250, Rp200, Rupiah Rp150, Rp100, Net Cash Flow Rp50, Rp0.00 Rp50, Rp100, Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q2 Periode Gambar 4.7 Net Cash Flow 90

37 Keadaan net cash flow pada tahun 2000 menunjukkan angka yang positif. pada kuartal 1 tahun 2000, penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) merupakan penerimaan kas yang terendah selama tahun tersebut. Net cash flow yang positif disebabkan oleh adanya penerbitan harga saham baru dan peningkatan agio saham. Oleh sebab itu, aktivitas investasi (investing) yang terjadi pada kuartal tersebut bisa ditutupi dengan penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing). Pada kuartal 2 tahun 2000, net cash flow perusahaan masih menunjukkan angka yang positif, di mana penerimaan dari aktivitas operasi (operating) mulai menunjukkan peningkatan, peningkatan arus kas juga dapat pula dilihat pada aktivitas investasi (investing) dan pendanaan (financing). Oleh sebab itu, keadaan net cash flow perusahaan pada tahap ini lebih kecil dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penambakan kas yang diterima seiring pula dengan pengeluaran kas yang dilakukan. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun Net Cash from Operating Activities Tabel 4.29 Net Cash Flow 2000 (dalam ribuan) Net Cash from Investing Activities Net Cash from Financing Activities No Net Cash Flow 2000 Q1 Rp 8,084, (Rp 133,270,929.00) Rp 147,385, Rp 22,198, Q2 Rp 25,102, (Rp 229,700,697.00) Rp 220,776, Rp 16,178, Q3 Rp 45,739, (Rp 237,521,821.00) Rp 206,733, Rp 14,951, Q4 Rp 54,012, (Rp 141,422,201.00) Rp 168,539, Rp 81,129, Pada kuartal 3 tahun 2000, keadaan net cash flow perusahaan kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Penerimaan kas pada masing-masing aktivitas digunakan untuk menutupi pengeluaran. Hal ini menyebabkan net cash flow yang terjadi pada perusahaan lebih kecil daripada kuartal 2 tahun Pada kuartal ini terdapat penambahan perolehan aktiva tetap sebesar Rp 112,060,575, Sedangkan kondisi 91

38 net cash flow pada kuartal 4 tahun 2000 menunjukkan angka yang lebih besar daripada periode sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan aktivitas investasi (investing) yang dilakukan oleh perusahaan, aktivitas pendanaan perusahaan (financing) juga menunjukkan penurunan pada kuartal ini. Pada kuartal 4 tahun 2000 perusahaan mengalami penurunan perolehan aktiva tetap dan hutang bank jangka panjang yang diperoleh. Pada kuartal pertama tahun 2001, net cash flow perusahaan menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan oleh penerimaan dari aktivitas operasi (operating) tidak sebesar periode sebelumnya. Selain itu aktivitas pendanaan (financing) tidak memperoleh tambahan modal yang disetor atau penambahan penawaran umum saham atau agio yang lebih besar dari aktivitas investasi (investing). Pada kuartal pertama tahun 2001 perusahaan hanya melakukan investasi atas aktiva tetap sebesar Rp 44,018,824, Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun Net Cash from Operating Activities Tabel 4.30 Net Cash Flow 2001 (dalam ribuan) Net Cash from Investing Activities Net Cash from Financing Activities No Net Cash Flow 2001 Q1 Rp 4,967, (Rp 44,938,824.00) Rp 5,083, (Rp 34,888,072.00) 2001 Q2 Rp 33,774, (Rp 76,552,421.00) Rp 7,070, (Rp 35,707,531.00) 2001 Q3 Rp 71,678, (Rp 116,389,196.00) Rp 3,870, (Rp 40,839,724.00) 2001 Q4 Rp 84,930, (Rp 126,515,183.00) (Rp 24,972,720.00) (Rp 66,557,838.00) Pada kuartal 2 tahun 2001 net cash flow perusahaan juga menunjukkan angka yang negatif, namun pada kuartal 2 tahun 2001 perusahaan sudah menunjukkan peningkatan penerimaan kas yang lebih besar dari aktivitas operasi (operating). Apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya penerimaan kas dari operating sudah menunjukkan trend yang meningkat ke arah postif. Meskipun aktivitas pendanaan 92

39 (financing) menunjukkan kondisi yang sama seperti kuartal sebelumnya, namun dalam hal pendanaan jangka panjang yang diperoleh dari bank, perusahaan memperoleh tambahan yang lebih besar dari kuartal 1 tahun 2000, pendanaan jangka panjang yang diperoleh sebesar Rp 20,189,086, Pada kuartal 3 tahun 2001 terjadi peningkatan pada sisi operating dan investing perusahaan. Pada kuartal ini terjadi penambahan aktiva tetap yang lebih besar dari kuartal sebelumnya, namun penambahan aktiva tetap tidak diiringi oleh tambahan dana yang diperoleh dari aktivtas pendanaan. Hal ini disebabkan karena pada periode tersebut perusahaan melakukan pembayaran hutang yang cukup tinggi daripada kuartal 2 tahun Sedangkan pada kuartal 4 tahun 2001 net cash flow perusahaan masih menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan oleh masalah yang sama seperti kuartal 3 tahun 2001, aktivitas operasi (operating) dan investasi (investing) tidak ditutupi dengan penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan (financing), penerimaan dana dari tambahan modal atau penambahan penawaran umum saham tidak diperoleh pada kuartal tersebut. Keadaan net cash flow pada tahun 2002 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan net cash flow yang terjadi pada tahun Net cash flow yang ada pada tahun 2002 masih menunjukkan angka yang negatif, namun aktivitas operasi (operating) menunjukkan trend yang berbeda daripada tahun Keadaan net cash flow pada kuartal 1 tahun 2002 menunjukkan angka yang negatif, bila dilihat dari aktivitas operasi (operating) jumlah penerimaan kas perusahaan menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan oleh pembayaran kas kepada pemasok melebihi jumlah penerimaan kas yang diterima selama periode tersebut. Namun pada kuartal 1 tahun 2002 jumlah penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) sudah mulai meningkat dari tahun sebelumnya. 93

40 Pinjaman jangka panjang yang diperoleh dari bank menghasilkan tambahan kas sebesar Rp 57,556,553, Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun Net Cash from Operating Activities Tabel 4.31 Net Cash Flow 2002 (dalam ribuan) Net Cash from Investing Activities Net Cash from Financing Activities No Net Cash Flow 2002 Q1 (Rp 47,929,835.00) (Rp 17,700,183.00) Rp 57,556, (Rp 8,073,465.00) 2002 Q2 (Rp 18,569,190.00) (Rp 45,688,740.00) Rp 57,983, (Rp 6,274,209.00) 2002 Q3 (Rp 18,177,635.00) (Rp 57,414,730.00) Rp 54,029, (Rp 21,562,728.00) 2002 Q4 (Rp 3,367,699.00) (Rp 65,229,806.00) Rp 45,841, (Rp 22,756,056.00) Pada kuartal 2 tahun 2002, keadaan net cash flow masih menunjukkan angka yang negatif. Akan tetapi, yang membedakan dari kuartal 1 tahun 2002 adalah jumlah kas yang dibayarkan kepada pemasok menurun daripada kuartal 1 tahun Pinjaman bank jangka panjang yang diperoleh dari aktivitas pendanaan (financing) digunakan perusahaan untuk melakukan penambahan atas aktiva tetap yang ada pada perusahaan. Penambahan aktiva tetap pada kuartal 2 tahun 2002 menunjukkan angka Rp 45,688,740, Sedangkan kondisi net cash flow pada kuartal 3 tahun 2002 masih menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan aktiva tetap yang tidak bisa ditutupi oleh penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dan pinjaman bank jangka panjang yang diperoleh dari aktivitas pendanaan (financing). Pada kuartal 4 tahun 2002 penerimaan kas operasi dari aktivitas operasi (operating) sudah menunjukkan trend yang meningkat, di mana jumlah penerimaan kas dari pelanggan lebih besar apabila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun Selain itu pada kuartal 4 tahun 2002 terjadi pelunasan hutang bank jangka panjang sebesar Rp 36,654,000,

41 Keadaan net cash flow tahun 2003 masih menunjukkan angka yang negatif apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka angka negatif yang terdapat pada net cash flow perusahaan sudah menunjukkan peningkatan ke nilai yang positif. Pada kuartal 1 tahun 2003 pengeluaran kas dari aktivitas investasi (investing) tidak bisa ditutupi dengan pendapatan kas dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas pendanaan (financing). Pada kuartal tersebut aktivitas pendanaan (financing) mengalami nilai yang negatif. Adanya pembayaran hutang jangka panjang menjadi penyebab penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) menjadi negatif. Hal ini juga pernah terjadi pada kuartal 2 tahun Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun Net Cash from Operating Activities Tabel 4.32 Net Cash Flow 2003 (dalam ribuan) Net Cash from Investing Activities Net Cash from Financing Activities No Net Cash Flow 2003 Q1 Rp 3,693, (Rp 12,679,591.00) (Rp1,616,871.00) (Rp 10,603,139.00) 2003 Q2 (Rp 20,914,568.00) (Rp 30,262,667.00) Rp 43,539, (Rp 7,638,102.00) 2003 Q3 Rp 6,936, (Rp 46,642,883.00) Rp 37,142, (Rp 2,564,329.00) 2003 Q4 Rp 11,250, (Rp 48,032,141.00) Rp 36,381, (Rp 400,602.00) Keadaan net cash flow pada kuartal 2 tahun 2003 kurang lebih hampir sama dengan keadaan net cash flow yang terjadi pada tahun Penerimaan kas yang berasal dari aktivitas operasi (operating) menunjukkan angka yang negatif. Adanya pembayaran beban bunga dan pajak menjadikan kas yang diperoleh dari operasi menjadi negatif, namun pinjaman bank yang diperoleh pada kuartal ini lebih meningkat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal ini terdapat pinjaman hutang bank jangka panjang sebesar Rp 60,054,991,

42 Pada kuartal 3 tahun 2003, keadaan net cash flow perusahaan sudah menunjukkan trend ke arah nilai yang positif, yaitu Rp 2,564,329, Hal ini disebabkan aktivitas investasi (investing) tidak mampu ditutupi oleh penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas pendanaan (financing). Pembelian aktiva tetap yang terjadi pada tahun tersebut lebih besar dibandingkan dengan kuartal sebelumnya pada tahun yang sama. Akan tetapi penerimaan tambahan pinjaman hutang bank jangka panjang terjadi penurunan bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal 3 tahun 2003 terjadi pelunasan hutang bank yang jatuh tempo apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya pelunasan hutang bank yang jatuh tempo mengalami sedikit peningkatan. Keadaan net cash flow pada kuartal 4 tahun 2003 masih menunjukkan angka yang negatif, namun dalam hal penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating). Arus kas yang diperoleh menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2003, sedangkan penerimaan kas yang diperoleh dari pemasok pada kuartal 4 tahun 2003 cukup untuk menutupi pembayaran beban bunga dan pajak pada kuartal tersebut. Pembelian aktiva tetap menjadi penyebab nilai net cash flow menjadi negatif. Meskipun adanya penerimaan hutang bank jangka panjang pada periode tersebut, namun penambahan aktiva tetap menjadikan keadaan net cash flow perusahaan menjadi negatif. Arus kas bersih (net cash flow) pada tahun 2004 sudah mengalami peningkatan ke arah yang positif, hanya pada kuartal 1 tahun 2004 net cash flow perusahaan menunjukkan angka penerimaan yang negatif. Hal tersebut dikarenakan penambahan aktiva tetap perusahaan tidak bisa ditutupi dengan penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas investasi (investing). Pinjaman hutang bank jangka panjang 96

43 yang dilakukan pada kuartal 1 tahun 2004 merupakan pinjaman hutang bank jangka panjang yang terendah selama tahun tersebut. Sedangkan kondisi net cash flow pada kuartal 2 tahun 2004 sudah menunjukkan angka positif, namun hal ini tidak diiringi dengan peningkatan pada penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating). Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan karena pada saat periode tersebut, pembayaran kas kepada pemasok melebihi penerimaan kas dari pelanggan. Keadaan net cash flow yang positif pada kuartal tersebut didukung oleh penerimaan hutang obligasi yang ada pada periode tersebut, hutang obligasi yang diperoleh sebesar Rp 289,500,000, Selain dari penambahan hutang obligasi, aktivitas pendanaan (financing) juga diisi dengan penambahan hutang bank jangka panjang dan jangka pendek. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun Net Cash from Operating Activities Tabel 4.33 Net Cash Flow 2004 (dalam ribuan) Net Cash from Investing Activities Net Cash from Financing Activities No Net Cash Flow 2004 Q1 Rp 15,909, (Rp 23,423,473.00) Rp 2,471, (Rp 5,042,519.00) 2004 Q2 Rp 85,899, (Rp 39,995,470.00) Rp 162,723, Rp 122,727, Q3 (Rp 71,205,840.00) (Rp 80,724,671.00) Rp 192,332, Rp 40,402, Q4 Rp 147,077, (Rp 206,182,258.00) Rp 62,374, Rp 3,269, Pada kuartal 3 tahun 2004 keadaan net cash flow perusahaan menunjukkan angka yang positif, kegiatan penerimaan atau pengeluaran kas dari aktivitas operasi (operating), investasi (investing), pendanaan (financing) kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal 2 tahun Pembayaran kas kepada pemasok melebihi penerimaan kas yang diterima dari pelanggan, sehingga mengakibatkan penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) menunjukkan angka yang negatif. Penambahan aktiva tetap dan penerimaan 97

44 kas dari aktivitas pendanaan (financing) juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan kuartal 2 tahun Adanya penambahan hutang bank jangka panjang mengakibatkan penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) menunjukkan angka yang positif. Keadaan net cash flow kuartal 4 tahun 2004 menunjukkan angka yang positif, namun jika dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2004 kondisi net cash flow lebih cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh penambahan aktiva tetap sebesar dua kali lebih banyak jika dibandingkan dengan kuartal 3 tahun Pada kuartal 4 tahun 2004 perusahaan juga melakukan pembayaran atas hutang bank jangka pendek sebesar Rp 203,325,237, dan pembayaran hutang bank jangka pendek sebesar Rp 15,903,111, Aktivitas pendanaan (financing) juga memperoleh tambahan dana dari penambahan hutang obilgasi sebesar Rp 300,000,000, Namun dalam hal penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) perusahaan memperoleh tambahan dana yang lebih besar daripada kuartal sebelumnya. Keadaan net cash flow pada tahun 2005 menunjukkan angka yang positif, penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) yang diperoleh pada tahun tersebut merupakan penerimaan kas yang terbesar selama periode Aktivitas investasi (investing) yang terjadi pada tahun 2005 menunjukkan angka yang yang lebih besar bila dibandingkan dengan tahun Sedangkan pada kuartal 1 tahun 2005 penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) menjadi sumber perolehan dana untuk membiayai pengeluaran kas pada aktivitas operasi (operating) dan aktivitas pendanaan (financing). Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) merupakan penerimaan kas yang menunjukkan angka negatif pada tahun Pada kuartal ini terdapat 98

45 penambahan hutang bank jangka panjang sebesar Rp 110,836,512, Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun Net Cash from Operating Activities Tabel 4.34 Net Cash Flow 2005 (dalam ribuan) Net Cash from Investing Activities Net Cash from Financing Activities No Net Cash Flow 2005 Q1 (Rp17,234,137.00) (Rp 50,157,032.00) Rp 76,064, Rp 8,673, Q2 Rp 115,223, (Rp 89,064,524.00) (Rp 8,333,951.00) Rp 17,824, Q3 Rp 212,742, (Rp 109,169,545.00) (Rp 99,151,093.00) Rp 4,422, Q4 Rp 219,863, (Rp 192,032,954.00) (Rp 24,038,177.00) Rp 3,792, Pada kuartal 2 tahun 2005, keadaan net cash flow perusahaan menunjukkan angka yang positif, dimana penerimaan kas pelanggan melebihi jumlah pembayaran kepada pemasok. Pada kuartal tersebut kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating) digunakan untuk menutupi pengeluaran kas yang berasal dari aktivitas investasi (investing). Penambahan aktiva tetap yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2005 menunjukkan jumlah sebesar sebesar Rp 69,485,032, Aktivitas pendanaan (financing) pada kuartal tersebut menunjukkan angka yang negatif. Hal tersebut terjadi karena penambahan hutang bank jangka panjang yang diperoleh perusahaan tidak mampu menutupi pembayaran hutang bank yang jatuh tempo dan pembayaran atas beban yang ditangguhkan. Sedangkan kondisi net cash flow pada kuartal 3 tahun 2005 masih menunjukkan angka yang positif, kegiatan penerimaan atau pengeluaran kas dari masing-masing aktivitas menunjukkan angka yang tidak jauh berbeda dengan kuartal 2 tahun Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) menjadi sumber dana yang digunakan untuk menutupi pengeluaran pada aktivitas investasi (investing) dan aktivitas pendanaan (financing). Pembayaran hutang bank 99

46 jangka panjang, pembayaran hutang bank jatuh tempo dan pembayaran beban yang ditangguhkan diperoleh dari dana yang diterima dari aktivitas operasi (operating). Pada kuartal 4 tahun 2005 keadaan net cash flow menunjukkan angka yang positif, keadaan penerimaan atau pengeluaran kas dari aktivitas operasi (operating), investasi (investing), dan pendanaan (financing) tidak jauh berbeda dengan 3 tahun 2005, namun penambahan aktiva tetap lebih meningkat dibandingkan dengan kuartal 3 tahun Penambahan tersebut mengakibatkan arus kas bersih (net cash flow) yang terjadi lebih turun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Arus kas bersih (net cash flow) yang terjadi pada tahun 2006 diawali dengan perolehan angka yang negatif. Pada kuartal 1 tahun 2006 perusahaan tidak melakukan penambahan pinjaman hutang bank, sebaliknya perusahaan melakukan pembayaran atas hutang yang sudah jatuh tempo. Meskipun penerimaan kas pada kuartal tersebut menunjukkan angka yang tinggi, namun penerimaan kas tersebut tidak mampu menutupi pengeluaran kas dari aktivitas investasi (investing) dan pendanaan (financing). Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun Net Cash from Operating Activities Tabel 4.35 Net Cash Flow 2006 (dalam ribuan) Net Cash from Investing Activities Net Cash from Financing Activities No Net Cash Flow 2006 Q1 Rp 182,311, (Rp 63,177,067.00) (Rp 119,986,784.00) (Rp 852,429.00) 2006 Q2 Rp 128,407, (Rp 126,041,179.00) Rp 1,164, Rp 3,530, Q3 Rp 280,461, (Rp 192,750,108.00) Rp 148,692, Rp 236,403, Q4 Rp 364,180, (Rp 436,203,300.00) Rp 203,114, Rp 131,092, Pada kuartal 2 tahun 2006 kegiatan pada masing-masing aktivitas kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal 1 tahun Namun pada kuartal ini net cash flow perusahaan sudah menunjukkan angka yang positif. Pembayaran hutang bank yang 100

47 sudah jatuh tempo sudah berkurang dibandingkan dengan kuartal 1 tahun Pada periode ini terdapat pinjaman hutang bank jangka pendek sebesar Rp 87,790,103, Penambahan aktiva tetap pada kuartal ini menunjukkan angka yang lebih besar daripada periode sebelumnya. Selain dari penambahan aktiva tetap, penerimaan kas yang diterima dari pelanggan juga menunjukkan angka yang meningkat jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun Keadaan net cash flow pada kuartal 3 tahun 2006 merupakan keadaan yang paling menunjukkan angka positif selama periode Hal ini disebabkan karena adanya penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dua kali lebih besar dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal ini, penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena adanya penerimaan dari penawaran umum terbatas. Arus kas bersih (net cash flow) pada kurtal 4 tahun 2006 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) menghasilkan angka yang tertinggi pada tahun tersebut. Penerimaan yang diperoleh dari pelanggan melebihi pembayaran yang seharusnya dilakukan. Penambahan aktiva tetap merupakan penambahan yang paling tinggi selama periode Aktivitas investasi (investing) yang dilakukan menunjukkan angka tertinggi selama periode Pada kuartal 4 tahun 2006 aktivitas pendanaan (financing) menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada kuartal 5 tahun Pada kuartal 1 tahun 2007 keadaan net cash flow menunjukkan angka yang positif, meskipun aktivitas pendanaan (financing) dan aktivitas investasi (investing) menunjukkan angka yang negatif. Pengeluaran kas yang terjadi pada aktivitas pendanaan (financing) disebabkan oleh pembayaran hutang bank yang sudah jatuh tempo dan 101

48 pembayaran beban bunga. Sedangkan kondisi net cash flow pada kuartal 2 tahun 2007 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya, di mana net cash flow masih menunjukkan angka yang positif. Selain itu, pengeluaran kas yang terjadi pada aktivitas investasi (investing) ditutupi dengan penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas pendanaan (financing). Penambahan aktiva tetap pada periode ini cenderung menurun bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) juga menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun Net Cash from Operating Activities Tabel 4.36 Net Cash Flow 2007 (dalam ribuan) Net Cash from Investing Activities Net Cash from Financing Activities No Net Cash Flow 2007 Q1 Rp 241,969, (Rp 70,866,745.00) (Rp 92,568,647.00) Rp 78,533, Q2 Rp 110,756, (Rp 59,755,419.00) Rp 22,975, Rp 73,977, Q3 Rp 465,509, (Rp 230,171,357.00) (Rp 122,018,177.00) Rp 113,319, Q4 (Rp 55,829,318.00) (Rp 81,879,456.00) Rp 205,970, Rp 68,261, Arus kas bersih (net cash flow) pada kuartal 3 tahun 2007 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal 2 tahu Penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating) merupakan penerimaan kas yang tertinggi selama tahun tersebut, pada kuartal tersebut terdapat pembayaran hutang obligasi yang jatuh tempo. Sedangkan pada aktivitas pendanaan (financing) terdapat penambahan hutang bank jangka panjang, penambahan tersebut digunakan perusahaan untuk melunasi hutang obligasi yang jatuh tempo. Keadaan net cash flow pada kuartal 4 tahun 2007 menunjukkan angka yang positif. Pada kuartal ini penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas 102

49 investasi (investing) menunjukkan angka yang negatif, namun hal ini bisa ditutupi dengan penerimaan dari kas yang berasal dari aktivitas pendanaan (financing). Adanya penerimaan hutang bank jangka panjang sebesar Rp 563,526,139, merupakan pinjaman hutang bank jangka panjang yang paling besar selama periode Pada tahun 2008 penulis hanya mampu menganalisis keadaan arus kas bersih (net cash flow) sampai pada kuartal 2. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data yang diperoleh selama proses riset berlangsung. Pada kuartal 1 tahun 2008, keadaan net cash flow perusahaan menunjukkan angka yang negatif. Hal ini terjadi juga pada tahun 2001,2002, 2003, kuartal 1 tahun 2004 dan kuartal 1 tahun Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun Net Cash from Operating Activities Tabel 4.37 Net Cash Flow 2008 (dalam ribuan) Net Cash from Investing Activities Net Cash from Financing Activities No Net Cash Flow 2008 Q1 Rp 97,690, (Rp 63,935,643.00) (Rp 57,023,531.00) (Rp 23,268,636.00) 2008 Q2 Rp 144,869, (Rp 121,632,130.00) (Rp 60,933,046.00) (Rp 37,695,472.00) Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) tidak mampu menutupi pengeluaran kas yang terjadi pada aktivitas investasi (investing) dan aktivitas pendanaan (financing). Adanya pembayaran hutang bank yang sudah jatuh tempo menjadi salah satu penyebab aktivitas pendanaan (financing) menunjukkan angka yang negatif. Sedangkan pada kuartal 2 tahun 2008, keadaan net cash flow perusahaan juga kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Berikut adalah grafik arus kas dari masing-masing aktivitas secara keseluruhan. 103

50 Millions Rp600, Rp500, Rp400, Rp300, Rupiah Net Cash from Activities Operating Activities Investing Activities Financing Activities Rp200, Rp100, Rp0.00 (Rp100,000.00) (Rp200,000.00) (Rp300,000.00) 2000 Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q1 (Rp400,000.00) (Rp500,000.00) Periode Gambar 4.8 Net Cash from Activities Agar dapat menganalisis peluang atau risiko pada PT Tunas Baru Lampung Tbk maka analisis terhadap net cash flow perusahaan harus dibandingkan dengan analisis debt to equity ratio (DER) dan total assets turnover (TATO). Tabel di bawah ini adalah hasil perhitungan debt to equity ratio (DER) pada PT Tunas Baru Lampung Tbk. Tabel 4.38 Debt to Equity Ratio (DER) Year Total Liabilities Total Stockholder's Equity DER 2000 Rp 488,559, Rp 408,101, Rp 497,860, Rp 401,665, Rp 541,524, Rp 479,665, Rp 648,645, Rp 502,209, Rp 840,285, Rp 510,587, Rp 938,257, Rp 511,960, Rp 1,183,409, Rp 864,441, Rp 1,518,219, Rp 934,959, Rp 1,698,277, Rp 1,177,115,

51 Tabel 4.39 Total Assets Turnover (TATO) Year Total Sales Total Assets TATO 2000 Rp 666,675, Rp 935,029, % 2001 Rp 614,997, Rp 936,636, % 2002 Rp 626,648, Rp 1,021,667, % 2003 Rp 715,576, Rp 1,151,280, % 2004 Rp 1,191,009, Rp 1,352,091, % 2005 Rp 1,220,635, Rp 1,451,438, % 2006 Rp 1,193,998, Rp 2,049,162, % 2007 Rp 1,844,206, Rp 2,457,120, % 2008 Rp 2,498,443, Rp 2,880,647, % Jika data kedua tabel di atas dijadikan grafik, maka akan memberikan hasil seperti gambar di bawah ini. Gambar 4.9 Perbandingan DER dan TATO Pada grafik perbandingan di atas dapat dilihat bahwa PT Tunas Baru Lampung Tbk. mengalami dua kondisi yang tidak lazim. Kondisi yang pertama terjadi pada tahun 2001, di mana nilai debt to equity ratio (DER) menunjukkan trend yang meningkat apabila dibandingkan dengan tahun Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan memperolehan tambahan dana untuk meningkatkan kegiatan investasi, sedangkan pada 105

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang membuka kesempatan yang besar bagi industri untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang membuka kesempatan yang besar bagi industri untuk turut BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi mendorong perubahan pada dunia industri. Keadaan dunia yang semakin berkembang membuka kesempatan yang besar bagi industri untuk turut mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi para pemiliknya. Untuk mencapai tujuannya perusahaan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi para pemiliknya. Untuk mencapai tujuannya perusahaan harus selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang bertujuan memberikan tambahan kesejahteraan bagi para pemiliknya. Untuk mencapai tujuannya perusahaan harus selalu tumbuh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis

Lebih terperinci

Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk.

Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk. Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk. BAB I Latar Belakang Dalam mempertimbangkan investasi, para investor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin meningkat, tidak hanya dalam satu sektor industri melainkan juga terjadi antara sektor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014. B. Teknik Pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya. bertujuan dalam jangka pendek tetapi bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya. bertujuan dalam jangka pendek tetapi bertujuan untuk memperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri adalah tersedianya dana. Sumber dana murah dapat diperoleh oleh suatu industri adalah dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan masyarakat yang kelebihan modal dengan perusahaan yang membutuhkan modal. Investor dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran pasar modal mempunyai pengaruh yang penting dalam menunjang perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), laba dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi untuk kemakmuran pemiliknya. Dikatakan makmur apabila pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. demi untuk kemakmuran pemiliknya. Dikatakan makmur apabila pemegang saham BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan memiliki tujuan yang bermacam-macam. Ada yang berpendapat bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Pendapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN masukan kedalam kriteria daftar indeks kompas 100. Analisis teknikal ini menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes, karena dengan memakai dua indikator ini akan memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana alternative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belakangan ini persaingan dalam dunia ekonomi semakin meningkat karena munculnya berbagai pelaku usaha dalam berbagai segmen industri dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan PT. Mustika Ratu Tbk. Salah satu cara yang diterima untuk meneliti keadaan keuangan adalah dengan cara memperoleh Laporan Keuangan seperti neraca,

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI PASAR MODAL INDONESIA

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI PASAR MODAL INDONESIA ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI PASAR MODAL INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Jenis penelitian pada tesis ini bukan merupakan penelitian dasar, namun merupakan penelitian terapan/aplikatif yaitu analisis fundamental dan teknikal saham

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan yang diumumkan secara periodik oleh pihak manajemen. Laporan keuangan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari:

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari: 1. Data laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan dalam suatu periode produksi perlu dilakukan evaluasi untuk melihat dan mengetahui pencapaian yang telah dilakukan perusahaan baik dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai valuasi harga saham PT. Bank Mandiri Tbk, dengan menggunakan metode discounted cash flow valuation.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pendapatan Nasional Per Kapita berinvestasi pada saham yang dapat memberikan penghasilan (return) yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pendapatan Nasional Per Kapita berinvestasi pada saham yang dapat memberikan penghasilan (return) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia semakin lama semakin berkembang. Hal ini sejalan dengan berkembangnya pendapatan per kapita, seperti yang dapat dilihat di Tabel 1.1 berikut

Lebih terperinci

merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan maupun dari

merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan maupun dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana. Suatu perusahaan dalam pemenuhan keburuhan dananya berasal dari dua sumber, yaitu sumber intern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri yang memberikan kontribusi cukup besar. Berdasarkan data pada

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri yang memberikan kontribusi cukup besar. Berdasarkan data pada BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi cukup besar. Berdasarkan data pada Tabel I.1 terlihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku. Hal ini diperlukan agar laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat melanda pada akhir tahun 2000, dimana banyak sekali perusahaan dari berbagai industri mengalami keterpurukan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat sekunder, yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi saham property dan real estate adalah salah satu pilihan investasi yang menarik. Industri property memiliki supply lahan yang terbatas sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba untuk menginvestasikan dana mereka ke pasar modal. Investasi merupakan suatu kegiatan penanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Saham Seorang investor perlu melakukan analisis terlebih dahulu terhadap sahamsaham yang akan dipilihnya guna memprediksi apakah saham tersebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Tabel 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROE 50,0174,3480,166018,0794598 DER 50,1536 2,6783,631622,5626124

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Analisis Perhitungan pada Variabel Independen 4.1.1. Analisis Price to Book Value (PBV) Price to Book Value berfokus pada nilai ekuitas perusahaan. Price to Book

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh Keputusan Investasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh Keputusan Investasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh Keputusan Investasi (CPA/BVA), Keputusan Pendanaan (DER), Kebijakan Dividen (DPR),

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Akuntansi adalah proses dari tiga aktivitas yaitu pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian transaksi ekonomi dari suatu organisasi (bisnis maupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada sampel penelitian yang digunakan yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN. o o

ANALISIS KEUANGAN. o o ANALISIS KEUANGAN Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisa prestasi operasi perusahaan. Analisis rasio keuangan juga dapat digunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian suatu negara tidak dapat terpisahkan dari dunia investasi yang dapat diukur dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal negara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah variabel TATO, CR, DER, NPM, ROE, PBV, SIZE, AKO berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap EPS. Hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat perusahaan membutuhkan tambahan modal yang besar untuk menunjang kinerja operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. B. Jenis Data Jenis data pada penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA...

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian Indonesia semakin maju. Seiring dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian Indonesia semakin maju. Seiring dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian Indonesia semakin maju. Seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang berkembang, sektor industri barang konsumsi khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sehubungan dengan investasi pada pasar modal, pemerintah Indonesia beranggapan bahwa pasar modal merupakan sarana yang dapat mendukung percepatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab 4 ini dilakukan pembahasan mengenai valuasi harga saham P.T TELKOM Tbk, dengan menggunakan metode discounted cash flow valuation. Dari beberapa macam metode discounted

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal. Pasar modal ( capital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kinerja Keuangan PT. Lippo Karawaci Tbk tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 Dalam Bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perekonomian banyak perusahaan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perekonomian banyak perusahaan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan perekonomian banyak perusahaan mengalami perkembangan yang cukup mengesankan, sama halnya dengan perusahaan pembiayaan. Tetapi tidak hanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari pengaruh profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI periode 2006 sampai dengan 2010, maka

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis pada penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Modal, Risiko Perusahaan dan Dividend Payout Ratio terhadap Nilai Perusahaan pada Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin kompleksnya kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomenafenomena. Teori-teori

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan

BAB IV PEMBAHASAN. dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penentuan Skenario Pilihan Model penilaian saham ada 3 macam yaitu free cashflow model, relative model dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan

Lebih terperinci

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu:

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu: merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun dari sejarah perusahaan. d. Laporan Arus Kas Arus Kas Aktual, yang berlawanan dengan laba bersih akuntansi, yang dihasilkan oleh perusahaan selama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Rasio Profitabilitas 2.1.1.1 Pengertian Rasio Profitabilitas Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sumber dana eksternal yang sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah yang besar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa Indonesia untuk menuju masyarakat yang sejahtera. Pembangunan mempunyai sifat yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitan ini dilakukan di Jakarta, provinsi DKI Jakarta, pada bulan November 2016 sampai dengan Januari 2017. Sumber penelitian dari Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke waktu. Perkembangan pasar modal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya perusahaan yang ingin go public.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran operasional serta menjaga kelangsungan hidupnya dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN DALAM MEMILIH SAHAM PADA PT. GUDANG GARAM, TBK

ANALISIS FUNDAMENTAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN DALAM MEMILIH SAHAM PADA PT. GUDANG GARAM, TBK ANALISIS FUNDAMENTAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN DALAM MEMILIH SAHAM PADA PT. GUDANG GARAM, TBK Rifdah Wijdaan/ 29214345/ Akuntansi PEMBIMBING : Dini Tri Wardani, SE., MMSI LATAR BELAKANG Pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi mengenai pengaruh Aliran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi mengenai pengaruh Aliran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi mengenai pengaruh Aliran Kas Bebas dan Return On Assets terhadap Dividend Payout Ratio yang dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1 Likuiditas PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Saham dan Return Saham Pada sebuah perusahaan publik, tujuan dari manajemen adalah memaksimalkan harga saham perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus selaras dan serasi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan yang merupakan tujuan utama dari perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pasar modal di negara Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin bertambah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan didirikan adalah mendapatkan laba yang maksimal khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan memanfaatkan seluruh sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih beberapa alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia dapat disimpan dalam bentuk berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan Sesudah Akuisisi IV.1.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk dengan menggunakan Rasio Keuangan IV.1.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogianto,2000:107). Return investasi dapat berupa return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan dapat menghasilkan laba dan juga mengalami kerugian dalam aktivitasnya. Laba yang diperoleh perusahaan ada dalam dua bentuk yaitu diinvestasikan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir dari penulisan dalam bab ini, disampaikan beberapa kesimpulan dan saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal. Saham (stock

Lebih terperinci

ANALISA RASIO KEUANGAN 1

ANALISA RASIO KEUANGAN 1 Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya ANALISA RASIO KEUANGAN 1 Sebagaimana disebutkan sebelumnya, sumber utama analisa kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah kegiatan bisnis, tidak akan mungkin terlepas dari apa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah kegiatan bisnis, tidak akan mungkin terlepas dari apa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah kegiatan bisnis, tidak akan mungkin terlepas dari apa yang dinamakan modal. Baik itu modal sendiri maupun modal dari luar dalam arti pinjaman atau juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang digunakan oleh para investor untuk kegiatan investasi serta sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual saham BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan penunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan, melalui pasar modal perusahaan dapat memperoleh dana untuk melakukan kegiatan perekonomiannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang didapat dari dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. yang didapat dari dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investor menginvestasikan dana bertujuan memaksimumkan kekayaannya yang didapat dari dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen perusahaan untuk dapat bekerja lebih efektif dan efesien. Perusahaan yang dapat bekerja dengan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan. kekayaan melalui distribusi hasil investasi.

BAB I PENDAHULUAN. kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan. kekayaan melalui distribusi hasil investasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dalam artian umum merupakan keseluruhan aktiva selain kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan manfaaat keekonomian dimasa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan memaksimalkan laba per saham. Data akuntansi sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab 4 akan membahas lebih dalam mengenai proses pengolahan data, dimulai dari penjelasan mengenai statistik deskriptif sampai dengan penjelasan mengenai hasil dari analisis

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. H. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW Analisis sekuritas berdasarkan analisis fundamental. Analisis perusahaan merupakan tahap ketiga dari analisis fundamental,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Sejak dahulu, manusia selalu mencari cara untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. Salah satu cara sederhana yang biasanya dilakukan manusia adalah

Lebih terperinci