BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Gambaran Umum Dalam bab ini, penulis akan menggambarkan hasil penelitian di GKS Jemaat Nggongi meliputi, (1) deskripsi umum GKS Jemaat Nggongi, (2) pemahaman Gereja dan Pelayan GKS tentang makna pendampingan pastoral bagi jemaat dan (3) pemahaman Gereja dan Pelayan GKS tentang penyelesaian konflik bagi Jemaat Sejarah Gereja Gereja Kristen Sumba Nggongi berdiri pada tanggal 24 Oktober Gereja ini merupakan pemekaran dari Gereja GKS Kananggar. Pada mulanya Gereja GKS Nggongi merupakan pos PI dari Gereja GKS Kananggar. Pendeta K. Manudjawa dengan tekun mempersiapkan Nggongi untuk mekar dari Kananggar setelah Sinode GKS menyetujui pemekaran semua pos di Karera menjadi jemaat GKS Nggongi karena dilihat dari keadaan khas jemaat di Nggongi ini sudah dinilai mampu membayar gaji pendeta. Pendeta pertama di jemaat GKS Nggongi adalah pendeta Ngguli Kemarak. Sampai saat ini Pendeta yang pernah melayani sebagai pimpinan jemaat di GKS Nggongi mencapai 7 orang Pendeta. Jemaat GKS Nggongi memiliki 6 cabang. Pendeta yang melayani sampai saat ini adalah Pendeta Pieter Mutu Romu, S.Th. Gambar 3.1.a Gedung Gereja GKS Nggongi 23

2 Komentar Peneliti : Gedung Gereja GKS Nggongi yang terletak desa Nggongi. Merupakan gereja yang memiliki warga jemaat terbanyak dari beberapa denominasi gereja yang ada di Ngonggi. Dengan jumlah warga jemaat yang banyak, justru pelayanan yang dilakukan oleh gereja kurang maksimal sehingga sebagian warganya pindah ke Gereja bebas Hosen, Gereja Bethel Indonesia, Gereja Bethel Taber Nakel, Gereja Sidang Jemaat Allah Lembah Damai dan Gereja Reformasi Letak Geografis Gambar 3.1.b Peta Sumba Timur Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit oleh dua pulau kecil di bagian selatan yang berpenghuni yaitu Pulau Salura dan Pulau Mangkudu. Bagian timur dengan Pulau Nuha (belum berpenghuni) yang secara administrasi pemerintahan masuk dalam wilayah Desa Kabaru Kecamatan Rindi. Disamping itu terdapat 98 pulau tidak berpenghuni dimana 97 pulau tersebut belum bernama. Secara astronomis, Kabupaten Sumba Timur terletak diantara

3 Bujur Timur (BT) disebelah timur dan Lintang Selatan (LS). 1 Daerah paling selatan yakni Nggongi, kecamatan Karera tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Dengan luas desa Nggongi 99,0 Km² 2 a. Batas Wilayah Utara : dengan Gunung Wanggameti Selatan : dengan laut Indonesia Timur : dengan desa Tandula Jangga Barat : dengan desa Ananjaki b. Iklim Kabupaten Sumba Timur beriklim kering (Semi arid) yang dipengaruhi oleh angin muson. Musim penghujan sangat pendek dan terjadi antara bulan november sampai bulan maret, sedangkan musim Kemarau panjang dan kering terjadi pada bulan april sampai dengan bulan oktober. Tipe iklim daerah ini adalah tipe B sampai F (pembagian menurut Smidt dan Ferguson) dengan penyebaran paling luas adalah tipe iklim E (46,34%); F (27,37%); D (22,93%); B (2,30%) dan C (1,05%). Curah hujan berkisar antara mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata tiap tahun antara 44 sampai 61 hari. Suhu maksimum rata-rata 33,2 C dan suhu minimum rata-rata 21,7 C. Kelembaban nisbi terendah terjadi pada musim timur tenggara (63-76%) yaitu bulan juni sampai november dan kelembaban tertinggi pada musim barat daya (82-88%) yaitu bulan desember sampai bulan mei. Kecepatan angin rata-rata pada bulan nopember sampai april knot dan angin musim timor tenggara terjadi 1 sumbaisland.com/budaya-picu-kemiskinan-di-sumba-timur. Sabtu 12 Agustus 2012, pukul di unduh pada 26 November 2012, pukul 22:37 25

4 pada bulan mei sampai dengan oktober dengan kecepatan dapat mencapai Knot (apabila ditunjang angin permukaan). c. Penduduk Penduduk Nggongi tidak lagi memiliki bentuk pemerintahan kerajaan, akan tetapi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap rajanya masih cukup tinggi. Menurut sejarah, di daerah ini dahulu berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Karera. Jumlah Penduduk Nggongi adalah ± jiwa. Laki-laki berjumlah ± 3000 orang sedangkan perempuan berjumlah ± 4000 orang. Masyarakat Nggongi masih memiliki strata sosial yang sangat tinggi. Rata-rata penduduknya berpendidikan maksimal SD. Bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Sumba. Di Nggongi terdapat beberapa denominasi Gereja lain, antara lain: Gereja bebas Hosen, Gereja Bethel Indonesia, Gereja Bethel Taber Nakel, Gereja Sidang Jemaat Allah Lembah Damai dan Gereja Reformasi. d. Keadaan Jemaat GKS Nggongi Jumlah Jemaat Berdasarkan data jemaat yang ditulis oleh sekretaris Gereja, tercatat bahwa GKS Nggongi mempunyai 1 Pendeta, 1 vicaris, 105 Majelis jemaat (73 penatua dan 32 diaken) dan 2 Guru injil, memiliki 6 cabang, 2 Pos PI serta seratus tujuh puluh sembilan (179 KK) Kepala Keluarga 3. Jumlah jemaat GKS Nggongi ialah 2000 jiwa, dengan memiliki 770 KK. Keadaan Ekonomi Melalui wawancara dengan salah satu anggota Gereja GKS Nggongi bapak ketua RT STA, diketahui perekonomian masyarakat atau jemaat yang ada di GKS 3 E S, Sekretaris GKS Nggongi Senin 14 agustus, Pukul 16:00. Nggongi 26

5 Nggongi dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Mata pencaharian jemaat GKS Nggongi pada umumnya adalah bertani baik di ladang, kebun maupun di sawah. Selain bertani sebagian jemaat juga berternak dan sedangkan yang lain terdiri dari nelayan, wiraswasta, guru SD maupun SMP, Pegawai, dan tenaga Medis. Dengan keadaan alam yang baik membuat jemaat bisa bertahan disaat musim paceklik. Keadaan Sosial Budaya Jemaat GKS Nggongi adalah jemaat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kekerabatan. Selain itu juga strata sosial antara golongan raja dan golongan hamba masih sangat terasa. Sehingga dalam menjalani suatu hubungan dalam kemasyarakatan ada jarak antara golongan raja dan golongan hamba. Akan tetapi karena keadaan sosial jemaat GKS Nggongi merupakan bagian dari masyarakat Sumba yang hidup secara teratur dan bersatu didalam suatu kelompok, sehingga setiap anggotanya saling mengenal satu dengan yang lain, saling mendukung dan menolong. Dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial budaya jemaat GKS Nggongi yang masih menjunjung tinggi nilai budaya dan kekerabatan, tidaklah menjadi suatu masalah yang menghambat pelayanan Gereja, sebaliknya nilai-nilai budaya itu menjadi motivasi bagi pelayanan Gereja untuk mempersatukan umat sebagai tubuh Kristus. 3.2 Faktor-faktor yang menyebabkan warga jemaat GKS Nggongi pindah Gereja Warga jemaat yang pindah karena ketidakpuasan terhadap pelayanan a. Kasus Bapak YL Dalam teknik untuk mencapai tujuan penelitian tentang faktor-faktor penyebab jemaat pindah gereja maka peneliti mewawancarai YL. Menurut YL awal mula ia memutuskan untuk pindah ke denominasi gereja lain (Karismatik) 27

6 adalah untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan terutama pemberkatan nikah dan baptisan. YL mengatakan mengatakan dalam penjelasannya :...Majelis jemaat GKS Nggongi menolak untuk melakukan pemberkatan nikah dan baptisan dengan alasan urusan adat/belisnya belum selesai, sedangkan saya sangat memiliki kerinduan membawa keluarga saya untuk dimateraikan dalam sebuah pernikahan dan juga anak-anak kami dimateraikan menjadi milik Kristus dalam sebuah baptisan. Ketika pihak Gereja menolak, saya sangat kecewa dan sakit hati. Saya menahan diri untuk tidak hadir dalam persekutuan di jemaat GKS selama enam bulan. Selama enam bulan itupun Gereja tidak datang mengunjungi saya untuk memberikan jalan keluar kepada saya dan juga istri. Saya sangat kecewa karena itu saya bersama istri akhirnya memutuskan untuk pindah ke Gereja GBI Kahembi pada bulan November Setelah mewawancarai YL peneliti mendapatkan informasi nama-nama dari jemaat lain yang juga pindah menyusul setelah YL pindah. b. Kasus bapak HB Hari berikutnya peneliti mewawancarai HB yang juga merupakan jemaat yang pindah ke GBI Kahambi. HB mengatakan perasaannya sebagai berikut:...saya merasa sangat kecewa saat saya sakit dirumah tidak ada satu orang majelis jemaatpun yang datang untuk mendoakan saya, sedangkan saat pendeta dari GBI mendengar saya sakit beliau langsung datang untuk mendoakan saya. Sedangkan waktu itu saya masih menjadi anggota jemaat GKS. Mengapa pendeta dari Gereja lain datang mendoakan dan peduli dengan saya tapi pendeta dari Gereja asal saya tidak datang untuk mendoakan saya. Saya menahan diri selama sembilan bulan dari persekutuan dengan jemaat. Dan selama itu juga Gereja tidak melakukan pendekatan kepada saya dan istri untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saya rasa lebih baik, saya dan keluarga pindah saja ke GBI dari pada saya harus bertahan di GKS. 5 c. Kasus Bapak BN Wawancara dilakukan kepada bapak BN. Beliau mengungkap-kan alasan dan penyebab ia memilih untuk pindah ke GBT. Dalam penjelasannya beliau mengungkapkan :...Saya merasa selama bergereja di GKS iman saya tidak tumbuh dan juga GKS terlalu terikat dengan aturan tata Gereja sehingga terkesan sangat kaku, alasan lainnya karena ketika ada permasalahan yang terjadi di jemaat, GKS sangat lamban dalam melakukan penanganan serta ketika saya minta Gereja untuk menghadiri dan memimpin ibadah syukuran karena anak saya yang ketiga lulus dari teologia GBT, majelis jemaat tidak hadir. Saya kecewa karena saya merasa pelayanan Gereja pilih kasih. Saya menahan diri dari peresekutuan dengan jemaat dan selama menahan diripun tidak ada perkunjungan ataupun pendekatan yang dilakukan oleh Gereja agar dapat menyelesaikan masalah yang 4 Wawancara, Rabu 5 september 2012, pukul di rumah 5 Wawancara, Kamis 6 september 2011 pukul di Rumah. 28

7 ada. Melihat tidak ada tanggapan dari Gereja, saya bersama istri memutuskan untuk pindah ke GBT. Setelah pindah baru adanya pendekatan dalam bentuk tim yang di lakukan oleh GKS kepada saya. Bagi saya kedatangan tim dari GKS sudah terlambat karena saya sudah merasa nyaman dan iman saya pun tumbuh saat menjadi bagian dari jemaat GBT. Saya sudah menemukan apa yang selama ini saya cari. 6 d. Kasus Ibu EH Wawancara kepada ibu EH salah satu warga jemaat yang pindah ke GBT. Ibu E H mengatakan alasan yang mendasar sehingga beliau pindah ke GBT :...Saat saya datang kepada Gereja GKS untuk minta dilakukan pemberkatan nikah permintaan itu di tolak oleh Gereja dengan alasan karena calon suami saya masih berstatus suami orang. Menurut saya tidak ada salahnya ketika saya ingin di berkati dalam sebuah pernikahan karena istri calon suami sudah menyetujui hubungan kami. Saya kecewa GKS terlalu terpaku pada tata aturan Gereja sehingga saya tidak di beri kesempatan untuk membawa keluarga saya di hadapan Tuhan untuk dimateraikan. Saya tidak pernah merasa ada pendekatan yang di lakukan oleh GKS saat saya mengalami masalah ini. Saya merasa seperti domba yang kehilangan arah tanpa dicari dan dilindungi. Saya memutuskan untuk pindak ke GBT dan melakukan pemberkatan nikah di Gereja tersebut. 7 e. Kasus Bapak EN Peneliti mewawancarai Bapak EN yang juga telah pidah ke GBT. Bapak EN menjelaskan:...keputusan untuk pindak ke GBT bermula saat saya mencalonkan diri menjadi anggota majelis jemaat. Dan melalui rapat dewan lengkap saya telah mendapat persetujuan untuk menjadi calon majelis jemaat, pada saat yang sama sebelum nama-nama calon majelis jemaat di umumkan, saya bertikai dengan ayah saya, melihat hal itu Gereja melakukan mediasi antara saya dengan sang ayah, namun hal itu belum mendapat titik terang untuk berdamai karena saat itu kami masih dalam suasana yang sangat tidak memungkinkan untuk berdamai. Ayah saya tidak mempermasalahkan pencalonan saya sebagai majelis jemaat karena masalah yang ada antara kami berdua adalah masalah pribadi dan tidak ada sangkut paut dengan pencalonan saya sebagai majelis jemaat.yang buat saya sangat sakit hati majelis jemaat langsung mencopot nama saya saya tanpa pemberitahuan seolah-olah saya difonis bersalah. Dan setelah itu mereka tidak datang berkunjung untuk memberikan penjelasan kepada saya mengapa nama saya di copot. Yang tragisnya lagi majelis jemaat mengangkat salah seorang jemaat untuk menggantikan saya dengan alasan mengisi kekosongan, sedangkan jemaat tersebut tidak tidak mengikuti prosedur pencalonan. Saya merasa majelis jemaat sudah menyimpang dari tata aturan Gereja tentang pencalonan majelis jemaat. Saya bersama istri memutuskan untuk pindah ke GBT. 8 f. Kasus Bapak R K 6 Wawancara, Kamis 6 september 2012 pukul di rumah. 7 Wawancara, Kamis 6 september 2012 pukul di rumah. 8 Wawancara, Jumat 7 september 2012, pukul di rumah 29

8 Pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara terhadap R K. Dalam wawancara yang dilakukan, R K menjelaskan bahwa :...Saat saya meminta kepada Gereja GKS untuk memberkati anak saya dalam sebuah pemberkatan nikah, Gereja menolak dengan alasan urusan adat/ belis belum selesai sehingga Gereja tidak dapat melakukan pemberkatan. Saya juga merasa tidak mendapatkan keadilan oleh pihak Gereja karena anak saya yang belum menikah mengapa saya yang harus dikenakan siasat (tidak boleh ikut perjamuan kudus)?. Saya sangat kecewa dengan cara Gereja yang seperti ini. Akhirnya saya menulis surat kepada Gereja bahwa saya mengundurkan diri dari jemaat, saya pindah ke Gereja lain. Surat saya itu sudah di bawa ke rapat dewan lengkap tapi tidak ada respon dari Gereja untuk mengidahkan permohonan saya itu. Saya merasa saya sudah pantas untuk pindah karena saya sudah menulis surat, di respon atau tidak sudah tidak menjadi urusan saya lagi. Bersama 10 kepala keluarga yang semuanya adalah keluarga saya, memutuskan untuk pindah ke GBT. Tidak ada paksaan kepada mereka untuk bergabung bersama saya di GBT akan tetapi niat dari hati mereka sendiri dan karena kekecewaan mereka terhadap pelayanan yang dilakukan oleh Gereja serta lambannya penanganan serta penyelesaian masalah oleh Gereja. Dan setelah kami telah menjadi bagian GBT barulah tim yang di bentuk oleh GKS yang telah di bahas dalam dewan lengkap datang dan mengunjungi kami. Akan tetapi keputusan kami sudah bulat sehingga kami tidak ingin kembali lagi ke GKS. 9 Analisa Dari seluruh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap informan kunci, dapat dikatakan bahwa terjadi perpindahan warga jemaat GKS Nggongi ke gereja lain, hal tersebut disebabkan karena adanya peraturan dari GKS Nggongi yang menyatakan, warga jemaat tidak dapat mengikuti acara pemberkatan nikah di gereja jika dalam kehidupan sosialnya belum melakukan upacara pernikahan adat (belis). Pada umumnya pemberkatan nikah di gereja dapat di lakukan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pernikahan adat. Berdasarkan peraturan yang di buat oleh GKS Nggongi, maka hal tersebut juga berimbas pada anak-anak dari keluarga tersebut sehingga tidak bisa mendapatkan sakramen Baptisan Kudus, seperti contoh kasus pada bapak YL :...Majelis jemaat GKS Nggongi menolak untuk melakukan pemberkatan nikah dan baptisan dengan alasan urusan adat/belisnya belum selesai, sedangkan saya sangat memiliki kerinduan membawa keluarga saya untuk dimateraikan dalam sebuah pernikahan dan juga anak-anak kami dimateraikan menjadi milik Kristus dalam sebuah baptisan. Ketika pihak Gereja menolak, saya sangat kecewa dan sakit hati. Saya menahan diri untuk tidak hadir dalam persekutuan di jemaat GKS selama enam bulan. Selama enam bulan itupun Gereja tidak 9 Wawancara, Sabtu 8 september 2012, pukul 10.00, dan di rumah. 30

9 datang mengunjungi saya untuk memberikan jalan keluar kepada saya dan juga istri. Saya sangat kecewa karena itu saya bersama istri akhirnya memutuskan untuk pindah ke Gereja GBI Kahembi pada bulan November Peraturan tersebut yang menyebabkan terjadinya konflik antara pihak gereja dan jemaat yang bersangkutan, sehingga berujung pada perpindahan warga jemaat ke gereja lain dengan alasan tidak mendapatkan kepuasan pelayanan dari GKS Nggongi. Selain itu juga kurang pekanya gereja terhadap masalah yang dialami oleh warga jemaat contohnya kasus bapak HB yang mengeluh karna tidak mendapatkan perhatian dari GKS Nggongi ketika beliau dalam keadan sakit sedangkan dari Gereja GBI datang berkunjung dan mendoakannya. Berdasarkan kasus diatas dapat dilihat bahwa para pelayan tidak memahami fungsi pastoral yang merupakan upaya untuk mencari dan mengunjungi anggota jemaat terutama yang sedang bergumul dengan persoalanpersoalan yang menghimpitnya dan pelayanan ditujukan kepada mereka yang mengalami pergumulan hidup. 11 Berdasarkan konflik yang terjadi dalam Gereja GKS Nggongi maka kasus ini sangat mendukung teori yang katakan oleh Samiyono bahwa jika konfilk tidak dikelola dengan baik maka akan menyebabkan terjadinya hal yang negatif 12. Di antaranya pertama, kerugian berupa material dan spiritual. Bila di kaitkan dengan keadaan di lapangan maka terlihat jelas bahwa konflik yang ada dalam tubuh jemaat GKS Nggongi menimbulkan kerugian berupa material dengan berkurangnya persembahan yang masuk dalam setiap ibadah minggu dan juga kerugian berupa spritual yang mana banyak jemaat menjadikan konflik tersebut sebagai sebuah alasan untuk tidak mengikuti ibadah dan bersekutu bersama dengan jemaat lainnya. 10 Wawancara, Rabu 5 september 2012, pukul di rumah 11 Ibid. 12 David Samiyono:Pluralisme dan Pengelolaan Konflik, tanggal di UKSW Salatiga. 31

10 Kedua, menggangu harmoni sosial. Bila dikaitkan dengan keadaan di jemaat GKS Nggongi maka dengan adanya konflik yang terjadidalam tubuh jemaat dapat mempengaruhi harmoni sosial yang selama ini terjalin dengan baik menjadi terpecah. Jemaat yang berkonflik tidak lagi begitu bersimpati dengan kehidupan jemaat lainnya dan terkesan saling menyalahkan satu dengan yang lain, merasa diri paling benar, dan mempengaruhi orang lain untuk mengikuti keputusan yang di anggap benar olehnya (jemaat yang pindah). Ketiga, terjadi perpecahan kelompok. Bila dikaitkan dengan keadaan di jemaat GKS Nggongi sangat jelas terlihat perpecahan yang terjadidalam kehidupan jemaat GKS Nggongi. Jemaat tidak lagi bersatu membangun persekutuan yang indah akan tetapi masing-masing jemaat mencari jalan yang menurut mereka benar dan lebih menumbuhkan iman mereka dari pada tetap berkumpul bersama dalam persekutuan di jemaat GKS Nggongi. Melihat dari dampak negatif yang terjadi di jemaat GKS Nggongi, maka gereja berusaha untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dengan melakukan perkunjungan ke rumah jemaat. Perkunjungan tersebut dilakukan dengan membentuk satu tim yang diputuskan dalam rapat dewan lengkap, namun perkunjungan tersebut hanya dilakukan satu atau dua kali saja. Setelah perkunjungan tersebut maka pihak gereja mengembalikan keputusan sepenuhnya kepada jemaat untuk memuntuskan pindah gereja atau kembali ke gereja asal. Dalam pemikiran beberapa majelis selaku pelayan, mereka sudah berusaha untuk melakukan pendekatan kepada jemaat yang berkonflik namun keputusan sepenuhnya kembali kepada jemaat. Tetapi pada kenyataannya, usaha yang dilakukan oleh pihak gereja tidak cukup berhasil, terbukti bahwa semakin banyak warga jemaat yang memutuskan untuk pindah ke gereja lain. 32

11 Usaha yang dilakukan oleh pihak gereja ini dilakukan hanya semata-mata untuk menjalankan tugas gereja. Contoh kasus seperti yang terjadi kepada bapak EN :...Keputusan untuk pindah ke GBT bermula saat saya mencalonkan diri menjadi anggota majelis jemaat. Dan melalui rapat dewan lengkap saya telah mendapat persetujuan untuk menjadi calon majelis jemaat, pada saat yang sama sebelum nama-nama calon majelis jemaat di umumkan, saya bertikai dengan ayah saya, melihat hal itu Gereja melakukan mediasi antara saya dengan sang ayah, namun hal itu belum mendapat titik terang untuk berdamai karena saat itu kami masih dalam suasana yang sangat tidak memungkinkan untuk berdamai. Ayah saya tidak mempermasalahkan pencalonan saya sebagai majelis jemaat karena masalah yang ada antara kami berdua adalah masalah pribadi dan tidak ada sangkut paut dengan pencalonan saya sebagai majelis jemaat.yang buat saya sangat sakit hati majelis jemaat langsung mencopot nama saya saya tanpa pemberitahuan seolah-olah saya divonis bersalah. Dan setelah itu mereka tidak datang berkunjung untuk memberikan penjelasan kepada saya mengapa nama saya di copot. Yang tragisnya lagi majelis jemaat mengangkat salah seorang jemaat untuk menggantikan saya dengan alasan mengisi kekosongan, sedangkan jemaat tersebut tidak tidak mengikuti prosedur pencalonan. Saya merasa sudah majelis jemaat sudah menyimpang dari tata aturan Gereja tentang pencalonan majelis jemaat. Saya bersama istri memutuskan untuk pindah ke GBT. 13 Melihat usaha yang dilakukan oleh pihak gereja dalam penyelesaian konfik seperti kasus yang dialami oleh bapak EN, maka usaha gereja tersebut termasuk dalam salah satu dari kelima strategi penyelesaian realita konflik yang di usulkan oleh Pruitt dan Rubin yaitu contending (pertandingan) yaitu mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai oleh satu pihak atas pihak lain. Strategi tersebut meliputi segala macam usaha untuk menyelesaikan konflik sesuai dengan kemauan sendiri tanpa mempedulikan kepentingan pihak lain 14. Dari strategi pertandingan tersebut tidak dapat menyelesaikan konflik yang terjadi, karena itu peneliti merekomendasikan salah satu dari lima stategi tersebut yaitu problem solving (pemecahan masalah). Hal tersebut didasarkan pada pendapat peneliti bahwa mengunakan strategi pemecahan masalah kedua pihak yang berkonflik dapat mencari alternatif yang memuaskan kedua belah pihak dan berusaha mempertahankan aspirasinya sendiri, tetapi sekaligus berusaha mendapatkan cara untuk melakukan rekonsiliasi dengan pihak lain dan mencari solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Dengan demikian masalah 13 Wawancara, Jumat 7 september 2012, pukul di rumah 14 Dean G. Pruitt dan Jefferey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004) hal

12 yang terjadi di jemaat GKS Nggongi dapat diselesaikan dengan baik tanpa merugikan salah satu pihak. Bila dikaitkan dengan data dan analisa diatas maka Gembala jemaat maupun majelis jemaat rupanya mampu menjadi mediator yang baik, sehingga menjadi penangah bagi warga jemaat yang memiliki konflik. Terutama konflik antara warga jemaat dengan tata aturan Gereja dan juga adat istiadat yang berlaku, sehingga pihakpihak berkonfik menemukan penyelesaian yang mereka sepakati sejak dini. Hal ini sebetulnya sesuai dengan langkah-langkah yang diungkapkan oleh Pruit dan Rubin mengenai mengenai penyelesaian realita konflik. Perlu juga di pahami bahwa untuk menyelesaikan konflik yang ada, gereja tidak hanya mampu menjadi mediator akan tetapi gereja dapat menjadi penyembuh dan juga dapat memulihkan relasi yang telah rusak akibat konflik tersebut. Oleh karena itu perlu ada pemahaman tentang pendampingan dalam relasi antara satu dengan yang lainnya. Seorang gembala atau majelis dan orang-orang yang terlibat dalam pendampingan pastoral harus belajar agama dengan baik, dalam hal ini Kristen, sebagaimana agama itu berfungsi didalam dan melalui orang-orang yang terlibat dalam pendampingan pastoral itu dalam relasinya satu sama lain. 15 Dapat dikatakan bahwa setiap konflik yang ada dalam tubuh jemaat dapat di selesaikan baik sehingga konflik yang ada tidak menjadi pemecah dalam persekutuan jemaat akan tetapi dengan konflik yang ada dapat menolong, misalnya memberi pelajaran, perasaan memiliki tujuan bersama, dan pertumbuhan ke arah hubungan yang lebih baik. Melalui proses tawar menawar, konflik dapat membantu terciptanya tatanan baru dalam interaksi sosial sesuai dengan kesepakatan bersama. Apabila konflik dapat dikelola dengan baik sampai batas tertentu dapat juga dipakai sebagai 15 Ibid, hal. 6 34

13 alat perekat kehidupan bermasyarakat. 16 Untuk itu, maka konflik bukanlah suatu hal yang harus di hindari akan tetapi diselesaikan bersama agar mencapai pertumbuhan ke arah yang lebih baik. 3.3 Warga jemaat pindah gereja karena faktor konflik internal dan masalah sosial ekonomi. Faktor-faktor yang menyebabkan warga jemaat pindah gereja antara lain faktor konflik internal dan masalah ekonomi. Seperti yang dijelaskan oleh bapak MM yang mengatakan bahwa:...yang menjadi faktor penyebab jemaat pindah Gereja ialah ketidakpuasan warga jemaat terhadap pelayanan yang di lakukan oleh Gereja. Oleh karena itu, banyak jemaat yang pindah dan mencari pelayanan yang menurut mereka dapat menumbuhkan iman mereka. Selaku pelayan kami melakukan pendekatan kepada mereka, akan tetapi jika keputusan mereka sudah bulat untuk pindah maka kami (Gereja) tidak dapat melakukan apa-apa. Harus diakui memang bahwa setiap konflik yang terjadidalam kehidupan warga jemaat selalu menjadi pemicu perpindahan jemaat ini terjadi. Baik konflik yang terjadi antara warga jemaat dengan keluarga maupun konflik antara jemaat dengan pelayan. 17 bahwa: Demikian halnya dengan bapak AMM setuju dengan bapak MM yang mengatakan...adanya perpindahan jemaat yang terjadi didasari oleh dua faktor yakni Pertama kekecewaan warga jemaat terhadap pelayanan yang dilakukan oleh gembala sidang. Karena setelah saya menanyakan kepada beberapa warga baik yang pindah maupun yang tidak pindah mengatakan bahwa mereka (warga jemaat) kecewa dan sakit hati dengan pelayanan yang lakukan oleh gembala sidang (pendeta), yang sebenarnya gembala adalah tempat mencurahkan rasa saat mereka mengalami pergumulan dan persoalan hidup, akan tetapi hal itu tidak mereka temukan. Dan kedua adalah faktor ekonomi, yang mana keadaan ekonomi di jemaat nggongi sangat lemah. Sehingga ketika ada tawaran-tawaran dan janji-janji yang di berikan oleh Gereja lain, mereka tergiur dan akhirnya pindah Gereja. faktor yang tidak kalah penting adalah tingkat pemahaman warga jemaat terhadap arti dari kekristenan masih sangat minim dan pemahaman tentang kepercayaan yang mereka percayai itu masih sangat lemah sehingga dengan mudah warga jemaat itu memilih untuk pindah Gereja. Pehamaham warga jemaat bahwa semua Gereja itu sama saja sehingga mereka tidak menyesal dan merasa takut saat mereka memilih untuk pidah ke denominasi Gereja lain. 18 Bapak NMA mendukung pernyataan bapak A M M menjelaskan bahwa : 16 Agus Surata dan Tuhana Taufiq Andrianto, Atasi Konflik Etnis, (Yogyakarta : Global Pustaka Utama, 2001) hal 1 17 Wawancara, Selasa 11 september 2012, pukul 10:00 di rumah 18 Wawancara, Kamis 13 september 2012, pukul di tempat ibadah rumah tangga 35

14 ...yang menjadi faktor penyebab jemaat pindah Gereja ialah faktor ekonomi. Jemaat kami memiliki tingkat pendapatan yang cukup rendah sehingga ketika ada masalah dan mereka mendapatkan janji-janji dari denominasi Gereja lain, mereka langsung tergiur dan pindah. Jika ada masalah antar angota keluarga maka mereka menjadikan Gereja sebagai sasaran. Mereka tidak lagi mau bergereja dengan alasan mereka tidak damai sejahtera saat orang yang bermasalah itu hadir juga dalam Gereja. Dan hal yang tidak kalah pentingnya yakni adanya kekurang kompakan dalam tubuh majelis jemaat dalam melakukan pelayanan serta penanganan masalah. Hal ini juga membuat warga jemaat merasa tidak di perhatikan dan memilih untuk mencari Gereja lain. 19 Sama halnya juga dengan bapak MM dan bapak AMM, bapak APM yang mengatakan bahwa:...yang menjadi faktor penyebab warga jemaat kami pidah Gereja adalah adanya kesalah pahaman antara warga jemaat dengan pelayanan yang di lakukan oleh Gereja. Dalam artian saat Gereja terlambat merespon permasalahan yang terjadidalam hidup warga jemaat maka jemaat langsung memilih untuk mencari Gereja lain yang menurut mereka mampu menjawab dengan cepat masalah yang mereka hadapi. Faktor lain, adanya masalah pribadi diantara keluarga warga jemaat yang imbasnya kepada Gereja. Permasalahan yang ada dalam keluarga di sangkut pautkan dengan Gereja, sehingga ketika ada masalah antara anggota keluarga maka Gerejalah yang harus bertanggung jawab. Jika Gereja tidak menyelesaikan masalah mereka maka mereka langsung memilih untuk pindah ke Gereja lain. 20 Bapak NRD setuju dengan pernyataan beberapa penatua diatas, mengatakan bahwa :...Yang menjadi alasan warga jemaat pindah Gereja ialah kekecewaan terhadap pelayanan kami yang kurang maksimal. Akan tetapi menurut saya yang sebenarnya warga jemaat tidak mengerti tata aturan Gereja sehingga ketika mereka minta dilakukan pemberkatan nikah, baptisan terhadap keluarga dan anak mereka dan di tolak oleh kami selaku pekerja Gereja, mereka langsung marah dan menahan diri untuk tidak bersekutu lagi bahkan ada juga yang langsung pindah. Mereka tidak menerima kalau kami tidak dapat melakukan pemberkatan dan baptisan kalau mereka belum memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Karena hal inilah maka banyak dari warga jemaat kami yang pindah dan tidak mau kembali lagi sampai kami menyetujui untuk melakukan pemberkatan nikah. Sebanarnya ini sangat salah ketika mereka menuntut demikian karena mereka saja tidak bisa menaati peraturan Gereja yang sudah ada. 21 Berbeda dengan beberapa Penatua diatas ibu Diaken MUH menjelaskan bahwa :...Yang menjadi alasan warga jemaat saya pindah Gereja yaitu karena masalah keluarga yang di hadapi oleh jemaat tersebut dan akhirnya berimbas ke gerja dan kebetulan warga tersebut merupakan salah seorang dari calon majelis yang akan di pilih oleh warga jemaat khususnya cabang Lalindi. Warga jemaat tersebut memiliki masalah dengan ayahnya dan ketika kami pergi untuk menyelesaikan masalah tersebut, agar mereka berdamai tapi tidak ada niat dari kedua belah pihak yang bertikai untuk berdamai. Dan saat itu juga warga ini tidak bisa menjadi calon kalau masih terbelit dalam masalah tersebut maka majelis jemaat bersepakat untuk menggantikannya karena ada kekosongan pelayanan. Hal itu kami lakukan karena sesuai dengan tata aturan Gereja terhadap calon majelis jemaat. Dari masalah terbut akhirnya warga jemaat ini pindah Gereja dan 19 Wawancara, Senin 17 september, pukul di rumah 20 Wawancara, Rabu 12 september 2012, pukul di rumah 21 Wawancara, Jumat 14 september, pukul di rumah 36

15 ketika di kunjungi warga jemaat ini tidak mau kembali sebelum orang yang dipilih untuk menggantikan dia harus di turunkan dari jabatan. Kami tidak bisa menurunkan orang dari jabatan yang telah di tabiskan menjadi majelis jemaat hanya karena warga jemaat kami yang bermasalah ini. 22 Bapak KMD mendukung pernyataan ibu MUH yang menegaskan pernyataan tersebut bahwa :...Faktor utama warga jemaat pindah Gereja ialah konflik yang terjadi antara keluarga dan ketika Gereja datang sebagai penengah dan ingin menyelesaikan konflik tersebut maka Gerejalah yang kembali mendapat imbas dari persoalan itu. Warga jemaat yang bermasalah tersebut menahan diri untuk tidak ikut ambil bagian dalam persekutuan dengan Tuhan dan jemaat. Dan ketika dilakukan pendekatan warga jemaat tersebut tidak merespon pendekatan yang dilakukan oleh majelis jemaat. Selain itu yang menjadi alasan lain ketika warga jemaat pidah ke denominasi Gereja lain yaitu karena faktor ekonomi. Yang mana dari denominasi Gereja lain dapat memberikan sumbangan bahkan beasiswa untuk warga dan anak-anak dari warga jemaat. sehingga merasa adanya jaminan kehidupan yang di berikan dan juga warga jemaat merasa di perhatikan oleh Gereja-Gereja tersebut. 23 Ketika peneliti mewawancarai bapak Pdt. PMR 24 selaku gembala sidang di jemaat GKS Nggongi, ada beberapa alasan yang menyebabkan jemaat pindah gereja, yaitu warga jemaat merasa tidak puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh majelis dan ada warga jemaat yang merasa tidak dilayani dengan PA. Faktor ekonomi juga menyebabkan jemaat pindah gereja karena ada banyak janji-janji yang di tawarkan kepada warga jemaat sehingga mereka dengan mudahnya pindah. Contohnya diberikan mie instan, gula, minyak goreng dan juga beasiswa. Dari hal tersebut warga jemaat merasa diperhatikan dan beralih ke gereja lain. Dapat dilihat pada salah satu contoh kasus yang di ungkapkan oleh beliau dalam wawancara yang di lakukan penulis yakni:...contohnya ipar kandung saya B N, anaknya U R sudah pindah ke GBT dan setelah lulus SMA, UR dikirim diam-diam kuliah teologi ke Sumba Barat, setelah pulang UR bergereja di Tabernakel. Dan ketika saya tahu hal itu sebagai keluarga saya datang untuk mendekati mereka (NB dan keluarga) dan bertanya kenapa anak ini pindah Gereja dan alasan mereka bahwa mereka tidak memiliki biaya sehingga saat ada beasiswa dari Tabernakel akhirnya mereka mengijinkan untuk kuliah di teologi Tabernakel. Dan setelah itu saat U R ingin melanjutkan lagi kuliahnya di Solo, mereka mengadakan syukuran dan mereka datang kepada saya dan memberiahukan kepada saya yang akan pimpim ibadah pendeta dari Tabernakel. Dan saya menyetujui itu karena saya U R sudah menjadi jemaat tabernakel. Seminggu setelah U R berangkat. N B bersama keluarga pindah ke GBT, melihat hal itu majelis jemaat Ananjaki langsung mengadakan pendekatan dan alasan mereka ialah mengikuti anak perempuan mereka 22 Wawancara, Sabtu 15 september, pukul di rumah 23 Wawancara, selasa 11 september 2012, pukul di rumah 24 Wawancara, Selasa 18 september, pukul di pastori 37

16 E N yang juga pindah karena tidak diijinkan melakukan pemberkatan nikah di GKS karena calon suaminya masih berstatus suami orang. Menurut aturan Gereja E N dikenakan siasat karena E N melakukan perzinahan dengan suami orang. Majelis jemaat melakukan pendekatan lagi untuk mengembalakan E N agar tidak pindah Gereja akan tetapi N B mendukung anaknya untuk pindah karena ia sadar bahwa di GKS sangat keras dengan tata Gereja yang ada dan sudah pasti E N tidak dapat melakukan pemberkatan nikah, karena sebenarnya istri sah dari suami E N tidak merestui hubungan mereka. 25 Contoh diatas merupakan salah satu dari sekian banyak alasan yang menyebabkan jemaat pindah gereja. Melihat hal ini maka gereja melakukan tim pendekatan untuk mendekati warga jemaat yang pindah gereja. Hal tersebut bertujuan untuk mendekati warga jemaat yang pindah agar dapat kembali berkumpul bersama dalam sebuah perekutuan. Beliau juga menjelaskan bahwa masalah perpindahan jemaat ini bukan hanya menjadi pergumulan jemaat GKS Nggongi saja, akan tetapi ini merupakan pergumulan GKS secara keseluruhan dan telah dibahas dalam sidang Sinode untuk mengurangi perpindahan jemaat dengan cara meningkatkan pengembalaan dan strategi pelayanan yang produktif dan kreatif serta mewujudkan diakonia. Berdasarkan wawancara dengan bapak A, B C,D maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab warga jemaat GKS Nggongi pindah gereja ialah ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap pelayanan yang dilakukan oleh gereja, keadaan ekonomi, konflik internal yang terjadidalam kehidupan warga jemaat serta pemahaman warga jemaat terhadap kekristenan yang masih sangat minim. Dengan banyaknya warga jemaat GKS Nggongi yang pindah maka dampaknya cukup terasa dimana adanya ketegangan antara warga jemaat yang pindah dengan majelis jemaat, tingat kehadiran dari warga jemaat GKS Nggongi yang semakin menurun serta menjadi pemicu bagi warga jemaat lainnya untuk pindah gereja ketika ada konflik diantara keluarga mereka. Saat GKS Nggongi lamban menyelesaikan masalah-masalah yang ada maka dengan mudah warga jemaat beralih ke Gereja lain. 25 Wawancara, Selasa 18 september, pukul di pastori 38

17 Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa yang menjadi pemicu warga jemaat GKS Nggongi pindah Gereja tidak semata-mata hanya karena kelambanan dan kekurangan dari mejelis jemaat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi warga jemaat, akan tetapi karena kebutuhan ekonomi jemaat yang akhirnya membuat mereka berpaling ke denominasi Gereja lain karena janji-janji yang diberikan kepada mereka serta kurangnya pemahaman warga jemaat GKS Nggongi terhadap kekristenan itu sendiri. Dari kasus diatas dapat dilihat dalam tubuh jemaat GKS Nggongi adanya sebuah konflik yang di timbulkan karena ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungan dengan orang lain. 26 Oleh karena itu yang perlu dilakukan adalah mengelola konflik tersebut dan melakukan resolusi konflik sehingga konflik tidak berkembang menjadi konflik yang baru lagi. GKS Nggongi membutuhkan resolusi yang tepat dari konflik-konflik yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh Fera Nugroho dkk 27 dalam tulisannya tentang Konflik dan kekerasan pada Aras Lokal maka resolusi konflik bertujuan menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang lebih baik diantara kelompokkelompok yang berkonflik. Resolusi konflik juga mengacu pada strategi-strategi untuk menangani konflik terbuka dengan harapan tidak hanya mencapai suatu kesepakatan untuk mengakhiri konflik, tetapi juga mencapai suatu resolusi dari berbagai perbedaan sasaran yang menjadi penyebabnya. Berdasarkan masalah yang terjadi maka masalah ekonomi merupakan salah satu tantangan bagi gereja karena itu gereja harus peka dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang sedang dialami oleh warga jemaat, khususnya dalam bidang ekonomi 26 David Samiyono:Pluralisme dan Pengelolaan Konflik, tanggal di UKSW Salatiga. 27 Fera Nugroho dkk, Konflik dan kekerasan pada Aras Lokal, (Salatiga: Pustaka Percik, 2004), hal 81 39

18 dengan mempersiapkan strategi-strategi untuk memenuhi kebutuhan warga jemaat dan merupakan salah satu mediator untuk pemulihan hubungan antar warga jemaat dan kebutuhan ekonomi serta hubungan warga jemaat dengan Gereja. 3.4 Warga Jemaat GKS Ngonggi yang tetap bertahan di jemaat memandang pindah Gereja bukan solusi. Peneliti ingin menvalidasi data dilakukan dengan menggabungkan sumber data yang lain untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas lagi mengenai faktor-faktor penyebab jemaat pindah gereja, dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara informan penting yang divalidasi dengan teknik Focus Group Discussion (FGD). Teknik FGD dilakukan bersama keluarga: HH, TRN, NN, DNH, SBK, MRM, MMD, dan FNT 28 selepas ibadah minggu. Dalam penggunaan teknik FGD, mereka memberi tanggapan yang tidak jauh berbeda dengan teknik wawancara pada informan kunci. Menurut mereka yang menjadi faktor penyebab warga jemaat pindah gereja ialah: a. Kelambanan majelis jemaat dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi jemaat dan juga terhadap pelayanan yang dilakukan oleh gembala sidang (Pendeta), dapat dikatakan pelayanan tersebut pilih kasih. Hal ini dapat dikatakan karena mereka juga merasakan hal yang sama dengan warga jemaat lainnya yang telah pindah. b. Selama menjadi anggota jemaat atau bergereja di GKS Nggongi, mereka belum merasakan apa yang dinamakan dengan pendampingan pastoral. Bahkan ada beberapa keluarga seperti MRM, MMD, FNT, dan NN, tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan pendampingan pastoral sehingga peneliti harus menjelaskan lagi arti dan contoh dari pendampingan pastoral tersebut. c. Bagi mereka pelayanan yang dirasakan atau perkunjungan yang ada hanya sebatas pelayanan rumah tangga dan ibadah pada hari minggu di gereja, sedangkan DNH, 28 Wawancar, Minggu 9 september, pukul di Gereja 40

19 TNR, SBK dan H H cukup memahami apa yang dimaksudkan dengan pendampingan pastoral sehingga peneliti tidak harus menjelaskan lagi lebih mendetail tentang pendampingan pastoral tersebut. Sama halnya dengan empat reponden diatas mereka setuju mengatakan bahwa pendampingan pastoral di jemaat GKS Nggongi tidak sungguh-sungguh dilakukan oleh pihak gereja atau bisa dikatakan perkunjungan pastoral tidak terprogram. Dari beberapa faktor-faktor penyebab warga jemaat pindah gereja diatas, ternyata warga jemaat GKS Nggongi tidak mendapatkan suatu jawaban terhadap kebutuhan setiap orang akan kehangatan, perhatian penuh, dukungan, dan pendampingan. 29 Hal inilah yang menyebabkan jemaat memutuskan untuk pindah dan mencari sendiri perhatian penuh serta pendampingan yang mereka butuhkan. Dalam pengertian warga jemaat yang pindah, ketika mereka pindah ke gereja lain maka setiap kebutuhan rohani mereka akan terpenuhi dan mereka dapat mengalami pertumbuhan iman yang selama ini tidak pernah mereka dapat dari gereja asal yakni GKS Nggongi. Dari hasil FGD yang dilakukan kepada HH, TRN, NN, DNH, SBK, MRM, MMD, dan FNT maka dapat dikatakan bahwa warga jemaat yang tidak pindah merasa gereja tidak menyelamatkan akan tetapi iman yang mampu menyelamatkan manusia. Sehingga mereka tidak harus mencari gereja lain untuk masuk surga dan karena orang tua mereka adalah para pendiri GKS Nggongi ini, sehingga mereka tetap ingin menjaga apa yang telah menjadi warisan dan menghargai apa yang telah di lakukan oleh orang tua mereka. Alasan tersebut yang membuat mereka terus bertahan walaupun banyak anggota jemaat yang memilih untuk pindah ke Gereja lain. Meskipun mereka kecewa dengan pelayanan yang ada mereka lebih memilih untuk mengalah dan tetap bersekutu dengan jemaat GKS Nggongi meskipun ada konflik yang terjadi. 29 Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Kanasius, 2002) hal 59 41

20 Salah satu contoh kasus bapak DNH dan TRN yang merasa pelayanan yang dilakukan oleh gembala sidang (pendeta) adalah pelayanan yang pilih kasih. Meskipun demikian mereka tidak lantas mengikuti jemaat-jemaat lain yang sudah pindah, akan tetapi mereka memilih untuk diam dan terus bertahan dalam persekutuan jemaat GKS Nggongi dengan suatu harapan bahwa kedepannya mereka akan mendapatkan gembala sidang yang adil dan setia terhadap pelayanan, sehingga mereka bisa mendapatkan pemerataan pelayanan tanpa harus dilihat dari strata sosial yang ada dalam kehidupan jemaat. Melihat kasus diatas ternyata jemaat yang tidak pindah gereja ini menggunakan strategi Yielding (mengalah) 30 yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam strategi ini bukan berarti bahwa mengalah dan menyerah secara total, tetapi mengalah dengan mencari alternatif pemecahan masalah lain. Strategi ini adalah salah salah satu dari lima strategi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan realita konflik yang di usulkan oleh Pruitt dan Rubin. Strategi ini dapat pakai oleh jemaat yang tidak pindah namun jika strategi ini terus di pakai untuk menyelesaikan konflik yang ada, maka yang terjadi adalah jemaat akan terus berada dalam bayang-bayang ketidakadilan. Hal ini akan menjadi bom waktu yang kapan saja bisa meledak tanpa bisa dikendalikan. Dengan kata lain, ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan mereka untuk mendapat pemimpin yang adil dalam melayani mereka, maka bukan tidak mungkin suatu saat mereka juga akan pergi meninggalkan persekutuan jemaat. Ketika hal itu terjadi maka relasi antara jemaat dan gereja serta relasi antara jemaat dan Allah akan rusak. Dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan jemaat GKS Nggongi pastoral merupakan hal yang tidak di perhatikan, karena pelayanan yang seharusnya ditujukan kepada mereka 30 Dean G. Pruitt dan Jefferey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004) hal

21 yang mengalami pergumulan hidup 31 tidak dilakukan secara maksimal. Bahkan banyak dari jemaat yang merasa bahwa pelayanan yang dilakukan GKS Nggongi hanya sebatas ibadah minggu dan ibadah rumah tangga. 3.5 Pendampingan pastoral terhadap jemaat yang pindah Gereja kurang ditangani dengan sungguh-sungguh oleh majelis GKS Nggongi Pada bagian sebelumnya, peneliti telah menggambarkan secara kongkrit faktorfaktor penyebab jemaat pindah gereja. Dari deskripsi itu, peneliti bisa menarik sedikit kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab warga jemaat pindah Gereja karena tidak puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh Gereja, faktor ekonomi dan juga lambatnya penanganan masalah yang dilakukan oleh gereja. Pada bagian ini peneliti akan mengkaji tentang pelaksanaan pendampingan pastoral terhadap jemaat yang pindah gereja ternyata kurang ditangani dengan sungguhsungguh. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan mendeskripsikan pelaksaan pendampingan pastoral dengan mewawancarai para responden, seperti yang akan dijabarkan di bawah ini. Bapak Pendeta PMR yang di wawancarai tanggal 18 September 2012 memberikan penjelasan sebagai berikut:...tidak ada program pendampingan pastoral atau perkunjungan pastoral terstruktur yang kami buat hanya saja ketika ada warga jemaat yang bermasalah maka kami akan membawa masalah itu ke dalam rapat dewan untuk dibahas dan juga tidak ada tim khusus untuk melakukan pendampingan pastoral. Akan tetapi kami memiliki trategi dimana dalam setiap lingkungan memiliki majelis dan mereka (majelis lingkungan) yang selalu ada dan mengetahui apa yang menjadi pergumulan warga jemaat. Dengan membawa persoalan yang dialami warga jemaat kedalam rapat dewan maka kami berusaha untuk melakukan pendekatan kepada warga jemaat yang pindah. 32 Ibu Diaken cabang lalindi MUH yang dimintai tanggapan terhadap pelaksaan pendampingan pastoral terhadap jemaat mengatakan: 31 Ibid. 32 Wawancara 18 september, pukul di pastori 43

22 ... memang tidak ada pelaksaan perkunjungan pastoral secara terprogram tapi kami sebagai majelis jemaat cabang Lalindi melakukan perkunjungan ketika jemaat bermasalah, kami hadir untuk membantu warga jemaat menyelesaikan masalah mereka. Dan yang perlu diketahui masalah yang sering dihadapi oleh warga jemaat di lingkungan saya yaitu masalah pribadi mereka dengan keluarga. Dengan demikian kami (majelis jemaat) menjadi mediator untuk mendamaikan mereka yang bertikai. Tidak hanya itu saja akan tetapi jika ada warga jemaat yang sakit kami mengunjungi dan mendoakan mereka. Dan juga jika ada warga jemaat yang mengalami kedukaan, maka kami akan hadir untuk memberikan penguatan dan penopangan kepada keluarga yang di tinggalkan. Dengan beberapa hal diatas seperti yang telah saya uraikan tadi maka saya rasa kami telah melakukan pendampingan pastoral terhadap warga jemaat khususnya cabang lalindi ini. 33 Bapak MM setuju dengan bapak pdt. PMR dan Ibu MUH mengatakan bahwa:...saya rasa mengenai perkunjungan pastoral itu ada walaupun tidak secara terprogram atau terstruktur. Namun yang disayangkan adalah pendampingan pastoral ini tidak berjalan dengan baik karena majelis jemaat kurang kompak dalam menyelesaikan masalah yang dialami jemaat dan program kerja yang tidak berjalan dengan baik. Mungkin karena kesibukan atau alasan lainnya kami selaku mejelis jemaat lalai dalam melihat setiap masalah dan persoalan yang ada, dan harus diakui memang terkadang juga kami terlalu lamban untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada untuk itu banyak dari warga jemaat kami yang ketika mengalami masalah langsung memilih pindah kedenominasi Gereja lain. Dan perkunjungan pastoral dapat berjalanan ketika ada warga jemaat kami yang minta untuk di doakan dan di kunjungi. 34 mengatakan: Bapak APM yang juga diwawancarai selaku majelis jemaat GKS cabang Lalindi...Selama saya menjadi majelis jemaat, yang saya tahu ada perkunjungan pastoral melalui kunjungan kepada jemaat dan melakukan pendekatan kepada jemaat yang bermasalah dengan tujuan untuk mencapai solusi. Dan ketika kunjungan pastoral tersebut tidak efektif maka akan dilakukan pembentukan tim yang di lakukan oleh majelis jemaat dalam rapat dewan lengkap yang diselenggarakan selama 3 bulan sekali. Tim yang di bentuk ini akan pergi ke rumah jemaat yang bermasalah dan melakukan pendekatan selama 3 bulan masa yang di tentukan untuk melakukan perkunjungan pastoral tersebut sehingga bisa mendapatkan solusi yang baik terhadap masalah tersebut. Dan jika selama 3 bulan itu tidak ada perkembangan yang baik maka akan dibawa lagi dalam rapat dewan lengkap. Sehingga Dengan adanya pendampingan pastoral ini dapat mengurangi perpindahan jemaat. 35 mengatakan : Bapak KMD yang diwawancarai di rumahnya selaku Kaum awam cabang Lalindi...Khususnya di cabang Lalindi ini kami membuat program perkunjungan pastoral dan hal tersebut rutin dilakukan. Sehingga ketika ada warga jemaat kami yang bermasalah maka kami akan langsung menyelesaikan masalah mereka. Dengan demikian masalah yang ada tidak berlarut-larut. Hanya saja kemarin ada kasus dari salah satu warga jemaat kami yang mencalonkan diri sebagai majelis dan karena masalah pribadinya dengan keluarga, yang akhirnya berimbas kepada Gereja. kami telah melakukan pendekatan terhadap warga jemaat kami ini. Akan tetapi ia masih kukuh dengan pendiriannya untuk pindah ke denominasi Gereja. kami telah melakukan pendekatan terhadap warga jemaat kami ini akan tetapi belum ada hasil dan juga kami telah membahasnya 33 Wawancara M U H diaken cabang lalindi 15 september 2012, pukul di rumah. 34 Wawancara M M majelis jemaat cabang lalindi, Selasa 11 september 2012, pukul 10:00 di rumah 35 Wawancara A P M majelis jemaat cabang lalindi, Rabu 19 september 2012, pukul di rumah 44

23 dalam rapat dewan lengkap sehingga sudah di buat tim khusus untuk pergi ke rumah warga jemaat kami ini, namun hal itu juga sampai saat ini belum mendapat hasil yang kami harapkan. 36 Bapak AMM selaku Majelis Jemaat pusat yang diwawancarai selepas ibadah keluarga, mengatakan bahwa :... Tidak ada program perkunjungan pastoral yang dibuat. Hanya saja jika ada warga jemaat yang bermasalah maka akan dibuat sebuah tim untuk melakukan pendekatan agar dapat menemukan masalah apa yang dihadapi warga jemaat dan mencari solusi sehingga warga jemaat mendapatkan solusi dari masalah tersebut. Pembentukan tim ini dilakukan pada saat warga jemaat telah pindah dan bergerja di jemaat lain. Dan ketika mendengar ada warga jemaat yang sakit, jujur saya katakan bahwa sebanarnya kami (majelis jemaat) tidak langsung pergi mendoakan seperti yang dilakukan oleh Gereja-Gereja lain. Hanya saja ketika kami diminta untuk mendoakan dan juga saat warga yang sakit itu adalah keluarga kami maka dengan inisiatif sendiri kami mengunjungi dan mendoakan warga tersebut. bahwa: Bapak TRN yang diwawancarai selepas ibadah minggu di Gereja mengatakan... Tidak ada perkunjungan pastoral yang dilakukan oleh Gereja ketika ada masalah dan persoalan yang dihadapi warga jemaat. Dan saya tidak melihat seorang gembala menjalankan tugasnya untuk membawa kembali domba yang tersesat. Yang ada malah sebaliknya bahwa gembala kami mempunyai prinsip yaitu membiarkan warga jemaat pindah karena ia percaya bahwa suatu saat mereka akan sadar dan kembali. Prinsip seperti inilah yang akhirnya membuat banyak warga jemaat merasa tidak di perhatikan dan beralih ke denominasi Gereja lain. Kadang saya merasa pelayanan yang dilakukan pilih kasih, karena jika pelayanan dilakukan kepada warga kaya atau orang-orang yang berkedudukan maka pelayanan tersebut akan di pimpin langsung oleh pendeta sedangkan jika pelayanan kepada kami warga yang biasa-biasa saja maka pemimpin ibadah akan diwakilkan kepada majelis jemaat. 37 Bapak HH yang dimintai tanggapannya selaku warga jemaat yang tidak pindah, yang diwawancarai secara terspisah mengatakan:... selama saya bergereja di GKS Nggongi ini, saya tidak pernah menemukan atau melihat apa yang dinamakan perkunjungan pastoral itu. saya sangat berharap kedepannya harus ada pogram perkunjungan pastoral agar dapat mengurangi perpindahan jemaat yang ada dan juga mampu menjawab apa yang menjadi pergumulan warga jemaat. Karena menurut pengamatan saya selama ini ketika ada permasalahan yang dialami oleh warga jemaat baik itu yang sakit, masalah pemberkatan nikah, baptisan dan masalah-masalah lainnya, gereja sangat lamban untuk menangani masalah-masalah tersebut. Bahkan tidak jarang banyak warga jemaat yang merasa tidak di perhatikan oleh Gereja, sehingga ketika beralih ke Gereja lain dan mendapat perhatian khusus dari Gereja tersebut, mereka (yang pindah) merasa nyaman. Hal inilah yang membuat saya sangat prihatin dan merasa sangat perlu adanya program pendampingan pastoral di Gereja saya Wawancara, bapak K M D selaku kaum Awam cabang Lalindi, selasa 11 september 2012, pukul di rumah 37 Wawancara, Minggu 9 selaku warga yang tidak pindah Gerejaseptember, pukul di Gereja 38 Wawancara H H warga jemaat yang tidak pindah, Minggu 9 september, pukul di Gereja 45

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK. memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang yang hendak peneliti

BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK. memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang yang hendak peneliti BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK Dalam bab ini, akan di paparkan konsep-konsep teoritis yang menurut hemat peneliti memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis. BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab III ini akan membahas temuan hasil dari penelitian tentang peran pendeta sebagai konselor pastoral di tengah kekerasan pasangan suami-isteri. Sebelumnya, penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 Satu jemaat diorganisasi oleh seorang pendeta yang diurapi atas rekomendasi komite eksekutif konferens.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak geografis, luas wilayah dan kependudukan Desa Petaonan merupakan

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu sama lain. Adanya hubungan timbal balik itu, sering menimbulkan fenomena sosial berupa konflik

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan, salah satunya adalah agama. Setiap agama di Indonesia memiliki pemuka agama. Peranan pemuka agama dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya bisa tergolong memiliki makna, Diantara makna tersebut bisa di bilang

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

Bekerja Dengan Para Pemimpin

Bekerja Dengan Para Pemimpin Bekerja Dengan Para Pemimpin Sudah lebih dari setahun Kim menjadi anggota gerejanya. Dia telah belajar banyak sekali! Ia mulai memikirkan pemimpin-pemimpin di gereja yang telah menolongnya. Ia berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan Gereja X Bandung di Wilayah Jawa Barat tidak terlepas dari sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang Tionghoa

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

ANALISIS PASTORAL DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JEMAAT PINDAH GEREJA (KAJIAN KASUS JEMAAT GKS NGGONGI DI SUMBA TIMUR) Oleh, IMELDA MARSINTA DIMU

ANALISIS PASTORAL DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JEMAAT PINDAH GEREJA (KAJIAN KASUS JEMAAT GKS NGGONGI DI SUMBA TIMUR) Oleh, IMELDA MARSINTA DIMU ANALISIS PASTORAL DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JEMAAT PINDAH GEREJA (KAJIAN KASUS JEMAAT GKS NGGONGI DI SUMBA TIMUR) Oleh, IMELDA MARSINTA DIMU 712008031 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

Roh Kudus GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. Roh Kudus adalah satu pribadi. Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli

Roh Kudus GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. Roh Kudus adalah satu pribadi. Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli Roh Kudus Shalom, saya sangat yakin setiap pribadi diberkati oleh Tuhan. Amin! Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th. Dasar Kebersatuan Umat Kristen Efesus 2:11-22 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bicara soal kebersatuan, bukan hanya umat Kristen yang bisa bersatu. Bangsa Indonesia pun bersatu. Ada semboyan Bhineka Tunggal Ika,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN DALAM MENYIKAPI PERSELINGKUHAN SUAMI

BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN DALAM MENYIKAPI PERSELINGKUHAN SUAMI BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN DALAM MENYIKAPI PERSELINGKUHAN SUAMI Bab III ini membahas mengenai data yang ditemui di lapangan. Data yang diperoleh adalah informasi mengenai kondisi keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI GKJW SE-KABUPATEN JEMBER (Suatu Analisa dengan Menggunakan Teori Pertukaran Sosial) Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Untung Jawa berada pada posisi 05 0 58 45,21 Lintang Selatan dan 106 0 42 11,07 Bujur Timur. Wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa adalah salah satu

Lebih terperinci

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA DI SUSUN OLEH ENDANG AYU PURWANINGTYAS (752013020) MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Peran pendeta secara umum dapat dilihat dalam fungsi konseling pastoral, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan mengasuh. Dari hasil penelitian,

Lebih terperinci

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012 Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012 AYAT KUNCI: Pilih salah satu teks dari Rabu bagian dari pelajaran. Menulis di sini dan menghafalnya

Lebih terperinci

FORMULIR PENDAFTARAN

FORMULIR PENDAFTARAN FORMULIR PENDAFTARAN I.Syarat Pendaftaran 1. Seorang Kristen dan anggota gereja yang setia 2. Mempunyai panggilan untuk menjadi hambanya 3. Bersusila tinggi dan berkelakuan baik 4. Mempunyai tubuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan iman anak tentunya bukanlah hal yang dapat dianggap sepele. Banyak pihak bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan iman bagi anak-anak kecil

Lebih terperinci

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran BAB V Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran I. Refleksi Kehadiran saksi Yehova di tengah masyarakat Kelurahan Kawua yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKST, pada akhirnya telah melahirkan tanggapan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari 54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha

Lebih terperinci

RENUNGAN HARIAN S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT

RENUNGAN HARIAN S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT RENUNGAN HARIAN Senin 31 Oktober 2016: Yeremia 29:10-14 Kita ISTIMEWA Selasa 01 November 2016: Pengkhotbah 3:1-11 Setia menunggu Rabu 02 November 2016: 2 Timotius 2:5-13 Allah yang tetap setia Kamis 03

Lebih terperinci

RENUNGAN HARIAN S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT

RENUNGAN HARIAN S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT RENUNGAN HARIAN Senin, 07 November 2016 Mazmur 86:1-13 Besarnya anugerah Tuhan Selasa, 08 November 2016 Amsal 16:1-25 Mata roh lebih tahu Rabu, 09 November 2016 Amsal 29:5-26 Penilaian Tuhan dan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang bersama-sama menjalin hubungan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk

Lebih terperinci

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga Hari Pertama Kamis, 25 Mei 2006 Kerajaan Kristus...dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Permasalahan Sejarah awal berdirinya Greja Kristen Jawi Wetan atau GKJW adalah berasal dari proses pekabaran Injil yang dilakukan oleh Coenrad Laurens

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil

Lebih terperinci

PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9

PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9 PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9 PERTANYAAN YANG PERLU DIPIKIRKAN Bagaimanakah orang-orang yang dipilih dalam organisasi GMAHK itu menjalankan wewenangnya? SUATU PELAYANAN YANG

Lebih terperinci

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL 1. Visi dan Misi Penginjilan dalam gereja lokal a. Visi: Terlaksananya Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28: 19 20) b. Misi: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih

Lebih terperinci

TIDAK ADA BAB 5 BAB I. Pendahuluan. I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan

TIDAK ADA BAB 5 BAB I. Pendahuluan. I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I Pendahuluan I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan Gereja Kristen Sumba (selanjutnya disingkat GKS) Waikabubak adalah sebuah gereja yang berada di pusat kota kabupaten Sumba Barat,

Lebih terperinci

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat FAKULTAS TEOLOGI PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013 Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat TESIS: Diajukan kepada: Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang merencanakan untuk berkeluarga biasanya telah memiliki impian-impian akan gambaran masa depan perkawinannya kelak bersama pasangannya.

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia!

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! I Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! 1 Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus di sebut... A Persekutuan D. Ibadah

Lebih terperinci

Pelajaran 4 KEBUTUHAN ORANG BERDOSA Titik Terendah 25 Januari 2014

Pelajaran 4 KEBUTUHAN ORANG BERDOSA Titik Terendah 25 Januari 2014 Pelajaran 4 KEBUTUHAN ORANG BERDOSA Titik Terendah 25 Januari 2014 Titik terendah (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?) Bill adalah seorang Letnan

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Level 2 Pelajaran 4 PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pentingnya gereja Kristus. Saya ingin bacakan ayat dari Ibrani 10:25. Ayat itu berkata, Janganlah kita menjauhkan

Lebih terperinci

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM YAYASAN SINAI SUKOHARJO. Pdt. Beni Kawoco. Pada saat itu mereka menempati sebuah rumah yang

BAB II GAMBARAN UMUM YAYASAN SINAI SUKOHARJO. Pdt. Beni Kawoco. Pada saat itu mereka menempati sebuah rumah yang BAB II GAMBARAN UMUM YAYASAN SINAI SUKOHARJO A. Sejarah Dimulai pada awal bulan Mei tahun 1992 sekelompok kecil jemaat yang berasal dari Pos PI Gereja Pante Kosta Pusat Surabaya dibawah kepemimpinan Pdt.

Lebih terperinci

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA _ Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) Oleh : Ruth Dwi Rimina br Ginting 712007058

Lebih terperinci

PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON)

PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON) PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON) 76 Ketetapan Synode Bolon GKPS ke-32 Tahun 1994 No. 5/1 Tahun 1994 Tentang RUHUT PAMINSANGON DI GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN SYNODE BOLON GEREJA

Lebih terperinci

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah Bab Empat Penutup 1. Kesimpulan Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah peraturan/tata gereja definitif yang berisi uraian teologis-eklesiologis tentang identitas GTM secara menyeluruh

Lebih terperinci

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini Catatan: Bahan ini diambil dari http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=47, diakses tanggal 3 Desember 2012. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat situs www.sabda.org yang begitu kaya bahan-bahan

Lebih terperinci

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS 54 SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor : 119/1-PP/2006 Tentang PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS Pimpinan Pusat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada umumnya dipahami bahwa warga gereja terdiri dari dua golongan, yaitu mereka yang dipanggil penuh waktu untuk melayani atau pejabat gereja dan anggota jemaat biasa.

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada Titus

Surat Paulus kepada Titus Titus 1:1-4 1 Titus 1:6 Surat Paulus kepada Titus 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dipaparkan pada bab 2, yaitu: (1) Kesimpulan, (2) Saran.

BAB V PENUTUP. dipaparkan pada bab 2, yaitu: (1) Kesimpulan, (2) Saran. BAB V PENUTUP Pada bagian penutup ini penulis akan menguraikan dua poin berdasarkan keseluruhan data hasil penelitian dan analisa dengan menggunakan teori yang dipaparkan pada bab 2, yaitu: (1) Kesimpulan,

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN DI PENGADILAN AGAMA TUBAN

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN DI PENGADILAN AGAMA TUBAN 42 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN DI PENGADILAN AGAMA TUBAN A. Gambaran Umun Pengadilan Agama Tuban 1. Status Pengadilan Agama Tuban Pengadilan agama Tuban adalah salah satu peradilan di Indonesia, sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11. Pdt. DR. Stephen Tong

1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11. Pdt. DR. Stephen Tong 1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11 Pdt. DR. Stephen Tong Yesus mengatakan ada dua macam orang yang melayani Tuhan, yang semacam adalah gembala yang lainnya adalah orang upahan. Gembala mengasihi domba-domba

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani proses kehidupan, peristiwa kematian tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Namun, peristiwa kematian sering menjadi tragedi bagi orang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website:

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website: GKIm Jemaat Ka Im Tong - Bandung Jl. HOS Cokroaminoto No. 63 Bandung 40172 Telp. (022) 6011677, 6014982, 6120373, 6120374 Fax. (022) 6120372 GKIm Jemaat Hosanna Jl. Dr. Djundjunan No. 141 Bandung 40162

Lebih terperinci