TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO PURO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO PURO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH"

Transkripsi

1 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO PURO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh : ANIK NUR HASTUTI B PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

2

3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Annisaul Khoiriyah, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Utami Nugroho Amd.Keb, selaku Pimpinan Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam mengadakan penelitian. 5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. iv

5 6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Juli 2013 Penulis v

6 Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 Anik Nur Hastuti B TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO PURO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN 2013 xiv + 52 halaman + 17 lampiran + 5 tabel + 2 gambar ABSTRAK Latar Belakang : Perawatan ibu nifas merupakan bagian integral pada proses melahirkan dan dimanfaatkan untuk perawatan pada ibu dan bayinya. Mengingat pentingnya ASI bagi ibu dan bayi, perlu dilakukan perawatan bagi ibu nifas yang berhubungan dengan perawatan payudara untuk kelancaran pengeluaran ASI. Pemeriksaan payudara dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan pada waktu menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan / payudara bengkak. Jika payudara ibu terdapat tanda-tanda tersebut, maka akan mengganggu produksi ASI. Produksi ASI akan menurun dikarenakan saluran ASI yang tersumbat. Hasil studi pendahuluan yang penulis wawancarai pada 10 ibu nifas di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada bulan November 2012, terdapat 5 orang ibu berpengetahuan kurang, 3 ibu berpengetahuan baik, 2 ibu berpengetahuan cukup dan dari 10 ibu terdapat 2 ibu mengalami bendungan ASI. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tingkat baik, cukup dan kurang. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tanggal 20 Jan Feb2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 ibu nifas, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Alat pengumpul data adalah kuesioner, untuk analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dengan bantuan program SPSS. Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen diperoleh hasil pengetahuan baik sebanyak 8 responden (23,5%), pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (58,8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (17,6%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (58,8%) dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas atau pengalaman. Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Nifas, Bendungan ASI. Kepustakaan : 23 literatur (Tahun 2003 s/d 2012) vi

7 MOTTO Kami (Allah) tunjukkan kepadanya (manusia) dua buah jalan, (jalan yang baik dan yang buruk). Tetapi manusia tidak mau menempuh kesulitan, (mengerjakan yang berat) QS. AL-Balad : Jangan pernah kau sia siakan waktumu untuk melakukan pekerjaan yang tidak berarti, sebab waktu merupakan penentu masa depan kita. Apabila kita menggunakan waktu sebaik-baiknya demi pekerjaan yang berarti, Insya Allah kita akan mendapatkan masa depan yang kita inginkan Disaat kita jatuh dan menyerah disanalah kita kalah, namun bila kita jatuh dan kita tetap berusaha berdiri dan berlari disitulah jalan kemenanganmu. PERSEMBAHAN Sebuah karya tulis yang berwujud dengan perjuangan dan pengorbanan yang saya persembahkan untuk : Bapak, ibu, kakakku dan keluarga besarku tercinta yang memberiku kasih sayang, menemaniku, dan mendukungku. Hanya untuk kalianlah aku berjuang dan bertahan menghadapi semua. Ingin ku hapus keluh kesah kalian dengan kebahagiaan dan kebanggaan terhadapku. Ibu Annisaul Khoiriyah, S.ST terima kasih atas bimbingannya selama penyusunan Proposal sampai terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Sayangku terimakasih atas waktunya, semua dukungan, kasih sayang, perhatian dan do anya. Semua Sahabatku Semoga perjalanan dan kebersamaan yang telah kita tempuh selama ini mampu menjadikan kita lebih bijak dan dewasa. Almamater tercinta. vii

8

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... CURICULUM VITAE... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii viii ix xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Keaslian Penelitian... 5 F. Sistematika Penulisan... 6 ix

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Pengetahuan Nifas Laktasi Bendungan Air Susu Ibu B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel D. Instrumen Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Variabel Penelitian G. Definisi Operasional H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data I. Etika Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian B. Hasil Penelitian C. Pembahasan D. Keterbatasn x

11 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner Tabel 3.2 Definisi Operasional Tabel 4.1 Hasil Pengolahan data Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI xii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar Kerangka Teori...31 Gambar Kerangka Konsep...32 xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Surat Ijin Studi Pendahuluan Surat Balasan Studi Pendahuluan Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Surat Keterangan Uji Validitas dan Reliabilitas Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Surat Keterangan Penggunaan Lahan Surat Permohonan Responden Informed Consent Kuesioner Penelitian Kunci Jawaban Tabulasi Uji Validitas Hasil Uji Validitas dan Hasil Uji Reliabilitas Hasil Penelitian dan Karakteristik Responden Perhitungan Manual dan Distribusi Frekuensi Lampiran 16. Tabel Nilai r Product Moment Lampiran 17. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator, salah satu indikator tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 228 per kelahiran hidup, sedangkan target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 AKI diharapkan turun menjadi 102 per kelahiran hidup (Depkes RI, 2008). Penyebab kematian ibu saat kehamilan sebesar 20%, persalinan sebesar 30% dan nifas sebesar 50%. Penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada saat nifas, yaitu karena perdarahan persalinan, eklamsia, infeksi, mastitis dan postpartum blues. Berdasarkan survei kejadian kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas, oleh karena itu masa nifas memerlukan pemantauan yang ketat sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu (Depkes RI, 2009). Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berakhir kira-kira 6 minggu. Perawatan ibu nifas merupakan bagian integral pada proses melahirkan dan harus dimanfaatkan sebagai suatu kesempatan untuk memberikan perawatan pada ibu dan bayinya. Perawatan yang baik pada payudara juga diperlukan karena akan menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ibu dapat menyusui bayinya (Prawirohardjo, 2005). 1

16 2 Manfaat ASI (Air Susu Ibu) bagi bayi antara lain mengandung antibodi atau zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari infeksi dan penyakit, bayi memiliki respon kekebalan tubuh yang sangat baik untuk vaksinasi, dapat merangsang struktur rahang pada bayi dan juga wajahnya, pertumbuhan gigi akan menjadi tegak dan merangsang fungsi penglihatan secara cepat. Pemberian ASI juga dapat menumbuhkan ikatan batin yang sangat kuat antara bayi dan ibunya dan membantu perkembangan mental, emosional dan spiritual pada bayi. Selain bagi bayi, manfaat ASI bagi ibu adalah mengurangi resiko timbulnya penyakit kanker payudara, kanker ovarium, kanker rahim, osteoporosis, membantu mengembalikan berat badan yang ideal serta menjadikan ibu tidak emosional, lebih sabar dan bahagia (Raulina, 2004). Mengingat pentingnya ASI, Departemen Kesehatan RI mempunyai program yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu meningkatkan perawatan bagi ibu nifas yang berhubungan dengan perawatan payudara untuk kelancaran pengeluaran Air Susu Ibu (ASI). Pada ibu nifas, harus dilakukan pemeriksaan payudara minimal dengan inspeksi dan palpasi, dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan pada payudara waktu menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan atau payudara bengkak. Jika payudara ibu nifas terdapat tanda-tanda tersebut, maka akan mengganggu produksi ASI dan ketidaknyamanan bagi ibu. Produksi ASI akan menurun dikarenakan saluran ASI yang tersumbat (Farrer, 2003). Bendungan air susu ibu adalah suatu kejadian di mana aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran air susu ibu dan alveoli meningkat. Kejadian ini biasanya disebabkan karena air

17 3 susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras, payudara terasa nyeri saat ditekan, payudara berwarna kemerahan, dan suhu tubuh ibu sampai 38 o C. Apabila kejadian ini berkelanjut, dapat mengakibatkan terjadinya mastitis dan abses payudara. Bendungan ASI tersebut dapat dicegah dengan cara perawatan payudara yang dapat dilakukan oleh ibu. Selain perawatan payudara dapat mencegah terjadinya bendungan ASI juga dapat memperlancar proses laktasi. Melalui pengetahuan tentang bendungan ASI, maka ibu nifas akan lebih paham tentang cara pencegahan bendungan ASI, gejala-gejala saat terjadi bendungan ASI dan tindakan yang harus dilakukan jika ibu mengalami bendungan ASI (WHO, 2003). Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan November 2012 di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen terdapat 30 ibu nifas. Penulis melakukan wawancara dengan 10 ibu nifas, 5 ibu memiliki pengetahuan kurang baik (50%), 3 ibu memiliki pengetahuan baik (30%), dan 2 ibu memiliki cukup baik (20%). Dari 10 ibu nifas yang penulis wawancarai terdapat 2 ibu yang mengalami kejadian bendungan ASI. Berdasarkan latar belakang di atas, di mana angka kejadian AKI yang masih tinggi, masih banyaknya kematian ibu yang terjadi pada masa nifas, kejadian bendungan ASI merupakan masalah penting yang perlu diatasi dan didukung dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013.

18 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tingkat baik. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tingkat cukup. c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tingkat kurang.

19 5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya. 2. Bagi diri sendiri Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian. 3. Bagi institusi pendidikan Dapat menjadi bahan bacaan dan referensi tambahan bagi mahasiswa kebidanan tentang bendungan ASI. 4. Bagi masyarakat / Ibu nifas Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang bendungan ASI di masyarakat setempat. E. Keaslian Penelitian Penelitian serupa tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI antara lain : 1. Bernadeta Tyas Puji Utami (2011), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Post partum tentang Bendungan ASI di RSUD Kota Surakarta menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel dengan Accidental sampling. Hasil gambaran tingkat pengetahuan ibu post partum tentang bendungan ASI yang masuk dalam kriteria baik 8 responden

20 6 (22,2%), cukup baik 19 responden (52,8%), kurang baik 6 responden (16,7%) dan tidak baik 3 responden (8,3%). 2. Eni Wulandari (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di RB An Nuur Sumber Surakarta menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel dengan Accidental sampling. Hasil gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI yang masuk dalam kriteria baik 6 responden (20%), cukup 19 responden (63,32 %) dan kurang 5 responden (16,67%). Perbedaan penelitian yang penulis buat dengan penulis sebelumnya terletak pada tempat, waktu, teknik pengambilan sampel dan hasil penelitian, sedangkan persamaan yang penulis buat dengan penulis sebelumnya terletak pada jenis dan rancangan penelitian. F. Sistematika Penulisan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan tentang teori tentang pengetahuan, masa nifas, laktasi, bendungan Air Susu Ibu (ASI), kerangka teori dan kerangka konsep penelitian.

21 7 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan data dan analisa data dan etika penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010). b. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu : 1) Cara Coba-Salah (Trial and Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat atau seterusnya sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya 8

23 9 maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba. 2) Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaankebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar. 3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

24 10 4) Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. 5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru dalam memperoleh pengetahuan ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan secara umum adalah : 1) Umur Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. 2) Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

25 11 hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan. 3) Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang. 4) Sosial Budaya Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. 5) Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

26 12 pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. 6) Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. d. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berinteraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut : 1) Tahu (Knowledge) Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts). 2) Memahami (Comprehension) Pemahaman diartikan dicapainya pengertian tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan

27 13 menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan. 3) Menerapkan (Aplication) Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai. 4) Analisa (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya. e. Cara Pengukuran Pengetahuan Cara pengukuran pengetahuan yaitu dengan menggunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki oleh individu atau

28 14 kelompok. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan pengetahuan. Menurut Riwidikdo (2010), tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3 yaitu : 1) Pengetahuan baik, bila (x) > mean + 1 SD 2) Pengetahuan cukup, bila mean 1 SD x mean + 1 SD 3) Pengetahuan kurang, bila (x) < mean 1SD 2. Nifas (Puerperium) a. Pengertian Menurut Wulandari & Handayani (2011), masa nifas atau puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Menurut Saleha (2009), masa nifas atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. b. Klasifikasi masa Nifas Menurut Suherni dkk (2009), klasifikasi masa nifas terbagi dalam tiga periode yaitu : 1) Puerperium Dini Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan biasanya 1 hari setelah melahirkan.

29 15 2) Puerperium Intermedial Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu. 3) Remote Puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi, biasanya membutuhkan berminggu-minggu, bulan dan tahunan. c. Perubahan Fisiologis masa Nifas Menurut Wulandari & Handayani (2011), perubahan fisiologis pada masa nifas antara lain : 1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Uterus Uterus secara berangsur mengecil kembali 2 hari setelah melahirkan. Akhirnya setelah 2 bulan, keadaan akan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio Involusio TFU Berat Uterus Bayi lahir Setinggi pusar, 2 jari di bawah pusat gr 1 minggu Pertengahan pusar simfisis 750 gr 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr 4 minggu Normal 50 gr 8 minggu Normal, sebelum hamil 30 gr Sumber : Saleha, (2009)

30 16 b) Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadangkadang terdapat luka kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim dan setelah 8 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. c) Ovarium dan Tuba Falopi Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari siklus menstruasi. Proses ovulasi dimulai kembali sehingga wanita bisa hamil lagi. d) Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, diantaranya : (1) Lochea Rubra Lochea ini muncul pada hari ke-1 sampai hari ke-3 masa setelah melahirkan. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

31 17 (2) Lochea Sangulenta Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 setelah melahirkan. (3) Lochea Serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 setelah melahirkan. (4) Lochea Alba Lochea ini berwarna putih, mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan. e) Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum (1) Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu setelah melahirkan. (2) Perubahan pada Perineum Setelah melahirkan perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

32 18 maju. Perenium akan kembali sebagian besar tonusnya pada hari ke-5 setelah melahirkan. 2) Perubahan pada Sistem Pencernaan Setelah kelahiran plasenta, maka akan terjadi pula penurunan produksi progesterone, sehingga hal ini dapat menyebabkan konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Konstipasi disebabkan karena waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebihan, kurangnya asupan cairan dan makanan dan kurangnya aktivitas tubuh. 3) Perubahan Sistem Endokrin a) Hormon Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. b) Hormon Prolaktin Berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi.

33 19 c) Hormon Estrogen dan Progesteron Volume darah normal selama kehamilan akan meningkat selama masa nifas. Hormon esterogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang dapat meningkatkan volume darah, sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mempengaruhi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. 4) Perubahan Sistem Hematologi Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak selama persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa setelah melahirkan. 5) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Kardiak output meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 setelah melahirkan. 6) Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah melahirkan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

34 20 7) Perubahan Tanda-Tanda Vital pada masa Nifas a) Suhu Badan Pada 24 jam setelah melahirkan suhu badan akan naik sedikit (37 C-38 C) sebagai akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. b) Nadi Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah melahirkan kemudian kembali seperti keadaan semula. c) Tekanan Darah Tekanan darah pada masa nifas biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan setelah melahirkan. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas. 3. Laktasi a. Pengertian Laktasi Menurut Wulandari & Handayani (2011), laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. b. Fisiologi Laktasi Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan alveoli dan ductus lactiferus di dalam

35 21 payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Penurunan produksi hormon akan terjadi dengan cepat setelah plasenta dilahirkan. Hormon hipofise anterior yaitu prolaktin yang terjadi dihambat oleh kadar estrogen dan progesterone yang tinggi dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Setelah pelepasan ASI, akan memberikan rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) sehingga merangsang produksi oksitosin yang mempengaruhi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveoli mammae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar mammae. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan tersebut dinamakan let down reflect atau pelepasan. Pelepasan akan dipacu tanpa rangsangan hisapan, tapi dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya. (Sulistyawati, 2009). c. Masalah dalam Laktasi Menurut Bahiyatun (2009), masalah yang sering terjadi dalam pemberian ASI antara lain : 1) Puting Susu Lecet Dapat disebabkan oleh karena teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak betul pada payudara. Infeksi monilia dapat mengakibatkan lecet pada puting susu.

36 22 2) Payudara Bengkak Pembengkakan payudara terjadi karena pengeluaran ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem ductus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. 3) Saluran Susu Tersumbat / Bendungan ASI Disebabkan ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga menimbulkan sumbatan pada ductus laktiferus. 4) Mastitis Mastitis adalah suatu proses infeksi menyebabkan radang payudara yang disebabkan oleh payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis. 5) Abses Payudara Abses payudara merupakan kelanjutan / komplikasi dari mastitis yang disebabkan oleh meluasnya peradangan pada payudara. 4. Bendungan Air Susu Ibu a. Pengertian Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI adalah kejadian di mana aliran vena dan limfe tersumbat, aliran susu jadi terhambat dan tertekan pada saluran air susu ibu dan alveoli meningkat (Wulandari & Handayani, 2011).

37 23 b. Etiologi Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), bendungan air susu ibu disebabkan oleh : 1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna Selama masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI yang berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI. 2) Hisapan bayi tidak aktif Pada masa laktasi, jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI. 3) Posisi menyusui yang tidak benar Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI. 4) Puting susu yang terbenam Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola. Akibatnya bayi tidak mau menyusu dan terjadi bendungan ASI.

38 24 5) Puting susu terlalu panjang Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI. 6) Pemakaian BH yang terlalu ketat BH yang ketat mengakibatkan penekanan pada payudara dan bisa menyumbat saluran ASI. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan BH yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat. 7) Tekanan jari ibu pada tempat yang sama setiap menyusu Setiap kali ibu melakukan penekanan di tempat yang sama saat menyusui dapat mengakibatkan pembengkakan yang bisa meningkatkan aliran vena dan limfe, sehingga ibu mengalami bendungan ASI. 8) Kurangnya pengetahuan cara perawatan payudara dan pencegahan bendungan ASI Kurangnya pengetahuan ibu cara perawatan payudara dan pencegahan bendungan ASI bisa berakibat ibu mengalami bendungan ASI karena ibu tidak mengerti cara pecegahan jika terjadi bendungan ASI dan cara perawatan payudara.

39 25 c. Patofisiologi Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol. Sekresi lacteal terjadi pada 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Jadi bendungan ASI terjadi 3-5 hari pertama setelah melahirkan. Keadaan ini sering menimbulkan rasa nyeri pada payudara dan kadang menimbulkan kenaikan suhu badan. Keadaan tersebut menggambarkan adanya aliran darah vena normal yang berlebihan dan mengembangkan limfatik pada payudara yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi (Suherni dkk, 2009). d. Tanda dan Gejala Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), ibu dengan pembendungan ASI mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut : 1) Payudara bengkak, panas serta keras pada perabaan 2) Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu 3) Pengeluaran susu kadang terhalang oleh ductuli laktiferi menyempit 4) Payudara terasa nyeri bila ditekan 5) Payudara berwarna kemerahan 6) Suhu tubuh sampai 38 C

40 26 e. Pencegahan Menurut Bahiyatun (2009), bendungan ASI dapat dicegah dengan cara sebagai berikut : 1) Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur, untuk menghindari terjadinya statis aliran ASI Menurut Marmi (2012), perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara dapat dilakukan dengan pengurutan. Pengurutan sebaiknya dilakukan setelah melahirkan sebanyak 2 kali sehari. Langkah-langkah perawatan payudara antara lain : a) Cuci tangan sebelum massase payudara b) Mengompres kedua puting susu dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi minyak kelapa / baby oil c) Tuangkan minyak kelapa / baby oil ke kedua telapak tangan secukupnya d) Pengurutan pertama dilakukan dengan menggunakan telapak tangan, tangan diposisikan di tengah payudara kemudian dilakukan pengurutan dari arah tengah keatas kemudian kesamping dan kebawah kemudian sangga payudara di mana tangan kanan menyangga payudara kanan dan tangan kiri menyangga payudara kiri kemudian dilepaskan. Lakukan gerakan ini secara teratur minimal kali

41 27 e) Pengurutan kedua dengan menggunakan sisi jari kelingking dengan sokong payudara kiri dengan tangan kiri gerakan dimulai dari arah atas kemudian kesamping dan kebawah secara sirkuler atau melingkar dengan tangan kanan. Lakukan gerakan ini secara teratur minimal kali secara bergantian payudara kanan dan payudara kiri f) Pengurutan ketiga dengan menggunakan buku jari tangan dengan sokong payudara kiri dengan tangan kiri gerakan dimulai dari bagian atas kemudian kesamping kebawah secara sirkuler atau melingkar dengan tangan kanan. Lakukan gerakan ini secara terarur minimal kali secara bergantian payudara kanan dan payudara kiri g) Lakukan penyiraman kedua payudara, mula-mula disiram dengan air hangat kemudian dilanjutkan air dingin sebanyak 10 kali secara bergantian payudara kanan dan kiri. Setelah itu keringkan payudara dengan menggunakan handuk. 2) Posisi menyusui yang di ubah-ubah Menurut Purwanti (2004), ada beberapa macam posisi menyusui pada bayi sebagai berikut : a) Ibu dapat mengambil posisi duduk Punggung ibu bersandar, kaki dapat diangkat dan diluruskan kedepan sejajar dengan bokong, atau ke bawah, tetapi harus di beri penyangga (jangan menggantung). Bayi tidur di pangkuan ibu

42 28 dengan dialasi bantal sehingga posisi perut ibu bersentuhan atau berhadapan dengan perut bayi. Leher bayi harus dalam posisi tidak terpelintir. Sebaiknya ibu berhati-hati karena pada saat menyusui, bayi tidak dalam keaadan terlentang atau di bedong b) Posisi menyusui yang lain adalah ibu tidur miring dengan bantal agak tinggi dan lengan tangan menopang kepala bayi. Posisi perut bayi dan perut ibu sama dengan posisi waktu duduk. Siku bayi harus lurus sejajar dengan telinga bayi bila ditarik garis lurus c) Bila mengambil posisi telungkup di atas meja, bayi ditidurkan di meja dengan kepala bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan menguntungkan bagi bayi kembar karena kedua bayi memperoleh kesempatan yang sama tanpa harus dibedakan d) Segera setelah persalinan posisi menyusu yang tebaik untuk bayi adalah ditelungkupkan di perut ibu sehingga proses penghangatan untuk bayi dan sekaligus bayi dapat menghisap puting susu. 3) Menggunakan bra yang menyangga, bukan yang menekan Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), ibu menyusui sebaiknya menggunakan BH yang sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyangga payudara dari bawah suspension bukan menekan dari depan. 4) Melakukan pengosongan payudara Menurut Marmi (2012), pengosongan payudara perlu dilakukan agar payudara tidak terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI

43 29 serta memperlancar produksi ASI. Pengosongan payudara atau pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a) Pengeluaran ASI dengan tangan (1) Tangan dicuci sampai bersih (2) Siapkan cangkir gelas bertutup yang telah di cuci dengan air mendidih (3) Payudara di kompres dengan kain handuk yang hangat dan di massase dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah areola mammae, ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara secara merata (4) Dengan ibu jari disekitar areola mammae bagian atas dan jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah payudara ditekan kearah dada (5) Daerah areola mammae diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat / menekan puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri / lecet (6) Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI tidak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar (7) Gerakan ini diulang pada sekitar areola mammae dari semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.

44 30 b) Pengeluaran ASI dengan pompa Pengeluaran ASI dengan pompa jika payudara terbendung, payudara terasa nyeri, dan ASI benar-benar penuh. Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara : (1) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara (2) Ujung leher tabung di letakkan pada payudara dengan puting susu tepat di tengah dan tabung benar-benar melekat pada kulit (3) Bola karet dilepas, sehingga puting susu dan areola mammae tertarik kedalam (4) Tekan dan lepas beberapa kali, sedangkan ASI akan keluar dan terkumpul pada sisi tabung (5) Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus dicuci bersih karenanya bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan menggunakan tangan. f. Penatalaksanaan Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), bila payudara ibu terjadi bendungan ASI dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Menyusui bayi secara on demand / tanpa di jadwal sesuai kebutuhan bayi 2) Mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek 3) Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI

45 31 4) Mengompres payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian 5) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu berikan kompres hangat sebelum menyusui 6) Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan payudara / perawatan payudara 7) Bila perlu memberikan parasetamol 500 mg per oral tiap 4 jam Menurut Suherni dkk (2009), selain penatalaksanaan di atas ada penatalaksanaan lain jika ibu mengalami bendungan ASI antara lain menyangga payudara dengan BH yang menyokong dan memberikan analgetik atau kodein 60 mg per oral. B. Kerangka Teori Pengetahuan Ibu Nifas Bendungan ASI Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : 1. Umur 2. Intelegensi 3. Lingkungan 4. Sosial Budaya 5. Pendidikan 6. Pengalaman 1. Pengertian bendungan ASI 2. Etiologi bendungan ASI 3. Patofisiologi bendungan ASI 4. Tanda dan gejala bendungan ASI 5. Pencegahan bendungan ASI 6. Penatalaksanaan bendungan ASI Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Rukiyah & Yulianti (2010)

46 32 C. Kerangka Konsep Baik Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI Cukup Kurang Gambar 2.2. Kerangka Konsep

47 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang hasilnya berbentuk angka atau data yang diangkakan (Notoatmodjo, 2010). B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi penelitian tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. 2. Waktu Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilakukan pada tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari

48 34 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2010). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh ibu nifas yang memeriksakan diri di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari 2013 dengan jumlah 34 ibu nifas. 2. Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang memeriksakan diri di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari 2013 dengan jumlah 34 ibu nifas. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010). Penelitian ini menggunakan total sampling. Menurut Hidayat (2007), total sampling adalah cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.

49 35 D. Instrumen Penelitian Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, matang, di mana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup di mana sudah terdapat pilihan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Jawaban yang tersedia dalam kuesioner ini ada 2 pilihan jawaban yaitu benar dan salah. Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan pernyataan : Ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2010). Kuesioner pada penelitian ini terdapat 2 pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Untuk penyataan positif jawaban benar mendapat nilai 1 dan jawaban salah mendapat nilai 0. Untuk pernyataan negatif jawaban benar mendapat nilai 0 dan jawaban salah mendapat nilai 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang ( ) pada jawaban yang dianggap benar.

50 36 Sebelum membuat kuesioner, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi kuesioner, yaitu sebagai berikut : Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan tentang bendungan ASI Variabel Indikator No Soal Jumlah Positif (+) Negatif (-) (soal) Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI 1. Pengertian bendungan ASI 2. Penyebab bendungan ASI 3. Tanda dan gejala bendungan ASI 4. Pencegahan bendungan ASI 5. Penatalaksanaan bendungan ASI 1,2 5,7*,8*,12, 13,14 15,17,18,20 21,22,23,28, 29,30 31,33,34,35*, 36*,37*,38 3,4 6,9,10,11, 16,19 24,25,26, 27 32,39,40 Jumlah Keterengan : * (Pernyataan yang tidak valid) Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita gunakan sebagai alat ukur yang sahih atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap karakteristiknya sama yaitu di Klinik Bersalin Syifa Kusuma Kadipiro Sambirejo Sragen dengan jumlah responden 30 orang. Menurut Mahfoedz (2007), alasan jumlah responden 30 orang adalah karena kaidah umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil penelitian mendekati kurva normal. 1. Uji Validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Riwidikdo, 2010). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program komputer SPSS for Windows

51 37 Rumus product moment adalah : r xy = { NΣX 2 N. ΣXY -ΣX. ΣY ( ΣX) }{NΣY -( ΣY) } Keterangan : N r xy x y xy : Jumlah responden : Koefisien korelasi product moment : Skor pernyataan : Skor total : Skor pernyataan dikalikan skor total Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 5% (Riwidikdo, 2010). Nilai r untuk taraf signifikansi 0,05 dengan data sebanyak 30 yaitu sebesar 0,361. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari 40 pernyataan kuesioner terdapat 5 nomor pernyataan yang memiliki r hitung < r tabel (0,361) sehingga dikategorikan tidak valid yaitu pernyataan nomor 7, 8, 35, 36 dan 37. Dengan demikian kelima pernyataan tersebut dihapus dari kuesioner. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah keajegan alat ukur, artinya konsistenitas alat ukur, alat ukur digunakan saat ini pada waktu dan tempat tertentu akan sama hasilnya, apabila digunakan pada waktu dan tempat berbeda (Riwidikdo, 2010). Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar

52 38 sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010). Menurut Riwidikdo (2010), untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut : r i = k k -1 Σs st Keterangan : 2 i 1 2 r i k s i S t = Reliabilitas Instrumen = Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal = Jumlah varian butir = Varians total Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai koefisien Alpha Cronbach minimal 0,7 sehingga untuk mengetahui sebuah kuesioner dikatakan reliabel atau tidak dengan melihat besarnya nilai alpha (Riwidikdo, 2010). Uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach s yaitu sebesar 0,784 dan dinyatakan reliabel karena nilai alpha > 0,7. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2010). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada

53 39 responden, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden dipersilahkan mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari : 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2010). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah identitas responden dan data pengetahuan tentang bendungan ASI pada ibu nifas di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. Data ini diperoleh dari kuesioner. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2010). Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini yaitu jumlah ibu nifas di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. Data ini diperoleh dari data ibu nifas di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. F. Variabel Penelitian Variabel adalah subjek atau objek yang akan diteliti yang bervariasi antara satu subjek atau objek yang satu dengan yang lain (Riwidikdo, 2010). Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI.

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN Endang Rusdjianti, Iga Puput Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: ASI merupakan makanan terbaik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Definisi Nifas Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai dengan pulihnya

Lebih terperinci

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI BPM AL-FIRDAUS KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI BPM AL-FIRDAUS KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI BPM AL-FIRDAUS KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI POLINDES DESA GIRIKERTO KECAMATAN SINE KABUPATEN NGAWI TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI POLINDES DESA GIRIKERTO KECAMATAN SINE KABUPATEN NGAWI TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI POLINDES DESA GIRIKERTO KECAMATAN SINE KABUPATEN NGAWI TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 HALAMAN PERSETUJUAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 HALAMAN PERSETUJUAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI RB AN NUUR SUMBER SURAKARTA TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2016 Husnul Muthoharoh* *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), dan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS MASALAH MASA NIFAS Disusun Oleh : MUHAMMAD JAMAL MISHBAH NIM : 6143027 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS 2015/2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG Rifatul Bafiroh Farida Arintasari *) *) Akademi Kebidanan Abdi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD Ny. S P2A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN MENORAGIA DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD Ny. S P2A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN MENORAGIA DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD Ny. S P2A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN MENORAGIA DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Nifas Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinyamelahirkan atau berari masa setelah melahirkan. Masa nifas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan ibu merupakan komponen yang penting

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Niken Andalasari Periode Post Partum Periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk analitik dengan metode survey melalui. saat bersamaan/sekali waktu (Notoatmodjo, 2005).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk analitik dengan metode survey melalui. saat bersamaan/sekali waktu (Notoatmodjo, 2005). 30 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk analitik dengan metode survey melalui pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet, payudara

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP. tujuan penelitian, maka hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti dapat

BAB III KERANGKA KONSEP. tujuan penelitian, maka hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti dapat BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan dugaan adanya hubungan antara perawatan payudara dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara.

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011). Dalam masa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postpartum atau masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa disebut masa puerperineum

Lebih terperinci

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Rista Apriana 1, Priharyanti Wulandari 2, Novita Putri Aristika 3 Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF ASI EKSKLUSIF A. PENGERTIAN Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain. ( www.tabloid- nakita.com, 2005 )

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS DI BPS SITI MURWANI BATUWARNO WONOGIRI TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS DI BPS SITI MURWANI BATUWARNO WONOGIRI TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS DI BPS SITI MURWANI BATUWARNO WONOGIRI TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. NIFAS 1. Definisi Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal, masa nifas berlangsung selama 6 minggu

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994). Pembentukan dan Persiapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE- DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN Andri Tri Kusumaningrum Program Studi D Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Ibu post

Lebih terperinci

CURICULUM VITAE. : Margi Astuti Tempat/Tanggal Lahir : Karanganyar, 27 september 1991

CURICULUM VITAE. : Margi Astuti Tempat/Tanggal Lahir : Karanganyar, 27 september 1991 CURICULUM VITAE Nama : Margi Astuti Tempat/Tanggal Lahir : Karanganyar, 27 september 1991 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Desa Banjaran RT 01 RW 06, Kelurahan Jumantoro, Kecamatan Jumapolo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. awal dari usaha menjaga kesehatan wanita. Organ seksual/ reproduksi wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. awal dari usaha menjaga kesehatan wanita. Organ seksual/ reproduksi wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS DI SUSUN OLEH: KELOMPOK : 10 1. REVIA MONALIKA 2. RIA PRANSISKA 3. RENI 4. RIKA DOSEN PEMBIMBING : VERA YUANITA, SST SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air susu ibu sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Menyusui banyak manfaatnya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu dan Nur Unbiyati Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu dan Nur Unbiyati Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Nur Unbiyati. 007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. 006. Prosedur Penelitian. Edisi Keenam. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 010. Prosedur Penelitian.

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG GIZI SEIMBANG SAAT MENYUSUI DI DESA KARUNGAN KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG GIZI SEIMBANG SAAT MENYUSUI DI DESA KARUNGAN KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG GIZI SEIMBANG SAAT MENYUSUI DI DESA KARUNGAN KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL Aprilia Megawati *),Shinta Ayu Nani **) *) Mahasiswa Akbid Uniska Kendal **)Dosen

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA Siti Aisyah* Titi Sri Budi** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan dalam tujuan ke-5 pembangunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Nur Sholichah ABSTRAK Perawatan payudara adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERAWATAN PAYUDARA 1. Definisi perawatan payudara Berdasarkan dari permasalah perawatan payudara itu disebabkan ibu tidak menyusui, dikarenakan air susu tidak keluar dan akhirnya

Lebih terperinci

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN PUTING SUSU TENGGELAM DI BPM NY. SRI HANDAYANI DESA WELAHAN JEPARA Yayuk Norazizah 1, dan Luluk Hidayah 2 INTISARI Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepasnya dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015 LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015 SATUAN ACARA PENYULUHAN MASA NIFAS Disusun oleh : DIANI NURCAHYANINGSIH 1211030043 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode post partum merupakan masa lahirnya plasenta, selaput janin, dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita yang hamil akan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN 2014 1 Sondang, 2* Hardiana 1,2 STIKes Prima Jambi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI MEDIS 1. Nifas a. Pengertian Nifas yaitu 1) Masa nifas yaitu masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian ibu yang cukup tinggi. Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 248 kematian per 100.000 kelahiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

MANFAAT ASI BAGI BAYI

MANFAAT ASI BAGI BAYI HO4.2 MANFAAT ASI BAGI BAYI ASI: Menyelamatkan kehidupan bayi. Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Desi Liana Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekataan kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG COLOSTRUM DI BPS HARAPAN BUNDA, CEPERAN, SAMBIREJO, PLUPUH, SRAGEN TAHUN 2012

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG COLOSTRUM DI BPS HARAPAN BUNDA, CEPERAN, SAMBIREJO, PLUPUH, SRAGEN TAHUN 2012 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG COLOSTRUM DI BPS HARAPAN BUNDA, CEPERAN, SAMBIREJO, PLUPUH, SRAGEN TAHUN 2012 Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional (sekali waktu) antara faktor risiko/ paparan dengan penyakit.

BAB III METODE PENELITIAN. sectional (sekali waktu) antara faktor risiko/ paparan dengan penyakit. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang menghubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Rini Purnamasari *, Sarkiah 1, Nordiansyah Firahmi 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Nifas Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak et al, 2005: 492). Masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG

STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG dr. Andre, Feni Wilarsih Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih rendah. Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar tercipta masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. SDM yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR Ika Tristanti Dosen STIKES Muhammadiyah Kudus Jl. Ganesha I Purwosari Kudus Email: ika.tristanti@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN Andriyani Puji Hastuti, Rofik Rismawati Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar belakang : Menyusui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Masa nifas, perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Masa nifas, perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masa nifas, perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas 2.1.1 Masa Nifas Masa nifas dimulai sejak bayi dilahirkan dan setelah plasenta keluar dari rahim, kemudian berakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dengan jenis penelitian survey analitik yaitu survei atau penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dengan jenis penelitian survey analitik yaitu survei atau penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survey analitik yaitu survei atau penelitian yang mencoba

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Asuhan pada masa nifas diperlukan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KOLOSTRUM DI KLINIK MOJOSONGO SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KOLOSTRUM DI KLINIK MOJOSONGO SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KOLOSTRUM DI KLINIK MOJOSONGO SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan. Lampiran 2 SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Asuhan Pelayanan Kebidanan Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Kehamilan Waktu : 16.00 WIB Sasaran : Ny.M Tanggal : 15 Agustus 2015 Tempat : Klinik Sumiariani A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Konsep Dasar Nifas a. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Masa nifas berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila

BAB I PENDAHULUAN. bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadianyang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hamil adalah suatu proses fisiologis yang dialami oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hamil adalah suatu proses fisiologis yang dialami oleh manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hamil adalah suatu proses fisiologis yang dialami oleh manusia akibat adanya pembuahan antara sel kelamin laki laki dan sel kelamin perempuan, dimulai dari adanya

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA A. å B. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA Jln. Ringroad Barat Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta 59242 Telp. (0274)4342000, Fax. (0274)434542 Email : info@stikesayaniyk.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN

BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wanita pasti menginginkan bentuk payudara yang ideal dan menarik, maka tak jarang kita mendengar beberapa wanita memilih untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 1998). a. Struktur Makroskopis (Verralls, 1997)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 1998). a. Struktur Makroskopis (Verralls, 1997) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Anatomi Payudara Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI RUANG NIFAS RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Rina Purnamawati*, Istiqomah 1, Siti Hateriah 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas MASA NIFAS NIFAS NORMAL Defenisi dan Tujuan Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok BAB V PEMBAHASAN A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata tinggi fundus uteri awal pada kelompok eksperimen sebesar 14,47

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PENDIDIKAN TENTANG CARA PERAWATAN PAYUDARA. PADA Ny. S POST PARTUM SPONTAN DISERTAI PRE EKLAMSIA

RENCANA PELAKSANAAN PENDIDIKAN TENTANG CARA PERAWATAN PAYUDARA. PADA Ny. S POST PARTUM SPONTAN DISERTAI PRE EKLAMSIA RENCANA PELAKSANAAN PENDIDIKAN TENTANG CARA PERAWATAN PAYUDARA PADA Ny. S POST PARTUM SPONTAN DISERTAI PRE EKLAMSIA RINGAN DI RUANG DAHLIA I RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI 1-3 TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI PUSKESMAS TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI 1-3 TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI PUSKESMAS TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI 1-3 TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI PUSKESMAS TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG PENGERTIAN Masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu Masa pulih kembali mulai dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Senam nifas a. Pengertian nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi,

Lebih terperinci