SELEKSI PLASMA NUTFAH KOPI ROBUSTA DI DESA BODONG, KECAMATAN SUMBER JAYA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SELEKSI PLASMA NUTFAH KOPI ROBUSTA DI DESA BODONG, KECAMATAN SUMBER JAYA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Transkripsi

1 SELEKSI PLASMA NUTFAH KOPI ROBUSTA DI DESA BODONG, KECAMATAN SUMBER JAYA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT SELECTION OF ROBUSTA COFFEE GERM PLASM IN BODONG VILLAGE, SUMBER JAYA, WEST LAMPUNG DISTRICT Rudi T Setiyono dan Laba Udarno Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar JL. Raya Pakuwon- Parungkuda km. 2 Sukabumi, Telp.(0266) , Faks. (0266) rudisetiyono6@gmail.com ABSTRAK Salah satu cara untuk mendapatkan varietas unggul adalah dengan seleksi. Seleksi dilakukan pada koleksi plasma nutfah hasil eksplorasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan keragaman genetik plasma nutfah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bodong, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat, mulai Januari sampai Desembar Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan cara memilih individu tanaman kopi yang berbeda penampilan. Metode pengambilan contoh maupun data dilakukan secara acak (random). Masing-masing aksesi terpilih diamati karakter jumlah percabangan primer, jumlah dompol per cabang, jumlah buah per dompol, potensi produksi per ha. Hasil eksplorasi diperoleh 15 nomor aksesi plasma nutfah kopi robusta. Keragaman genetik untuk karakter kuantitatif antara lain jumlah percabangan primer berkisar antara 3 12 dompol per percabangan primer; jumlah buah per dompol buah per dompol. Hasil seleksi sementara ada lima nomor aksesi yang memiliki potensi produksi tinggi yaitu nomor aksesi Coro 0403; Coro 0415; Coro 0406; Coro 0407; dan Coro 0410 yaitu masing masing 1600 kg/ha; 2112 kg/ha; 1496 kg/ha; 1400 kg/ha; dan 1440 kg/ha. Kopi Robusta bersifat menyerbuk silang, perlu penelitian lebih lanjut kompatibilitas antara kelima nomor aksesi,untuk setiap kondisi lingkungan berbeda. Komposisi nomor aksesi memiliki pasangan yang saling sesuai, sehingga nomor aksesi tersebut dapat digabung menjadi satu komposisi yang sesuai. Kata kunci : Kopi robusta, eksplorasi in- situ, nomor aksesi, karakter kuantitatif, kualitatif ABSTRACT One of the method to get superior varieties is by selection of exploration germ plasm. This research aims to get genetic diversity germ plasm of robusta coffee. This study was conducted in Bodong Jaya Village, Sumber Jaya Sub District, West Lampung District, from January - Desembar Sampling method was purposive by selecting an individual plant with different characteristic performance. Each accession was observed characters, i.e.: primary branch, number node per branches, number fruits per node and yield per hectare. Exploration results collected of 15 number accession germ plasm robusta coffee. It had genetic diversity i.e: number of fuit ranged from 3-12 node per branch; and number of fruit per node between There were five accession that has potential of high yield, i.e. Coro 0403; Coro 0415; Coro 0406; Coro 0407; and Coro 0410 and each yield are 1600 kg/ha; 2112 kg/ha; 1496 kg/ha; 1400 kg/ha; and 1440 kg/ha. Robusta coffee has chracteristic cross pollination, so, it needs more research into compatibility between five accessions, for every different environmental conditions. Each accession composition have couples who mutually appropriate, so, each accession can be merged into one suitable composition. Keywords: Robusta coffee, in-situ exploration, accession, qulitative & quantitative character PENDAHULUAN Dua jenis tanaman kopi yang memegang peranan penting dalam perdagangan kopi secara internasional adalah kopi Arabika (Coffea Arabica L.) dan kopi Robusta (C canephora Pierre ex A. Froehner). Sekitar 30 persen produksi kopi dunia berasal dari jenis robusta. Kopi bukan tanaman asli dari Indonesia, namun tanaman introduksi yang beradaptasi dengan baik dan dapat menjadi salah satu sumber mata pencaharian penting bagi jutaan rakyat Indonesia dengan total luasan pertanaman kopi mencapai 1,3 juta hektar (AEKI, 2007). Tanaman kopi pertama dibudidayakan pada permulaan abad ke 17, yaitu sejak keberhasilan pertama mengintroduksi jenis kopi Arabika oleh Belanda tahun 1699 (Cramer, 1957; Yahmadi, 2000). Indonesia merupakan negara pertama yang mengintroduksi tanaman kopi jenis robusta untuk pertanaman secara komersial SIRINOV, Vol 2, No 2, Agustus 2014 (Hal : 85 92) 85

2 (Charrier & Berthaud,1985). Penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) dilaporkan mulai menyerang kopi arabika pada tahun 1876 dan merusak pertanaman kopi arabika. Sejak itu Indonesia berusaha mengintroduksi jenis jenis kopi yang lain, di antaranya adalah kopi robusta pada tahun Kopi robusta memiliki pertumbuhannya yang lebih vigourus dan tahan terhadap penyakit karat dibandingkan kopi Arabika (Cramer, 1957; Yahmadi & Mawardi, 2001). Sampai saat ini jenis kopi Robusta mendominasi lebih dari 90% areal pertanaman kopi di Indonesia (DITJENBUN, 2006). Kopi Robusta (Coffea canephora) terbagi dalam tiga kelompok, yaitu; 1). Guinean yang berasal dari Afrika Barat yaitu dari negara Uganda; 2). Quillu yang berasal dari Afrika Timur; dan 3). Congolese yang berasal dari Congo, kelompok ini lebih toleran terhadap gangguan hujan saat proses persarian atau memiliki sifat dimana klon-klonnya dapat beradaptasi dengan kondisi iklim basah. Lampung merupakan salah satu daerah segitiga emas penghasil kopi Robusta di Indonesia. Daerah penghasil kopi Robusta di Lampung yang terbanyak di Kabupaten Lampung Barat terletak pada ketinggian diatas 400 mdpl., bertipe iklim basah dengan pola sebaran hujan merata sepanjang tahun. Beberapa tahun terakhir ada upaya pengembangan klon-klon lokal secara mandiri oleh petani setempat dengan cara seleksi pohon-pohon yang memiliki produksi tinggi kemudian digunakan sebagai bahan perbanyakan dengan cara penyambungan pada cabang plagiotrop (takent). Klon-klon hasil seleksi yang terbukti unggul kemudian menyebar luas ke daerah sekitarnya. Cara perbanyakan ini oleh petani setempat dikenal dengan sebutan perbanyakan setek. Melalui pengembangan klon-klon lokal pilihan petani tersebut produktivitas kebun dapat ditingkatkan hingga lebih 1,5 ton/ha/tahun (Hulupi, 2012). Untuk mendukung pengembangan klon-klon tersebut maka perlu dilakukan pemuliaan partisipatif berupa kerjasama dalam seleksi klon yang akan dianjurkan dengan cara observasi. Kopi Robusta yang berkembang di Indonesia sebagian besar kelompok Congolese yang memiliki citarasa lebih baik sebagai pencampur kopi Arabika sehingga kopi Robusta asal Indonesia lebih digemari konsumen. Di samping itu ketersediaan biji kopi setiap tahunnya seringkali tidak stabil karena hanya berbuah lebat setiap dua tahun sekali (biannual bearing), dan fluktuasi harga pasar. Pada saat harga kopi rendah petani tidak merawat kebunnya sehingga produksi rendah yang menyebabkan ketersediaan biji kopi terbatas, sebaliknya pada saat harga kopi tinggi ketersediaan biji kopi lebih banyak dengan mutu yang juga lebih baik. Hingga saat ini sebagian besar petani kopi Robusta masih banyak yang menanam bibit kopi asal biji bukan dari klon anjuran, hanya berbuah lebat setiap dua tahun sekali (biannual bearing). Jika terjadi hujan saat bunga mekar maka bunga akan mengalami kegagalan proses persarian sehingga tanaman tidak berbuah. Oleh sebab itu untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kopi robusta harus tersedia klon-klon anjuran yang lebih baik sebagaimana yang disarankan (Mawardi et al, dan 2004). Observasi dilakukan untuk mengkaji stabilitas daya hasil klon-klon terpilih pada kondisi lingkungan berbeda, mengkaji sifat kompatibilitas antar klon terpilih serta kompatibilitas dengan klon lokal yang ditanam sebelumnya. Observasi selain dilakukan terhadap daya hasil, juga sifat ketahanannya terhadap serangan hama-penyakit utama, serta mutu fisik biji. Apabila hasil observasi menunjukkan sifat unggul maka selanjutnya digunakan sebagai dasar usulan pelepasan varietas untuk klon anjuran yang sesuai wilayah agroklimat Lampung, yang memiliki tipe iklim basah dengan pola sebaran hujan merata sepanjang tahun. Tahun 2008 di PPKKI (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia) memiliki plasma nutfah kopi sebanyak Dari jumlah plasma nutfah kopi tersebut ternyata kopi Robusta 82,5%, 11,5% kopi Arabika, dan sisanya merupakan beberapa jenis jenis kopi yang lain (Ucu et al., 2010). Sampai tahun 1989 koleksi plasma nutfah kopi juga terdapat di Kebun Percobaan Cimanggu (Bogor) yang dikelola oleh Lembaga Penelitian Tanaman Industri (LPTI). Sejak tahun itu dilakukan 86 SIRINOV, Vol 2, No 2, Agustus 2014 (Hal : 85 92)

3 penyelamatan plasma nutfah tersebut oleh PPKKI sebanyak 104 aksesi dan yang bisa diselamatkan sampai saat ini sebanyak 84 aksesi yang di tanam di KP Kaliwening dan KP Sumber Asin. Jenis jenis kopi yang bisa diselamatkan antara lain C. canephora (yang terdiri dari tiga kelompok yaitu robusta, Uganda, quillou), C. stenophylla var. liberica, C. liberica var dewevrei excels), C. congensis, C. zangueberiae, C. arabica dan persilangan antar jenis seperti Kawisari (C. arabica x C. liberica) dan Congusta (C. congensis x C. canephora var robusta). Pada waktu itu kegiatan ekplorasi plasma nutfah kopi robusta dilakukan tidak khusus, namun dilakukan bersamaan dengan penelitian kopi. Kegiatan eksplorasi plasma nutfah kopi robusta secara khusus perlu dana cukup besar, karena harus terencana, jenis robusta memiliki spesies yang diploid, serta variabilitas genetik sangat tinggi dan pertanamannya menyebar di seluruh Indonesia. Menurut Cramer (1957), kegiatan pemanfaatan berbagai jenis kopi maupun kultivar kultivarnya untuk tujuan pemuliaan dan pembangunan koleksinya di Indonesia telah dilakukan pada awal tahun 1900 oleh PPKKI di Jember. Materi Plasma nutfah tersebut terkoleksi secara ex situ di KP Kaliwening, Jember (45 mdpl,), KP Sumber Asin Malang (550 mdpl.). Saat ini Balai Penelitian Tanaman Industri dan Tanaman Penyegar (Balittri) yang salah satu tupoksinya adalah melakukan penelitian tanaman kopi. Oleh karena itu mulai tiga terakhir ini melakukan kegiatan ekplorasi dan mengumpulkan koleksi secara insitu dan ex-situ jenis jenis kopi yang ada di Indonesia. Plasma nutfah tersebut mulai mengkoleksi secara in- situ di daerah sentra produksi kopi dan ex -situ yang ditanam di KP. Pakuwon, Sukabumi ( 420 mdpl.) untuk koleksi jenis kopi Robusta, Exelsa, Liberika dan jenis kopi lainnya. Tujuan penelitian adalah melakukan seleksi beberapa karakter agronomik 15 nomor aksesi plasma nutfah terhadap potensi produksi kopi robusta secara in-situ di desa Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Desa Bodong, kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat, mulai Januari sampai Desembar Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan cara memilih individu tanaman kopi yang berbeda penampilan. Materi tanaman yang digunakan adalah pertanaman kopi milik petani yang berasal dari setek sambung pucuk, dimana rata rata tiap tanaman disambung 3 4 sambung pucuk. Pengamatan dilakukan pada sampel terpilih terhadap jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, jumlah dompol per cabang primer, jumlah buah per dompol, jarak antar dompol dan panjang cabang primer yang produktif. Data dianalisa potensi produksi per pohon, potensi produksi per hektar, rata rata karakter, standar deviasi, koefisien keragaman dari 15 aksesi pada karakter agronomik. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter tanaman dapat dibedakan ke dalam dua bagian yaitu karakter kualitatif dan kuantitatif. Hasil identifikasi beberapa kopi robusta di Sumber Jaya, Lampung Barat diperoleh 15 aksesi kopi robusta yang berbeda karakter kualitatif dan kuantitatifnya. Dari 15 aksesi terdapat keragaman genetik sifat kulitatif maupun sifat kuantitatifnya. Identifikasi kuantitatif dan kualitatif bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai penciri dari suatu aksesi sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara satu aksesi dengan aksesi lainnya. Identifikasi secara konvensional dilakukan mulai tahun 2013 menggunakan penanda morfologi yang mengacu pada deskriptor yang dikeluarkan oleh IPGRI (1996). Secara umum identifikasi tanaman kopi meliputi tiga bagian penting yaitu daun, cabang dan buah. Pada penelitian ini diamati bagian daun adalah kanopi tanaman, warna daun muda (flush), bentuk daun, ukuran dan gelombang daun, bentuk ujung dan pangkal daun, warna daun. Kopi robusta dicirikan memiliki bentuk kanopi tanaman berbentuk payung dan SIRINOV, Vol 2, No 2, Agustus 2014 (Hal : 85 92) 87

4 berbentuk tegak. Pada aksesi Coro 0401 sampai Coro 0415 memiliki kanopi berbentuk payung, karena memiliki cabang primer yang panjang sehingga percabangan akan melengkung ke bawah, apalagi bila telah berbuah. 15 aksesi memiliki panjang percabangan primer antara 80 cm 261 cm, aksesi yang terpendek terdapat pada aksesi Coro 0413 yaitu 80 cm dan yang terpanjang terdapat pada aksesi Coro 0412 yaitu 261 cm. Rata rata panjang percabangan primer 173 cm. Nomor aksesi Coro 0412 dan Coro 0404 masing masing memiliki panjang percabangan primer 261 cm dan 252 cm, kemudian aksesi Coro 0408, Coro 0409 dan Coro 0403 masing masing 232 cm, 232 cm, dan 228 cm. Panjang percabangan primer kopi robusta merupakan salah satu karakter agronomik yang menentukan potensi produksi nomor aksesi tersebut, terutama panjang cabang primer produktif. Panjang percabangan primer yang produktif dari ke 15 aksesi berkisar antara 31 cm 64 cm. Panjang percabangan primer produktif yang terpendek terdapat pada nomor aksesi Coro 0415 yaitu 31 cm dan panjang percabangan primer produktif terpanjang pada nomor aksesi Coro 0412 yaitu 64 cm. Persentase percabangan primer produktif yang terpanjang terdapat pada nomor aksesi Coro 0413 yaitu mencapai 72,5%, disusul oleh nomor aksesi Coro 0412 mencapai 67,4%. Kedua nomor aksesi tersebut memiliki panjang percabangan primer produktif yang menghasilkan buah paling tinggi. Pada nomor aksesi Coro 0407 dan Coro 0410 yaitu masing masing memiliki persentase panjang percabangan primer produktif 50% dan 40%. Rata rata persentase panjang percabangan primer produktif adalah 32,1%. Bentuk tepi daun kopi robusta dari nomor aksesi yang terdapat di desa Sumber Jaya ada dua sifat yaitu kopi yang memiliki tipe pinggir daun agak bergelombang dan tipe pinggir daun yang bergelombang. Aksesi Coro 0401 memiliki bentuk ujung daun runcing. Aksesi Coro 0402; Coro 0403; Coro 0405; Coro 0406; Coro 0409; Coro 0411; Coro 0412; Coro 0413; Coro 0414 memiliki bentuk ujung daun yang meruncing. Aksesi Coro 0404; Coro 0407; Coro 0408; Coro 0410; Coro 041 memiliki bentuk ujung daun membulat (Tabel 1). Aksesi Coro 0401 dan Coro 0407 memiliki bentuk pangkal daun yang membulat. Aksesi Coro 0405 dan Coro 0413 memiliki bentuk pangkal daun meruncing, sedangkan 11 nomor aksesi yang lainnya memiliki bentuk pangkal daun yang runcing (Tabel 1). Tabel 1. Karakter kualitatif dari plasma nutfah kopi robusta di desa Bodong, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat, 2014 No. Aksesi Bentuk kanopi tanaman Bentuk daun Warna daun muda Warna daun tua Bentuk tepi daun Bentuk ujung daun Bentuk pangkal daun Coro 0401 Payung Jorong Coklat Hijau N 137 A Agak bergelombang Runcing Membulat Coro 0402 Payung Jorong Hijau muda Hijau N141 A Bergelombang Meruncing Runcing Coro 0403 Payung Elip Hijau kecoklatan Hijau N 137 A Agak bergelombang Meruncing Runcing Coro 0404 Payung Bulat panjang Hijau kecoklatan (199) Hijau N 137 A Bergelombang Membulat Runcing Coro 0405 Payung Cekung panjang Hijau muda Hijau N 189 Bergelombang Meruncing Meruncing Coro 0406 Payung Membulat panjang Hijau muda Hijau tua Bergelombang Meruncing Runcing Coro 0407 Payung Jorong Hijau kecoklatan (152 B) Hijau tua Bergelombang Membulat Membulat Coro 0408 Payung Oval Coklat (152 A) Hijau N139A Bergelombang Membulat Runcing Coro 0409 Payung Jorong Hijau 144 A Hijau N 134A Bergelombang Meruncing Runcing Coro 0410 Payung Cekung panjang Hijau kecoklatan Hijau N134A Agak bergelombang Membulat Runcing Coro 0411 Payung Oblong panjang Hijau kecoklatan Hijau tua Bergelombang Meruncing Runcing Coro 0412 Payung Oblong Panjang Hijau kecoklatan Hijau Tua Bergelombang Meruncing Runcing Coro 0413 Payung Jorong Hijau kecoklatan Hijau tua Bergelombang Meruncing Meruncing Coro 0414 Payung Jorong Coklat 177 A Hijau Bergelombang Meruncing Runcing Coro 0415 Payung Jorong Coklat 177 A Hijau N134A Bergelombang Membulat Runcing Aksesi kopi robusta memiliki permukaan daun yang halus bergelombang, kasar bergelombang, bergelombang dan bergelombang. Aksesi yang memiliki permukaan daun yang halus bergelombang hanya ada satu aksesi yaitu Coro aksesi yang memiliki permukaan daun yang bergelombang yaitu aksesi 0402; Coro 0403; 88 SIRINOV, Vol 2, No 2, Agustus 2014 (Hal : 85 92)

5 Coro 0405; Coro 0409; Coro 0410; Coro 0412; Coro 0413; dan Coro Ada 2 aksesi kopi robusta di desa sumber Jaya yang memiliki permukaan daun cekung bergelombang yaitu aksesi Coro 0404 dan Coro 0408 (Gambar 1 dan 2). Ada 4 aksesi yang memiliki permukaan daun kasar dan bergelombang yaitu Coro 0406; Coro 0407; Coro 0411; Coro Hasil identifikasi kopi robusta di Sumber Jaya terdapat keragaman genotipe karakter kuantitatif seperti pada jumlah dompol per percabangan primer dan jumlah buah per dompol. Sumarno (2002), mengatakan di dalam plasma nutfah harus dipertahankan keanekaragaman genetik didalam jenis. Upaya mempertahankan plasma nutfah adalah dengan cara konservasi. Akan tetapi tidak cukup hanya mempertahankan plasma nutfah, tetapi plasma nutfah yang sudah terkoleksi harus diberdayakan dengan cara identifikasi, yang selanjutnya dikarakterisasi, kemudian dievaluasi karakter karakter yang dimilikinya. Untuk memanfaatkan keragaman genetik spesifik yang kita inginkan dan dapat diekpresikan tersebut tetap ada pada plasma nutfah dan plasma nutfah harus dipertahankan keberadaannya, bahkan harus diperluas atau ditambah agar selalu tersedia bahan untuk pembentukan varietas unggul. Karena tanpa kita ketahui karakter karakter plasma nutfah yang terdapat di dalamnya maka nyaris tidak akan bermanfaat dan tidak tahu untuk apa dan mau diapakan plasma nutfah tersebut (Hanarida, 2005). Karakter jumlah dompol per percabangan primer untuk setiap aksesi tentu akan diturunkan secara genetik. Pada 15 aksessi yang diidentifikasi memiliki jumlah dompol antara 3 sampai 12 dompol per percabangan primer, dengan jumlah dompol rata rata 8,2 dompol per percabangan primer. Jumlah dompol yang hanya 3 per percabangan primer terdapat pada nomor aksessi Coro 0409 sedangkan jumlah dompol terbanyak terdapat pada nomor aksessi Coro 0410 dan Coro 0415 masing masing sebanyak 12 dompol per percabangan primer. Karakter jumlah dompol per percabangan primer merupakan salah satu komponen produksi yang sangat menentukan potensi produksi suatu klon produksi tinggi. Aksessi Coro 0403, Coro 0406, Coro 0410 dan Coro 0415 masing masing memiliki jumlah dompol 10, 11, 12 dan 12 dompol, yaitu diatas rata rata dan memberikan kontribusi terhadap potensi produksi kopi per pohon atau per satuan luas (Tabel 2). Karakter jumlah buah per dompol dari 15 nomor aksessi bervariasi antara buah. Rata rata buah kopi per dompol sebanyak 18,4 buah. Jumlah buah per dompol yang terendah sebanyak 12 terdapat pada nomor aksessii Coro 0405 dan yang paling banyak yaitu 25 buah per dompol terdapat pada nomor aksessi Coro 0401; Coro 0407; Coro 0409 (Tabel 2). Aksessi Coro 0403 dan Coro 0415 memiliki jumlah buah per dompol diatas rata rata yaitu 20 buah dan 22 buah per dompol. Jumlah buah per dompol memberikan kontribusi terhadap potensi produksi kopi per pohon maupun persatuan luas. Rata rata jumlah buah kopi per percabangan primer berbanding lurus terhadap jumlah dompol dan jumlah buah per dompol dalam satu pohon. Lima nomor aksesi yaitu Coro 0403; Coro 0406; Coro 0407; Coro 0410; dan Coro 0415 jumlah buah per percabangan primer masing masing 200; 187; 175; 180; dan 264 buah. Permasalahan kopi yang spesifik disetiap daerah pengembangan maka upaya pencarian karakter genetik dilakukan melalui eksplorasi genotipe di sentra tanaman tersebut (Susilo, AW, 2012). Karena pertanaman kopi menyerbuk silang sehingga dalam satu hamparan terdiri atas genotipe-genotipe hasil rekombinasi antar sifat-sifat tunggul dengan lingkungan, dimungkinkan di antara genotipegenotipe tersebut ada yang memiliki potensi produksinya, tahan terhadap hama/penyakit tertentu, memiliki mutu lebih baik. Upaya menggali potensi genetik pada populasi pertanaman kopi dilakukan melalui pendekatan pemuliaan partisipatif yaitu melalui mekanisme hubungan timbal balik antara pemulia tanaman, petugas penyuluh lapangan, dan petani. SIRINOV, Vol 2, No 2, Agustus 2014 (Hal : 85 92) 89

6 Tabel 2. Karakter kuantitatif dari plasma nutfah kopi robusta di desa Bodong, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat, 2014 No. Aksesi Jumlah Dompolan/ cabang primer Jumlah buah per dompol Rata rata jumlah buah per cabang Potensi produksi buah merah per pohon (g) Prakiraan produktivitas kopi biji/ha (1600 phn) Panjang Percabangan Primer Produktif % Coro (27,1) Coro (67,4) Coro (18,9) Coro (22,6) Coro (23,3) Coro (29,2) Coro (50,0) Coro (22,4) Coro (14,2) Coro (40,3) Coro (20,8) Coro (20,7) Coro (72,5) Coro (20,3) Coro (31,6) Total Rata rata Standar dev. K K (CV) 123 8,2 4,2 5, ,4 2,1 11, ,1 80,6 55, ,3 2057,7 56, ,1 644,9 41,5 Potensi produksi tanaman hasil sambungan plagiotrop sangat tergantung pada jumlah sambungan per pohon. Oleh karena itu potensi produksi per pohon untuk setiap klon diasumsikan memiliki jumlah sambungan 3-4 cabang per pohon. Potensi produksi diamati dengan cara menghitung komponen produksi setiap percabangan sambungan, yang terdiri rata-rata jumlah buah per ruas (dompol), ratarata jumlah dompol untuk setiap percabangan sambungan serta jumlah buah untuk satu kilogram buah masak. Untuk mengukur potensi produksi per satuan lahan diasumsikan jumlah tanaman pohon per hektar, terdiri 3-4 klon yang saling sesuai. Apabila dibandingkan dengan tanaman asal biji, potensi produksi masing-masing klon terpilih tersebut cukup tinggi berkisar antara kg kopi biji/ha. Hasil penelitian Mawardi & Hartobudoyo (2003) menunjukkan kompatibilitas antar klon kopi Robusta dimana potensi daya hasil setiap klon bisa berubah meningkat atau menurun tergantung kompatibilitas dengan klon pasangannya, apakah sesuai atau kurang sesuai. Demikian pula potensi klon-klon hasil seleksi tersebut akan menurun apabila bertemu dengan klon yang bukan pasangannya yang kompatibel. Bahkan apabila kompatibilitasnya spesifik dengan klon tertentu, maka suatu klon hanya berproduksi tinggi jika berpasangan dengan klon tertentu tersebut. Sebaliknya jika suatu klon mampu berproduksi tinggi dengan beberapa klon lain maka disebut memiliki kompatibilitas luas dan bebas dipilih untuk membentuk beberapa komposisi saling sesuai. Jika suatu klon saling sesuai dengan klon pasangannya maka produktivitasnya melebihi dari potensi asalnya. Oleh karena itu penetapan komposisi klon kopi Robusta untuk setiap kondisi lingkungan sangat penting untuk diketahui, karena berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Berdasarkan karakter komponen daya hasil pada karakter berat buah per pohon ada lima nomor aksesi plasma nutfah kopi robusta di Sumber Jaya yang memiliki potensi produksi diatas rata rata berat buah per pohon yaitu nomor aksesi Coro 0403; Coro 0415; Coro 0406; Coro 0407; dan Coro 0410 yaitu masing masing 5000 g/pohon; 6600 g/pohon; 4675 g/pohon; 4375 g/pohon dan 4500 g/pohon. Bila dilihat dari potensi daya hasil per hektar ada dua nomor aksesi di Sumber Jaya yang memiliki potensi produksi diatas rata ratanya (1553 kg/ha) yaitu nomor aksesi Coro SIRINOV, Vol 2, No 2, Agustus 2014 (Hal : 85 92)

7 Seleksi Plasma Nutfah Kopi Robusta di Desa Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat (Rudi T Setiyono dan Laba Udarno) (1600 kg/hektar) dan nomor aksesi Coro 0415 (2112 kg/ha) (Gambar 3 dan 4). Ada 3 nomor aksesi memiliki potensi daya hasil sedikit dibawah rata rata potensi daya hasil yaitu Coro 0406 (1496 kg/ha); Coro 0407 (1400 kg/ha); dan Coro 0410 (1440 kg/ha). Kopi Robusta bersifat menyerbuk silang, maka perlu dipelajari kompatibilitas antara lima belas nomor aksesi tersebut untuk setiap kondisi lingkungan berbeda, sehingga setiap hamparan kebun cukup dipilih 3-4 klon yang saling sesuai (Hulupi, 2012). Komposisi nomor aksesi memiliki pasangan yang saling sesuai tersebut dapat dipelajari dengan cara mengamati saat pembungaan dan pola pembuahan masingmasing klon. Jika nomor aksesi tersebut memiliki saat pemekaran bunga sama dan pola pembuahan sama, yaitu berbuah sekali dalam setahun atau terus-menerus sejalan dengan pola sebaran hujan di daerah tersebut, maka nomor aksesi tersebut dapat digabung menjadi satu komposisi yang sesuai. Gambar 1. Warna buah masak aksesi kopi robusta Gambar 2. Warna & bentuk permukaan daun aksesi kopi robusta Gambar 3. Warna buah kopi & produksi tinggi aksesi Coro 0403 Gambar 4. Warna buah kopi & produksi tinggi aksesi Coro 0415 KESIMPULAN Hasil identifikasi diketahui bahwa plasma nutfah kopi robusta di desa Sumber Jaya memiliki keragaman genetik karakter kuantitatif. Keragaman genetik karakter kuantitatif antara lain memiliki jumlah percabangan primer berkisar 3 12 dompol per percabangan primer; memiliki jumlah buah per dompol buah perdompol. Hasil seleksi sementara ada lima nomor aksesi yang memiliki potensi produksi tinggi yaitu nomor aksesi Coro 0403; Coro 0415; Coro 0406; Coro 0407; dan Coro 0410 yaitu SIRINOV, Vol 2, No 2, Agustus 2014 (Hal : 85 92) masing masing 1600 kg/ha; 2112 kg/ha; 1496 kg/ha; 1400 kg/ha; dan 1440 kg/ha. Kopi robusta bersifat menyerbuk silang, perlu dipelajari kompatibilitas antara ke lima nomor aksesi tersebut untuk setiap kondisi lingkungan berbeda. Komposisi nomor aksesi memiliki pasangan yang saling sesuai, sehingga nomor aksesi tersebut dapat digabung menjadi satu komposisi yang sesuai. 91

8 DAFTAR PUSTAKA AEKI Statistik kopi Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Jakarta. Anthony,F., S Dussert, E. Dulloo Coffee genetic resources. P In: Engelmann, F., M.E. Dulloo, C Astorga, S. Dussert &F Anthony (eds). Conserving Coffee Genetic Resources : Coplementary Strategies, a Case Study In CATIE, Costa Rica. Tropical reviews in agricultural Biodiversity. Biodiversity Internasional, Rome, Italy. Charrier,A., & J.Berthaud, Botany and genetics of coffee.p In: Wintgens, J.N. (ed). Coffee: Growing, Processing, Sustainable Production. WILEY VCH Verlag GmbH & Co. KgaA, Weinheim. Cramer, P.J.S., A Review of Literature Of Coffee Research In Indonesia. Ed. F.L. Wellman SIC Editorial. Inter American Institute of Agriculture Sciences. Turrialba. Costa Rica. Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia Kopi. Jakarta. 86 p. Hanarida I,S Evaluasi Plasma Nutfah Tanaman. Balai Besar Sumberdaya Genetik dan Bioteknologi Pertanian. Buku Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah Perkebunan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian P Hulupi, R., Klon lokal Jambi Klon Kopi Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Warta : 24 (2) Juni 2012 IPGRI Descriptor for Coffea sp. and Psilanthus spp. International Plant Genetic Resources Institute. Rome. Mawardi, S., A.W. Susilo, H. Winarno, R. Hulupi, D. Suhendi, & B. Purwadi Pelestarian dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Kopi, Kakao dan Lamtoro. Laporan Hasil Penelitian. 50 p. Mawardi S. dan Hartobudoyo Klon-Klon Unggul Kopi Robusta dan Beberapa Pilihan Komposisi Klon Berdasarkan Kondisi Lingkungan. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.No Seri Mawardi, S., R. Hulupi, Priyo, Gatot Suprijadji, S. Wiryadiputra, A.M. Nur, Zaenudin, S Hartobudoyo, Suhartono, Sudarsianto, A. Soedarsan, & F.F. Leupen BP 308 klon kopi Robusta tahan Terhadap nematoda parasit. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 20 : Yahmadi, M Sejarah kopi arabika di Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 16: Yahmadi, M., & S. Mawardi Satu Abad budidaya kopi robusta di Indonesia ( ). Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 17: Sumarno Penggunaan bioteknologi dalam pemanfaatan dan pelestarian plasma nutfah tumbuhan untuk perakitan varietas unggul. Seminar Nasional Pemanfaatan dan Pelestarian Plasma Nutfah. Kerjasama Pusat Penelitian Bioteknologi IPB dan KNPN Deptan. Susilo, A.W Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Warta : 24(2) Juni Ucu Sumirat, S Mawardi,., & R. Hulupi Pengelolaaan Koleksi Plasma Nutfah Kopi Di Indonesia. Simposium Dan Kongres Nasional VI PERIPI, Bogor, November IPB, Fakultas Pertanian IPB, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Hal SIRINOV, Vol 2, No 2, Agustus 2014 (Hal : 85 92)

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu Retno Hulupi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Wilayah Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil

Lebih terperinci

Penampilan kopi excelsa hasil eksplorasi di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau

Penampilan kopi excelsa hasil eksplorasi di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 3, Juni 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 543-547 DOI: 10.13057/psnmbi/m010328 Penampilan kopi excelsa hasil eksplorasi di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau Excelsa

Lebih terperinci

Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun Retno Hulupi1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Serangan penyakit karat daun masih menjadi

Lebih terperinci

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Keberadaan hama penggerek buah

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Daerah yang ketinggiannya antara m dpl dan suhu C.

Daerah yang ketinggiannya antara m dpl dan suhu C. Semua tentang kopi Sistem Percabangan Kopi (Cofea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam familirubiaceae dan genus Cofea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

KOPI SIGARAR UTANG DARI SUMATERA UTARA

KOPI SIGARAR UTANG DARI SUMATERA UTARA KOPI SIGARAR UTANG DARI SUMATERA UTARA OLEH : TIODOR S. SITUMORANG, SSi NIP. 19730324 199903 2 001 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) M E D A N 2 0 1 3 KOPI SIGARAR UTANG DARI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 205/Kpts/SR.120/4/2005 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KOPI SIGARAR UTANG SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 205/Kpts/SR.120/4/2005 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KOPI SIGARAR UTANG SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 205/Kpts/SR.120/4/2005 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KOPI SIGARAR UTANG SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha

Lebih terperinci

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1) Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu Reny Fauziah Oetami 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Sebagai salah satu daerah penghasil kopi

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Hingga saat ini varietas unggul mangga di Indonesia yang telah dilepas sebanyak 32 varietas. Dari 32 varietas unggul tersebut, 14 varietas berasal dari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KAKAO KLON KW 118 SEBAGAI VARIETAS /KLON UNGGUL DENGAN NAMA ICCRI 01 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk Keprok Maga merupakan salah satu komoditi buah buahan andalan Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif dengan kultivar atau varietas jeruk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING Agung Mahardhika, SP ( PBT Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. Pendahuluan Kumis kucing (Orthosiphon aristatus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang No. 6 - Agustus 2010 Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika telah melepas enam varietas unggul mangga merah untuk buah segar. Varietas unggul mangga

Lebih terperinci

SELEKSI KARET ALAM ASAL BIJI TERHADAP PRODUKSI LATEKS DI LAMPUNG UTARA

SELEKSI KARET ALAM ASAL BIJI TERHADAP PRODUKSI LATEKS DI LAMPUNG UTARA SELEKSI KARET ALAM ASAL BIJI TERHADAP PRODUKSI LATEKS DI LAMPUNG UTARA SELECTION RUBBER PLANTATION WITH SEEDLING ORIGIN TOWARD LATEX PRODUCTION IN NORTH LAMPUNG Rudi T Setiyono Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI DAN Cara perbanyakannya Macam2 BENIH berdasarkan asal tetuanya : 1. Benih LEGITIM : hasil persilangan buatan 2. Benih PROPELEGITIM : biklonal / poliklonal Propelegitim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Agronomi Kopi Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

PLASMA NUTFAH KOPI GERMPLASM OF COFFEE

PLASMA NUTFAH KOPI GERMPLASM OF COFFEE PLASMA NUTFAH KOPI GERMPLASM OF COFFEE Budi Martono, Rudi T. Setiyono, dan M. Laba Udarno T.S. Budi Martono, Rudi T. Setiyono, dan M. Laba Udarno T.S. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Jalan

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik Agri Gardina 45 merupakan mangga hibrid yang terdaftar sebagai varietas unggul baru melalui SK Mentan No: 125/Kpts /SR.120/D.2.7/3/2014. Mangga ini dihasilkan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. PENDAHULUAN Plasma nutfah merupakan sumber daya alam keempat selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meningkat dari 365 ribu ton menjadi. 99% dan hanya 1% dipenuhi dari kapas domestik.

I. PENDAHULUAN. baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meningkat dari 365 ribu ton menjadi. 99% dan hanya 1% dipenuhi dari kapas domestik. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pengimpor bahan baku serat kapas terbesar kedua di dunia (Pamuji, et al., 2009). Secara umum pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri tekstil

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAN TANAM UNGGUL KOPI. Dengan cara pencanderaan sifat morfologi

MENGENAL BAHAN TANAM UNGGUL KOPI. Dengan cara pencanderaan sifat morfologi MENGENAL BAHAN TANAM UNGGUL KOPI Dengan cara pencanderaan sifat morfologi KEGUNAAN PENCANDERAAN KOPI pada setiap fase pertumbuhan Pencanderaan fase bibit : menilai kemurnian unt. sertifikasi bibit pada

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR RAHMI YUNIANTI 1 dan SRIANI SUJIPRIHATI 2 1 Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Pascasarjana,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

Keragaman Potensi Daya Hasil Populasi Bastar Kopi Robusta (Coffea canephora)

Keragaman Potensi Daya Hasil Populasi Bastar Kopi Robusta (Coffea canephora) Pelita Perkebunan 30(2) 2014, 92 99 Erdiansyah et al. Keragaman Potensi Daya Hasil Populasi Bastar Kopi Robusta (Coffea canephora) Variation of Potential Yield of Hybrid Population of Robusta coffee (Coffea

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) Oleh : PH Padang,SP PBT. BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman perkebunan

Lebih terperinci

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT Mochamat Bintoro 1 dan Yuslaili Ningsih 2 1 Produksi Pertanian, 2 Jurusan Bahasa, Komunikasi dan Pariwisata, Politeknik Negeri Jember 1 mochamatb17@gmail.com, 2 yuslaili74@gmail.com

Lebih terperinci

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu program pembangunan perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO PENGENALAN DAN PENCANDERAAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO Hendro Winarno PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Jl. PB. Sudirman 90 Jember, Telp: (0331) 757130,

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

Seleksi genotipe unggul c. canephora pierre pada populasi bastar menggunakan metode analisis gerombol

Seleksi genotipe unggul c. canephora pierre pada populasi bastar menggunakan metode analisis gerombol Seleksi genotipe unggul c. canephora pierre pada populasi bastar menggunakan metode analisis gerombol Lin, C. S.; M. R. Binns & L. P. Lefkovitch (1986). Stability analysis: Where do we stand?. Crop Sci.,

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013. REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5

Lebih terperinci

PENGARUH KLON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN KOPI ROBUSTA

PENGARUH KLON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN KOPI ROBUSTA PENGARUH KLON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) SEBAGAI BATANG ATAS DENGAN KOPI ROBUSTA DAN KOPI LIBERIKA (Coffea liberica) SEBAGAI BATANG BAWAH DI LAMPUNG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai

Lebih terperinci

Budidaya Kopi Robusta di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan

Budidaya Kopi Robusta di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan Budidaya Kopi Robusta di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan Fitria Yuliasmara 1) dan Novie Pranata Erdiansyah 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90

Lebih terperinci

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian Benyamin Lakitan Pengertian & Tujuan Pemuliaan Tanaman Pemuliaan tanaman (plant breeding) adalah ilmu atau upaya untuk menghasilkan varietas, kultivar,

Lebih terperinci

Agrivet (2015) 19: 30-35

Agrivet (2015) 19: 30-35 Agrivet (2015) 19: 30-35 Keragaan Sifat Agronomi dan Hasil Lima Kedelai Generasi F3 Hasil Persilangan The agronomic performance and yield of F3 generation of five crosses soybean genotypes Lagiman 1),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis. Ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok ketiga setelah padi dan jagung.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi Lampung, desa Sekincau, Lampung Barat mulai dari bulan April 2012 sampai

Lebih terperinci

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU Afrizon, Dedi Sugandi, dan Andi Ishak (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu) afrizon41@yahoo.co.id Pengkajian Keragaan

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG SKRIPSI Oleh Dheska Pratikasari NIM 091510501136 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah komoditas kopi. Kopi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dari seluruh luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX Nomor 3 Desember 2015 (209-214) ISSN 0215-2525 EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS The Effectivity of Mass Selection Method in

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Robusta Kedudukan tanaman kopi dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan

Lebih terperinci

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi ZULHENDRA 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 2 123 Jurusan

Lebih terperinci

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1 Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1 Arif Irawan 2, Budi Leksono 3 dan Mahfudz 4 Program Kementerian Kehutanan saat ini banyak bermuara pada kegiatan rehabillitasi hutan dan lahan serta kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

Dampak Kemarau Panjang Terhadap Perubahan Sifat Biji Kopi Robusta (Coffea canephora)

Dampak Kemarau Panjang Terhadap Perubahan Sifat Biji Kopi Robusta (Coffea canephora) Pelita Perkebunan 2008, 24 (2), 80 94 Sumirat Dampak Kemarau Panjang Terhadap Perubahan Sifat Biji Kopi Robusta (Coffea canephora) Impact of Long Dry Season on Bean Characteristics of Robusta Coffee (Coffea

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili Rubiceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi yang banyak tumbuh

Lebih terperinci

II. PLASMA NUTFAH. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 3

II. PLASMA NUTFAH. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 3 II. PLASMA NUTFAH Sumber daya genetik (SDG) atau bahan genetik tanaman yang beragam untuk sifat-sifat penting, hidup dan teridentifikasi dengan baik dapat dipandang sebagai cadangan varietas yang memiliki

Lebih terperinci

Sebaran Populasi Nematoda Radopholus similis dan Pratylenchus coffeae Pada Lahan Perkebunan Kopi

Sebaran Populasi Nematoda Radopholus similis dan Pratylenchus coffeae Pada Lahan Perkebunan Kopi Pelita Perkebunan 2007, 23(3), 176 182 Hulupi dan Mulyadi Sebaran Populasi Nematoda Radopholus similis dan Pratylenchus coffeae Pada Lahan Perkebunan Kopi Distribution of Radopholus similis and Pratylenchus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

MORFOLOGI TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) KULTIVAR BELIMBING

MORFOLOGI TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) KULTIVAR BELIMBING SKRIPSI MORFOLOGI TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) KULTIVAR BELIMBING Oleh: Rizky Ari Setiawan 11082100056 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki pasaran yang cukup di pasar dunia. Hal ini disebabkan dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang suka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki TINJAUAN PUSTAKA Bibit Sungkai (Peronema canescens) 1. Morfologi Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus, sungkai, sekai termasuk

Lebih terperinci

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L. B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS LINTAS BEBERAPA KARAKTER TANAMAN LADA PERDU DI KEBUN PERCOBAAN PAKUWON

ANALISIS LINTAS BEBERAPA KARAKTER TANAMAN LADA PERDU DI KEBUN PERCOBAAN PAKUWON ANALISIS LINTAS BEBERAPA KARAKTER TANAMAN LADA PERDU DI KEBUN PERCOBAAN PAKUWON Dibyo Pranowo Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN (FARMER CAPITAL POTENCIES FOR REPLANTING RUBBER PLANTATION IN MUSI RAWAS REGENCY SOUTH SUMATERA) Maya Riantini

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN Oleh DR (IPB) H. BOMER PASARIBU, SH,SE,MS.* SOSIALISASI UU NO 4 TH 2006 Tentang Pengesahan Perjanjian Mengenai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas KOPI Panduan teknis budidaya kopi Kopi merupakan komoditas perkebunan yang paling banyak diperdagangkan. Pusat-pusat budidaya kopi ada di Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia-pasifik dan Afrika. Sedangkan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

IDENTIFICATION MORPHOLOGY DIVERSITY OF MANGO LEAF (Mangifera indica L.) IN CROSS PLANTS BETWEEN ARUMANIS 143 VARIETIES AND PODANG URANG 2 YEARS

IDENTIFICATION MORPHOLOGY DIVERSITY OF MANGO LEAF (Mangifera indica L.) IN CROSS PLANTS BETWEEN ARUMANIS 143 VARIETIES AND PODANG URANG 2 YEARS 61 JURNAL PRODUKSI TANAMAN VOLUME 1 No.1 MARET-2013 IDENTIFIKASI KERAGAMAN MORFOLOGI DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) PADA TANAMAN HASIL PERSILANGAN ANTARA VARIETAS ARUMANIS 143 DENGAN PODANG URANG UMUR

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS BUNGA VARIETAS UNGGUL BARU KRISAN BUNGA POTONG PADA DUA MACAM KERAPATAN TANAM

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS BUNGA VARIETAS UNGGUL BARU KRISAN BUNGA POTONG PADA DUA MACAM KERAPATAN TANAM KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS BUNGA VARIETAS UNGGUL BARU KRISAN BUNGA POTONG PADA DUA MACAM KERAPATAN TANAM Wahyu Handayati BPTP Jawa Timur, Jl. Raya Karangploso KM 4, PO Box 188 Malang

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia termasuk negara dengan megabiodiversity terbesar

Lebih terperinci

Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.)

Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) Tanaman garut (sering pula disebut irut atau patat merupakan tanaman yang menghasilkan umbi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA POPULASI VARIETAS KOPI ARABIKA LOKAL DI KABUPATEN GARUT

KERAGAAN BEBERAPA POPULASI VARIETAS KOPI ARABIKA LOKAL DI KABUPATEN GARUT KERAGAAN BEBERAPA POPULASI VARIETAS KOPI ARABIKA LOKAL DI KABUPATEN GARUT POPULATION PROFILE OF LOCAL VARIETY OF ARABICA COFFEE IN GARUT DISTRICT Dani dan Enny Randriani Balai PenelitianTanaman Industri

Lebih terperinci