BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERAWATAN PAYUDARA 1. Definisi perawatan payudara Berdasarkan dari permasalah perawatan payudara itu disebabkan ibu tidak menyusui, dikarenakan air susu tidak keluar dan akhirnya mengakibatkan pembekakan payudara atau bendungan ASI. Bendungan ASI (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembekakan, penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada puting susu, payudara bengkak, nyeri, dan panas. Pembekakan biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Jika payudara masih membengkak, nyeri dan kemerahan dikarenakan infeksi maka terjadi mastitis. Mastitis merupakan radang pada payudara, dan jika tetap masih membengkak disertai ada nanah disebut abses. Abses payudara yang merupakan kelanjutan dari mastitis. Hal ini dikarenakan meluasnya peradangan dan harus diinsisi untuk mengeluarkannya (Anggraini Y., 2010). Masa nifas adalah waktu yang di perlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Manauba, 1998). Sedangkan pengartian lain masa 8

2 9 nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan seperti pra hamil (Mochtar, 1998). Perawatan payudara sering disebut Breast Care bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya. Perawatan payudara dilakukan dengan cara pengurutan (Anggraini Y., 2010). Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin (Azwar, 2008). B. LAKTASI 1. Pengertian laktasi Laktasi (menyusui) adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh yang biologis dan kejiwaan terhadap ibu dan bayinya. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit (Anggraini Y., 2010). 2. Fisiologi laktasi Menurut (Anggraini Y., 2010) pemberian ASI terdapat 2 refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu,yaitu:

3 10 a) Refleks prolaktin Setelah seoarang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi korpus luteum berkurang maka estrogen dan progestinya berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada putting susu dan areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya. Hormon prolaktin yang akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat susu. b) Refleks let down Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang berasal dari hisapan bayi yang dilanjutakan ke hipofise anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dan menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadinya proses involusi. 3. Manfaat ASI Menurut (Anggraini Y., 2010) manfaat ASI sebagai berikut: a. ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap untuk bayi b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang mengandung zat antibody sehingga akan jarang sakit

4 11 c. ASI meningkatkan kekebalan tubuh d. Menunjang perkembangan kepribadian, dan kecerdasan emosional e. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan f. Dengan menyusui maka akan terjadi rasa sayang antara ibu dan bayi. g. Melindungi anak dari serangan elergi C. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI 1. Ciri ciri masalah pemberian ASI Berikut ini beberapa masalah pada saat menyusui: a. Putting susu lecet Penyebabnya: 1 Kesalahan dalam tehnik menyusui. 2 Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, dll untuk mencuci puting susu. 3 Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui kurang hati-hati. b. Payudara bengkak Penyebabnya: Pembekakan ini terjadi karena ASI tidak disusukan secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Pembekakan ini terjadi pada hari ketiga dan keempat. c. Saluran susu tersumbat ( obstuvtive duct)

5 12 Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus lakteferus, dengan penyebabnya adalah: 1) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui. 2) Pemakaian BH yang terlalu ketat. 3) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan. d. Mastitis Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh : 1) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat. 2) Putting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. 3) BH yang terlalu ketat. 4) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terinfeksi. e. Abses payudara Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini Dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak merah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya. f. Kelainan anatokis pada puting susu (putting tenggelam/datar) Pada putting susu yang mengalami kelainan dapat diatasi dengan perawatan payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika hanya salah satu putting yang tenggelam maka masih dapat menyusui di putting yang lainnya. Jika putting masih tidak biasa diatasi maka untuk mengeluarkan

6 13 ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan dengan sendok atau pipet. Laktasi terjadi di bawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu. Laktasi mempunyai dua pengertian, yaitu: g. Pembentukan atau produk air susu. h. Pengeluaran air susu. D. PERAWATAN PAYUDARA Merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang dilaksanakn mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga mempelancar pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena infeksi. Adapun langkah-langkah dalam perawatan payudara (Anggraini Y., 2010). 1. Pengurutan Payudara a. Pengurutan Payudara 1) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil. 2) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah putting susu selama 2 menit (10kali) untuk masing-masing payudara.

7 14 3) Handuk bersih 1-2 buah. 4) Air hangat dan air dingin dalam baskom. 5) Waslap atau sapu tangan dari handuk. 2. Langkah-langkah pengurutan payudara: a) Pengurutan yang pertama Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah atas lalu arak sisi samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan kali untuk setiap satu payudara. b) Pengurutan yang kedua Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan gerakan kali. c) Pengurutan yang ketiga Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke putting susu. Langkah gerakan kali. d) Pengompresan Alat-alat yang disiapkan:

8 15 a. 2 buah kom sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air dingin. b. 2 buah waslap. Caranya: Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat. c. Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui. 3. Perawatan puting susu Putting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada putting susu oleh karena itu putting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak semua wanita mempunyai putting susu yang menonjol (normal). Ada wanita yang mempunyai putting susu dengan bentuk yang mendatar atau masuk kedalam, bentuk putting susu tersebut tetap dapat mengeluarkan ASI jika dirawat dengan benar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merawat putting susu: 1. Setiap pagi dan sore sebelum mandi putting susu (daerah areola mamae), satu payudara diolesi dengan minyak kelapa sekurangkurangnya 3-5 menit, lama 4-5 kali.

9 16 2. Jika putting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya pada Putting susu dengan gerakan memutar dan ditarik-tarik selama 30 kali putaran untuk kedua putting susu. 3. Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan berikut: a. Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu, kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui putting susu secara perlahan. b. Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting susu lalu tekan serta hentakkan kearah putting susu secara perlahan. 4. Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan handuk kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada putting susu dapat terlepas. 5. Akhirnya payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI. Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan sore hari, sebaiknya tidak menggunakan alkohol atau sabun untuk membersihkan putting susu karena akan menyebabkan kulit kering dan lecet. Pengguna pompa ASI atau bekas jarum suntik yang dipotong ujungnya juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah pada putting susu yang terbenam.

10 17 E. PENGETAHUAN 1.Tingkat Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari manusia terdiri dari jumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman dari orang lain. a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali, sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application)

11 18 Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. d. Analisis (analiysis) Analisis diartikan sebagai kemapuan untuk menjabarkan materi atau objek keadaan kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu sruktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sistensis (syntesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2. Cara Memperoleh Pengetahuan Adapun memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo 2002 : a) Cara tradisional atau non alamiah Ada 4 cara tradisional yang digunakan, yaitu : 1) Cara coba salah (Trial and error)

12 19 Cara ini dilakukan dengan mengguakan kemungkina dalam memecah masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagalpula, maka dicoba kembali kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal maka dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya., sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Pada cara ini, pengetahuan didapatkan dari orang yang berpengaruh dalam masyarakat kemudian diikuti dengan rasionalisasi. Misalnya sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin manyarakat formal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut berdasarkan dari otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama atau ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Merupakan sumber dari pengetahuan atau pengalaman, suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

13 20 4) Melalui jalan pintas Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun berkembang. Dari sini manusia pun mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirnya, baik melalui induksi maupun deduksi. b) Cara modern atau ilmiah Pada dewasa ini lebih sistemis, logis dan ilmiah yang disebut dengan metode penelitian ilmiah (Research Methodology). Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecah suatu masalah. c) Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003). Pengkatagorikan pengetahuan dibagi menjadi 3 yaitu :

14 21 a. Baik jika persentase 76% - 100% b. Cukup jika persentase 56% - 75% c. Kurang jika persentase < 55% (Arikunto, 2006) F. SIKAP Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dan merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu kehayatan terhadap objek (Notoatmodjo,2005). Menurut Berkowitz, (Azwar, 2005) sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung, atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. a) Faktor Perilaku Menurut Lawrance Green yang dikutip dari Notoatmodjo S, kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes), dan faktor non perilaku (non behavior caus). 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. a. Pengetahuan

15 22 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang dapat diperolah melalui pendidikan, paparan media masa (akses informasi), ekonomi (pendapatan), hubungan sosial (lingkungan sosial budaya), pengalaman. Sebelum dilakukan perawatan payudara, responden harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku dan apa risikonya apabila terjadi pembekakan pada payudara dengan perawatan payudara pada ibu menyusui. Melalui pendidikan ibu menyusui akan mendapatkan pengetahuan pentingnya merawat payudara, sehingga diharapkan ibu tahu, bisa menilai, bersikap yang didukung adanya fasilitas perawatan sehingga tercipta perilaku merawat payudara. b. Sikap Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus dan objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah ibu mengetahui tentang

16 23 bahayanya pembekakan pada payudara (melalui pengalaman, pengaruh orang lain, media massa, lembaga pendidikan, emosi), proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap kegiatan merawat payudara tersebut. c. Kepercayaan Sering diperoleh dari suami, dan keluarga. Pendidikan bisa melalui tenaga kesehatan dan keluarga, misal selain mengajari cara pentingnya merawat payudara, tenaga kesehatan atau keluarga bisa membiasakan dirinya merawat payudara, sehingga ibu bisa melakukan sendiri dirumah. Karena ibu menganggap benar apa yang telah diberikan pengarahan pada tenaga kesehatan dan keluarga. 2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) Terwujud dalam lingkungan fisik, ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat buang sampah, tempat buang tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, pos obat desa, Dokter atau Bidan Swasta dan sebagainya.

17 24 3. Faktor-faktor penguat (reinforcing faktor) Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Maka promosi dan kesehatan yang paling tepat adalah bentuk pelatihan bagi tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan, agar sikap dan perilaku petugas atau tokoh agama dan tokoh masyarakat dapat menjadi teladan, contoh, atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat). b) Teori Skinner Menurut skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori S- O-R atau Stimulus-Organisme-Respon. Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu: 1. Respondent respons atau reflexive respons Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

18 25 2. Operant respons atau instrumental respons Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang itu disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. c) Komponen pembentukan sikap Menurut Allport (Azwar, 2003) ada 3 komponen yang membentuk sikap yang utuh adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003). Faktor-faktor yang ikut membentuk sikap manusia adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam individu (Azwar, 2005). d) Tingkat sikap Menurut (Notoatmodjo, 2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan sebagai berikut:

19 26 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberiakan (objek). 2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yanh paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ditanyakan bagaimana pendapat atau tidak langsung dengan pertanyaanpertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan responden (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).

20 27 G. Kerangka Teori Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Sikap 4. Kepercayaan 5. Keyakinan Faktor Pendukung: 1. Lingkungan fisik 2. Ketersediaan sarana dan prasarana sumber/ fasilitas kesehatan Perawatan payudara Faktor Penguat : 1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 2. Sikap dan perilaku tokoh masyarakat Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2005)

21 28 H. Kerangka Konsep Variabel independen Variabel dependen PENDIDIKAN PERAWATAN PAYUDARA PENGETAHUAN Bagan 2.2 Kerangka Konsep

22 29 I. VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel bebas (independent variabel) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel yang mempengaruhi variabel lain, artinya apabila variabel indepanden berubah maka akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Nama lain variabel independen adalah variabel bebas, resiko, prediktor, kausa. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah pendidikan, tingkat pengetahuan tentang pearawatan payudara. 2. Variabel terikat (dependent variabel) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan variabel bebas. Nama lain variabel dependen adalah variabel terikat, efek, hasil, outcame, respon, atau avent. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah perawatan payudara pada ibu menyusui pasca persalinan (Arianto A., 2011) J. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : H 1 = Ada hubungan pendidikan tentang perawatan payudara dengan perawatan payudara pada ibu menyusui pasca persalinan. H 2 = Ada hubungan pengetahuan tentang perawatan payudara dengan perawatan payudara pada ibu menyusui pasca persalinan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. NIFAS 1. Definisi Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal, masa nifas berlangsung selama 6 minggu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet, payudara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS MASALAH MASA NIFAS Disusun Oleh : MUHAMMAD JAMAL MISHBAH NIM : 6143027 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS 2015/2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2016 Husnul Muthoharoh* *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Konsep Dasar Nifas a. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Masa nifas berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI dan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih rendah. Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan

Lebih terperinci

PERAWATAN PAYUDARA POST NATAL

PERAWATAN PAYUDARA POST NATAL SATUAN ACARA PENGAJARAN PERAWATAN PAYUDARA POST NATAL Disusun Oleh : DEWI KARTIKA SARI NIM. G6B 204 009 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAMSTUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.asi eksklusif atau lebih tepat pemberian

Lebih terperinci

BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN

BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wanita pasti menginginkan bentuk payudara yang ideal dan menarik, maka tak jarang kita mendengar beberapa wanita memilih untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa disebut masa puerperineum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teknik Menyusui yang Benar a. Pengertian Beberapa pengertian menyusui dari beberapa sumber, antara lain: 1) Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postpartum atau masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pengetahuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi dari proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Nifas Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinyamelahirkan atau berari masa setelah melahirkan. Masa nifas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawatan Post Partum Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2004). Periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Definisi Nifas Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai dengan pulihnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011). Dalam masa

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL Aprilia Megawati *),Shinta Ayu Nani **) *) Mahasiswa Akbid Uniska Kendal **)Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Masa Nifas Masa nifas disebut juga masa postpartum yaitu waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi. Kandungan gizi yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya membuat ASI tidak tergantikan oleh susu formula yang paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi Pengertian ASI (Air Susu Ibu) ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan Dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINDAKAN BREAST CARE DAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS GETASAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

GAMBARAN TINDAKAN BREAST CARE DAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS GETASAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG GAMBARAN TINDAKAN BREAST CARE DAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS GETASAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH OLEH WIWIK ARDITA RINI 0101199 AKADEMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010; h.357). Selama masa nifas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POST NATAL BREAST CARE DENGAN TERJADINYA BENDUNGAN ASI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) WILAYAH KERJA PUSKESMAS WURYANTORO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA POST NATAL BREAST CARE DENGAN TERJADINYA BENDUNGAN ASI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) WILAYAH KERJA PUSKESMAS WURYANTORO WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA POST NATAL BREAST CARE DENGAN TERJADINYA BENDUNGAN ASI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) WILAYAH KERJA PUSKESMAS WURYANTORO WONOGIRI Sutarni & Herdini Widyaning Pertiwi Akademi Kebidanan Estu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1. Praktek Perawatan Payudara Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Perilaku yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu

Lebih terperinci

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF ASI EKSKLUSIF A. PENGERTIAN Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain. ( www.tabloid- nakita.com, 2005 )

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PENDIDIKAN TENTANG CARA PERAWATAN PAYUDARA. PADA Ny. S POST PARTUM SPONTAN DISERTAI PRE EKLAMSIA

RENCANA PELAKSANAAN PENDIDIKAN TENTANG CARA PERAWATAN PAYUDARA. PADA Ny. S POST PARTUM SPONTAN DISERTAI PRE EKLAMSIA RENCANA PELAKSANAAN PENDIDIKAN TENTANG CARA PERAWATAN PAYUDARA PADA Ny. S POST PARTUM SPONTAN DISERTAI PRE EKLAMSIA RINGAN DI RUANG DAHLIA I RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah

Lebih terperinci

Volume 3, Nomor 2 Desember 2015, 58-70

Volume 3, Nomor 2 Desember 2015, 58-70 PENGARUH PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU YANG MEMPUNYAI ANAK USIA 0 SAMPAI 6 BULAN DI RT 02 RW 03 GEDOK WETAN KABUPATEN MALANG Vivin

Lebih terperinci

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994). Pembentukan dan Persiapan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG

STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG dr. Andre, Feni Wilarsih Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan. Lampiran 2 SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Asuhan Pelayanan Kebidanan Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Kehamilan Waktu : 16.00 WIB Sasaran : Ny.M Tanggal : 15 Agustus 2015 Tempat : Klinik Sumiariani A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusu Dini 2.1.1 Definisi IMD Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS MEUREUBO KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 PROPOSAL SKRIPSI DISUSUN OLEH : DARSINA NIM : 07C10104026

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perawatan payudara pada masa nifas merupakan perawatan yang dilakukan untuk mempersiapkan payudara agar dalam kondisi baik saat menyusui bayinya, meliputi perawatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA DI KLINIK KHADIJAH LUPUK PAKAM. Reni Agustina Harahap

ANALISIS PERILAKU IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA DI KLINIK KHADIJAH LUPUK PAKAM. Reni Agustina Harahap ANALISIS PERILAKU IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA DI KLINIK KHADIJAH LUPUK PAKAM Reni Agustina Harahap Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Email

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI (Air Susu Ibu) 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai kira kira bayi berumur 6 bulan, dan ASI mempunyai banyak manfaatnya. Karena itu penting

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 43 BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas mengenai pengaruh pijat punggung atau pijat oksitosin menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih tingginya angka kematian bayi dan rendahnya status gizi bayi sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA Nelly Indrasari* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekes Tanjungkarang Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air susu ibu sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Menyusui banyak manfaatnya

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 1998). a. Struktur Makroskopis (Verralls, 1997)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 1998). a. Struktur Makroskopis (Verralls, 1997) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Anatomi Payudara Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ASI 2.1.1.1 Definisi ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE- DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN Andri Tri Kusumaningrum Program Studi D Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Ibu post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negara Indonesia yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan negara Indonesia yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KASUS. menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,

BAB II TINJAUAN KASUS. menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli, BAB II TINJAUAN KASUS A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Pengertian Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering di sebut early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawatan Payudara Masa Antenatal 1. Anatomi Fisiologi Payudara Payudara terletak secara vertikal diantara kosta II dan IV secara horizontal mulai sternum sampai linea aksilaris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS DI SUSUN OLEH: KELOMPOK : 10 1. REVIA MONALIKA 2. RIA PRANSISKA 3. RENI 4. RIKA DOSEN PEMBIMBING : VERA YUANITA, SST SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA Siti Aisyah* Titi Sri Budi** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Nur Sholichah ABSTRAK Perawatan payudara adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas mengenai aplikasi pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S di Ruang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Anatomi Payudara Payudara terletak memanjang secara transversal dari batas lateral sternum ke garis midaxilla dan secara vertikal

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI Mimatun Nasihah* dan Siti Rodliyatun** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Tanpa Rokok 2.1.1 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Rokok merupakan ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan merokok atau kegiatan

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

CONTENT VALIDITY INDEX PERILAKU IBU HAMIL TENTANG PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE) SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK SALLY KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2010

CONTENT VALIDITY INDEX PERILAKU IBU HAMIL TENTANG PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE) SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK SALLY KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2010 CONTENT VALIDITY INDEX PERILAKU IBU HAMIL TENTANG PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE) SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK SALLY KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2010 A Pertanyaan No Pengetahuan 0,7 0,8 0,9 1,0 1 Perawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa pascapartum (nifas) merupakan suatu masa antara melahirkan sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini dimulai

Lebih terperinci

1

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Post Partum merupakan keadaan dimana dimulainya setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ kandungan kembali seperti keadaan semula dan sebelum hamil yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Perawatan Kehamilan di Desa Manis Kabupaten Asahan Kecamatan Pulau Rakyat Tahun 2016

Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Perawatan Kehamilan di Desa Manis Kabupaten Asahan Kecamatan Pulau Rakyat Tahun 2016 112 Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Perawatan Kehamilan di Desa Manis Kabupaten Asahan Kecamatan Pulau Rakyat Tahun 2016 Nama Responden : 1. Faktor Internal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. 25 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SADARI 2.1.1. Defenisi SADARI Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009).

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009). digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pijat Oksitosin a. Pengertian Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan pada ibu menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization, United Nations Children and Education Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Dan. dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior).

II. TINJAUAN PUSTAKA. indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Dan. dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Notoatmodjo (2003) mendefinisikan pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci