Kajian logam berat di udara ambien-th2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian logam berat di udara ambien-th2013"

Transkripsi

1 1

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam konsep pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara adalah pelaksanaan pemantauan secara kontinu. Karena polusi udara merupakan masalah yang serius dibeberapa kota besar di Indonesia pada saat ini. Berbagai usaha telah dilakukan oleh Pusarpedal-Kementerian Lingkungan Hidup, diantaranya adanya sistem pemantauan kualitas udara ambien di Indonesia yang dimulai tahun 1997, sejak dibangunnya stasiun pemantauan kualitas udara (PM 10 ) di Jambi dan Pontianak terkait dengan kebakaran hutan. Tahun , dibangun jaringan pemantauan kualitas udara ambien di 10 kota besar di Indonesia, terdiri dari 33 stasiun permanen (fixed stasiun) dan 9 stasiun bergerak (mobile stasiun). Sistem pemantauan Air Quality Monitoring System (AQMS) di 10 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Jambi, Pontianak dan Palangkaraya. Paramater yang dipantau oleh AQMS adalah partikulat (PM 10 ), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO 2 ), nitrogen dioksida (NO 2 ) dan ozon (O 3 ). Data pemantauan dari stasiun dikirim ke Regional Center (RC) yang ada di masing-masing kota dan ditampilkan pada Regional data display dalam bentuk ISPU. Data dari RC juga dikirim ke Main Center KLH dan ditampilkan dalam bentuk Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada National Data Display. Namun karena keterbatasan biaya untuk operasional dan perawatan, tidak ada satu kotapun yang dapat mengoperasikan AQMS selama setahun penuh. Sementara pengukuran kualitas udara dengan menggunakan peralatan otomatis memerlukan biaya yang tinggi. Usaha lain yang dilakukan oleh Pusarpedal-KLH dalam melakukan pemantauan kualitas udara ambien adalah; sejak tahun 2011-sekarang Pusarpedal telah melakukan pemantauan udara dengan menggunakan metode passive sampler, mulai dari 33 provinsi, dan sekarang berkembang menjadi ± 300 Kabupaten/Kota di Indonesia, pemantauan dengan metode passive sampler merupakan salah satu metode pemantauan kualitas udara yang sampai saat ini masih digunakan oleh negara-negara berkembang, pemantauan dengan harga yang relatif murah, cara 2

3 sampling yang sederhana sehingga dapat menjangkau di hampir seluruh kab/kota. Parameter yang dipantau melalui metode passive sampler adalah SO 2, NO 2, dan O 3. Pada tahun 2008 sampai sekarang, PUSARPEDAL bekerjasama dengan Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR)-Batan Bandung melakukan kegiatan riset bersama dalam permasalahan pencemaran logam berat (Pb) di kawasan Serpong dan telah diperoleh hasil yang komprehensif terkait sumber pencemar serta estimasi lokasi pencemar. Kerjasama ini diharapkan dapat saling melengkapi dan meningkatkan sinergisme antar kelembagaan sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal dan komprehensif. Kerjasama tersebut tertuang dalam MoU antara Kepala PTNBR dan Kepala PUSARPEDAL tentang Pemantauan dan Pengkajian Polusi Udara serta Studi Dampaknya di Indonesia melalui Karakterisasi dan Identifikasi Sumber Secara Berkelanjutan di Kawasan RCA-IAEA menggunakan teknik analisis nuklir (No01196/KS 00 01/II/2012) - (01/PS-VII/LH/02/2012). Kegiatan tersebut juga dilandasi oleh Kerjasama antara Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Terapan BATAN dan Deputi Bidang Pembinaan Sarana teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH. Tentang Pengkajian Polusi Udara dan Studi Dampaknya di Indonesia melalui Karakterisasi, Identifikasi sumber, dan Pemantauan Polusi Udara berkelanjutan di Kawasan RCA-IAEA menggunakan teknik analisis nuklir (No.09682/KS 00 01/VIII/2011)- (13/Dep.VII/2011) serta Kesepakatan Bersama antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala BATAN tentang Pemanfaatan Iptek Nuklir untuk Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (No.12/MENLH/2011) - (09681/KS 00 01/VIII/2011). Pemantauan kualitas udara kerjasama dengan Batan ini meliputi parameter Black Carbon (BC), PM 2.5, PM 2,5-10, PM 10, serta jenis unsur dan jumlah kandungan unsur yang terkandung didalamnya. Pemantauan udara ambien dengan menggunakan alat Gent staked filter unit sampler melibatkan beberapa instansi di daerah diantaranya Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE)/BLH provinsi/blh Kab/Kota). Diharapkan data dari hasil kegiatan ini dapat digunakan untuk menyusun strategi dalam rangka pengendalian pencemaran udara, sebagai dasar pengembangan rencana aksi yang spesifik dan komprehensif Tujuan dan Sasaran Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data Partikulat (PM 10 dan PM 2.5 ), logam berat yang terkandung didalamnya, Black Carbon (BC), untuk jangka panjangnya bertujuan untuk identifikasi sumber pencemar, memperoleh kualitas data dari beberapa lokasi, peningkatan kapasitas 3

4 daerah dalam mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sumber polusi, melakukan studi dampak pencemaran udara ambien di beberapa kota di Indonesia. Sasarannya adalah: diperolehnya data dari kegiatan ini sehingga dapat digunakan sebagai baseline data dan referensi berbasis ilmiah dalam merumuskan, mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat dan terarah sehingga dapat mengatasi permasalahan pencemaran udara, memberikan kontribusi, dalam upaya meningkatkan kualitas udara di Indonesia agar gangguan kesehatan dan kerugian ekonomi yang lebih besar dapat dihindari, serta bagi pengambil kebijakan dapat digunakan sebagai bahan untuk kajian baku mutu logam berat di udara ambien di Indonesia, dan memberikan early warning bagi suatu daerah yang sudah mengetahui kandungan udara di daerahnya Ruang Lingkup Kegiatan 1. koordinasi dan sosialisasi kegiatan dengan pejabat dan staf PPE/BLH terkait. 2. pemilihan lokasi serta pemasangan alat sampling udara ambien (Gent sampler) di PPE dan BLH terkait 3. training pemantauan udara dengan menggunakan alat Gent sampler terhadap staf yang ditunjuk bertanggungjawab dalam pengambilan contoh uji di masing-masing daerah yang dipasang alat Gent sampler. 4. pertemuan teknis dalam persiapan maupun koordinasi kegiatan dengan internal Pusarpedal dan PTNBR-Batan Bandung serta dengan instansi lainnya yang terkait dalam kegiatan ini. 5. analisis sampel yang dilakukan oleh laboratorium PTNBR-Batan Bandung 6. parameter yang di analisis adalah PM 10, PM 2.5, BC, serta beberapa unsur logam lainnya pada PM 10 dan PM pertemuan teknis pelaksanaan kegiatan serta pengolahan data hasil sampling 8. rapat kerja teknis (rakernis) dalam rangka sosialisasi hasil kegiatan 9. pengolahan data 10. pembuatan laporan 4

5 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Telah terdeteksi konsentrasi 15 unsur; Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Pb, pada PM 2.5 dalam udara ambien di 10 lokasi yaitu Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Palangkaraya, Pekanbaru, Bandung, Jakarta, Tangerang (Serpong), Bali, dan Makassar. Kisaran kadar Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, dan Pb, pada PM 2.5 tahun 2012 secara berurut (ng/m 3 ) ; 1,90 667; 1,33 786; 0, ; 0,2 744; 2, ; 3,7 640 ; 0,48 381;1,3 7,2 ; 0,02 22,5 ; 1, ; 0,018 18,52 ; 0,26 13 ; 0,05 18,79 ; 2,9 913 ; 0,2 2664,2. Dari semua unsur yang dipantau, hanya unsur Pb yang baru diatur keberadaannya diudara, yaitu pada Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, dengan nilai baku mutu Pb di dalam TSP 2 µg/m 3 atau 2000 ng/m3. Jika dibandingkan dengan baku mutu negara- negara maju (USEPA) sudah menetapkan baku mutu Pb di udara ambien adalah 250 ng/m 3. Berdasarkan data PM 2.5 di beberapa daerah yang telah mendekati baku mutu PP41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara (65 µg/m 3 ) khususnya daerah Jakarta, Surabaya, Pekanbaru dan Palangkaraya (saat kebakaran hutan) setelah mengetahui hasil pemantauan ini dapat menjadikan early warning bagi daerah tersebut. Sehingga dapat dilakukan langkahlangkah untuk pencegahan pencemaran lebih lanjut, atau tindakan untuk melindungi kesehatan masyarakat pada waktu kejadian serupa terjadi. Data hasil pemantauan terhadap unsur yang dipantau ini dapat dijadikan sebagai baseline data dan sebagai bahan dalam mengambil kebijakan untuk pemulihan kualitas lingkungan, terutama kualitas udara ambien. Data ini juga dapat digunakan sebagai data dasar dalam kajian baku mutu logam berat di udara ambien di Indonesia. Hasil penentuan PM 2.5, PM 10, Black Carbon dan unsur-unsur dalam sampel partikulat udara akan diolah lebih lanjut menggunakan reseptor modeling untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi sumber pencemar, untuk itu dibutuhkan data dalam jangka waktu yang panjang. Namun 5

6 untuk melangkah ke arah tersebut dibutuhkan data tahunan untuk dapat diolah. Maka diharapkan daerah yang telah terlibat didalam kegiatan pemantauan ini terus berkomitmen untuk melaksanakan sampling dengan sebaik-baiknya. Karena data yang akan diperoleh tergantung dari cara sampling yang baik, titik sampling yang representatif, analis yang kompeten, alat yang akurasi dan presisinya dapat dipertanggungjawabkan, serta pengolahan data yang baik dan benar. Koordinasi yang baik antar instansi ini perlu diperluas, misalnya dengan melibatkan BMKG, serta pemerintah daerah setempat. Karena, baik Pusarpedal, Batan dan daerah tidak bisa melakukan kegiatan ini secara sendiri-sendiri. Semoga kegiatan ini bermanfaat dan memberi masukan bagi pengambil kebijakan, terutama bagi lingkungan yang kita cintai. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini terlaksana atas kerjasama PUSARPEDAL dengan PTNBR BATAN Bandung, Batan Yogyakarta, Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Sumatera, PPE Balinusra, PPE Sulawesi dan Maluku, BLH Provinsi Surabaya, BLH Provinsi Semarang, BPLHD Provinsi Jawa Barat, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, dan BLH Kota Palangkaraya yang berpartisipasi dalam pengambilan contoh uji di daerah masing-masing. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh personil bidang pemantauan Pusarpedal, dan kelompok teknik analisis radiometri Batan yang terlibat dalam sampling dan analisis pada kajian logam berat ini, serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. 6

Konsep Penelitian Kualitas Lingkungan (Udara) dalam Membangun IKLH

Konsep Penelitian Kualitas Lingkungan (Udara) dalam Membangun IKLH Konsep Penelitian Kualitas Lingkungan (Udara) dalam Membangun IKLH Oleh : RITA, S.Si., M.Si disampaikan pada acara: RAKERNIS KUALITAS UDARA PM 10, PM 2.5 DI 17 KOTA DI INDONESIA Serpong, 25 Agustus 2016

Lebih terperinci

MATERI PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN AQMS DI 45 KOTA

MATERI PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN AQMS DI 45 KOTA MATERI PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN AQMS DI 45 KOTA SUBDIREKTORAT PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN NON INSTITUSI DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA KEMENTERIAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA

KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA Rita Muktar, Hari Wahyudi, Esrom Hamongan...: Kandungan Logam Berat dalam Udara Ambien... KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA HEAVY METAL CONCENTRATIONS OF AIR AMBIENT

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menimbang : 1. bahwa pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan terhadap

Lebih terperinci

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android 1 Miftakhul Wijayanti Akhmad, 2 Anik Vega Vitianingsih, dan 3 Tri Adhi Wijaya Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Dr. Soetomo

Lebih terperinci

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri Laboratorium Teknik Analisis Radiometri (TAR) merupakan salah satu laboratorium Badan Tenaga

Lebih terperinci

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan Kuliah Minggu V Laboratorium Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim (LPUPI) Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Host of Urban Problems Problem

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 65 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN SERTA INFORMASI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA B A P E D A L Badan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016 PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016 Jakarta, Maret 2016 DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DAMPAK PEMANFAATAN BRIKET BATUBARA TERHADAP KUALITAS UDARA AMBIEN

DAMPAK PEMANFAATAN BRIKET BATUBARA TERHADAP KUALITAS UDARA AMBIEN Rina Aprishanty, Isa Ansyori... : Dampak Pemanfaatan Briket Batura Terhadap Kualitas Udara Ambien DAMPAK PEMANFAATAN BRIKET BATUBARA TERHADAP KUALITAS UDARA AMBIEN 1 Rina Aprishanty, 2 Isa Ansyori, 2 Emalya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk mendukung kehidupannya secara

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012

LAPORAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012 LAPORAN KEGIATAN SUB BIDANG PENGEMBANGAN LABORATORIUM BIDANG PENGEMBANGAN DAN EVALUASI LABORATORIUM LINGKUNGAN TAHUN ANGGARAN 2012 PUSAT SARANA PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN SARANA

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Juni 2010 Deputi MENLH Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas. Sudariyono

Kata Pengantar. Jakarta, Juni 2010 Deputi MENLH Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas. Sudariyono Kata Pengantar Dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010 2014 antara lain dinyatakan bahwa sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan adalah terpeliharanya

Lebih terperinci

PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 1 LATAR BELAKANG Timbal (Pb) adalah logam berat yang berbahaya karena dapat merusak organ tubuh terutama sistem syaraf,sistem Pembentukan

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR JURNAL TUGAS AKHIR STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR Oleh : AYUKO HIRANI SALEH D121 10 265 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat

Lebih terperinci

Laporan Tahunan (Januari-Desember 2012)

Laporan Tahunan (Januari-Desember 2012) Halaman 1 KUALITAS UDARA AMBIENT KEPADA YTH. : WALI DI- PEKANBARU DAFTAR ISI 1. UMUM 2. INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU) 3. PARAMETER YANG DIUKUR DAN METODE PENGUKURAN 4. KALIBRASI (STANDARISASI) 5.

Lebih terperinci

TJ TUGAS AKHIR I - 3 SKS

TJ TUGAS AKHIR I - 3 SKS Departemen Teknik Komputer FTE Institut Teknologi Sepuluh Nopember TJ141501 TUGAS AKHIR I - 3 SKS Nama Mahasiswa : Nadhira Fidelia Nomor Pokok : 2913 100 039 Bidang Studi : Telematika Semester : Ganjil

Lebih terperinci

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1) dan Tahun Pembuatan Kendaraan dengan ISSN Emisi 1978-5283 Co 2 Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1) HUBUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR, ODOMETER KENDARAAN DAN TAHUN PEMBUATAN KENDARAAN DENGAN

Lebih terperinci

Session 2B: Tinjauan Metode sampling udara ambien

Session 2B: Tinjauan Metode sampling udara ambien Session 2B: Tinjauan Metode sampling udara ambien Agenda: 1. Presentasi: Metode sampling : Pasif, Manual, and Aktif Bagaimana memutuskan metode yang tepat untuk area dan kondisi tertentu 2. Diskusi Grup

Lebih terperinci

1. Indek Standar Pencemar Udara (ISPU)

1. Indek Standar Pencemar Udara (ISPU) NDEX KUALTA UDARA 1. ndek tandar Pencemar Udara (PU) aat ini ndeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di ndonesia adalah ndek tandar Pencemar Udara (PU), hal ini sesuai dengan Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga

Lebih terperinci

PENENTUAN POLUTAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN DAS CIUJUNG MENGGUNAKAN TEKNIK NUKLIR ANALISIS AKTIVASI NEUTRON

PENENTUAN POLUTAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN DAS CIUJUNG MENGGUNAKAN TEKNIK NUKLIR ANALISIS AKTIVASI NEUTRON B34 PENENTUAN POLUTAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN DAS CIUJUNG MENGGUNAKAN TEKNIK NUKLIR ANALISIS AKTIVASI NEUTRON Th. Rina Mulyaningsih, Sutisna, Iman Kuntoro, Sumardjo, Alfian BATAN 2012 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 336 / KPTS / 013 / 2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 336 / KPTS / 013 / 2007 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 336 / KPTS / 013 / 2007 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2010 Tanggal : 26 Maret 2010 I. PENDAHULUAN PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH Dalam Pasal 20 ayat (4) Undang-Undang

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAMBI TAHUN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAMBI TAHUN Menimbang : GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAMBI TAHUN 2013-2015 GUBERNUR JAMBI, a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Rita Muktar, Esrom Hamonangan...: Komponen Kimia PM 2,5 DAN PM 10. (Diterima tanggal ; Disetujui tanggal )

Rita Muktar, Esrom Hamonangan...: Komponen Kimia PM 2,5 DAN PM 10. (Diterima tanggal ; Disetujui tanggal ) KOMPONEN KIMIA PM 2,5 DAN DI UDARA AMBIEN DI SERPONG TANGERANG CHEMICAL COMPONENT OF PM 2.5 AND IN AMBIENT AIR AT SERPONG TANGERANG Rita Mukhtar 1), Esrom Hamonangan 1), Hari Wahyudi 1), Muhayatun Santoso

Lebih terperinci

Kegiatan Sub. Bid. Pelestarian dan Pemulihan Lingk. 2012

Kegiatan Sub. Bid. Pelestarian dan Pemulihan Lingk. 2012 Kegiatan Sub. Bid. Pelestarian dan Pemulihan Lingk. 2012 No. KEGIATAN DASAR HUKUM 1. Pembina Adipura Permen LH no. 7/2011 2. Pembina Kalpataru 3. Pembina Adiwiyata 4 Pemantauan kualitas air sungai Pergub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Bab IV Metodologi Penelitian

Bab IV Metodologi Penelitian Bab IV Metodologi Penelitian Alur penelitian yang dilakukan terdiri atas survei lapangan, pengumpulan data primer dan sekunder, analisis partikulat, serta analisis paparan unsur-unsur kimia. Metodologi

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA Abstrak Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat bahkan beberapa kota sudah melampaui ambang

Lebih terperinci

Analisa Aplikasi Komunikasi Data Pada Laboratorium Kualitas Udara Bergerak

Analisa Aplikasi Komunikasi Data Pada Laboratorium Kualitas Udara Bergerak Pusat Penelitian Informatika - LIPI Analisa Aplikasi Komunikasi Data Pada Laboratorium Kualitas Udara Bergerak Ade Cahyana (*), Dicky Riyanto (**) Peneliti pada Pusat Penelitian Informatika (PPI-LIPI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN BRIKET LAPORAN

PENGKAJIAN BRIKET LAPORAN LAPORAN PENGKAJIAN BRIKET Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL) Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Tahun i RINGKASAN

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode potong lintang (cross sectional study) yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika hubungan atau korelasi

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS UDARA

ANALISIS KUALITAS UDARA ANALISIS KUALITAS UDARA Kualitas Udara Pencerminan dari konsentrasi parameter kualitas udara yang ada di dalam udara Konsentrasi parameter udara tinggi kualitas udara semakin Jelek Konsentrasi parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pollution Monitoring Network (BAPMoN) tahun 1960, Global Atmosphere Watch

BAB I PENDAHULUAN. Pollution Monitoring Network (BAPMoN) tahun 1960, Global Atmosphere Watch BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat pemantau kualitas udara di Indonesia dilatarbelakangi oleh adanya Global Ozone Observating System (GO3OS) pada tahun 1950, Background Air Pollution Monitoring

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan Pemukiman Kota Makassar

TUGAS AKHIR. Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan Pemukiman Kota Makassar TUGAS AKHIR Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan Pemukiman Kota Makassar (Studi Kasus Perumahan Bukit Baruga dan Perumahan Dosen Unhas ) Fitriana Indah Ay (D121 09 305) PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA MINYAK DAN GAS BUMI Lampiran V Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 Tanggal 24 April 2009 FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA V. a. Pemantauan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan

Lebih terperinci

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN ATAS PROGRAM LANGIT BIRU PADA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP DAN INSTANSI TERKAIT DI JAKARTA AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA IV Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986) Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pencemaran udara didefinisikan sebagai hadirnya satu atau lebih substansi/ polutan di atmosfer (ambien) dalam jumlah tertentu yang dapat membahayakan atau mengganggu

Lebih terperinci

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi Sumut,

Lebih terperinci

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP. Kementerian Lingkungan Hidup Salatiga, 31 Mei 2012

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP. Kementerian Lingkungan Hidup Salatiga, 31 Mei 2012 LOGO KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup Salatiga, 31 Mei 2012 UUD 1945 Dasar Hukum Perlindungan dan Pengelolaan LH Pasal 28H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,

Lebih terperinci

Page 1 KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG

Page 1 KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://bplhd.jakarta.go.id/peraturan/dll/bapedal_107_1997.pdf. G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web. 1

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI CARBON BLACK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Desa Hijau Untuk Indonesia Hijau dan Sehat Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

DAN PM 2.5 AND PM 2.5

DAN PM 2.5 AND PM 2.5 Rita Diah Dwiana...: Kualitas Udara ( KUALITAS UDARA ( DAN PM 2.5 ) UNTUK MELENGKAPI KAJIAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP AIR QUALITY ( AND PM 2.5 ) FOR COMPLETING THE ENVIRONMENTAL QUALITY INDEX Rita

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PROSEDUR PENGENDALIAN DAMPAK PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN TERHADAP KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang sedang giat giatnya melakukan pembangunan demi mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi, serta meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor dan jasa angkutan umum sebagai sarana transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI UDARA AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUME AIR SAMPLER DAN GENT STACKED FILTER UNIT SAMPLER

PERBANDINGAN PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI UDARA AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUME AIR SAMPLER DAN GENT STACKED FILTER UNIT SAMPLER PERBANDINGAN PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI UDARA AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUME AIR SAMPLER DAN GENT STACKED FILTER UNIT SAMPLER MEASUREMENT COMPARISON OF PARTICULATE CONCENTRATION IN AMBIEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PROSEDUR PENGENDALIAN DAMPAK PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN TERHADAP KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (BBTKLPPM) SURABAYA

Lebih terperinci

TARIF LINGKUP AKREDITASI

TARIF LINGKUP AKREDITASI TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan

Lebih terperinci

RPPI-10 KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK IKLH DAN ISTM

RPPI-10 KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK IKLH DAN ISTM RPPI-10 KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK DAN ISTM Koordinator : DYAH APRIYANTI, S.Si., M.Si. Wakil koordinator : RITA, S.Si., M.Si. Pembina : Prof Riset Dr. Ir. CHAIRIL ANWAR SIREGAR, M.Sc Balikpapan, 10-12 Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan senyawa campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandung nitrogen, oksigen, uap air dan gas-gas lain. Udara ambien,

Lebih terperinci

Analisis Karaterisasi Konsentrasi dan Komposisi Partikulat Udara (Studi Case : Surabaya)

Analisis Karaterisasi Konsentrasi dan Komposisi Partikulat Udara (Studi Case : Surabaya) Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia, 2(2), November 2016, 97-103 Available online at Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi Analisis Karaterisasi Konsentrasi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 KUESIONER PENELITIAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 Nama Perusahaan Jenis Industri Lokasi Kegiatan : PT. Pertamina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat terutama pada pernafasan. Polutan di

Lebih terperinci

Semarang, 13 Mei 2008

Semarang, 13 Mei 2008 ISBN 979 978 3948 65 2 Semarang, 13 Mei 2008 Kerjasama: Universitas Semarang Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Penerbit: Semarang University Press 2008 ISBN 979 978 3948 65 2 KUALITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aktivitas industri dapat memberikan kontribusi kenaikan kadar polutan, seperti gas dan partikulat ke dalam lingkungan udara atmosfer sehingga dapat menurunkan mutu udara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Serpong, Januari Penyusun

KATA PENGANTAR. Serpong, Januari Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah yang maha kuasa atas segala rahmat dan karunianya sehingga penyusunan Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai dengan dana dekonsentrasi tahun anggaran

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK RPJMN PENDEKATAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK RPJMN PENDEKATAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK RPJMN 2015-2019 PENDEKATAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan

Lebih terperinci

INF. Jurnal llmiah Bidang Teknologi lnformasi dan Komunikasi VOLUME 1 SURABAYA JANUARI-JUNI ISSN

INF. Jurnal llmiah Bidang Teknologi lnformasi dan Komunikasi VOLUME 1 SURABAYA JANUARI-JUNI ISSN VOLUME 1 I NOMOR 1 I JANUARI-JUNI 2016 ISSN 977 250234 7 Jurnal llmiah Bidang Teknologi lnformasi dan Komunikasi IMPLEMENTASI METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) RAHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA RPPI PENGEMBANGAN PUSLITBANG KUALABLING

KERANGKA KERJA RPPI PENGEMBANGAN PUSLITBANG KUALABLING KERANGKA KERJA RPPI PENGEMBANGAN PUSLITBANG KUALABLING RAKORTEK BADAN LITBANG KLHK BALIKPAPAN, 10 12 Juni 2015 Kegiatan Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan 2015 : 1. Tersedianya Sintesa Hasil

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 2017

LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 2017 LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 217 UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI PAPUA 217 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003 KEPUTUSAN PROPINSI NOMOR : 169 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI PROPINSI Menimbang Mengingat : a. Bahwa Baku Mutu Lingkungan Daerah untuk wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Udara Ambien Kota Padang akibat Pencemar Particulate Matter 10 m (PM 10 )

Analisis Kualitas Udara Ambien Kota Padang akibat Pencemar Particulate Matter 10 m (PM 10 ) Analisis Kualitas Udara Ambien Kota Padang akibat Pencemar Particulate Matter 1 m (PM 1 ) Yenni Ruslinda 1,*), Didi Wiranata 1) 1) Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aplikasi Arima Dan Arfima Pada Data Kondentrasi Balck Carbon Partikulat Udara Halus PM2,5 Di Daerah Lembang Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Aplikasi Arima Dan Arfima Pada Data Kondentrasi Balck Carbon Partikulat Udara Halus PM2,5 Di Daerah Lembang Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Black carbon (BC) merupakan bentuk impuritas dari karbon hasil pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil atau pembakaran biomassa. Black carbon memiliki pengaruh

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

S - 9 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA UNTUK MENGUJI KETERKAITAN ANTARA KONSENTRASI PM 10 DENGAN CO DI DERAH TRANSPORTASI

S - 9 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA UNTUK MENGUJI KETERKAITAN ANTARA KONSENTRASI PM 10 DENGAN CO DI DERAH TRANSPORTASI S - 9 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA UNTUK MENGUJI KETERKAITAN ANTARA KONSENTRASI PM 10 DENGAN CO DI DERAH TRANSPORTASI Waluyo Eko Cahyono Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Jl. Dr. Djundjunan 133 Bandung

Lebih terperinci

Penyusunan Rencana Aksi Inventarisasi Emisi Kabupaten/Kota Secara Online

Penyusunan Rencana Aksi Inventarisasi Emisi Kabupaten/Kota Secara Online Penyusunan Rencana Aksi Inventarisasi Emisi Kabupaten/Kota Secara Online Disampaikan pada acara Rakernis Ditjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 22 Maret 2016 oleh: Dr. Asep

Lebih terperinci