KAJIAN POTENSI PENERAPAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI KAYU LAPIS : STUDI KASUS DI CV. MEKAR ABADI, WONOSOBO, JAWA TENGAH SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN POTENSI PENERAPAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI KAYU LAPIS : STUDI KASUS DI CV. MEKAR ABADI, WONOSOBO, JAWA TENGAH SKRIPSI"

Transkripsi

1 KAJIAN POTENSI PENERAPAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI KAYU LAPIS : STUDI KASUS DI CV. MEKAR ABADI, WONOSOBO, JAWA TENGAH SKRIPSI LUTVIA ROSALIANA F DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 STUDY OF THE POTENTIAL APPLICATION OF CLEANER PRODUCTION STRATEGIES IN THE PLYWOOD INDUSTRY: A CASE STUDY IN CV MEKAR ABADI, WONOSOBO, CENTRAL JAVA Lutvia Rosaliana dan Anas Miftah Fauzi Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone , rosaliana.lutvia@gmail.com ABSTRACT Plywood industry is an industry that has a problem toward the use of raw materials and large quantities of waste disposal. Therefore, the cleaner production strategies are needed to improve the efficient use of wood logs and energy and minimizing waste is wasted. The analysis includes three aspects. Analysis of technological techniques to see unit processes and machines production which is the source of waste, and produce cleaner production options as a solution. Financial analysis determines the priority of each of these production options and calculate the payback period. Political analysis is done using two methods, the analysis of SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threath) and Analitical Hierarchy Process that will result in cleaner production strategies. Analysis of technological techniques produces six priority cleaner production options. Financial analysis resulted in a total investment cost for six priority cleaner production options amounting to Rp 206,593,027. Advantages and savings gained Rp 65,210,649, with payback period for 3 months and 5 days. Political analysis produced seven strategies for implementation of cleaner production. Its main strategy is to socialize and training in the implementation of cleaner production and improving the quality of plywood. Thus, CV Mekar Abadi has great potential in the application of cleaner production as an environmental management strategy. The use of cleaner production strategies above can create CV Mekar Abadi as the sustainable plywood industry. Keywords: Cleaner production, plywood industry

3 LUTVIA ROSALIANA. F Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis : Studi Kasus di CV. Mekar Abadi, Wonosobo, Jawa Tengah. Di bawah bimbingan Anas Miftah Fauzi RINGKASAN Industri kayu lapis merupakan salah satu industri yang memiliki masalah terhadap penggunaan bahan baku dan pembuangan limbah yang kuantitasnya besar. Hal ini terbukti dari proses produksinya yang menghasilkan limbah rata-rata 40-50%. Selain itu, penggunaan bahan baku log kayu secara terus-menerus mengakibatkan berkurangnya daya dukung hutan untuk memenuhi kapasitas produksi industri kayu lapis yang semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku log kayu dan energi serta meminimalkan limbah yang terbuang. Produksi bersih merupakan strategi yang tepat diterapkan oleh industri kayu lapis. Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terintegrasi serta diterapkan secara terus-menerus untuk mengurangi resiko pada manusia dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari potensi penerapan produksi bersih di industri kayu lapis, menganalisis produksi bersih berdasarkan aspek teknis, finansial, dan politis, dan merumuskan alternatif strategi produksi bersih untuk pengembangan industri kayu lapis menuju industri kayu lapis yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan di CV Mekar Abadi, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah pada bulan Maret sampai Mei Analisis mencakup tiga aspek, yaitu analisis teknik-teknologi, analisis finansial, dan analisis politis. Analisis teknik teknologi dilakukan berdasarkan pengamatan proses produksi serta neraca massa. Analisis teknik-teknologi melihat unit proses maupun mesin produksi yang menjadi sumber limbah, kemudian menghasilkan opsi-opsi produksi bersih sebagai solusinya. Analisis finansial menentukan prioritas masing-masing opsi produksi tersebut dan menghitung payback period dari penerapan opsi produksi bersih. Analisis politis dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threath) dan Analitical Hierarchy Process yang akan menghasilkan strategi produksi bersih. Analisis teknik teknologi menghasilkan 13 opsi produksi bersih pada unit-unit proses produksi. Opsi-opsi produksi bersih tersebut adalah good housekeeping pada penyortiran log, pegontrolan MC vinir, penanganan vinir dan face-back, pengontrolan input glue, pengontrolan roll di glue spreader, pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan hot press dan cold press; penggunaan konveyor pada mesin rotary; penggantian air pada bak perendaman serta mengontrol ph dan suhu; modifikasi teknologi penampung glue; pemasangan termometer pada boiler; serta pelapisan pada pipa steam boiler. Selain itu, analisis teknik teknologi juga menghasilkan empat opsi produksi bersih dari beberapa aspek kegiatan. Opsi-opsi produksi bersih tersebut adalah tata letak pabrik yang harus diperbaiki, penyusunan standar operasional prosedur, pembuatan instalasi pengolahan air limbah, dan pemberian peralatan keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan analisis ini, opsi yang yang diprioritaskan adalah penggantian sistem rotary dengan konveyor, penanganan vinir dan face-back dengan baik, modifikasi penampung glue, pemasangan termometer dan pelapisan pipa steam pada boiler, membuat SOP, serta pembuatan IPAL. Analisis finansial menghasilkan total biaya investasi untuk opsi produksi bersih yang diprioritaskan sebesar Rp 206,593,027. Keuntungan dan penghematan yang didapat sebesar Rp 65,210,649, dengan payback period selama 3 bulan 5 hari.

4 Analisis politis melalui analisis SWOT dan AHP menghasilkan strategi untuk implementasi produksi bersih. Strategi produksi bersih yang akan diterapkan adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis; pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin; peningkatan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, lingkungan, dan sistem K3 melalui program produksi bersih; dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah; peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah; penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai; mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar. Dengan demikian, CV Mekar Abadi memiliki potensi besar dalam penerapan produksi bersih sebagai strategi pengelolaan lingkungan. Penggunaan strategi produksi bersih diatas dapat menciptakan CV Mekar Abadi sebagai industri kayu lapis yang berkelanjutan.

5 KAJIAN POTENSI PENERAPAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI KAYU LAPIS : STUDI KASUS DI CV. MEKAR ABADI, WONOSOBO, JAWA TENGAH SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh LUTVIA ROSALIANA F DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

6 Judul Skripsi : Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis : Studi Kasus di CV. Mekar Abadi, Wonosobo, Jawa Tengah Nama : Lutvia Rosaliana NIM : F Menyetujui : Pembimbing, (Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M. Eng) NIP Mengetahui : Ketua Departemen, (Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP Tanggal lulus : Oktober 2011

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skipsi dengan judul Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis : Studi Kasus di CV. Mekar Abadi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Yang membuat pernyataan Lutvia Rosaliana F

8 Hak cipta milik Lutvia Rosaliana, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

9 BIODATA PENULIS Lutvia Rosaliana. Lahir di Wonosobo, 3 November 1989 dari bapak Soejarwo dan ibu Eri Dwi Rosana, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMAN 1 Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi, antara lain HIMALOGIN (Himpunan Mahasiswa teknologi Industri Pertanian) tahun dan IMTPI (Ikatan Mahasiswa Teknologi Pertanian Indonesia) tahun Penulis juga mengikuti unit kegiatan mahasiswa Agriaswara tahun Dalam kegiatan kepanitiaan penulis pernah menjadi ketua Atsiri Fair 2009 yang diadakan oleh HIMALOGIN. Selain itu, pada tahun 2009 penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pada tahun yang sama penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik dari IPB. Penulis melaksanakan praktik lapangan pada tahun 2010 di perkebunan teh, PT Perkebunan Tambi, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis : Studi Kasus di CV. Mekar Abadi, Wonosobo, Jawa Tengah dilaksanakan di Wonosobo, Jawa Tengah sejak bulan Maret sampai dengan Mei Selama penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, fasilitas, dan pengalaman yang sangat berharga dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M. Eng selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan memberikan bimbingan selama penelitian maupun penulisan skripsi. 2. Bapak H. Aryadi selaku direktur utama CV Mekar Abadi yang telah menerima dengan baik selama penulis melaksanakan kegiatan praktik lapangan. 3. Bapak Muadji Waskito selaku kepala produksi bagian kayu lapis dan block board CV Mekar Abadi yang telah memberikan arahan dan informasi selama melakukan penelitian. 4. Bapak Ilabani, SE selaku staf marketing yang telah membantu pengisian kuisioner serta seluruh staf dan karyawan CV Mekar Abadi atas bantuan informasi selama penelitian berlangsung. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. M Yusram Massijaya, MS selaku dosen Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB yang telah membantu pengisian kuisioner. 6. Bapak Paribroto Sutigno selaku mantan staf Balitbang Hasil Hutan Bogor dan mantan staf APKINDO yang telah membantu pengisian kuisioner. 7. Ibu Sri Martini selaku dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, yang telah membimbing dalam pengolahan data skripsi. 8. Staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Wonosobo : Bapak Warih Suryokoco (Alm), Bapak Aris Jatmiko, S.Hut, dan Bapak Mustiko yang telah membantu pengisian kuisioner serta memberikan data dan informasi untuk kepentingan penelitian. 9. Bapak Ngisa Arifudin selaku staf Badan Lingkungan Hidup kabupaten Wonosobo yang telah membantu pengisian kuisioner serta memberikan data dan informasi untuk kepentingan penelitian. 10. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Romli, M.Sc, St. dan Dr. Ono Suparno, S.TP, M.T. sebagai penguji sidang skripsi. 11. Orang tua, adik, dan keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 12. Dwika Rastrasila yang telah memberikan kesabaran, motivasi dan bantuan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 13. Teman-teman serta semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis menyadari masih banyak yang harus disempurnakan dalam skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata khususnya bagi perkembangan industri kayu lapis. Bogor, Oktober 2011 Lutvia Rosaliana iii

11 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Industri Kayu Lapis Limbah Industri Kayu Lapis Produksi Bersih Pembangunan Berkelanjutan Penelitian Terdahulu... 8 III. METODE PENELITIAN Kerangka Penelitian Waktu Dan Tempat Penelitian Pengumpulan Data Teknik Analisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Industri Kayu Lapis Strategi Produksi Bersih Pembangunan Berkelanjutan V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA...51 LAMPIRAN...53 iv

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis dan sumber limbah industri kayu lapis... 4 Tabel 2. Baku mutu limbah cair industri kayu lapis... 5 Tabel 3. Bahan baku dan bahan penolong Tabel 4. Jenis-jenis log CV Mekar Abadi Tabel 5. Jenis dan dampak pencemaran limbah padat industri kayu lapis Tabel 6. Jenis dan dampak pencemaran limbah udara industri kayu lapis Tabel 7. Pengelolaan lingkungan yang diterapkan CV Mekar Abadi Tabel 8. Opsi produksi bersih pada setiap unit proses Tabel 9. Opsi produksi bersih pada aspek kegiatan Tabel 10. Potensi opsi produksi bersih di CV Mekar Abadi Tabel 11. Analisis finansial opsi produksi bersih pada unit-unit proses Tabel 12. Analisis finansial opsi produksi bersih pada aspek kegiatan Tabel 13. Biaya investasi opsi produksi bersih yang direkomendasikan Tabel 14. Analisis faktor internal dan eksternal Tabel 15. Penentuan strategi dengan matrik SWOT Tabel 16. Alternatif strategi produksi bersih untuk meningkatkan produktivitas kayu lapis. 44 v

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Volume produksi dan ekspor kayu lapis Indonesia... 3 Gambar 2. Teknik pengendalian lingkungan secara preventif... 5 Gambar 3. Kriteria dalam pembangunan yang berkelanjutan... 7 Gambar 4. Diagram alir penelitian Gambar 5. Posisi perusahaan pada berbagai kondisi dalam matriks SWOT Gambar 6. Matriks strategi SWOT Gambar 7. Diagram alir proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi Gambar 8. Penyortiran log di logyard Gambar 9. Pengupasan kulit luar log Gambar 10. Perendaman log di unit proses rotary Gambar 11. Log dikupas dengan mesin rotary menjadi vinir Gambar 12. Vinir di-stik sebelum dimasukkan ke kiln dry Gambar 13. Vinir kering setelah keluar dari kiln dry Gambar 14. Proses join vinir Gambar 15. Proses peleburan lem pada vinir Gambar 16. Platform melalui proses pengempaan panas Gambar 17. Proses repair platform Gambar 18. Platform melalui pengempaan panas Gambar 19. Proses pendempulan Gambar 20. Pengampelasan platform dan mesin sander Gambar 21. Proses double sizer pada kayu lapis Gambar 22. Neraca massa proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi Gambar 23. Posisi CV Mekar Abadi dalam matriks SWOT Gambar 24. Struktur hierarki dan hasil bobot agregat Gambar 25. Hasil perhitungan bobot faktor dan aktor dengan AHP Gambar 26. Hasil perhitungan bobot alternatif strategi produksi bersih dengan AHP vi

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lay out pabrik CV Mekar Abadi Lampiran 2. Keterangan lay out pabrik CV Mekar Abadi Lampiran 3. Lay out ruang produksi kayu lapis Lampiran 4. Rincian harga komponen konveyor dan penampung glue Lampiran 5. Rincian harga komponen IPAL Lampiran 6. Rincian harga peralatan K Lampiran 7. Data responden pada analisis IFE-EFE Lampiran 8. Data responden pada AHP Lampiran 9. Contoh kuisioner IFE-EFE Lampiran 10. Contoh kuisioner AHP Lampiran 11. Perhitungan bobot dan skor IFE-EFE vii

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini mendorong industri untuk bersaing, keunggulan komparatif yang menjadi andalan masa lalu sudah tidak mampu menghadapi tantangan pasar bebas. Peningkatan efisiensi merupakan jawaban dalam mengatasi persaingan produk sejenis dari industri pesaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Keunggulan kompetitif dan produk yang bermutu juga menjadi kunci untuk memenangkan pasar bebas. Perkembangan industri dan meningkatnya pola konsumsi masyarakat modern berkaitan dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya secara besar-besaran akan berdampak negatif dalam waktu singkat maupun jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan hari ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk rnemenuhi kebutuhan rnereka (Purwanto, 2005). Industri juga dihadapkan pada masalah limbah dan emisi, salah satunya industri kayu lapis. Industri kayu lapis menghasilkan limbah jenis padat, cair, gas, dan B3 (bahan berbahaya dan beracun). Menurut Indrasti et al. (2007), limbah padat merupakan limbah yang memiliki presentase sangat besar dari industri kayu lapis yaitu sekitar 40% dari volume log yang masuk. Besarnya persentase limbah padat dalam proses produksi kayu lapis mengharuskan setiap perusahaan memanfaatkan limbah padat tersebut secara optimal. Limbah cair yang dihasilkan industri kayu lapis saat ini belum dikelola secara maksimum. Limbah cair industri kayu lapis umumnya masih menghasilkan efluen yang nilainya hanya sesuai dengan persyaratan minimum yang diatur dalam undang-undang. Limbah dan emisi merupakan hasil yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Sebagian besar industri masih menggunakan pendekatan end-of pipe treatment, yang terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang efektif karena kegiatan yang dilakukan sifatnya reaktif, yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah (at the end of pipe), bukan berupa pencegahan atau preventif, tetapi perbaikan setelah terjadi kerusakan atau pencemaran. Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang mengedepankan pemikiran di pihak manajemen agar dalam setiap kegiatan memiliki efisiensi tinggi sehingga limbah yang dihasilkan dari sumbernya dapat dicegah atau dikurangi. Penerapan produksi bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan lebih baik. Produksi bersih memiliki tujuan untuk menerapkan pengukuran pada pengoptimalan produksi dan meningkatkan eko-efisiensi industri yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Produksi bersih merupakan alternatif strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produk yang bertujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP, 2003 dalam Indrasti dan Fauzi, 2009). 1

16 1.2 Tujuan Penelitian 1. Mempelajari potensi penerapan produksi bersih di industri kayu lapis. 2. Menganalisis produksi bersih berdasarkan aspek teknis, finansial, dan politis. 3. Merumuskan alternatif strategi produksi bersih untuk pengembangan industri kayu lapis menuju industri kayu lapis yang berkelanjutan. 2

17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Kayu Lapis Menurut Tsoumis (1991), kayu lapis adalah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran vinir. Arah serat pada lembaran vinir untuk face dan core adalah saling tegak lurus, sedangkan antar lembaran vinir untuk face saling sejajar. Massijaya (2006) mengemukakan bahwa urutan proses dalam pembuatan kayu lapis terdiri dari : (1) seleksi log mulai dari ukuran, bentuk, dan kondisi log, (2) perlakuan awal log dengan pemanasan sehingga memudahkan pengupasan log dan meningkatkan rendemen 3-5%, (3) pengupasan log, (4) penyortiran vinir untuk memisahkan vinir rusak, (5) pengeringan vinir untuk mengurangi kadar air vinir, (6) perekatan, (7) pengempaan, (8) pengkondisian untuk mengurangi sisa tegangan akibat pengempaan selama 1-2 minggu. Kayu lapis telah menjadi primadona produk industri kayu olahan Indonesia selama beberapa tahun. Angka ekspor tertinggi yang pernah dicapai adalah pada tahun 1992 sebesar 9.7 juta m 3 (FAO, 2009a dalam Dwiprabowo, 2009a). Indonesia dapat digolongkan memiliki peranan dominan dalam pasar kayu lapis tropis dunia dengan tingkat volume ekspor tersebut. Kurang lebih 80% produksi kayu lapis Indonesia selama ini dijual untuk tujuan ekspor (Dwiprabowo, 2009a). Gambar 1. Volume produksi dan ekspor kayu lapis Indonesia (FAO, 2009b dalam Dwiprabowo, 2009b) Pada Gambar 1 menggambarkan grafik penurunan produksi, ekspor, dan penjualan domestik kayu lapis dari tahun 1999 sampai Penurunan volume produksi kayu lapis dan vinir Indonesia secara cukup tajam dan konsisten selama periode tahun Pada grafik dapat dilihat bahwa selama periode , volume penjualan untuk pasar dalam negeri tidak pernah konstan (sangat fluktuatif), hal ini memberikan indikasi bahwa industri memprioritaskan untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Berdasarkan proyeksi FAO konsumsi kayu lapis Indonesia tahun 2010 adalah sebesar juta m 3. Pada tahun 2008 dan 2009 tingkat penggunaan kapasitas industri kayu lapis di Indonesia berturut-turut 30% dan 20% akibat kelangkaan bahan baku. Hal ini berarti produksi kayu lapis Indonesia hanya mencapai 3 juta m 3 (2008) dan 2 juta m 3 (2009) mengingat kapasitas produksi kayu lapis Indonesia adalah sebesar 10 juta m 3 /tahun (Dwiprabowo, 2009b). 3

18 Berdasarkan penggunaannya, kayu lapis dikelompokkan menjadi dua yaitu interior dan eksterior plywood. Youngquis (1999) dalam Iswanto (2008) mengelompokkan kayu lapis menjadi dua bagian, yaitu : 1. Kayu lapis konstruksi dan industrial. 2. Kayu lapis hardwood dan dekoratif. Berdasarkan jenis perekat yang dipergunakan, pengelompokan kayu lapis dibedakan menjadi dua: 1. Kayu lapis interior yaitu kayu lapis yang penggunaannya didalam ruangan. 2. Kayu lapis eksterior yaitu kayu lapis yang penggunaannya diluar ruangan. Berdasarkan vinir mukanya, kayu lapis dikelompokkan menjadi : 1. Ordinary plywood yaitu kayu lapis dimana vinir mukanya dihasilkan dari proses rotary cutting. 2. Fancy plywood yaitu kayu lapis dimana vinir mukanya terbuat dari kayu-kayu indah dan dihasilkan dari proses slice cutting atau half rotary cutting (Iswanto, 2008). 2.2 Limbah Industri Kayu Lapis Hampir seluruh bagian dari proses produksi kayu lapis berkontribusi terhadap produksi limbah dengan jumlah dan karakteristik yang berbeda. Jenis dan sumber limbah di industri kayu lapis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis dan sumber limbah industri kayu lapis No Jenis limbah Sumber limbah 1 Limbah cair Air pencucian glue spreader, air pencucian mesin, dan peralatan produksi 2 Limbah padat Log afkir, sisa potongan (log end), serbuk gergaji, kulit kayu, inti kayu, potongan tepi log (edging), sisa potongan log, sisa kupasan, sisa potongan vinir, vinir yang tidak standar, sisa potongan core, core reject, padatan glue, ceceran glue, sisa potongan sisi panel, sebetan, serbuk hasil pengemplasan, kemasan kertas, film face, polyester coating 3 Limbah gas Dust, kebisingan, gas buang 4 Limbah B3 Oli bekas, ceceran minyak atau oli, aki bekas Sumber : Indrasti et al. (2007) Limbah cair yang dihasilkan dalam proses produksi kayu lapis secara umum hanya dihasilkan dari proses pencucian mesin glue spreader dan proses pencucian mesin produksi lainnya. Hal ini menyebabkan komposisi yang terkandung dalam limbah cair yang dihasilkan adalah air dan bahanbahan yang digunakan dalam pembuatan perekat. Namun pada umumnya dari tiap tipe perekat yang dibuat, kandungan atau komposisi terbesar adalah resin yang digunakan, mencapai 70-80% dari campuran perekat, sedangkan sisanya adalah bahan-bahan tambahan yang komposisinya berbeda-beda untuk tiap perekat. Baku mutu limbah cair industri kayu lapis dapat dilihat pada Tabel 2. Besarnya presentase limbah padat dalam proses produksi kayu lapis mengharuskan setiap perusahaan kayu lapis dalam memanfaatkan limbah padat tersebut secara optimal. Parameter limbah gas industri kayu lapis adalah NO x, SO 2, opasitas, debu, kebisingan (Indrasti et al., 2007). 4

19 Tabel 2. Baku mutu limbah cair industri kayu lapis No Parameter Kadar Maksimum (mg/l) Beban Pencemaran Maksimum (g/m 3 ) 1 BOD COD TSS Amonia total (sebagian N) Fenol ph Debit Maksimum (m 3 /M 3 produk) Sumber : Perda Jateng No.10/ Produksi Bersih Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan dan terpadu yang diterapkan pada seluruh siklus produksi untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan dari siklus hidup produk dengan rancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi biaya (Osuna, 2007 dalam Akhida, 2007). Manfaat yang dapat diambil dari penerapan produksi bersih ini adalah (1) Pengurangan biaya operasi, (2) Peningkatan mutu produk, (3) Penghematan bahan baku, (4) Peningkatan keselamatan kerja, (5) Perbaikan kesehatan umum dan lingkungan hidup, (6) Penilaian konsumen menjadi positif, dan (7) Pengurangan biaya penanganan limbah (USAID, 1997 dalam Purnama, 2006). Produksi bersih Pengurangan sumber pencemar Modifikasi produk Daur ulang Tata cara operasi Perubahan proses On-site recycle Memanfaatkan produk samping Kontrol proses yang baik Modifikasi peralatan Perubahan teknologi Perubahan material input Gambar 2. Teknik pengendalian lingkungan secara preventif (El-Haggar, 2002) Gambar 2 diatas menjelaskan bahwa produksi bersih dapat dilakukan dengan mengurangi sumber pencemar, modifikasi produk, dan daur ulang. Daur ulang dapat dilakukan dengan cara on site recycle dan pemanfaatan produk samping. Pengurangan sumber pencemar dengan tata cara 5

20 operasi yang baik dan perubahan proses seperti pengontrolan proses, modifikasi peralatan, perubahan teknologi, dan perubahan material input (El-Haggar, 2002). Pemilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu : 1. Good house-keeping Mencakup tindakan prosedural, administratif maupun institutional yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi. Konsep ini telah banyak diterapkan oleh kalangan industri agar dapat meningkatkan efisiensi dengan cara good operating practice yang mencakup: pengembangan program cleaner production (CP), pengembangan sumberdaya manusia, tatacara penanganan dan investasi bahan, pencegahan kehilangan bahan atau material, pemisahan limbah menurut jenisnya, tatacara perhitungan biaya, penjadwalan produksi. 2. Perubahan material input Bertujuan mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau yang digunakan dalam proses produksi, sehingga dapat juga menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Perubahan material input termasuk pemurnian bahan dan substitusi bahan. 3. Perubahan teknologis Mencakup modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan untuk mengurangi limbah dan emisi, perubahan teknologi dapat dimulai dari yang sederhana dalam waktu yang singkat dan biaya murah sampai dengan perubahan yang memerlukan investasi tinggi, seperti perubahan peralatan, tata letak pabrik, penggunaan peralatan otomatis dan perubahan kondisi proses. 4. Perubahan produk Meliputi substitusi produk, konservasi produk, dan perubahan komposisi produk. 5. On-site reuse Merupakan upaya penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah, baik untuk digunakan kembali pada proses awal atau sebagai material input dalam proses yang lain (Indrasti dan Fauzi, 2009). Menurut Purwanto (2005), penerapan produksi bersih di industri dilakukan dalam beberapa langkah sebagai berikut. 1. Perencanaan dan organisasi Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi produksi bersih. Sasaran peluang produksi bersih yang dikaitkan dengan bisnis dan adanya komitmen dari manajemen puncak. 2. Kajian dan identifikasi peluang Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang-peluang produksi bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan lapangan berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. 3. Analisis kelayakan dan penentuan prioritas Menentukan pilihan produksi bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang dikeluarkan dan pendapatan atau penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi, tingkat komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi. 6

21 4. Implementasi Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket, rencana tindakan yang dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan, dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan. 5. Pemantauan, umpan balik, modifikasi Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan produksi bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai. Pada saat pemantauan dilakukan pendokumentasian program dan melakukan tinjauan ulang secara periodik pelaksanaan produksi bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis. 6. Perbaikan berkelanjutan Produksi bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga industri akan melakukan perbaikan berkelanjutan. 2.4 Pembangunan Berkelanjutan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan implikasi adanya batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial mengenai sumber daya alam, serta kemampuan biosfer dalam menyerap berbagai pengaruh aktivitas manusia. Proses pembangunan berlangsung secara berlanjut dan didukung sumber daya alam yang ada dengan kualitas lingkungan dan manusia yang semakin berkembang dalam batas daya dukung lingkupannya. Pembangunan akan memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya (Sugandhy dan Hakim, 2007). Selama 25 tahun yang akan datang, permintaan kayu naik 25%, sedangkan persediaan kayu hanya 15%. Industri pengolahan kayu harus membuktikan daya cipta yang bagus untuk mendapatkan lebih banyak produk dari pepohonan yang sedikit sampai daur ulang produk, menggunakan sedikit spesies dan hasil samping yang sudah dibuang untuk menghasilkan uang dari tempat sampah dan menyatukan keturunan terdahulu dengan rencana penanaman yang menciptakan hutan baru dengan produktivitas tinggi. Peningkatan kapasitas produksi hutan merupakan terbukanya kebutuhan minimum industri dalam rangka memperoleh keuntungan keberlanjutan untuk masa depan (Polak, 1997). Gambar 3. Kriteria dalam pembangunan yang berkelanjutan (Setiadi, 2005) 7

22 Gambar 3 diatas menjelaskan kriteria yang digunakan dalam pembangunan berkelanjutan yaitu 3-P. Arti dari 3-P adalah planet, profits, dan person. Hal ini berarti keberlanjutan tersebut harus mempertimbangkan keberlanjutan dari sisi lingkungan, ekonomi, dan sosial. Pada Gambar 3 menunjukkan bagaimana integrasi dari nilai lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai sosial menghasilkan kehidupan yang sejahtera bagi manusia. Nilai lingkungan diaplikasikan dengan menjaga keutuhan ekosistem, daya dukung alam, dan keanekaragaman hayati. Nilai ekonomi diaplikasikan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, produktivitas, dan pemerataan ekonomi. Nilai sosial diaplikasikan dengan menjaga identitas budaya, pemberdayaan, kemudahan akses, keseimbangan, dan keadilan. Tiga elemen tersebut harus berjalan simultan. Ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila perkembangan aspek yang satu lebih tinggi dari aspek yang lain. Selain itu, peranan teknologi dalam pembangunan berkelanjutan tidaklah dapat diabaikan dan dikesampingkan (Setiadi, 2005). Berikut ini disampaikan tiga buah contoh inovasi sistem yang lebih rinci dalam rangka teknologi untuk pembangunan yang berkelanjutan (Mulder, 2006). 1. Mengubah penggunaan sumber energi primer dan peningkatan efisiensi energi dalam sistem produksi. 2. Mengubah sumber bahan baku dan penggunaan kembali produk yang tidak termanfaatkan. 3. Menghindari terjadinya produk samping (by-product) dan emisi. Produksi bersih merupakan strategi baru yang inovatif dengan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan (Susanto, 2007). 2.5 Penelitian Terdahulu ICIP (1998) telah melakukan penelitian tentang penggunaan teknologi produksi bersih di industri kayu lapis. Beberapa peluang telah teridentifikasi dan dapat direkomendasikan menggunakan pangkalan data ICIP tersebut. Peluang-peluang yang direkomendasikan kepada perusahaan memberikan manfaat bagi peningkatan nilai tambah kayu dan biaya implementasinya. Rekomendasi yang pernah diberikan ICIP, termasuk daur ulang limbah cair dan penghematan energi. ICIP (2001) melakukan kajian produksi bersih pada industri kayu lapis. Kajian ini adalah hasil evaluasi di beberapa industri kayu lapis di Indonesia. Tujuan kajian untuk mengusulkan suatu program produksi bersih yang akan : (1) mengurangi jumlah bahan beracun, bahan baku, dan energi yang dipakai dalam proses pengolahan, (2) mendemonstrasikan nilai ekonomi dan manfaat bagi lingkungan dari metode produksi bersih pada industri kayu lapis, dan (3) meningkatkan efisiensi operasi dan kualitas produk. Tim pengkaji terdiri dari seorang tenaga ahli pada industri kayu lapis dan seorang tenaga ahli produksi bersih serta empat orang konsultan lokal. Secara keseluruhan, kajian mengidentifikasi dua puluh satu peluang produksi bersih. Tergantung pada pilihannya, biaya implementasi berkisar antara Rp 679,500,000 sampai Rp 2,929,000,000 dengan penghematan tahunan berkisar antara Rp 2,849,000,000 sampai dengan Rp 5,956,000,000 per tahun. Bilamana diimplementasikan, perubahan-perubahan ini dapat mengurangi pemakaian kayu gelondongan, mengurangi pemakaian lem sekitar 130 ton sampai 1600 ton per tahun, mengurangi biaya pengolahan air limbah karena berkurangnya lem yang menjadi limbah sekitar 5 ton sampai 36 ton pertahun, mengurangi pemakaian energi, serta meningkatkan kualitas produk. Nurendah (2006) melakukan penelitian tentang strategi peningkatan kinerja industri kayu lapis melalui pendekatan ekoefisiensi. Hasil analisis dari matrik IFE-EFE memberikan gambaran bahwa perusahaan kayu lapis menempati posisi kuadran II, yaitu pada posisi tumbuh dan membangun. Analisis juga dilakukan menggunakan LCA (life cycle analysis) yang memberikan gambaran bahwa perusahaan kayu lapis memberikan kontribusi dampak potensi pengasaman lingkungan, potensi penipisan sumber energi, dan potensi nutrifikasi. Hasil analisis produksi bersih menunjukkan bahwa 8

23 perusahaan kayu lapis hanya menerapkan satu dari 32 rekomendasi ICIP (Indonesian Cleaner Industrial Production Program). Indrasti et al. (2007) telah melakukan penelitian dengan studi kasus 3 industri kayu lapis, yaitu PT. Wijaya Tri Utama Plywood Indonesia, PT. Sumalindo Lestari Jaya, dan PT. Kayu Lapis Indonesia. Penelitian ini difokuskan pada proses produksi kayu lapis, penggunaan bahan baku dan energi, serta jenis limbah yang dihasilkan dari proses produksi kayu lapis. Dari data yang didapat bahwa terdapat empat jenis limbah, yaitu limbah cair, padat, gas, dan B3. Seluruh jenis limbah yang dihasilkan akan sangat membahayakan bagi lingkungan jika pembuangannya tanpa melalui pengolahan. Dalam penelitian ini dijelaskan berbagai sistem pengelolaan lingkungan industri kayu lapis, yaitu dengan pendekatan proaktif (preventive approache) dan pendekatan kuratif (end of pipe approache). Sistem pendekatan proaktif menggunakan strategi produksi bersih. Penelitian ini menjelaskan banyak informasi tentang produksi bersih seperti keuntungan, opsi, dan peningkatan efisiensi melalui produksi bersih. Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2008) melakukan penelitian tentang panduan penerapan ekoefisiensi industri kayu lapis. Panduan ini memuat tentang proses produksi kayu lapis dan tahapan yang harus dilalui jika industri kayu lapis akan menerapkan prinsip ekoefisiensi. Keberhasilan penerapan ekoefisiensi pada industri kayu lapis ditentukan oleh banyak pihak khususnya departemen yang terkait langsung dengan produksi dan pihak manajemen pengambil keputusan karena industri kayu lapis umumnya adalah industri besar yang membutuhkan investasi cukup besar. Panduan ini juga memberikan informasi penerapan ekoefisiensi melalui perangkat good housekeeping. Melalui penerapan perangkat, industri kayu lapis dapat melakukan orientasi, perencanaan, pelaksanaan ekoefisiensi secara bertahap, konsisten, dan berkelanjutan. 9

24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah dan membahayakan lingkungan terutama untuk kelangsungan hidup manusia. Lingkungan telah menjadi suatu bahasan penting yang wajib diperhatikan oleh industri terutama tentang pengurangan limbah yang dibuang ke lingkungan. Salah satu cara yang efektif adalah mengurangi limbah pada sumbernya dengan pendekatan produksi bersih. Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang berlangsung terus-menerus pada proses produksi dan siklus hidup produk serta bertujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Selain itu, produksi bersih memiliki tujuan untuk menerapkan pengukuran pada pengoptimalan produksi dan meningkatkan eko-efisiensi industri yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Produksi bersih dipengaruhi oleh tiga aspek penting, yaitu aspek teknis-teknologis, aspek finansial, dan aspek politis. Aspek teknis-teknologis bertujuan untuk pemilihan teknologi yang tepat guna serta ramah lingkungan. Analisis finansial untuk mengetahui kelayakan finansial penerapan produksi bersih. Analisis politis untuk mengkaji peran pemerintah, industri, lembaga terkait, dan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan industri kayu lapis. Dalam analisis politis ditentukan faktor-faktor yang terkait dengan industri kayu lapis untuk menentukan alternatif strategi produksi bersih. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan Maret dan berakhir pada bulan Mei Penelitian dilakukan di industri kayu lapis, pabrik utama CV Mekar Abadi khususnya pada unit proses plywood dan unit proses vinir, yang berada di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. 3.3 Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan. Pencarian dan pembelajaran jurnal, buku, atau laporan yang berkaitan dengan tema dan aspek-aspek penelitian. 2. Data Primer Data primer diperoleh dari sumber data dengan menggunakan metode survei (survey method), dengan melakukan wawancara (interview) secara langsung dan tidak langsung. Metode kedua adalah metode observasi (observation method), pengambilan data dengan melakukan pengukuran, pengamatan proses produksi dan penggunaan bahan, air, energi secara langsung di lapangan. Metode ketiga adalah metode penyebaran kuisioner kepada pihak-pihak yang bersangkutan seperti manager dan pekerja. 3. Data Sekunder Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, dan data di industri kayu lapis. Data juga dapat diperoleh lembaga-lembaga yang berhubungan 10

25 dengan industri kayu lapis seperti Badan Pusat Statistika Wonosobo, Dinas Perhutani Wonosobo, Badan Lingkungan Hidup Wonosobo, serta Kementerian Lingkungan Hidup. Mulai Tinjauan umum tentang bahan baku produksi Identifikasi seluruh tahapan proses produksi Analisa kualitas dan kuantitas material input Analisa kualitas dan kuantitas produk Analisa kualitas dan kuantitas material output Neraca massa Mengidentifikasi peran pemerintah daerah, masyarakat, serta lembaga yang terkait Analisis teknisteknologis Alernatif teknisteknologis Analisis finansial v Faktor internal (kelemahan dan kekuatan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) Program produksi bersih Analisis SWOT AHP Alernatif strategi produksi bersih Selesai Gambar 4. Diagram alir penelitian 11

26 3.4 Teknik Analisis Teknik analisis produksi bersih meliputi analisis tiga aspek, yaitu analisis teknik-teknologi, analisis finansial, dan analisis politis. Analisis teknik-teknologi melihat peluang opsi produksi bersih dari unit proses dan mesin yang menjadi sumber limbah berdasarkan neraca massa proses produksi. Selanjutnya, opsi-opsi produksi bersih tersebut ditentukan prioritasnya melalui analisis finansial. Selain itu, analisis finansial menghitung biaya untuk penerapan opsi produksi bersih serta menghitung keuntungan dan penghematan dari penggunaan opsi tersebut. Analisis politis merupakan tahap analisis terakhir yang akan menghasilkan strategi produksi bersih melalui analisis SWOT dan AHP. 1. Analisis teknik-teknologi Analisis teknik-teknologi mempelajari dan mengevaluasi kelayakan teknologi yang digunakan perusahaan berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Kriteria evaluasi teknis antara lain: a. Evaluasi proses berdasarkan kesesuaian prosedur operasi dengan kondisi yang ada, peningkatan efisiensi proses, serta kesesuaian produksi dengan kondisi yang ada. b. Evaluasi bahan berdasarkan kualitas produk yang dapat dipertahankan, kapasitas utilitas tersedia, serta efisiensi dalam penggunaan bahan. c. Evaluasi peralatan berdasarkan ketersediaan tempat dan perawatan mesin. d. Evaluasi tenaga kerja berdasarkan kemanan pekerja dan tersedianya sumber daya manusia (Indrasti dan Fauzi, 2009). Analisis teknik-teknologi berfungsi untuk mengkaji kesesuaian teknologi dan teknis yang telah diterapkan di industri dengan kapasitas penggunaannya, efisiensi terhadap air dan energi, meminimalkan limbah dan dampak terhadap lingkungan. Hasil dari analisis teknikteknologi yaitu membuat alternatif teknis dan teknologi yang dapat diterapkan industri dengan mudah, efisiensi tinggi, less waste, sehingga dapat meningkatkan produktivitas industri. 2. Analisis finansial Analisis finansial digunakan untuk menentukan biaya yang diperlukan dalam penerapan produksi bersih serta menghitung keuntungan dan penghematan dari penerapan produksi bersih. Analisis finansial juga menentukan keberlangsungan dari penerapan produksi bersih. Metode standar dalam analisis finansial yaitu perhitungan pay back period (PBP). Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal atau investasi yang ditanam dalam suatu proyek dapat kembali, sedangkan kas bersih adalah manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya. Semakin pendek waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, rencana investasi tersebut semakin menguntungkan. Hal ini berarti semakin kecil payback period, proyek tersebut semakin baik. Payback period dapat dihitung dengan rumus (1) (1) 3. Analisis politis Analisis politis meninjau tentang peran pemerintah, perusahaan, lembaga yang terkait, serta masyarakat berupa kebijakan, komitmen, dan kesadaran dalam mendukung pengelolaan lingkungan di industri. Kebijakan pemerintah diharapkan secara internal akan dapat mendorong kegiatan industri menjadi lebih produktif, dan secara eksternal akan dapat membantu mengendalikan dampak negatif melalui aplikasi konsep dan rangkaian kegiatan produksi bersih yang efektif. 12

27 4. Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dan mengetahui posisi industri kayu lapis pada matriks SWOT dalam rangka merumuskan alternatif strategi perusahaan. Menurut Marimin (2008), analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal peluang (opportunity) dan ancaman (threats) yang dihadapi dunia bisnis, sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi suatu perusahaan. Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu : a. Pendekatan kuantitatif matriks SWOT Data SWOT dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan aanalisis SWOT agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : 1) Analisis EFE (External Factors Evaluation) dan IFE (Internal Factors Evaluation) EFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal industri kayu lapis. IFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal industri kayu lapis. Langkah penilaiannya adalah : a) Membuat daftar faktor-faktor penting internal dan eksternal (5 sampai dengan 10 faktor) dalam kolom 1. b) Pemberian bobot pada kolom 2, mulai dari 1.0 (sangat penting) sampai dengan 0.0 (tidak penting). Total dari seluruh bobot harus sama dengan 1.0. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. c) Pada kolom 3, masing-masing faktor diberi peringkat (rating) mulai dari 4 (sangat setuju) sampai 1 (tidak setuju) berdasarkan pada pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan. Kriteria penilaian mengenai rating adalah sebagai berikut : Nilai rating 4 : sangat setuju Nilai rating 3 : setuju Nilai rating 2 : kurang setuju Nilai rating 1 : tidak setuju d) Mengalikan bobot dengan rating yang telah ditentukan untuk mendapatkan skor. 2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor kekuatan dengan kelemahan (d) dan faktor peluang dengan ancaman (e). Perolehan angka (d) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y. 3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT (Andrianto, 2010). Pada matriks SWOT, posisi perusahaan dapat dikelompokkan dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, II, III, IV. Pada kuadran I strategi yang sesuai adalah strategi agresif, kuadran II strategi diversifikasi, kuadran III strategi turn around dan kuadran IV strategi defensif. Posisi perusahaan pada berbagai kuadran dapat dilihat pada Gambar 5. 13

28 Peluang eksternal Kuadran III (strategi turn around) Kuadran I (strategi agresif) Kelemahan internal Kekuatan internal Kuadran IV (strategi defensif) Kuadran II (strategi diversifikasi) Ancaman eksternal Gambar 5. Posisi perusahaan pada berbagai kondisi dalam matriks SWOT b. Pendekatan kualitatif matriks SWOT Pendekatan kualitatif matriks SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencana strategi harus menganalisis faktorfaktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Pendekatan kualitatif matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Pendekatan ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi seperti ditunjukkan pada Gambar 6 berikut. Gambar 6. Matriks strategi SWOT (Iskandarini, 2004) 14

29 5. Analitical Hierarchy Process (AHP) Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lainnya. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal atau sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria, dan akhirnya alternatif. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (Marimin, 2008). Software yang digunakan untuk mengolah data nilai tingkat kepentingan dengan metode AHP yaitu Expert Choice

30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Industri Kayu Lapis Gambaran Umum Industri Kayu Lapis CV Mekar Abadi merupakan industri yang bergerak dibidang kayu olahan yang masih berupa produk setengah jadi. CV Mekar Abadi didirikan pada tahun 1994, awal mula hanya berupa penggergajian dan memproduksi sawntimber albasia. Pada perkembangannya, awal tahun 2009 CV Mekar Abadi sudah memproduksi, vinir, bare-core, kayu lapis, serta block board sampai sekarang. CV Mekar Abadi memiliki satu anak cabang dengan produk yang sama, yaitu kayu lapis dan block board. Jumlah pekerjanya mencapai 2896 orang di pabrik utama CV Mekar Abadi. Hari kerja dalam satu minggu yaitu 6 hari kerja (senin-sabtu), sedangkan jam kerja dibagi menjadi tiga shift. Shift A dari pukul sampai pukul 07.00, shift B dari pukul sampai pukul 15.00, shift C dari pukul sampai pukul Kantor pusat dan pabrik utama CV Mekar Abadi terletak di jalan Purworejo km.17, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Jarak dari CV Mekar Abadi ke pusat kota Wonosobo sejauh 18 km. Cabang pabriknya terletak di desa Kedalon, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Penelitian dilakukan di pabrik utama CV Mekar Abadi karena memiliki kapasitas produksi kayu lapis lebih besar daripada pabrik cabang. Pabrik utama CV Mekar Abadi terdiri dari beberapa unit bangunan sesuai dengan unit proses masing-masing. Kondisi tanah yang berbukit menjadikan beberapa unit bangunan terpisah satu sama lainnya. Unit proses bare-core I berada pada tingkat 1 dengan ketinggian paling rendah, unit proses vinir berada pada tingkat 2, unit proses kayu lapis dan block-board berada pada tingkat 3, unit proses pengeringan dan penggergajian berada pada tingkat 4, serta unit proses bare-core II dan kantor berada pada tingkat 5 dengan ketinggian paling tinggi. Lay out pabrik dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 3. Topografi tanah di CV Mekar Abadi berombak dengan ketinggian tempat 760 m dpl dengan luas areal 27,393 m 2. Jenis tanah di CV Mekar Abadi adalah regosol. Berdasarkan dari data BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2009 daerah di sekitar CV Mekar Abadi memiliki curah hujan rata-rata 94 mm/bulan dan jumlah hari hujan dalam tahun 2009 mencapai 125 hari. Suhu udara di CV Mekar Abadi berkisar antara C Jenis Produk, Kapasitas Produksi, dan Sertifikasi Produk yang dihasilkan CV Mekar Abadi yaitu vinir, bare-core, block-board, dan kayu lapis dengan berbagai ketebalan. Penelitian hanya difokuskan pada proses produksi kayu lapis. Kayu lapis yang dihasilkan yaitu kayu lapis dengan jenis ordinary plywood. Ordinary plywood merupakan kayu lapis murni yang tidak mendapatkan perlakuan tambahan. Produk kayu lapis yang dihasilkan di CV Mekar Abadi tergolong dalam grade B, karena bahan baku yang digunakan juga tergolong grade B. Kapasitas produksi rata-rata mencapai 84,976 m 3 /tahun untuk semua produk. Kapasitas produksi plywood mencapai 788 m 3 /tahun. Ditinjau dari aspek sertifikasi, CV Mekar Abadi belum memiliki sertifikasi apapun. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI No: P.38/Menhut-II/2009, Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.6/VI-Set/2009, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.02/VI-BPPHH/2010 mewajibkan setiap industri kayu bersertifikasi Sistem 16

31 Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Lembaga yang terkait seperti Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) dan Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) juga menyarankan sertifikat SVLK. Sertifikat SVLK juga digunakan sebagai standar perdagangan kayu ke negara-negara Timur Tengah dan beberapa negara lainnya di Asia. Sertifikat SVLK merupakan persyaratan untuk memenuhi legalitas kayu atau produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak (stakeholder) kehutanan yang memuat standar legalitas kayu (legal compliance) dalam memperoleh hasil hutan. Pada dasarnya, CV Mekar Abadi sedang berusaha untuk mendapatkan sertifikasi SVLK, karena dengan sertifikasi tersebut dapat memberikan peluang untuk memperluas perdagangannya ke pasar internasional. Disamping itu, produk yang ditandai dengan sertifikasi tersebut dapat meningkatkan citra perusahaan karena produk yang dihasilkan ramah lingkungan. Sebaiknya, dengan adanya komitmen perusahaan dalam meningkatkan mutu produk kayu lapis diperlukan sertifikasi ISO seri 9000 dan ISO seri untuk manajemen lingkungan tetapi dengan keterbatasan modal perusahaan belum mampu untuk mendapatkan sertifikasi tersebut Sistem Pengadaan Bahan Baku Bahan baku dan bahan penolong Bahan baku Tabel 3. Bahan baku dan bahan penolong Bentuk fisik Sifat bahan Asal bahan Cara penyimpanan Log albasia Padat Mudah terbakar Lokal Dikeringkan Balok albasia Padat Mudah terbakar Lokal Dikeringkan Face-Back Meranti Padat Mudah terbakar Jawa timur Gudang Bahan penolong Lem Cair Mudah terbakar Jawa timur Gudang Tabel 3 diatas menjelaskan jenis bahan baku dan bahan penolong yang digunakan CV Mekar Abadi. Bahan baku log albasia dan balok albasia berasal dari hutan rakyat daerah Kabupaten Wonosobo dan sebagian kecil dari daerah Kabupaten Banjarnegara. Penggunaan albasia sebagai bahan baku utama kayu lapis didasarkan karena produktivitas kayu albasia di daerah lokal sangat besar dan dominan dari kayu lainnya. Selain itu, keberadaan industri yang dekat dengan bahan baku menjadikan biaya untuk bahan baku dan transportasinya lebih hemat. Pada umumnya petani lokal menjual pada pengumpul kayu, pengumpul kayu selanjutnya menjual pada depo (tempat penggergajian kayu), setelah itu dari depo menjual pada supplier untuk dijual ke industri. Kayu diangkut menggunakan truk dan proses jual-beli dilakukan di pabrik. Jenis dan ukuran log yang digunakan oleh CV Mekar Abadi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis-jenis log CV Mekar Abadi No Jenis log Diameter log (cm) 1 Log reject < 10, Log medium < 15 3 Log super < 18, 18-19, 20-24, < 25 17

32 Log jenis super akan dibuat menjadi vinir, sedangkan log jenis medium dan reject digunakan untuk membuat balken (balok kecil yang sudah dikeringkan) sebagai bahan baku utama pembuatan block board. Kriteria bahan baku yang dapat diterima CV Mekar Abadi adalah log harus lurus, bulat, tanpa mata kayu, bukan kayu yang masih muda, dan kayu berumur lima tahun keatas. Bahan baku kayu albasia di CV Mekar Abadi juga belum bersertifikat dan hanya berupa perijinan. Dokumen yang disertai dalam proses jual beli log albasia dan balok albasia antara lain Surat Keterangan Asal Usul Kayu (SKAU), Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO), dan Daftar Kayu Olahan (DKO) atas ijin Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo. Face-back yang digunakan berasal dari kayu meranti dan dibeli dari Surabaya. Face-back berukuran 1.33 x 2.54 m 2. Meskipun sudah mempunyai mesin rotary 9 feet yang mampu mengupas kayu dengan ketebalan sangat tipis, tetapi industri belum berani memproduksi face-back karena bahan baku kayu meranti sulit untuk didapat di daerah lokal maupun di pulau Jawa. Hal ini tentu akan meningkatkan biaya produksi Teknologi Produksi Kayu Lapis CV Mekar Abadi Terlepas dari penebangan dan pemilihan kayu yang ditebang dari hutan, digram alir proses produksi kayu lapis dipaparkan pada Gambar 7. Log albasia Rotary Platform plywood Face and back Vinir Perekatan lem Pengeringan 6 hari C Perekatan lem Cold press 35 menit 95 kgf/cm 2 Hot press C 12 menit 95 kgf/cm 2 Cold press 35 menit 95 kgf/cm 2 Hot press C 4 menit 95 kgf/cm 2 Double sizer Sander finishing Sander kalibrasi Plywood Gambar 7. Diagram alir proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi 18

33 Berdasarkan diagram alir diatas, maka dapat dijelaskan teknik dan teknologi yang digunakan pada proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Bahan baku kayu gelondongan yang sudah dipotong dengan panjang 1.30 m dan diameter cm disortir dibagian logyard seperti yang tampak pada Gambar 8. Penyortiran untuk menentukan jenis dan kualitas bahan baku kayu. Gambar 8. Penyortiran log di logyard 2. Kayu gelondongan selanjutnya dibersihkan dan dikupas kulit luarnya secara manual menggunakan pisau kupas untuk menghilangkan dan membersihkan dari kotoran, batu, dan logam seperti yang tampak pada Gambar 9. Gambar 9. Pengupasan kulit luar log 3. Kayu gelondongan direndam dalam bak perendaman untuk meningkatkan kadar air sehingga tidak mudah retak jika dikupas menggunakan rotary. Namun belum ditentukan berapa lama waktu perendaman, sedangkan selama ini waktu perendaman disesuaikan dengan rencana produksi dan masuknya bahan baku. Proses perendaman dapat dilihat pada Gambar

34 Gambar 10. Perendaman log di unit proses rotary 4. Selanjutnya log albasia dikupas menggunakan rotary 3 feet yang menghasilkan lembaran vinir dengan ketebalan sesuai rencana produksi. Ukuran vinir diharuskan memiliki panjang 2.5 m dan lebar 1.27 m. Kupasan pertama dibuang sebagai limbah karena ukurannya tidak mencukupi. Kupasan kedua berupa vinir poly (vinir yang terpotong dengan lebar standar yaitu 1.27 m dan panjang yang tidak mencukupi yaitu cm). Kupasan kedua biasanya digunakan untuk membuat short core dan sering disebut sampah yang merupakan bahan baku untuk menambal (patching) kayu lapis yang berlubang atau sobek. Kupasan ketiga digunakan sebagai bahan baku long core. Ukurannya memenuhi standar dan tidak rusak atau retak seperti kupasan sebelumnya. Proses tersebut menyisakan log core dengan diameter cm. Kemudian log core dikupas dengan mesin rotary spindeless 3 feet, ketebalannya sesuai dengan rencana produksi. Proses ini menghasilkan limbah yang besar sehingga menurunkan rendeman produksi kayu lapis. Proses pengupasan log dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Log dikupas dengan mesin rotary menjadi vinir 5. Sebelum proses pengeringan, vinir disusun sebanyak lima pieces, kemudian di-stik, yaitu disisipkan balok kecil, dan vinir disusun kembali. Stik berguna untuk laju sirkulasi uap panas agar pengeringan merata sehingga meminimalkan waktu pengeringan. Satu palet terdapat 177 vinir. Proses stik dapat dilihat pada Gambar

35 Gambar 12. Vinir di-stik sebelum dimasukkan ke kiln dry 6. Pengeringan menggunakan uap panas, sumber panas berasal dari heating elemen yang dialiri oleh media pemanas (hot water) dari boiler. Selanjutnya, uap panas dialirkan ke kiln dry. Kiln dry merupakan ruang pengeringan yang menyirkulasi uap panas dan mempertahankan panas sehingga dapat mengeringkan vinir pada MC (moisture content) yang dikehendaki. Lembaran vinir yang terdiri dari long core (vinir yang seratnya memanjang atau horizontal) dan short core (vinir yang seratnya pendek dan mengarah vertikal) selanjutnya dikeringkan dalam kiln dry selama 6-16 hari dengan temperatur C. Proses ini menghasilkan produk vinir kering dengan MC maksimal sebesar 14% yang dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Vinir kering setelah keluar dari kiln dry 7. Selanjutnya dilakukan perbaikan mutu vinir dan face-back serta menggabung vinir yang terpisah (join veneer) secara manual. Proses repair dan join vinir dapat dilihat pada Gambar

36 Gambar 14. Proses join vinir 8. Vinir yang telah diperbaiki selanjutnya diangkut ke glue spreader menggunakan forklift. Vinir yang terdiri dari long core dan short core disusun secara bersilangan sehingga seratnya tegak lurus. Vinir disusun dengan ketebalan dan lapisan yang sesuai dengan rencana produksi. Vinir ini disebut platform karena belum dilapisi oleh face-back, inilah tahap I proses produksi kayu lapis yaitu tahap pembuatan platform. Selanjutnya vinir diberi perekat urea formaldehida. Perekat adalah suatu bahan yang dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Perekatan bertujuan agar produk kayu lapis kuat dan tahan lama. Proses peleburan lem dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Proses peleburan lem pada vinir 9. Platform kemudian dimasukkan dalam mesin cold press selama menit dengan tekanan 95 kgf/cm 2 untuk pengempaan dingin. Pengempaan dingin berfungsi untuk meratakan dan merekatkan lem sehingga memudahkan dalam proses hot press. Proses pengempaan dingin dapat dilihat pada Gambar

37 Gambar 16. Platform melalui proses pengempaan dingin 10.Setelah keluar dari cold press, vinir di-repair ulang dengan cara ditambal (patching) agar permukaan tetap rata dan tidak berlubang. Proses repair dan patching vinir dapat dilihat pada Gambar 17. Kemudian platform dimasukkan ke dalam mesin hot press selama 12 menit pada temperatur C dengan tekanan 95 kgf/cm 2 untuk pengempaan panas. Pengempaan panas berfungsi untuk pelengketan dan pengeringan lem dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 17. Proses repair platform Gambar 18. Platform melalui pengempaan panas 23

38 11.Platform yang sudah selesai di-press harus melalui proses repair dan pendempulan (putty) pada bagian permukaaan yang tidak rata, berlubang atau sobek, kemudian dilakukan pengampelasan (sander). Proses pendempulan dan pengampelasan dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20. Gambar 19. Proses pendempulan Gambar 20. Pengampelasan platform dengan mesin sander 12.Tahap II yaitu proses produksi kayu lapis dimulai dari penyusunan platform dan face-back sesuai rencana produksi. Kemudian direkatkan dengan lem pada glue spreader. 13.Proses selanjutnya sama dengan proses diatas yaitu dimasukkan ke cold press selama menit dengan tekanan 95 kgf/cm 2, lalu diperbaiki bagian yang berlubang dan sobek pada kayu lapis. Kayu lapis hasil repair dimasukkan ke dalam hot press selama 4 menit pada temperatur C dengan tekanan 95 kgf/cm Kayu lapis yang selesai di-press kemudian dipotong sisi panjangnya dan sisi lebarnya sesuai dengan ukuran panjang 2.44 m dan lebar 1.22 m dengan mesin double sizer. Proses double sizer dapat dilihat pada Gambar

39 Gambar 21. Proses double sizer pada kayu lapis 15.Selanjutnya dilakukan pendempulan (putty) pada permukaan kayu lapis yang tidak rata dan berlubang, lalu dilakukan pengampelasan terakhir (sander finishing). 16.Proses akhir dari produksi kayu lapis yaitu sortasi yang menentukan kelas kayu lapis sesuai dengan mutunya. Kemudian dilakukan pengepakan dan dimasukkan ke gudang yang merupakan hasil produksi yang siap dijual. Mutu produk kayu lapis sesuai dengan standar mutu negara-negara yang dituju, antara lain Cina, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, dan Timur Tengah. Negara-negara tersebut memiliki standar mutu yang tidak terlalu ketat dan tidak mewajibkan untuk bersertifikasi. Mutu yang ditetapkan meliputi pengecekan pelekatan, kadar air, jenis, berat jenis, warna, ketebalan lapisan, ukuran, kelengkungan, karakteristik natural, karakteristik pabrik, inti kayu, dan pengemasan. Produk yang bermutu didukung oleh prosedur kerja dan peran teknologi pendukung yang baik. CV Mekar Abadi belum memiliki standar operasional prosedur, tetapi perawatan mesin dilakukan secara berkala. Pengecekan mesin dilakukan sebelum melakukan produksi dan setiap minggu dilakukan perawatan mesin didukung oleh tenaga ahli mekanik. Selain itu, dengan adanya perkembangan teknologi pengolahan kayu yang dapat meningkat mutu produk, CV Mekar Abadi berusaha untuk mengadakan restrukturasi mesin kayu lapis. Restrukturasi dimulai dengan penambahan rotary 9 feet yang dapat mengkonversi log menjadi face dan back Limbah Proses Produksi Kayu Lapis Proses produksi di industri kayu lapis menghasilkan sisa produksi berupa limbah. Setiap unit proses menghasilkan limbah, antara lain limbah padat, limbah cair, dan limbah udara. Ketiga jenis limbah tersebut akan dijelaskan dibawah ini. Limbah padat dari proses produksi kayu lapis terdiri dari beberapa jenis dan dampak pencemarannya pada Tabel 5. 25

40 Tabel 5. Jenis dan dampak pencemaran limbah padat di industri kayu lapis Sumber Limbah Jenis Limbah Dampak Pencemaran Unit pembersihan log Kulit kayu basah Tanah, air Unit rotary Serbuk kayu sisa potongan log Tanah, udara Potongan log basah Tanah, air Kayu bulat busuk Tanah Serpihan kayu basah Tanah, air Serpihan kayu kering Tanah Serpihan vinir kering Tanah Unit stik Sisa tali plastik Tanah Unit repair vinir dan faceback Kertas sisa gummed tape Tanah Serpihan vinir kering Tanah Mesin glue spreader Sisa perekat (glue) Tanah Kerak sisa perekat Tanah Unit repair platform dan kayu Kerak sisa dempul Tanah, udara lapis Mesin double sizer Potongan kayu lapis Tanah Boiler Jelaga boiler Udara Abu sisa pembakaran Tanah Kerak sisa pembakaran Tanah Berdasarkan hasil pengamatan, limbah padat yang paling dominan adalah limbah kayu. Limbah kayu yang terbentuk berupa kulit kayu tidak dapat diolah, serpihan kayu dan vinir, potongan kayu yang tidak sesuai ukurannya, dan serbuk kayu. Proses produksi kayu lapis secara keseluruhan menghasilkan sisa produksi berupa limbah sekitar 40%-50%. Penanganan limbah kayu di CV Mekar Abadi berupa potongan kayu kering, kulit kayu kering, dan serbuk kayu digunakan untuk bahan bakar boiler. Bahan bakar boiler 10% nya merupakan limbah kayu yang dibeli dari luar perusahaan. Serpihan vinir kering digunakan sebagai bahan tambalan untuk repair vinir, face-back, platform, dan kayu lapis. Kulit kayu basah, potongan log basah, kayu busuk, serta sisa perekat dibuang dan ditimbun di lahan terbuka yang dimiliki perusahaan. Jika pembuangan ini terus berlanjut, maka akan terjadi akumulasi dampak lingkungan. Oleh karena itu, limbah harus diminimalkan dan diolah dengan baik. Semakin meningkatnya limbah yang dibuang maka semakin luas lahan pembuangan yang harus disediakan. Limbah tersebut juga menimbulkan bau yang tidak sedap, gangguan estetika lingkungan, serta terjadinya pencemaran tanah. Selain itu, terdapat limbah dari aktifitas pendukung berupa kerak dan abu sisa pembakaran pada boiler dan limbah domestik. Limbah domestik merupakan limbah padat sisa dari aktivitas para tenaga kerja, mengingat bahwa CV Mekar Abadi adalah industri padat karya. Limbah cair di CV Mekar Abadi berasal dari sisa pencucian glue spreader, dan buangan dari mesin-mesin seperti hot press dan peralatan lainnya. Air pencucian glue umumnya mengandung formaldehida dan amonia. Selain itu, limbah cair dari sisa pengasahan mesin kupas di unit proses rotary mengandung logam berat, air blow down boiler mengandung senyawa fosfat dan panas. 26

41 Limbah cair juga dihasilkan dari air perendaman log dan air dari aktivitas pemeliharaan mesin yang mengandung pelumas. Limbah cair domestik juga sangat besar, mengingat jumlah tenaga kerja yang sangat banyak. Limbah cair sisa pencucian glue spreader serta buangan dari mesin-mesin seperti hot press dan peralatan lainnya dialirkan melalui saluran drainase menuju bak peresapan dengan ukuran sekitar 2 x 3 m 2. Apabila ada hujan, maka debit air dari dalam akan menjadi besar dan meluap dari bak peresapan mengalir ke sungai. Pada unit proses rotary, limbah cair perendaman log dan aktivitas lainnya langsung dibuang ke sungai melalui saluran drainase yang ada di pabrik. Tabel 6. Jenis dan dampak pencemaran limbah udara di industri kayu lapis Jenis limbah Sumber limbah Pencemaran Debu kayu Pengampelasan Tanah, udara Formaldehida Pelaburan perekat, pengempaan panas Udara Amoniak Pelaburan perekat, pengempaan panas Udara Gas CL 2 Gas dari pengempaan panas Udara Gas CO 2, CO, NOx,VOC Cerobong boiler berbahan bakar kayu Udara Jelaga Boiler saat blow up Tanah, udara Uap aseton dan toluen Dempul Udara Uap air dan VOC Pengeringan vinir Udara Kebisingan Mesin produksi Udara Sumber : Nurendah (2006) Tabel 6 menjelaskan bahwa limbah udara secara spesifik dari produksi kayu lapis dapat dihasilkan dari beberapa bahan kimia. Dalam penanganan debu kayu, CV Mekar Abadi menggunakan mesin penghisap debu (cyclon) yang ditempatkan dibagian pabrik untuk menghisap debu hasil proses produksi. Jumlah mesin cyclon yang terbatas, dua buah, maka bagi pekerja masih dirasa terganggu. Oleh karena itu, CV Mekar Abadi menghimbau pekerja untuk memakai masker. Pada umumnya pabrik kayu lapis menggunakan cyclon untuk menangkap debu kayu, tetapi debu di atas 400 mesh sulit untuk dipisahkan dengan metode ini. Partikel yang berukuran lebih kecil dari 5 mikron dapat mencapai alveoli dan 1 mikron memiliki peluang besar untuk mengendap di paruparu, sementara pabrik yang telah menginvestasikan alat ini lima kali lebih mahal (King and Magid, 1980). Limbah B3 yang terdapat di CV Mekar Abadi yaitu ceceran oli pada mesin glue spreader, sisa cairan pengasahan pisau yang mengandung logam, dan oli bekas pada unit proses rotary. Limbah B3 yang terbuang langsung ke lingkungan akan mengakibatkan pencemaran dan berbahaya bagi kelangsungan ekosistem pada lingkungan tersebut Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap karyawan memiliki resiko dalam menjalankan aktivitas produksi selama proses produksi berlangsung dalam suatu pabrik. Kecelakaan kerja menjadi resiko yang tidak dapat dihindari apabila seorang karyawan kurang hati-hati. Resiko ini dapat menimbulkan dampak dalam jangka waktu yang pendek sampai jangka waktu yang panjang tergantung dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut. Apabila resiko ini diacuhkan oleh perusahaan, maka perusahaan dianggap lalai 27

42 dengan hak pekerja karena tidak ada pencegahan maupun penanganan kecelakaan kerja. Hal ini akan memperburuk citra perusahaan dan akan menimbulkan dampak sosial. K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) merupakan jaminan yang wajib diberikan perusahaan kepada karyawan dalam melakukan hubungan kerja. Sistem K3 ini diimplementasikan dalam Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja dan penyelenggaraannya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun Menurut UU No 3 Tahun 1992, jaminan sosial tenaga kerja merupakan suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Sistem K3 yang baik akan mendukung program produksi bersih. Apabila perusahaan memberikan jamsostek maka produktivitas karyawan akan meningkat sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Hal ini akan meningkatkan good housekeeping pada semua unit proses sehingga meningkatkan efisiensi produksi serta limbah yang terbuang dapat diminimalisir. Menurut UU No 14 Tahun 1993, jaminan sosial tenaga kerja yang menanggulangi resiko-resiko kerja sekaligus akan menciptakan ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan produktivitas kerja. CV Mekar Abadi telah memakai jamsostek selama lebih dari satu tahun, namun pada kenyataannya implementasi jamsostek ini masih belum dirasakan oleh karyawan. Hal ini terbukti dari kurangnya perlindungan kerja terhadap karyawan yang melakukan aktivitas produksi pada mesinmesin yang menghasilkan limbah B3 maupun mesin-mesin yang berbahaya. Karyawan juga belum mengerti dan peduli dengan pentingnya K3. Apabila dibiarkan terus-menerus akan terjadi dampak sosial dan penurunan produktivitas perusahaan. CV Mekar Abadi memberikan masker kain sebagai perlindungan pekerja agar tidak mengganggu saluran pernafasan akibat debu kayu, tetapi sebagian besar pekerja pada setiap unit proses tidak menggunakan masker. Hal ini mengartikan bahwa pekerja belum mengerti tentang K3. Beberapa proses yang membutuhkan K3 yang ketat yaitu proses pengupasan pada mesin rotary, peleburan lem, pengempaan panas, pengampelasan, dan pembakaran pada boiler. Proses pengupasan log pada mesin rotary dan proses pengampelasan pada mesin sander menghasilkan kebisingan sehingga dapat mengurangi kenyamanan pekerja dalam melaksanakan proses produksi. Selain itu, pekerja pada unit-unit tersebut tidak memakai alat perlindungan pendengaran karena tidak tersedianya alat tersebut. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus maka indra pendengaran pekerja akan mengalami penurunan fungsi. Oleh karena itu, diperlukan perlindungan saluran pendengaran bagi pekerja berupa pemberian earplug. Pada proses pelaburan lem terdapat gas yang mengandung formaldehida dan amonia. Dampak formaldehida pada kesehatan manusia dapat bersifat (Amiruddin, 2006) : 1. Akut Akut berarti akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formaldehida dalam jumlah yang banyak. Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah iritasi, alergi, sakit kepala, mual, diare, dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. 2. Kronik Efek kronik terjadi apabila terpapar formaldehida dalam jangka waktu yang lama dan berulang adalah sensitisasi dan kanker. Apabila terpapar terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal dan jantung, iritasi kemungkinan parah, mata berair, gangguan pada 28

43 pencernaan, dan sistem syaraf pusat. Efek samping ini terlihat setelah jangka panjang karena terjadi akumulasi formaldehida didalam tubuh. 3. Karsinogenik Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa formaldehida merupakan bahan yang memiliki potensi karsinogenik. Paparan formaldehida diikuti peningkatan resiko kanker nasal dan tumor nasal diamati pada tikus yang menghirup formaldehida jangka panjang. Meningkatnya leukimia dan tumor saluran cerna pada tikus yang mengandung formaldehida. Menurut Hopp (1983), amonia merupakan bahan beracun korosif yang bersifat iritan terhadap manusia. Efek amonia terhadap manusia meliputi saluran pernafasan, mata, kulit, dan saluran cerna. Cairan amonia dapat terurai menjadi gas amonia yang merupakan gas beracun. Jika terhirup gas amonia ini akan mengakibatkan iritasi maupun infeksi paru-paru. Para pekerja pada proses peleburan lem memakai pelindung berupa masker kain, celemek, dan sepatu boot. Sebaiknya perusahaan memberikan masker filter udara atau masker corong dan kacamata safety agar meminimalkan resiko terhadap kesehatan pekerja. Pada proses pengempaan panas juga menghasilkan gas formaldehida, amonia dan gas Cl 2. Klorin sangat potensial untuk terjadinya penyakit di kerongkongan dan hidung. Terjadi iritasi tinggi ketika gas tersebut dihirup serta dapat menyebabkan kulit terbakar dan iritasi mata. Jika berpadu dengan udara lembab, asam hidroklorik dan hipoklorus dapat mengakibatkan peradangan jaringan tubuh yang terkena. Akibat-akibat yang kronis untuk jangka panjang dari pengaruh gas klorin, ada kemungkinan menjadi tua sebelum waktunya, menimbulkan masalah dengan cabang tenggorok, kecenderungan munculnya penyakit paru-paru seperti TBC dan emphisema (Widyastuti, 2005). Pekerja pada proses pengempaan panas hanya memakai masker kain. Sebaiknya perusahaan juga memberikan masker filter udara dan pelindung mata agar meminimalkan resiko terhadap kesehatan pekerja. Pekerja pada mesin boiler memiliki resiko yang tinggi karena pembakaran yang terjadi pada boiler menghasilkan suhu yang tinggi sehingga kondisi lingkungan sekitar menjadi panas. Selain itu, terkadang percikan api yang besar keluar dari tungku dan sangat dekat dengan pekerja. Pekerja hanya memakai masker kain untuk melindungi saluran pernafasan dari jelaga dan gas CO 2, CO, NOx, VOC. Dampak keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah pariferal yang parah. Kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal, gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal. Oksida nitrogen seperti NO dan NO 2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO 2 empat kali lebih beracun daripada NO. Penelitian terhadap hewan percobaan yang diberi NO dengan dosis tinggi memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syaraf dan kekejangan. NO 2 bersifat racun terutama pada paru (Widyastuti, 2005). Oleh karena itu, untuk pencegahan sebaiknya perusahaan memberikan baju pelindung panas, masker filter udara atau masker corong, dan kacamata safety. 29

44 4.2 Strategi Produksi Bersih Pengelolaan Lingkungan di CV Mekar Abadi CV Mekar Abadi belum memiliki sertifikat ISO seri tentang sistem manajemen lingkungan karena keterbatasan modal, tetapi perusahaan berkomitmen untuk menjaga dan memelihara lingkungan yang berkelanjutan. Terbukti bahwa perusahaan telah melakukan beberapa alternatif pengelolaan lingkungan yang dapat dilihat pada Tabel 7. Unit proses Tabel 7. Pengelolaan lingkungan yang diterapkan CV Mekar Abadi Pengelolaan lingkungan Rotary Penggunaan sisa core untuk dijadikan balken Penggunaan vinir sampah untuk join core Penggunaan limbah untuk bahan bakar boiler Boiler Recycle air untuk pengisian boiler dengan memanfaatkan kondensat dari uap panas Double sizer Join core Penggunaan limbah untuk bahan bakar boiler Penggunaan limbah untuk bahan bakar boiler Analisis Penerapan Produksi Bersih Analisis ini bertujuan untuk mengetahui potensi penerapan produksi bersih di CV Mekar Abadi. Analisis meliputi tiga aspek, yaitu teknik-teknologi, finansial, dan politis. Sebelum melakukan analisis, neraca massa harus dihitung dan dikaji terlebih dahulu. Neraca massa dapat membantu untuk mengetahui sumber limbah dan dapat membantu dalam analisis untuk menentukan opsi produksi bersih yang tepat untuk meminimalkan bahan baku, energi, dan limbah yang terbuang. Neraca massa CV Mekar abadi dapat dilihat pada Gambar

45 Log albasia m 3 Platform plywood Face and back m m 3 Rotary Limbah kayu m m 3 Vinir m 3 Kadar Air 50% pengeringan Uap air 36% Glue 0.14 m 3 perekatan m m 3 Cold press Loss tebal 1.06 m 3 Glue 0.14 m m 3 Vinir m 3 Kadar Air 14% perekatan m m 3 Hot press Doble sizer Sander Loss tebal 0.33 m 3 Potongan kayu 0.98 m 3 Serbuk kayu 0.33 m 3 Cold press m 3 Hot press m 3 Sander m 3 Loss tebal 1.07 m 3 Loss tebal 1.65 m 3 Serbuk kayu 0.99 m 3 Plywood m 3 Gambar 22. Neraca massa proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi Neraca massa diatas dapat menghasilkan perhitungan rendemen sebesar 44%. Berarti masih banyak limbah yang dihasilkan dari proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi. Berdasarkan neraca massa dapat dilihat bahwa jumlah limbah terbesar ada di unit proses rotary, sedangkan unitunit proses lain yang menghasilkan loss dan limbah adalah cold press, hot press, double sizer, dan sander. Sumber-sumber limbah yang telah diketahui melalui neraca massa selanjutnya dikaji dengan analisis teknik-teknologi yang akan menghasilkan opsi-opsi produksi bersih yang tepat Analisis Teknik-Teknologi Pada CV Mekar Abadi terdapat beberapa teknik-teknologi yang kurang tepat dan cenderung merugikan perusahaan pada beberapa unit proses dan aktivitas produksi. Teknik-teknologi tersebut selanjutnya dianalisis sehingga dapat dicari solusi untuk teknik-teknologi yang tepat dan berguna meningkatkan produktivitas perusahaan. Tabel 8 dan 9 menjelaskan tentang peluang opsi produksi bersih pada unit proses dan aspek kegiatan di CV Mekar Abadi. 31

46 Unit proses Sortir log Rotary Join core Glue spreader Cold press Hot press Sander Boiler Tabel 8. Opsi produksi bersih pada setiap unit proses Opsi produksi bersih Good housekeeping: penyortiran log yang masuk harus teliti Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: Pengontrolan MC pada vinir Penggantian air pada bak perendaman serta mengontrol ph dan suhu Good housekeeping: penanganan vinir dan face-back yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Good housekeeping: pengontrolan input glue melalui pipa ke mesin glue spreader agar tidak tumpah Good housekeeping: pengontrolan roll di glue spreader agar glue tidak meluap dan tumpah. Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan serta temperatur Good housekeeping: pengecekan mesin terutama mengecek ketersediaan amplas sebelum produksi Pemasangan termometer pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam Good housekeeping sebaiknya dilakukan pada penyortiran log secara teliti dan mempunyai standar yang jelas. Log albasia sebagai material input minimal berumur 5 tahun. Namun, seringkali log albasia yang berumur 3 tahun masih dijadikan material input. Akibatnya vinir mudah pecah karena umur kayu yang masih muda. Selain itu, terkadang log yang sudah busuk juga dijadikan material input. Pada unit proses rotary, penggulungan vinir masih dilakukan secara semi-otomatis dengan tenaga manusia dibantu mesin penggulung. Vinir mudah retak dan terputus karena tarikan oleh tenaga kerja serta getaran yang ditimbulkan oleh mesin penggulung yang frekuensinya sangat besar. Penggunaan konveyor sangat membantu untuk meminimalkan tarikan dan getaran sehingga tidak diperlukan mesin penggulung. Vinir yang dihasilkan dari mesin rotary selanjutnya disusun dan menunggu untuk proses selanjutnya. Vinir didiamkan hingga beberapa hari, sehingga kadar air vinir naik jika cuaca hujan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengontrolan MC vinir untuk memudahkan penanganan pada proses selanjutnya. Air pada bak perendaman tidak pernah diganti sehingga warna air menjadi hitam dan keruh. Suhu dan ph pada bak perendaman juga tidak pernah dikontrol. Jika dibiarkan maka akan berakibat log menjadi rusak karena zat dan kotoran pada air. Selain itu mutu produk juga akan menurun. Pada unit proses join core, seringkali vinir dan face-back mudah sobek dan rusak karena pekerja kurang hati-hati dalam repair dan penanganannya. Hal ini dapat merugikan perusahaan 32

47 karena mutu produk kayu lapis turun serta meningkatnya biaya produksi untuk menambahkan dempul. Oleh karena itu, pelatihan untuk pekerja menjadi sangat penting. Pipa yang mengalirkan glue menuju glue spreader berupa pipa plastik setengah lingkaran untuk memudahkan pembersihan pipa. Namun terkadang pekerja lalai dalam pengontrolan kran untuk aliran glue sehingga glue tumpah karena laju alir yang besar. Oleh karena itu, sebaiknya pekerja melakukan pengontrolan dengan baik. Selain itu, glue sering tumpah di mesin glue spreader karena melebihi kapasitas roll. Oleh karena itu, pekerja sebaiknya mengatur dan mengontrol roll sebelum dialirkan glue. Tumpahan glue di lantai produksi dan mesin meningkatkan limbah yang dibuang. Modifikasi mesin untuk menampung dan me-reuse glue yang tumpah dapat meminimalkan limbah. Tekanan di cold press terkadang tidak terkontrol dan tekanannya sangat besar karena kerusakan pada pressure gage. Akibatnya mengurangi ketebalan kayu lapis yang dihasilkan karena tekanan yang besar. Hal ini dapat merugikan perusahaan karena kayu lapis tidak dapat dijual dengan ketebalan yang kurang dari standar. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pengecekan sebelum produksi. Sama halnya dengan hot press juga sebaiknya dilakukan pengecekan sebelum produksi. Proses produksi kayu lapis sering terhenti bahkan sampai satu hari karena tidak tersedianya amplas pada sander. Penurunan produktivitas dapat menurunkan keuntungan perusahaan. Seharusnya dilakukan pencegahan dengan pengecekan ketersediaan amplas sebelum berproduksi. Temperatur pada boiler tidak bisa diketahui karena tidak adanya termometer pada boiler. Oleh karenanya perlu dipasang hygro-termometer pada boiler. Temperatur pada ruang pengeringan (kiln dry) biasanya tidak memenuhi standar yaitu C. Hal ini dikarenakan pipa besi yang mengalirkan steam tidak dilapisi sehingga panas steam keluar ke lingkungan sekitar. Sebaiknya pipa steam dilapisi glasswhole agar menahan panas steam. Aspek kegiatan Lay out SOP IPAL K3 Tabel 9. Opsi produksi bersih pada aspek kegiatan Aktivitas perbaikan Tata letak pabrik diperbaiki dengan memindahkan mesin doble sizer sebelum sander finishing. Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair Pemberian masker filter udara atau masker corong, kacamata safety, baju anti api, dan earplug pada pekerja di unit proses yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja Lay out ruang proses produksi kayu lapis pada Lampiran 3 menunjukkan letak double sizer setelah sander finishing. Menurut diagram alir proses produksi seharusnya double sizer merupakan tahap proses sebelum tahap proses sander finishing. Hal ini berakibat ketidakteraturannya proses distribusi bahan dan menyebabkan voluminous pada ruang pabrik. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pemindahan mesin. CV Mekar Abadi belum memiliki standar operasional prosedur, akibatnya banyak pekerja yang belum mengerti pentingnya tata cara operasi untuk meningkatkan mutu produk dan mengurangi limbah. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin. Standar operasional prosedur juga mencegah terjadinya pemborosan energi dan bahan baku. Limbah cair pada unit proses kayu lapis hanya ditampung oleh bak peresapan, sehingga jika hujan akan meluap dan mengalir ke sungai. Hal ini sangat membahayakan bagi lingkungan sekitar karena adanya kandungan zat B3 dan logam berat dalam limbah cair. Oleh karena itu, instalasi pengolahan air limbah sangat diperlukan. Instalasi pengolahan air limbah yang disarankan yaitu IPAL 33

48 dengan lumpur aktif dengan melihat kondisi lahan CV Mekar Abadi yang tidak luas untuk IPAL. IPAL dengan lumpur aktif memiliki beberapa kriteria yang diinginkan perusahaan, yaitu : 1. Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu air limbah yang disyaratkan. 2. Pengelolaan harus mudah. 3. Konsumsi energi sedapat mungkin rendah. 4. Biaya operasinya rendah. 5. Lumpur yang dihasilkan kecil. 6. Dapat digunakan untuk air limbah dengan BOD yang cukup besar. 7. Dapat menghilangkan amonia sampai mencapai standar baku mutu yang berlaku. 8. Perawatan mudah dan sederhana. Pada kenyataannya, CV Mekar Abadi belum mampu untuk melaksanakan semua opsi produksi bersih karena keterbatasan modal dan waktu. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan beberapa opsi yang berpotensi untuk diterapkan pada CV Mekar Abadi dengan besarnya modal dan waktu yang sesuai. Pemilihan opsi produksi bersih didasarkan pada unit proses dan mesin yang menjadi sumber limbah terbesar dalam neraca massa. Selain itu, opsi yang dipilih juga berpotensi untuk menghasilkan keuntungan paling besar. Tabel 10 menjelaskan beberapa potensi opsi produksi bersih yang direkomendasikan untuk diterapkan di CV Mekar Abadi. Unit proses dan aspek kegiatan Rotary Join core Glue spreader Boiler Tabel 10. Potensi opsi produksi bersih di CV Mekar Abadi Opsi produksi bersih yang dapat diterapkan Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: penanganan vinir dan face-back yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Pemasangan termometer pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam SOP IPAL Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair Analisis Finansial Analisis finansial digunakan untuk memperkirakan biaya yang diperlukan dalam penerapan produksi bersih serta menghitung keuntungan dan penghematan dari penerapan produksi bersih. Analisis finansial pada opsi produksi bersih dibagi menjadi tiga prioritas. Prioritas pertama ditandai dengan tiga bintang (***). Prioritas pertama menunjukkan opsi yang penting untuk dilaksanakan. Prioritas kedua ditandai dengan dua bintang (**). Prioritas kedua menunjukkan opsi yang cukup penting untuk dilaksanakan. Prioritas ketiga ditandai dengan satu bintang (*). Prioritas ketiga menunjukkan opsi yang kurang penting untuk dilaksanakan. Biaya dari opsi produksi bersih yang harus dilakukan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12, sedangkan rincian biaya dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6. 34

49 Tabel 11. Analisis finansial opsi produksi bersih pada unit-unit proses Unit proses Opsi produksi bersih Biaya (Rp) Prioritas Sortir log Rotary Join core Glue spreader Cold press Hot press Sander Boiler Good housekeeping: penyortiran log yang masuk harus teliti Penggantian air pada bak perendaman serta mengontrol ph dan suhu 0 ** 400,000 ** Good housekeeping: Pengontrolan MC pada vinir 0 ** Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: penanganan vinir dan faceback yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Good housekeeping: pengontrolan input glue melalui pipa ke mesin glue spreader agar tidak tumpah Good housekeeping: pengontrolan roll di glue spreader agar glue tidak meluap dan tumpah. Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan serta temperatur Good housekeeping: pengecekan mesin terutama mengecek ketersediaan amplas sebelum produksi Pemasangan termometer hygro analog pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam 112,524,000 *** 0 *** 0 ** 0 ** 3,360,000 *** 0 * 0 * 0 ** 340,000 *** 51,625,350 *** Aspek kegiatan Lay out SOP Tabel 12. Analisis finansial opsi produksi bersih pada aspek kegiatan Aktivitas perbaikan Biaya (Rp) Prioritas Tata letak pabrik diperbaiki dengan memindahkan mesin doble sizer sebelum sander finishing. Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin 10,000,000 * 150,000 *** IPAL Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair 38,593,677 *** K3 Pemberian masker corong, kacamata safety, baju anti api, dan earplug pada pekerja di unit proses yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja 23,100,000 ** 35

50 Berdasarkan opsi produksi bersih yang telah direkomendasikan dan mempunyai prioritas penting, maka perhitungan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 13. Unit proses dan aspek kegiatan Rotary Join core Glue spreader Tabel 13. Biaya investasi opsi produksi bersih yang direkomendasikan Opsi produksi bersih yang dapat diterapkan Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: penanganan vinir dan face-back yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Biaya (Rp) 112,524, ,360,000 Boiler Pemasangan termometer pada boiler 340,000 SOP Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam 51,625,350 Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin 150,000 IPAL Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair 38,593,677 Total biaya investasi 206,593,027 Apabila opsi produksi bersih dilaksanakan, maka perhitungan dilakukan dengan asumsi sebagai berikut : 1. Penggantian penggulungan vinir menggunakan konveyor dan penanganan join core yang baik dapat mengurangi down grade yang rata-rata 40 plywood per hari menjadi 38 plywood per hari. Keuntungan perusahaan sebesar Rp 200,000/ hari dengan harga plywood per satuan sebesar Rp 100, Modifikasi penampung glue akan mengurangi glue yang terbuang sekitar 1 kg per hari dan menghemat biaya produksi perusahaan dari recycle glue sekitar minimal Rp 15,000 per harinya. 3. Pemasangan termometer pada boiler serta pelapisan pipa steam dapat mempercepat pengeringan yang tadinya 6 hari menjadi 1.5 hari. Hal ini dapat menghemat biaya produksi listrik dan air per harinya Rp 2,678, Perusahaan membeli bahan bakar boiler 10%, bahan bakar boiler dari limbah pabrik 90%. Harga limbah Rp 1,700,000, sehingga penghematan sebesar Rp 17,188,889 per bulan. Dari hasil perhitungan biaya investasi serta keuntungan dan penghematan dari penerapan produksi bersih, maka payback period dapat dihitung: Payback Period = = = 3 bulan 5 hari 36

51 Analisis Politis Analisis politis berguna untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi posisi CV Mekar Abadi. Faktor-faktor internal ditentukan dari pengamatan kondisi internal perusahaan seperti kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor eksternal ditentukan dari pengamatan kondisi diluar perusahaan yang akan berdampak pada jalannya perusahaan disertai berbagai peluang dan ancamannya bagi perusahaan. Berdasarkan kondisi perusahaan, selanjutnya akan dianalisis alternatif strategi menggunakan matrik SWOT. Selain itu, analisis politis juga digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara tujuan yang diharapkan industri melalui program produksi bersih dengan beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan industri, aktor lain yang mempunyai peran dalam industri seperti pemerintah dan masyarakat. Selanjutnya, keterkaitan tersebut akan menghasilkan urutan alternatif strategi yang dapat digunakan industri untuk mencapai tujuan dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Langkah terakhir adalah menentukan beberapa strategi yang tepat digunakan oleh CV Mekar Abadi berdasarkan hasil yang didapat dari matrik SWOT, dan AHP Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threath) Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT Pendekatan kuantitatif matriks SWOT digunakan untuk melihat posisi CV Mekar Abadi berdasarkan evaluasi terhadap faktor internal perusahaan maupun faktor eksternal perusahaan. Faktor internal ditentukan dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki CV Mekar Abadi. Faktor eksternal ditentukan dari peluang dan ancaman yang datang dari luar perusahaan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di CV Mekar Abadi, diperoleh gambaran kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berkaitan dengan prinsip produksi bersih sebagai berikut. Kekuatan (Strengths). Berdasarkan wawancara dan pengamatan, kekuatan yang dimiliki oleh CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Produk kayu lapis CV Mekar Abadi memiliki kualitas yang baik, terbukti dari 90% produk kayu lapis diekspor ke negara Cina, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, dan Timur Tengah. Sebanyak 10% produk kayu lapis dipasarkan di dalam negeri. 2. Komitmen kuat dari manajemen puncak yaitu direktur utama terhadap kualitas kayu lapis dengan membentuk bagian khusus quality control yang terdapat di masing-masing unit proses. 3. Perawatan mesin-mesin produksi secara berkala yaitu satu minggu sekali dan pengecekan mesin sebelum produksi oleh ahli mekanik dapat meningkatkan efisiensi produksi. 4. Volume limbah kayu yang besar dimanfaatkan perusahaan sebagai bahan bakar mesin boiler, sehingga dapat menghemat energi yang dibutuhkan. 5. Potensi sumber daya manusia yang besar karena CV Mekar Abadi menggunakan sistem padat karya dalam menjalankan produksi. 6. Lokasi CV Mekar Abadi dekat dengan bahan baku karena bahan baku diperoleh dari daerah sekitar Kabupaten Wonosobo. 7. CV Mekar Abadi memberikan bibit kepada dinas perhutani di sekitar wilayah pabrik dan petani daerah dalam rangka program reboisasi setiap tahunnya. Hal ini dapat meningkatkan potensi hutan dan bahan baku yang berkelanjutan. 8. Perlindungan K3 terhadap karyawan telah dilakukan melalui keikutsertaan CV Mekar Abadi dalam Jamsostek. 37

52 Kelemahan (Weaknesses). Kondisi yang menunjukkan kelemahan CV Mekar Abadi dalam penerapan produksi bersih sebagai berikut. 1. Upaya pengelolaan dan pemanfaatan limbah belum sepenuhnya ditangani karena masih banyak limbah yang dibuang di landfill. Tempat pembuangan limbah ini akan berdampak pada masyarakat sekitar seperti pencemaran udara, merusak lapisan tanah, dan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap. 2. Kurang kesadaran karyawan dalam pengelolaan lingkungan industri karena masih banyak dilakukan pemborosan terhadap bahan baku dan energi. 3. Belum dilakukan perhitungan volume limbah dan biaya terhadap pengendalian limbah menjadi kendala dalam meminimalkan limbah dan meningkatkan efisiensi produksi. 4. Belum ada SOP (Standard Operating Prosedure) sehingga karyawan kurang mengerti tata cara operasi yang baik. 5. Tingkat efisiensi bahan baku masih rendah terbukti dari masih besarnya limbah kayu yang dibuang. 6. Kurangnya manajemen operasional akibat dari manajemen CV Mekar Abadi yang belum terorganisir dengan baik dan job description yang belum jelas. 7. Kurangnya pengembangan sumber daya manusia melalui training pekerja. 8. Tidak adanya sertifikasi terhadap bahan baku, mutu produk, maupun manajemen lingkungan akan mempersulit perluasan pasar internasional. 9. Daya dukung hutan rakyat belum dapat memenuhi kapasitas produksi karena dalam setiap tahunnya perusahaan mengalami masa sulit dalam memenuhi bahan baku. Perusahaan bahkan harus membeli bahan baku dari luar daerah. Peluang (Opportunities). Peluang yang muncul dari penerapan program produksi bersih bagi CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Areal hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatan seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kelangkaan bahan baku. 2. Keanekaragaman hayati yang besar perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatan seefektif dan seefisien mungkin. Dengan demikian, akan lebih banyak sumber daya hutan yang dapat dimanfaatkan. 3. Semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan ditandai dengan semakin meningkatnya perhatian dan minat masyarakat dengan produk yang ramah lingkungan. 4. Pelaksanaan program produksi bersih meningkatkan kepercayaan internasional terhadap produk kayu lapis yang dihasilkan. 5. Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse hasil samping sehingga dapat memberikan nilai tambah. 6. Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce limbah dan meminimalkan dampak lingkungan. 7. Produksi bersih dapat memberikan peluang terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya. 8. Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi produksi dan memperbaiki kualitas manajemen. 9. Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan produktivitas. 38

53 Ancaman (Threats). Kondisi yang muncul yang dapat menjadi ancaman bagi CV Mekar Abadi dalam penerapan program produksi bersih sebagai berikut. 1. Semakin terbatasnya sumber daya hutan khususnya stok kayu bulat menjadi ancaman perusahaan pada masa mendatang. 2. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan perusahaan untuk menggunakan sertifikasi dapat mengancam perusahaan karena terbatasnya modal finansial perusahaan. 3. Tekanan dunia internasional terhadap perkayuan Indonesia senantiasa dihubungkan dengan kelestarian hutan di Indonesia. Perlunya keterbukaan dan negosiasi yang baik agar pemasaran kayu lapis dapat berlangsung secara lancar. 4. Penebangan liar dapat mengancam ketersediaan bahan baku kayu bulat. 5. Kurangnya informasi tentang teknologi yang ramah lingkungan dan belum banyak terjadi alih teknologi yang berhasil dari negara maju yang seharusnya telah dilakukan, sehingga belum terjadi efisiensi yang diharapkan. 6. Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan di masa datang menjadi ancaman bagi perusahaan. 7. Krisis moneter merupakan ancaman karena apabila kondisi tersebut berkelanjutan akan membawa dampak yang kurang baik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya langkah antisipasi. 8. Persaingan dengan industri-industri kayu lapis lainnya yang telah bersertifikasi merupakan ancaman bagi perusahaan dalam pemasaran produk kayu lapis. 9. Hubungan dengan masyarakat sekitar harus senantiasa harmonis agar tidak terjadi konflik. Oleh karena itu perlu adanya CSR (corporate social responsibility) untuk membantu masyarakat sekitar. 10. Ketidakpastian hukum yang terjadi sampai saat ini menimbulkan ketidaknyamanan. Misalnya pungutan liar pada saat pengangkutan bahan baku yang tidak ditindak secara tegas dengan hukum yang berlaku. Langkah selanjutnya yaitu menentukan peringkat dan bobot dari setiap faktor dengan pengisian kuisioner dari enam responden ahli. Contoh kuisioner dan data responden terdapat pada Lampiran 9 dan Lampiran 7. Pengisian peringkat setiap faktor dilakukan dengan cara checklist, sedangkan penilaian bobot setiap faktor menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai perbandingan yang digunakan adalah skala 1-9. Kemudian penentuan peringkat setiap faktor diambil dari rata-rata nilai peringkat dari enam responden ahli. Perhitungan bobot setiap faktor menggunakan perhitungan geo mean. 39

54 Tabel 14. Analisis faktor internal dan eksternal 1. Kekuatan (Strength) Bobot Rating Skor Produk kayu lapis memiliki kualitas baik terbukti 1 banyaknya importir dari negara Timur Tengah, Korea, Cina, dan Taiwan 2 Komitmen kuat dari manajemen puncak terhadap kualitas produk kayu lapis Proses produksi yang didukung dengan adanya perawatan mesin-mesin secara berkala Volume limbah yang cukup besar untuk dilakukan pengendalian dan pemanfaatan Potensi sumber daya manusia yang besar Lokasi industri dekat dengan bahan baku Perusahaan kayu lapis tersebut mempunyai reputasi yang baik di pasar domestik maupun internasional Program reboisasi oleh industri dalam rangka sustainable development Adanya perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja Komitmen yang kuat dari manajemen puncak terhadap manajemen lingkungan, termasuk produksi bersih Total skor kekuatan Kelemahan (Weaknesses) 1 Upaya pengelolaan dan pemanfaatan limbah belum sepenuhnya ditangani Kurangnya kesadaran karyawan terhadap pengelolaan lingkungan industri Belum dilakukan perhitungan volume limbah dan biaya terhadap pengendalian limbah Belum ada SOP (Standard Operating Prosedure) Tingkat efisiensi bahan baku masih rendah Kurangnya manajemen operasional Kurangnya pengembangan sumber daya manusia Belum adanya sertifikasi bahan baku terkait dengan sustainable development Belum adanya sertifikasi mutu produk kayu lapis maupun sertifikasi manajemen lingkungan Daya dukung hutan rakyat belum dapat memenuhi kapasitas produksi Total skor kelemahan Skor Kekuatan Skor Kelemahan ( )

55 Tabel 14. Analisis faktor internal dan eksternal (lanjutan) 3. Peluang (Opportunities) Bobot Rating Skor 1 Areal hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatannya efektif dan efisien Keanekaragaman hayati hutan perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatannya efektif dan efisien 3 Semakin meningkatnya kepedulian masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan Peluang pasar domestik maupun internasional yang besar Pelaksanaan program produksi bersih meningkatkan kepercayaan internasional terhadap produk kayu lapis 6 Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse hasil samping sehingga dapat memberikan nilai tambah 7 Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce limbah dan meminimalkan dampak lingkungan Produksi bersih dapat memberikan peluang terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya 9 Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi produksi dan memperbaiki kualitas manajemen Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan produktivitas Total skor peluang Ancaman (Threat) 1 Terbatasnya sumber daya hutan Kebijakan pemerintah Tekanan dunia internasional terhadap produk perkayuan Indonesia Penebangan liar Belum ada transfer teknologi Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan Krisis moneter Persaingan dengan industri-industri kayu lapis lainnya Hubungan antara industri kayu lapis dengan masyarakat sekitar (corporate social responsibility) Ketidakpastian hukum Total skor ancaman Skor Peluang Skor Ancaman ( ) Tabel 14 memperlihatkan langkah penentuan skor faktor internal dan faktor eksternal yang akan diplotkan pada matriks SWOT. Penentuan posisi sumbu X dengan cara total skor kekuatan ( ) dikurangi total skor kelemahan ( ) sehingga menghasilkan nilai Penentuan 41

56 posisi sumbu Y dengan cara total skor peluang ( ) dikurangi total skor ancaman ( ) sehingga menghasilkan nilai (1.22 ; 1.00) Gambar 23. Posisi CV Mekar Abadi dalam matriks SWOT Grafik matriks SWOT diatas menunjukkan bahwa posisi CV Mekar Abadi berada pada kuadran I. Posisi ini menandakan sebuah industri yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Langkah selanjutnya, untuk memperoleh alternatif strategi yang tepat berdasarkan prinsip produksi bersih dilakukan pendekatan kualitatif matriks SWOT. Pendekatan ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya. Pendekatan ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. 1. Strategi SO (Strength-Opportunity) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST (Strength-Threat) Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT (Weakness-Threat) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 42

57 Eksternal Internal Opportunity (O) 1. Hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya 2. Keanekaragaman hayati hutan perlu terjamin kelangsungannya 3. Meningkatnya kepedulian masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan 4. Peluang pasar yang besar 5. Pelaksanaan produksi bersih meningkatkan kepercayaan internasional 6. Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse 7. Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce 8. Produksi bersih dapat meningkatan efisiensi dan efektivitas 9. Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi dan kualitas manajemen 10. Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan produktivitas Threat (T) 1. Terbatasnya sumber daya hutan 2. Kebijakan pemerintah 3. Tekanan dunia internasional terhadap produk perkayuan Indonesia 4. Penebangan liar 5. Belum ada transfer teknologi 6. Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan 7. Krisis moneter 8. Persaingan dengan industriindustri kayu lapis lainnya 9. Hubungan antara industri kayu lapis dengan masyarakat sekitar (corporate social responsibility) 10. Ketidakpastian hukum Tabel 15. Penentuan strategi dengan matrik SWOT. Strength (S) 1. Produk kayu lapis memiliki kualitas baik 2. Komitmen dari manajemen terhadap kualitas produk 3. Proses produksi didukung perawatan mesin-mesin 4. Pengendalian terhadap volume limbah yang besar 5. Potensi SDM yang besar 6. Lokasi industri dekat dengan bahan baku 7. Reputasi perusahaan yang baik di pasaran 8. Program reboisasi oleh industri dalam rangka sustainable development 9. Adanya perlindungan terhadap K3 10. Komitmen terhadap manajemen lingkungan Strategi SO 1. Peningkatan kualitas produk kayu lapis dengan program produksi bersih dapat memperluas pasar. (Strength 1,2,7 : Opportunity 4,5) 2. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. (Strength 3,4,6 : Opportunity 1,6-10) 3. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan sistem K3 melalui program produksi bersih. (Strength 5,8-10 : Opportunity 1-3,6-8,10) Strategi ST 1. Peningkatan kualitas kayu lapis melalui penerapan program produksi bersih sehingga meningkatkan efisiensi bahan baku dan energi serta meminimalkan limbah. (Strength 1-10 : Threat 1,3-9) 2. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah. (Strength 8-10 : Threat 2,7,10) Weakness (W) 1. Pengelolaan limbah belum sepenuhnya ditangani 2. Kurangnya kesadaran karyawan terhadap pengelolaan lingkungan 3. Belum ada perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah 4. Belum ada SOP 5. Tingkat efisiensi bahan baku rendah 6. Kurangnya manajemen operasional 7. Kurangnya pengembangan sumber daya manusia 8. Belum ada sertifikasi bahan baku 9. Belum adanya sertifikasi mutu produk dan manajemen lingkungan 10. Daya dukung hutan rakyat belum memenuhi kapasitas produksi Strategi WO 1. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah. (Weakness 1-3,9 : Opportunity 3, 6-7) 2. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai. (Weakness 4-6,10 : Opportunity 1,2,8-10) 3. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar. (Weakness 2,7-9 : Opportunity 4,10) Strategi WT 1. Penerapan program produksi bersih melalui pengembangan teknologi, efisiensi bahan baku dan energi, good housekeeping, serta meminimalkan limbah. (Weakness 1-10 : Threat 1, 3-9) 2. Peran pemerintah melalui kebijakan yang mendukung program produksi bersih. (Weakness 1-10 : Threat 2,7,10) 43

58 Berdasarkan matrik SWOT yang telah disusun, didapatkan perumusan alternatif strategi yang sesuai untuk CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Alternatif strategi SO (Strength-Opportunity) : a. Peningkatan kualitas produk kayu lapis dengan program produksi bersih dapat memperluas pasar. b. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. c. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan sistem K3 melalui program produksi bersih. 2. Alternatif strategi ST (Strength-Threat) : a. Peningkatan kualitas kayu lapis melalui penerapan program produksi bersih sehingga meningkatkan efisiensi bahan baku dan energi serta meminimalkan limbah. b. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah. 3. Alternatif strategi WO (Weakness-Opportunity) : a. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah. b. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai. c. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar. 4. Alternatif strategi WT (Weakness-Threat) : a. Penerapan program produksi bersih melalui pengembangan teknologi, efisiensi bahan baku dan energi, good housekeeping, serta meminimalkan limbah. b. Peran pemerintah melalui kebijakan yang mendukung program produksi bersih. Alternatif strategi SWOT tersebut dapat dipilih dan disesuaikan dengan posisi CV Mekar Abadi dalam matriks kuadran SWOT Proses Hierarki Analitik Selain berhubungan dengan faktor internal dan eksternal yang terkait dengan industri kayu lapis, analisis politik juga berguna untuk menentukan alternatif strategi program produksi bersih yang akan diimplementasikan dalam industri kayu lapis. Sebelumnya dilakukan penentuan beberapa alternatif strategi program produksi bersih yang ditinjau dari kondisi industri kayu lapis CV Mekar Abadi dan juga didiskusikan dengan pakar. Berdasarkan hasil strategi pada analisis SWOT, selanjutnya dapat diringkas menjadi empat alternatif strategi program produksi bersih yang dapat dijadikan acuan dalam implementasi produksi bersih. Keempat alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel

59 No Tabel 16. Alternatif strategi produksi bersih untuk meningkatkan produktivitas kayu lapis Alternatif strategi program produksi bersih Pengembangan kelembagaan untuk sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 1a, 1c, 2a, 3b, 3c, 4a) Pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 1b, 3a, 4a) Penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan (program produksi bersih) (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 2b, 4b) Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 2b) Keempat alternatif strategi tersebut dianalisis dengan AHP (Analytical Hierarchy Process). Langkah pertama dalam analisis AHP yaitu membuat struktur hierarki yang sesuai dengan tujuan dan saling berikatan dengan faktor, aktor, maupun alternatif strateginya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penentuan alternatif strategi program produksi bersih yaitu memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Faktor yang berpengaruh yaitu modal atau investasi dari industri kayu lapis, teknologi yang digunakan, dan kebijakan pemerintah daerah. Aktor yang berkaitan secara internal maupun eksternal adalah industri kayu lapis, pemerintah daerah, dan masyarakat. Struktur hierarki menjadi acuan penentuan nilai berdasar tingkat kepentingan dari elemenelemen yang dibandingkan diatas oleh responden. Penilaian ini didasarkan pada metode perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai perbandingan yang digunakan adalah skala 1-9. Penilaian dilakukan oleh tiga orang pakar yang dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan bentuk kuisioner metode perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 10. Penggabungan hasil penilaian ketiga orang pakar menggunakan AHP. Software AHP yang digunakan yaitu Expert Choice TUJUAN Memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih FAKTOR Modal (0.384) Teknologi (0.528) Kebijakan pemda (0.088) AKTOR Industri (0.670) Pemerintah daerah (0.260) Masyarakat (0.070) STRATEGI Sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis (0.465) Pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu (0.226) Penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan (program produksi bersih) (0.191) Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih (0.118) Gambar 24. Struktur hierarki dan hasil bobot agregat 45

60 Gambar 24 memperlihatkan hasil AHP secara agregat menggunakan expert choice Berdasarkan Gambar 24, dihasil bobot agregat yang diperoleh masing-masing aktor, faktor, dan alternatif strategi. Faktor teknologi memiliki bobot agregat tertinggi (0.528) sehingga menjadi prioritas penting. Aktor yang memiliki peran penting adalah industri dengan bobot agregat tertinggi (0.670). Selain itu, alternatif strategi yang memiliki bobot agregat tertinggi adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis (0.465). Namun, untuk penjelasan lebih rinci disajikan pada Gambar 25 dan Gambar 26. Gambar 25. Hasil perhitungan bobot faktor dan aktor dengan AHP Penggabungan dari ketiga pakar dengan AHP menghasilkan nilai bobot pada masing-masing faktor, aktor, dan alternatif strategi seperti. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa faktor teknologi (0.528) mendapatkan nilai yang paling tinggi sehingga faktor teknologi merupakan faktor yang paling penting. Urutan faktor ke dua dan ke tiga yaitu faktor modal (0.384) dan faktor kebijakan pemerintah daerah (0.088). Hal ini menunjukkan bahwa faktor teknologi merupakan faktor yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Faktor teknologi telah mengalahkan faktor modal yang selama ini dalam industri dianggap sebagai faktor paling krusial dalam peningkatan produksi. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor modal yaitu industri (0.726). Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah (0.201) dan masyarakat (0.073). Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk peningkatkan modal. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor teknologi yaitu industri (0.752). Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah (0.169) dan masyarakat (0.079). Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk pengembangan teknologi. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor kebijakan pemerintah daerah yaitu industri (0.560). Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah (0.360) dan masyarakat (0.079). Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk peningkatan informasi tentang kebijakan pemerintah daerah. Aktor industri menduduki prioritas tertinggi pada masing-masing faktor, selain itu industri juga memiliki nilai paling tinggi dari keseluruhan bobot. Hal ini berarti untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih, industri menjadi prioritas untuk diperhatikan. Industri yang masih berbentuk CV seperti CV Mekar Abadi memang masih memiliki 46

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Kayu Lapis Menurut Tsoumis (1991), kayu lapis adalah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran vinir. Arah serat pada lembaran vinir untuk face dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Industri Kayu Lapis 4.1.1 Gambaran Umum Industri Kayu Lapis CV Mekar Abadi merupakan industri yang bergerak dibidang kayu olahan yang masih berupa produk setengah jadi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan industri dianggap memberikan dampak buruk bagi lingkungan yaitu meningkatkan pencemaran air dan udara, penurunan kualitas tanah, dampak dalam skala global

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

POTENSI PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH: STUDI KASUS INDUSTRI POLIPROPILENA PT. TRIPOLYTA INDONESIA, TBK ANDINA BUNGA LESTARI

POTENSI PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH: STUDI KASUS INDUSTRI POLIPROPILENA PT. TRIPOLYTA INDONESIA, TBK ANDINA BUNGA LESTARI POTENSI PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH: STUDI KASUS INDUSTRI POLIPROPILENA PT. TRIPOLYTA INDONESIA, TBK ANDINA BUNGA LESTARI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, Industri yang survive dan kompetitif adalah industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga mampu menjadi industri

Lebih terperinci

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI, ORGANISASI MAUPUN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK)

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK) J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 15-19 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK) Indriyati Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN THE ANALYSIS OF VARIETY OF WOOD WASTE MATERIAL FROM WOOD INDUSTRY IN SOUTH BORNEO Djoko Purwanto *) *) Peneliti Baristand Industri

Lebih terperinci

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH)

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH) L/O/G/O CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH) Week 8 Khamdi Mubarok, S.T, M.Eng Teknik Industri - UTM Latar Belakang Industri menghadapi permasalahan pengolahan limbah yang kadangkala dirasa sangat memberatkan.

Lebih terperinci

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION Yanti Martina Waruwu 1, Haryo Santoso 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga

PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga Tujuan Produksi Bersih Mengurangi dan peningkatan efisiensi penggunaan energi & bahan baku, serta meminimalisasi terbentuknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Laporan Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Oleh: Didit Fitriawan 3305.100.042 Dosen Pembimbing : Ir. Ati Hartati, M.Sc JURUSAN

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D 004 349 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menilai kelayakan penggunaan PVC di Indonesia ditinjau dari segi lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro-industri Ramah Lingkungan Nopember 2007 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan

Lebih terperinci

24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective

24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN Produksi Bersih (PB) United Nation Environmental Programme (UNEP) mendefinisikan produksi bersih sebagai penerapan yang kontinyu dari sebuah strategi pencegahan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak. Dukungan Pemerintah. Perbaikan Lingkungan

Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak. Dukungan Pemerintah. Perbaikan Lingkungan Lampiran 1. Struktur hierarki AHP limbah industri penyamakan kulit Goal Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak Faktor Modal Teknologi Kebijakan Industri Dukungan Pemerintah Aktor Pelaku Industri Litbang

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BUKU-BUKU ISLAM PADA CV. GEMA INSANI PRESS. Oleh DEDI SULAIMAN RAMBE H

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BUKU-BUKU ISLAM PADA CV. GEMA INSANI PRESS. Oleh DEDI SULAIMAN RAMBE H ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BUKU-BUKU ISLAM PADA CV. GEMA INSANI PRESS Oleh DEDI SULAIMAN RAMBE H24103005 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK Dedi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lay out pabrik CV Mekar Abadi

Lampiran 1. Lay out pabrik CV Mekar Abadi LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Lay out pabrik CV Mekar Abadi 54 Lampiran 2. Keterangan lay out pabrik CV Mekar Abadi Nomor Keterangan lay out pabrik 1 Unit proses rotary 2 Unit proses bare core 3 Dust collector

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE Muhammad Yusuf Jurusan Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Kompleks

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL Mochammad Taufiqurrochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian campuran (mixed methods research design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

Bahan Baku. Aktivitas Produksi. Limbah

Bahan Baku. Aktivitas Produksi. Limbah Konsep Dasar Bahan Baku Produk Aktivitas Produksi Energi Limbah Bagaimana Penanganan Limbah? Energi Apakah dari sumber terbarukan? Apakah ramah lingkungan? Apakah sudah efisien penggunaannya? Bahan Baku

Lebih terperinci

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting Pemakaian Bahan Baku Exploitasi dan Explorasi Sumber Daya Alam 100% Sumber Daya Alam Tidak Dapat Diperbaharui 10-15% Polutan Udara Pencemaran Udara Emisi Gas (CO, CO2, Sox, NOx) Penipisan Lapisan Ozon

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN KEPADA: SEKRETARIAT PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU d/a : PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP Gedung Kementerian Perindustrian Lantai 20 Jl. Jenderal

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) Fritz Mesakh Tarigan Silangit *), Tavi Supriana **),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. United State Environmental Protection Agency DEFINISI

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan 144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2006-2009 Oleh Tim Renstra PMG 1. UU No. 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DENGAN METODE SWOT ANALYSIS DI KOPERASI TIGA JAYA MANDIRI SURAKARTA

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DENGAN METODE SWOT ANALYSIS DI KOPERASI TIGA JAYA MANDIRI SURAKARTA PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DENGAN METODE SWOT ANALYSIS DI KOPERASI TIGA JAYA MANDIRI SURAKARTA Skripsi WIDY PRATAMI 10304074 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Produktivitas merupakan satu hal yang sangat penting bagi perusahaan sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran produktivitas dilakukan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung oleh wawancara terhadap para responden dan informasi-informasi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau Penulis: : Prof. Ir. Tibertius Agus Prayitno, MFor., PhD. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan. Teknologi Bersih. (Clean Technology)

Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan. Teknologi Bersih. (Clean Technology) Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan Teknologi Bersih (Clean Technology) Pada awalnya Hanya tertuju pada bahan buangannya Daur ulang bahan buangan Penggabungan 3 aspek: Industrialisasi Lingkungan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan aktivitas industri dan pola hidup masyarakat modern memberikan dampak terhadap meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam konsumsi produk barang dan jasa.

Lebih terperinci

THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN THE VIET TRI PAPER, sebuah perusahaan negara, didirikan pada tahun 1961 dan berlokasi di propinsi Phu Tho. Viet Tri berada pada peringkat empat dalam hal kapasitas

Lebih terperinci

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tepatnya di Jalan Raya Soekarno-Hatta Km 30, PO BOX 119 Ungaran, 50501

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tepatnya di Jalan Raya Soekarno-Hatta Km 30, PO BOX 119 Ungaran, 50501 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada PT Coca-Cola Amatil Indonesia (Central Java) yang terletak di daerah Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang,

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PADA INDUSTRI KAYU LAPIS DI KALIMANTAN SELATAN

EFEKTIFITAS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PADA INDUSTRI KAYU LAPIS DI KALIMANTAN SELATAN Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012 99 EFEKTIFITAS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PADA INDUSTRI KAYU LAPIS DI KALIMANTAN SELATAN D. Subari 1, Udiansyah 1), B. Yanuwiyadi 2) dan B. Setiawan 2) 1) Fakultas Kehutanan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat dimana peneliti akan memperoleh atau mencari suatu data yang berasal dari responden yang akan diteliti oleh

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2006) penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gunung Pawon dan Gunung Masigit (Gambar 3) yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sentra Kerajinan Bambu (SKB) Putra Handicraft, Jl. AH Nasution, Kampung Situ Beet, Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi,

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. UU RI No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITIES, THREATS KONTRAKTOR DI YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Oleh : Albert Adhi Kusuma Haryanto NPM :

KAJIAN STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITIES, THREATS KONTRAKTOR DI YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Oleh : Albert Adhi Kusuma Haryanto NPM : KAJIAN STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITIES, THREATS KONTRAKTOR DI YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir Oleh : Albert Adhi Kusuma Haryanto NPM : 09 02 13199 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN Jurnal : MATRIK Teknik Industri Universitas Muhammdiyah Gresik, Volume: XII, Nomor : 2, Bulan : Maret 2012, ISSN: 1693-5128 ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN Suhartini Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting

Lebih terperinci