BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Kanker merupakan suatu gangguan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol atau abnormal. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit kanker yaitu faktor genetik, karsinogen dan gaya hidup manusia. Apabila seseorang memiliki riwayat hidup dalam keluarganya yang pernah menderita penyakit kanker maka ada kemungkinan keturunannya juga akan mengalami penyakit kanker. Asher (2004) menjelaskan bahwa 5-10% dari semua kasus kanker yang ada disebabkan secara turun-temurun dalam satu riwayat keluaraga. Selain itu, faktor karsinogen dapat meliputi virus, hormon, zat kimia dan radiasi dan gaya hidup manusia yang tidak sehat juga dapat memicu timbulnya kanker dalam tubuh. Contoh gaya hidup yang tidak sehat diantaranya perokok aktif maupun pasif, pola makan yang tidak sehat, sering minum alkohol dan kurangnya olahraga (Abidin et al., 2014). Terdapat beberapa jenis kanker yang menyerang pada sistemik tubuh manusia. Salah satu diantaranya ialah glioblastoma multiforme yang merupakan tumor di dalam sel otak. Tumor ini memiliki pertumbuhan paling cepat jika dibandingkan dengan jenis tumor otak yang lain. Glioblastoma multiforme termasuk kanker otak dengan tingkat keganasan yang tinggi yaitu stadium 4 dan umumnya kanker ini diderita baik pria maupun wanita berusia tahun. Seringkali glioblastoma multiforme berada pada bagian otak cerebral hemisphere yaitu bagian otak kanan maupun kiri, namun kanker ini juga dapat menyerang di bagian otak manapun bahkan mampu menyerang di bagian spinal cord yaitu urat saraf pada tulang belakang (Asher, 2004) Terapi Kanker dengan BNCT Prinsip metode BNCT adalah adalah mengiradiasi 10 B dengan berkas neutron (Rokhmadi et al., 2002). Metode BNCT dilakukan dalam 2 tahap, 8

2 9 pertama 10 B dalam bentuk senyawa diinjeksikan ke dalam tubuh. Senyawa pembawa 10 B terdiri atas Sodium Borocaptate (BSH) dengan rumus kima Na 2 B 12 H 11 SH dan Boronophenylalanine (BPA) dengan rumus kimia C 9 H 12 BNO 4 yng mampu membawa 10 B menuju target kanker (Barth et al., 2012). Sel tumor memiliki pembuluh darah yang lebih banyak maka dari itu konsentrasi 10 B yang terdeposisi di dalam sel tumor akan lebih banyak jika dibandingkan sel sehat. Kedua, berkas neutron dengan range energi rendah baik termal maupun epitermal ditembakkan menuju target sasaran (Smith, 2000). Pada akhirnya neutron akan ditangkap dan diserap oleh inti 10 B sehingga terjadi reaksi inti (Mofakham et al., 2014). Reaksi tangkapan neutron oleh inti 10 B dijelaskan pada persamaan 2.1. Reaksi yang memiliki kebolehjadian tertinggi yaitu sebesar 93,9% menghasilkan partikel α dan inti 7 Li dalam keadaan tereksitasi beserta energi sebesar 2,31 MeV. Inti 7 Li dengan segera akan menuju ke keadaan dasar dengan memancarkan foton dengan energi 0,48 MeV (Deng et al., 2011, Rasouli & Masoudi, 2012, dan Zasneda et al., 2010). (2.1) Untuk lebih jelasnya reaksi BNCT di dalam sel kanker dapat disajikan dalam Gambar 2.1. Pada Gambar 2.1. ditampilkan ilustrasi sel kanker yang mengandung 10 B beserta sel sehat. Sel sehat digambarkan berbentuk elips, sedangkan sel kanker berbentuk tak beraturan. Berkas neutron menuju target sasaran. Perlu diperhatikan bahwa dalam satu lokasi sasaran terdapat sel sehat dan sel kanker. Oleh sebab itu, selain menuju ke sel kanker, berkas neutron juga akan melalui sel sehat, oleh karena itu neutron akan berinteraksi dengan unsur penyusun jaringan tubuh dan menghasilkan foton beserta energi yang

3 10 dideposisikan. Tidak menutup kemungkinan metode BNCT juga dapat memberikan efek negatif pada sel sehat di sekitar kanker (Monshizadeh et al., 2015 dan Ariyoshi et al., 2007). Timbulnya efek negatif pada sel sehat sekitar kanker dapat dipengaruhi oleh besaran Linear Energy Transfer (LET) yang dimiliki masing-masing partikel hasil reaksi BNCT maupun foton. LET merupakan besaran yang menunjukkan berkurangnya energi partikel dari suatu jenis radiasi ketika melalui materi. Partikel α dan inti 7 Li hasil dari reaksi 10 B(n,α) 7 Li memiliki LET yang tingggi yaitu sebesar 150 KeV/µm -1 untuk partikel α dan 175 KeV/µm -1 untuk inti 7 Li. Karena energi partikel α bernilai 1,47 MeV dan inti 7 Li bernilai 0,84 MeV maka jangkauan yang dimiliki partikel α dan inti 7 Li di dalam jaringan tubuh sebesar 4,5-10 µm (Sauerwein et al., 2012). Jarak ini setara dengan diameter sel tunggal pada tubuh manusia (Mukawa et al., 2011) yaitu sebesar µm (Smith, 2000). Oleh sebab itu partikel α dan inti 7 Li hanya terlokalisir dalam sel kanker yang mengandung 10 B saja (Edgecock et al., 2014). Partikel α inilah yang berperan besar membunuh sel kanker dengan tingkat kerusakan pada sel sehat sekitar kanker yang minim (Ariyoshi et al., 2007, Barth et al., 2005, dan Monshizadeh et al., 2015). Kesimpulan yang didapatkan dari uraian singkat mengenai BNCT adalah metode ini bersifat selective cell targeting (Stella, 2011 dan Mukawa et al., 2011) karena memiliki efek radiasi yang tinggi pada sel kanker (Zasneda et al., 2010) dengan tingkat kerusakan pada sel sehat sekitar kanker yang minim (Monshizadeh et al., 2015 dan Ariyoshi et al., 2007). Gambar 2.1. Reaksi BNCT dalam Sel Tubuh (Mukawa et al., 2011)

4 Sumber Neutron Berbasis Siklotron Kyoto University Research Reactor Institute (KURRI) telah menyediakan teknik pengobatan kanker dengan menggunakan BNCT. Pelaksanaan BNCT dengan menggunakan sumber neutron berbasis reaktor sudah dimulai dari tahun 1974 hingga tahun Reaktor riset tersebut dinamakan Kyoto University Research Reactor (KURR) yang didirikan oleh KURRI (Mitsumoto et al., 2013). Pada tahun 2006, KURRI menjalin kerja sama dengan Sumitomo Heavy Industries (SHI) dalam rangka untuk mengembangkan sumber neutron untuk BNCT yang lebih baik yaitu sumber neutron berbasis akselerator (Mitsumoto et al., 2013). Akselerator berfungsi untuk mempercepat partikel bermuatan untuk mendapatkan energi tertentu dan ditembakkan pada target sehingga menghasilkan berkas neutron (Burian et al., 2006). Berdasarkan lintasan partikel, akselerator dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu akselerator dengan lintasan yang berputar dan linear. Contoh dari akselerator dengan lintasan yang berputar ialah Siklotron, sedangkan contoh dari akselerator linear adalah Linac. Kedua jenis akselerator ini mampu untuk mempercepat partikel hingga didapatkan energi tertentu. Linac mampu mempercepat proton hingga energi maksimum sebesar 2 MeV dengan arus 2-4 ma (Sauerwein et al., 2012). Akselerator yang telah dibuat oleh SHI yaitu jenis Siklotron dengan tipe HM-30 yang mampu menghasilkan berkas proton dengan arus operasional 1 ma dan energi maksimum 30 MeV (Tanaka et al., 2009). Berkas proton yang dihasilkan nantinya ditembakkan ke material target yang mampu menghasilkan neutron. Tujuan dari pembuatan siklotron agar dapat menghasilkan berkas neutron epitermal yang lebih banyak jika dibandingkan dengan yang dihasilkan dari sumber neutron berbasis reaktor (Barth et al., 2012). Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil penelitian oleh Tanaka et al (2009) mengenai perbandingan fluks neutron epitermal yang dihasilkan ketika menggunakan sumber neutron berbasis siklotron dan reaktor riset KURR yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Terlihat bahwa hasil fluks neutron epitermal paling banyak ketika menggunakan sumber neutron berbasis siklotron. Selain itu, laju dosis neutron cepat dan foton yang dihasilkan ketika menggunakan siklotron bernilai lebih rendah jika dibanding

5 12 dengan KURR yaitu sebesar 5, dan 7, Gy.cm 2 sedangkan hasil yang diperoleh ketika menggunakan KURR secara berturut-turut sebesar 9, dan 2, Gy.cm 2. Reaksi inti yang dapat digunakan untuk menghasilkan neutron yang memanfaatkan proton dari siklotron adalah 7 Li(p,n) 7 Be dan 9 Be(p,n) 9 B (Bayanov et al., 2015 dan Burian et al., 2006). Namun lebih disarankan untuk menggunakan reaksi 9 Be(p,n) karena 9 Be memiliki keunggulan lebih jika dibanding dengan lithium. 9 Be memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibanding dengan lithium yaitu sebesar 1287ºC untuk berilium, dan 181ºC untuk lithium. Sehingga material target dengan berilium akan lebih tahan panas dan tidak cepat meleleh (Hashimoto et al., 2015). Masing-masing neutron yang dihasilkan pada reaksi di atas dapat digunakan untuk iradiasi inti boron-10 yang telah diinjeksikan ke tubuh pasien dan pada akhirnya reaksi BNCT dapat terjadi (Rokhmadi et al., 2002). Gambar 2.2. Perbandingan Spektrum Neutron Epitermal antara Siklotron dengan KURR (Tanaka et al., 2009)

6 Pemandu Berkas Neutron Reaksi 9 Be(p,n) dengan proton berenergi 30 MeV mampu menghasilkan neutron dengan energi cepat. Untuk keperluan BNCT pada kanker dengan kedalaman tertentu di bawah permukaan kulit, maka dibutuhkan neutron epitermal yang berasal dari pemandu berkas neutron. Dengan meninjau energi neutron yang dihasilkan dari reaksi 9 Be(p,n) adalah neutron cepat, maka dibutuhkan pemandu berkas neutron yang mampu menyediakan fluks neutron yang mencukupi untuk BNCT. Langkah ini dapat ditempuh dengan menggunakan Beam Shaping Assembly (BSA) agar fluks neutron epitermal dapat sesuai dengan parameter yang ditetapkan oleh IAEA, dan menggunakan Collimator Assembly supaya berkas neutron dapat terpusat menuju pasien. Desain BSA yang baik terdiri dari moderator, reflektor, kolimator, filter gamma, dan filter neutron termal (Monshizadeh et al., 2015) Reflektor Reflektor merupakan dinding kolimator yang menyebabkan intensitas berkas neutron meningkat. Selain itu, reflektor dapat berperan sebagai penghambur neutron, sekaligus berfungsi agar neutron tidak bocor keluar dari pemandu berkas neutron (Jarahi et al., 2016). Material yang sesuai untuk reflektor adalah material yang memiliki karakteristik tampang lintang atau kebolehjadian reaksi hamburan elastis yang besar dengan tampang lintang serapan yang kecil (Tanaka et al., 2009). Material yang direkomendasikan oleh IAEA sebagai reflektor adalah Pb dan Bi (Rorer et al., 2001 & IAEA, 2001) Moderator Moderator merupakan komponen utama untuk mendapatkan fluks neutron epitermal yang cukup untuk terapi BNCT dengan tetap memperhatikan fluks neutron epitermal yang direkomendasikan oleh IAEA. Bagian ini berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepat menjadi neutron epitermal. Mengingat bahwa hasil terbesar dari reaksi proton dengan 9 Be adalah neutron cepat, maka dipastikan bahwa moderator sangat diperlukan di dalam sistem pemandu berkas neutron

7 14 (Rorer et al., 2001). Material yang cocok untuk moderator adalah material yang memiliki karakteristik tampang lintang hamburan non-elastik yang tinggi untuk neutron cepat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hashimoto et al (2015) material moderator yang cocok untuk reaksi 9 Be(p,n) pada range energi proton 8-30 MeV adalah CaF 2, MgF 2, dan AlF Filter Sistem pemandu berkas neutron untuk BNCT memerlukan filter yang terdiri atas filter neutron dan filter ɣ. Adapun jenis filter neutron yang digunakan adalah filter neutron termal dan filter neutron cepat. Filter neutron merupakan bagian pemandu berkas neutron yang memiliki kemampuan untuk menahan neutron cepat beserta neutron termal, dan mampu meloloskan neutron epitermal. Material yang direkomendasikan sebagai filter neutron ialah material yang memiliki karakterisitik tampang lintang serapan untuk neutron termal dan neutron cepat yang tinggi. Material tersebut diantaranya LiF dan Cd. Material LiF mampu menyerap neutron dengan energi <10 ev dan mampu mengurangi neutron dengan energi >10 kev. Sedangkan material Cd secara efektif mampu untuk menyerap neutron termal (Katarzyna, 2009). Filter neutron cepat berfungsi untuk mengurangi komponen neutron cepat. Kandidat material yang dapat digunakan sebagai filter neutron cepat ialah material yang memiliki kemampuan menyerap neutron cepat yang besar diantaranya material Fe dan Pb (Sato et al., 2014). Filter ɣ berfungsi menyerap atau meminimalisir sinar ɣ yang kemungkinan terjadi pada sistem pemandu berkas neutron. Material yang direkomendasikan sebagai filter ɣ adalah material Pb dan Bi. Kedua material ini memiliki densitas atom yang besar dan mampu menahan sinar ɣ. Namun kelemahan dari komponen ini adalah kemungkinan pengaruh yang terjadi saat berkas neutron melewati material filter ɣ adalah menurunnya intensitas berkas neutron itu sendiri. Menurut Rorer et al (2001) material Bi lebih baik dalam meloloskan neutron epitermal jika dibanding dengan material Pb.

8 Berkas Neutron dalam BNCT Penggunaan Neutron dalam BNCT Pada dasarnya neutron dapat dibagi menjadi 3 rentang energi yaitu neutron termal, neutron epitermal dan neutron cepat. Neutron termal yaitu neutron dengan rentang energi kurang dari 1 ev, neutron epitermal yaitu neutron dengan rentang energi antara 1eV hingga 10 KeV, dan neutron cepat yaitu neutron dengan rentang energi lebih dari 10 KeV (Sentinuwo, 2014). BNCT menggunakan neutron dengan 2 rentang energi yaitu neutron termal dan neutron epitermal. Neutron termal mampu menembus hingga kedalaman 2 cm dari permukaan kulit (Podgorsak, 2006) sedangkan neutron epitermal mampu menembus kedalaman hingga 8 cm dari permukaan kulit. Penggunaan neutron termal ketika target berada pada permukaan kulit, sedangkan target yang berada di bawah permukaan kulit dapat menggunakan neutron epitermal (Bisceglie et al., 1999 dan Sentinuwo, 2014). Contoh kasus kanker yang menggunakan terapi neutron termal ialah kanker kulit, sedangkan yang menggunakan terapi neutron epitermal ialah kanker yang berada pada kepala maupun leher manusia (Kumada, 2014) Parameter Berkas Neutron oleh IAEA untuk BNCT Tujuan utama dari pembuatan desain sumber neutron dalam BNCT ialah menghasilkan berkas neutron yang cukup dengan faktor resiko terhadap sel sehat adalah minim. Pada tahun 2001 International Atomic Energy Agency (IAEA) merekomendasikan beberapa parameter mengenai berkas neutron yang cukup dengan faktor resiko pada sel sehat yang minim. Faktor resiko pada sel sehat berasal dari kontaminasi neutron cepat yang berlebih sehingga menimbulkan banyaknya reaksi tangkapan neutron cepat oleh atom tubuh, neutron termal yang keluar dari aperture kolimator yang tidak mampu menembus menuju sel kanker sehingga menimbulkan efek kerusakan pada kulit, dan radiasi foton yang berasal dari sumber neutron. Beberapa parameter standar yang direkomendasikan oleh IAEA untuk BNCT khususnya yang dapat ditampilkan melalui Tabel 2.2 (Kumada, 2014). Berkas neutron yang digunakan dalam BNCT harus memenuhi

9 16 standar yang telah direkomendasikan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) diantaranya fluks neutron epitermal, rasio fluks neutron termal dengan fluks neutron epitermal, rasio laju dosis neutron cepat dengan fluks neutron epitermal, dan rasio laju dosis gamma dengan fluks neutron epitermal. Kelima parameter ini untuk mode epitermal akan ditampilkan melalui Tabel 2.1. Tabel 2.1. Parameter Berkas Neutron oleh IAEA untuk BNCT (Monshizadeh et al., 2015) Parameter Notasi Rekomendasi IAEA Satuan Fluks neutron epitermal Φ??? >1x10? n. cm??. s?? Rasio fluks neutron termal terhadap fluks neutron epitermal Rasio laju dosis neutron cepat terhadap fluks neutron epitermal Rasio laju dosis foton terhadap fluks neutron epitermal Rasio arus neutron terhadap fluks neutron total Φ?? <0,05 - Φ??? D? <2,0 x 10??? Gy.cm? Φ??? D? <2,0 x 10??? Gy.cm? Φ??? J >0,7 - Φ????? Batas fluks neutron epitermal yang sesuai standar IAEA yaitu sebesar >10 9 n/cm 2 s (Monshizadeh et al., 2015). Batas fluks neutron epitermal yang disarankan ini berpengaruh pada waktu iradiasi ke pasien. Fluks neutron epitermal yang keluar dari aperture kolimator bernilai 10 9 n/cm 2 s akan memerlukan waktu iradiasi kurang dari 1 jam. Apabila fluks neutron epitermal bernilai n/cm 2 s atau lebih maka waktu radiasi akan lebih singkat yaitu sekitar 10 menit. Toleransi minimum fluks neutron epitermal yang masih diperbolehkan yaitu sebesar 5x10 8 n/cm 2 s, namun sebagai konsekuensinya waktu yang diperlukan untuk iradiasi akan berlangsung lebih lama yaitu lebih dari 1 jam (Kumada, 2014).

10 17 Berkas neutron termal yang keluar dari aperture kolimator sumber neutron akan memberikan efek kerusakan pada kulit dan scalp. Hal ini dikarenakan energi neutron bernilai sangat rendah dan tidak mampu menembus hingga sel kanker yang menjadi target. Pada akhirnya neutron hanya mampu menembus pada permukaan kulit dan akan berinteraksi dengan atom sel permukaan kulit. Oleh sebab itu, IAEA menyarankan bahwa neutron termal yang berasal dari sumber neutron harus diminimalisir. Standar yang direkomendasikan oleh IAEA yaitu rasio antara fluks neutron termal dengan fluks neutron epitermal <0,05 (Kumada, 2014). Sinar ɣ menimbulkan dosis ɣ yang bersifat non-selektif, berbeda dengan dosis α yang bersifat selektif hanya pada sel tumor saja. Dosis ɣ bisa terdapat di dalam sel kanker maupun sel sehat di sekitar kanker. Sinar ɣ dapat dihasilkan melalui sumber neutron yang digunakan. Untuk meminimalisirnya, maka diperlukan filter ɣ di dalam sistem sumber neutron yang digunakan. Standar IAEA yang direkomendasikan sebesar <2,0 x 10??? Gy.cm? per neutron epitermal Interaksi Radiasi dalam BNCT Interaksi radiasi dengan materi yang terjadi dalam BNCT terdiri atas interaksi neutron, α, dan foton terhadap materi yang dapat dijelaskan sebagai berikut, Interaksi Neutron Neutron merupakan partikel tidak bermuatan listrik atau netral, sehingga neutron tidak dipengaruhi oleh medan listrik. Karena neutron tidak berinteraksi dengan elektron orbit, maka neutron akan berinteraksi dengan inti. Timbulnya interaksi neutron dengan inti suatu atom dapat menyebabkan reaksi, diantaranya hamburan dan serapan. Reaksi hamburan terdiri dari hamburan elastis dan non elastis, sedangkan reaksi serapan terdiri dari tangkapan radiatif, particle ejection, fisi (DOE-HDBK, 1993). Hamburan neutron terjadi ketika sebuah neutron berjalan menumbuk inti target dan diserap setelah itu inti memancarkan sebuah neutron. Reaksi hamburan

11 18 elastis merupakan reaksi antara neutron dengan inti target dengan energi kinetik dan momentum bersifat kekal, tidak terjadi perpindahan energi ke dalam bentuk energi eksitasi inti target, meskipun ada sebagian energi kinetik yang diberikan ke inti target. Sedangkan untuk hamburan non elastis merupakan reaksi neutron dengan inti target dengan disertainya perpindahan energi ke dalam bentuk energi eksitasi inti target. Pada saat neutron bergerak menuju inti target, neutron masuk dan inti mengalami eksitasi. Kemudian neutron kembali keluar dengan energi kinetik yang berkurang, karena adanya transfer energi, dan pada saat yang bersamaan inti target kembali ke ground state dengan memancarkan foton (DOE- HDBK, 1993). Reaksi serapan merupakan reaksi antara neutron dengan inti target yang menyebabkan neutron menghilang dikarenakan diserap oleh inti, dan kemudian membentuk inti baru bersama dengan pemancaran partikel bermuatan ataupun sinar γ. Jenis dari reaksi serapan yang pertama ialah radiative capture, terjadi saat neutron diserap oleh inti target, kemudian inti target mengalami eksitasi. Pada saat kembali ke ground state, inti target memancarkan sinar γ. Kedua, particle ejection merupakan reaksi yang ditandai dengan adanya neutron yang terserap oleh inti target, kemudian energi yang dimiliki neutron akan digunakan untuk membuat inti dalam keadaan eksitasi, yang selanjutnya inti akan kembali ke ground state sambil menghasilkan inti baru dalam keadaan eksitasi ataupun tidak dan juga partikel α (DOE-HDBK, 1993). Reaksi fisi merupakan reaksi terserapnya neutron oleh inti target yaitu inti berat yang mudah fisi. Setelah neutron terserap, maka inti akan berada dalam keadaan eksitasi. Karena energi eksitasi yang tinggi, maka inti dapat terbelah menjadi 2 bagian dan neutron baru (DOE-HDBK, 1993) Interaksi α Partikel α merupakan partikel bermassa dan bermuatan positif yang memiliki daya ionisasi besar namun jangkauannya yang pendek. Partikel α sangat reaktif ketika bertemu dengan materi dan mampu mengionisasi di sepanjang lintasannnya. Peristiwa yang termasuk dalam interaksi α ialah ionisasi dan

12 19 eksitasi. Ionisasi merupakan peristiwa ketika partikel α bergerak menuju elektron orbit terluar yang kemudian keduanya mengalami interaksi Coulomb. Akibatnya elektron terluarnya menjadi elektron bebas dan atom mengalami ionisasi menjadi ion positif. Eksitasi merupakan peristiwa berubahnya atom dari keadaan stabil menjadi atom tidak stabil dikarenakan adanya perpindahan elektron dari tingkat energi rendah menuju ke tingkat energi lebih tinggi (DOE-HDBK, 1993) Interaksi Foton dengan Materi Ketika foton mengenai suatu materi maka foton tersebut akan mengalami interaksi yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Efek Fotolistrik, Efek Compton dan Produksi Pasangan (Beiser, 1990). a. Efek Fotolistrik Efek ini terjadi ketika foton berinteraksi dengan elektron yang berada di kulit lebih dalam pada atom, dimana elektron pada materi memiliki energi ikat sama atau lebih kecil dari energi foton. Energi foton yang datang sepenuhnya akan diserap oleh elektron atom. Energi yang diserap seluruhnya ini digunakan elektron untuk bebas dari tenaga ikat dan sisanya untuk pergerakan elektron sebagai energi kinetik (Beiser, 1990). b. Efek Compton Efek ini terjadi ketika energi foton berinteraksi dengan electron yang letaknya di kulit atom yang paling luar. Elektron seperti ini memiliki energi ikat jauh lebih kecil daripada energi foton yang datang (bisa disebut elektron bebas atau hamper bebas). Energi foton yang datang sebagian akan diberikan kepada elektron bebas yang nantinya elektron akan dihamburkan. Akibatnya foton yang datang tadi akan bergerak dengan energi yang berkurang (Beiser, 1990). c. Produksi Pasangan Efek ini akan terjadi apabila energi foton yang datang lebih dari 1,02 MeV. Foton mendekati inti atom materi dan menghilang. Perubahan foton dikarenakan adanya medan listrik yang kuat, dan hasil dari efek ini ialah terbentuk satu pasang positron dan elektron, dengan masing-masing berenergi 0,51 MeV (Beiser, 1990).

13 20 Hasil dari ketiga interaksi yang telah dijelaskan adalah elektron dan ion positif. Elektron akan berinteraksi dengan atom tubuh secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi langsung apabila energi elektron terserap oleh DNA secara langsung, sedangkan interaksi tidak langsung apabila elektron berinteraksi terlebih dahulu dengan air yang kemudian dilanjutkan berinteraksi dengan DNA. Perlu diketahui bahwa 80% tubuh manusia mengandung air, maka kebolehjadian interaksi terbesar terjadi secara tidak langsung. Hasil dari interaksi tidak langsung ini adalah ion H + dan OH - beserta hidrogen peroksida yang bersifat toksik bagi tubuh. Efek yang diterima akibat interaksi yang terjadi adalah putusnya rantai susunan DNA dalam tubuh manusia yang mengakibatkan kerusakan DNA itu sendiri (Cember, 2009) Tampang Lintang Neutron Besaran tampang lintang menunjukkan kebolehjadian reaksi antara neutron dengan inti (DOE-HDBK, 1993). Tampang lintang neutron terbagi 2 yaitu tampang lintang serapan dan tampang lintang hamburan. Tampang lintang serapan merupakan kebolehjadian neutron terserap oleh inti yang disimbolkan?? sedangkan tampang lintang hamburan merupakan kebolehjadian neutron dihamburkan yang disimbolkan??. Oleh sebab itu, tampang lintang mikroskopik total neutron dapat dirumuskan pada persamaan (2.2)?? =?? +?? (2.2) Tampang lintang hamburan terdiri dari tampang lintang hamburan elastis dan non-elastis, sedangkan tampang lintang serapan terdiri atas tampang lintang fisi dan radiative capture. Boron-10 memiliki karakteristik tampang lintang tangkapan neutron termal yang tinggi. Unsur penyusun utama jaringan tubuh adalah 16 O, 12 C, 1 H, dan 14 N yang masing-masing juga memiliki tampang lintang tangkapan neutron termal sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2.2. Dapat dilihat pada Tabel 2.2, saat neutron memasuki jaringan tubuh manusia, yang memiliki kebolehjadian ditangkap/diserap paling besar adalah oleh 10 B yang terlokalisir di dalam sel kanker. Sedangkan penyusun jaringan tubuh yang memiliki tampang lintang

14 21 tangkapan neutron termal tertinggi ialah 1 H. Interaksi antara 1 H dengan neutron termal menghasilkan 2 H dengan pemancaran foton berenergi 2,2 MeV (Barth et al., 2013). Tabel 2.2. Tampang Lintang Tangkapan Neutron (Sauerwein et al., 2012, Sopera, 2012 dan Smith, 2000) Nuklida Tampang Lintang Tangkapan (barn * ) Neutron Termal Neutron Cepat 10 B 3, O 1, , C 3, , H 3, , N 7, , * 1 barn = cm Reaksi Utama dalam BNCT Reaksi Tangkapan Neutron Termal oleh 10 B Reaksi tangkapan neutron termal oleh inti 10 B telah dijelaskan melalui gambar 2.1. Energi partikel α sebesar 2,31 MeV akan terdeposisi secara lokal di dalam sel kanker. Namun foton sebagai hasil dari reaksi tangkapan neutron termal oleh 10 B akan mendeposisikan energinya sebesar 0,48 MeV yang bersifat nonlokal, artinya bahwa dosis foton tidak hanya terlokalisir di dalam sel kanker namun juga sel sehat sekitar kanker karena jangkauan yang dimiliki sangat besar (Sauerwein et al., 2012) Reaksi Tangkapan Neutron oleh Unsur Penyusun Jaringan Tubuh Reaksi tangkapan neutron oleh atom tubuh terdiri atas reaksi tangkapan neutron termal oleh hidrogen dan reaksi tangkapan neutron termal oleh nitrogen. Reaksi 1 H(n,ɣ) 2 H menghasilkan gamma sebesar 2,22 MeV, sedangkan reaksi

15 22 14 N(n,p) 14 C disertai dengan pelepasan energi sebesar 0,66 MeV (Smith, 2000). Sedangkan atom penyusun tubuh lain yang memiliki tampang lintang serapan neutron termal yang lebih rendah adalah atom 12 C dan 16 O, dengan reaksi 12 C(n,α) 9 Be dan 16 O(n,α) 13 C Dosimetri Besaran radiasi yang sering digunakan dalam bidang medis adalah dosis serap. Dosis serap (D) merupakan energi rata-rata (de) yang diserap suatu materi yang tiap satuan massa materi (dm) tersebut. Dosis serap berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua materi yang dikenainya dengan satuan internasional Gray (Gy) atau joule/kg (Cember, 2009). Persamaan yang menjelaskan mengenai dosis serap adalah sebagai berikut,? =???? (2.3) Laju Dosis Serap merupakan dosis yang diserap suatu materi (D) tiap satuan waktu (t) yang disimbolkan sebagai? (Cember, 2009). Laju dosis serap memiliki satuan internasional Gy/jam atau Joule/kg.jam yang dapat dirumuskan sebagai berikut,? =?? (2.4) Simulasi Monte Carlo MCNPX dihasilkan dan dikembangkan oleh Laboratorium Nasional Los Alamos. Program ini menggunakan metode Monte Carlo yang merupakan metode perunut jejak atau langkah partikel secara acak mulai dari partikel itu hidup saat berasal dari sumbernya hingga partikel tersebut mati oleh karena terserap, terlepas, atau keluar dari sistem (Shultis & Faw, 2011 dan Bisceglie et al., 1999). MCNP merupakan software untuk membuat simulasi jejak dari berbagai jenis partikel dengan jangkauan energi yang besar. Langkah pembuatan simulasi

16 23 dengan software MCNP ialah pembuatan input file yang meliputi surface card yang merupakan batas geometri yang terdiri atas bidang datar (plane), lingkaran (sphere), tabung (cylinder), kerucut (cone), dan elips, kemudian pembuatan cell card yang berisikan nama material, nomor material, dan densitas material. Selain itu, ditambah pula pembuatan data card yang meliputi definisi sumber radiasi yang akan digunakan, jumlah partikel yang disimulasikan, definisi material dan dilanjutkan dengan pemilihan perintah tally (Reed, 2007). Perintah tally merupakan suatu perintah dalam simulasi untuk mengetahui nilai arus partikel, fluks, energi hingga dosis radiasi yang melalui suatu permukaan maupun volume. Adapun jenis tally yang disediakan di dalam MCNP yang dapat ditunjukkan pada Tabel 2.3 (Reed, 2007). MCNP memiliki tujuan khusus yaitu untuk perhitungan dalam bidang kajian fisika medis. Los Alamos National Laboratory juga mengeluarkan sebuah contoh untuk pemodelan tubuh manusia secara keseluruhan yang berfungsi untuk kalkulasi dosis radiasi internal dalam bidang medis atau Medical Internal Radiation Dose (MIRD) dengan menggunakan phantom ORNL- MIRD (Reed, 2007). Tabel 2.3. Jenis Tally Perhitungan dalam MCNP (Thomas et al., 2003) Tally Mode Partikel Deskripsi Satuan F1 :N, :P, :E Arus yang melalui permukaan Partikel F2 :N, :P, :E Fluks rata-rata yang melalui Partikel/cm 2 permukaan F4 :N, :P, :E Fluks rata-rata yang melalui cell Partikel/cm 2 F5a :N, :P Fluks pada titik Partikel/cm 2 F6 :N, :P, :N,P Energi terdeposisi rata-rata yang MeV/g melalui cell F7 :N Energi terdeposisi fisi dalam cell MeV/g F8 :N, :P, :E, :P,E Distribusi pulsa energi pada detektor Pulsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di seluruh dunia, kanker merupakan penyakit mematikan pada urutan kedua setelah penyakit kardiovaskular. Pada tahun 2012, penelitian yang dilakukan oleh International

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) merupakan teknik pengobatan yang melibatkan akumulasi selektif 10 B pada kanker dan diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit dimana pembelahan sel tidak terkendali dan akan mengganggu sel sehat disekitarnya. Jika tidak dibunuh, kanker dapat menyebar ke bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang timbul karena adanya pertumbuhan yang tidak normal pada sel jaringan tubuh. Disebut tidak normal, karena sel-sel tumbuh dengan cepat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Komputasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta dengan

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 21% dari seluruh kematian

Lebih terperinci

TARGET BERILIUM SEBAGAI SUMBER NEUTRON PADA BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY

TARGET BERILIUM SEBAGAI SUMBER NEUTRON PADA BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY PERANCANGAN PEMANDU BERKAS NEUTRON HASIL REAKSI PROTON 30 MeV PADA TARGET BERILIUM SEBAGAI SUMBER NEUTRON PADA BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNPX Disusun oleh : Dian Novitasari

Lebih terperinci

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya sel-sel yang membelah secara abnormal tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan sehat lainnya. Data

Lebih terperinci

DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON

DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON BAB 4 DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON Metode perhitungan dosis serap pada bab 3 dapat digunakan untuk melihat sebaran energi serap di sekitar batas daerah yang mengandung boron dan daerah

Lebih terperinci

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) BAB 3 BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) Boron Neutron Capture Therapy (BNCT), merupakan terapi kanker dengan memanfaatkan reaksi penangkapan neutron termal oleh isotop boron-10 yang kemudian menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tubuh manusia selalu mengalami pembelahan sel yang dikendalikan oleh gen. Keberadaan zat karsinogen dalam tubuh menyebabkan gen tidak bisa mengendalikan pembelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi di bidang kesehatan juga semakin berkembang. Saat ini yang mendapatkan perhatian khusus di dunia kesehatan adalah tumor.

Lebih terperinci

DOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY

DOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY Dosis Boron Neutron (Ahdika Setiyadi) 65 DOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER KULIT (MELANOMA MALIGNA) MENGGUNAKAN MCNPX-CODE DENGAN SUMBER NEUTRON DARI BEAMPORT TEMBUS REAKTOR KARTINI

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sel yang pertumbuhan dan penyebarannya tidak terkontrol. Pertumbuhannya menyebar ke sekitar jaringan dan dapat bermetasis pada tempat yang jauh. Penyakit

Lebih terperinci

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT Drs. Widarto Peneliti Madya Reaktor Riset Kartini Tipe TRIGA (Training Riset Isotop

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Dr. Fahru Nurosyid, S.Si., M.Si

HALAMAN PENGESAHAN. Dr. Fahru Nurosyid, S.Si., M.Si HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul: PERHITUNGAN LAJU DOSIS FOTON PADA PENGOBATAN KANKER OTAK GLIOBLASOMA MULTIFORMIS DENGAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY MENGUNAKAN METODE MONTE CARLO Yang ditulis

Lebih terperinci

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis.

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis. Bab II. Teori Dasar II.1. Metode Monte Carlo Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis. Metode ini sering digunakan untuk

Lebih terperinci

PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X VEETHA ADIYANI

PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X VEETHA ADIYANI PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X Disusun oleh: VEETHA ADIYANI M0209054 SKRIPSI JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Diterima editor 9 Desember 2013 Disetujui untuk publikasi 12 Februari 2014

Diterima editor 9 Desember 2013 Disetujui untuk publikasi 12 Februari 2014 ISSN 1411 240X Pemodelan Kolimator di Radial Beam... (Bemby Yulio Vallenry) PEMODELAN KOLIMATOR DI RADIAL BEAM PORT REAKTOR KARTINI UNTUK BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY Bemby Yulio Vallenry 1), Andang Widiharto

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

BAB II RADIASI PENGION

BAB II RADIASI PENGION BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat

Lebih terperinci

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX. PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX Ajeng Sarinda Yunia Putri 1, Suharyana 1, Muhtarom 2 1 Prodi Fisika, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi BAB II Besaran dan Satuan Radiasi A. Aktivitas Radioaktivitas atau yang lebih sering disingkat sebagai aktivitas adalah nilai yang menunjukkan laju peluruhan zat radioaktif, yaitu jumlah inti atom yang

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan tanpa kesehatan yang baik segala yang dilakukan tidak akan maksimal.

Lebih terperinci

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI. nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id / (0271)

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI. nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id / (0271) REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan

Lebih terperinci

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI Disusun Oleh : ERMAWATI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 1999 1 ABSTRAK Dalam mendesain semua sistem nuklir, pelindung radiasi, generator isotop, sangat tergantung dari jalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMBANG

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2 Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

Perkiraan Dosis dan Distribusi Fluks Neutron Cepat dengan Simulasi Monte Carlo MCNPX pada Fantom Saat Terapi Linac 15 MV. Abstrak

Perkiraan Dosis dan Distribusi Fluks Neutron Cepat dengan Simulasi Monte Carlo MCNPX pada Fantom Saat Terapi Linac 15 MV. Abstrak Perkiraan Dosis dan Distribusi Fluks Neutron Cepat dengan Simulasi Monte Carlo MCNPX pada Fantom Saat Terapi Linac 15 MV Azizah 1, Abdurrouf 1, Bunawas 2 1) Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

PEMODELAN BNCT SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP

PEMODELAN BNCT SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP Pemodelan Shielding Berbahan... (Afifah Hana Tsurayya) 371 PEMODELAN BNCT SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP A CONCEPTUAL SHIELDING DESIGN USING PARAFFIN

Lebih terperinci

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x. 1 5. KIMIA INTI A. Unsur Radioaktif Unsur radioaktif secara sepontan memancarkan radiasi, yang berupa partikel atau gelombang elektromagnetik (nonpartikel). Jenis-jenis radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif

Lebih terperinci

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5 ABSTRAK SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Annisatun Fathonah dan Suharyana Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami No.36

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

INTI DAN RADIOAKTIVITAS

INTI DAN RADIOAKTIVITAS KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Disusun oleh Kelompok A 1: Siti Lailatul Arifah 12030234021/ KB 2012 Nuril Khoiriyah 12030234022/ KB 2012 Nurma Erlita Damayanti 12030234204/ KB 2012 Amardi

Lebih terperinci

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang dinamakan radioterapi. Penggunaan radiasi pengion dalam pengobatan ini dimulai setelah penemuan

Lebih terperinci

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi yang lebih tinggi dari sinar alpha. Partikel sinar beta memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan partikel alpha. Sinar β merupakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS. A.Mariatmo, Ir. Edison dan Heri Prijanto

PENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS. A.Mariatmo, Ir. Edison dan Heri Prijanto PENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS A.Mariatmo, Ir. Edison dan Heri Prijanto ABSTRAK PENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS.

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO Suharni*, Kusminarto**, Pramudita Anggraita* *Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Jl. Babarsari

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama.

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. BAB.19 ATOM ATOM Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. MODEL ATOM J.JTHOMSON ( 1910 ) ERNEST RUTHERFORD ( 1911 )

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF

PELURUHAN RADIOAKTIF PELURUHAN RADIOAKTIF Inti-inti yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar

Lebih terperinci

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral) FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan

Lebih terperinci

TEORI ATOM. Awal Perkembangan Teori Atom

TEORI ATOM. Awal Perkembangan Teori Atom TEORI ATOM Awal Perkembangan Teori Atom Teori atom pada masa peradaban Yunani Demokritus, Epicurus, Strato, Carus Materi tersusun dari partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dibagi lagi Partikel

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si. CROSS SECTION REAKSI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Tampang Lintang (Cross Section) Reaksi Nuklir Kemungkinan terjadinya reaksi nuklir disebut penampang lintang (σ) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6 KIMIA INTI 1. Setelah disimpan selama 40 hari, suatu unsur radioaktif masih bersisa sebanyak 0,25 % dari jumlah semula. Waktu paruh unsur tersebut adalah... 20 hari 8 hari 16 hari 5 hari 10 hari SMU/Ebtanas/Kimia/Tahun

Lebih terperinci

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1 Xpedia Fisika Soal Fismod 1 Doc. Name: XPPHY0501 Version: 2013-04 halaman 1 01. Pertanyaan 01-02 : Sebuah botol tertutup berisi 100 gram iodin radioaktif. Setelah 24 hari, botol itu berisi 12,5 gram iodin

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radioterapi merupakan salah satu jenis terapi untuk penyakit tumor atau kanker, pengobatan kanker dilakukan dengan menggunakan radiasi pengion atau radionuklida, pembedahan

Lebih terperinci

BAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY

BAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY 8 BAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY 2. 1 Terapi Radiasi Terapi radiasi merupakan penggunaan radiasi pengion secara klinis untuk menangani tumor dan penyakit lainnya pada tubuh manusia. Radiasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II STRUKTUR DAN INTI ATOM 5 A Struktur Atom 6 B Inti atom 9 1. Identifikasi Inti Atom (Nuklida) 9 2. Kestabilan Inti Atom 11 Latihan 13 Rangkuman Bab II. 14 BAB III PELURUHAN

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 2 Doc. Name: AR12FIS02UAS Version : 2016-09 halaman 1 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa

Lebih terperinci

Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah***

Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah*** VERIFIKASI PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) BERKAS ELEKTRON 6 MeV, 9 MeV, 12 MeV DAN 15 MeV MENGGUNAKAN WATER PHANTOM Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**,

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M0209054, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 290 Simulasi Efisiensi Detektor Germanium Di Laboratorium AAN PTNBR Dengan Metode Monte Carlo MCNP5 ABSTRAK SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

BAB IV INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

BAB IV INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI BAB IV INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI 1. ION POSITIF a. Mekanisme Hilangnya Energi Radiasi Selama melewati materi, ion positif terutama kehilangan energi akibat berinteraksi dengan eletron atom penyusun

Lebih terperinci

PENENTUAN DOSIS SERAPAN RADIASI-γ DARI 60 Co PADA RADIOTHERAPY PAYUDARA MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNP5

PENENTUAN DOSIS SERAPAN RADIASI-γ DARI 60 Co PADA RADIOTHERAPY PAYUDARA MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNP5 PENENTUAN DOSIS SERAPAN RADIASI-γ DARI 60 Co PADA RADIOTHERAPY PAYUDARA MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNP5 Disusun oleh : NURUL KHOTIMAH M0207050 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

Lebih terperinci

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO SK DAN KD Standar Kompetensi Mengidentifikasi struktur atom dan sifat-sifat periodik pada tabel periodik unsur Kompetensi

Lebih terperinci

OPTIMASI SUDUT PENYINARAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER PARU-PARU MENGGUNAKAN SIMULASI MCNPX

OPTIMASI SUDUT PENYINARAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER PARU-PARU MENGGUNAKAN SIMULASI MCNPX OPTIMASI SUDUT PENYINARAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER PARU-PARU MENGGUNAKAN SIMULASI MCNPX Oleh, Buce Somuke Toenlioe NIM: 642009006 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Fisika,

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF

BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF 1. PROSES PROSES PELURUHAN RADIASI ALPHA Nuklida yang tidak stabil (kelebihan proton atau neutron) dapat memancarkan nukleon untuk mengurangi energinya dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON 33 BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON Kita telah melakukan simulasi dengan berbagai settingan peralatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Lebih terperinci

Bab 1 STRUKTUR ATOM. Pada pelajaran bab pertama ini akan dipelajari tentang perkembangan teori atom, notasi unsur, Isotop, isobar, dan isoton.

Bab 1 STRUKTUR ATOM. Pada pelajaran bab pertama ini akan dipelajari tentang perkembangan teori atom, notasi unsur, Isotop, isobar, dan isoton. Bab STRUKTUR ATOM Gambar. Teori Atom Rutherford. Sumber: Ensiklopedia Iptek Pada pelajaran bab pertama ini akan dipelajari tentang perkembangan teori atom, notasi unsur, Isotop, isobar, dan isoton. Struktur

Lebih terperinci

Dasar Fisika Radiasi. Daftar Isi

Dasar Fisika Radiasi. Daftar Isi Dasar Fisika Radiasi (Hendriyanto Haditjahyono) Daftar Isi I. Pendahuluan... 2 II. Struktur Atom dan Inti Atom... 4 II.1 Struktur Atom...5 II.2 Inti Atom...8 III. Peluruhan Radioaktif... 13 III.1 Jenis

Lebih terperinci

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di  dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa yang akan terjadi jika sinar-x ditembakkan ke permukaan logam seng? (A) tidak ada elektron

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1 Pendahuluan Tujuan perkuliahan Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1. Mengetahui gambaran perkuliahan. Mengerti konsep dari satuan alamiah dan satuan-satuan dalam fisika partikel 1.1.

Lebih terperinci

KARTINI SKRIPSII. Oleh

KARTINI SKRIPSII. Oleh ANALISIS DOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER OTAK (GLIOBLASTOMA MULTIFORM) MENGGUNAKAN MCNPX-CODE DENGAN SUMBER NEUTRON DARI KOLIMATOR KOLOM TERMAL REAKTORR KARTINI SKRIPSII Diajukan

Lebih terperinci

BAB II LINEAR ACCELERATOR

BAB II LINEAR ACCELERATOR BAB II LINEAR ACCELERATOR 2.1 Definisi Linear Accelerator Linear accelelator (Linac) adalah device yang menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan

Lebih terperinci

Bab 2 Interaksi Neutron

Bab 2 Interaksi Neutron Bab 2 Interaksi Neutron 2.1 Pendahuluan Perilaku neutron fisi ketika berinteraksi dengan bahan menentukan fenomena reaksi neutron berantai yang terjadi. Untuk dapat mempertahankan reaksi berantai, minimal

Lebih terperinci

Modification of Materials and Thickness Layer of Radial Piercing Beamport (RPB) Reflector on Kartini Reactor for Boron Neutron Capture Therapy (BNCT)

Modification of Materials and Thickness Layer of Radial Piercing Beamport (RPB) Reflector on Kartini Reactor for Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2015) Vol.5 No.1 Halaman 94 April 2015 Modification of Materials and Thickness Layer of Radial Piercing Beamport (RPB) Reflector on Kartini Reactor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar belakang Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Dalam bidang kedokteran, pemanfaatan

Lebih terperinci

RADIASI BETA (β) RINGKASAN

RADIASI BETA (β) RINGKASAN RADIASI BETA (β) RINGKASAN Pemancaran elektron (β - ) atau positron (β + ), atau penangkapan elektron pada orbit terluar oleh inti induk (tangkapan elektron), disebut pemancaran radiasi β. Pada pemancaran

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-16 CAKUPAN MATERI 1. INTI ATOM 2. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA 3. MASS DEFECT 4. RADIOAKTIVITAS 5. WAKTU PARUH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN Maksud dan tujuan kuliah ini adalah memberikan dasar-dasar dari fenomena radiaktivitas serta sumber radioaktif Diharapkan agar dengan pengetahuan dasar ini kita akan mempunyai

Lebih terperinci

KOMPUTASI DOSIMETRI RADIASI DENGAN METODE MONTE CARLO

KOMPUTASI DOSIMETRI RADIASI DENGAN METODE MONTE CARLO KOMPUTASI DOSIMETRI RADIASI DENGAN METODE MONTE CARLO Razali Rasvid Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda no.l0 Jakarta 13220 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan aspek-aspek

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M2954, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK Aras-aras inti dipelajari

Lebih terperinci

PEMODELAN SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS BNCT MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP SKRIPSI

PEMODELAN SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS BNCT MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP SKRIPSI PEMODELAN SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS BNCT MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 2 Fisika Kelas 12 Kurikulum 2013 Doc. Name: K13AR12FIS02UAS Version: 2016-04 halaman 1 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di

Lebih terperinci