3 METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Studi Pelabuhan sebagai salah satu elemen transportasi memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan regional. Keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok memegang peranan strategis sebagai pintu gerbang (gateway) Indonesia ditinjau dari kegiatan usaha angkutan barang ekspor-impor. Peranan strategis Pelabuhan Tanjung Priok terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan regional perlu dijaga keberlangsungannya. Sejalan dengan mainstream pembangunan berkelanjutan (sustainable development), maka kebijakan sektor perhubungan, yaitu sub sektor perhubungan laut juga mengadopsi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian kebijakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai bagian dari sub sektor perhubungan laut harus mengikuti prinsip-prinsip berwawasan lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan. Penerapan prinsip berkelanjutan dalam konteks kegiatan pelabuhan merupakan upaya menciptakan pelabuhan yang berwawasan lingkungan dengan melaksanakan Program Ecoport. Ecoport adalah label generik yang dikenakan pada pelabuhan yang menerapkan upaya-upaya, cara-cara yang sistemik dalam pembangunan, pengembangan dan pengoperasian pelabuhan yang ramah lingkungan. Kebijakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok berwawasan lingkungan merupakan bagian dari kebijakan pembangunan berkelanjutan. Kebijakan pembangunan pelabuhan yang berkelanjutan adalah bagian dari kebijakan pengelolaan terpadu dan berkelanjutan wilayah pesisir Teluk Jakarta, dalam arti pengelolaan sumberdaya alam wilayah pesisir dan lautan, yang mempertimbangkan aspek berkelanjutan. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari Agenda 21 Nasional, tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam yang mempertimbangkan aspek pembangunan sumber daya alam berkelanjutan (sustainable development). Bagan Alir Kaitan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan dengan Pembangunan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud, disajikan pada Gambar 5.

2 48 Pengelolaan Wilayah Pesisir & Lautan Pengelolaan Sumberdaya Alam (SDA) Pesisir dan Lautan Pengelolaan SDA yang mempertimbangkan Aspek Berkelanjutan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Agenda 21 Nasiona l Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Jakarta terpadu dan berkelanjutan Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Jakarta PP.No.26/08 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Kriteria Lingkungan Mempertimbangkan Aspek Berkelanjutan Pembangunan kawasan berkelanjutan Master Plan Pengemba ngan Pelabuhan - UU. No. 17/ 2008 tentang Pelayaran - PP No.61/ 2009 tentang Kepelabuhanan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Pengoperasian Pelabuhan Tanjung Priok Kondisi Eksisting Pelabuhan & Kawasan Penyangga Pengembangan Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport) Gambar 5 Bagan Alir Kaitan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan. Bagan Alir sebagaimana Gambar 5 dijabarkan dan diterjemahkan kedalam Kerangka Pemikiran Studi, yang merupakan rangkaian tahapan penelitian dalam satu rangkuman yang tidak terlepas satu dengan yang lainnya. Pada tahap awal dilakukan penelitian terhadap kondisi eksisting dan pertumbuhan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang menyebabkan terjadinya perubahanperubahan mendasar dan menimbulkan berbagai dampak, khususnya dampak

3 49 terhadap lingkungan. Perubahan dan dampak-dampak lingkungan tersebut merupakan permasalahan yang perlu diatasi secara menyeluruh (komprehensif) dalam rangka menciptakan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang berwawasan lingkungan. Pelabuhan Tanjung Priok dengan berbagai faktor pendukungnya mempunyai potensi untuk ditata dan dikembangkan, baik dengan memperluas ke arah laut melalui reklamasi atau diperluas dan dikembangkan ke sisi Timur sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta. Pada saat ini merupakan suatu fakta bahwa dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, maka Pelabuhan Tanjung Priok masih merupakan pelabuhan ekspor-impor utama terbesar di Indonesia. Pertumbuhan ekspor-impor dan antar pulau melalui Pelabuhan Tanjung Priok meningkat terus karena kegiatan industri, perdagangan dan jasa di daerah belakangnya juga timbul terus. Di sisi lain kapasitas pelabuhan dan intrastruktur pendukungnya terbatas, sehingga terjadi berbagai masalah di kawasan pelabuhan, di antaranya penurunan kualitas lingkungan, pemanfaatan ruang tidak sesuai fungsi pelabuhan, berbagai kegiatan campur baur dan cenderung kumuh. Sebetulnya kedudukan lokasi Pelabuhan Tanjung Priok strategis, akan tetapi tidak mampu mengimbangi pertumbuhan arus barang melalui pelabuhan ini, oleh sebab itu daya dukung lingkungannya semakin lama semakin menurun. Berdasarkan permasalahan dan potensi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok, maka di dalam Kerangka Pemikiran Studi dilakukan analisis pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok dari sisi : 1) Penataan ruang internal kawasan pelabuhan eksisting dan peningkatan kualitas lingkungan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok untuk mencapai standar ecoport. 2) Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok berwawasan lingkungan (ecoport) dalam sinkronisasi Masterplan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Penyangga Pelabuhan dan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Jabodetabekpunjur Di dalam Kerangka Pemikiran Studi, analisisnya diawali dengan mempelajari studi-studi referensi yang ada tentang peranan dan prospek

4 50 pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam studi ini menganalisis aspek ekologi, aspek ekonomi, aspek sosial, aspek fisik/tata ruang, dan aspek legal/kelembagaan, kondisi eksisting dan proyeksi jangka waktu periode 30 tahun ke depan. Pengembangan pelabuhan dapat dimasukkan sebagai berkelanjutan, apabila kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat meningkat dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan dan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok baik dan positif, serta aspek kesehatan, keamanan dan keselamatan para pekerja di pelabuhan terjamin. Untuk analisis fisik/tata ruang dikhususkan pada analisis kesesuaian pemanfaatan ruang di pelabuhan dengan Masterplan Tata Ruang Pelabuhan Tanjung Priok dan sinkronisasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah kawasan penyangga dan ruang daerah belakangnya. Hasil analisis dari aspek internal kawasan pelabuhan akan menunjukkan seberapa jauh deviasi pemanfaatan ruang yang terjadi di lapangan, dan dari aspek eksternal yaitu sejauh mana rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sinkron dengan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta dan Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Jakarta. Keberhasilan pengembangan pelabuhan menjadi pelabuhan berwawasan lingkungan pada akhirnya sangat tergantung kepada pengelolaan dan pengoperasian pelabuhan. Untuk itu akan dilakukan analisis terhadap manajemen kelembagaan pengelolaan pelabuhan dan peraturan perundang-undangan terkait dengan berbagai aspek kepelabuhanan. Pada tahap selanjutnya di dalam Kerangka Pemikiran Studi berbagai analisis sektoral tersebut di atas diintegrasikan dengan menganalisis lintas sektoral dan dikaji kesesuaiannya terhadap standar pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport) yang akan dikaji di dalam studi ini disesuaikan dengan kondisi Pelabuhan Tanjung Priok. Hasil analisis lintas sektoral ini selanjutnya dijabarkan dan dirumuskan terhadap Implikasi Kebijakan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan (Ecoport). Kerangka Pemikiran Studi sebagaimana diuraikan tersebut diatas, dijabarkan dituangkan pada Diagram, sebagaimana disajikan pada Gambar 6.

5 51 Pembangunan Berkelanjutan Pertumbuhan Pelabuhan Tanjung Priok Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Jakarta Kondisi Eksisting Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok Permasalahan Potensi Pengembangan Kapasitas Pelabuhan Terbatas Daya Saing Pelabuhan Dibandingkan Pelabuhan Internasional Lain Rendah Pencemaran Lingkungan Pelabuhan Dan Kawasan Sekitar (Penyangga) Kondisi Fisik Pelabuhan Dan Kawasan Sekitar Tidak Teratur Dan Kumuh Kemacetan Lalulintas Angkutan Barang Di Bagian Darat Dan Laut Pemanfaatan Ruang Pelabuhan Tidak Sesuai Master Plan Pelabuhan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat sekitar (penyangga) rendah Perubahan Dampak Pertumbuhan Arus Barang Ekspor-Impor Dan Antar Pulau Tinggi dan meningkat terus Pertumbuhan Kawasan Industri Dan Perdagangan/jasa Daerah Belakang Pelabuhan Kedudukan Lokasi Greografis Pelabuhan (nasional dan internasional) strategis Ketersediaan Infrastruktur Dan Suprastruktur Pelabuhan Tanjung Priok lengkap (tangga peningkatan) Analisis Kondisi Eksisting Pelabuhan Tanjung Priok Lingkungan Fisik Ekologi Lingkungan Sosial Kesesuaian Fisik Pemanfaatan Ruang Pertumbuhan Arus Barang Kelembagaan Pengelolaan Pelabuhan UNSUR KEBARUAN Analisis Perumusan Standar Ecoport Analisis Indeks Ecoport Pelabuhan Tanjung Priok Analisis Kebutuhan Ruang Pelabuhan Kebijakan Penataan Ruang Daratan Dan Perairan Pelabuhan Kebijakan Pengembangan Pel. Tanjung Priok Sebagai Ecoport Dan Internasional Hub Port Pengelolaan Pesisir Terpadu Teluk Jakarta Rencana Zoning Pengembangan Pelabuhan Baru Rencana Lokasi Dan Tahapan Pengembangan UNSUR KEBARUAN Pelabuhan Tanjung Priok Dan Pengembangannya Berwawasan Lingkungan (Ecoport) Gambar 6 Kerangka Pemikiran Studi

6 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dalam studi ini dilakukan di dalam Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta, wilayah kecamatan-kecamatan penyangga yang berbatasan dengan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, dan wilayah Jabotabek sebagai daerah belakang utama (hinterland) Pelabuhan Tanjung Priok. Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok adalah kawasan dalam batas Daerah Lingkungan Kerja (DLK) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLK) Pelabuhan Tanjung Priok sesuai Surat Keputusan Bersama Menteri Perhubungan RI dengan Menteri Dalam Negeri RI tahun Pada saat penelitian studi ini dilakukan, Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok telah terbentuk sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 63/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu telah terbit Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 42/2011 tentang Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok. Pada saat studi penelitian, Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok sedang melakukan koodinasi untuk melakukan kajian studi untuk mengusulkan Revisi Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Tanjung Priok yang telah terbit dan ditetapkan sejak tahun 1972 oleh Menteri Maritim RI dan Menteri Dalam Negeri, disesuaikan dengan kondisi saat ini dan mengakomodasikan Rencana Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Jangka Menengah dan Jangka Panjang, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan. Kawasan penyangga Pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari kawasan sekitar Pelabuhan Tanjung Priok yaitu Kecamatan-Kecamatan pesisir pantai Teluk Jakarta yang berbatasan dengan Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja dan Kecamatan Cilincing di wilayah DKI Jakarta. Daerah belakang utama Pelabuhan Tanjung Priok adalah kabupaten-kabupaten dan kotakota di wilayah DKI Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Peta Batas Lokasi Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai daerah penelitian sebagaimana disajikan pada Gambar 7. Pada kawasan penyangga Pelabuhan Tanjung Priok terdapat berbagai kegiatan usaha yang merupakan efek ganda (multiplyer effect) dari berbagai kegiatan kepelabuhanan di Pelabuhan Tanjung Priok. Untuk lebih jelasnya batas Kawasan Penyangga Pelabuhan Tanjung Priok di wilayah Propinsi DKI Jakarta sebagai daerah penelitian disajikan pada Gambar 8 dan Gambar 9.

7 53 Gambar 7 Peta Lokasi Penelitian Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, 2009 Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian Kawasan Penyangga Pelabuhan Tanjung Priok (Kecamatan Tanjung Priok, Koja, Cilincing), 2009

8 54 Gambar 9 Peta Lokasi Penelitian Wilayah Propinsi DKI Jakarta, 2009 Sebagai daerah belakang utama Pelabuhan Tanjung Priok adalah Wilayah Propinsi DKI Jakarta, Wilayah Propinsi Banten, khususnya Kabupaten Tangerang dan wilayah Propinsi Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor (Cibinong dan Cileungsi). Selain Kabupaten Bogor dan Bekasi, sebetulnya pemasok barang-barang ekspor-impor dan barang antar pulau, juga berasal dari Kabupaten Bandung (ekspor-impor produksi dari kawasan industri garmen dan tekstil) dan dari Kabupaten Cirebon (barang-barang antar pulau) dan kabupaten Purwakarta dan kabupaten Sumedang (Subang). Dampak pertumbuhan ekonomi wilayah regional daerah belakang utama pelabuhan, khususnya Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang terhadap pertumbuhan Pelabuhan Tanjung Priok cukup besar. Kawasan-kawasan industri, pusat perdagangan dan jasa serta kawasan perkebunan yang memasok barang-barang untuk diekspor dengan jumlah tonase dan nilai terbesar dari seluruh Indonesia terletak di wilayah regional Jabotabek. Batas wilayah Jabotabek sebagai daerah penelitian untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 10.

9 55 Pelabuhan Tanjung Sumber: BKSP Jabotabek, 2009 Gambar Waktu Penelitian Peta Lokasi Penelitian Daerah Belakang Utama Pelabuhan Tanjung Priok (Wilayah Jabotabek), 2009 Tahapan penelitian studi disertasi dengan topik studi Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan (Ecoport) dalam rangka Pengelolaan Pesisir Terpadu, dengan studi kasus Pelabuhan Tanjung Priok diawali dengan pengajuan proposal penelitian yang disetujui bulan Juni 2009, setelah itu dilakukan penelitian lapangan tahap I untuk survei data-data primer dari data tanggal 19 sampai tanggal 25 Oktober, dilanjutkan tanggal 19 November sampai 20 Desember Penelitian Tahap II untuk survey data-data sekunder dilakukan pada bulan Januari dan bulan Februari 2010 dan dilengkapi pada bulan Januari Kompilasi data data penelitian dan analisis dilakukan setelah penelitian studi yaitu pada tahun Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Tahapan studi meliputi perumusan permasalahan penelitian, penyusunan rancangan (desain) penelitian, penentuan sampel, pengumpulan kompilasi data, analisis data dan penulisan laporan. Tahapan penelitian studi disajikan pada Gambar 11.

10 56 Perumusan Permasalahan Penelitian Penyusunan Rancangan/ Disain Penelitian Pengambilan Sampel (Metode) Pengumpulan Data (Metode) Penulisan Laporan Disertasi Analisis Data (Metode) Rencana Analisis Data Kompilasi Data Gambar 11 Tahapan Metode Penelitian Perumusan permasalahan penelitian dalam studi ini adalah rangkuman dari perumusan permasalahan pada Sub Bab 1.2, yaitu jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang terjadinya penurunan kualitas lingkungan fisik ekologi kondisi sosial pelabuhan dan masyarakat kawasan penyangga, ketidaksesuaian pemanfaatan ruang kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, kapasitas ruang pelabuhan menampung pertumbuhan barang dan aspek kelembagaan pengelola pelabuhan. Pertanyaan selanjutnya bagaimana bentuk dan pola pengembangan pelabuhan berwawasan lingkungan yang paling cocok diterapkan di Pelabuhan Tanjung Priok. Rancangan desain penelitian akan disusun lebih rinci sebelum penelitian lapangan dilakukan, dan penjabaran dari ruang lingkup penelitian disesuaikan dengan judul disertasi, yaitu Pengembangan Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport) dalam rangka Pengelolaan Pesisir Teluk Jakarta Terpadu dengan studi kasus Pelabuhan Tanjung Priok di wilayah pesisir Teluk Jakarta Jabodetabekpunjur. 3.4 Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data fisik, sarana dan prasarana serta data sosial ekonomi Pelabuhan Tanjung Priok, dan kawasan penyangganya. Data sekunder meliputi hasil-hasil studi, direktori pelabuhan, data-data yang terkait dengan Pelabuhan Tanjung Priok, dan data lingkungan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang meliputi kualitas air perairan dan kualitas udara, serta kondisi kebersihan, penghijauan, dan sedimentasi. Sumber data primer dan sekunder meliputi instansi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, PT Pelindo II (Persero), Swasta, Asosiasi-Asosiasi di dalam

11 57 Pelabuhan Tanjung Priok, Tokoh masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi. Jenis dan sumber data penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis dan Sumber Data Penelitian Jenis Data I. Data Primer 1. Sosial-Ekonomi (Persepsi Masyarakat, Tenaga Kerja yang terserap, dan Pendapatan Masyarakat) 2. Kebutuhan Sistem 3. Tujuan Sistem 4. Identifikasi Faktor-Faktor Strategis Sistem 5. Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor Strategis terhadap Sistem 6. Perumusan Skenario Sistem 7. Penentuan Prioritas II. Data Sekunder 8. Hasil Studi dan Laporan tentang Amdal kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, serta RKL/ RPL dan UKL/UPL Unit Kegiatan di dalam Kawasan Pelabuhan 9. Direktori Pelabuhan Tanjung Priok 10. Data Kualitas Air 11. Data Kualitas Udara Pelabuhan 12. Data Kebisingan 13. Data Tingkat Sedimentasi 14. Data penghijauan 15. Data PDRB Daerah Belakang Pelabuhan (Jabodetabek) 16. Data-Data Arus Barang, Kunjungan Kapal, Rencana Induk Pelabuhan dan data Kepelabuhan lainnya 17. Penyediaan Air Bersih 18. Data Fisik, Lingkungan, Rencana Tata Wilayah DKI Jakarta dan Rencana Tata Ruang Pelabuhan Tanjung Priok 19. Data fisik, lingkungan, rencana tata ruang, Sosial Ekonomi Kecamatan-Kecamatan Pesisir Penyangga Pelabuhan Tanjung Priok 20. Data lain yang mendukung Sumber Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara BPLHD/Pelindo II Tj. Priok Pelindo II Tj. Priok BPLHD/Pelindo II Tj. Priok BPLHD/Pelindo II Tj. Priok Pelindo II Tj. Priok Pelindo II Tj. Priok Pelindo II Tj. Priok BPS Pelindo II Tj. Priok Pelindo II Tj. Priok Pelindo II Tj. Priok Bappeko dan SDTK Jakarta Utara Instansi Pemerintah Pusat & Pemda terkait Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survey, dengan tujuan untuk meneliti populasi secara langsung. Survey dilakukan dengan teknik wawancara atau kuesioner. Wawancara dan penyebaran kuesioner pada orang terpilih yaitu responden yang terkait langsung dengan kegiatan pengembangan kawasan pelabuhan yang berwawasan lingkungan. Obyek wawancara dan penyebaran kuesioner adalah mulai dari tingkat institusi/lembaga

12 58 Pemerintah Pusat dan institusi/lembaga non pemerintah, institusi lembaga/lembaga pemerintah Propinsi/Kota dan non pemerintah, sampai di tingkat lokasi kawasan Pelabuhan Tanjung Priok. Data sekunder didapat dengan cara mengumpulkan data dari instansi terkait di tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Data sekunder berupa data statistik dan potensi wilayah, serta referensi data hasil-hasil penelitian dan kajian kebijakan pengembangan kawasan pelabuhan yang berwawasan lingkungan. Data sekunder tertentu diambil data time series, di antaranya data perkembangan pemantauan kualitas lingkungan pelabuhan. Secara khusus data pemantauan kualitas lingkungan diperoleh dari PT Pelindo II (Persero) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok yang disupervisi oleh Kantor BPLHD Propinsi DKI Jakarta dan Kantor BPLHD Wilayah Jakarta Utara. 3.5 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, baik penentuan lokasi maupun responden, yaitu teknik pengambilan sampling dengan menggunakan/membangun kriteria. Responden dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok responden untuk kepentingan data sosial ekonomi dan kelompok responden pakar/stakeholders yang terkait untuk data kelembagaan/pengelolaan Pelabuhan Tanjung Priok. Total jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 75 orang, yang secara rinci disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah Responden Penelitian No Stakeholders Jumlah Keterangan 1. Pemerintah Pusat 5 Kementerian Perhubungan RI, Kementerian Lingkungan Hidup RI, Kementerian Peindustrian dan Kementerian Perdagangan RI, Bea Cukai, Administrator Pelabuhan Tanjung Priok dan KP3 2. Pemerintah Daerah 3 Bappeda DKI Jakarta, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, dan BPLHD DKI Jakarta/Kantor Lingkungan Hidup Jakarta Utara 3. Pengelola Pelabuhan 2 PT Pelindo II (Persero) 4. Swasta 3 Perusahaan Pelayaran, Eksportir, Importir 5. Asosiasi di Pelabuhan 8 Kadin, Depalindo, ABMI, INSA, INSI, ABK 6. Tokoh Masyarakat 3 Kecamatan di Kawasan Daerah Penyangga Pelabuhan 7. LSM 4 Lokal 8. Masyarakat 43 Buruh, ABK, Pedagang, Pelajar, Mahasiswa, Ibu Rumah Tangga, dll di kawasan daerah sekitar/penyangga pelabuhan 9. Perguruan Tinggi 4 IPB (PK-SPL) Total 75

13 59 Wawancara dan penyebaran kuesioner dilakukan secara purposive dilakukan hanya pada orang terpilih yaitu responden yang terkait langsung dengan proses pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok yang berwawasan lingkungan mulai dari Pemerintah Pusat hingga Kelurahan, Lembaga Keuangan, LSM, swasta (dunia usaha), masyarakat lokal dan perguruan tinggi. 3.6 Metode Analisis Data Sesuai dengan Kerangka Pemikiran Studi, maka untuk kepentingan studi penelitian disertasi ini dilakukan berbagai metode analisis, disesuaikan dengan ruang lingkup dan sasaran studi. Metode analisis dalam studi ini meliputi; (1) metode analisis kualitas lingkungan fisik ekologi, (2) metode analisis dampak sosial pertumbuhan pelabuhan, (3) metode analisis kesesuaian fisik pemanfaatan ruang pelabuhan, (4) metode analisis pertumbuhan arus barang, dan (5) metode analisis kelembagaan pengelolaan pelabuhan. Analisis dari berbagai aspek tersebut di atas menggunakan data time series, yaitu data 5 tahun ke belakang dari tahun studi penelitian dan analisis pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dengan memproyeksikan kebutuhan ruang pelabuhan 5 tahun ( ), 10 tahun ( ) dan 20 tahun ( ) ke depan Metode Analisis Kualitas Lingkungan Fisik Ekologi Pelabuhan Analisis kualitas lingkungan fisik/ekologi kawasan Pelabuhan Tanjung Priok meliputi kualitas air perairan, kualitas udara, kondisi kebersihan dan penghijauan daratan serta tingkat sedimentasi perairan di kawasan pelabuhan. Data yang digunakan untuk analisis kualitas lingkungan fisik/ekologi adalah data sekunder hasil pemantauan lingkungan pelabuhan yang dilakukan oleh PT (P) Pelindo II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok dengan supervisi BPLHD Propinsi DKI Jakarta. Untuk menghitung Indeks Pencemar Air (IP) perairan Pelabuhan Tanjung Priok dan trend perkembangannya digunakan data sekunder hasil pemantauan kualitas air dari tahun 2004 sampai tahun Untuk menghitung Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Pelabuhan Tanjung Priok dan trend perkembangannya digunakan data dari tahun 2006 sampai tahun Untuk menilai kondisi kebersihan dan penghijauan dengan menggunakan data kondisi

14 60 eksisting (tahun 2009) dan untuk menilai tingkat sedimentasi perairan dan trend perkembangannya menggunakan data tahun 2007 sampai tahun Untuk menentukan kualitas lingkungan fisik/ekologi kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, maka hasil analisis kualitas lingkungan fisik/ekologi dibandingkan terhadap standar yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan kajian yang dipakai dalam studi ini, baik untuk menentukan tingkat kualitas air perairan, tingkat kualitas udara, tingkat kondisi kebersihan dan penghijauan serta tingkat sedimentasi perairan Pelabuhan Tanjung Priok. Pada saat penelitian dilakukan, sudah ada ketentuan tentang pengelolaan kualitas lingkungan kepelabuhanan. Untuk pengaturan tentang kualitas air perairan adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Baku mutu lingkungan (environmental quality standard) / BML berfungsi sebagai suatu tolok ukur untuk mengetahui apakah telah terjadi pencemaran terhadap lingkungan. Selanjutnya untuk kualitas udara mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 dan Kep- 02/MENLH/I/1998 tentang Kualitas Udara. Parameter lingkungan yang akan dianalisis untuk mengukur kualitas lingkungan fisik terdiri atas: (a) analisis kualitas air, (b) analisis kualitas udara, (c) analisis kondisi kebersihan dan penghijauan, (d). Analisis tingkat sedimentasi perairan Pelabuhan Tanjung Priok. a Metode Analisis Kualitas Air Parameter lingkungan yang berkaitan dengan kualitas air laut dan metode yang digunakan mengunakan data sekunder dari PT Pelindo II (Persero) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok dengan parameter-parameter yang disajikan pada Tabel 6. Hasil analisis kualitas air laut akan dibandingkan dengan standar baku mutu air laut berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun 2004 Lampiran 2 (Pelabuhan).

15 61 Tabel 6 Parameter Kualitas Air Laut di Pelabuhan Tanjung Priok Berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun 2004 Lampiran 2 (Pelabuhan) No Parameter Satuan Baku Mutu Keterangan A FISIK 1 Bau (insitu) - Alami 2 TSS (insitu) mg/l 80 3 Suhu (insitu) C Alami 4 Benda Terapung - Nihil 5 Lapisan Minyak (insitu) - Nihil 6 Kecerahan (insitu) Meter 3 7 Kekeruhan (insitu) NTU 5 B KIMIA 1 ph (insitu) Amonia (NH3-N) mg/l 1 3 Salinitas +10% Alami 4 Senyawa fenol total mg/l 0,002 5 Minyak & Lemak mg/l 5 6 Surfaktan (MBAS) mg/l 1,0 7 Sulfida (H2S) mg/l 0,03 C LOGAM TERLARUT 8 Raksa (Hg) mg/l 0,003 9 Cadmium (Cd) mg/l 0,01 10 Tembaga (Cu) mg/l 0,06 11 Timbal (Pb) mg/l 0,01 12 Seng (Zn) mg/l 0,1 D MIKROBIOLOGI 1 Coliform MPN/100 ml 1000 Tidak Digunakan dalam Analisis Sumber: KEPMENLH No.51/2004 Lampiran I, Baku Mutu Air Laut untuk Pelabuhan Status pencemaran kualitas air yang dinilai dari tingkat pencemaran air di Pelabuhan Tanjung Priok menggunakan Indeks Pencemar (IP) atau PI j yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu suatu Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka PI j adalah Indeks Pencemar bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari C i /L ij. Harga PI j ini dapat ditentukan dengan cara : 1) Pilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air akan membaik. 2) Pilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang.

16 62 3) Hitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan cuplikan. 4.a) Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO. Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai C i /L ij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan, yaitu : b) Jika nilai baku L ij memiliki rentang untuk C i L ij rata-rata : untuk C i > L ij rata-rata : c) Apabila nilai (C i /L ij ) mendekati nilai acuan yaitu 1, misal C 1 /L 1j = 0,9 dan C 2 /L 2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C 3 /L 3j = 5,0 dan C 4 /L 4j = 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kondisi tersebut adalah : Penggunaan nilai (C i /L ij )hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari 1,0. Penggunaan nilai (C i /L ij )baru jika nilai (C i /L ij )hasil pengukuran lebih besar dari 1,0. (Ci/Lij)baru = 1,0 + P.log(C i /L ij )hasil pengukuran P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5). 5) Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij) R dan (C i /L ij ) M ) 6) Tentukan harga P ij

17 63 Perhitungan analisis untuk penentuan Indeks Pencemar pada badan perairan tidak memasukkan hasil analisis untuk parameter Mikrobiologi, studi penelitian ini menilai bahwa kualitas badan perairan telah terwakili oleh hasil analisis parameter Fisika, Kimia dan Logam Terlarut. Sistem nilai untuk penentuan status mutu air perairan disajikan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Dalam melakukan analisis kualitas air perairan Pelabuhan Tanjung Priok digunakan data sekunder hasil pemantauan lingkungan oleh PT (P) Pelindo 2 Cabang Pelabuhan Tanjung Priok dari tahun (akhir). Pemantauan tingkat pencemaran air dengan mengambil sampel pada 12 titik stasiun di perairan Pelabuhan Tanjung Priok pada saat pasang dan saat surut, yaitu di Stasiun 1 Muara Kali Kresek, Stasiun 2 Perairan DKP, Stasiun 3 Perairan Kolam Pelabuhan III, Stasiun 4 Utara Ex-Syahbandar, Stasiun 5 Semenanjung Paliat, Stasiun 6 Dock Koja Bahari II, Stasiun 7 Perairan Muara Kali Japat, Stasiun 8 Perairan Pintu Break Water Barat, Stasiun 9 Perairan Sekitar PT. Rukindo, Stasiun 10 Perairan Muara Kali Lagoa, Stasiun 11 Luar Dam, Stasiun 12 Perairan Dumping Site. Untuk lebih jelasnya, titik lokasi (stasiun) pengambilan sampel disajikan pada Gambar 12. Lokasi pengambilan sampel dan penentuan titik dilakukan berdasarkan keterwakilan daerah pada kolam perairan pelabuhan (zona A) dan diluar kolam perairan pelabuhan (zona B). Dikolam perairan dan dibagi dua yaitu di dekat muara sungai/kali dan di bagian tengah kolam perairan pelabuhan. Pembagian titik (stasiun) penelitian berdasarkan zona dikelompokkan atas: 1) Stasiun pada Zona A. Di dekat muara sungai/kali pada titik (stasiun) 1, titik (stasiun) 3, titik (stasiun) 5, titik (stasiun) 7 dan titik (stasiun) 9. Di tengah kolam perairan yaitu pada titik (stasiun) 2, titik (stasiun) 4, titik (stasiun) 6 dan titik (stasiun) 10 2) Stasiun pada Zona B Di luar kolam pelabuhan terdiri dari titik (stasiun) 8, Titik (Stasiun) 11 dan Titik (Stasiun) 12. Pemantauan dilakukan pada perairan dan muara sebagai pada saat pasang dan surut selama 5 tahun ( ) dan hasilnya dibandingkan terhadap Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Pada 12 titik (stasiun) ini diteliti kadar kualitas air laut berdasarkan parameter fisika (bau, TSS, suhu, sampah, lapisan minyak, kecerahan dan

18 64 kekeruhan), parameter kimia (ph, ammonia, salinitas, senyawa fenol total, minyak dan lemak, surfaktan dan sulfida) dan logam terlarut (raksa, cadmium, tembaga, timbal dan seng). Atas dasar data hasil penelitian selanjutnya dilakukan analisis perhitungan Indeks Pencemar (IP) pada titik-titik tersebut. Kedua belas titik (stasiun) penelitian di dalam studi ini berdasarkan tingkat ketercemarannya dibagi 4 zona kriteria, yaitu : 1) Kriteria I (Di bawah Batas Ambang Mutu Air laut) : IP 0 - IP 1 2) Kriteria II (Tercemar) : IP 1 - IP 5 3) Kriteria III (Tercemar Sedang) : IP 5 - IP 10 4) Kriteria IV (Tercemar Berat) : IP 10 - IP 14 Evaluasi kualitas air laut pada Titik 1 sampai Titik 12 pemantauan di peraian Pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada Lampiran 4 sampai dengan Lampiran 15. b Metode Analisis Kualitas Udara Untuk menilai atau menganalisis kualitas udara di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dalam studi ini dengan menggunakan parameter Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). ISPU adalah angka yang tidak mempunyai satuan, yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambient di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu : 1) Partikulat (PM10), 2) Karbon Monoksida (CO), 3) Sulfur Dioksida (SO2), 4) Nitrogen Dioksida (NO2), 5) Ozon (O3). Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) didapat berdasarkan laporan dari pengelola kawasan yang memuat informasi sebagai berikut : 1) Waktu pelaporan; 2) Ketentuan waktu; 3) Bagian wilayah dan atau lokasi yang dilaporkan; 4) Indeks Standar Pencemar Udara dari setiap parameter yang diukur; 5) Indeks Standar Pencemar Udara Maksimum; 6) Parameter pencemar kritis; 7) Kategori Indeks Standar Pencemar Udara;

19 65 Untuk melakukan pemantauan tingkat pencemaran udara, pengambilan sampel dilaksanakan pada 11 titik di daratan Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu: Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9 Titik 10 Titik 11 : Area Pos IX : Area Eks. Terminal Besi Bekas : Area Kantor Pelindo II Cab. Tanjung Priok : Area PT. Indocement Tunggal Prakarsa : Area Kantor Keterpaduan : Area PT. Indonesia Power : Area Dermaga Nusantara I : Area Dermaga Nusantara II : Area PT. Walle Jaya : Area TPK Koja : Area Terminal Penumpang Titik-titik pemantauan kualitas udara disajikan pada Gambar 13 dan gambar kategori dan rentang Indeks Standar Pencemar Udara dengan ketentuan waktu disajikan pada Tabel 7. Rentang ISPU Tabel 7 Kategori dan Rentang ISPU Pelabuhan Warna Kategori Penjelasan 0-50 Hijau Baik Biru Sedang Kuning Tidak sehat Merah Hitam Sangat tidak sehat Berbahaya Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan, dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika. Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitive dan nilai estetika. Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika. Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi. Sumber: Keputusan Kepala Bapedda Nomor : Kep.107/Kabapedal tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi ISPU.

20 66 Gambar 12 Peta Titik (Stasiun) Lokasi Pengambilan Sampel Analisis Kualitas Air Perairan Pelabuhan Tanjung Priok

21 67

22 68 Evaluasi kualitas udara pada titik 1 sampai titik 11 pendataan di darat Pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada Lampiran 16 sampai Lampiran 26. Penetapan paramater-paramater dasar untuk menghitung Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan periode waktu pengukuran, penetapan Angka dan Kategori Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), Pengaruh ISPU untuk Setiap Parameter Pencemar dan Batas ISPU Dalam Satuan SI disajikan pada Tabel 8, Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11. dalam bentuk tabel dan grafik Tabel 8 Parameter-Parameter Dasar Untuk Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Periode Waktu Pengukuran No. PARAMETER WAKTU PENGUKURAN KET 1. Partikulat (PM10) 24 jam (Periode pengukuran rata-rata) 2. Sulfur Dioksida (SO2) 24 jam (Periode pengukuran rata-rata) 3. Carbon Monoksida (CO) 8 jam (Periode pengukuran rata-rata) 4. Ozon (O3) 1 jam (Periode pengukuran rata-rata) 5. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam (Periode pengukuran rata-rata) Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Tentang: Pedoman Teknis Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara Nomor: kep-107/kabapedal/11/1997 Catatan : Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinyu diambil harga rata-rata tertinggi waktu pengukuran. ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari data rata-rata sebelumnya (24 jam sebelumnya). Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul Waktu Indonesia Bagian Barat (WIBB). ISPU yang dilaporkan kepada masyarakat berlaku 24 jam ke depan (pkl tgl (n) sampai pkl tgl (n+1)) Tabel 9 Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) untuk Setiap Parameter Pencemar Kategori Rentang Carbon Monoksida (CO) Nitrogen (NO2) Ozon O3 Baik 0-50 Tidak ada efek Sedikit berbau Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat Kombinasi Sulfur Dioksida (SO2) Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi Partikulat Tidak ada efek

23 69 Kategori Rentang Carbon Monoksida (CO) Nitrogen (NO2) Ozon O3 dengan SO2 (Selama 4 Jam) Sulfur Dioksida (SO2) dengan O3 (Selama 4 Jam) Partikulat Sedang Perubahan kimia darah tapi tidak terdeteksi Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya Peningkatan pada kardiovaskularp ada perokok yang sakit jantung Maningkat nya kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpanyakit Jantung, dan akan tampak beberapa kalemahan yang terlihat secara nyata lebih Berbau Bau dan kehilangan warna. Peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma Meningkatnya sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronhitis Luka pada Babarapa spesies tumbuhan Penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih keras Olah raga ringan mangakibat kan pengaruh parnafasan pada pasien yang berpenyaklt paru-paru kronis Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar Luka pada Beberapa spesies lumbuhan Bau, Meningkatnya kerusakan tanaman Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asthma dan bronhitis Terjadi penurunan pada jarak pandang Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran debu di manamana Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asthma dan bronhitis Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Tentang: Pedoman Teknis Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara Nomor: kep-107/kabapedal/11/1997 Dalam bentuk tabel : Tabel 10 Batas Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Dalam Satuan SI Indeks Standar Pencemar Udara 24 jam PM10 ug/m3 24 Jam SO2 ug/m3 B jam CO ug/m3 1 jam O3 mg/m3 1 jam NO2 ug/m (2) (2) Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Tentang: Pedoman Teknis Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara Nomor: kep-107/kabapedal/11/1997

24 70 Batas Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) 1) Berdasarkan Perhitungan Konsentrasi nyata ambient (Xx) = ppm, mg/m3, dan lain-lain. Angka nyata ISPU (1) I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas Ib = ISPU batas bawah Xa = Ambien batas atas Xb = Ambien batas bawah Xx = Kadar Ambien byata hasil pengukuran Contoh Perubahan Angka Secara Perhitungan : Diketahui konsentrasi udara ambient untuk jenis parameter SO2, adalah : 322 ug/m3. Konsentrasi tersebut jika dirubah ke dalam angka Indeks Standar Pencemar Udara adalah sebagai berikut: Tabel 11 Batas Indeks Standar Pencemar Udara (Dalam Satuan SI) Indeks Standar Pencemar Udara Maka : 24 Jam PM10 ug/m3 8 Jam SO2 ug/m3 8 Jam CO ug/m3 1 Jam O3 ug/m3 1 Jam NO2 ug/m Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran 322 ug/m3 322 ug/m3 Ia = ISPU batas atas 100 (baris 3) 100 (baris 3) Ib = ISPU batas bawah 50 (baris 2) 50 (baris 2) Xa = Ambien batas atas 365 (baris 3) 365 (baris 3) Xb = Ambien batas bawah 80 (baris 2) 80 (baris 2) Sehingga angka-angka tersebut dimasukan dalam rumus menjadi: = = 92 (Pembulatan) Jadi konsentrasi udara ambien S mg/m3 dirubah menjadi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) : 92

25 71 2) Berdasarkan Grafik Contoh: Jika diketahui konsentrasi urtuk paremeter PM10 adalah 250 ug/m3 konesntrasi ini jika dirubah dalam Indeks Standar Pencemar Udara dengan menggunakan grafik adalah sebagai berikut: Dari kurva batas angka indeks standar pencemar udara dalam satuan matriks, sumbu X di angka 250 ditarik ke atas sampai menyentuh garis dan ditarik ke kiri sampai meryentuh sumbu Y didapat angka 150. Sehingga konsentrasi PM dirubah menjadi angka Indeks Standar Pencemar Udara menjadi 150. Untuk lebih jelas disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Kurva Batas Angka Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dalam Satuan Matriks Indeks standar pencemaran udara dalam grafik untuk setiap parameter pencemaran udara disajikan pada Lampiran 27. c. Metode Analisis Kondisi Kebersihan dan Penghijauan Parameter untuk menilai kondisi kebersihan, dan penghijauan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dalam studi ini, terdiri dari : 1) Parameter Kondisi Kebersihan Parameter yang dinilai adalah ketersediaan sarana kebersihan dan pengolahan limbah serta pola pengumpulan dan pengangkutan sampah yang dilakukan setiap hari di bagian daratan, maupun di bagian perairan Pelabuhan Tanjung Priok. Penilaian terhadap ketersediaan sarana kebersihan dan pengolahan limbah didasarkan terhadap jumlah dan kapasitas yang dimiliki oleh PT Pelindo II (Persero) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok dengan perusahaan-

26 72 perusahaan yang memiliki kantor di dalam pelabuhan. Penilaian terhadap pola pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara diskriptif, berdasarkan wadah dan letak titik pengumpulan sampah yang dapat dibedakan menjadi : Pola individual langsung dan tidak langsung Pola komunal langsung dan tidak langsung Ineffisiensi dapat terjadi pada sistem pengumpulan sampah ini, sehingga sampah masuk ke dalam air perairan. Tinjauan visual dilakukan terhadap titiktitik yang potensial menjadi tempat masuknya sampah. Metode analisis secara kwantitatif dilakukan dengan cara menganalisis prosentase, kemampuan mengumpulkan dan membuang sampah dari dalam kawasan pelabuhan ke luar kawasan sesuai ketentuan akan menentukan klasifikasi kondisi kebersihan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok. Kondisi kebersihan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok eksisting (tahun 2009) di dalam analisis studi penelitian ini diklasifikasikan atas kategori : Kondisi kebersihan sangat baik : Ketersediaan sarana dan prasarana 80% - 100% dari standar ideal dan volume sampah yang terangkut 90% - 100% dari volume sampah yang ada. Kondisi kebersihan baik : Ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan 70% - 80% dari standar ideal dan volume sampah yang terangkut atau diproses melalui 3R adalah 80% - 90% dari volume sampah yang ada. Kondisi kebersihan sedang : Ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan 60% - 70% dari standar ideal dan volume sampah yang terangkut atau diproses melalui 3R adalah 70% - 90% dari volume sampah yang ada. Kondisi kebersihan rendah : Ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan di bawah 60% dari standar ideal dan volume sampah yang terangkut atau diproses melalui 3R adalah di bawah 70% dari volume sampah yang ada. 2) Parameter Kondisi Penghijauan Parameter kondisi penghijauan yang dinilai adalah penghijauan dalam bentuk jalur hijau (greenbelt) eksisting (tahun 2009) di bagian daratan

27 73 pelabuhan dibandingkan dengan standar rencana penghijauan kawasan privat sesuai Undang-Undang Penataan Ruang. Kondisi penghijauan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok di dalam analisis ini akan diklasifikasikan atas kategori : Kondisi penghijauan sangat baik : 20 sampai 30 % Kondisi penghijauan sedang/ baik : 10 sampai 20 % Kondisi penghijauan rendah : 0 sampai 10 % Prosentase ketersediaan penghijauan (jalur hijau) di dalam studi penelitian ini ditekankan pada jumlah luasan ruang terbuka hijau terkait dengan peran dan fungsinya sebagai buffer zone untuk memberikan nuansa asri, teduh dan nyaman serta mengurangi tingkat pemanasan bumi di kawasan pelabuhan. d. Metode Analisis Tingkat Sedimentasi Perairan Pelabuhan Untuk melihat besaran Sedimentasi digunakan persamaan DPMA (1983) yaitu : Qs = Qi x C x K Dimana : Qs = Debit Sedimen (kg/hari) Qi = Debit aliran rata-rata (m 3 /detik) C = Konsentrasi TSS (mg/l) K = 0,08564 (konstanta pengubah dimensi satuan) Berdasarkan nilai persamaan tersebut di atas, kemudian dikonversikan ke dalam besaran ton/ha/tahun : Qsthn = Qs x D / CA Dimana : Qsthn = Besaran sedimentasi selama satu tahun (ton/ha/tahun) D CA = Jumlah hari selamat setahun (365 hari) = Luas catchment area (ha) Setelah besaran sedimentasi diketahui, kemudian dibandingkan dengan klasifikasi tingkat sedimentasi untuk mengetahui nilai sedimentasinya. Klasifikasi tersebut di dalam analisis studi ini adalah sebagai berikut : 1) Besaran sedimentasi < 20 ton/tahun : Sangat rendah 2) Besaran sedimentasi ton/tahun : Rendah

28 74 3) Besaran sedimentasi ton/tahun : Sedang 4) Besaran sedimentasi >180 ton/tahun : Tinggi Selanjutnya dalam pengklafisikasian secara umum, tingkat sedimentasi dapat diukur dari frekuensi pengerukan untuk kolam perairan dan alur pelayaran, yaitu : 1) Tingkat sedimentasi rendah : Pengerukan kolam perairan dan alur pelayaran satu kali di atas 5 tahun. 2) Tingkat sedimentasi sedang : Pengerukan kolam perairan satu kali dalam 5 tahun dan alur pelayaran per 3 tahun. 3) Tingkat sedimentasi tinggi : Pengerukan kolam perairan di bawah 5 tahun dan alur pelayaran di bawah 3 tahun Metode Analisis Aspek Sosial Pertumbuhan Pelabuhan Penelitian aspek sosial kondisi eksisting di dalam pelabuhan dan kawasan penyangga mengacu pada data-data sekunder dari instansi-instansi yang terkait dan survei lapangan. Data-data sosial ekonomi di kawasan penyangga sekitar Pelabuhan Tanjung Priok yaitu Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, dan Kecamatan Cilincing yang akan dianalisis adalah: (a) Tingkat pendidikan responden, (b) Pertumbuhan Penduduk, (c) Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan kepelabuhanan (d) Pendapatan masyarakat (responden), (e) Jenis mata pencaharian penduduk dan pertumbuhan kegiatan usaha/ekonomi sebagai efek ganda dari keberadaan pelabuhan, (f) Tingkat pengetahuan penduduk terhadap lingkungan dan kepelabuhanan, (g) Tanggapan masyarakat terhadap keberadaan dan rencana pengembangan pelabuhan, (h) Program bina lingkungan dari pengelola pelabuhan terhadap kawasan sektor pelabuhan, (i) Data kecelakaan kerja di pelabuhan dan (j) Data keamanan pelabuhan. Parameter aspek sosial pelabuhan yang dimulai dalam studi ini adalah analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan penyangga pelabuhan yaitu tingkat pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan standar penilaian dari Badan Pusat Statistik dan Keputusan Gubernur tentang Upah Minimum Propinsi (UMP), persepsi masyarakat terhadap keberadaan dan rencana pengembangan pelabuhan, bina lingkungan dan tingkat kerawanan sosial masyarakat di sekitar pelabuhan. Analisis sosial di dalam pelabuhan meliputi tingkat Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan (K3) para

29 75 75 pekerja dan tingkat keamanan pelabuhan (ISPS-Code). Analisis deskriptif kualitatif ini merupakan kegiatan penelitian yang meliputi hasil analisis terhadap data-data yang dikumpulkan dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Penelitian deskriptif menentukan dan melaporkan keadaan sekarang. Penelitian deskriptif tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol lingkungan ditinjau dari aspek sosial meliputi dampak pertumbuhan pelabuhan terhadap peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendidikan masyarakat kawasan sekitar pelabuhan, persepsi/peran masyarakat sekitar pelabuhan dan stakeholder di dalam pelabuhan terhadap kegiatan kepelabuhanan dan rencana pengembangannya, serta penyiapan lembaga layanan pemerintah untuk memberi akses, pengolahan dan pemasaran produk kepelabuhanan kepada masyarakat sekitar (kawasan penyangga) Pelabuhan Tanjung Priok Metode Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang dengan Masterplan Pelabuhan Tanjung Priok a. Metode Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Daratan Pelabuhan Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dan kriteria fisik/teknis fungsifungsi yang ada di dalam pelabuhan, baik di daratan pelabuhan maupun di perairan Pelabuhan Tanjung Priok. Kesesuaian pemanfaatan ruang daratan pelabuhan ditinjau terhadap Master Plan Tata Ruang Pelabuhan Tanjung Priok dan Rencana Tata Ruang wilayah DKI Jakarta, sedangkan kesesuaian kondisi fisik dan teknis sarana/prasarana perairan pelabuhan ditinjau dari standar dan pedoman perencanaan pelabuhan ecoport sesuai Tabel 36. Untuk menganalisis kesesuaian pemanfaatan ruang daratan pelabuhan digunakan metode analisis Geographic Information System atau Sistem Informasi Geografis. Sistem Informasi Geografis (Geographyc Information System) adalah an organized collection of computer hardware, software, geographic data, and personnel designed to efficiently capture, store, update manipulate, analyze, and display all forms of geographically referenced information (Burrough, 1986). Pada proses analisis ini, metode SIG dilakukan untuk menganalisis kesesuaian pemanfaatan ruang daratan eksisting, tahap awal dilakukan pemetaan fungsi-fungsi/kegiatan eksisting (existing land-use) di dalam kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dan menghitung luasan masing-masing fungsi. Selanjutnya

30 76 dilakukan analisis superimpose masing-masing fungsi dengan rencana peruntukan sesuai Masterplan Tata Ruang Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga didapat gambaran kesesuaian pemanfaatan ruang/lahan zoning dalam kawasan pelabuhan terhadap Masterplan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok. Indikator penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut : 1) S1 : Sesuai. Ruang ini memiliki parameter-parameter kesesuaian tanpa pembatas (restriction) ataupun memerlukan perlakuan khusus untuk dapat digunakan sesuai dengan rencana pemanfaatannya. 2) S2 : Kurang sesuai. Ruang ini memiliki satu atau dua lebih parameter yang memiliki pembatas atau memerlukan perlakuan khusus sesuai dengan rencana pemanfaatannya. 3) N : Tidak sesuai. Ruang ini memiliki pembatas yang permanen sehingga tidak dapat digunakan sesuai dengan rencana pemanfaatannya. b. Metode Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Perairan Pelabuhan Kesesuaian teknis dan sarana/prasarana perairan Pelabuhan Tanjung Priok, untuk teknis fungsional kepelabuhanan dan alur keselamatan pelayaran disesuaikan dengan parameter-parameter teknis fungsional kepelabuhanan dan keselamatan alur pelayaran. Teknis fungsional kepelabuhanan dan alur keselamatan pelayaran meliputi kedalaman laut, seabed material, jarak ke mulut pelabuhan, arus, gelombang, angin, jarak ke daerah sensitif, tingkat sedimentasi (perairan) dan sedimentasi alur pelayaran, halangan dan ada tidaknya daerah terlarang. Indikator penilaian kesesuaian pemanfaatan perairan untuk teknis fungsional kepelabuhanan dan alur keselamatan pelayaran untuk setiap parameter dikelompokkan dalam tiga (3) kategori, yaitu : 1) S1 : Sesuai. 2) S2 : Kurang Sesuai. 3) N : Tidak Sesuai. Kategori-kategori Sesuai, Kurang Sesuai dan Tidak Sesuai tersebut di atas dalam studi ini berlaku untuk seluruh parameter penilaian teknis fungsional kepelabuhanan dan keselamatan alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok. Hasil analisis tentang kesesuaian pemanfaatan perairan untuk teknis fungsional

Page 1 KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG

Page 1 KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://bplhd.jakarta.go.id/peraturan/dll/bapedal_107_1997.pdf. G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web. 1

Lebih terperinci

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN SERTA INFORMASI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA B A P E D A L Badan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS UDARA

ANALISIS KUALITAS UDARA ANALISIS KUALITAS UDARA Kualitas Udara Pencerminan dari konsentrasi parameter kualitas udara yang ada di dalam udara Konsentrasi parameter udara tinggi kualitas udara semakin Jelek Konsentrasi parameter

Lebih terperinci

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

5 ANALISIS PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECOPORT)

5 ANALISIS PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECOPORT) 5 ANALISIS PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECOPORT) 5.1 Analisis Komponen Lingkungan Pelabuhan Tanjung Priok 5.1.1 Analisis Kualitas Lingkungan Fisik Ekologi Analisis terhadap kualitas lingkungan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 200 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G BAKU MUTU AIR LAUT DI PERAIRAN KOTA CILEGON Menimbang : a. bahwa air laut merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pedoman Teknis Pengumpulan Data Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia Sebagai Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (ecoport) BAGIAN A KONDISI UMUM

Lampiran 1. Pedoman Teknis Pengumpulan Data Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia Sebagai Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (ecoport) BAGIAN A KONDISI UMUM LAMPIRAN 198 Lampiran 1. Pedoman Teknis Pengumpulan Data Pelabuhanpelabuhan di Indonesia Sebagai Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (ecoport) BAGIAN A KONDISI UMUM 1. Lampirkan SK tentang batas Daerah Lingkungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai

Lebih terperinci

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan Kuliah Minggu V Laboratorium Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim (LPUPI) Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Host of Urban Problems Problem

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 65 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menimbang : 1. bahwa pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

1. Indek Standar Pencemar Udara (ISPU)

1. Indek Standar Pencemar Udara (ISPU) NDEX KUALTA UDARA 1. ndek tandar Pencemar Udara (PU) aat ini ndeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di ndonesia adalah ndek tandar Pencemar Udara (PU), hal ini sesuai dengan Keputusan

Lebih terperinci

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15 69 Lampiran 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :06 tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN YANG MELAKUKAN LEBIH DARI

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN 22 Makalah Pendamping: Kimia STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN Ketut Gede Dharma Putra Laboratorium Kimia Lingkungan FMIPA Universitas Udayana Bali Kampus

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 2017

LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 2017 LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 217 UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI PAPUA 217 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata Dekstruksi Basah Lampiran 1. Lanjutan Penyaringan Sampel Air Sampel Setelah Diarangkan (Dekstruksi Kering) Lampiran 1. Lanjutan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan lautan terbesar di dunia, memiliki luas laut ± 5,8 juta km 2 dan jumlah pulau ± 17.503 pulau, serta panjang garis pantai 81.000

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TPST Sampah Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, yang meliputi tiga kelurahan,

Lebih terperinci

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan 73 7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT Pendahuluan Selama ini jalur pengiriman kontainer dari Indonesia ke luar negeri diarahkan ke Pelabuhan Singapura atau Port

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dengan baik. Kegiatan ini adalah kelanjutan

Lebih terperinci

TJ TUGAS AKHIR I - 3 SKS

TJ TUGAS AKHIR I - 3 SKS Departemen Teknik Komputer FTE Institut Teknologi Sepuluh Nopember TJ141501 TUGAS AKHIR I - 3 SKS Nama Mahasiswa : Nadhira Fidelia Nomor Pokok : 2913 100 039 Bidang Studi : Telematika Semester : Ganjil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan sampel di lapangan Pengeringan Udara Sampel Lampiran 1. Lanjutan Sampel sebelum di oven Sampel setelah menjadi arang Lampiran 1. Lanjutan. Tanur (Alat yang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA Oleh : BOBY REYNOLD HUTAGALUNG L2D 098 415 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pelabuhan merupakan salah satu jaringan transportasi yang menghubungkan transportasi laut dengan transportasi darat. Luas lautan meliputi kira-kira 70 persen dari luas

Lebih terperinci

Pengembangan Pantai Utara Jakarta dalam Review Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekpunjur

Pengembangan Pantai Utara Jakarta dalam Review Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekpunjur Pengembangan Pantai Utara Jakarta dalam Review Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekpunjur Disampaikan dalam FGD Reklamasi Wilayah Perairan sebagai Alternatif Kebutuhan Pengembangan Kawasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android 1 Miftakhul Wijayanti Akhmad, 2 Anik Vega Vitianingsih, dan 3 Tri Adhi Wijaya Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Dr. Soetomo

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut No. Parameter Satuan Baku Mutu FISIKA 1 Kecerahan a m Coral: >5 Mangrove : - Lamun : >3 2 Kebauan - Alami

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi 17 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Lokasi penelitian di Way Perigi, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Way Sekampung Tahun 2013 dan 2014, dimana pada Tahun 2013 dilakukan 4 kali pengambilan sampel dan pada Tahun 2014 dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki peranan penting sebagai wilayah tropik perairan Iaut pesisir, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan sumberdaya

Lebih terperinci

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1) LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 357-365 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya Pengukuran konsentrasi logam berat dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry) menurut Siaka (2008) dapat dihitung menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT

PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT Satriya Ary Hapsara 1,2*, Umi Muflihatun Nurul Azizah 2, Yodhi Anggara P 2, Yospina Reru 1,2 1 Program Studi Fisika,Fakultas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN A. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK 1. Teluk Kendari Kota Kendari memiliki area perairan teluk yang cukup luas. Kawasan teluk Kendari yang berada di ibu kota

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) TUGAS AKHIR Oleh : RINA MERIANA L2D 305 139 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)

Lebih terperinci

INTEGRASI REKOMENDASI KLHS DALAM RAPERDA RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

INTEGRASI REKOMENDASI KLHS DALAM RAPERDA RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA INTEGRASI REKOMENDASI KLHS DALAM RAPERDA RTR KAWASAN STRATEGIS 1 Integrasi Isu Strategis Lingkungan Hidup Terkait Pembentukan Pulau-pulau Hasil Kegiatan Reklamasi No. MUATAN KLHS REKOMENDASI KLHS TERHADAP

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi berperan penting dalam pembangunan di Indonesia sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam

Lebih terperinci

FUNGSI PELABUHAN P P NOMOR 69 TAHUN 2001 SIMPUL DALAM JARINGAN TRANSPORTASI; PINTU GERBANG KEGIATAN PEREKONOMIAN DAERAH, NASIONAL DAN INTERNASIONAL;

FUNGSI PELABUHAN P P NOMOR 69 TAHUN 2001 SIMPUL DALAM JARINGAN TRANSPORTASI; PINTU GERBANG KEGIATAN PEREKONOMIAN DAERAH, NASIONAL DAN INTERNASIONAL; FUNGSI PELABUHAN P P NOMOR 69 TAHUN 2001 SIMPUL DALAM JARINGAN TRANSPORTASI; PINTU GERBANG KEGIATAN PEREKONOMIAN DAERAH, NASIONAL DAN INTERNASIONAL; TEMPAT KEGIATAN ALIH MODA TRANSPORTASI; PENUNJANG KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB IV PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP

BAB IV PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP BAB IV PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP Berdasarkan Pasal 15 PP No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS, perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dapat

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PENENTUAN STATUS MUTU AIR PENENTUAN STATUS MUTU AIR I. METODE STORET I.. URAIAN METODE STORET Metode STORET ialah salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode STORET ini dapat diketahui

Lebih terperinci

Penentuan Indeks Kualitas Lingkungan

Penentuan Indeks Kualitas Lingkungan Penentuan Indeks Kualitas Lingkungan Landasan Teori Studi indeks lingkungan yang telah dipublikasikan antara lain Environmental Sustainability Index (ESI), Environmental Performance Index (EPI), dan Virginia

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya kawasan bisnis maupun kawasan niaga. Gejala menjamurnya pembangunan fisik yang berlebihan dipastikan akan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 551/2001 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 551/2001 TENTANG KEPGUB DKI JAKARTA No. 551 TAHUN 2001 Tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan Di Propinsi DKI Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta KEPUTUSAN NOMOR 551/2001

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING PENCEMARAN UDARA BERBASIS PROTOKOL ZIGBEE DENGAN SENSOR CO

PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING PENCEMARAN UDARA BERBASIS PROTOKOL ZIGBEE DENGAN SENSOR CO PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING PENCEMARAN UDARA BERBASIS PROTOKOL ZIGBEE DENGAN SENSOR CO Ramdan Satra 1, Abdul Rachman 2 1 ramdan@umi.ac.id, 2 emanrstc@yahoo.co.id 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan atau archipelago terbesar di dunia dengan lebih dari 2/3 luasnya terdiri dari wilayah perairan. Indonesia dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan expost facto yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika hubungan atau korelasi atau pengaruh antara faktor-faktor terukur yaitu jumlah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

Kajian logam berat di udara ambien-th2013

Kajian logam berat di udara ambien-th2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam konsep pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara adalah pelaksanaan pemantauan secara kontinu. Karena polusi udara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun Internasional.

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci