PERBANDINGAN UNJUK KERJA METODE DECODER DENGAN METODE PENALTY DALAM MENYELESAIKAN KNAPSACK PROBLEM 0/1 MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN UNJUK KERJA METODE DECODER DENGAN METODE PENALTY DALAM MENYELESAIKAN KNAPSACK PROBLEM 0/1 MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA"

Transkripsi

1 J~ICON, Vol. 1 No. 1, Maret 2013, pp. 33~44 33 PERBANDINGAN UNJUK KERJA METODE DECODER DENGAN METODE PENALTY DALAM MENYELESAIKAN KNAPSACK PROBLEM 0/1 MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Arini Aha Pekuwali 1, Adriana Fanggidae 2, Yulianto T. Polly 3 1,2,3 Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana ABSTRAK Knapsack problem 0/1 adalah optimasi kombinatorial yang bertujuan memilih objek-objek mana yang harus dimasukan ke dalam knapsack sedemikian hingga menghasilkan profit maksimum. Knapsack problem 0/1 dapat diselesaikan menggunakan algoritma genetika dengan pendekatan representasi biner yang dapat menghasilkan infeasible solution. Masalah infeasible solution dapat diselesaikan dengan dua metode, yaitu metode decoder dan metode penalty, pada penelitian ini dilakukan perbandingan untuk kedua metode tersebut. Siklus algoritma genetika yang digunakan dalam penelitian ini adalah siklus yang dicetuskan oleh Zbigniew Michalewis. Parameter perbandingan yang digunakan adalah rata-rata jumlah feasible solution dan standar deviasi dari nilai fitness kromosom terbaik, dengan menggunakan 8 data set yang diujikan terhadap kedua metode dengan variasi jumlah objek mulai dari 10 sampai 80 objek. Objek-objek yang diujikan dalam penelitian ini diasumsikan merupakan benda mati yang tidak mengalami penurunan kualitas, dimensi dari objek yang diujikan pada masalah knapsack 0/1 ini tidak diperhitungkan. Setiap data set diujikan sebanyak 5 kali, perbandingan yang didapatkan yaitu metode decoder berhasil mengeliminasi infeasible solution dari 5 kali pengujian untuk setiap data set, rata-rata metode decoder memberikan 5 feasible solution, sedangkan metode penalty belum berhasil mengeliminasi infeasible solution, dari 5 kali pengujian untuk setiap data set, rata-rata metode penalty memberikan 4 infeasible solution. Metode decoder juga unggul dalam tingkat kekonsistenan dalam memberikan solusi yang sama, dari 5 kali pengujian untuk setiap data set, metode decoder memiliki rata-rata standar deviasi sebesar 12,7875, sedangkan metode penalty memiliki rata-rata standar deviasi sebesar 100,85, sehingga metode decoder merupakan metode yang dianjurkan untuk digunakan dalam menyelesaikan knapsack problem 0/1. Kata Kunci : Masalah Knapsack 0/1, Algoritma Genetika, Representasi Biner, Infeasible Solution, Unjuk Kerja Metode Decoder dan Metode Penalty ABSTRACT Knapsack problems 0/1 is a combinatorial optimization aimed at selecting objects which should be put into the knapsack in such a way that produces maximum profit. Knapsack problems 0/1 can be solved using a genetic algorithm with the binary representation approach that can generate infeasible solution. Problem infeasible solution can be solved by two methods, namely decoder and penalty methods, in this study were compared to both methods. Cycle of the genetic algorithm used in this research is a cycle triggered by Zbigniew Michalewis. The parameters of comparison used is the average number of feasible solutions and the standard deviation of the best chromosome fitness value, using 8 data sets were tested against both methods by varying the amount of objects ranging from 10 to 80. Objects were tested in this study is assumed to be an inanimate object that does not degrade the quality, the dimensions of the object being tested on knapsack problems 0/1 is not taken into account. Each data set was tested 5 times, the ratio obtained the decoder method successfully eliminates infeasible solution of the test 5 times for each data set, the average decoder method provides five feasible solution, while the penalty method has not been successful to eliminate ISSN

2 34 ISSN infeasible solutions, from 5 times the test for each data set, the average penalty method give 4 infeasible solution. Decoder method also excels in the level of consistency in providing the same solution, from 5 times of testing for each data set, the decoder method has an average standard deviation of , while the penalty method has an average standard deviation of , so decoder method is the preferred method to use in solving knapsack problems 0/1. Keywords: knapsack problem 0/1, genetic algorithm, binary representation approach, infeasible solution, performance of decoder method and penalty method I. PENDAHULUAN Knapsack problem adalah optimasi kombinatorial dimana memaksimalkan keuntungan dari objek objek yang akan ditampung oleh knapsack tanpa melewati kapasitas knapsack. Knapsack problem 0/1 merupakan salah satu masalah knapsack yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebuah knapsack akan diisi dengan beberapa objek yang dipilih diantara berbagai objek, dimana setiap objek memiliki berat dan profit. Tujuannya adalah memilih objek-objek mana yang harus dimasukan ke dalam knapsack sedemikian hingga menghasilkan profit maksimum. Dalam [1] knapsack problem 0/1 merupakan NP-Hard (Non Polynomial Hard), oleh karena itu knapsack problem 0/1 dapat diselesaikan menggunakan algoritma genetika dengan pendekatan representasi biner. Penyelesaian menggunakan representasi ini dapat menghasilkan infeasible solution (solusi yang total berat objek yang terpilih melebihi kapasitas knapsack). Masalah infeasible solution dapat diselesaikan dengan dua metode, yaitu metode decoder dan metode penalty [1]. Pada metode penalty, Gordon dan Whitley memberikan sebuah pinalti sederhana untuk setiap infeasible solution dan feasible solution yang di bawah kapasitas knapsack. Metode decoder lebih ke solusi umum dari setiap kromosom menggunakan greedy approximation heuristic. Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk membandingkan unjuk kerja metode decoder dengan metode penalty, untuk mencapai tujuan tersebut peneliti akan menguji kedua metode menggunakan 8 data set berdasarkan parameter perbandingan mean (rata-rata) jumlah feasible solution dan standar deviasi dari fitness kromosom terbaik. II. MATERI DAN METODE 2.1 Knapsack Problem 0/1 Knapsack problem 0/1 merupakan salah satu masalah knapsack yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebuah knapsack akan diisi dengan beberapa objek yang dipilih diantara berbagai objek, dimana setiap objek memiliki berat dan profit. Tujuannya adalah memilih objek-objek mana yang harus dimasukan ke dalam knapsack sedemikian hingga menghasilkan profit maksimum. Masalah knapsack dapat diformulasikan secara matematis seperti di bawah ini : dengan batasan : max f (x) = (1) g (x) = W (2) ~ICON, Vol. 1 No. 1, Maret 2013 : 33~44

3 J~ICON ISSN dimana : j n p j w j W : indeks dari objek, j = 1, 2, 3,.., n : jumlah objek : nilai profit atau keuntungan dari setiap objek : berat dari setiap objek : kapasitas knapsack x j : Knapsack problem 0/1 dapat diselesaikan menggunakan algoritma genetika dengan pendekatan representasi biner. Barisan biner adalah representasi asli dari solusi knapsack problem 0/1, dimana 1 berarti terpilih dan 0 tidak terpilih dalam 1 dari n item knapsack. Contoh sebuah solusi untuk masalah 10 item dapat diperlihatkan seperti barisan di bawah ini : x = [x 1 x 2 x 10 ] [ ] Ilustrasi di atas menyatakan bahwa item 2, 4 dan 9 terpilih untuk mengisi knapsack. Penyelesaian menggunakan representasi ini dapat menghasilkan infeasible solution. Dengan kata lain, pemilihan item dalam pengisian knapsack melebihi kapasitas dari knapsack. 2.2 Metode Penalty Metode penalty yang ditemukan oleh Gordon dan Whitley [1] akan memberikan sebuah pinalti sederhana untuk setiap infeasible solution. Untuk mencari nilai fitness : dimana f(x) adalah fitness kromosom dan p(x) adalah pinalti untuk kromosom tersebut. Fungsi pinalti untuk masalah maksimasi dikonstruksikan seperti pada Gambar 1. (3) p(x) 1 W - delta feasible solution W W + delta infeasible solution Gambar 1 Metode penalty disadur dari Gen dan Cheng (1996) Nilai p(x) pada Gambar 2.1, yaitu sebagai berikut : (4) Perbandingan Unjuk Kerja Metode Decoder Dengan Metode Penalty Dalam (Arini Aha Pekuwali)

4 36 ISSN dimana (delta) adalah Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa fungsi pinalti dapat dinyatakan tidak hanya untuk infeasible solution, tapi juga untuk feasible solution yang di bawah kapasitas knapsack. (5) 2.3 Metode Decoder Metode decoder ditemukan oleh Gordon dan Whitley [1]. Metode ini lebih ke solusi umum dari setiap kromosom menggunakan greedy approximation. Prosedur decoding : a. Langkah 1 Urutkan item-item (x) secara ascending order sebanyak jumlah item (j), lalu mengurutkan secara descending order terhadap rasio profit dibagi berat. b. Langkah 2 Pilih item menggunakan first fit heuristic sampai knapsack tidak dapat menampung lagi untuk item selanjutnya. 2.4 Algoritma Genetika Dalam [2] menyatakan bahwa algoritma genetika adalah teknik pencarian heuristik yang didasarkan pada gagasan evolusi seleksi alam dan genetik. Algoritma ini memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan proses evolusi. Dalam proses evolusi, individu secara terus-menerus mengalami perubahan gen untuk menyesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Hanya individuindividu yang kuat yang mampu bertahan. Populasi Awal Evaluasi Fitness Reproduksi : Cross-Over Seleksi Populasi Baru Elitisme Gambar 2 Siklus algoritma genetika oleh Zbigniew Michalewicz Siklus Algoritma Genetika yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu siklus yang dicetuskan oleh Zbigniew Michalewicz. Siklus dimulai dengan membuat populasi secara acak. Kemudian menghitung nilai fitness dari setiap individu. Proses berikutnya adalah proses cross-over menggunakan metode one-cut-point dan mutasi kode biner dengan mengganti nilai bit 0 menjadi bit 1, sebaliknya bit 1 diubah menjadi 0 terhadap gen yang memiliki nilai random kurang dari probabilitas mutasi. Setelah itu akan terjadi seleksi yang di dalamnya disertai dengan proses elitisme, yaitu menggandakan kromosom yang memiliki fitness tertinggi ke generasi baru. Selanjutnya populasi baru ini mengalami siklus yang sama dengan populasi sebelumnya. Proses ini berlangsung terus hingga maksimal generasi. Siklus algoritma genetika dapat digambarkan pada Gambar Teknik Encoding/Decoding Menurut [2] Encoding (pengkodean) berguna untuk mengodekan atau menyandikan nilai gengen pembentuk kromosom. Decoding (pengkodean) berguna untuk mendekode gen-gen pembentuk individu agar nilainya tidak melebihi range yang telah ditentukan dan sekaligus menjadi nilai variabel ~ICON, Vol. 1 No. 1, Maret 2013 : 33~44

5 J~ICON ISSN yang akan dicari sebagai solusi permasalahan (Sutojo, 2010). Pada penyelesaian knapsack problem 0/1 menggunakan penyandian biner yang dimana nilai gen berupa biner 0 atau 1. Biner 0 menyatakan objek tersebut tidak terpilih, sedangkan biner 1 menyatakan objek tersebut terpilih Membangkitkan Populasi Proses pencarian solusi yang optimal dengan algoritma genetika tidak dimulai dari suatu nilai awal melainkan dari sekumpulan nilai awal yang disebut populasi. Populasi awal sebagai daerah awal pencarian solusi optimal dilakukan secara acak [3]. Pada knapsack problem 0/1, misalnya ada sekumpulan objek yang terdiri dari 5 buah objek, untuk inisialisasi awal populasi didapat hasil acakan sebagai berikut : Gambar 3 Contoh Kromosom Kromosom di atas menggambarkan bahwa objek 1, objek 2, dan objek 5 terpilih, sedangkan objek 3 dan objek 4 tidak terpilih Cross-over (Pindah Silang) One Cut Point Sebuah individu yang mengarah pada solusi optimal bisa diperoleh melalui proses pindah silang, dengan catatan bahwa pindah silang hanya bisa dilakukan jika sebuah bilangan acak r dalam interval [0 1] yang dibangkitkan nilainya lebih kecil dari probabilitas p c tertentu, dengan kata lain r < p c [2]. Cross-over dilakukan atas 2 kromosom untuk menghasilkan kromosom anak (offspring). Kromosom anak yang terbentuk akan mewarisi sebagian sifat kromosom induknya [4]. Teknik crossover yang dipakai adalah cross-over one cut point Mutasi Gambar 4 Ilustrasi Cross-over one cut point Mutasi dilakukan untuk semua gen yang terdapat pada kromosom, jika bilangan acak yang dibangkitkan lebih kecil dari probabilitas mutasi p m yang ditentukan. Untuk kode biner, mutasi dilakukan dengan cara membalik nilai bit 0 menjadi bit 1, sebaliknya bit 1 diubah menjadi bit 0 [2] Elitisme Dalam [2], elitisme adalah prosedur untuk menggandakan individu yang mempunyai nilai fitness tertinggi sebanyak satu (bila individu dalam suatu populasi adalah ganjil) atau dua (bila jumlah individu dalam suatu populasi adalah genap). Hal ini dilakukan agar individu ini tidak mengalami kerusakan (nilai fitness menurun) selama proses pindah silang maupun mutasi Seleksi Proses pemilihan dua individu sebagai orang tua biasanya dilakukan secara proporsional berdasarkan nilai fitness. Metode roulette-wheel merupakan metode seleksi yang digunakan dalam penelitian ini. Sesuai dengan namanya, metode ini menirukan permainan roulette-wheel dimana masing-masing individu menempati potongan lingkaran pada roda roulette secara proporsional sesuai dengan nilai fitness [5]. Perbandingan Unjuk Kerja Metode Decoder Dengan Metode Penalty Dalam (Arini Aha Pekuwali)

6 38 ISSN Metode Statistika Menurut McClave dan Sincich dalam [6] ilmu statistika berhubungan dengan metode yang digunakan dalam pengumpulan, penyajian, analisis serta penyimpulan data. Data mentah dapat diolah dengan menggunakan metode statistika untuk menghasilkan informasi yang lebih jelas. Dengan menggunakan komputer, proses analisis dengan menggunakan metode statistika dapat dilakukan dengan lebih cepat dan teliti. Dalam penelitian ini digunakan metode statistika, yaitu menghitung ratarata (mean) jumlah feasible solution dan standar deviasi fitness terbaik. Metode statistika yang dipakai [7] : a. Rata-rata (mean) jumlah feasible solution x (6) dimana : x : nilai rata-rata feasible i : jumlah feasible solution untuk setiap data set n : jumlah data set b. Standar deviasi fitness terbaik dimana : s 2 : variansi s : standar deviasi fit i : nilai fitness terbaik n : jumlah pengujian Bagan Alir Program untuk Perulangan For-Do [8] mengatakan bahwa struktur perulangan dengan intruksi FOR-DO akan mengulang eksekusi baris program selama syarat atau kondisi perulangan dipenuhi. Pada perulangan menggunakan intruksi FOR-DO, pengujian dilakukan sebelum perulangan dari satu blok intruksi dilaksanakan sehingga selama kondisi dipenuhi maka perulangan akan dilaksanakan, sedangkan jika kondisi sejak awal sudah tidak terpenuhi maka perulangan tidak akan dilakukan. Kondisi yang digunakan pada instruksi perulangan ini tidak dalam bentuk intruksi logika tapi dalam bentuk angka. (7) Gambar 5 Bagan Alir Perulangan FOR-DO ~ICON, Vol. 1 No. 1, Maret 2013 : 33~44

7 J~ICON ISSN Contoh Kasus Penggunaan Metode Decoder Dalam [9], hasil perhitungan rasio profit/berat adalah array T: Setelah diurutkan secara descending order menjadi: Misalnya kromosom maka objek yang terpilih adalah: X = Tindex = Bobot = Bobot Total = = 16 Kg X = Tindex = Profit = Profit Total = = 39 X = Artinya: Objek yang terpilih masuk knapsack adalah Objek 1, Objek 6 dan Objek 7 Jadi, fitness dari kromosom kromosom real adalah. adalah sama dengan profit yaitu 39 dengan Perbandingan Unjuk Kerja Metode Decoder Dengan Metode Penalty Dalam (Arini Aha Pekuwali)

8 40 ISSN Contoh Kasus Penggunaan Metode Penalty Tersedia knapsack yang memiliki kapasitas 10 Kg dan 5 barang yang masing-masing memiliki berat dan profit. Barang 1 memiliki berat 8 Kg dan profit 7, Barang 2 memiliki berat 9 Kg dan profit 6, Barang 3 memiliki berat 3 Kg dan profit 8, Barang 4 memiliki berat 5 Kg dan profit 5, dan Barang 5 memiliki berat 2 Kg dan profit 6. Untuk kromosom v 1 [ ] : fitness (v 1 ) = f (x) p(x) f (x) = ((0 x 7) + (0 x 6) + (1 x 8) + (1 x 5) + (0 x 6)) = 13 p (x) = = = = = = 0,8 fitness (v 1 ) = 13 x 0,8 = 10,4 2.7 Cara Kerja Sistem Perbandingan Unjuk Kerja Metode Decoder dengan Metode Penalty Dalam implementasi sistem perbandingan metode decoder dengan metode penalty, penerapan proses algoritma genetika untuk kedua metode dibuat dalam 1 prosedur saja, sehingga dilakukan pembedaan variabel untuk masing-masing metode. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu pengujian untuk kedua metode, sebab apabila proses algoritma genetika dilakukan pada prosedur yang berbeda maka proses pengujian akan memakan waktu 2 kali lebih lama dari penggunaan 1 prosedur. Berikut ini adalah flowchart cara kerja sistem dalam membandingkan unjuk kerja metode decoder dengan metode penalty untuk menyelesaikan knapsack problem 0/1 menggunakan algoritma genetika : ~ICON, Vol. 1 No. 1, Maret 2013 : 33~44

9 J~ICON ISSN Mulai Jumlah Kromosom, Maksimal Generasi, Berat Barang, Profit Barang, Jumlah Barang, Jumlah Data Set Untuk i mulai dari 1 sampai Jumlah Data Set lakukan Untuk j mulai dari 1 sampai 5 lakukan Inisialisasi Kromosom Decoder = Kromosom Penalty Mencari Tindex Rasio Profit/Berat Generasi = Generasi + 1 CrossOver Mutasi Evaluasi Tidak Elitisme Seleksi (Generasi = Maksimal Generasi) Or ((Selesai Decoder = true) dan (Selesai Penalty = true)) Ya Kromosom Decoder terbaik [i,j], Kromosom Penalty terbaik [i,j], Generasi Decoder terbaik [i,j], Generasi Penalty terbaik [i,j], Fitness Decoder terbaik [i,j], Fitness Penalty terbaik [i,j], Total berat Decoder terbaik [i,j], Total Berat Penalty terbaik [i,j] j selanjutnya i selanjutnya Selesai Gambar 6. Flowchart Cara Kerja Sistem Perbandingan Unjuk Kerja Metode Decoder dengan Metode Penalty Proses awal yang dilakukan dalam implementasi sistem perbandingan metode decoder dengan metode penalty adalah membuat 2 populasi awal yang berisi kromosom yang sama untuk penyelesaian menggunakan metode penalty dan metode decoder. Kromosom yang dibangkitkan berjumlah n buah sesuai dengan masukan dari pengguna. Setelah membangkitkan kromosom awal untuk metode penalty dan metode decoder, proses selanjutnya adalah melakukan crossover untuk setiap kromosom yang memiliki nilai acak kurang dari probabilitas crossover (p c ) yang telah dimasukkan oleh pengguna. Perbandingan Unjuk Kerja Metode Decoder Dengan Metode Penalty Dalam (Arini Aha Pekuwali)

10 42 ISSN Proses selanjutnya adalah proses mutasi untuk setiap gen yang memiliki nilai random kurang dari probabilitas mutasi (p m ) yang telah dimasukkan oleh pengguna. Setelah mendapatkan kromosom baru hasil mutasi, maka dilakukanlah evaluasi fitness terhadap setiap kromosom. Pada bagian evaluasi inilah metode penalty dan metode decoder akan dipakai. Kromosom yang dibangkitkan untuk penyelesaian menggunakan metode penalty akan mengalami evaluasi fitness menggunakan metode penalty dan kromosom yang dibangkitkan untuk penyelesaian menggunakan metode decoder akan mengalami evaluasi fitness menggunakan metode decoder. Kromosom yang memiliki fitness terbaik akan langsung dimasukkan pada populasi baru melalui proses elitisme. Selanjutnya dilakukan proses seleksi terhadap setiap kromosom menggunakan metode roullete wheel, sehingga didapatkan kromosom-kromosom terbaik yang akan menempati populasi baru. Setelah mendapatkan populasi baru, maka akan dilakukan pengecekan kondisi berhenti yaitu kesamaan kromosom terbaik sebanyak 80% atau maksimal generasi. Apabila kondisi berhenti belum terpenuhi, maka proses crossover, mutasi, seleksi akan diulang. Apabila kondisi berhenti terpenuhi, maka kromosom terbaik, nilai fitness terbaik, generasi terbaik atau generasi dimana kondisi berhenti terpenuhi dan total berat dari kromosom solusi yang didapat, akan disimpan ke dalam array. Nilai yang didapatkan dari setiap pengujian akan dibandingkan menggunakan standar deviasi. Nilai standar deviasi yang mendekati 0 menunjukan kekonsistenan dari sebuah metode dalam memberikan solusi terbaik. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perbandingan 8 data set disajikan dalam Tabel 1 yang terlihat bahwa metode decoder berhasil mengeliminasi infeasible solution, terbukti dari 5 kali pengujian untuk setiap data set, metode decoder tidak pernah memberikan solusi yang termasuk infeasible solution. Dari 5 feasible solution yang dihasilkan oleh metode decoder, rata-rata 2,625 3 diantaranya merupakan optimal solution. Dari Tabel 5.25 juga terlihat bahwa metode penalty belum berhasil mengeliminasi infeasible solution, dari rata-rata pengujian terlihat bahwa dari 5 kali pengujian untuk setiap data set, metode penalty berpeluang memberikan 4 solusi yang termasuk infeasible solution. Metode penalty rata-rata hanya dapat memberikan 0,75 1 optimal solution untuk 5 kali pengujian pada setiap data set. Tabel 1. Perbandingan Metode Decoder dengan Metode Penalty untuk 5 kali pengujian Metode decoder juga unggul dalam tingkat kekonsistenan memberikan solusi yang sama. Dari 5 kali pengujian untuk setiap data set, metode decoder memiliki rata-rata standar deviasi sebesar 12,7875, sedangkan metode penalty memiliki rata-rata standar deviasi sebesar 100,85. Dari hasil penelitian ini, metode decoder merupakan metode yang dianjurkan untuk dipakai dalam menyelesaikan knapsack problem 0/1. Ditinjau dari mean generasi atau rata-rata generasi dapat dilihat bahwa metode penalty lebih cepat menemukan solusi dengan rata-rata generasi sebesar 142,3 142 ~ICON, Vol. 1 No. 1, Maret 2013 : 33~44

11 J~ICON ISSN generasi, dibandingkan dengan metode decoder yang memiliki rata-rata generasi sebesar 463, generasi. Namun kecepatan menemukan solusi oleh metode penalty tidak diikuti dengan ketepatan dalam menemukan solusi yang berupa feasible solution, sehingga metode decoder tetap dipilih sebagai metode terbaik. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil perbandingan unjuk kerja metode decoder dengan metode penalty dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Pada penelitian ini metode decoder berhasil mengeliminasi infeasible solution, dari 5 kali pengujian untuk setiap data set, rata-rata metode decoder memberikan 5 feasible solution, sedangkan metode penalty belum berhasil mengeliminasi infeasible solution, dari 5 kali pengujian untuk setiap data set, rata-rata metode penalty memberikan 4 infeasible solution. b. Metode decoder merupakan metode yang dianjurkan untuk digunakan dalam menyelesaikan knapsack problem 0/ SARAN Sistem perbandingan unjuk kerja metode decoder dengan metode penalty pada penelitian ini masih menggunakan operator-operator algoritma genetika standar. Operator algoritma genetika standar yang dimaksud seperti crossover menggunakan metode one-cut-point, mutasi menggunakan flip one bit, dan seleksi menggunakan metode roullete wheel, sehingga untuk pengembangan sistem ke depan untuk membandingkan metode decoder dengan metode penalty diharapkan dapat menggunakan metode-metode lain untuk operator algoritma genetika. Contohnya untuk seleksi menggunakan tournament selection, crossover menggunakan metode two-cut-point atau metode crossover lainnya, agar hasil analisa perbandingan dapat membantu pembaca lainnya dalam menentukan metode yang tepat untuk digunakan pada kasus yang relevan. Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini seperti objek yang diujikan diasumsikan sebagai benda mati yang tidak mengalami penurunan kualitas dan dimensi dari objek yang diujikan pada masalah knapsack 0/1 tidak diperhitungkan. Hal ini disebabkan masalah knapsack 0/1 hanya memiliki satu batasan, yaitu total berat objek yang terpilih tidak melebihi kapasitas knapsack, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan permasalahan knapsack yang batasannya lebih dari satu atau yang lebih dikenal dengan Multiconstraint Knapsack Problem. DAFTAR PUSTAKA.Gen, Mitsuo dan Runwei Cheng, 1996, Genetic Algorithms and Engineering Design, John Wiley & Sons, Inc, New York. [1] Sutojo, Edy Mulyanto dan Vincent Suhartono, 2010, Kecerdasan Buatan. Penerbit Andi, Yogyakarta. [2] Berlianty, Intan dan Miftahol Arifin, 2010, Teknik-Teknik Optimasi Heuristik, Graha Ilmu, Yogyakarta. [3] Kusumadewi, Sri dan Hari Purnomo, 2005, Penyelesaian Masalah Optimasi dengan Teknik- Teknik Heuristik, Graha Ilmu, Yogyakarta. [4] Suyanto, 2011, Artificial Intelligence, Informatika, Bandung. [5] Fanggidae, Adriana, 2008, Pengenalan Wajah dengan Self Organizing Maps (SOM) dan Principal Components Analysis (PCA). Tesis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Perbandingan Unjuk Kerja Metode Decoder Dengan Metode Penalty Dalam (Arini Aha Pekuwali)

12 44 ISSN [6] Furqon, 2008, Statistika Terapan untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. [8] Sutedjo, Budi dan Michael AN, 2004, Algoritma dan Teknik Pemrograman, Penerbit Andi, Yogyakarta. [9] Sir, Yosua, 2012, Materi Mengajar Mata Kuliah Algoritma Genetika : Contoh Kasus Penyelesaian Masalah Knapsack 0-1dengan Algoritma Genetika, Ilmu Komputer Undana, Kupang. ~ICON, Vol. 1 No. 1, Maret 2013 : 33~44

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES

PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES J~ICON, Vol. 2 No. 2, Oktober 2014, pp. 84 ~ 91 84 PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES Emsi M. Y. Monifani 1, Adriana

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Hari Purnomo, Sri Kusumadewi Teknik Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta ha_purnomo@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN :

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SMAN 1 CIWIDEY Rismayanti 1, Tati Harihayati 2 Teknik Informatika Universitas Komputer

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN (Binary Genetic Algorithm Concept to Optimize Course Timetabling) Iwan Aang Soenandi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Optimasi Optimasi adalah salah satu ilmu dalam matematika yang fokus untuk mendapatkan nilai minimum atau maksimum secara sistematis dari suatu fungsi, peluang maupun

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Mike Susmikanti Pusat Pengembangan Informatika Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan

Lebih terperinci

MEMBANGUN TOOLBOX ALGORITMA EVOLUSI FUZZY UNTUK MATLAB

MEMBANGUN TOOLBOX ALGORITMA EVOLUSI FUZZY UNTUK MATLAB MEMBANGUN TOOLBOX ALGORITMA EVOLUSI FUZZY UNTUK MATLAB Syafiul Muzid 1, Sri Kusumadewi 2 1 Sekolah Pascasarjana Magister Ilmu Komputer, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta e-mail: aakzid@yahoo.com 2 Jurusan

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

Denny Hermawanto

Denny Hermawanto Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya Denny Hermawanto d_3_nny@yahoo.com http://dennyhermawanto.webhop.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 1 9 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL MULIA AFRIANI KARTIKA

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Penjadwalan kegiatan belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan biasanya merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah dan menyita waktu. Pada lembaga pendidikan

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Penyelesaian Masalah Penugasan dengan Algoritma Genetika Zainudin Zukhri Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENJADWALAN UJIAN AKHIR SEMESTER DENGAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNESA)

PENJADWALAN UJIAN AKHIR SEMESTER DENGAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNESA) Penjadwalan Ujian Akhir Semester dengan Algoritma Genetika PENJADWALAN UJIAN AKHIR SEMESTER DENGAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNESA) Anita Qoiriah Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Oleh Dian Sari Reski, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT Scheduling problem is one type of allocating resources problem that exist to

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 2, (2017) 28 Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Andreas Christian

Lebih terperinci

PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Frengki Agus f124nk_85@yahoo.com Pembimbing I : Linda Salma, S.Si., M.T. Pembimbing II : Khusnul Novianingsih,M.Si Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X)

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) Ria Krisnanti 1, Andi Sudiarso 2 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Hendy Tannady; Andrew Verrayo Limas Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl.

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Representasi Matriks untuk Proses Crossover Pada Algoritma Genetika untuk Optimasi Travelling Salesman Problem Matrix Representation for The Crossover on Genetic Algorithm

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE PENERAPAN ALGORTMA GENETK UNTUK OPTMAS DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE Samuel Lukas, M.Tech." Abstract The purpose of this paper is to introducing genetic algorithm. This algorithm is one

Lebih terperinci

Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik

Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik Afriyudi 1,Anggoro Suryo Pramudyo 2, M.Akbar 3 1,2 Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Bina Darma Palembang. email

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA ABSTRAKSI RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Tedy Rismawan, Sri Kusumadewi Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem Haris Sriwindono Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok Sleman Yogyakarta, Telp. 0274-883037 haris@staff.usd.ac.id

Lebih terperinci

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561) APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKANALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Pontianak) [1] Putri Yuli Utami, [2] Cucu Suhery, [3] Ilhamsyah

Lebih terperinci

M. Ainul Yaqin 1,Totok Lisbiantoro 2, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

M. Ainul Yaqin 1,Totok Lisbiantoro 2, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang OPTIMASI PENJADWALAN PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI RANK M. Ainul Yaqin 1,Totok Lisbiantoro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN AKAR PERSAMAAN SEBUAH FUNGSI

ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN AKAR PERSAMAAN SEBUAH FUNGSI ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN AKAR PERSAMAAN SEBUAH FUNGSI Akhmad Yusuf dan Oni Soesanto Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 35, 8 Banjarbaru ABSTRAK Algoritma

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA I Dewa Made Adi Baskara Joni 1, Vivine Nurcahyawati 2 1 STMIK STIKOM Indonesia, 2 STMIK STIKOM

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK Fajar Saptono 1, Taufiq Hidayat 2 Laboratorium Pemrograman dan Informatika Teori Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Valuta Asing Valuta asing dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam hukum ekonomi bila terdapat

Lebih terperinci

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 7 Stasiun Besar Kediri

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 7 Stasiun Besar Kediri Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 11, November 2018, hlm. 4371-4376 http://j-ptiik.ub.ac.id Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika

Lebih terperinci

MODEL PENYELESAIAN JOB SHOP SCHEDULING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE LOCAL SEARCH ALGORITHM DENGAN CROSS OVER

MODEL PENYELESAIAN JOB SHOP SCHEDULING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE LOCAL SEARCH ALGORITHM DENGAN CROSS OVER MODEL PENYELESAIAN JOB SHOP SCHEDULING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE LOCAL SEARCH ALGORITHM DENGAN CROSS OVER Amiluddin Zahri Dosen Universtas Bina Darma Jalan Ahmad Yani No.3 Palembang Sur-el: amiluddin@binadarma.ac.id

Lebih terperinci

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem Adidtya Perdana Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl. H.M. Jhoni No. 70 C Medan adid.dana@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

Pencarian Rute Optimum Menggunakan Algoritma Genetika

Pencarian Rute Optimum Menggunakan Algoritma Genetika Jurnal Teknik Elektro Vol. 2, No. 2, September 2002: 78-83 Pencarian Rute Optimum Menggunakan Algoritma Genetika Anies Hannawati, Thiang, Eleazar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

PENJADWALAN KAPAL PENYEBERANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENJADWALAN KAPAL PENYEBERANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Vol. 3, No. 1, Maret 2016, hlm. 48-55 PENJADWALAN KAPAL PENYEBERANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Ria Febriyana 1, Wayan Firdaus Mahmudy 2 Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang teori penunjang serta penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode tournament selection pada metode seleksi parent dalam algoritma genetika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 2, Februari 2017, hlm. 80-84 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM Anies Hannawati, Thiang, Eleazar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131,

Lebih terperinci

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Vol. 14, No. 1, 19-27, Juli 2017 Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Jusmawati Massalesse dan Muh. Ali Imran Abstrak Tulisan ini

Lebih terperinci

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Zainal Akbar 1), Muh. Fajri Raharjo 2), Eddy Tungadi 3) CAIR, Politeknik Negeri Ujung Pandang Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10, Tamalanrea Makassar,

Lebih terperinci

GENERATOR TEKA TEKI SILANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN MULTITHREADING UNTUK MENGHITUNG FITNESSNYA

GENERATOR TEKA TEKI SILANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN MULTITHREADING UNTUK MENGHITUNG FITNESSNYA GENERATOR TEKA TEKI SILANG MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN MULTITHREADING UNTUK MENGHITUNG FITNESSNYA Donny Kurniawan Widodo Program Studi Teknik Informatika, Unika Soegijapranata Semarang dny65@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

Optimasi Penataan Barang pada Proses Distribusi Menggunakan Algoritme Evolution Strategies

Optimasi Penataan Barang pada Proses Distribusi Menggunakan Algoritme Evolution Strategies Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 5, Mei 2018, hlm. 1874-1882 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Penataan Barang pada Proses Distribusi Menggunakan Algoritme

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengantar Algoritma genetika merupakan algoritma yang lahir dari sebuah inspirasi teori evolusi Darwin yang mengatakan anggota dari spesies yang lemah lambat laun akan mengalami

Lebih terperinci

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011 ANALISIS OPTIMASI PENJADWALAN JAGA DOKTER RESIDEN PENYAKIT DALAM PADA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Erlanie Sufarnap 1, Sudarto 2 STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 airlanee@yahoo.com 1,

Lebih terperinci