BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang merupakan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang merupakan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tidur Defenisi Tidur Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badan yang berbeda, dapat dibangunkan oleh sebuah rangsangan sensori atau stimulus lain dari lingkungan (Tarwoto dan Wartonah,2010). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan, memiliki manfaat untuk memperbaharui sel-sel tubuh yang rusak, mengeliminasi racun-racun dan memulihkan tubuh baik secara fisik maupun emosional agar dapat bertahan hidup (Potter & Perry, 2005) Fisiologi Tidur Siklus tidur dan bangun diatur secara terpusat diotak dan dipengaruhi oleh kebiasaan sehari-hari dan lingkungan. Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme cerebral yang secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Tidur terjadi hanya ketika perhatian dan aktifitas menurun. Pengaturan kegiatan tidur melibatkan

2 dua mekanisme otak yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR) (Taylor, Lilis & LeMone, 2001). RAS berada di batang otak bagian atas yang dipercaya terdapat sel-sel khusus yang menyebabkan seseorang terjaga yang disebabkan oleh terjadinya pelepasan catecholamines seperti norepinephrine diserabut syaraf RAS (Potter & Perry, 2005). Sedangkan BSR berada di pons dan otak tengah yang merupakan bagian otak yang mengandung sel-sel khusus yang menghasilkan serotonin yang dapat menyebabkan seseorang tidur (Tarwoto & Wartonah, 2010). Berbagai neurotransmitter juga terlibat dalam proses terjadinya tidur seperti norepinefrin, acetylcholine, serotonin, dopamin, dll yang berfungsi sebagai komunikasi antara saraf-saraf di RAS yang dilepaskan dari axon untuk mengikatkan dirinya dengan reseptor spesifik pada sel saraf lainnya (Taylor, Lilis & LeMone, 2001). Serotonin adalah neurotransmiter utama menurunkan aktifitas RAS sehingga menyebabkan tidur dan pada keadaan sadar, saraf-saraf dalam RAS melepaskan katekolamin seperti norepinefrin (Tarwoto & Wartonah, 2010). Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur dengan sifat-sifat mendekati tidur alami. Daerah perangsangan yang paling mencolok adalah nucleus raphe yang terletak diseparuh bagian bawah pons dan medulla. Daerah ini merupakan lembaran tipis nuklei. Serat saraf dari nuklei ini menyebar secara luas diformasio retikularis dan juga keatas menuju talamus,

3 neokorteks, hipotalamus dan sebagian besar daerah sistem limbik. Selain itu seratserat juga menyebar kebawah menuju medulla spinalis, berakhir diradiks posterior dimana serat-serat ini dapat menghambat sinyal-sinyal nyeri yang masuk. Juga telah diketahui bahwa ujung serat dari neuron raphe ini mensekresikan serotonin. Juga bila seekor binatang diberi obat menghambat serotonin, maka binatang tersebut seringkali tidak dapat tidur selama beberapa hari berikutnya. Oleh karena itu, dianggap bahwa serotonin merupakan bahan transmitter utama berkaitan dengan timbulnya keadaan tidur (Taylor, Lilis & LeMone, 2001) Tahapan Tidur Setiap malam seseorang mengalami dua tipe yang saling bergantian. Tahapan tidur normal ada dua yaitu, tahapan tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tahapan tidur Rapid Eye Movement (REM). Tahapan tidur ini memiliki karakteristik tertentu yang dianalisis dengan bantuan Elektroencefalograph (EEG) yang menerima dan merekam gelombang otak, Elektrooculogram (EOG) yang merekam pergerakan mata dan Elektromyograph (EMG) yang merekam tonus otot (Taylor, Lilis & LeMone, 2001) Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) Tidur NREM juga disebut sebagai tidur gelombang lambat. Craven & Hirnle,(2000) menjelaskan bahwa karakteristik dari tidur NREM adalah 75% sampai 80% dari total waktu tidur orang dewasa normal yang ditandai dengan aktifitas mental tubuh yang minimum. Tidur NREM ini terdiri dari 4 stadium tidur yang

4 memiliki karakteristik tertentu. Pada setiap stadium dari tidur NREM akan mengalami beberapa perubahan seiring dengan bertambahnya usia dimana terdapat peningkatan kuantitas dari stadium satu dan dua serta penurunan kuantitas dari stadium tiga dan empat. Stadium I Merupakan stadium paling ringan yang artinya jika seseorang tidur, masih dapat dibangunkan dengan mudah (Tarwoto & Wartonah, 2010). Karakteristik NREM tahap I menurut Potter & Perry (2005), yaitu merupakan tahap yang paling awal dari tidur, tahapan ini berakhir dalam beberapa menit, terjadi penurunan fisiologis dimulai dari penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme, seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara dan ketika terbangun seseorang merasa seperti telah melamun. Juga ditandai dengan aktifitas EEG frekuensi tinggi amplitudo rendah (Ganong, 2002). Stadium II Pada fase ini seseorang lebih rileks tetapi masih dapat dibangunkan dengan memanggil namanya dan merupakan periode tidur bersuara (Potter & Perry, 2005). Pada tahap ini terjadi kumparan tidur (Sleep Spindle), dan terjadi letupan-letupan gelombang mirip alfa (Ganong, 2002). Karakteristiknya adalah bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari fase pertama, fase ini berlangsung 50-55% dari total waktu tidur (Taylor, Lilis & LeMone, 2001).

5 Kemajuan relaksasi, untuk terbangun relatif mudah dan tahapan berakhir menit (Potter & Perry, 2005). Stadium III Fase tidur ini lebih dalam dari fase sebelumnya. Karakteristiknya adalah tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur, otot-otot dalam keadaan santai penuh, seseorang akan sulit dibangunkan dan jarang bergerak, serta peningkatan fungsi penyimpanan energi (Potter & Perry, 2005). Fase ini berlangsung 10% dari total waktu tidur atau selama menit (Craven & Hirnle, 2000). Stadium IV Fase ini merupakan tidur yang lambat dan dalam dengan karakteristiknya adalah sangat sulit untuk dibangunkan, pernafasan dan nadi menurun, tekanan darah menurun, suhu menurun dan metabolisme lambat dan otot-otot relaksasi (Potter & Perry, 2005) Tidur Rapid Eye Movement (REM) Tahap tidur REM sangat berbeda dari tidur NREM. Tidur REM adalah tahapan tidur yang paling aktif. Pola nafas dan denyut jantung tidak teratur dan tidak terjadi pembentukan keringat. Sepanjang tidur malam yang normal tidur REM berlangsung selama 5-30 menit dan biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit, dimana tidur REM yang pertama terjadi dalam waktu menit sesudah orang

6 tersebut tidur. Karakteristik tidur REM yaitu lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM, pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya, jika individu terbangun pada tidur REM biasanya terjadi mimpi, tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi (Tarwoto & Wartonah, 2010). Skema 1. Tahapan Tidur (dikutip dari fundamental of nursing by Potter & Perry) (2005) Mengantuk Stadium 1 NREM Stadium 2 NREM Stadium 3 NREM REM Stadium 4 NREM Stadium 2 NREM Stadium 3 NREM Fungsi Tidur Fungsi tidur yang adekuat secara jelas tidak diketahui (Hidayat, 2006). Walaupun demikian kekurangan tidur dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian. Manfaat tidur yaitu untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada paru, kardiovaskuler,endokrin, dan lain-lain. Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa salah satu teori mengatakan tidur adalah saat untuk memulihkan dan mempersiapkan energi untuk periode berikutnya. Denyut nadi saat tidur juga menurun yang dapat memelihara jantung. Tidur dapat

7 memulihkan proses biologis, dimana selama tahapan NREM stadium 4 tubuh mengeluarkan hormon pertumbuhan yang memperbaiki sel-sel epitel penting seperti sel-sel otak. Tidur NREM berfungsi sebagai waktu untuk memulihkan fisik. Sintesa protein juga berlangsung selama tidur. Tahapan tidur REM penting untuk pemulihan kognitif dengan meningkatnya kelancaran aliran darah cerebral, meningkatnya aktivitas cortisol, meningkatnya konsumsi oksigen yang membantu penyimpanan memori dan proses belajar (Potter & Perry, 2005). Tidur REM berfungsi sebagai waktu untuk memulihkan mental dan emosional. 2.2 Konsep Kualitas Tidur Pengkajian Kualitas Tidur Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari kemampuan individu dalam mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur yang cukup dari tidur REM dan NREM, pada sebagian orang ditentukan oleh kuantitas tidur (Alcott,2007). Kualitas tidur dapat diketahui dengan melakukan pengkajian yang meliputi data subjektif dan objektif (Craven & Hirnle, 2000). Data subjektif merupakan kriteria yang sangat penting untuk menentukan kualitas tidur seseorang melalui pernyataan subjektif mengenai kualitas tidur yang dialaminya. Pernyataan subjektif ini sangat bervariasi pada individu (Potter & Perry, 2005). Dalam pernyataan subjektif, individu biasanya melaporkan pengalaman tidur yang dialami berkaitan dengan total waktu tidur, lamanya waktu yang dibutuhkan

8 untuk tertidur, frekuensi seringnya terbangun pada malam hari dan waktu bangun dipagi hari (Craven & Hirnle,2000). Data objektif dapat dilihat dari pemeriksaan fisik dan diagnostik (Tarwoto & Wartonah, 2010). Pemeriksaan fisik dapat diobservasi dari penampilan wajah seperti adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan konjungtiva merah. Dapat juga dilihat dari perilaku dan tingkat energi individu seperti perilaku iritabel, kelelahan, respon lambat, sering menguap, bingung, postur tubuh tidak stabil dan tangan tremor serta pusing dan mual. Dari pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan dengan merekam proses tidur dengan alat-alat seperti EEG (electroencephalogram) untuk melihat aktivitas listrik otak, EMG (electromyogram) untuk pengukuran tonus otot dan EOG (electrooculogram) untuk melihat pergerakan mata (Potter & Perry, 2005). Walaupun pengukuran kualitas tidur dengan perekaman proses tidur dengan EEG, EMG, EOG dalam hal ini data objektif memberikan hasil yang valid namun dengan pengukuran kualitas tidur menggunakan data subjektif sangat dibutuhkan dalam mengkaji kualitas tidur. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Vitiello et al (2004) yang meneliti tentang korelasi antara hasil yang didapatkan beberapa partisipan yang diukur kualitas tidurnya secara subjektif dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan secara objektif dengan menggunakan polysomnography memiliki hubungan yang sangat signifikan meliputi variabel jumlah waktu tidur, waktu yang dihabiskan di tempat tidur, latensi tidur, dan efisiensi tidur. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Cohen (1997, dalam Bukit, 2003) juga

9 melaporkan korelasi antara pengukuran tidur dengan data objektif yang dilakukan oleh teman sekamar dan laporan pribadi mencapai angka 0,84 yang mengindikasikan bahwa korelasi yang sangat kuat. Sehubungan dengan hal diatas pengukuran kualitas tidur dengan menggunakan alat-alat EEG, EOG, dan EMG merupakan pengukuran kualitas tidur yang standard, namun tidak memungkinkan untuk dilakukan pada penelitian ini karena alat yang tidak tersedia, sehingga pengukuran kualitas tidur dengan menggunakan data subjektif dengan menggunakan kuesioner PSQI dan data observasi dapat menjadi parameter kualitas tidur yang digunakan dalam penelitian ini Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah Lama tidur yang dibutuhkan seseorang tergantung pada tahap perkembangan atau usianya. Semakin tua usia seseorang, semakin sedikit pula lama tidur yang diperlukan atau dengan kata lain waktu yang diperlukan untuk tidur bagi anak-anak lebih banyak jika dibandingkan dengan orang dewasa. Pola tidur normal pada anak usia sekolah adalah 10 jam per hari. Kebiasaan tidur setiap orang adalah bervariasi tergantung pada kebiasaan yang dibawa semasa perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya (Tarwoto & Wartonah, 2010). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkaji kualitas tidur anak usia sekolah adalah total waktu tidur anak, waktu yang dibutuhkan anak untuk dapat tidur,

10 jumlah atau frekuensi terjaga pada anak selama tidur, perasaan anak saat bangun tidur, persepsi anak tentang kedalaman tidur, dan persepsi anak tentang kepuasan tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Seseorang dapat tidur dengan waktu yang pendek, namun dengan kedalaman tidur yang cukup. Sehingga dengan demikian, pada saat bangun tidur, akan terasa segar kembali dan pola tidur yang demikian tidak akan mengganggu kesehatan. Kurang tidur yang sering terjadi dan berkepanjangan, dapat mengganggu kesehatan fisik dan mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan terjadinya perubahan suasana kejiwaan (psikis), kurang tanggap terhadap adanya rangsangan (lamban), dan kurang dapat berkonsentrasi (Ramadhan, 2008). Ada beberapa tanda yang perlu diperhatikan pada anak yang kurang istirahat atau tidur, yaitu : mengungkapkan rasa lelah, lingkar hitam disekitar mata, tremor dan postur tubuh tidak stabil, konsentrasi menurun dan respon lambat, pusing dan mual, konjungtiva merah, menangis, rewel, cengeng, bingung, dan sering menguap (Ramadhan, 2008). Faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur secara umum antara lain adanya penyakit serta rasa nyeri, keaadaan lingkungan yang tidak nyaman

11 dan tidak tenang, kelelahan, emosi tidak stabil, beberapa jenis obat-obatan dan penggunaan alkohol (Ramadhan, 2008). 2.3 Konsep Anak Usia Sekolah Defenisi Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang berumur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya( Wong, 2008). Rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun memiliki berbagai label, yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari periode tersebut. Periode usia pertengahan ini sering kali disebut usia sekolah atau masa sekolah (Wong, 2008) Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah a) Perkembangan Biologis Selama masa kanak-kanak pertengahan, pertumbuhan tinggi dan berat badan terjadi lebih lambat tetapi pasti jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Antara usia 6-12 tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun untuk mencapai tinggi badan cm dan berat badannya akan bertambah hampir dua kali lipat, bertambah 2-3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg; tinggi rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat badannya mendekati 40 kg. Pada periode ini, anak

12 laki-laki cenderung sedikit lebih tinggi dan kadang-kadang sedikit lebih berat dari anak perempuan ( Wong, 2008). b) Perkembangan Psikososial Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu tenang antara fase Odipus pada masa kanak-kanak awal dan erotisisme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya sesama jenis setelah pengabdian pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas ( Wong, 2008). Menurut Erikson perkembangan psikososial ada 2 tahap yaitu tahap industri atau pencapaian dan tahap inferioritas atau perasaan kurang berharga. Dimana tahap industri, anak usia sekolah ingin mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti dan berguna secara sosial. Dengan tumbuhnya rasa kemandirian, anak usia sekolah ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai selesai. Sedangkan pada tahap inferioritas, anak usia sekolah tidak dipersiapkan untuk memikul tanggung jawab yang terkait dengan perkembangan rasa pencapaian, perasaan kurang berharga dapat timbul dari anak itu sendiri dan dari lingkungan sosial nya (Wong, 2008).

13 c) Perkembangan Kognitif Tahap operasional konkret menurut J.Piaget adalah anak mampu menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan. Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun prasekolah digantikan dengan proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Selama tahap ini anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan antara sesuatu hal dan ide. Anak mengalami kemajuan dari pembuat penilaian berdasarkan apa yang mereka lihat (pemikiran perseptual) sampai membuat penilaian berdasarkan alasan mereka (konseptual) ( Wong, 2008). d) Perkembangan Moral Menurut Kohlberg, pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Anak mempelajari standar-standar untuk perilaku yang dapat diterima, bertindak sesuai dengan standar tersebut dan merasa bersalah jika melanggarnya. Anak usia sekolah mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang lain. Mereka mampu memahami dan menerima bagaimana memperlakukan orang lain dan seperti bagaimana yang anak inginkan ( Wong, 2008).

14 e) Perkembangan Spiritual Perkembangan spiritual pada anak usia sekolah mempunyai batasan berfikir yang sangat konkret, tetapi pelajar yang baik dan memiliki kemauan besar untuk mengenal Tuhan. Mereka menggambarkan Tuhan adalah sayang dan membantu dan mereka sangat tertarik dengan adanya surga dan neraka. Dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan, anak takut masuk neraka karena kesalahan dalam perbuatannya. Anak usia sekolah ingin dan berharap dihukum apabila mereka melakukan kesalahan dan jika diberi pilihan anak lebih memilih hukuman yang sesuai dengan kejahatannya. Sering kali anak menggambarkan penyakit dan cedera adalah hukuman karena kelakuan yang buruk yang nyata maupun kelakuan buruk dalam pikiran anak. Konsep agama harus dijelaskan kepada anak dalam istilah yang konkret. Anak merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan ritual agama lainnya, dan aktivitas ini merupakan bagian kegiatan sehari-hari anak. Hal ini dapat membantu anak dalam melakukan koping dalam menghadapi situasi yang mengancam ( Wong, 2008). f) Perkembangan Sosial Anak usia sekolah akan bersosialisasi dengan kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada temannya yang lain. Anak usia sekolah memiliki budaya mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang meningkatkan rasa solidaritas

15 kelompok dan melepaskan diri dari kelompok orang dewasa. Identifikasi dengan teman sebaya memberi pengaruh kuat bagi anak dalam memperoleh kemandirian dari orang tua. Bantuan dan dukungan kelompok memberi anak rasa aman yang cukup untuk menghindari resiko penolakan dari orang tua yang disebabkan oleh setiap kemenangan kecil dalam perkembangan kemandirian (Wong, 2008). 2.4 Konsep Aromaterapi Pengertian Aromaterapi Aromaterapi berasal dari dua kata yaitu aroma dan terapi. Dimana aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih enak dan biasanya disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2000). Aromaterapi adalah suatu terapi yang meliputi penggunaan minyak esensial yang berasal dari tanaman, yang dapat digunakan sebagai salah satu terapi alternatif dengan memanfaatkan uap minyak/minyak atsiri (esensial oil) dan melibatkan organ penciuman manusia Aromaterapi Lavender Lavender oil yang umum digunakan dalam perawatan memiliki nama latin lavunda angustifolia. Minyak lavender ini berasal dari bunga lavender, wanginya segar sekaligus menenangkan. Minyak esensial ini sangat aman sehingga dapat

16 digunakan untuk mengobati luka. Kandungan zat aktif yang dimiliki lavender berkasiat sebagai penghilang rasa sakit, antiseptik, meregenerasi sel kulit dan menenangkan sel saraf, mengatasi ketegangan otot, dan mengatasi gangguan pencernaan. Minyak lavender dapat digunakan sebagai campuran minyak pijat, diteteskan pada air mandi untuk berendam, inhalasi atau pewangi ruangan dan memberikan efek relaksasi. Lavender dikenal dengan sebutan bahasa latin lavandula officinalis L. Vera. Minyak lavender diperoleh dengan cara distilasi bunga. Komponen kimia utama yang dikandungnya adalah ester jenis linalil asetat, linalool, alkohol, oksida, keton dan aldehid (Agusta, 2000). Minyak levender sangat bersifat serba guna, sangat cocok untuk merawat kulit terbakar, terkelupas, dan juga membantu kasus insomnia/sulit tidur. Aromanya berkasiat membangkitkan kesehatan, cinta, dan kedamaian (Agusta, 2000). Lavender juga bersifat analgesik; untuk nyeri kepala, nyeri otot, bersifat antibakterial, antifungal, antiinflamasi, antiseptik, dan penenang (Price, 1997). Sejauh ini tidak ada kontraindikasi yang diketahui dan tidak terdapat iritasi atau sensitisasi jika digunakan pada kulit dan juga tidak mengiritasi mukosa. lavender adalah aromaterapi yang sangat aman yang banyak digunakan untuk keperluan-keperluan rumah tangga dan wanginya yang banyak digemari (Price, 1997) Sifat Teraupetik Aromaterapi Bau yang segar, harum, merangsang sensori, reseptor dan akhirnya mempengaruhi organ yang lain. Berbeda dengan obat kimiawi sintetis, pemakaian minyak esensial tumbuhan sebagai bahan aromaterapi tidak dianggap benda asing

17 oleh tubuh, sehingga tidak memperberat kerja organ-organ tubuh minyak esensial masuk ke sirkulasi tubuh dan menuju organ sasaran untuk memberikan reaksi (Niken, 2007). Aromaterapi yang dipakai bisa berupa pengharum ruangan, dupa (incense stick), cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air diatas tungku kecil, atau bentuk-bentuk yang lainnya. Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar membuat jiwa, tubuh dan pikiran merasa relaks dan bebas. Aromaterapi digunakan untuk relaksasi dan pengobatan. Banyak alasan mengapa minyak esensial atau aromaterapi perlu diikutsertakan dalam proses penyembuhan penyakit, karena minyak esensialnya memiliki banyak sifat yang positif dan memberikan efek seperti yang diinginkan seperti antiseptik, antibiotik, analgetik, sedatif dan sebagainya, tetapi hanya sedikit yang memiliki kekurangan seperti yang bersifat mengiritasi kulit seperti daun kayu manis, daun cengkeh. Hal penting mengapa minyak esensial disukai adalah karena aromanya yang menyenangkan. Bahan ini banyak sekali digunakan dalam keperluan rumah tangga (contohnya lemon dan lavender) dan diterima dengan baik oleh karena jauh lebih menyenangkan dan aman bila dibandingkan dengan pemakaian karbol. Aromanya sendiri akan memberikan efek dan manfaat kepada orang yang menggunakannya (Price, 1997).

18 a. Antiseptik dan Antibiotik Minyak esensial memiliki kerja dan efek yang multiple misalnya minyak esensial yang dipakai dalam pengobatan infeksi respiratorius, minyak ini bukan saja memberikan kasiat antiseptik, tetapi juga mukolitik, anti inflamasi dan seterusnya. Contoh lainnya adalah penggunaan minyak esensial dalam sistem pencernaan yang sekalipun bersifat antiseptik, kerja minyak esensial ini tidak mengganggu kerja flora usus serta fungsi sekresi saluran cerna sehingga berbeda dengan antibiotik yang tidak dikehendaki. Penggunaan minyak esensial merupakan cara yang pasti untuk menghindari fenomena timbulnya resistensi pada mikroba karena essence aromatic dapat membunuh secara selektif strain kuman yang resisten. Beberapa minyak esensial yang berkhasiat antiseptik dan antibiotik antara lain lavender, peppermint, cengkih, mawar, lemon dan lain sebagainya. Sifat antiseptik minyak esensial ini juga dapat digunakan sebagai sarana yang sangat menyenangkan dan efektif untuk desinfeksi udara dalam ruangan tertutup, sehingga ideal untuk digunakan dalam kamar klien, unit luka bakar, bagian resepsionis, ruang tunggu dan lain-lain (Price, 1997). b. Analgesik Banyak minyak esensial memiliki sifat analgesik hingga derajat tertentu dan mengapa terjadi demikian tampaknya tidak ada keterangan yang dapat menjelaskan, mengingat rasa nyeri itu sendiri merupakan masalah yang rumit. Namun diperkirakan

19 sifat analgetik ini terjadi akibat efek antiinflamasi, sirkulasi serta detoksifikasi dan juga sifat anastesi dari minyak esensial itu sendiri. Senyawa fenol yang terdapat pada minyak cengkeh sudah dikenal sebagai obat yang dapat menghilangkan pegal, nyeri otot, dan sakit gigi. Pada kulit, minyak yang kaya dengan senyawa terpene memiliki efek analgesik, khususnya obat yang mengandung paracymene (Price, 1997). Beberapa minyak esensial memiliki sifat sedatif universal sebagai pereda nyeri, misalnya chamomile, canaga ordorata, citrus bergamia, cengkeh, lavender dan masih banyak jenis minyak esensial lain berkhasiat sebagai analgesik. c. Pengatur Keseimbangan Aromaterapi memiliki khasiat yang benar-benar dirasakan untuk mengatur keseimbangan. Minyak esensial merupakan campuran yang komplek dari berbagai konsistensi alami sebagian diantaranya bersifat stimulant sementara sebagian lainnya bersifat sedatif sehingga satu minyak esensial bias saja memperlihatkan efek stimulasi pada suatu keadaan lain. Efek ini dikenal sebagai efek adaptogenik. Salah satu contoh minyak esensial yang dapat digunakan sebagai pengatur keseimbangan tekanan darah yaitu kenanga atau canaga ordorata (Price, 1997). d. Hormonal Sebagian minyak esensial memiliki kecenderungan untuk menormalkan sekresi hormonal dan kerjanya ini diperkirakan terjadi secara langsung atau hipofise. Kerja yang mirip hormon ini dari ekstrak tanaman dilaporkan tidak memiliki efek

20 samping. Contoh dari minyak esensial yang bersifat hormonal yaitu pinus, geranium, rosemary yang dapat merangsang korteks kelenjar adrenal, ekstrak biji fanel memiliki efek estrogenic (Price, 1997). e. Sedatif Dimasa lampau, sifat-sifat sedatif pada minyak esensial hamper dianggap sebagai lelucon, namun saat ini beberapa jenis minyak esensial sudah diselidiki dan ternyata efektif sebagai sedatif. Jenis-jenis minyak esensial tersebut adalah lavender yang dapat menenangkan sistem saraf pusat karena kandungan citronella serta senyawa monoterpena lainnya. Lavender dikenal sebagai minyak penenang dan kini banyak digunakan dalam bangsal rumah sakit untuk membantu pasien tidur, efek sedatif pada lavender diperkirakan terjadi sebagian karena adanya senyawa-senyawa coumarin dalam minyak tersebut sekalipun kandungannya rendah. Selain memiliki banyak manfaat aromaterapi juga memiliki efek yang tidak diinginkan. Namun demikian, efek ini sangat jarang dan kebanyakan terjadi setelah pemberian yang overdosis. Selain itu efek samping yang terjadi biasanya sebagai akibat penyalahgunaan minyak esensial, misalnya menggunakan minyak esensial untuk menggugurkan kandungan ataupun anak-anak yang meminum minyak esensial ini langsung dari botolnya (Agusta, 2000).

21 Efek yang biasanya ditimbulkan yaitu iritasi pada kulit, iritasi pada membran mukosa, fototoksisitas, nefrotoksitas. Namun hal ini baru terjadi jika penggunaan aromaterapi yang tidak sesuai dengan ketentuan dan overdosis. Namun kebanyakan minyak esensial dilaporkan aman digunakan karena hanya sedikit yang dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan Cara Penggunaan Aromaterapi Ada banyak cara yang dapat digunakan dalam pemakaian aromaterapi, baik pemakaian melalui interna maupun eksterna. Pemakaian melalui interna yaitu melalu oral dan pemakaian melalui eksterna yaitu dengan cara pijat, rendaman, kompres dan inhalasi (Agusta, 2000). Inhalasi merupakan cara konservatif pada pemakaian minyak esensial dalam lingkungan asuhan kesehatan. Minyak esensial ini dapat diberikan dengan kertas tissue, kedua belah tangan, alat penguapan, pewangi ruangan dan lain-lain. Dan semua cara pemberian ini efektif dalam situasi yang tepat Cara Kerja Aromaterapi a. Absorbsi melalui kulit Berdasarkan kelarutannya dalam lipid yang ditemukan dalam stratum korneum, minyak esensial dianggap mudah diserap. Penyerapan senyawa-senyawa ini berlangsung ketika senyawa ini melewati lapisan epidermis kulit dan masuk ke

22 dalam kompleks saluran limfe serta darah, kelenjar keringat, saraf, serta masuk ke dalam aliran darah dan menuju kesetiap sel tubuh untuk bereaksi (Agusta, 2000). Ada banyak faktor yang menentukan kecepatan dan kuantitas setiap substansi dalam menembus kulit, namun secara umum kulit merupakan membran semipermeabel yang sedikit banyak mudah ditembus oleh substansi. Sifat-sifat fisikokimia molekul seperti berat molekul serta susunan spasial liposolubilitas, koefisien difusi dan disosiasi merupakan dasar terjadinya penetrasi kulit. b. Pemberian melalui nasal Akses lewat jalur nasal merupakan cara yang paling cepat dan efektif untuk pengobatan permasalahan emosional seperti susah tidur, stres, depresi dan juga beberapa tipe nyeri kepala. Hal ini karena hidung mempunyai hubungan langsung dengan otak yang bertanggung jawab dalam memicu respon efek aromaterapi untuk mencapai otak. Jika minyak esensial dihirup, molekul-molekul atsiri dalam minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung. Pada langit-langit hidung terdapat silia yang menjulur dari sel-sel reseptor kedalam saluran hidung. Kalau molekul minyak tertahan pada silia, suatu impuls akan ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius ke dalam sistem limbik. Proses ini akan memacu respon memori dan emosional yang lewat hipotalamus yang bekerja sebagai pemancar serta regulator menyebabkan pesan tersebut dikirim kebagian otak yang

23 lain dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat eoforik, relaksan, sedatif, atau stimulan menurut keperluan tubuh. Kemudian serabut-serabut dari nervus olfaktorius membawa impuls kedalam bagian otak yang kecil tetapi signifikan yaitu lokus seruleus dan nucleus raphe. Noreadrenalin terkonsentrasi dalam lokus seruleus dan serotonin dalam nucleus raphe. Selanjutnya aroma sedatif seperti bau minyak lavender memberi efek stimulasi nucleus raphe yang kemudian akan melepaskan zat neurokimia serotonin. Serotonin merupakan neurotransmitter yang mengatur permulaan tidur (Somer & Elizabeth, 1999) Penggunaan Aromaterapi Lavender untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Menurut Potter & Perry (2005), fisiologi tidur dimulai dari irama sirkandian yang merupakan irama yang dialami individu yang terjadi selama 24 jam. Irama sirkandian mempengaruhi pola fungsi mayor biologik dan fungsi perilaku. Perubahan temperatur tubuh, denyut nadi, tekanan darah, sekresi hormon, ketajaman sensori dan suasana hati juga tergantung pada pemeliharaan siklus sirkandian. Irama sirkandian meliputi siklus rutin bangun tidur yang dapat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur dan faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan pekerjaan rutin. Dari beberapa terapi dalam penanganan kualitas tidur pada anak tersebut salah satu diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian aromaterapi lavender. Lavender merupakan minyak esensial yang dapat digunakan untuk mempengaruhi tidur. Tetesan campuran minyak esensial lavender akan membantu menghasilkan tidur bagi

24 pasien dengan kandungan minyak esensialnya yang merupakan zat penenang akan memudahkan terjadinya tidur. Jika minyak esensial dihirup, molekul-molekul atsiri dalam minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen kelangit-langit hidung. Pada langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus (silia) yang menjulur dari sel-sel reseptor kedalam saluran hidung. Bila molekul minyak terkunci pada bulu-bulu maka suatu impuls elektromagnetik akan ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius kedalam sistem limbik (amindala serta hipokampus). Proses ini akan memicu respon memori dan emosional yang lewat hipotalamus yang bekerja sebagai pemancar serta regulator menyebabkan pesan tersebut dikirim kebagian otak yang lain dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat eoforik, relaksan, sedatif atau stimulan menurut keperluannya. Noradrenalin terkonsentrasi dalam lokus seruleus dan serotonin dalam nucleus raphe. Selanjutnya aroma sedatif seperti bau minyak lavender memberi efek stimulasi nucleus raphe yang kemudian akan melepaskan zat neurokimia serotonin. Serotonin merupakan neurotransmitter yang mengatur permulaan tidur (Somer & Elizabeth, 1999).

25 2.5 Konsep Rawat Inap Defenisi Rawat Inap Rawat inap atau hospitalisasi merupakan keadaan krisis yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif, yang menyebabkan terjadi perubahan psikis pada anak. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru sehingga kondisi tersebut menjadi faktor penyebab buruknya kualitas tidur pada anak ( Wong, 2008). Rawat inap merupakan pengalaman bagi individu karena faktor penyebab kualitas tidur yang buruk yang dialami dan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan aman, seperti: lingkungan yang asing, berpisah dengan orang terdekat, kehilangan kebebasan dan kemandirian, pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan perilaku petugas rumah sakit (Wong, 2008) Dampak Rawat Inap Perawatan di rumah sakit merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, kecemasan, bagi anak. Dampak rawat inap yang dialami anak akan menimbulkan stress dan rasa tidak nyaman. Efek dan jumlah stress tergantung pada persepsi anak terhadap diagnosa penyakit dan pengobatan (Supartini, 2004). Anak-anak dapat bereaksi terhadap stress rawat inap sebelum mereka masuk, selama dirawat, dan setelah pemulangan mereka ke rumah. Anak akan cenderung lebih manja, akan meminta perhatian lebih dari orang tua. Stress yang umumnya

26 terjadi berhubungan dengan rawat inap adalah takut dengan lingkungan rumah sakit, kegiatan rumah sakit, tindakan perawat yang menyakitkan dan takut akan kematian. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan tingkat kecemasan sebelum dirawat. Reaksi rawat inap pada anak bersifat individual dan tergantung pada tahapan usia perkembangan anak. Emosional pada anak sering ditunjukkan dengan ekspresi menagis, marah dan berduka sebagai bentuk yang wajar dalam mengatasi stress akibat rawat inap ( Wong, 2008). Anak sering menganggap sakit adalah hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan koping. Anak juga mempunyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bisa bermain dengan teman sebayanya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga mereka harus ke rumah sakit dan harus mengalami rawat inap. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat tidak kooperatif, menyebabkan anak menjadi marah. Sehingga anak kehilangan kontrol sehubungan terganggunya fungsi motorik yang mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak, sehingga tugas perkembangan yang sudah dicapai akan terhambat ( Wong, 2008) Reaksi Anak Usia Sekolah Terhadap Sakit dan Rawat Inap Anak usia sekolah membayangkan rawat inap di rumah sakit adalah perpisahan dengan orang tua, merasa tidak nyaman, aktivitas dan kemandiriannya

27 terbatas dan terhenti. Anak akan bertanya mengapa berada di rumah sakit, bingung, dan bermacam pertanyaan yang akan ditanya dikarenakan anak tidak mengetahui yang sedang terjadi ( Wong, 2008). Reaksi rawat inap pada anak bersifat individual dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak. Pengalaman sebelumnya di rumah sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimiliki anak ( Supartini, 2004). Menurut Wong (2008) reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : perkembangan anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan anak. Berkaitan dengan umur anak, semakin muda anak maka akan semakin sukar baginya untuk menyesuaikan diri mereka tentang pengalaman di rumah sakit; Pengalaman rawat inap di rumah sakit sebelumnya, apabila anak pernah mengalami perawatan yang tidak menyenangkan saat di rawat inap, akan menyebabkan anak takut dan trauma, dan sebaliknya apabila saat dirawat inap anak mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan maka anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter; dukungan keluarga, anak akan mencari dukungan dari orang tua dan saudara kandungnya untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritanya; dan perkembangan koping dalam menangani stresor pada anak baik dalam menerima keadaan bahwa anak harus dirawat inap, maka akan lebih kooperatif anak tersebut dalam menjalani perawatan di rumah sakit. Stresor yang dihadapi anak usia sekolah yang dirawat inap adalah lingkungan yang baru dan asing, pengalaman yang menyakitkan dengan tindakan keperawatan,

28 terapi, berpisah dengan orang tua dalam arti sementara. Anak usia sekolah membayangkan dirawat inap merupakan hukuman, terpisah, merasa tidak nyaman dan keterbatasan aktivitas. Anak menjadi ingin tahu dan bingung, anak selalu bertanya kenapa orang itu, mengapa berada di rumah sakit, bermacam pertanyaan anak yang akan ditanyakan karena anak tidak mengetahui apa yang sedang terjadi (Schulte, 2001).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanda vital merupakan gabungan dua kata, yaitu tanda dan vital, yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanda vital merupakan gabungan dua kata, yaitu tanda dan vital, yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tanda-tanda vital 1.1 Defenisi Tanda vital merupakan gabungan dua kata, yaitu tanda dan vital, yang merupakan terjemahan istilah bahasa inggris yaitu vital sign. Vital sign adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan atau keadaan khawatir dengan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi; fisik /tubuh, emosi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi; fisik /tubuh, emosi, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terapi Musik 2.1.1 Pengertian Terapi Musik Terapi musik adalah suatu proses yang menggabungkan antara aspek penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi; fisik /tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

TERAPI WEWANGIAN MINYAK ESSENSIAL BUNGA MAWAR (ROSE) DENGAN CARA INHALASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DAN TERHADAP RASA NYERI

TERAPI WEWANGIAN MINYAK ESSENSIAL BUNGA MAWAR (ROSE) DENGAN CARA INHALASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DAN TERHADAP RASA NYERI LAMPIRAN xiii TERAPI WEWANGIAN MINYAK ESSENSIAL BUNGA MAWAR (ROSE) DENGAN CARA INHALASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DAN TERHADAP RASA NYERI PADA PASIEN POST OPERSI FAM A. Pengertian

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi setiap aspek kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari proses stimulus dan respon. Setiap gerakan yang disadari selalu berkaitan dengan stimulus

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar memerlukan proses memori (daya ingat), yang terdiri dari tiga tahap ; yaitu mendapatkan informasi (learning), menyimpannya (retention), dan mengingat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul, 2007). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep guided imagery 2.1.1 Definisi guided imagery Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek, tempat, peristiwa, atau situasi yang dirasakan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia perkuliahan seringkali mahasiswa-mahasiswi mengalami stres saat mengerjakan banyak tugas dan memenuhi berbagai tuntutan. Terbukti dengan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah minyak Lavender menurunkan frekuensi denyut jantung.

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah minyak Lavender menurunkan frekuensi denyut jantung. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aromaterapi adalah penggunaan minyak atsiri sebagai terapi atau tujuan kesehatan (Buckle, 2003). Praktik penggunaan aromaterapi sebenarnya sudah dikenal sejak zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai pengaruh aromaterapi lavender secara inhalasi terhadap nyeri jahitan perineum pada ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis yang merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia dapat bertahan hidup. Juga menurut Maslow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memori disimpan di otak dengan mengubah sensitivitas dasar transmisi hipnotis antar neuron sebagai akibat dari aktivitas neuron sebelumnya. Jaras terbaru atau yang

Lebih terperinci

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan ISTIRAHAT & TIDUR By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Pengertian Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah Tidur adalah status perubahan kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan (Sherwood, 2014). Selain itu, nyeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada sistem sirkulasi, perubahan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah diperlukan

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas terhadap penyakit yang mereka alami dan

Lebih terperinci

TUGAS KONSEP HERBAL INDONESIA

TUGAS KONSEP HERBAL INDONESIA TUGAS KONSEP HERBAL INDONESIA PEMAKAIAN MINYAK ESENSIAL SECARA INHALASI Disusun oleh: Munawarohthus Sholikha 1106107126 PROGRAM MAGISTER HERBAL DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN FATWA IMELDA, S.Kep, Ns PENGERTIAN Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. ( Tarwoto dan Wartonah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perkumpulan lansia Kartasura pada bulan November 2016 didapatkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Nyeri Persalinan Kala I

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Nyeri Persalinan Kala I BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif, Lama Persalinan Kala II, dan Fetal Outcome Aromaterapi lavender terbukti efektif dalam penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita. Kehamilan terjadi karena adanya proses pembuahan yaitu bertemunya sel telur wanita dengan sel spermatozoa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat BAB V PEMBAHASAN A. Tingkat Dismenorea Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Diberi Terapi Musik Klasik Mozart Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat dismenorea sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 1 Juli sampai 1 Agustus 213. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hall (1997), p.488 (dalam Karota-Bukit, 2005). Selama tidur, tubuh akan beristirahat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hall (1997), p.488 (dalam Karota-Bukit, 2005). Selama tidur, tubuh akan beristirahat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar, dimana seseorang dapat dibangunkan oleh rangsang sensori atau stimulus lain dari lingkungan Guyton and Hall (1997),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bahan tanaman mudah menguap, dikenal pertama kali dalam bentuk minyak

BAB I PENDAHULUAN. dari bahan tanaman mudah menguap, dikenal pertama kali dalam bentuk minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aromaterapi merupakan suatu metode pengobatan alternatif yang berasal dari bahan tanaman mudah menguap, dikenal pertama kali dalam bentuk minyak esensial. Minyak esensial

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori belajar dan prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, pengertian tidur dan fisiologi tidur serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Pada saat anak dirawat di Rumah Sakit banyak hal yang baru dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal.istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami fraktur dan bisa menyebabkan kematian lebih dari 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan, memelihara manfaat untuk memperbaharui

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS AROMATERAPI DALAM MENURUNKAN KECEMASAN MENGHADAPI KELAHIRAN ANAK PERTAMA. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

EFEKTIVITAS AROMATERAPI DALAM MENURUNKAN KECEMASAN MENGHADAPI KELAHIRAN ANAK PERTAMA. Untuk memenuhi sebagian persyaratan EFEKTIVITAS AROMATERAPI DALAM MENURUNKAN KECEMASAN MENGHADAPI KELAHIRAN ANAK PERTAMA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : DYAH ANGGRAINI PUTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang disebut sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) tejadi dari usia 18 sampai 25 tahun (Arnett

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Gagal Jantung adalah ketidakmampuan Jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tubuh. Kegagalan fungsi pompa Jantung ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Definisi : Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Koma = keadaan bawah sadar dimana orang tsb tidak dapat dibangunkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi (Prawirohardjo,2008 dalam Kumalasari, 2015).

Lebih terperinci

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ Gangguan tidur P E N Y A J I LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA P E M B I M B I N G DR. SUZY YUSNA D, SPKJ pendahuluan Tidur adalah suatu aktivitas khusus dari otak, yang di kelola oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aromaterapi merupakan metode pengobatan melalui media bau-bauan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aromaterapi merupakan metode pengobatan melalui media bau-bauan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aromaterapi merupakan metode pengobatan melalui media bau-bauan yang berasal dari bahan tanaman tertentu. Aromaterapi sering digabungkan dengan praktek pengobatan alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit dan menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan ilmu yang berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan tujuan untuk mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan

Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Makalah Ini Digunakan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Holistik II Disusun oleh : Dahlia Budi Utami (22020112120004)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia 1-3 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut harus dijaga kelangsungannya dengan upaya stimulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Anak tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tidur a. Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. menjadi lansia, yang masing-masing mempunyai kekhususan (Noorkasiani,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. menjadi lansia, yang masing-masing mempunyai kekhususan (Noorkasiani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi wanita adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh serta bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan, yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat sendiri dan masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR

PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

Lebih terperinci