FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN HARIYANTO. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Domestik Minyak Sawit (CPO) di Indonesia Tahun (Dibawah Bimbingan WIWIEK RINDAYANTI). Minyak Sawit (Crude Palm Oil) memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Ketersediaan CPO di dalam negeri menjadi hal yang mutlak bagi pemenuhan kebutuhan berbagai industri terutama industri minyak goreng. Selain itu minyak sawit juga menjadi komoditi unggulan ekspor non migas dan penyedia lapangan pekerjaan. Perbedaan antara tingkat harga dunia dengan harga domestik mendorong para produsen CPO lebih memilih menjual CPO keluar negeri. Kelangkaan minyak sawit di dalam negari akan membuat harga di dalam negeri cenderung naik. Hal ini akan berimbas pada naiknya harga produk turunan CPO seperti minyak goreng yang merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok masyarakat di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik minyak sawit dan mengetahui faktor yang dominan mempengaruhi harga minyak sawit di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data series tahun yang diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan dengan cara analisa deskriptif dan analisa kuantitatif dilakukan dengan cara analisa regresi linier berganda. Dari hasil uji F diketahui bahwa varibel bebas secara serentak berpengaruh terhadap variabel terikat pada taraf signifikansi 0,05. Sedangkan dari hasil uji t dengan taraf 0,05 diketahui bahwa produksi, konsumsi, ekspor dan harga dunia berpengaruh signifikan terhadap harga domestik sementara impor tidak berpengaruh signifikan sedangkan ekspor merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi harga domestik minyak sawit di Indonesia dalam kurun waktu Selain itu dari model yang dihasilkan diketahui bahwa secara keseluruhan kemampuan variabel bebas untuk menjelaskan variabel terikat sebesar 98,3% sedang sisanya sebesar 1,7% dijelaskan oleh faktor-faktor diluar variabel yang ada. Upaya yang dapat dilakukan Pemerintah dalam menjaga stabilitas harga domestik minyak sawit di Indonesia antara lain dengan selalu menjaga ketersediaanya konsumsi minyak sawit dalam negeri, pengambilan kebijakan yang menguntungkan semua pihak dan meningkatkan stok minyak sawit dalam negeri agar gejolak harga dunia tidak terlalu berimbas ke harga domestik.

3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh : HARIYANTO H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama : Hariyanto Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Domestik Minyak Sawit (CPO) di Indonesia Tahun Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui Dosen Pembimbing Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP Tanggal Kelulusan :

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2008 Hariyanto H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Hariyanto lahir pada tanggal 9 Juni 1973 di Jakarta. Penulis merupakan anak ke enam dari delapan bersaudara pasangan Ayahanda Alm. Tukidjan bin Tudarmo dan Ibunda Kasmini. Penulis memulai jenjang pendidikan di SDN 01 Pisangan Timur Jakarta (lulus tahun 1986) kemudian dilanjutkan ke SMPN 44 Jakarta (lulus tahun 1989) dan dilanjutkan kembali ke SMAN 5 Surakarta (lulus tahun 1992). Pada tahun 1994 penulis diterima bekerja di Badan Pusat Statistik sampai dengan sekarang pada Subdirektorat Statistik Perkebunan. Memasuki tahun 1997 penulis berkesempatan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi setelah diterima melalui seleksi penerimaan mahasiswa jalur Tugas Belajar Program Diploma III Akademi Ilmu Statistik (lulus tahun 2000) dan langsung dilanjutkan ke Program Diploma IV Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (lulus tahun 2001). Selama bekerja penulis aktif terlibat dalam kegiatan Survei dan Sensus yang diadakan yang diadakan Badan Pusat Statistik. Selain itu penulis beberapa kali ikut terlibat dalam kegiatan kerjasama yang dilakukan BPS dengan instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Komisi Minyak Sawit Indonesia dan Departemen Kehutanan.

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi. Pada Skripsi ini penulis mengambil judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Domestik Minyak Sawit (CPO) Indonesia Tahun Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini karena begitu besarnya peran kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia terutama yang berkaitan harga domestik minyak sawit di Indonesia. Sehubungan dengan selesainya karya akhir tersebut, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan secara teknis dan teoritis dalam pembuatan skripsi ini hingga dapat diselesaikan dengan baik 2. Ibu Tanti Novianti, M.Si selaku dosen penguji untuk semua kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Orangtua penulis, yaitu ibunda Kasmini atas doa dan dukungannya selama ini. 4. Keluarga penulis, yaitu istri (Iin Suwartini) dan tiga buah hati (Fathur Nurhafizh, Muhammad Fauzan dan Harish Fadilah) atas doa dan dukungannya selama ini. 5. Rekan-rekan penulis di Subdirektorat Statistik Perkebunan, Badan Pusat Statistik atas bantuan dan dukungannya. 6. Rekan-rekan peserta program Matrikulasi Pra S2 Ilmu Ekonomi. 7. Serta semua pihak yang mendukung penulis baik moril maupun materil yang tidak sempat disebutkan namanya hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima Kasih.

8 Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bogor, September 2008 Hariyanto H

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Teori Penawaran dan Permintaan Perdagangan Internasional Landasan Teori Perdagangan Internasional Teori Perdagangan Internasional Penelitian Terdahulu Hubungan Antara Variabel Dependent dan Independent Sisi Penawaran Sisi Permintaan Kerangka Pemikiran Hipotesa III. METODOLOGI PENELITIAN Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Variabel dan Definisi Operasional Metode Analisa Data Analisa Deskriptif... 26

10 ii Analisa Regresi Berganda Pengujian Hipotesa dan Uji Asumsi Klasik Pengujian Hipotesis Uji Asumsi Klasik IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perkembangan Harga Domestik Perkembangan Volume Produksi Perkembangan Ekspor Perkembangan Impor Perkembangan Konsumsi Perkembangan Harga Dunia Analisa Regresi Hasil Pengujian Hipotesa Hasil Uji Statistik Hasil Pengujian Variabel Yang Paling Dominan Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heterokedastisitas V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

11 iii DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 1 Luas dan Produksi CPO Indonesia Menurut Status Pengusahaan Tahun Tabel 2 Hasil Estimasi variabel Produksi, Harga dunia, Ekspor, Impor, Dan Konsumsi terhadap Harga domestik Tabel 3 Hasil uji signifikansi serentak (uji F) Tabel 4 Hasil uji R 2 dan Durbin Watson Test Tabel 5 Hasil uji Heterokedastisitas dengan Uji White... 57

12 iv DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Gambar 1 Pergeseran kurva Permintaan dan Penawaran... 9 Gambar 2 Kerangka Pikir Gambar 3 Perkembangan Harga Domestik CPO Indonesia Tahun Gambar 4 Perkembangan Volume Produksi CPO Indonesia Tahun Gambar 5 Perkembangan Volume Produksi CPO Indonesia Menurut Status Pengusahaan Tahun Gambar 6 Perkembangan Ekspor CPO Indonesia Tahun Gambar 7 Persentase Volume Ekspor CPO Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun Gambar 8 Perkembangan Volume Impor CPO Indonesia Tahun Gambar 9 Perkembangan Volume KonsumsiCPO Indonesia Tahun Gambar 10 Persentase Volume Konsumsi CPO Indonesia Menurut Jenis Produk Industri Gambar 11 Perkembangan Harga Dunia CPO Tahun Gambar 12 Hasil uji Jarque Bera... 55

13 v DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Lampiran 1 Data Penelitian yang dimasukkan dalam model estimasi.. 64 Lampiran 2 Model Regresi Harga Domestik Minyak Sawit... 65

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam Perekonomian Indonesia Kelapa Sawit mempunyai peranan yang cukup strategis. Pertama, minyak kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng tersebut. Kestabilan ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kedua, sebagai salah satu komoditi pertanian andalan ekspor non migas, komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan, mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Soetrisno, 1991). Semakin pentingnya kedudukan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan baku minyak goreng di satu pihak dan perolehan devisa di lain pihak menyebabkan pemerintah dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kepentingan untuk menjaga harga minyak goreng sebagai salah satu bahan kebutuhan pokok atau kepentingan meningkatkan perolehan devisa (Rachman dan Subroto, 1999). Pilihan sulit ini dapat dirasakan ketika nilai tukar mata uang rupiah melemah sejak pertengahan Dengan menurunnya nilai mata uang rupiah, produsen CPO lebih condong untuk melakukan ekspor daripada memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produsen dengan berbagai cara berusaha untuk dapat mengekspor

15 2 sebanyak-banyaknya. Akibatnya stok minyak goreng di dalam negeri menurun, yang pada gilirannya akan meningkatkan harga. Untuk melindungi konsumen dalam negeri, maka pemerintah berusaha membatasi ekspor minyak kelapa sawit ini. Pembatasan melalui kuota ekspor ternyata tidak berhasil, maka kemudian ditempuh melalui kebijaksanaan pada sistem perpajakan, yaitu dengan memungut pajak ekspor CPO. Namun demikian penetapan PE CPO yang tinggi tidak serta merta menurunkan harga CPO dalam negeri karena produsen akan tetap mengekspor CPO ke luar negeri selama masih ada selisih keuntungan harga jual setelah ditambah Pajak Ekspor. Selain itu penetapan harga ekspor CPO justru menurunkan harga jual Tandan Buah Segar Kelapa sawit di tingkat petani sehingga membuat petani kelapa sawit merugi. Dampak lain dari penerapan PE CPO ini adalah menurunnya daya saing ekspor minyak sawit Indonesia di pasar Internasional. Harga jual ekspor CPO Indonesia menjadi tidak kompetitif karena harus terbebani oleh tambahan Pajak Ekspor. Hal ini akan mendorong pembeli CPO di luar negeri untuk beralih ke negara lain yang menjual minyak sawit dengan harga yang lebih murah. Sebagai komoditi yang diperdagangkan di pasar Internasional maka pengaruh dari supply dan demand komoditi ini turut berperan dalam pembentukan harga di dalam negeri (domestik). Kestabilan harga di dalam negeri sangat penting guna menjamin ketersediaan minyak sawit sebagai bahan baku industri khususnya industri minyak goreng. Dalam beberapa waktu yang lalu Indonesia sempat mengalami beberapa kali kelangkaan minyak goreng akibat

16 3 berkurangnya pasokan bahan baku minyak sawit. Kurangnya pasokan bahan baku minyak sawit untuk kebutuhan industri minyak goreng dikarenakan sebagian besar produsen minyak sawit lebih memilih menjual produknya keluar negeri (ekspor) daripada menjual ke industri minyak goreng di dalam negeri. Hal ini disebabkan karena tingginya harga minyak CPO di pasaran internasional. Kestabilan harga CPO dalam negeri menjadi hal yang mutlak untuk menjadi perhatian Pemerintah. Hal ini cukup beralasan karena minyak sawit merupakan bahan baku utama dari industri minyak goreng yang merupakan salah satu dari sembilan bahan kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dalam sejarah tercatat beberapa kali rezim Pemerintahan di Indonesia jatuh dari tampuk kekuasaan yang salah satu sebabnya karena tidak mampu mengendalikan harga. Kebijakan ekonomi yang diambil Pemerintah tidak bisa dilepaskan dari kebijakan untuk mengendalikan harga termasuk harga minyak sawit. Karena itu untuk menjaga agar tingkat harga minyak sawit di dalam negeri tetap stabil maka kita perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari sisi penawaran maupun permintaannya. Dari sisi penawaran, kita harus memperhatikan kecukupan kebutuhan dalam negeri dengan terus meningkatkan produksi kelapa sawit baik di Perkebunan milik negara, swasta maupun rakyat. Sedangkan di sisi permintaan selain untuk konsumsi dalam negeri, harus diperhatikan juga besarnya permintaan konsumsi dunia lewat jalur ekspor. Hal ini penting karena besarnya permintaan ekspor akan mengganggu pemenuhan bagi konsumsi dalam negeri.

17 4 Menunut data terakhir yang diterbitkan Oil World, saat ini Indonesia menjadi negara eksportir minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Untuk tahun 2007 saja total nilai ekspor minyak sawit Indonesia ke berbagai negara mencapai US$ 7,8 milyar dengan total volume sebesar 11,8 juta ton (BPS, 2007). Angka tersebut belum termasuk nilai ekspor dari produk turunan kelapa sawit lainnnya yang mencapai total sebesar US$ 9,4 milyar. Besarnya peran ekspor minyak sawit Indonesia, disatu sisi cukup membanggakan sebagai salah satu penghasil devisa bagi keuangan negara namun di sisi lain ekspor yang terus meningkat akan mengakibatkan kelangkaan pasokan CPO di dalam negeri sehingga akan menyebabkan peningkatan harga. Kesimbangan antara supply dan demand inilah yang menjadi perhatian kita dalam menentukan arah kebijakan stabilisasi harga minyak sawit di dalam negeri. Dalam beberapa tahun kedepan fluktuasi harga minyak sawit tidak hanya dipengaruhi oleh permintaan produk ini untuk keperluan industri makanan tapi lebih dari itu dimasa depan CPO akan menjadi andalan salah satu sumber bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil. Pergerakan harga CPO dalam beberapa tahun terakhir di pasar internasional juga dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak bumi. Karena itu di masa datang peran minyak sawit akan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia baik sebagai sumber bahan makanan juga sebagai sumber bahan bakar alternatif. Pentingnya peran minyak kelapa sawit inilah yang membuat komoditi ini menarik untuk dianalisa terutama dilihat dari sisi perkembangan harga domestik yang selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh

18 5 penawaran dan permintaan minyak sawit itu sendiri seperti Harga dunia, Produksi, Ekspor, Impor dan Konsumsi di Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik minyak sawit menyebabkan tingkat harga domestik yang selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Berangkat dari hal inilah penelitian ini ingin melihat : a. Apakah produksi, ekspor, impor, konsumsi dan harga dunia berpengaruh signifikan terhadap harga domestik minyak kelapa sawit di Indonesia? b. Faktor manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi harga domestik minyak kelapa sawit di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik minyak sawit di Indonesia. 2. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi harga domestik minyak sawit di Indonesia

19 6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti: Penelitian ini merupakan wahana untuk mengaplikasi teori yang telah dipelajari selama ini dengan kenyataan empirik di lapangan disamping menambah ketrampilan serta wawasan penulis dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik minyak sawit di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis dalam bidang teori penawaran dan permintaan serta teori perdagangan internasional 2. Bagi masyarakat: sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat secara umum. 3. Bagi pemerintah: Sebagai informasi yang bermanfaat bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakannya, terutama yang berkaitan dengan tata niaga minyak sawit menyangkut masalah pengaturan ekspor CPO dan penyediaan bahan baku bagi industri hilir CPO di dalam negeri dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik minyak sawit seperti Produksi, konsumsi, ekspor, impor dan harga dunia. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga minyak sawit

20 7 di Indonesia sebagai salah satu Negara kecil dengan sistem perekonomian terbuka. Minyak sawit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) dan Minyak sawit lainnya dengan kode HS ( dan ). Dalam penelitian ini variabel yang mempengaruhi dibatasi pada pengaruh Volume Produksi, Ekspor, Impor, Konsumsi dan Harga Dunia. Data yang digunakan berupa angka agregat nasional yang merupakan series data tahun 1980 sampai 2007 yang diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik, dan Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Teori Penawaran dan Permintaan Teori penawaran dan permintaan dalam ilmu ekonomi adalah penggambarkan atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu barang. Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini sangat penting untuk melakukan analisa ekonomi mikro terhadap perilaku para pembeli dan penjual, serta interaksi mereka di pasar. Ia juga digunakan sebagai titik tolak bagi berbagai model dan teori ekonomi lainnya. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Keadaan di pasar dikatakan dalam kesimbangan atau equilibrium apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut, harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah ditentukan keadaan kesimbangan dalam suatu pasar (Sukirno, 1997). Kesimbangan dalam pasar dapat berubah setiap saat yang disebabkan karena terjadinya pergeseran-pergeseran dari kurva permintaan dan penawaran. Perubahan dalam kesimbangan pasar akan berpengaruh pada jumlah dan harga

22 9 yang disepakati antara penjual dan pembeli. Pergeseran pada kurva demand karena penambahan permintaan mengakibatkan kurva demand bergeser ke kanan Pada kondisi ini terjadi kelebihan permintaan dimana jumlah barang yang diminta lebih banyak (dengan asumsi supply yang tetap) sehingga menyebabkan harga naik yang berarti hubungan antara penambahan dengan peningkatan harga adalah berbanding lurus atau positif. Hal yang berbeda, terjadi bila terjadi penambahan penawaran. Pada kondisi ini terjadi kelebihan penawaran yang berakibat jumlah barang yang melimpah di pasar (dengan asumsi demand yang tetap) sehingga kurva Supply bergeser ke kanan yang berakibat terjadinya penurunan harga atau dengan kata lain hubungan antara peningkatan penawaran dengan peningkatan harga adalah berbanding terbalik atau negatif. Demand Shift Supply Shift Price S Price S1 P2 P1 S2 P1 D2 P2 D1 Quantity D Quantity Sumber : Nicholson, Walter (2002) Gambar 1 Pergeseran kurva Permintaan dan Penawaran Dalam perdagangan komoditi minyak sawit ada beberapa hal yang dapat menjadi sebab bergesernya kurva penawaran seperti yang tampak pada Gambar 1 diantaranya : kondisi iklim yang menyebabkan gagal panen, siklus dari tanaman

23 10 kelapa sawit dan peraturan/kebijakan dalam perdagangan (bea masuk, tarif atau pajak ekspor). Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan pegeseran kurva permintaan antara lain : pendapatan, harga produk substitusi, jumlah penduduk, selera dan peraturan/kebijakan dalam perdagangan. Pergeseran antara kurva permintaan dan penawaran akan membentuk harga baru di pasar. Kecepatan dan efisiensi dari penyesuaian harga yang terjadi akan tergantung dari struktur pasar di mana suatu komoditas diperdagangkan. Arianto (2008) dalam penelitiannya mengenai prilaku harga minyak sawit mengemukaan beberapa karakteristik dari struktur pasar antara lain adalah : 1. Jumlah pembeli dan penjual semakin besar pelaku pasar, semakin meningkat price competitiveness. 2. Homogenitas dari komoditas dalam hal varietas, tipe, kualitas, dan karakteristik yang diinginkan pengguna akhir semakin bervariasi suatu produk, maka semakin bervariasi tingkat harga di antara produk dan pasar. 3. Jumlah dari produk substitusi semakin banyak subsitusi, maka pembeli akan semakin memiliki alternatif pilihan, dan semakin price sensitif. 4. Kemampuan simpanan dari komoditas semakin mampu disimpan, maka penjual akan semakin memiliki pilihan kapan dan pada kondisi apa komoditas akan dijual. 5. Transparansi dari formasi harga, misalnya pelelangan terbuka dibanding kontrak privat semakin transparan akan menjaga terjadinya manipulasi harga.

24 11 6. Kemudahan memindahtangankan komoditas di antara pembeli dan penjual dan antar pasar semakin memiliki mobilitas tinggi maka akan semakin memiliki kesamaan tingkat harga. 7. Restriksi artifisial pada proses di pasar, misalnya kebijakan pemerintah atau kolusi pasar dari para pelaku utama semakin banyak restriksi akan semakin membuat harga jauh dari posisi keseimbangan natural. 2.2 Perdagangan Internasional Landasan Teori Perdagangan Internasional Landasan teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Perdagangan Internasional. Dasar teori perdagangan internasional adalah Gains from Trade artinya perdagangan internasional dapat terjadi karena salah satu Negara atau kedua Negara yang melakukan perdagangan melihat adanya keuntungan dari pertukaran tersebut. Hal ini bermanfaat untuk memperluas pasar bagi barang yang dihasilkan dalam negeri, memenuhi kebutuhan barang yang tidak diproduksi dalam negeri, transfer teknologi dan yang terakhir meraih keuntungan komparatif dari spesialisasi ekspor (Jhingan, 1993). Disamping itu terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional yaitu : 1. Perbedaan sumber daya alam 2. Perbedaan sumber daya modal 3. Perbedaan Tenaga kerja 4. Perbedaan Teknologi 5. Perbedaan Harga.

25 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional sudah menjadi obyek pembahasan para ekonom sejak abad ke 16. Dalam pandangan kaum merkantilisme menyatakan bahwa satusatunya cara bagi sebuah Negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkan selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh sebuah Negara, maka semakin kaya dan kuatlah Negara tersebut. Dengan demikian, Negara harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor (khususnya barang-barang mewah). Namun, oleh karena setiap Negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor dan jumlah emas adalah tetap pada suatu waktu tertentu, maka sebuah Negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan Negara lain. Oleh karenanya, kaum merkantilisme ini menyebarluaskan nasionalisme ekonomi, dan percaya bahwa akan timbul konflik kepentingan nasional. Pandangan yang berbeda yang disampaikan oleh seorang ilmuwan yang terkenal dengan Teori Keunggulan Absolut (Absolute Advantage) dalam bukunya yang berjudul Wealth of Nation. Adam Smith mengawali penjelasannya dengan kebenaran sederhana bahwa dua Negara akan melakukan perdagangan secara sukarela bila kedua Negara tersebut memperoleh keuntungan. Jika salah satu Negara mempeeroleh keuntungan sementara Negara lain mengalami kerugian,

26 13 maka hal ini akan mendorong penolakan terhadap perdangangan. Keuntungan dari perdagangan dapat diperoleh dengan mengandalkan keunggulan (effisiensi) dari masing-masing Negara dalam memproduksi suatu barang. Ilmuwan yang lain dalam perdagangan internasional yaitu ekonom dari inggris, David Ricardo ( ) yang terkenal dengan teori Comparative Advantage atau keunggulan komparatif. Menurut teori keunggulan komparatif, meskipun suatu Negara kurang effisien atau memiliki kerugian absolut terhadap Negara lain dalam memproduksi suatu barang namun masih bisa melakukan perdagangan yang menguntungkan diantara keduanya. Suatu Negara harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memilki kerugian absolute lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memilki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memilki kerugian komparatif). Pembahasan perdagangan internasional tentang keunggulan komparatif dari sudut pandang yang berbeda juga dikemukan oleh ekonom dari Swedia Eli Heckser ( ) dan Bertil Ohlin ( ). Teori yang dikemukan oleh kedua ekonom tadi lebih dikenal dengan Teori H-O (Heckser-Ohlin). Ide dasarnya adalah bahwa Negara-negara berbeda dalam sumber daya, terutama dalam faktor produksi yang dimiliki dan faktor kemampuan penawaran (supply) yang berpengaruh terhadap biaya produksi untuk suatu komoditi. Masih menurut teori ini bahwa suatu Negara yang mempunyai kelimpahan faktor produksi tertentu misalnya tenaga kerja (dibanding modal) cenderung akan memproduksi suatu barang dimana biaya produksinya lebih bersifat padat karya (labour intensive).

27 14 Demikian pula sebaliknya bagi suatu Negara dengan dengan kelimpahan factor modal akan lebih memilih untuk memproduksi barang dengan struktur biaya yang padat modal (capital intensive). Namun dalam perkembangan selanjutnya Teori Heckser-Ohlin kemudian dibantah oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wassily Leontif pada tahun Dalam penelitiannya, Leontif menggunakan data-data perdagangan (table input output) Amerika Serikat untuk tahun Mengingat Amerika Serikat adalah suatu Negara yang mempunyai kelimpahan faktor modal, maka Leontif menduga bahwa Amerika Serikat akan memproduksi dan mengekspor barangbarang padat modal dan mengimpor barang-barang padat tenaga kerja yang merupakan faktor produksi yang langka di Negara itu. Hasil penelitian yang dilakukan Leontif menemukan bahwa Amerika Serikat ternyata banyak sekali mengekspor barang-barang yang justru kurang padat modal modal dibandingkan dengan barang-barang yang diimpornya. Hasil temuan ini membuat Leontif meraih hadiah Nobel di bidang ekonomi pada tahun 1973 sekaligus menggoyahkan kesahihan dari teori Heckser-Ohlin. Hail temuan ini menjadi sumber kontroversi selama bertahun-tahun dan dikenal dengan istilah Paradoks Leontif (Leontif Paradoks). 2.3 Penelitian terdahulu Maulana (1995) dalam penelitiaannya mengenai analisis perdagangan minyak sawit Indonesia di pasar domestik dan pasar Masyarakat Eropa menduga bahwa peubah-peubah penjelas yang secara nyata mempengaruhi harga domestik

28 15 minyak kelapa sawit (CPO) adalah permintaan domestik, penawaran domestik dan nilai tukar. Aspek permintaan domestik dapat menggunakan indikator besarnya konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) sedangkan aspek penawaran domestik dapat digambarkan melalui besarnya produksi dan impor minyak kelapa sawit. Djauhari dan Pasaribu (1995), dalam penelitiannya menyatakan bahwa kondisi harga domestik minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia dari tahun ke tahun umumnya lebih rendah dibandingkan dengan harga ekspornya, perbedaan yang cukup besar ini akan menyebabkan para eksportir lebih tertarik untuk mengekspor daripada menjualnya didalam negeri. Maka dalam hal ini dapat terlihat keterkaitan antara harga domestik minyak kelapa sawit (CPO) dengan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Buana (1992), dalam penelitiannya menyebutkan harga, produksi dan permintaan minyak nabati yang berfluktuasi berpengaruh terhadap harga minyak goreng dalam negeri. Harga minyak sawit dunia sangat berfluktuasi dan pergerakannya tersusun dari pergerakan siklus bisnis dan musiman. Produksi CPO Indonesia memiliki pola musiman sama dengan panen tandan buah segar dengan puncak pada Oktober dan Desember serta terendah pada bulan Januari. Drajat (2006), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pergerakan harga minyak sawit di pasar Internasional ditransmisikan ke pasar domestik melalui mekanisme pasar. Secara umum pergerakan harga minyak sawit domestik searah dengan perkembangan harga minyak sawit di pasar Internasional. Dengan memperhatikan pergerakan harga periode gejolak harga CPO

29 16 menunjukkan faktor musim dan cenderung mengikuti pergerakan harga musiman Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik minyak sawit pada masa sebelum krisis ekonomi dan setelah krisis ekonomi sedangkan pada penelitian Maulana (1995), Djauhari dan Pasaribu (1995) serta Buana (1992) hanya melihat faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik pada masa sebelum krisis ekonomi atau dengan kata lain referensi waktu penelitian terdahulu dilakukan sebelum tahun Perbedaan lainnya adalah dalam penelitian ini mengikutsertakan pengaruh harga dunia dan faktor lainnya dalam satu model persamaan sedangkan pada penelitian-penelitian terdahulu seperti pada penelitian Maulana (1995), pengaruh harga dunia tidak diikutsertakan dalam model sementara pada penelitian Drajat (2006) hanya melihat pengaruh harga dunia terhadap harga domestik tanpa mengikutsertakan pengaruh faktor lainnya diluar harga dunia. 2.4 Hubungan Antara Variabel Dependent dan Independent Sisi Penawaran Dilihat dari sisi Penawaran, variabel-varibel yang mempengaruhi kurva penawaran adalah Produksi dan impor. Pergerakan kurva penawaran (Supply Shift) akibat penambahan penawaran (Gambar 1 sisi kiri) membuat kesimbangan dalam pasar berubah sehingga jumlah barang yang diperdagangkan bertambah namun dengan harga yang lebih rendah atau dengan kata lain hubungan antara perubahan penawaran dengan perubahan harga adalah berbanding terbalik

30 17 (negatif). Penjelasan masing-masing variabel ditinjau dari sisi penawaran adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Produksi terhadap harga domestik Minyak sawit seperti juga komoditi lain secara relatif harganya tergantung pada pasokan CPO dalam halnya ini produksi dalam negeri. Semakin besar produksi akan menyebabkan pasokan barang yang melimpah di pasar sehingga harga akan turun. Dengan demikian secara umum pengaruh produksi dengan harga domestik adalah berhubungan negatif dimana jika semakin besar produksi CPO maka harga domestik akan semakin turun harganya. 2. Pengaruh Impor terhadap harga domestik Kekurangan pemenuhan kebutuhan CPO didalam negeri membuat produsen industri hilir minyak sawit berusaha memenuhinya dengan melakukan impor. Sejak tahun 1982 impor CPO mulai dilakukan di Indonesia walaupun secara volume besarnya tidak terlalu signifikan bila dibandingkan total konsumsinya. Dari sudut pandang mekanisme pasar yang berlaku semakin banyak impor maka harga domestik akan semakin turun. Pengaruh impor dalam kenyataannya mempunyai pengaruh yang sama dengan produksi dimana baik produksi maupun impor sama-sama menambah penyediaan atau dengan kata lain menambah penawaran. Dengan demikian pengaruh Impor dengan harga dalam negeri adalah berhubungan negatif. Hal

31 18 ini berarti semakin besar volume impor maka harga CPO dalam negeri akan semakin turun Sisi Permintaan Dilihat dari sisi Permintaan, variabel-varibel yang mempengaruhi kurva Permintaan adalah Ekspor, Konsumsi dan Harga Dunia. Pergerakan kurva Permintaan (Demand Shift) akibat penambahan Permintaan (Gambar 1 sisi kanan) membuat kesimbangan dalam pasar berubah sehingga jumlah barang yang diperdagangkan bertambah namun dengan harga yang lebih tinggi atau dengan kata lain hubungan antara perubahan permintaan dengan perubahan harga adalah berbanding lurus (positif). Penjelasan masing-masing variabel ditinjau dari sisi penawaran adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Ekspor terhadap harga domestik. Peningkatan Volume ekspor CPO dengan sendirinya akan mengurangi persediaan CPO didalam Negeri. Berkurangnya pasokan CPO untuk industri dalam negeri akan berpengaruh terhadap harga CPO domestik. Akibatnya harga akan naik mengikuti mekasnisme pasar. Semakin banyak CPO yang diekspor maka akan semakin meningkatkan harga CPO di dalam negeri sehingga hubungan antara perubahan ekspor dan harga adalah berbanding lurus atau positif. 2. Pengaruh Konsumsi terhadap harga domestik Pengaruh konsumsi suatu barang terhadap harga barang itu sendiri adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Semakin besar konsumsi suatu barang maka harga barang tersebut akan cenderung naik.

32 19 Dalam kondisi pasokan suatu barang yang sudah tertentu, penambahan peningkatan permintaan dengan sendirinya akan meningkat harga dari barang itu sendiri. Hubungan antara variabel konsumsi dengan harga domestik adalah berbanding lurus (positif) yang artinya bila terjadi peningkatan konsumsi maka akan meningkatkan harga domestik CPO. 3. Pengaruh Harga Dunia terhadap harga domestik Pembentukan harga domestik CPO di Indonesia tidak bisa dilepaskan pengaruhnya membuat harga komoditi ini di dalam negeri akan ikut berfluktuasi manakala harga dunia mengalami perubahan. Harga dunia yang meningkat akan mendorong produsen CPO dalam negeri untuk menjual produknya keluar negeri daripada harus menjual ke konsumen dalam negeri. Banyaknya produsen CPO yang menjual ke luar negeri akan mengurangi pasokan dalam negeri yang pada akhirnya meningkatkan harga dalam negeri. Dengan demikian pengaruh antara harga dunia dengan harga domestik adalah berhubungan positif yang artinya semakin tinggi harga dunia maka semakin tinggi pula harga di dalam negeri. 2.5 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran menunjukkan mekanisme dari penelitian yang dilakukan, dimana penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari Volume produksi, Ekspor, Impor, Konsumsi harga dunia terhadap harga domestik

33 20 minyak sawit di Indonesia. Variabel-variabel diambil berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maulana (1995), Buana (1992), Jauhari dan Pasaribu (1995) serta Drajat (2006). Variabel Produksi dan impor merupakan variabel yang mempengaruhi penawaran sedangkan Ekspor, konsumsi dan harga dunia sebagai variabel yang mempengaruhi permintaan. Terdapat dua alasan mengapa analisis harga komoditas ini menjadi penting untuk dilakukan, yaitu: (1) Untuk mengestimasi koefisien (parameter) ekonomi tertentu seperti elastisitas permintaan dari harga komoditas dan (2) Untuk meramalkan harga pada masa mendatang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga komoditas tertentu. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dan analisa regresi linier berganda. Analisa dekriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum perkembangan variabel-variabel yang mempengaruhi harga domestik dari tahun ke tahun sedangkan analisa regresi linier berganda digunakan untuk melihat signifikansi dari masing-masing variabel yang mempengaruhi harga domestik minyak sawit di Indonesia. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik minyak sawit di Indonesia pada tahun dilakukan dengan cara : 1. Merumuskan masalah yang ada dan mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi harga domestik minyak sawit di Indonesia. Variabelvariabel tersebut adalah produksi, harga dunia, ekspor, impor dan konsumsi dalam negeri.

34 21 2. Membuat model pendugaan untuk menganalisi faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik.dari hasil analisa regresi linier berganda akan ditarik suatu kesimpulan guna menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut: Produktifitas Luas Areal Produksi TBS Produksi Oleokimia Produksi PKO Impor CPO Produksi CPO Demand Side Harga Domestik CPO Analisa Deskriptif dan Regresi Ekspor CPO Konsumsi CPO Harga Dunia CPO Supply Side Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Produksi Minyak goreng Keterangan : Hal yang dianalisa Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian

35 Hipotesis Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah: 1. Diduga bahwa pengaruh volume produksi dan impor berhubungan negatif terhadap harga domestik sementara pengaruh ekspor, konsumsi dan harga dunia berhubungan positif terhadap harga domestik minyak sawit di Indonesia 2. Diduga bahwa ekspor berpengaruh dominan terhadap harga domestik minyak sawit di Indonesia.

36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Penelitian Waktu penelitan ini dilakukan pada tahun 2008 dengan menggunakan series data volume produksi, ekspor, impor, konsumsi, harga domestik dan harga dunia CPO antara tahun Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data Ekspor, impor dan konsumsi diperoleh dari Badan Pusat Statistik, data Produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian sedangkan data Harga domestik dan harga dunia diperoleh dari Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. Data tersebut berupa data time series mulai tahun Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mencatat datadata yang diperoleh dari beberapa lembaga sumber data diantaranya adalah Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

37 Variabel dan Definisi Operasional Variabel adalah elemen dasar dalam aljabar, biasanya disebut X, Y dan sebagainya yang besarnya tertentu (given) untuk setiap nilai numerik dalam persamaan (Nicholson, 2002). Agar variabel bisa dioperasionalkan dalam sebuah penelitian, maka harus jelas pengukurannya. Variabel yang diamati dalam penelitian ini merujuk pada literatur yang telah dibaca oleh penulis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y) atau dependen variabel adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh satu atau serangkaian nilai variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat harga domestik Minyak sawit Variabel Y diukur dalam rupiah/kg. 2. Variabel bebas (X) atau independen variabel adalah variabel yang nilainya tidak dipengaruhi oleh perilaku variabel lain dan memiliki serangkaian nilai tertentu. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Volume Produksi (X 1 ) Volume Produksi adalah jumlah total produksi minyak sawit yang dihasilkan oleh seluruh perkebunan baik yang berasal dari Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara maupun Perkebunan Besar Swasta. Variabel X 1 diukur dalam satuan ton. b. Harga Domestik (X 2 ) Harga domestik adalah harga rata-rata penjualan minyak sawit di tingkat perdagangan besar. Variabel X 3 diukur dalam satuan Rp/Kg.

38 25 c. Ekspor (X 3 ) Ekspor adalah jumlah total minyak sawit yang di ekspor ke berbagai negara sesuai dengan jumlah yang dilaporkan dalam Dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Variabel X 3 diukur dalam satuan ton. d. Impor (X 4 ). Impor adalah jumlah total minyak sawit yang di Impor dari berbagai negara sesuai dengan jumlah yang dilaporkan dalam Dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Variabel X 4 diukur dalam satuan ton. e. Konsumsi dalam negeri (X 5 ) Konsumsi dalam negeri adalah jumlah total produksi minyak sawit dikonsumsi oleh sejumlah industri hilir CPO di dalam negeri. Industri yang mengkonsumsi CPO berasal dari Industri makanan dan non makanan Variabel X 5 diukur dalam satuan ton. 3.5 Metode Analisa Data Pada penelitian ini pembahasan dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif dan analisa regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

39 26 Analisa Deskriptif Dalam analisa deskriptif akan dijelaskan variabel-variabel dari sisi kualitatifnya dengan menggunakan bantuan grafik dan gambar. Analisa Regresi Berganda Analisa regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Rumus regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Y=a+b X +b X + b X + b X + b X + e Dimana : Y = Tingkat harga domestik minyak sawit a = intersep b 1, b 2 b 5 = koefisien regresi parsial untuk X 1,X 2, X 5 X 1 = Volume produksi X 2 = Harga dunia X 3 = Ekspor X 4 = Impor X 5 = Konsumsi dalam negeri e = error

40 Pengujian Hipotesa dan Uji Asumsi Klasik Pengujian Hipotesis a. Uji F Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan atau serentak dari variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F ditujukan untuk mengukur tingkat hubungan secara keseluruhan koefisien regresi dari variabel independen tehadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan menggunakan uji F. Rumus Uji F adalah sebagai berikut : F = 2 R / k 2 ( 1 R )/( n k 1) Keterangan : F = f hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel R 2 = Koefisien korelasi ganda yang telah ditemukan K = jumlah faktor independen n = jumlah sampel Apabila diperoleh F hitung > F tabel maka H 0 ditolak. Sebaliknya apabila F hitung < F tabel maka H 0 diterima, bila H 0 ditolak berarti variabel - variabel independen yang diuji mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel dependen.

41 28 b. Uji t Uji t digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel independen secara individu berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Rumus yang digunakan pada uji ini adalah : bi t = Se ( b1) dimana : b i = Penduga bagi β Se (b1) = standar error bagi β Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Bila t hitung > dari t tabel, maka H 0 ditolak yang berarti bahwa faktor X 1, X 2, X 3, X 4, secara parsial memiliki pengaruh terhadap Y. Sebaliknya jika t hitung < dari t tabel, maka H 0 diterima yang berarti bahwa faktor X 1, X 2, X 3, X 4, secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap Y c. Uji Goodness of Fit (R 2 ) Koefisien determinasi berganda (R 2 ) digunakan untuk mengukur besarnya peranan faktor independen secara keseluruhan terhadap faktor dependennya. R 2 memiliki nilai antara 0 dan 1 (0< R 2 <1) dimana bila semakin tinggi nilai R 2 suatu persamaan regresi tersebut maka akan semakin baik. R 2 = Jumlah kuadrat regresi = JKR Jumlah kuadrat total JKT = JKT-JKS = 1- JKS JKT JKT 2 e i = 1 2 y i

42 Uji Asumsi klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term terdistribusi normal, jika data tidak normal maka dikhawatirkan hasil analisis regresi nantinya tidak memberikan kesimpulan yang valid (bias). Normalitas data dapat diukur dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Jika Nilai JB test < nilai X 2 tabel maka hipotesa yang menyatakan bahwa model empiris yang digunakan mempunyai residual atau faktor pengganggu yang berdistribusi normal dapat diterima b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah situasi dimana terjadi hubungan linier yang kuat antar variabel independen. Kondisi Multikolinearitas dapat ditunjukkan dengan berbagai informasi berikut : 1. Nilai R 2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak signifikan. 2. Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel. Apabila koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinearitas. Apabila model prediksi kita memiliki Multikolinearitas, akan memunculkan akibat-akibat sebagai berikut : 1. Estimator masih bisa bersifat BLUE, tetapi memiliki varian dan kovarian yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat estimasi.

43 30 2. Interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji t akan kecil, sehingga menyebabkan variabel independen tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel independen. Ada beberapa alternatif dalam menghadapi masalah multikolinearitas antara lain : 1. Membiarkan model kita mengandung multikolinearitas, karena estimatornya masih dapat bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh adanya tidaknya korelasi antar variabel independen. Namun harus diketahui bahwa multikolinearitas menyebabkan standar error yang besar. 2. Menambahkan datanya bila memungkinkan, karena masalah multikolinearitas biasanya muncul karena jumlah observasi sedikit. 3. Hilangkan salah satu variabel indenpenden, terutama yang memiliki hubungan linear yang kuat dengan variabel lain. 4. Tranformasikan salah satu (atau beberapa) variabel, termasuk misal dengan melakukan diferensi. Ada tidaknya Multikolinearitas dalam model regresi yang kita hasilkan dapat kita lihat dari hasil VIF (Variance Inflation Factor) dan TOL dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS. Jika Nilai VIF yang kita hasilkan < 10 dan TOL > 0,1 maka dapat kita simpulkan bahwa tidak tidak terjadi Multikolinearitas.

44 31 c. Uji Autokorelasi Salah satu asumsi dasar dari metode regresi dengan kuadrat terkecil adalah tidak adanya korelasi antar gangguan. Adanya masalah Autokorelasi ini akan menghasilkan hasil estimasi koefisien yang konsisten dan tidak bias tetapi dengan varian yang besar, atau dengan kata lain hasil penafsiran tidak efisien. Varians estimasi parameter yang tidak efisien ini menyebabkan nilai t hitung cenderung kecil dan hasil pengujian cenderung menerima hipotesis nol (H o ). Cara yang paling sering digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik DW yang dihitung dengan nilai batas atas (DW u ) dan nilai batas bawah (DW l ) dari tabel Durbin Watson, dengan memperhatikan jumlah observasi dan jumlah variabel bebas ditambah satu. Selang kepercayaan yang didapat dari hasil pengujian mencakup 5 daerah, yaitu : 1. Kurang dari DW l 2. Antara DW l dan DW u 3. Antara DW u dan 4- DW u 4. Antara 4 DW u dan 4 - DW l 5. Lebih dari 4 - DW l Jika DW hitung terletak pada interval (1) atau (5) maka model menunjukan adanya masalah autokorelasi. Sedangkan apabila nilai DW

45 32 hasil perhitungan terletak pada interval (3) maka dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi. Bila hasil perhitungan statistik DW terletak pada interval (2) atau (4) maka hasil pengujian tidak dapat disimpulkan. Penjabaran dari penjelasan diatas dapat denga jelas kita lihat pada bagan dibawah ini : Tolak Ho Tidak menolak Tolak Ho Tidak dapat Tidak dapat berarti ada Ho berarti tidak berarti ada diputuskan diputuskan korelasi positif ada autokorelasi korelasi negatif 0 d L d u d u 4 d L 4 d. Uji Heterokedastisitas Asumsi yang dipakai dalam penerapan model regresi linear adalah varians dari setiap gangguan adalah konstan. Heterokedastisitas adalah keadaan dimana asumsi tersebut tidak tercapai. Dampak adanya heterokedastisitas adalah tidak efisien proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias, Dengan adanya masalah Heterokedasitas akan berakibat hasil uji t dan F dapat menjadi tidak berguna (misleading). Untuk mengetahui ada tidak Heterokedastisitas dalam model regresi dapat kita uji white heteroscedasticity-consistent standar errors and covariance yang ada pada program Eviews version 4.1. Apabila hasil Obs * R-Squared < λ 2 Tabel maka tidak terdapat Heterokedastisitas. Selain itu dapat dilihat apabila probabilitas hitung > 0,05 maka tidak ditemukan Heterokedastisitas.

46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Dalam perekonomian Indonesia, Minyak kelapa sawit mempunyai peranan yang penting. Pentingnya kelapa sawit disebabkan karena kelapa sawit merupakan sumber pendapatan devisa bagi negara dan menjadi bahan baku bagi berbagai industri seperti minyak goreng, margarin, kosmetika dan lain-lain, Hasil olahan kelapa sawit utamanya berupa minyak sawit/crude Palm Oil (CPO) dan Minyak Inti Sawit/Palm Kernel Oil (PKO). Minyak kelapa sawit (CPO) memiliki keunggulan dibanding minyak nabati lainnya yaitu antara lain lebuh tahan lama, tahan terhadap tekanan dan suhu serta tidak cepat bau. Karena keunggulan tersebut CPO digunakan sebagai bahan baku industri yait industri pangan (sebagai bahan baku minyak goreng dan margarine), industri sabun, industri tekstil dan lain-lain. Pengembangan perkebunan kelapa sawit sejak akhir dasawarsa 1970 an dimaksudkan untuk menghasilkan CPO sebagai bahan baku minyak goreng. Dalam pelaksanaannya dikembangkan pula tujuan-tujuan lain yang sejalan dengan upaya ini, seperti sebagai bagian dari upaya meningkatkan ekspor non migas, meningkatkan nilai tambah sektor pertanian dan meningkatkan pendapatan petani. Minyak goreng yang merupakan salah satu komoditas dalam kelompok sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat, sekitar 59,30% dari total bahan bakunya berasal dari minyak kelapa sawit (CPO). Pemenuhan bahan baku CPO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan cara mengekstark buah sawit tersebut. Selain berupa minyak sawit sebagai produk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dan yang menjadi objek penelitian adalah pengusaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata.

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor kayu lapis Indonesia di pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor kayu lapis Indonesia di pasar 87 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah ekspor kayu lapis Indonesia di pasar internasional berupa data time series periode 1988-007. Dalam penelitian ini variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang 52 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data tahunan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan terhadap ekonomi Indonesia dalam waktu 1996-2013, oleh karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksplanatif asosiatif, di mana hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi tentang satuan pengukuran,

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Negara Indonesia dari tahun 1985 sampai tahun 2014. Penentuan judul penelitian didasarkan pada pertumbuhan produksi beras Negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Bank

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Bank 53 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 ayat 1 UU RI No. 23 tahun

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor non migas Indonesia ke Amerika

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor non migas Indonesia ke Amerika 6 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah ekspor non migas Indonesia ke Amerika Serikat periode 1983-006 yang tercermin dari besarnya nilai ekspor non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup ekspor mebel di Kota Surakarta, dengan mengambil studi kasus di Surakarta dalam periode tahun 1990-2014. Penelitian

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak lain

III. METODE PENELITIAN. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak lain 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu metode yang mempunyai ciri memusatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Metode Penelitian 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana konsumsi agregat masyarakat adalah sebagai variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Madya Salatiga propinsi Jawa Tengah. Pemilihan Kota Madya Salatiga sebagai daerah penelitian dikarenakan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Langkah Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan spesifikasi model Langkah ini meliputi: a. Penentuan variabel,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series, yang merupakan data bulanan dari tahun 005 sampai 008, terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada peningkatan perdagangan internasional. Secara umum bentuk perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada peningkatan perdagangan internasional. Secara umum bentuk perdagangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang dimana Indonesia tidak akan lepas dari putaran roda kegiatan perekonomian internasional. Hal ini berindikasi pada peningkatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN 1993-2013 JURNAL PUBLIKASI OLEH : Nama : Futikha Kautsariyatun Rahmi Nomor Mahasiswa : 12313269 Jurusan : Ilmu Ekonomi FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI EKSPOR KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH DWITA MEGA SARI H14104083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian Menurut Winarno Surakhmad dalam Suharsimi Arikunto (1997:8) metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kota Palembang. Penelitian ini dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kota Palembang. Penelitian ini dilakukan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Palembang. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel yang memiliki pengaruh terhadap kesempatan kerja,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 73 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan Indonesia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan analisis mengenai Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Dan Penanaman Modal Asing

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspor dan impor ke atas pengeluaran agregat (Sadono, 2015). Menurut I Gede

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspor dan impor ke atas pengeluaran agregat (Sadono, 2015). Menurut I Gede BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam analisis makroekonomi, peranan perdagangan luar negeri ke atas kegiatan ekonomi negara terutama dilihat dari sudut pengaruh kegiatan ekspor dan impor ke atas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. rumah (KPR) di Indonesia. Subjek penelitian dari indikator makroekonomi

BAB III METODOLOGI. rumah (KPR) di Indonesia. Subjek penelitian dari indikator makroekonomi BAB III METODOLOGI A. Objek Penelitian Dalam penelitian ini objek yang digunakan yaitu kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Subjek penelitian dari indikator makroekonomi yaitu IPIyang dapat digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data IV. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat untuk suatu keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data Tingkat Bagi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek pada penilitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. B. Jenis Data Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data 3.1.1 Populasi dan Pemilihan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah tingkat pengembalian indeks saham sektoral yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai populasi dan proses pengumpulan data untuk kepentingan analisis data penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-korelasional (kausal) yang menjelaskan adakah hubungan dan seberapa besar pengaruh tiap-tiap variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen yang di teliti kemudian dianalisis

Lebih terperinci