BAB 2 LANDASAN TEORI. pelayanan, penginapan, makan dan minum. masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut : 2) Pelayanan makanan dan minuman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. pelayanan, penginapan, makan dan minum. masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut : 2) Pelayanan makanan dan minuman"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Hotel Hotel, dijabarkan dalam kamus besar bahasa Indonesia sebagai bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dl perjalanan; bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. Endar Sri (1996:8) menjelaskan bahwa Hotel adalah bangunan yang dikelola secara komersil dengan memberikan fasilitas penginapan untuk masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut : 1) Jasa penginapan 2) Pelayanan makanan dan minuman 3) Pelayanan barang bawaan 4) Pencucian pakaian 5) Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya Klasifikasi Hotel Hotel secara umum dapat dikelompokan dalam berbagai kategori, Suwithi & Boham(2008) menjelaskan bahwa klasifikasi hotel dibagi berdasar kelas, plan (peruntukkan), ukuran, lokasi, area, maksud kunjungan, maupun lamanya tamu menginap. 9

2 10 Terdapat berbagai macam tipe klasifikasi pada hotel, penulis menggunakan klasifikasi terhadap lokasi hotel untuk menentukan jenisnya, yaitu city hotel. Klasifikasi hotel berdasarkan faktor lokasi dapat dibagi menjadi: a. City hotel Hotel yang terletak di dalam kota, di mana sebagaian besar tamunya yang menginap adalah memiliki kegiatan berbisnis. b. Resort Hotel Adalah hotel yang terletak di kawasan wisata, di mana sebagian besar tamunya tidak melakukan kegiatan bisnis, tetapi lebih banyak rekreasi Berikut adalah Klasifikasi hotel bintang 4 menurut SK Menparpostel: Jumlah minimal kamar : 50 Kamar, 3 Suite Luas Kamar : m2 Restauran / Ruang Makan : Wajib, minimal 2 Bar dan Coffee Shop : Wajib, minimal 1 Rekreasi dan Olahraga : Kolam Renang wajib, perlu + 2 jenis sarana Function Room : Wajib minimal 1 Ruang yang disewakan: Perlu Minimal 3 Lounge : Wajib Taman : Perlu Penulis meneliti tentang hotel bintang 4 karena belum adanya hotel bintang 4 di daerah SCBD, selain itu dengan ketentuan luas lahan proyek akan membuat desain hotel menggunakan perancangan vertikal bagi

3 bangunan. Untuk meminimalisir pengulangan pola yang terlalu banyak pada fasad, penulis tidak membuat bangunan tingkat tinggi Fungsi City Hotel Dalam perancangan city hotel, dibuat satu hotel dengan rentang layanan yang lebar. Secara keseluruhan, hotel dan fasilitasnya dirancang menurut standar klasifikasi hotel bintang empat. City hotel merupakan hotel yang terletak di dalam kota, di mana sebagaian besar tamunya yang menginap memiliki kegiatan berbisnis. Sehingga penulis menggunakan standar fasilitas yang dibutuhkan di dalamnya. Kamar hotel, merupakan fasilitas utama untuk penjualan atau penyewaan kamar. Berbagai tipe kamar ditawarkan kepada tamu hotel termasuk fasilitas didalamnya. Lobby hotel, merupakan sebuah area dimana tamu yang datang melakukan proses registrasi, sebuah area dimana tamu hotel bertemu satu dengan pengunjung yang lain dan merupakan sebuah area dimana tamu melakukan proses keberangkatan (check-out) dari hotel. Lobby hotel juga berfungsi sebagai area untuk aktifitas yang lain seperti area membaca, pertunjukan musik atau karya seni lokal untuk menyambut tamu dan lainnya. Restoran, merupakan tempat penjualan makanan dan minuman. Berbagai macam jenis restaurant disuguhkan untuk memenuhi kebutuhan tamu seperti coffee shop, special restaurant (Indonesia, cina,

4 12 jepang dan western), dan lainnya. Biasanya semakin banyak jumlah kamar hotel, semakin banyak restaurant yang tersedia. Bar, merupakan tempat untuk menjual minuman. Bar dibagi menjadi dua kategori, yaitu public bar dan service bar. Public bar merupakan bar dimana tamu dapat memesan langsung di tempat kepada bar attendant. Sedangkan service bar merupakan bar dimana tamu memesan minuman dari tempat lain seperti room service. Meeting room atau function room, adalah tempat yang disewakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti meeting, pesta, seminar dan lainnya. Ruangan ini juga dikenal dengan sebutan banquet room atau convention room Tempat untuk entertainment dan olah raga Laundry dan dry cleaning, merupakan fasilitas untuk mencuci, pengeringan dan penyetrikaan pakaian tamu. Area parkir pangunjung yang berlokasi di depan pintu masuk lobby hotel. area parkir ini harus mampu menampung kendaraan tamu berdasarkan kebutuhan Fasilitas penunjang lainnya di dalam hotel, yaitu telex, faksimile, telephone, , post service, business center, gift shop, drug store, dan lainnya. Selain itu juga terdapat beberapa fasilitas pendukung yang menunjang kegiatan dalam hotel, contohnya adalah Area parkir untuk kendaraan karyawan. Tempat atau area untuk karyawan seperti EDR (employees dining room), loker, toilet, mushola, dll.

5 13 Ruang penyimpanan atau gudang material untuk proses operasional seperti makanan, minuman, perlengkapan gudang dan lainnya. Kantor untuk berbagai jenis aktifitas di dalam hotel dimulai dari general manager, front office manager, F & B manager, chief accounting, personel manager sampai bagian yang paling bawah. Ruangan dan tempat lain yang digunakan untuk berbagai maksud seperti koridor, tangga, lift, pos security, ruang perbaikan dan perawatan, dll. 2.2 Kantor Kantor, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah balai (gedung, rumah, atau ruang) tempat mengurus suatu pekerjaan atau juga disebut tempat bekerja Klasifikasi Kantor a. Perbandingan kantor berdasarkan fungsinya Secara garis besar, menurut L. Manaseh dan R.Cunliffe, jenis kantor dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: Commercial office Jenis perkantoran yang termasuk golongan ini adalah perkantoran (untuk toko, disewakan), perusahaan (trading company), asuransi dan transportasi. Industrial office Jenis perkantoran ini terikat harus mempunyai hubungan fisik dengan pabriknya. Professional office

6 14 Jenis perkantoran ini tidak dipakai dalam waktu yang panjang dan merupakan perkantoran yang jumlah modal yang digunakan relatif kecil. Institutional/ Governmental office Jenis perkantoran ini bersifat usaha yang teratur dalam bentuk lembaga yang berpedoman pokok untuk hidup lama dan kokoh. Biasanya digunakan dalam waktu yang lama atau panjang. b. Perbandingan kantor berdasarkan kelas Berdasarkan kelasnya, gedung perkantoran dibedakan menjadi beberapa kelas, antara lain: Kelas Premium (dengan luas gedung minimal m2 serta terletak di Central Business District) Kelas A (Luas minimum gedung m2 serta terletak di daerah pusat bisnis) Kelas B (dengan luas berapa saja dan terletak dilokasai mana saja namun memiliki kualitas material yang baik dan cukup modern) Dilihat dari segi kelas, yang lebih diperhatikan adalah dalam hal luas gedung perkantoran, lokasi, fasilitas serta kualitas material bangunan yang digunakan. b. Berdasarkan kepemilikannya, gedung perkantoran terbagi menjadi 2 macam yaitu: Gedung perkantoran sewa Pada tipe gedung perkantoran sewa, yang disewakan adalah besaran atau luasan tertentu dari gedung perkantoran tersebut. Penyewaan dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati bersama. Biaya

7 15 yang harus dikeluarkan bagi penyewa adalah biaya sewa dan service charge kepada pengelola yang biasanya dihitung berdasarkan luas ruangan yang disewa dan dibayar per bulan. Gedung perkantoran Strata Title (milik) Pada tipe gedung perkantoran Strata Title (milik), ruang bangunan gedung perkantoran dapat dimiliki seperti rumah tinggal ataupun apartemen strata title. Namun pemiliknya harus tetap membayar service charge per bulan sebagai biaya perawatan dan pemeliharaan gedung. Jenis bangunan perkantoran yang akan digunakan adalah gedung perkantoran sewa dengan pasar utama bagi commercial office. 2.3 Fasad Kata fasad berasal dari bahasa Latin facies, yang berarti muka / wajah dari suatu bangunan. Pada awalnya, fasad identik dengan sisi yang disajikan untuk publik, sisi di mana terdapat pintu masuk ke suatu bangunan atau sisi yang berhadapan dengan muka jalan. Definisi ini mulai ditinggalkan pada saat zaman pergerakan modern. Arsitektur pada zaman modernisme memungkinkan suatu bangunan yang berdiri sendiri dan membutuhkan pengolahan spesial pada tiap sisi bangunannya. Jadi, definisi fasad adalah sekeliling bangunannya, bukan lagi hanya bagian depannya saja. Selain itu juga mulai timbul pemikiran mengenai hubungan antara konfigurasi ruang dalam (internal) dengan tampak bangunan secara keseluruhan dari luar (eksternal).

8 16 Fasad bangunan memegang peran yang cukup penting pada sebuah bangunan. Berikut adalah beberapa fungsinya: Melindungi bangunan tersebut dari panas dan hujan Sebagai batas antara ruang dalam dan ruang luar ( menjadi kulit bangunan) Menciptakan kesan suatu bangunan Sebagai struktur Sebagai unsur estetis Penulis merumuskan Menurut Poirazis (2004), fasad memiliki fungsi pada iklim indoor sebagai berikut: a. Kenyamanan Thermal Kemungkinan untuk menggunakan kontrol surya sepanjang tahun Menghindari panas berlebih didalam b. Visual Kemungkinan untuk menggunakan kontrol surya semua-yangsepanjang tahun Peningkatan kenyamanan visual (seperti menghindari silau) c. Akustik Peningkatan kerja akustik selubung bangunan d. Ventilasi Penggunaan ventilasi alami bukan mekanik bila memungkinkan, dengan menggunakan rongga Kulit Fasad ganda Berbagai macam warna, material, teknologi dan unsur-unsur lainnya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan fasad yang dapat menjawab tuntutan-

9 17 tuntutan dari perkembangan yang ada. Salah satu tuntutan yang dialami, misalnya fasad tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat statis, namun dapat pula bersifat dinamis. Fasad yang dinamis ini dapat diwujudkan dengan menggunakan teknologi (sistem mekanik), maupun dengan memanfaatkan teknologi sederhana, seperti warna maupun ilusi optik. Orientasi bangunan terhadap matahari akan menentukan besarnya radiasi matahari yang diterima bangunan. Semakin luas bidang yang menerima radiasi matahari secara langsung, semakin besar juga panas yang diterima bangunan. Dengan demikian, bagian bidang bangunan yang terluas (misal: bangunan yang bentuknya memanjang) sebaiknya mempunyai orientasi ke arah Utara-Selatan sehingga sisi bangunan yang pendek, (menghadap Timur Barat) yang menerima radiasi matahari langsung. Selain orientasi, besar dan jenis bukaan juga berpengaruh terhadap kualitas cahaya dan radiasi dari matahari. Shading device juga dapat menjadi solusi alternatif untuk kontrol masuknya cahaya matahari.

10 Cahaya Cahaya adalah salah satu bentuk gelombang. Cahaya dapat merambat di ruang hampa udara karena termasuk jenis gelombang elektromagnetik. Jika cahaya mengenai suatu benda (yang dapat merefleksikan), seperti halnya gelombang mekanik, cahaya tersebut dapat dipantulkan dan dibiaskan. Peran cahaya dalam arsitektur dijabarkan sebagai berikut: Penerangan ruang Kesehatan Kenyamanan, keamanan Penampilan, dekorasi, prestise Cahaya dapat berasal dari berbagai macam sumber, salah satunya adalah cahaya matahari alami. Cahaya ini memilikikeuntungan dan kerugian dalam pengaplikasiannya pada bangunan. Berikut adalah keuntungan dan kerugiannya Keuntungan: + Cahaya terang, daerah tropis, bebas biaya + Sinar Infra Merah: kalor matahari, syarat mutlak bagi kehidupan makhluk di bumi, pertumbuhan tanaman. + Ultra Violet (U.V): membunuh bakteri,virus Kerugian : - Silau, panas, merusak warna, retakkan material. - Kuat cahaya berubah sesuai cuaca, waktu, lingkungan - U.V. dapat timbulkan tumor, kanker kulit, alergi, akibat terkikisnya lapisan ozon.

11 19 Kuat cahaya pada tiap belahan bumi berbeda-beda. Berikut adalah beberapa pengetahuan mengenai besaran kuat pencahayaan. Bright Sunshine : Lux Internasional : Lux Indonesia : Lux Bulan Purnama penuh : 0.1 Lux Daylight Factor, biasa diterjemahkan menjadi Faktor Cahaya Siang Hari / Faktor Langit memiliki beberapa faktor dalam kuat cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Dalam perancangan, pengetahuan mengenai daylight factor ini penting untuk menentukan elemen, bentuk dan besar bukaan yang diperlukan bagi bangunan. Dibawah adalah gambar penggunaan cahaya matahari pada suatu bangunan. Gambar 2.1 Model Daylight Factor Sumber : 19 April 2013 SC : Sky Component Cahaya Langsung Pada Bidang Kerja ERC : Externally Sky Component - Cahaya Pantulan dari Benda Sekitar IRC : Internally Reflected Component Cahaya pantulan permukaan dalam ruang

12 Satuan Cahaya Pada Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia dijabarkan pengetahuan mengenai satuan cahaya dan pengertian yang perlu diketahui dalam telaah mengenai cahaya, penulis memberikan sebagian gambaran mengenai standar tersebut, yaitu Lumen: Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata pengamat standar. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm. Efficacy Beban Terpasang: Merupakan iluminasi/terang rata-rata yang dicapai pada suatu bidang kerja yang datar per watt pada pencahayaan umum didalam ruangan yang dinyatakan dalam lux/w/m². Luminaire: Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan lampulampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya. Lux: Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi.

13 21 Intensitas Cahaya dan Flux: Satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd) juga dikenal dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang jatuh pada setiap meter persegi (m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1m) jika sumber cahayanya isotropik 1-candela (yang bersinar sama ke seluruh arah) merupakan pusat isotropik lingkaran. Dikarenakan luas lingkaran dengan jari-jari r adalah 4πr2, maka lingkaran dengan jari-jari 1m memiliki luas 4πm2, dan oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan oleh sumber 1- cd adalah 4π1m. Jadi flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya isotropik dengan intensitas I adalah: Flux cahaya (lm) = 4π intensitas cahaya (cd) Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas areal pada mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama untuk 1000 lumens, yang menyebar ke sepuluh meter persegi, hanya menghasilkan cahaya suram 100 lux.

14 Standar Pencahayaan Ruang Indonesia telah memiliki standar penerangan ruang yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia SNI berikut adalah beberapa standar yang dapat menjadi acuan bagi sebuah hotel Tabel 2.1 Standar Penerangan 1 Fungsi ruangan Tingkat Pencahayaan (lux) Kelompok renderasi warna Keterangan Rumah Tinggal : Teras 60 1 atau 2 Ruang tamu 120~250 1 atau 2 Ruang makan 120~250 1 atau 2 Ruang kerja 120~250 1 Kamar tidur 120~250 1 atau 2 Kamar mandi atau 2 Dapur atau 2 Garasi 60 3 atau 4 Perkantoran : Ruang Direktur atau 2 Ruang kerja atau 2 Ruang komputer atau 2 Ruang rapat atau 2 Ruang gambar atau 2 Gudang arsip atau 4 Ruang arsip aktif atau 2 Lembaga Pendidikan : Ruang kelas atau 2 Perpustakaan atau 2 Laboratorium Ruang gambar atau 2 Kantin Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar. Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar. Hotel dan Restauran : Lobby, koridor Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang baik. Ballroom/ruang sidang Sistem pencahayaan harus

15 23 Ruang makan Cafetaria Kamar tidur atau 2 Dapur Rumah Sakit/ Balai pengobatan: Ruang rawat inap. Ruang operasi, ruang bersalin atau Laboratorium atau 2 Ruang rekreasi dan rehabilitasi di rancang untuk menciptakan suasana yang sesuai. Sistem pengendalian switching dan dimming dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan. Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin. Gunakan pencahayaan setempat pada tempat yang diperlukan. Pertokoan/ Ruang pamer: Ruang pamer dengan obyek berukuran besar (misal: mobil) Toko kue dan makanan Toko buku dan alat tulis/gambar Toko perhiasan, arloji Toko Barang kulit dan sepatu Toko pakaian Pasar Swalayan atau 2 Tingkat pencahayaan ini harus di-penuhi pada lantai. Untuk beberapa produk tingkat pencahayaan pada bidang vertikal juga penting. Pencahayaan pada bidang vertical pada rak barang.

16 24 Toko alat listrik (TV, Radio/tape, mesin cuci, dan lain-lain) atau 2 Industri (Umum): Ruang Parkir 50 3 Gudang Pekerjaan kasar. 100~200 2 atau 3 Pekerjaan sedang 200~500 1 atau 2 Pekerjaan halus 500~ Pekerjaan amat halus 1000~ Pemeriksaan warna Rumah ibadah: Mesjid atau 2 Untuk tempat-tempat yang mem butuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat. Gereja atau 2 Idem Vihara atau 2 idem Sumber : SNI Pencahayaan buatan, 2001 Terdapat pula standar pada ruang servis dari Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia untuk memperkaya ilmu dalam standar penerangan ruang seperti terlihat di tabel bawah.

17 Jenis bukaan Terdapat berbagai sumber bukaan pada suatu bangunan, umumnya bukaan untuk memasukan cahaya terdapat pada dinding bangunan (sisi vertikal), akan tetapi dapat juga terdapat pada atap atau bagian horizontal dari bangunan. Dibawah ini merupakan beberapa macam bukaan dan hasil pencahayaannya pada bangunan secara umum. Gambar 2.2 Efek pencahayaan dari jenis bukaan pada ruang Sumber : Lighting Modern Buildings

18 26 Model bukaan pada gambar dibawah adalah model bukaan pada fasad dan atap. Terlihat sudut refleksi yang dihasilkan dari bukaan tersebut. Gambar 2.3 Model bukaan Roof Monitors Sumber : dibuka pada April 2013 Pada mdoel diatas, cahaya dari skylight langsung masuk ke ruangan. Cahaya dengan model ini tajam dan fokus Gambar 2.4 Model bukaan Atrium Sumber : dibuka pada April 2013 Model atrium sama seperti roof monitors. Pada keduanya dapat diaplikasikan sistem agar cahaya tidak langsung masuk melainkan dibiaskan dahulu. Gambar 2.5 Model bukaan Light Well Sumber : dibuka pada April 2013 Cahaya pada model lightwell dapat terbagi antara cahaya langsung dan tidak langsung.

19 27 Gambar 2.6 Model bukaan Light Duct Sumber : dibuka pada April 2013 Gambar 2.7 Model bukaan Light Shelf Sumber : dibuka pada April 2013 Pemantulan pada light duct dan light shelf membuat cahaya terlihat lebih lembut pada mata Gambar 2.8 Model bukaan External Reflectors Sumber : dibuka pada April 2013 reflektor eksternal dan reflective blinds merupakan pemantulan yang dilakukan pada fasad untuk memperluas bidang yang terkena cahaya tidak langsung dalam ruangan. Gambar 2.9 Model bukaan Reflective blinds Sumber : dibuka pada April 2013

20 28 Gambar Model bukaan Clerestory Sumber : dibuka pada April 2013 Gambar diatas memperlihatkan bermacam bentuk bukaan yang akan menghasilkan jenis impresi cahaya yang berbeda berbeda-beda. Aliran cahaya secara langsung akan berbeda dengan aliran pada cahaya difusi ataupun cahaya pantulan. Pada bangunan hotel ini, akan diaplikasikan model bukaan atrium yang menerangi bagian podium yang memiliki bentang lebar Jenis Shading device shading dibagi menjadi pembayangan horizontal dan Pada umumnya sun-shading vertikal. Dibawah adalah tabel untuk menjelaskan perbedaan kedua jenis pembayangan tersebut. Tabel 2.3 Jenis sun-shading

21 29 Sumber : Heating Cooling Lighting Selain dari bukaan,bahan juga mempengaruhi kualitas pencahayaan dalam ruang. Berikut adalah beberapa contoh bahan yang mempengaruhi pencahayaan. Tabel 2.4 Perbandingan nilai pemantulan pada materia Material Pemantulan (%) Alumunium, dipelitur Aspal 10 Batu bata merah 25-45

22 30 Beton Kaca Bening atau berwarna 7 Reflektif Hijau Gelap 10 Kering 35 Cermin (kaca) Hitam 4 Putih Glasir Porselen (putih) Batu 5-50 Tanaman 25 Kayu 5-40 Sumber : Heating, Cooling, Lighting Shading device Angle Cahaya memiliki sudut tertentu dalam 1 waktu. Cara untuk menentukannya adalah dengan mengetahui longitude dan altitude dari matahari. Hal ini dipengaruhi dari waktu pada saat pengukuran dan tempat pengukuran. Misal, pengukuran dilakukan di Jakarta, dengan titik pada lokasi , maka hasil dari diagram alur matahari yang didapat adalah :

23 31 Gambar 2.14 Alur matahari sepanjang tahun Sumber : Ecotect dan olahan pribadi Gambar 2.15 Alur matahari sepanjang tahun di Indonesia Sumber : Ecotect dan olahan pribadi Terlihat dari gambar diatas beberapa titik kritis matahari pada area Indonesia. Sebuah bukaan akan lebih optimal apabila berdasarkan data dari sudut datang matahari secara presisi. Sudut ini dipengaruhi dari posisi tapak dan waktu penelitian. Terdapat 2 sudut pembayangan yang dapat membantu menentukan jenis dan sudut bukaan yang optimal, yaitu horizontal shading angle dan verticcal shading angle (hsa/vsa). Dibawah akan dijelaskan bagaimana pengaruh HSA VSA tersebut.

24 32 Gambar 2.16 Horizontal Shading Angle Sumber : Pablo La Roche horizontal shading angle dapat dirumuskan sebagai berikut. HSA = AZI ORI AZI = Azimuth dari matahari ORI = Orientasi dari fasad yang sedang diteliti HSA positif apabila mengarah searah jarum jam (ke kanan) dan negatif apabila berlawanan arah dengan arah jarum jam (ke kiri). Semakin kecil sudut hsa, semakin panjang sirip yang harus digunakan Gambar 2.17 Vertical Shading Angle Sumber : Pablo La Roche vertical shading angle dapat dirumuskan sebagai berikut. VSA = arctan (tan ALT / Cos HSA) ALT = altitude matahari HSA = Horizontal shading angle VSA merupakan pengukuran yang berasal dari proyeksi altitude matahari terhadap bidang tegak lurus dari fasad yang sedang di teliti. Semakin kecil sudut vsa, semakin panjang overhang yang harus digunakan.

25 Studi Banding Studi Banding Fasad Hotel Tabel 2.2 Studi Banding Fasade Hotel

26 34 Tabel 2.2 Studi Banding Fasade Hotel

27 35 Tabel 2.2 Studi Banding Fasade Hotel Sumber : dok. pribadi

28 Studi Banding Fasad Kantor 1. Studi Banding pada bangunan Kantor di Hydrabad, India Lokasi proyek ini berada di Hydrabad, India. Desain proyek ini berpusat pada respon fasad terhadap radiasi matahari untuk memimalisasi panas. Pada desain, core bangunan menghadap timur dan barat dimana dapat mereduksi kebutuhan akan jendela pada orientasi tersebut. Pencahayaan alami diperoleh melalui sisi utara dan selatan. Perancang menggunakan selfshading untuk mengurangi radiasi pada bangunan. Gambar Radiasi pada Fasad Bangunan Sumber : Gambar 2.19 Gambar Parameter tuntunan Desain Fasad Sumber :

29 Gambar 2.20 Analisis Tipe Fasad 37

30 38 Gambar 2.21 Desain Akhir Kantor 1 Sumber : : Gambar 2.22 Desain Akhir Kantor 2 Sumber :

31 Studi Banding Pencahayaan pada Hotel Berikut adalah penjabaran pencahayaan pada hotel di Jakarta 1. Hotel Amoz Cozy (bintang 4) Jenis Ruang Tabel 2.3 Data Pencahayaan Hotel 1 Lux ruang dalam Hotel Standar Lux Keterangan Lobi, Resepsionis Cahaya alami + buatan Koridor kamar Cahaya alami + buatan Kamar Diamond Cahaya alami + buatan Family Suite 600 Cahaya alami + buatan Standar 30 Cahaya Tanpa jendela buatan Deluxe Cahaya alami Ballroom Cahaya alami Restoran Cahaya alami Lounge Cahaya alami + buatan Sumber : dok. pribadi Hotel ini telah memiliki pencahayaan alami yang cukup bagus, di ujung koridor terdapat jendela yang menjadi sumber masuknya cahaya alami, lounge, restoran dan tiap kamar suite juga memiliki pencahayaan alami yang baik. Meskipun pada kamar standar tidak terdapat jendela,

32 40 tetapi pencahayaan buatannya cukup baik. Pada kamar deluxe pencahayaan sangat baik. tetapi pada ballroom, cahaya alami tidak sampai ke ujung ruangan sehingga membuat sebagian ruangnya gelap. 2. Hotel Dharmawangsa (bintang 5) Jenis Ruang Tabel 2.4 Data Pencahayaan Hotel 2 Lux ruang dalam Hotel Standar Lux Keterangan Lobi Cahaya alami + buatan Resepsionis 9-14 Cahaya buatan Koridor kamar Cahaya buatan Kamar Excecutive Suite Cahaya alami + buatan Lounge Cahaya buatan Sumber : dok. pribadi Hotel Dharmawangsa merupakan hotel bintang 5 yang menjadi salah satu hotel untuk pebisnis sekaligus rekreasi bagi orang yang datang ke Jakarta. Hotel ini menggunakan cahaya buatan yang cukup banyak untuk memberikan kesan dramatis pada tiap ruangnya. Tiap kamar memiliki pencahayaan alami dan view langsung menuju fasilitas pendukung dalam lingkup hotel, seperti kolam ataupun taman dalam.

33 Hipotesa Dalam landasan teori diatas, disebutkan bahwa pencahayaan alami pada bangunan dapat memiliki berbagai sistem, seperti pemantulan maupun shading. Hal ini juga diperkuat dari studi banding yang dilakukan baik secara online pada hotel luar negeri maupun secara langsung terhadap hotel di Jakarta. Pada hotel Omm di Barcelona, pencahayaan alami menggunakan sistem pemantulan pada fasad untuk memasukan cahaya secara menyebar kedalam ruangan. Hal ini juga menyebabkan orientasi terhadap bukaan terbatas, sesuai dengan ide desain awalnya yang menginginkan bukan view terhadap Passeig de Gràcia tanpa harus terlihat langsung dari lingkungan sekitarnya. Pada kebalikannya, La Mola Conference Centre memiliki desain dengan sun-shading yang dapat digerakkan sesuai kebutuhannya. Sun shading itu sendiri merupakan panel-panel yang warnanya tidak solid sehingga berkas-berkas cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam ruangan meskipun dengan lebih terbatas. Kantor di hydrabad telah memperlihatkan hasi desain yang didasarkan pada penelitian mengenai radiasi matahari. Akan tetapi panel yang berupa sirip tersebut tidak mengikuti kebutuhan pada setiap waktu melainkan secara rata-rata. Pada hotel Amoz Cozy, pencahayaan alami telah cukup baik digunakan, akan tetapi beberapa kamar hanya terang bila berada di dekat jendela karena distribusi cahaya tidak diatur secara menyeluruh.

34 42 Untuk pencahayaan pada bangunan hotel Dharmwangsa, terdapat beberapa ruang yang menggunakan cahaya alami, tetapi masih banyak ruangan yang menggunakan cahaya buatan pada siang hari karena menginginkan pencahayaan dramatis pada tiap ruangnya. Penulis menyimpulkan pola pencahayaan yang berbeda merupakan hasil tindakan dari tingkat prioritas pencahayaan alami yang berbeda. Untuk memasukkan cahaya alami secara menyeluruh, penulis mensimulasikan ruang dengan pencahayaan yang didukung sistem shading yang baik.

35 Novelty Penelitian mengenai gubahan massa awal menggunakan daylight factor di software ecotect. Setelah itu disesuaikan dengan kebutuhan fungsi bangunan Penelitian bukaan fasad dengan sirip yang berasal dari simulasi hsa/vsa yang dilengkapi dengan modeling menggunakan software rhinoceros dan grasshopper agar dapat memperlihatkan pergerakan dari matahari yang mempengaruhi sudut sirip. Adanya perbandingan kenyamanan visual yang terjadi pada model yang menggunakan sirip dan yang tidak menggunakan.

36 Kerangka Berpikir Gambar 2.23 Bagan Kerangka Berpikir Sumber : Dok. Pribadi

37 Gambar 2.1 Model Daylight Factor Gambar 2.2 Efek pencahayaan dari jenis bukaan pada ruang Gambar 2.3 Model bukaan Roof Monitors Gambar 2.4 Model bukaan Atrium Gambar 2.5 Model bukaan Light Well Gambar 2.6 Model bukaan Light Duct Gambar 2.7 Model bukaan Light Shelf Gambar 2.8 Model bukaan External Reflectors Gambar 2.9 Model bukaan Reflective blinds Gambar 2.10 Model bukaan Clerestory Gambar 2.11 Shading Device 1... Error! Bookmark not defined.error! Bookmark not defined. Gambar 2.12 Shading Device 2... Error! Bookmark not defined.error! Bookmark not defined. Gambar 2.13 Shading Device 3... Error! Bookmark not defined.error! Bookmark not defined. Gambar 2.14 Alur matahari sepanjang tahun Gambar 2.15 Alur matahari sepanjang tahun di Indonesia Gambar 2.16 Horizontal Shading Angle Gambar 2.17 Vertical Shading Angle Gambar 2.18 Radiasi pada Fasad Bangunan Gambar 2.19 Gambar Parameter tuntunan Desain Fasad Gambar 2.20 Analisis Tipe Fasad Gambar 2.21 Desain Akhir Kantor Gambar 2.22 Desain Akhir Kantor Gambar 2.23 Bagan Kerangka Berpikir

38 46 Tabel 2.1 Standar Penerangan Tabel 2.2 Studi Banding Fasad Hotel Tabel 2.3 Data Pencahayaan Hotel Tabel 2.4 Data Pencahayaan Hotel

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh,

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh, BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Analisis Intensitas Konsumsi Energi Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dibutuhkan data penunjang guna menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK Putra Arif Dermawan Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura putra.pad16@gmail.com

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian dan Teori Dasar Cahaya 3.1.1. Pengertian Cahaya Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang dan membantu kita melihat benda di sekeliling kita. Sifat-sifat cahaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1. Konsep Desain Hotel Convention ini memiliki konsep yang berintegritas dengan candi prambanan yang iconik, serta dapat mengedukasikan bagi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DESAIN PREMIS Seiring berkembangnya kawasan wisata Baturaden mengharuskan kawasan tersebut harus juga meningkatkan kualitas dalam sektor penginapan. Masih minimnya penginapan berbintang seperti hotel resort

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

Daylighting Ilumination. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Daylighting Ilumination. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Daylighting Ilumination By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Definisi Energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380 750 nm. didefinisikan sebagai dualisme

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam nilai eficacy beban terpasang yang dicapai dengan efisiensi terbaik, dinyatakan dalam lux/watt/m² Definisi dan istilah yang digunakan: satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota metropolitan dan kota wisata, yang perekonominnya berkembang pesat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL 6.1. Program Ruang Berdasarkan tapak terpilih, dilakukan perhitungan kembali untuk mengoptimalkan jumlah kamar. Perhitungan ini sama seperti perhitungan

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN Tujuan dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk dapat memanfaatkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal. Pembahasan dalam penulisan ini

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 MORFOLOGI KOTA BATAVIA DARI TAHUN 1627 SAMPAI Peta Kota Batavia pada tahun

LAMPIRAN 1 MORFOLOGI KOTA BATAVIA DARI TAHUN 1627 SAMPAI Peta Kota Batavia pada tahun LAMPIRAN 1 MORFOLOGI KOTA BATAVIA DARI TAHUN 1627 SAMPAI 1650 Peta Kota Batavia pada tahun 1627-1632 Peta Kota Batavia pada tahun 1635-1650 Sumber: Sejarah Kota Tua, UPT Kota Tua, 2005 LAMPIRAN 2 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Pelaku Kegiatan Pelaku pelaku yang melakukan aktivitas pada hotel diantaranya adalah : a. Pengunjung Pengunjung hotel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii v vi viii xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N V.1 Perancangan Siteplan Siteplan massa bangunan berorientasi kepada pantai Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Pada siteplan ini jalan utama untuk memasuki kawasan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi

Lebih terperinci

Persyaratan dan Kriteria Hotel Resort Bintang 4

Persyaratan dan Kriteria Hotel Resort Bintang 4 Lampiran 4.1 Persyaratan dan Kriteria Hotel Resort Bintang 4 Untuk membangun sebuah Hotel Resort khususnya Bintang 4 harus memperhatikan persyaratan dan kriteria bangunan sebagai berikut : 1. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( ) SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang cepat seperti pada saat sekarang ini, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan BAB 2 2.1 Teori tentang Matahari LANDASAN TEORI Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan titik pusat dari orbit bumi. Menurut Lechner (2001) orbit bumi berbentuk elips dan

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²)

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²) 2.4 Kebutuhan Ruang 2.4.1 Kuantitatif Besarnya ruang dan jumlah ruang diperngaruhi oleh kapasitas dalam ruangan dan jumlah penggunan dalam suatu ruangan. Perhitungan standar besaran ruang diperoleh dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL.

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK i ii iii iv v ix xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Aspek Manusia V.1.1 Pelaku, Karakter dan Kegiatan Terdapat empat jenis pelaku dalam hotel transit dijelaskan dalam tabel perbandingan, diantaranya; Tabel V.1 Pelaku,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Sekolah Negeri Terpadu (SD-SMP) 46 BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN 5.1 Konsep Bentuk dan Massa Bangunan Perletakan massa pada tapak. Bangunan proyek sekolah ini memiliki dua Entrance, yaitu dari depan

Lebih terperinci

DENAH ALTERNATIF 1 LANTAI 1

DENAH ALTERNATIF 1 LANTAI 1 LANTAI 1 pada denah alt.1, area resepsionis menghadap ke arah entrance sehingga memudahkan akses bagi tamu hotel. Security & bellboy station diletakkan di sebelah kanan entrance juga memudahkan bellboy

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

KONSEP: KONTRADIKSI SPONTAN

KONSEP: KONTRADIKSI SPONTAN LOKASI: Jl. Mayjend. Sungkono KONSEP: MELINGKAR Pattern merupakan salah satu unsur estetika yang sering hadir pada arsitektur Timur Tengah. Lingkaran merupakan salah satu dari beberapa jenis bentuk pattern

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

Minggu 2 STUDI BANDING

Minggu 2 STUDI BANDING 1 Minggu 2 STUDI BANDING TUJUAN Tujuan dari Studi Banding adalah belajar dari karya-karya arsitektur terdahulu menganalisis dan mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya. Dalam mata kuliah Perancangan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BISNIS BINTANG 4

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BISNIS BINTANG 4 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BISNIS BINTANG 4 5.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 5.1.1. Program Ruang Tabel 5.1.Rekapitulasi Program Ruang Hotel Bisnis No Ruang Kapasitas Luas KELOMPOK KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan BAB V : KONSEP 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam konsep dasar perancangan Bangunan Hotel dan Konvensi ini dipengaruhi oleh temanya, yaitu Arsitektur Hijau. Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

& ><&$& JNWMa Dl KAWASAN W,SATA &m & & &

& ><&$& JNWMa Dl KAWASAN W,SATA &m & & & BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep Dasar Untuk menentukan konsep dasar dari perencanaan dan perancangan resort hotel yang memenuhi aspek yang telah digariskan maka perlu adanya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB III STUDI LAPANGAN. Syariah Hotel Lor In Solo adalah sebuah Hotel syariah berbintang 4

BAB III STUDI LAPANGAN. Syariah Hotel Lor In Solo adalah sebuah Hotel syariah berbintang 4 BAB III STUDI LAPANGAN III. III. A. OBSERVASI A.1. Syariah Hotel Lor In Solo Syariah Hotel Lor In Solo adalah sebuah Hotel syariah berbintang 4 terbesar di kota Solo. Hotel yang memiliki luasan yang tidak

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabel 5. 1 Program Ruang No. Kelompok Kegiatan/Ruang Luas KELOMPOK RUANG KEGIATAN PRIVAT 1. Deluxe Room 811,2

Lebih terperinci

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL 1. Peraturan Teknis a. Jarak bebas Bangunan Gedung / Industri KDB KLB 3 3 Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL GSB GSJ GSJ Intensitas bangunan (KDB/KLB), dimaksudkan agar menjaga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Kegiatan Bisnis Lobby Kamar Hotel

BAB IV ANALISA. Kegiatan Bisnis Lobby Kamar Hotel BAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Manusia IV.1.1 Pelaku, Jenis dan Urutan Kegiatan Di dalam sebuah bangunan Hotel, terdapat 2 jenis pelaku kegiatan yaitu tamu hotel dan pengelola hotel. Kegiatan utama

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR DIAGRAM...

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Kantor sewa merupakan sebuah area untuk bekerja, dimana banyak orang selalu disuguhkan dengan konsep yang kaku dan cenderung membosankan sehingga

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep dasar perancanagan Konsep dasar perancangan Resort dengan Fasilitas Meditasi ialah untuk mendukung potensi wisata pantai di Anyer. Memaksimalkan pengolahan ruang dalam

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Rekapitulasi Program Ruang JENIS RUANG JUMLAH (UNIT) LUAS TOTAL (m 2 ) INDOOR Ruang Kegiatan Hunian

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Tapak Terpilih Berdasarkan komposisi nilai masing masing alternatif tapak, maka tapak terpilih adalah tapak 3. Gambar 5.1

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

Bab III. Aspek Tanah dan Arsitektural Desain. : Puri Indah, Jakarta Barat

Bab III. Aspek Tanah dan Arsitektural Desain. : Puri Indah, Jakarta Barat Bab III Aspek Tanah dan Arsitektural Desain 3.1 Peta dan Tapak Tanah Nama usaha Peruntukan lahan Letak tapak : Tridith Venue : Bangunan serbaguna : Puri Indah, Jakarta Barat Luas tapak : 4.068 m² Luas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kantor yang

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

mendapat kesepakatan hasil desain. Adapun proyek yang di kerjakan adalah : Perencanaan Layout Furniture, Partition Plan, Door Plan, Floor Plan, Wall P

mendapat kesepakatan hasil desain. Adapun proyek yang di kerjakan adalah : Perencanaan Layout Furniture, Partition Plan, Door Plan, Floor Plan, Wall P BAB III DATA PROYEK III.1 Data Umum Proyek Dalam melaksanakan kerja praktek, praktikan mendapat kesempatan untuk membantu beberapa proyek yang sedang dikerjakan oleh PT Trijaya Anugrah Kreasi sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, BAB II PEMROGRAMAN Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya kota Medan. Hal ini terkait dengan berbagai bidang yang juga mengalami perkembangan cukup pesat seperti bidang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu 153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT.. Program Perencanaan dan Perancangan Hotel Resort... Program Ruang Pembagian ruang dibedakan sesuai kelompok kegiatan (kelompok kegiatan utama, penunjang,

Lebih terperinci

III.1 ANALISIS KONDISI LAHAN DAN LINGKUNGAN III.1.1 ANALISIS KONDISI LAHAN

III.1 ANALISIS KONDISI LAHAN DAN LINGKUNGAN III.1.1 ANALISIS KONDISI LAHAN BAB III ANALISIS III. ANALISIS KONDISI LAHAN DAN LINGKUNGAN III.. ANALISIS KONDISI LAHAN Kondisi Eksisting Lahan Dalam lahan perancangan saat ini terdapat perkebunan sayur dan tanaman hias. Pada lahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber :  diakses tanggal 2 Oktober 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bangunan yang ditujukan untuk singgah dalam jangka waktu sementara dengan layanan dan fasilitas lainnya. Sebagai pokok akomodasi yang terdiri

Lebih terperinci

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) 158 OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) Maya Puspitasari, Nur Rahmawati Syamsiyah Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Tabel Analisa Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kegiatan dari Pengguna: Pengguna Kegiatan Ruang Sifat Ruang

Tabel Analisa Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kegiatan dari Pengguna: Pengguna Kegiatan Ruang Sifat Ruang Tabel Analisa Berdasarkan Kegiatan dari Pengguna: Pengguna Kegiatan Sifat Tamu, Check in/check out Recepsionist Publik Administrasi Pusat Informasi Front Office Publik Operator Penitipan Barang Menunggu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL Program dasar perencanaan dan perancangan resort hotel merupakan sebuah hasil dari kesimpulan menyeluruh dan berfungsi sebagai pemandu desain

Lebih terperinci

BAB VI Konsep Perencanaan Dan Program Dasar Perancangan

BAB VI Konsep Perencanaan Dan Program Dasar Perancangan BAB VI Konsep Perencanaan Dan Program Dasar Perancangan 6.1 Konsep Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Ruang No. Jenis Ruang Luas (M 2 ) KELOMPOK RUANG KEGIATAN UMUM 1. Lobby 104,00 2. Sky Lounge 70,20 3.

Lebih terperinci

BAB II Manusia, Aktifitas dan Ruang

BAB II Manusia, Aktifitas dan Ruang BAB II Manusia, Aktifitas dan Ruang Setelah mendapatkan data dan menganalisisnya, hal yang kami lakukan selanjutnya adalah merancang program ruang. hal yang pertama yang kami lakukan adalah mengidentifikasi

Lebih terperinci

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya!

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya! KonsepArsitekturEkologiPadaPendidikan PariwisataRedIslanddiBanyuwangi AgusMujahidAnshori 1,ChairilBudiartoAmiuza 2,WasiskaIyati 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya 2DosenJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK 4.1. Profil Proyek Perencanaan Hotel Wisma NH berada di jalan Mapala Raya no. 27 kota Makasar dengan pemilik proyek PT Buanareksa Binaperkasa. Di atas tanah seluas 1200 m2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

BAB V: ANALISA DAN PEMROGRAMAN

BAB V: ANALISA DAN PEMROGRAMAN BAB V: ANALISA DAN PEMROGRAMAN 5.1. Pemrograman 5.1.1. Kebutuhan Ruang NO RUANG JMLH LUAS SAT LUAS TOTAL STANDART LUAS KAMAR 1 standard/ deluxe 231 28 m2 6.468 2 junior suite 36 45 m2 1.620 3 president

Lebih terperinci