BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
|
|
- Ivan Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di seluruh dunia, kanker merupakan penyakit mematikan pada urutan kedua setelah penyakit kardiovaskular. Pada tahun 2012, penelitian yang dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan 8,2 juta jiwa meninggal akibat kanker (Ferlay, 2012). Penemuan lainnya menyatakan bahwa prosentase kematian terbesar akibat kanker terjadi di negara miskin atau negara berkembang, yaitu sebesar 70% (Ullrich, 2005). Kanker pada dasarnya merupakan pertumbuhan jaringan tubuh yang secara abnormal dalam waktu singkat dan kondisi tidak terkontrol. Pertumbuhan kanker dapat berada dimana saja, salah satunya di otak. Kanker yang berada pada otak disebut sebagai glioma dan salah satu jenisnya ialah glioblastoma multiforme. Penyakit ini paling sering diderita oleh pria maupun wanita dewasa pada rentang umur tahun dengan gejala yang ditimbulkan ialah sakit kepala, hilang ingatan, bahkan hingga perubahan sikap dari penderita glioblastoma (Asher, 2004). Untuk dapat mengobati penyakit ini diperlukan metode penyembuhan yang tepat agar sel kanker glioblastoma dapat mati. Teknik pengobatan kanker yang digunakan sampai saat ini diantaranya ialah pengangkatan jaringan kanker dengan cara pembedahan atau operasi, kemoterapi, terapi radiasi baik secara eksternal (teletherapy) maupun radiasi internal (brachytherapy). Pengobatan kanker secara operasi dapat dilakukan apabila tumor masih bersifat jinak, namun kelemahan dari teknik ini adalah tidak mampu menghilangkan sel kanker secara optimal apabila perkembangan tumor berubah menjadi tumor ganas (Asher, 2004). Teknik kemoterapi dilakukan dengan cara menyuntikkan obat-obatan tertentu ke dalam tubuh manusia. Pengobatan ini memiliki kelemahan yaitu dapat memberikan dampak negatif pada sistemik tubuh, salah satunya menyebabkan leukopenia (leukocytopenia) (Ariyoshi et al., 2007). Leukopenia merupakan 1
2 2 penurunan sel darah putih atau leukosit pada tubuh, sehingga leukosit kurang dari batas normal 1000/µL (Pitten et al., 2003). Maka dari itu, metode kemoterapi sulit dilakukan pada pasien yang memiliki kondisi tubuh yang lemah (Ariyoshi et al., 2007). Metode pengobatan selanjutnya adalah terapi menggunakan radiasi sinar ɣ. Terapi ini memiliki kelebihan yaitu mampu merusak jaringan kanker melalui radiasi pengion dari sinar ɣ. Teleterapi merupakan terapi radiasi dengan cara penyinaran radiasi ɣ secara eksternal menuju target kanker. Terapi ini memanfaatkan kemampuan radiasi pengion salah satunya dari sumber radioaktif 60 Co yang dapat membunuh kanker, namun efek negatif dari metode ini ialah dapat merusak sel sehat di sekitar sel kanker (Aisyah, 2010). Berikutnya ialah brakiterapi. Metode ini memanfaatkan sumber radioaktif yang ditanamkan ke dalam sel kanker maupun area sekitar sel kanker (Suparman, 2012). Adapun sumber radioaktif yang sering dipakai diantaranya 60 Co, 137 Cs, 192 Ir, 125 I dan 103 Pd (Hidayati et al., 2013). Namun, metode ini juga memiliki kelemahan diantaranya harus dilakukannya penanaman sumber radioaktif ke dalam sel kanker melalui kateter atau aplikator jarum, dan ditambah pula pemberian sumber radioaktif ke dalam sel kanker yang akan memberikan pengaruh pada sel sehat area sekitar sel kanker. Beberapa terapi radiasi yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan terapi radiasi yang memanfaatkan sinar ɣ. Namun perlu diketahui bahwa terapi radiasi untuk kanker tidak hanya menggunakan sinar ɣ saja. Terapi radiasi lainnya adalah memanfaatkan radiasi neutron (neutron capture therapy). Nuklida yang sering dipakai pada terapi radiasi neutron adalah 157 Gd dan 10 B. Penggunaan nuklida 157 Gd kurang begitu dikembangkan karena 157 Gd bersifat toksik untuk tubuh manusia. Oleh sebab itu, pengembangan radiasi neutron beralih ke 10 B yang dikenal sebagai Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) (Sauerwein et al., 2012). BNCT merupakan metode pengobatan tumor dan kanker dengan keunggulan yaitu mampu mengendalikan pertumbuhan sel kanker bahkan dapat membunuh sel kanker itu sendiri dengan tingkat kerusakan jaringan sel sehat yang
3 3 lebih minim (Monshizadeh et al., 2015 dan Ariyoshi et al., 2007). Kebolehjadian reaksi terbesar antara 10 B dengan neutron termal menghasilkan partikel α, 7 Li beserta pemancaran sinar ɣ. Berdasarkan hasil reaksi tersebut, perlu diperhatikan kembali akan bahayanya sinar ɣ yang memiliki daya tembus besar dengan kemampuan mengionisasi materi yang dilaluinya. Partikel α dan inti 7 Li memiliki Linear Energy Transfer yang tinggi (Ariyoshi et al., 2007 dan Barth et al., 2005) yaitu sebesar 150 kevµm -1 untuk partikel α dan 175 kevµm -1 untuk 7 Li. Jangkauan dari partikel α dan 7 Li antara (4,5-10)µm (Sauerwein et al., 2012). Jangkauan yang dimiliki setara dengan diameter sel tunggal yaitu sebesar 10 µm, sehingga dapat disimpulkan metode terapi BNCT merupakan terapi yang memiliki sifat selective cell targeting (Stella, 2011 dan Mukawa et al., 2011) dengan efek kerusakan pada jaringan sehat yang lebih minim. Metode yang dilakukan dalam BNCT yaitu menyuntikkan senyawa yang mengandung 10 B melalui pembuluh darah. Senyawa tersebut terdiri dari Sodium Borocaptate (BSH) dan Boronophenylalanine (BPA) (Barth et al., 2012). Kedua senyawa ini digunakan sebagai pembawa 10 B yang pada akhirnya 10 B hanya terkonsentrasi di dalam sel kanker. Selanjutnya target sel kanker diiradiasi dengan berkas neutron yang berasal dari luar pasien. Konsentrasi 10 B optimal yang diberikan ke pasien yaitu antara (20-35)µg/g kanker (Sauerwein et al., 2012). Besaran tampang lintang menunjukkan kebolehjadian terjadinya reaksi. Tampang lintang serapan/tangkapan neutron termal yang dimiliki 10 B sebesar 3, barn, sedangkan atom penyusun jaringan tubuh yang terdiri atas 16 O, 12 C, 1 H, 14 N memiliki tampang lintang tangkapan neutron termal secara berturutturut sebesar 1, ; 3, ; 3, ; dan 7, barn (Barth et al., 2013, Sauerwein et al., 2012 dan Smith, 2000). Saat neutron termal memasuki jaringan tubuh, peluang terbesar neutron untuk diabsorbsi yaitu oleh 10 B yang menghasilkan reaksi 10 B(n,α) 7 Li. Dalam bidang pengobatan kanker menggunakan metode BNCT, Kyoto University Research Reactor Institute (KURRI) memiliki reaktor riset sebagai sumber neutron bernama Kyoto University Research Reactor (KURR) dan telah berhasil digunakan untuk pengobatan kanker otak (Tanaka et al., 2009). Karena
4 4 fluks neutron yang dihasilkan oleh KURR kurang mencukupi, maka pada tahun 2006 KURRI menjalin kerja sama dengan Sumitomo Heavy Industries (SHI) mengembangkan sumber neutron berbasis akeselerator. Akselerator yang telah dibuat oleh SHI diberi nama siklotron tipe HM-30 yang mampu menghasilkan berkas proton dengan arus operasional 1 ma dan energi maksimum 30 MeV (Tanaka et al., 2009). Pembuatan siklotron ini memilliki tujuan agar mendapatkan fluks neutron epitermal yang lebih tinggi, dengan kontaminasi neutron cepat dan laju dosis foton yang lebih rendah jika dibandingkan dengan neutron yang bersumber dari reaktor (Mitsumoto et al., 2013 dan Tanaka et al., 2009). Selain itu, kendala yang dihadapi jika menggunakan reaktor sebagai sumber neutron ialah biaya pembangunan yang sangat besar dan operasional yang rumit (Hashimoto et al., 2015). Partikel proton setelah dipercepat dari siklotron HM-30 dilewatkan melalui pemandu berkas proton menuju material target. Kandidat material target yang dapat dipakai adalah lithium dan berilium. Namun lebih disarankan menggunakan target berilium karena memiliki keunggulan lebih jika dibanding dengan litium. Berilium memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibanding dengan litium yaitu sebesar 1287ºC untuk berilium, dan 181ºC untuk litium, sehingga material target berilium lebih tahan panas dan tidak mudah meleleh (Hashimoto et al., 2015). Hasil terbesar dari reaksi proton dengan 9 Be ialah neutron cepat (Tanaka et al., 2009). Agar dapat digunakan untuk keperluan BNCT maka dibutuhkan suatu pemandu berkas neutron yang mampu menurunkan energinya menjadi neutron epitermal (1 ev-10 kev) dengan tetap mempertahankan fluks minimum neutron epitermal yang ditetapkan oleh IAEA. Selain itu, pembuatan pemandu berkas neutron diharapkan dapat meminimalisir laju dosis neutron cepat beserta foton. Langkah ini dapat ditempuh dengan menggunakan Beam Shaping Assembly (BSA) sebagai pembentuk kualitas berkas neutron yang optimal dan keluaran laju dosis neutron cepat dan foton yang minim beserta Collimator Assembly (CA) untuk mengarahkan berkas neutron agar terpusat menuju sel kanker (Tanaka et al., 2011). Siklotron HM-30, pemandu berkas proton, BSA dan CA telah diinstalasikan di laboratorium KURRI pada tahun 2008 (Mitsumoto et al., 2013).
5 5 Metode BNCT memiliki standar dalam penyediaan berkas neutron sebagai sumber iradiasinya. Dengan menggunakan standar yang dibuat oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) diharapkan berkas neutron yang berasal dari sistem BSA dan CA untuk terapi dapat optimal. Agar berkas neutron yang dihasilkan sesuai dengan rekomendasi dari standar IAEA, maka desain BSA yang digunakan harus tepat. Desain BSA yang baik terdiri atas moderator, reflektor, kolimator, filter gamma, dan filter neutron termal (Monshizadeh et al., 2015). Pada penelitian ini, perancangan desain BSA dan CA sebagai pemandu berkas neutron untuk keperluan BNCT dibuat berdasarkan hasil penelitian oleh Sato et al (2014) dan Hashimoto et al (2015). Pemandu berkas neutron yang dirancang oleh Sato et al (2014) dan Hashimoto et al (2015) merupakan BSA yang mampu menyediakan neutron epitermal sebagai sumber iradiasi. Pemilihan mode epitermal sebagai acuan penelitian dikarenakan sel kanker sebagai target iradiasi terletak di otak dengan kedalaman 4 cm dari permukaan kulit. Maka dari itu berkas neutron yang dibutuhkan dari sistem adalah berkas neutron epitermal supaya saat neutron berada pada sel kanker sudah termoderasi energinya secara alami menjadi neutron termal. Neutron epitermal berada pada rentang energi 1 ev hingga 10 4 ev, sehingga jangkauan neutron menembus tubuh manusia dapat lebih dalam jika dibanding dengan neutron termal yang hanya terhenti di permukaan kulit (Sentinuwo, 2014). Penggunaan neutron termal hanya untuk kanker yang berada pada permukaan kulit saja (IAEA, 2001). Kekurangan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sato et al (2014) dan Hashimoto et al (2015) adalah tidak sampai pada tahap iradiasi neutron ke phantom, yang merupakan tiruan tubuh manusia. Penelitian skripsi ini merupakan pengembangan dari penelitian Sato et al (2014) dan Hashimoto et al (2014) dan diharapkan dapat memberikan informasi lebih yang dimulai dari perancangan desain pemandu berkas neutron hingga dosis foton yang diterima oleh kepala. Perancangan pemandu berkas neutron hingga untuk uji terapi kanker BNCT dapat disimulasikan menggunakan program komputer, salah satunya dengan program Monte Carlo N-Particle (MCNP). Program MCNP diproduksi oleh Los
6 6 Almos National Laboratory, di Los Alamos, Mexico. Program ini menggunakan metode Monte Carlo yang merupakan metode statistik. Prinsipnya adalah merunut jejak atau langkah partikel secara acak dari partikel itu hidup saat berasal dari sumbernya hingga partikel tersebut mati oleh karena terserap, terlepas, terhambur dan lain sebagainya. Program ini juga mampu menghitung distribusi dosis yang diterima oleh sel kanker (Bisceglie et al., 1999) Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan berkas proton yang diasumsikan berasal dari siklotron tipe HM-30. Pemandu berkas neutron mengacu pada hasil penelitian oleh Sato et al (2014) dan Hashimoto et al (2015) dengan tidak melakukan optimasi material maupun ukuran pada sistem BSA dan CA. Berkas proton diasumsikan hanya berada di dalam pemandu berkas proton dimana proton hanya berinteraksi dengan target 9 Be. Sumber proton disimulasikan dengan bentuk disc dengan sifat monodirectional. Parameter keluaran hasil reaksi akan dibandingkan dengan parameter yang ditetapkan oleh IAEA. Pada akhirnya, sistem BSA dan CA yang telah dirancang digunakan untuk mengiiradiasi phantom tubuh ORNL-MIRD dengan arah lateral terpusat menuju kepala. Boron-10 berada di dalam sel kanker glioblastoma multiforme yang terletak di dalam otak dengan tidak membahas mengenai cara injeksi 10 B ke sel kanker. Reaksi tangkapan neutron oleh 10 B dalam BNCT menghasilkan partikel α, ɣ dan inti 7 Li namun yang dibahas dalam penelitian hanyalah dosis ɣ (foton). Dosis foton yang diperhitungkan yaitu berada dalam sel kanker dan sel sehat sekitar kanker glioblastoma multiforme yaitu cranium, kerangka muka, otak sehat, kulit kepala, dan tiroid. Keseluruhan simulasi dilakukan dengan menggunakan software MCNPX Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana simulasi desain pemandu berkas neutron yang bersumber dari reaksi proton dengan 9 Be sebagai fasilitas terapi kanker BNCT?
7 7 2. Bagaimana kualitas berkas neutron sebagai hasil keluaran pemandu berkas neutron? 3. Berapa dosis foton yang diserap oleh sel sehat sekitar kanker? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, 1. Membuat simulasi desain pemandu berkas neutron yang bersumber dari reaksi proton dengan 9 Be sebagai fasilitas terapi kanker BNCT. 2. Memperoleh informasi kualitas berkas neutron sebagai hasil keluaran dari pemandu berkas neutron. 3. Memperoleh dosis foton yang diserap oleh sel sehat sekitar kanker Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai pembuatan geometri pemandu berkas neutron untuk BNCT menggunakan simulasi software MCNPX. 2. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang jauh lebih baik mengenai simulasi BNCT menggunakan software MCNPX. 3. Diharapkan dapat menjadi referensi terapi BNCT di Indonesia menggunakan sumber neutron berbasis siklotron.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Kanker merupakan suatu gangguan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol atau abnormal. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit kanker yaitu faktor genetik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit dimana pembelahan sel tidak terkendali dan akan mengganggu sel sehat disekitarnya. Jika tidak dibunuh, kanker dapat menyebar ke bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang timbul karena adanya pertumbuhan yang tidak normal pada sel jaringan tubuh. Disebut tidak normal, karena sel-sel tumbuh dengan cepat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke
Lebih terperinci1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 21% dari seluruh kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi di bidang kesehatan juga semakin berkembang. Saat ini yang mendapatkan perhatian khusus di dunia kesehatan adalah tumor.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tubuh manusia selalu mengalami pembelahan sel yang dikendalikan oleh gen. Keberadaan zat karsinogen dalam tubuh menyebabkan gen tidak bisa mengendalikan pembelahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) merupakan teknik pengobatan yang melibatkan akumulasi selektif 10 B pada kanker dan diikuti dengan
Lebih terperinciDOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON
BAB 4 DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON Metode perhitungan dosis serap pada bab 3 dapat digunakan untuk melihat sebaran energi serap di sekitar batas daerah yang mengandung boron dan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya sel-sel yang membelah secara abnormal tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan sehat lainnya. Data
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Komputasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta dengan
Lebih terperinciTARGET BERILIUM SEBAGAI SUMBER NEUTRON PADA BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY
PERANCANGAN PEMANDU BERKAS NEUTRON HASIL REAKSI PROTON 30 MeV PADA TARGET BERILIUM SEBAGAI SUMBER NEUTRON PADA BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNPX Disusun oleh : Dian Novitasari
Lebih terperinciBORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)
BAB 3 BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) Boron Neutron Capture Therapy (BNCT), merupakan terapi kanker dengan memanfaatkan reaksi penangkapan neutron termal oleh isotop boron-10 yang kemudian menghasilkan
Lebih terperinciDOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY
Dosis Boron Neutron (Ahdika Setiyadi) 65 DOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER KULIT (MELANOMA MALIGNA) MENGGUNAKAN MCNPX-CODE DENGAN SUMBER NEUTRON DARI BEAMPORT TEMBUS REAKTOR KARTINI
Lebih terperinciSpesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT
Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT Drs. Widarto Peneliti Madya Reaktor Riset Kartini Tipe TRIGA (Training Riset Isotop
Lebih terperinciPENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.
PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX Ajeng Sarinda Yunia Putri 1, Suharyana 1, Muhtarom 2 1 Prodi Fisika, Universitas Sebelas Maret,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sel yang pertumbuhan dan penyebarannya tidak terkontrol. Pertumbuhannya menyebar ke sekitar jaringan dan dapat bermetasis pada tempat yang jauh. Penyakit
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN. Dr. Fahru Nurosyid, S.Si., M.Si
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul: PERHITUNGAN LAJU DOSIS FOTON PADA PENGOBATAN KANKER OTAK GLIOBLASOMA MULTIFORMIS DENGAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY MENGUNAKAN METODE MONTE CARLO Yang ditulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan tanpa kesehatan yang baik segala yang dilakukan tidak akan maksimal.
Lebih terperinciTEORI DASAR RADIOTERAPI
BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi
Lebih terperinciDiterima editor 9 Desember 2013 Disetujui untuk publikasi 12 Februari 2014
ISSN 1411 240X Pemodelan Kolimator di Radial Beam... (Bemby Yulio Vallenry) PEMODELAN KOLIMATOR DI RADIAL BEAM PORT REAKTOR KARTINI UNTUK BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY Bemby Yulio Vallenry 1), Andang Widiharto
Lebih terperinciKARTINI SKRIPSII. Oleh
ANALISIS DOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER OTAK (GLIOBLASTOMA MULTIFORM) MENGGUNAKAN MCNPX-CODE DENGAN SUMBER NEUTRON DARI KOLIMATOR KOLOM TERMAL REAKTORR KARTINI SKRIPSII Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan
Lebih terperinciMetode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis.
Bab II. Teori Dasar II.1. Metode Monte Carlo Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis. Metode ini sering digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi
BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang dinamakan radioterapi. Penggunaan radiasi pengion dalam pengobatan ini dimulai setelah penemuan
Lebih terperinciFISIKA ATOM & RADIASI
FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,
Lebih terperinciPEMODELAN BNCT SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP
Pemodelan Shielding Berbahan... (Afifah Hana Tsurayya) 371 PEMODELAN BNCT SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP A CONCEPTUAL SHIELDING DESIGN USING PARAFFIN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radioterapi merupakan salah satu jenis terapi untuk penyakit tumor atau kanker, pengobatan kanker dilakukan dengan menggunakan radiasi pengion atau radionuklida, pembedahan
Lebih terperinciModification of Materials and Thickness Layer of Radial Piercing Beamport (RPB) Reflector on Kartini Reactor for Boron Neutron Capture Therapy (BNCT)
ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2015) Vol.5 No.1 Halaman 94 April 2015 Modification of Materials and Thickness Layer of Radial Piercing Beamport (RPB) Reflector on Kartini Reactor
Lebih terperinciSIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5
ABSTRAK SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Annisatun Fathonah dan Suharyana Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami No.36
Lebih terperinciSIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
290 Simulasi Efisiensi Detektor Germanium Di Laboratorium AAN PTNBR Dengan Metode Monte Carlo MCNP5 ABSTRAK SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )
Lebih terperinciBAB II RADIASI PENGION
BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan
Lebih terperinciPENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X VEETHA ADIYANI
PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X Disusun oleh: VEETHA ADIYANI M0209054 SKRIPSI JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinci5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.
1 5. KIMIA INTI A. Unsur Radioaktif Unsur radioaktif secara sepontan memancarkan radiasi, yang berupa partikel atau gelombang elektromagnetik (nonpartikel). Jenis-jenis radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO
ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO Suharni*, Kusminarto**, Pramudita Anggraita* *Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Jl. Babarsari
Lebih terperinciadukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen
Lebih terperinciCROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.
CROSS SECTION REAKSI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Tampang Lintang (Cross Section) Reaksi Nuklir Kemungkinan terjadinya reaksi nuklir disebut penampang lintang (σ) yang mempunyai dimensi
Lebih terperinciJumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah***
VERIFIKASI PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) BERKAS ELEKTRON 6 MeV, 9 MeV, 12 MeV DAN 15 MeV MENGGUNAKAN WATER PHANTOM Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**,
Lebih terperinciKOMPUTASI DOSIMETRI RADIASI DENGAN METODE MONTE CARLO
KOMPUTASI DOSIMETRI RADIASI DENGAN METODE MONTE CARLO Razali Rasvid Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda no.l0 Jakarta 13220 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan aspek-aspek
Lebih terperinciOPTIMASI SUDUT PENYINARAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER PARU-PARU MENGGUNAKAN SIMULASI MCNPX
OPTIMASI SUDUT PENYINARAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER PARU-PARU MENGGUNAKAN SIMULASI MCNPX Oleh, Buce Somuke Toenlioe NIM: 642009006 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Fisika,
Lebih terperinciSIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Muhayatun S., dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel maupun lobulusnya) dan
Lebih terperinciBAB II Besaran dan Satuan Radiasi
BAB II Besaran dan Satuan Radiasi A. Aktivitas Radioaktivitas atau yang lebih sering disingkat sebagai aktivitas adalah nilai yang menunjukkan laju peluruhan zat radioaktif, yaitu jumlah inti atom yang
Lebih terperinciR and D Project Comissioning fasilitas Uji In vitro dan In Vivo BNCT di Beamport tembus Reaktor Kartini
R and D Project Comissioning fasilitas Uji In vitro dan In Vivo BNCT di Beamport tembus Reaktor Kartini 1. Sub-sistem kolimator 2. Sub sistem Biological Shielding 3. Sub-sitem Intrumentation and control
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering kedelapan di seluruh dunia. Insiden penyakit ini memiliki variasi pada wilayah dan ras yang
Lebih terperinciKARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO
KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO Rasito, Zulfahri, S. Sofyan, F. Fitriah, Widanda*) ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
88 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia analitik memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagian besar negara memiliki laboratorium kimia analitik yang mapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiasi merupakan pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang yang dapat diserap oleh benda lain. Beberapa radiasi berbahaya
Lebih terperinciFISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI
FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI Stuktur Inti Sebuah inti disusun oleh dua macam partikel yaitu proton dan neutron terikat bersama oleh sebuah gaya inti. Proton adalah sebuah partikel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ada beberapa kategori power/daya yang digunakan, antara lain backbone power, green power dan mobile power. Backbone power adalah sumber energi primer yang selalu tersedia
Lebih terperinciDESAIN KOLIMATOR TIPE TABUNG UNTUK PENYEDIA- AN BERKAS RADIOGRAFI DENGAN SUMBER GENE- RATOR NETRON
416 ISSN 0216-3128 Yohannes Sardjono, dkk. DESAIN KOLIMATOR TIPE TABUNG UNTUK PENYEDIA- AN BERKAS RADIOGRAFI DENGAN SUMBER GENE- RATOR NETRON Yohannes Sardjono PTAPB BATAN Alexander Agung, Ammi Noor Baits
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMBANG
Lebih terperinciPEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON
MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 4246 PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong,
Lebih terperinciINTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI
INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI Disusun Oleh : ERMAWATI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 1999 1 ABSTRAK Dalam mendesain semua sistem nuklir, pelindung radiasi, generator isotop, sangat tergantung dari jalan
Lebih terperinciDesain Beam Shaping Assembly (BSA) berbasis D-D Neutron Generator 2,45 MeV untuk Uji Fasilitas BNCT
ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2015) Vol.5 No.2 Halaman 25 Oktober 2015 Desain Beam Shaping Assembly (BSA) berbasis D-D Neutron Generator 2,45 MeV untuk Uji Fasilitas BNCT Desman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar belakang Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Dalam bidang kedokteran, pemanfaatan
Lebih terperinciPenentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)
Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Prihatin Oktivasari dan Ade Agung Harnawan Abstrak: Telah dilakukan penentuan kandungan
Lebih terperinciJumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)
FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi
Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi Fiqi Diyona 1,*, Dian Milvita 1, Sri Herlinda 2, Kri Yudi Pati Sandy 3 1 Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB IV PERBANDINGAN DATA DAN ANALISIS JUMLAH MONITOR UNIT OUTPUT SOFTWARE ISIS DENGAN OUTPUT SIMULASI MONTE CARLO
BAB IV PERBANINGAN ATA AN ANALISIS JUMLAH MONITOR UNIT OUTPUT SOFTWARE ISIS ENGAN OUTPUT SIMULASI MONTE CARLO 4.1 ata ata yang diambil adalah nilai jumlah Monitor Unit hasil software ISIS dan nilai jumlah
Lebih terperinciBAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY
8 BAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY 2. 1 Terapi Radiasi Terapi radiasi merupakan penggunaan radiasi pengion secara klinis untuk menangani tumor dan penyakit lainnya pada tubuh manusia. Radiasi
Lebih terperinciVII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi
VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjar lemak, pembuluh darah, dan persyarafan
Lebih terperinciPusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu
Lebih terperinci: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16
MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-16 CAKUPAN MATERI 1. INTI ATOM 2. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA 3. MASS DEFECT 4. RADIOAKTIVITAS 5. WAKTU PARUH
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
20 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam
Lebih terperinciANALISIS DOSIS PADA PENYEMBUHAN KANKER PAYUDARA DENGAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) MENGGUNAKAN MCNP X
Analisis Dosi s pada Penyembuhan... (Norma Ayu R) 82 ANALISIS DOSIS PADA PENYEMBUHAN KANKER PAYUDARA DENGAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) MENGGUNAKAN MCNP X THE DOSAGE ANALYSIS ON BREAST CANCER
Lebih terperinciPENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI
PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Dian Filani Cahyaningrum 1), Riyatun
Lebih terperinciEVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali
Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 13 No. 1, April 2016 EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89 Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali ABSTRAK
Lebih terperinciDISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI
Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 2, April 2014, Hal 107-112 DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI Fatkhiyatul Athiqoh 1), Wahyu Setia Budi
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON
33 BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON Kita telah melakukan simulasi dengan berbagai settingan peralatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Lebih terperinciDESAIN PERISAI RADIASI UNTUK SIKLOTRON DECY-13 MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO
Rasito T., dkk ISSN 0216-3128 231 DESAIN PERISAI RADIASI UNTUK SIKLOTRON DECY-13 MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO Rasito T. 1, Bunawas 2, Taufik 3, Sunardi 3 dan Hari Suryanto 4 1 Pusat Sains dan Teknologi
Lebih terperinciMODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama.
BAB.19 ATOM ATOM Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. MODEL ATOM J.JTHOMSON ( 1910 ) ERNEST RUTHERFORD ( 1911 )
Lebih terperinciGANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI
ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju ABSTRAK ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS
Lebih terperinciPELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).
PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar
Lebih terperinciBAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.
BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit
Lebih terperinciBAB III BESARAN DOSIS RADIASI
BAB III BESARAN DOSIS RADIASI Yang dimaksud dengan dosis radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya.
Lebih terperinciOPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI
OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI Fidayati Nurlaili 1, M. Azam 1, K. Sofjan Firdausi 1, Widarto 2 1). Jurusan Fisika Universitas Diponegoro 2). BATAN DIY ABSTRACT Shield
Lebih terperinciRADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI
RADIOAKTIF Oleh : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF PANCARAN SINAR RADIOAKTIF SINAR,, HVL BAHAN STRUKTUR INTI ATOM ENERGI IKAT INTI KESTABILAN INTI ATOM HUKUM PERGESERAN WAKTU PARUH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi energi listrik dunia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam hal ini industri memegang peranan penting dalam kenaikan konsumsi listrik dunia. Di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan wawancara Riskesdas 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4% per 1000 penduduk, dengan prevalensi kanker
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Kanker dan Kanker Payudara Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya abnormalitas regulasi pertumbuhan sel dan meyebabkan sel dapat berinvasi ke jaringan serta
Lebih terperinciSIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Rini Heroe Oetami, dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN Jl. Tamansari
Lebih terperinciPEMODELAN DOSIS NEUTRON DAN GAMMA DI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
PEMODELAN DOSIS NEUTRON DAN GAMMA DI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito 1, P. Ilham Y. dan Putu Sukmabuana Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN Jl. Tamansari No.71 Bandung
Lebih terperinciBAB II LINEAR ACCELERATOR
BAB II LINEAR ACCELERATOR 2.1 Definisi Linear Accelerator Linear accelelator (Linac) adalah device yang menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan
Lebih terperinciPerkiraan Dosis dan Distribusi Fluks Neutron Cepat dengan Simulasi Monte Carlo MCNPX pada Fantom Saat Terapi Linac 15 MV. Abstrak
Perkiraan Dosis dan Distribusi Fluks Neutron Cepat dengan Simulasi Monte Carlo MCNPX pada Fantom Saat Terapi Linac 15 MV Azizah 1, Abdurrouf 1, Bunawas 2 1) Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang
Lebih terperinciSIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS TANAH DENGAN SPEKTROMETER GAMMA IN-SITU TERKOLIMASI
Simulasi Monte Carlo...(Rasito, dkk) SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS TANAH DENGAN SPEKTROMETER GAMMA IN-SITU TERKOLIMASI Rasito, Putu Sukmabuana, dan Tri Cahyo Laksono PSTNT - BATAN
Lebih terperinciBAB IV Alat Ukur Radiasi
BAB IV Alat Ukur Radiasi Alat ukur radiasi mutlak diperlukan dalam masalah proteksi radiasi maupun aplikasinya. Hal ini disebabkan karena radiasi, apapun jenisnya dan berapapun kekuatan intensitasnya tidak
Lebih terperinciSELF-ABSORPTION COMPUTING OF PHOTON GAMMA IN VOLUMETRIC SAMPEL. Masril. Dosen Jurusan Fisika FMIPA UNP
Prosiding Seminar Nasional Fisika ISBN 979-25-1950-5 Hal 257-263 SELF-ABSORPTION COMPUTING OF PHOTON GAMMA IN VOLUMETRIC SAMPEL Masril Dosen Jurusan Fisika FMIPA UNP Have been measurement of gamma ray
Lebih terperinciPEMETAAN DOSIS RADIASI GAMMA DI FASILITAS KALIBRASI PTNBR UNTUK SUMBER 60 Co 400 GBq DENGAN MCNP5
PEMETAAN DOSIS RADIASI GAMMA DI FASILITAS KALIBRASI PTNBR UNTUK SUMBER 60 Co 400 GBq DENGAN MCNP5 Rasito, Rini H. Oetami, Tri Cahyo L., Endang Kurnia, Suhulman, Soleh Sofyan, dan Zaenal Arifin Pusat Teknologi
Lebih terperinciINTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI
INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat
Lebih terperinciREAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI. nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id / (0271)
REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom
Lebih terperinciPendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi
Pendahuluan Kanker mata adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis tumor yang terjadi di berbagai bagian mata. Hal ini terjadi ketika sel-sel dalam atau di sekitar mata berubah
Lebih terperinciXpedia Fisika. Soal Fismod 2
Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas
Lebih terperinciKIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif
KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12
Lebih terperinciPENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS. A.Mariatmo, Ir. Edison dan Heri Prijanto
PENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS A.Mariatmo, Ir. Edison dan Heri Prijanto ABSTRAK PENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS.
Lebih terperinciPENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016
PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi, Universitas Brawijaya Jl. Veteran 12-16 Malang, 65145, Telp. 085784638866,
Lebih terperinci