BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks. 11) Cara hubungan kelamin yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks. 11) Cara hubungan kelamin yang"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Infeksi Menular Seksual IMS sering disebut sebagai penyakit kelamin yaitu penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks atau hubungan kelamin. Ada banyak sekali jenis infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks. 11) Cara hubungan kelamin yang tidak hanya terbatas pada genito - genital, tetapi dapat juga secara oro-genital atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul tidak terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah ekstra genital. Infeksi menular seksual tertentu juga bisa menular kepada orang lain melalui pakaian, handuk atau sentuhan kulit dengan orang yang sudah terinfeksi. Adapun beberapa ciri dari IMS adalah : Penularan infeksi tidak selalu harus melalui hubungan kelamin Infeksi dapat terjadi pada orang orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin dan orang orang yang tidak promiskus Sebagian besar penderita adalah akibat korban keadaan di luar kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit. 1)

2 2.2. Jenis-jenis IMS IMS yang paling umum ditemukan dan menjadi prioritas di Indonesia adalah : Gonore a. Defenisi Gonore adalah salah satu jenis IMS yang paling sering ditemukan. Nama awam Gonore adalah kencing nanah. Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). 13) b. Etiologi Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, dan bersifat tahan asam. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni pada vagina wanita yang belum pubertas. 1) c. Epidemiologi Di dunia, gonore merupakan IMS yang paling sering terjadi sepanjang abad ke 20, dengan perkiraan 200 juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya. 13) Di Amerika terdapat insiden infeksi baru setiap tahunnya. Dilaporkan terdapat kurang lebih 240 kasus pada setiap populasi. Rata-rata penyakit

3 gonore banyak terjadi pada ras Afrika Amerika dibandingkan dengan ras lain dan lebih tinggi kejadiannya di pedesaan sebelah tenggara Amerika Serikat dan di dalam kota, kemungkinan hal ini dihubungkan dengan faktor budaya dan sosioekonomi masyarakat daerah tersebut. 3) Pada tahun 2008, kasus baru penderita gonore di wilayah Asia Tenggara adalah 25,4 juta kasus. Sedangkan untuk angka prevalensinya adalah 9,3 juta kasus. Angka insidensi dan prevalensi lebih tinggi pada jenis kelamin wanita dibandingkan jenis kelamin laki laki. Untuk jenis kelamin wanita angka insidensinya 8,3 per 1000 populasi sedangkan untuk jenis kelamin laki laki 7,0 per 1000 populasi. 14) Sedangkan di Indonesia, dari data rumah sakit yang beragam seperti RSU Mataram pada tahun 1989 dilaporkan gonore yang sangat tinggi yaitu sebesar 52,87% dari seluruh penderita IMS. Sedangkan pada RS Dr.Pirngadi Medan pada tahun 1991 ditemukan 16% dari sebanyak 326 penderita IMS. 15) Pada tahun 2013, kasus gonore di Sumatera Utara adalah sebanyak 811 kasus dengan rincian kasus pada jenis kelamin laki - laki adalah sebanyak 477 kasus dan pada perempuan sebanyak 333 kasus. 9) d. Gejala klinis Masa tunas gonore sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5 hari pada pria. Sedangkan pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat adanya kecenderungan untuk bersifat asimptomatis pada wanita. Keluhan subjektif yang paling sering timbul adalah rasa gatal, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung uretra yang kadang-

4 kadang dapat disertai darah dan rasa nyeri pada saat ereksi. Pada pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan, edema, ekstropion dan pasien merasa panas. Pada beberapa kasus didapati pula pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral maupun bilateral. Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria. Pada wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Adapun gejala yang mungkin dikeluhkan oleh penderita wanita adalah rasa nyeri pada panggul bawah, dan dapat ditemukan serviks yang memerah dengan erosi dan sekret mukopurulen. 1) Bayi baru lahir bisa terinfeksi gonore dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Pada dewasa, bisa terjadi hal yang sama, tetapi seringkali hanya satu mata yang terkena. Jika infeksi ini tidak diobati dapat terjadi kebutaan. 12) e. Pemeriksaan e.1. Sediaan Langsung Pada sediaan langsung dengan pengecatan Gram akan ditemukan gonokok negatif Gram, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kalenjar Bartholin, serviks dan rektum. Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk dilakukan di klinik luar rumah sakit/praktek pribadi, klinik dengan fasilitas labotarium terbatas, maupun rumah sakit dengan fasilitas labotarium lengkap.

5 e.2. Kultur (biakan) Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua macam media yang dapat digunakan adalah media transpor dan media pertumbuhan. Kultur untuk bakteri Neisseria gonorrhoeae umumnya dilakukan pada media pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif dan kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini dianjurkan untuk dilakukan pada rumah sakit dengan fasilitas dengan labotarium lengkap. e.3. Tes defenitif Tes defenitif adalah tes yang dibagi atas 2 bagian yaitu tes oksidasi dan tes fermentasi. Pada tes oksidasi semua Neisseria memberi reaksi positif dengan memberi perubahan warna koloni yang semula bening menjadi merah muda hingga merah lembayung. Kemudian tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa. e.4. Tes beta-laktamase Tes ini menggunakan cefinase TM disc yang mengandung chromogenic chepalosporin dan akan tampak perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzin beta-laktamase.

6 e.5. Tes Thomson Tes ini berguna untuk mengetahui sejauh mana infeksi sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu adalah pengobatan setempat. Syarat mutlak untuk melakukan tes ini ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit ml. 1) f. Pengobatan Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektifitas, harga, dan sedikit mungkin efek toksiknya. Dulu pilihan utama adalah penisilin + probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insidens Neisseria gonorrhoeae penghasil Penisilinase (N.G.P.P). Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam macam obat yang dapat dipakai antara lain : Penisilin, Ampisilin dan Amoksisilin, Sefalosporin, Spektinomisin, Kanamycin, Tiamfenikol, dan Kuinolon. 16) Infeksi Genital Non-Spesifik (IGNS) a. Defenisi Infeksi Genital Non-Spesifik (IGNS) atau Nonspecific Genital Infection (NSGI) adalah IMS berupa peradangan di uretra, rektum atau serviks yang disebabkan oleh kuman nonspesifik. 1)

7 b. Etiologi Penyebab 30% hingga 50% kasus IGNS adalah Chlamydia trachomatis, sedangkan kasus selebihnya umumnya disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum berkisar antara %. Sedangkan penyebab lain yang jarang adalah Trichomonas vaginalis, Ragi, Virus Herpes simplex, dan Adenovirus. 1) c. Epidemiologi Di beberapa negara, insidens IGNS merupakan IMS yang paling tinggi, banyak ditemukan pada orang dengan dengan keadaan sosial ekonomi lebih tinggi, usia lebih tua, dan aktivitas seksual yang tinggi. Insiden juga lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dan golongan heteroseksual lebih banyak dibandingkan golongan homoseksual. 1) Di dunia, WHO memperkirakan terdapat 140 juta kasus yang terjadi akibat infeksi Chlamydia trachomatis. Terdapat 1,1 juta kasus dilaporkan di Amerika Serikat dengan prevalensi tertinggi terjadi pada wanita di usia tahun pada tahun ) Sedangkan di Indonesia, dari data yang diambil dari poliklinik IMS RS dr.pirngadi Medan didapatkan prevalensi UNG (Uretritis Non Gonore) sebesar 54% pada tahun Di RSUP Denpasar prevalensi UNG/IGNS sebesar 13,8% pada tahun Sedangkan pada penelitian yang dilakukan terhadap kelompok pramuwaria di Jakarta mendapatkan data prevalensi klamidia sebesar 35,48% dari 62 orang yang diperiksa sedangkan pada pemeriksaan terhadap WTS di Medan menunjukkan prevalensi sebesar 45%. 1)

8 d. Gejala klinis Pada pria gejala baru timbul biasanya setelah 1-3 minggu kontak seksual dan umumnya tidak separah gonore. Gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering kencing, dan keluarnya tubuh duh seropurulen. Dibandingkan dengan gonore perjalanan penyakit lebih lama karena masa inkubasi yang lebih lama dan ada kecenderungan kambuh kembali. Pada beberapa keadaan tidak terlihat keluarnya cairan duh tubuh, sehingga menyulitkan pemeriksaan. Pada wanita infeksi lebih sering terjadi di serviks dibandingkan dengan di vagina, kalenjar Bartholin, atau uretra sendiri. Sama seperti gonore pada wanita, umumnya wanita tidak menunjukkan gejala. Sebagian kecil dengan keluhan keluarnya duh tubuh vagina, disuria ringan, nyeri di daerah pelvis, dan disparenia. 16) e. Pemeriksaan Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi karena gonore atau non-gonore. Menegakkan diagnosis servisitis atau uretritis oleh klamidia, perlu pemeriksaan khusus untuk menemukan atau menentukan adanya Chlamydia trachomatis. Pemeriksaan labotarium yang umum digunakan sejak lama adalah pemeriksaan sediaan sitologi langsung dan biakan dari inokulum yang diambil dari spesimen urogenital. Baru pada tahun 1980-an ditemukan teknologi pemeriksaan terhadap antigen dan asam nukleat Chlamydia trachomatis. Sampai saat ini pemeriksaan biakan masih dianggap sebagai baku emas pemeriksaan

9 klamidia. Spesifisitasnya mencapai 100%, tetapi sensitivitasnya bervariasi bergantung pada labotarium yang digunakan (berkisar antara 75% - 85%). Prosedur, tehnik, dan biaya pemeriksaan biakan ini tinggi serta perlu waktu 3-7 hari. 16) f. Pengobatan Tetrasiklin sampa ini saat ini masih efektif untuk pengobatan Chlamydia dan Ureaplasma urealyticum. Eritromisin lebih efektif terhadap Ureaplasma dibandingkan Chlamydia. Obat ini dipakai untuk mengobati wanita hamil dengan I.G.N.S. 1) Sifilis a. Defenisi Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan mempunyai beberapa sifat, yaitu : perjalanan penyakitnya sangat kronis, dalam perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai bermacam macam penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali, dan dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan kelainan kongenital. Selain melalui ibu ke janinnya dan melalui hubungan seksual, sifilis bisa juga ditularkan melalui luka, transfusi, dan jarum suntik. 3) b. Etiologi Treponema pallidum merupakan anggota dari jenis Spirochaetaceae. Kuman berbentuk filament berulir ini berukuran panjang 6-14 mikrin dengan 6 -

10 12 uliran kecil yang beraturan dengan ujung filament selalu lurus. Morfologi kuman mudah dilihat dengan mikroskop latar belakang gelap (dark-field microscope) atau diperiksa di bawah mikroskop menggunakan pewarnaan perak. Treponema pallidum merupakan organisme yang relatif rapuh yang tidak dapat 17), 18) hidup lebih dari beberapa jam pada daerah yang lembab di luar tubuh. c. Epidemiologi Sifilis tersebar diseluruh dunia dan telah dikenal sebagai penyakit kelamin klasik yang dapat dikendalikan dengan baik. Di Amerika Serikat kejadian sifilis dan sifilis kongenital yang dilaporkan meningkat sejak tahun 1986 dan berlanjut sampai dengan tahun 1990 dan kemudian menurun sesudah itu. Peningkatan ini terjadi terutama dikalangan masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah dan dikalangan anak-anak muda dengan kelompok usia yang paling sering terkena infeksi adalah golongan usia muda berusia antara tahun, yang aktif secara seksual. Adanya perbedaan prevalensi penyakit pada ras yang berbeda lebih disebabkan oleh faktor sosial daripada faktor biologis. Dari data tahun insidensi sifilis primer dan sekunder di Amerika Serikat meningkat 34% yaitu 18,4% per penduduk. Banyak wilayah di AS, terutama di daerah perkotaan dan di daerah pedesaan bagian selatan faktor risiko yang melatarbelakangi peningkatan prevalensi sifilis pada kelompok ini antara lain pemakaian obat-obat terlarang, prostitusi, AIDS dan hubungan seks pertama kali pada usia muda. Pada tahun terjadi peningkatan prevalensi sifilis

11 sebanyak 8% dari 2,5 menjadi 2,7 per populasi. Sedangkan pada tahun terjadi peningkatan 12% dari 3,3 menjadi 3,7 per populasi. 20) Pada tahun 2013, menurut Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara bagian P2P, terdapat sebanyak kasus sifilis di Sumatera Utara. Untuk kasus dengan jenis kelamin laki-laki ada sebanyak 663 kasus dan pada perempuan ada 449 kasus. 9) d. Gejala klinis Masa inkubasi berlangsung antara 9-90 hari, kemudian diikuti timbulnya gejala klinis yang terdiri dari 3 stadium. : d.1. Stadium Primer Kelainan pertama yang timbul atau lesi primer terjadi pada organ genital berupa ulkus yang keras. Sesudah itu akan terjadi limfangitis, diikuti pengerasan kalenjar limfe regional yang tidak terasa nyeri. d.2. Stadium sekunder Pada stadium sekunder terjadi gejala gejala klinis sebagai berikut : kelainan berupa makula, papula dan pustula, yang juga terjadi pada telapak tangan dan kaki. Tanpa pengobatan kelainan kulit akan hilang dengan sendirinya, tetapi akan muncul 2-3 tahun kemudian. Juga akan terjadi depigmentasi kulit. d.3. Stadium tersier Pada stadium tiga timbul gumma pada berbagai organ. Selain itu terjadi aortitis yang menimbulkan aneurisma dan insufiensi aortik. 18)

12 e. Pemeriksaan cara: Beberapa pemeriksaan terhadap sifilis dapat dilakukan dengan berbagai e.1. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field) dengan bahan pemeriksaan dari bagian dalam lesi. Ruam sifilis primer dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum diperoleh dari bagian dasar atau dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum akan keluar. Kemudian serum diperiksa pada lapangan gelap untuk melihat ada tidaknya Triponema pallidum berbentuk ramping, dengan gerakan lambat dan angulasi. Bahan apusan lesi dapat pula diperiksa dengan metode mikroskop fluoresensi, namun pemeriksaan ini memberikan hasil yang kurang dapat dipercaya sehingga pemeriksaan dark field lebih umum dilaksanakan. e.2. Penentuan antibodi di dalam serum yang timbul akibat infeksi Triponema pallidum. Tes yang dilakukan sehari-hari dapat menunjukkan reaksi IgM dan juga IgG tetapi tidak dapat menunjukkan antibodi spesifik adalah tes Wasserman, tes Kahn, tes VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory), tes RPR (Rapid Plasma Reagin) dan tes Automated Reagin. Tes-tes tersebut merupakan tes standar untuk sifilis dan memiliki spesifisitas rendah sebab dapat menunjukkan hasil positif semu. Sedangkan tes RPCF (Reiter Protein Complement Fixation) merupakan tes yang dapat menunjukkan kelompok

13 antibodi spesifik. Tes dengan spesifitas tinggi dan dapat menentukan antibodi spesifik sifilis ini adalah tes TPI, tes FTA-ABS, tes TPHA dan tes Elisa. f. Pengobatan Sifilis dapat diobati dengan berbagai jenis antibiotika, yaitu dengan Penisilin prokain jangka panjang, Tetrasiklin diberikan jika penderita alergi penisilin, dan juga obat obatan lain yang dapat diberikan adalah eritromisin dan sefalospori. 17) HIV (Human Imunodefiency Virus) a. Definisi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adakah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang didapat disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus (HIV). 3) b. Etiologi HIV disebabkan oleh retrovirus yang disebut Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukima Virus (HTLV-III). LAV ditemukan oleh Montagnier dkk pada tahun 1983 di Perancis, sedangkan HTLV- III ditemukan oeh Gallo di Amerika Serikat pada tahun berikutnya. 1) Virus ini termasuk ke dalam genus Lentivirus, golongan retrovirus dan family retroviridae. Sepsis HIV-1 dan HIV-2 merupakan penyebab infeksi HIV terbanyak pada manusia. 17)

14 c. Epidemiologi HIV telah menginfeksi hampir 60 juta orang di dunia, dan 40 juta orang saat ini hidup dengan penyakit ini. Sekitar 95% jumlah tersebut berada di negara berkembang, dengan lebih dari 25 juta dari mereka yang saat ini terinfeksi tinggal di sub-sahara Afrika. 18) Transmisi heteroseksual mencapai lebih dari 85% di seluruh dunia. Penularan secara heteroseksual ini menyebabkan 25 30% infeksi baru di Eropa dan AS dengan ras dan etnik minoritas. Di Vietnam, Malaysia, India Timur Laut dan Cina, insidensi tertinggi adalah pengguna obat suntik. 2) Berdasarkan laporan Ditjen PP & PL, secara kumulatif penderita HIV/AIDS dari tahun 1987 hingga 2013 adalah sebanyak untuk HIV dan untuk AIDS. Secara nasional Indonesia memiliki prevalensi sebesar 22,03 per penduduk. Prevalensi menurut propinsi, Papua memiliki prevalensi tertinggi yaitu sebesar 357,03 per penduduk. Pada tahun 2013, penderita HIV/AIDS di Indonesia adalah sebanyak kasus dengan rincian kasus HIV sebanyak kasus, AIDS sebanyak kasus, dan yang tercatat meninggal sebanyak 726 kasus. 11) d. Gejala Klinis Gejala klinis HIV adalah sebagai berikut : d.1.hiv Stadium 1 : asimtomatis atau terjadi PGL (persistent generalized lymphadenopathy)

15 d.2. HIV Stadium 2 : berat badan menurun lebih dari 10%, ulkus atau jamur di mulut, menderita herpes zoster 5 tahun terakhir, sinusitis rekuren. d.3. HIV Stadium 3 : berat badan menurun lebih dari 10%, diare kronis dengan sebab tidak jelas lebih dari 3 bulan. d.4. HIV Stadium 4 : berat badan menurun lebih dari 10%, gejala gejala infeksi pneumositosis, TBC, kriptokokosis, herpes zoster dan infeksi lainnya sebagai komplikasi turunnya system imun (AIDS). e. Kriteria W.H.O gejala klinis AIDS untuk penderita dewasa meliputi minimum 2 gejala mayor dan 1 gejala minor. e.1. Gejala mayor adalah : i. Berat badan menurun lebih dari 10%. ii. iii. Diare kronis lebih dari 1 bulan. Demam lebih dari 1 bulan e.2. Gejala minor adalah : i. Batuk lebih dari 1 bulan. ii. iii. iv. Pruritus dermatitis menyeluruh. Infeksi umum rekuren misalnya herpes zoster atau herpes simpleks. Limfadenopati generalisata. v. Kandidiasis mulut dan orofaring. 17) e. Pemeriksaan Pada orang yang akan melakukan tes HIV atas kemauan sendiri atau karena saran dokter, terlebih dahulu dilakukan konseling. Bila semua berjalan baik, maka

16 tes HIV dapat dilaksanakan pada individu tersebut dengan persetujuan yang bersangkutan. Diagnosis dini dilakukan melalui pemeriksaan labotarium dengan petunjuk dari gejala-gejala klinis atau dari adanya perilaku resiko tinggi individu tertentu. Diagnosis labotarium dilakukan dengan 2 metode : e.1. Langsung : yaitu isolasi virus dari sampel. Salah satu cara deteksi antigen virus ialah Polymerase Chain Reaction (PCR) e.2. Tidak langsung : dengan melihat respon zat anti spesifik, misalnya dengan ELISA, Western blot, immunofluorescent assay (IFA), atau radioimmunoprecipitation assay (RIPA). 15) f. Pengobatan Pengobatan penderita HIV dibagi atas 2 bagian yaitu untuk infeksi dini HIV dan infeksi yang sudah lanjut termasuk AIDS. Perbedaan tatalaksana terletak pada prinsip pencegahan yang dapat dilakukan pada fase dini untuk mencegah timbulnya infeksi oppurtunistik serta memperpanjang hidup penderita, sedangkan pada tahap lanjut kita hanya dapat memberikan pengobatan untuk infeksi oppurtunistik dan keganasan serta perawatan pada fase terminal. f.1. Infeksi Dini Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, sekarang sudah dipastikan bahwa pemberian antiretroviral pada periode asimtomatik fase lebih awal dapat memperpanjang periode asimtomatik dan menghambat perkembangan penyakit ke arah AIDS atau dengan kata lain memperpanjang hidup penderita. Obat-obatan

17 antiretroviral yang disarankan adalah Zidovudin (ZDV), Didanosin (DDI), Dideoxycytidine (DDC) dan Profilaksis. Banyak ahli cenderung mempergunakan terapi kombinasi ZDV dengan obat antiretroviral lain, dan terbukti memberikan hasil lebih baik dan mengurangi kemungkinan timbulnya resistensi virus terhadap obatobat antiretroviral tersebut. f.2. Stadium Lanjut Pada stadium lanjut, tingkat imunitas penderita sudah sangat menurun dan banyak komplikasi banyak terjadi, umumnya berupa infeksi oppurtunistik yang mengancam jiwa penderita. Pada stadium lanjut ZDV cukup banyak memberi manfaat. Pada keadaan penyakit yang berat dosis ZDV diperlukan lebih tinggi agar dapat menembus ke susunan syaraf pusat (SSP). Dosis dan pemberian belum ada kesepakatan, tetapi sebagai dosis awal pada penderita dengan berat badan 70 kg, diberikan ZDV 1000mg, dalam 4 hingga 5 kali pemberian. Untuk pengobatan infeksi oppurtunistik, memerlukan perawatan multidisipliner, para spesialis, konselor, dan kelompok-kelompok lainnya. Umumnya pada stadium yang lebih lanjut, bila sesekali muncul infeksi maka jarang bersifat tunggal tetapi beberapa macam infeksi terjadi bersamaan. Keadaan ini memerlukan pengobatan yang rumit. Bila sudah timbul keadaan yang demikian maka sebaiknya penanganan penderita dilakukan oleh sebuah tim. Pada fase terminal, dimana penyaktit sudah tak teratasi, pengobatan yang diberikan hanyalah bersifat simtomatik dengan tujuan agar penderita merasa cukup enak, bebas dari rasa mual, sesak, mengatasi infeksi yang ada dan mengurangi rasa cemas. 23)

18 Kandidiasis Vulvovaginalis a. Definisi Kandidiasis (kandidosis) adalah suatu infeksi dengan manifestasi klinis yang bervariasi, bersifat akut atau subakut. Kandidosis Vulvovaginalis (KVV) adalah infeksi mukosa vagina dan atau vulva dan didapat baik secara endogen maupun eksogen, yang sering menimbulkan keluhan duh tubuh pada vagina. 3) b. Etiologi Kandidiasis Vulvovaginalis adalah infeksi dengan berbagai manifestasi klinis oleh Candida Albicans. Kandida adalah kuman oportunis, dapat dijumpai di seluruh badan, terutama dalam mulut, kolon, kuku, vagina, dan saluran anorektal. 15) c. Epidemiologi Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki - laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat. 1) Pada beberapa negara Kandidiasis vulvovaginalis merupakan terbanyak diantara infeksi vagina terutama di daerah iklim subtropis dan tropis. Pada umumnya lebih banyak terjadi pada perempuan dengan status sosial ekonomi rendah dan masa kehamilan. Kandidiasis vulvovaginalis terjadi pada banyak perempuan selama masa hidupnya dengan persentase sekitar 70-75% wanita mendapat setidaknya sekali infeksi Kandidiasis vulvovaginalis selama masa hidupnya. 3) Pada Provinsi Sumatera Utara, kandidiasis secara umum terjadi pada wanita. Hal ini terlihat pada tahun 2013, jumlah kasus kandidiasis secara keseluruhan ada

19 sebanyak kasus, dengan rincian sebanyak 18 kasus pada jenis kelamin laki - laki dan kasus pada perempuan. 9) d. Gejala Klinis Keluhan utama ialah gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi, dispaneuria. Pada pemeriksaan yang ringan tampak hyperemia di labia menora, introitis vagina, dan vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan yang khas ialah bercak - bercak putih kekuningan. Fluor albus pada kandidiasis vagina berwarna kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan. Gumpalan tersebut berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva atau vagina. 1) e. Pemeriksaan Diagnosis Kandidiasis vulvovaginalis ditegakkan berdasarkan keluhan penderita, pemeriksaan klinis, pemeriksaan labotarium berupa sediaan basah maupun gram, pemeriksaan biakan jamur dan pemeriksaan ph cairan vagina. Biakan jamur mempunyai nilai sensitivitas yang tinggi sampai 90%, sedangkan pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% kepekaannya hanya 40%. Pemeriksaan gram tidak terlalu sensitif tetapi bisa sangat menolong untuk pemeriksaan yang cepat. 3) f. Pengobatan Hal penting yang harus dilakukan dalam mengobati Kandidiasis vulvovaginalis adalah menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi. Rejimen yang di rekomendasikan adalah : 1. Mikronazol / Klotrimazol 200 mg intravaginal/ hari, 3 hari

20 2. Klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal 3. Nystatin IU intravaginal/ hari, 14 hari. Kandidiasis vulvovaginalis biasa terjadi pada masa kehamilan, hanya preparat azol topical yang dapat dipakai pada wanita hamil. Kebanyakan diantaranya untuk memberikan pengobatan selama 7 hari selama masa kehamilan. 1) 2.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran IMS Penyebaran IMS terjadi karena perubahan pola distribusi maupun pola perilaku penyakit yang tidak terlepas dari faktor faktor yang mempengaruhinya, yaitu : Faktor Dasar a. Adanya penularan penyakit. b. Berganti ganti pasangan seksual Faktor medis a. Gejala klinis pada wanita dan homoseksual yang asimtomatis. b. Pengobatan yang modern. c. Pengobatan yang mudah, murah, cepat dan efektif, sehinga risiko resistensi tinggi, dan bila disalahgunakan akan meningkatkan faktor penyebaran infeksi Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan pil KB hanya bermanfaat bagi pencegahan kehamilannya saja, berbeda dengan kondom yang juga dapat digunakan sebagai alat pencegahan terhadap penularan.

21 Faktor sosial a. Mobilitas penduduk b. Prostitusi c. Waktu yang santai d. Kebebasan individu e. Ketidaktahuan Selain faktor faktor diatas masih ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi yang mempengaruhi perbedaan prevalensi antara negara maju dan negara berkembang adalah : i. Diagnosis yang kurang tepat karena keterbatasan sarana penunjang. ii. Komplikasi lebih banyak ditemukan di negara berkembang, karena keterlambatan diagnosis dan pengobatan. Yang tidak kalah penting adalah perubahan dinamis yang terjadi di masyarakat, baik perubahan demografi maupun sosio-budaya, akan mempengaruhi penyebaran IMS. Peningkatan insiden IMS tidak terlepas kaitannya dengan perilaku resiko tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa rata rata penderita sifilis melakukan hubungan seks sebanyak 5 pasangan seksual yang tidak diketahui asal usulnya, sedangkan gonore sebanyak 4 pasangan seksual. Demikian juga halnya dengan IMS dengan pecandu narkotik, terlihat bahwa 73% penderita gonore melakukan promiskuitas karena ketagihan narkotik. 18) Selain itu menurut penelitian pada WPS di Medan pada Tahun 2005, hubungan seks tanpa penggunaan kondom masih tinggi. Hal ini terlihat dari penggunaan kondom dalam kurun waktu seminggu terakhir, hanya 12% WPS

22 langsung dan 72% WPS tidak langsung yang selalu menggunakan kondom waktu berhubungan seks dengan pelanggannya. Sebagian besar (62% WPS langsung dan 8% WPS tidak langsung) tidak menggunakan kondom sama sekali, perilaku yang paling berisiko untuk penularan IMS. 8) 2.4. Pencegahan IMS Pencegahan Primer Pencegahan primer merupakan hal yang paling penting agar seseorang yang sehat jangan sampai tertular IMS. Beberapa cara pencegahan yang perlu diperhatikan yaitu: a) Mengurangi pajanan IMS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan masyarakat terhadap perilaku berisiko tinggi. Didik masyarakat tentang caracara umum menjaga kesehatan, berikan petunjuk tentang kesehatan dan hubungan seks yang sehat. Jelaskan manfaat tentang menunda aktivitas seksual sampai pada usia matang secara seksual demikian juga jelaskan pentingnya perkawinan monogami dan mengurangi jumlah pasangan seksual. Selain itu perlu juga diberikan penyuluhan tentang pentingnya memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti klinik IMS, serta tentang gejala - gejala dari IMS dan cara - cara penyebarannya. 25),26) b) Perilaku seksual yang aman (dikenal dengan singkatan ABC) yaitu, Abstinensia, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Be faithful, setia terhadap pasangan yang sah (suami - isteri), Condom, menggunakan kondom bila tidak dapat melakukan kedua hal tersebut. Promosi kondom

23 dapat dilakukan di daerah-daerah yang beresiko tinggi. Kalau digunakan dengan benar, kondom dapat mencegah penularan IMS termasuk HIV. Setiap orang pada golongan umur seksual aktif harus tahu cara menggunakannya. Petugas pelayanan kesehatan harus mampu menjelaskan dan memperagakan penggunaan kondom. 6),25) c) Penerapan kewaspadaan universal di waktu melakukan pelayanan kesehatan dan menggunakan alat suntik ataupun alat kesehatan lainnya yang steril. Hal ini terkait kewaspadaan terhadap zat yang menularkan, kewaspadaan tentang alat yang digunakan dan kewaspadaan tentang penjagaan diri. 25) Pencegahan sekunder a) Diagnosis yang tepat. Sediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan dini IMS. Bentuk fasilitas pelayanan kesehatan ini hendaknya sesuai dengan budaya setempat dan mudah diakses dan dapat diterima oleh masyarakat, tanpa mempertimbangkan status sosial ekonomi seseorang. 1),25) b) Pengobatan yang efektif dan membuat program penemuan kasus secara intensif termasuk kegiatan melakukan anamnesis penderita, motifikasi pasangan seksual mereka. Lakukan pemeriksaan serologis ulang untuk mengesampingkan kemungkinan infeksi IMS lainnya termasuk infeksi HIV. 26) c) Konseling kepada pasien, dalam rangka memberikan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi), mengenai penyakitnya, pentingnya, mematuhi pengobatannya, upaya mencegah penularan, dan sebagainya. Edukasi

24 merupakan kegiatan penting dalam upaya mendorong seseorang agar dapat melakukan perilaku seksual aman dan membantu mereka yang terpapar resiko. Tujuan edukasi adalah mendidik mereka untuk meyakinkan bahwa penderita yang diobati akan bebas dari infeksi dan mencegah infeksi selanjutnya. 1),3) d) Penanganan pasangan seksual penderita IMS. Mitra seksual yang telah diketahui harus diobati terhadap IMS-nya meskipun tanpa gejala sehingga demikian petugas kesehatan perlu menganjurkan penderita untuk memberitahu pasangannya, merupakan sesuatu yang perlu direncanakan secara hati hati sehingga perlu dijalin hubungan yang baik agar penderita 1), 6) bersedia memberitahukan mitra seksualnya Pencegahan Tersier a. Isolasi Isolasi perlu dilakukan untuk pasien-pasien rawat inap, tindakan kewaspadaan universal untuk darah dan sekret harus dilakukan. Penderita harus menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai pengobatan lengkap dan semua lesi menghilang; untuk menghindari reinfeksi, mereka harus menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan-pasangan sebelumnya sampai pasangan tersebut selesai diperiksa dan diobati. 26)

25 b. Membantu menerima dengan sikap yang positif Pada umumnya IMS merupakan stigma yang menimbulkan perasaan malu, rasa aib dan tabu. Agar dapat bekerja secara efektif dengan penderita maka petugas kesehatan harus menghargai penderita. Dalam hal ini kita perlu mawas diri tentang sikap kita terhadap penderita IMS dan HIV. Semua petugas kesehatan harus bersikap positif. 6)

26 2.5. Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka di atas, maka kerangka konsep dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut : KARAKTERISTIK PENDERITA INFEKSI MENULAR SEKSUAL 1. Sosiodemografi Usia Jenis Kelamin Pendidikan Status pernikahan Daerah Asal 2. Jenis kunjungan 3. Waktu terakhir kali berhubungan seks 4. Jumlah pasangan seks 5. Penggunaan kondom 6. Jenis IMS yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER. Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER. Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, MKes SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL Tingkat Kemampuan 2 Mendiagnosis dan merujuk 1. Epididimitis 2. Infeksi virus herpes- 2 Tingkat Kemampuan 3A Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kelamin (veneral diseases) merupakan suatu fenomena yang telah lama kita kenal seperti sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinal.

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Servisitis adalah sindrom peradangan serviks dan merupakan manifestasi umum dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS. Oleh: KHOIRUL HARIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS. Oleh: KHOIRUL HARIS SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS Oleh: KHOIRUL HARIS KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI KEPERAWATAN MALANG 2012 SATUAN ACARA PENYULUHAN Bidang studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. PMS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. PMS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. PMS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin merupakan fenomena penyakit yang telah lama kita kenal diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, menemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola perilaku seksual Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai suatu bentuk kenakalan. Hubungan bebas diartikan sebagai hubungan seksual yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Hubungan Seksual Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian seksologi tentang jejaring seksual. Pola hubungan seksual dikelompokkan dalam

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh dianggap menurun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun, jutaan orang terekspos risiko penyakit mematikan melalui transfusi darah yang tidak aman. Pada database global, skrining tidak dilakukan untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner

Lebih terperinci

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Sex, HIV, Drugs_July 10, 2014 WRESTI INDRIATMI 2 SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Wresti Indriatmi Dep. IK Kulit & Kelamin FKUI-RSCM Kelompok Studi IMS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS TAMBAR KEMBAREN Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU 1 PENGENALAN HIV(Human Immunodeficiency Virus) ad alah virus yang menyerang SISTEM KEKEBALAN tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000 BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Pasangan suami istri Seorang laki-laki dan perempuan yang telah menikah, dan sudah boleh melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000 hal

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

Lebih terperinci

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab sekumpulan gejala akibat hilangnya kekebalan tubuh yang disebut Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI DEFINISI Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) -- cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah Komposisi leukorea : - Sekresi

Lebih terperinci

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA MAKALAH Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI 09.03 IIA AKADEMI KEPERAWATAN PAMEKASAN Jl. Jokotole (belakang SMU 2) Telp. (0324) 321076 2010 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, penyusun haturkan ke-hadirat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS) 1. Definisi Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serviks merupakan bagian penghubung vagina uterus. Kelenjar serviks berfungsi sebagai pelindung terhadap masuknya organisme lain yang bersifat parasit pada saluran vagina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno

Lebih terperinci

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya).

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya). PORTFOLIO Nama Peserta: dr. Evan Regar Nama Wahana: Poliklinik Mandiri Puskesmas Kecamatan Cengkareng Topik: Infeksi Menular Seksual pada Remaja dengan Perilaku Risiko Tinggi Tanggal (Kasus): Senin, 10

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Menular Seksual 2.1.1. Definisi Penyakit Menular Seksual Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme

Lebih terperinci

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh? Apa herpes itu? Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan tidak didiagnosis Herpes disebabkan oleh virus: virus herpes simpleks (HSV) HSV termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS Apakah HIV itu? HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat atau infeksi karena hubungan seksual (Manuaba,2010

Lebih terperinci

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS ANDA DAN HIV/AIDS, IMS Tahun 2008 APAKAH AIDS ITU? AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh. AIDS = A c q u i r e d I m m u n e D e f i c i e n c y Syndrome. AIDS bukan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) berupa peradangan di uretra, rektum, atau servik yang disebabkan oleh kuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN TINDAKAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 No. Responden: I. IDENTITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan?

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan? Bab XVI Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan? Bagaimana mengetahui kalau Anda beresiko terkena IMS? Apa yang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di dunia termasuk di Indonesia. Kebutuhan akan adanya program penanggulangan IMS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health

Lebih terperinci

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan

Lebih terperinci

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seperti genitor genital, oro genita lmaupun anogenital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin ( veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat popular di Indonesia yaitu sifilis dan gonorhea. Semakin majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Menular Seksual 1. Pengertian Penyakit Menular Seksual Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL GONORE. Diberikan pada Mahasiswa Semester Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

TEAM BASED LEARNING MODUL GONORE. Diberikan pada Mahasiswa Semester Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : TEAM BASED LEARNING MODUL GONORE Diberikan pada Mahasiswa Semester Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof.Dr. Muh. Dali Amiruddin, dr., Sp.KK(K), FINSDV,FAADV dr. Alwi A. Mappiasse, Ph.D, Sp.KK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno Deficiency Syndrome(AIDS) saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26 Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug 2009 19:26 1. SIFILIS Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah

Lebih terperinci