LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINA FLipDESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL. (Kamis, 28 Mei 2015)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINA FLipDESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL. (Kamis, 28 Mei 2015)"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINA FLipDESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Kamis, 28 Mei 2015) Kawasan KEM sebelum ada kegiatan Kawasan KEM setelah ada kegiatan Disusun oleh: HUSAIN KASIM DJAROT PURBADI Yogyakarta, 28 Mei 2015

2 1. SITUASI AWAL KAWASAN NO ITEM SITUASI KAWASAN URAIAN FAKTA LAPANGAN 1. Sifat Lahan di Kawasan Lahan pertanian berupa pertanian campursari dengan tanah liat setebal sekitar 3 m di atas tanah padas, di bagian tengah lahan terdapat sungai selebar 7 m kedalaman 3 m. Lahan berfungsi sebagai lahan pertanian selama ini hanya dua musim tanam karena hujan hanya memberi air selama 8 bulan. 2. Sumber Air Kebutuhan air untuk konsumsi rumah tangga dan kegiatan beternak diambil dari sumur, sedang untuk kegiatan pertanian hanya mengandalkan air hujan. Belum ada upaya pemanfaatan air permukaan secara optimal saat hujan turun, sehingga kebutuhan air tanaman hanya berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah dan bertahan selama musim hujan (Oktober sd Mei) 8 bulan, selebihnya selama 4 bulan (Juni sd September) dalam keadaan kering. Telah ada usaha pemerintah setempat membuat sumur gali di lahan pertanian, namun tidak efektif karena kedalaman sumur belum mencapai lapisan kolom air tanah, sehingga sumur pertanian turut kering pada musim kemarau. Sumber air potensial sepanjang tahun untuk pertanian adalah air tanah. Pemanfaatan air permukaan yang ditampung dalam embung turut membantu mengatasi kekurang air di musim kemarau. 3. Pertanian Pertanian dilakukan di lahan kering dengan mengandalkan air hujan. Petani memaksimalkan musim penghujan dengan tanaman pangan padi, kedelai, kacang tanah, jagung, singkong, dengan sistem tumpang sari. Disampin faktor air, jenis tanahnya lempung pada saat hujan sangat lekat, sedang di musim sangat keras dan retak retak. Tidak ada teknologi pengolahan lahan, kecuali beberapa warga membalik solum tanah di akhir musim kemarau untuk persiapan menanam padi. Di luar itu, mereka bertani tanpa olah tanah (TOT). Pemupukan mengandalkan pupuk kimia, padahal jenis tanah lempung. Akibatnya, semakin hari sifat tanah semakin miskin hara, dan semakin keras bila kering. Pemakaian pupuk organik terbatas dari kandang ternak mereka. Selain itu, benih menggunakan sisa panen sebelumnya atau membeli benih yang tidak jelas sertifikasi keunggulannya. Cara ini berlangsung turun temurun. Akibatnya produksi pertanian rendah. 4. Peternakan Kegiatan beternak dilakukan di rumah rumah penduduk dengan sistem kandang. Belum ada pola beternak secara komunal di kandang kelompok. Ternak terutama ayam dan sapi. Kesadaran warga memelihara ternak khususnya sapi merupakan salah satu kekuatan yang berkontribusi

3 pada perekonomian di Gunung Kidul. Setiap peternak menanam hijaun pakan di pekarangan dan pematang sawah. Namun pada musim kemarau peternak kesulitan pakan, terkadang mereka menjual sapi untuk membeli pakan. Belum ada upaya membuat pakan secara fermentasi. Kandang Sapi ditempatkan di lokasi halaman rumah masing masing, kandang sapi belum memperhatikan sanitasi, artinya pembuangan kotoran hanya di tumpuk di belakang sapi, lantai dari tanah, sehingga pembuangan kotoran (urin dan feses) hanya dilakukan setelah kotoran menumpuk banyak, pada saat hujan terlihat basah. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan ternaknya, terutama investasi parasit. Dari penelitian yang pernah dilakukan, terutama pada ruminansia kecil (Kambing dan Domba), cara pemeliharaan diatas tanah, dimana pembuangan kotoran tidak ditempatkan tersendiri, dan pembersihan kandang tidak setiap hari, maka investasi parasit cukup, tinggi, parasit yang banyak berjangkit adalah nematoda (Cacing) dan coccidia (Protozoa). Dapat dipastikan bahwa ternak Sapi yang dipelihara petani dengan kondisi yang kotor, akan terjangkit coccidia, yaitu suatu parasit yang dapat menyebabkan anemia, dan apabila berlanjut, akan dapat menyebabkan kematian. 5. Perikanan Belum ada kegiatan perikanan disebabkan terbatasnya sumber air, warga sudah mengenal kolam terpal namun belum tertarik mengembangkannya. Air permukaan sebagai sumber air perikanan belum dimanfaatkan warga. 6. Kondisi Warga KEM Secara ekonomi warga KEM menurut standar BPS (Biro Pusat Statistik) umumnya tergolong miskin, Namun kearifan lokal dalam pengelolaan sumber sumber pangan dan pengelolaan lahan, kebutuhan pangan warga KEM tercukupi sepanjang tahun. Selain bekerja sebagai petani, umumnya ada di antara anggota keluarga yang memiliki akivitas di luar waktu bertani untuk menambah pendapatan. Karakter pekerja merupakan modal dasar dalam pengembangan KEM. 7. Lain lain Sebagian pemukiman dan lahan pertanian diterjang banjir bila hujan lebat. Hal ini karena kali mbalong tidak mampu menampung air dari bagian hulu kawasan saat hujan lebat. Kondisi kali mbalong sudah sempit dan dangkal, sehingga ketika hujan lebat semua air di lahan KEM masuk ke kali mbalong. Sudah menjadi kebiasaan bahwa kali mbalong tidak mampu menampung air hujan yang turun, akibatnya sudah cukup lama permukiman warga di sisi utara lahan KEM kebanjiran.

4 2. HASIL PEKERJAAN INVESTASI DI LAPANGAN (sesuaikan dengan kegiatan dalam RAB KPI yang tercantum di dalam proposal) NO ITEM KPI PROPOSAL URAIAN FAKTA KINERJA LAPANGAN 1. Pengolahan Lahan Lahan di kawasan KEM menurut tradisi setempat selama ini tidak diolah secara khusus. Para petani terbiasa menancapkan tanaman langsung di tanah tanpa melakukan pengolahan. Alasannya, tanah yang mereka tanami sulit diolah namun sudah cukup hanya menancapkan tanaman atau menyebar bibit. 2. Penanaman Pakan Hijauan Hijauan pakan ternak yang ditanam terdiri dari: 1. Rumput gadjah (Pennisetum Purpurium) 2. Pohon nangka 3. Gliricidae 1. Rumput Raja (Pennisetum Purphoroides) Kegiatan penanaman rumput, untuk pakan basal ternak (Sapi dan Kambing) yang akan dipelihara di kawasan KEM dimulai dengan kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dengan kelompok sapi dilakukan secara informal di Rumah P Paryadi pada bulan Maret diinformasikan bahwa, sepanjang tebing sungai, akan ditanam hijauan pakan ternak, hal ini bertujuan agar supaya sebelum ternak yang akan dipelihara di KEM didatangkan, maka infrastruktur pendukungnya harus sudah siap (Kandang dan Pakan). Setelah disetujui oleh penduduk mengenai penanaman rumput, maka kegiatan selanjutnya adalah aplikasi lapangan berupa: a. Pengadaan bibit b. Penanaman rumput. c. Pemupukan a. Pengadaan bibit Bibit rumput didapatkan dari lahan kebun rumput di Fakultas Peternakan UGM dan dari pusat pengembangan penelitian pertanian (KP 4) UGM, di dusun Berbah, Kalitirto, Sleman. Bibit yang digunakan merupakan rumput gadjah yang banyak ditanam di kedua lokasi

5 tersebut. Bibit rumput diambilkan dari rumput yang sudah tua, sehingga baik untuk digunakan sebagai bibit. Bibit yang digunakan berasal dari stek tanaman rumput bulan dari pool nya, hal ini untuk mempermudah penanaman dan juga ketersediaannya. Bibit rumput yang berupa stek sekitar 30 cm dan dipilihkan yang sudah tua, dan dibawa ke Ngawu (Gambar 1 a, b, c...dst). Stek rumput ditanam di sepanjang tebing sungai, seperti yang telah disebutkan diatas, dengan panjang sekitar 400 meter, kiri dan kanan tebing. Tujuan penanaman di sekitar tebing adalah selain ketersediaan air menjadi lebih tercukupi, untuk pertumbuhan rumput, pada saat yang bersamaan, akar rumput akan dapat menahan longsoran tanah, sehingga menjadi lebih kuat. b. Penanaman rumput Penanaman rumput dilakukan kelompok, sekitar 5 sampai 10 orang. Penanaman dilakukan tiga tahap, dikarenakan tebing yang cukup panjang dan juga ketersediaan tenaga serta stek bibit rumput. Stek bibit rumput di masukkan kedalam tanah sekitar 10 cm dengan posisi agak miring (Gambar 1 a, b, c...dst), sehingga akar yang terbentuk, akan segera menyentuh tanah. Hal ini penting diperhatikan, dikarenakan apabila akar yang terbentuk tidak segera menyentuh tanah, maka akar tersebut akan mengering, dan stek bibit rumput tidak akan tumbuh. Penanaman dilakukan pada bulan Maret dan April 2015 (Gambar 1 a, b, c...dst), dan pada saat itu masih ada hujan turun, dengan aharpan masih tersedia air yang cukup, maka rumput yang ditanamn, diharapkan akan tumbuh dengan baik. Setelah berumur 3 4 minggu, terlihat rumput mulai tumbuh subur, hampir merata disepanjang tebing sungai mbalong (Gambar 2 a, b, c...dst) c. Pemupukan rumput Kegiatan selanjutnya, setelah penanaman rumput, maka setelah ditunggu sekitar 2 minggu, dan rumput mulai terlihat tumbuh (Gambar 3 a. b, c...dst), maka dilakukan pemupukan. Pupuk yang digunakan ada 2 jenis, yaitu

6 pupuk kompos (dari kotoran sapi) dan pupuk Urea. Pemupukan pertama menggunakan pupuk kompos yang dibuat dari kotoran Sapi (bahan utamanya). Pupuk kompos yang sudah jadi, artinya siap untuk di sebarkan di lahan rumput, dimasukkan ke karung dan dibawa ke lahan (Gambar 3. a, b, c...dst), pemupukan dilakukan oleh sebagian anggota kelompok dan tenaga dari Pak Paryadi (Gambar 3 a, b, c...dst), pupuk dibawa ke lahan, sepanjang tebing, dan disebarkan mulai dari atas (Gambar 3 a, b, c...dst), dikarenakan tebingnya cukup curam, maka di beberapa tempat hanya disebarkan dari atas, dengan harapan apabila turun hujan, maka pupuk akan dapat lebih merata. Setelah dilakukan pemupukan menggunakan kompos, maka dilakukan pemupukan ke dua yaitu menggunakan urea. Pemupukan urea ini dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan, dan warna daun akan terlihat hijau segar (Gambar 3 a, b, c...dst). Hasil Sampai dengan saat ini rumput sudah tumbuh dengan sangat baik (Gambar 4 a, b, c...dst) sepanjang tebing sungai, dengan tinggi sekitar 1,5 meter, pertumbuhan terlihat sangat bagus, hijau segar, dan sangat subur, hal ini dimungkinkan karena bibit yang didapatkan dari Fakultas Peternakan UGM dan Kp 4 UGM cukup baik, dan masih tersedia air. Rumput yang ada siap untuk dimanfaatkan untuk pakan ternak. Selanjutnya setelah pemanenan akan dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kompos. 2. Penanaman Pohon Nangka Pohon nangka, merupakan tanaman keras, yang mempunyai fungsi bermacam macam. Kayunya (apabila sudah tua dan di regenerasi) dapat digunakan sebagai bahan bangunan atau furniture, sedangkan buah, dapat dimasak untuk konsumsi rumah tangga, atau diguanakn sebagai bahan pembuatan Gudeg Jogja, dan daun, dari penelitian yang sudah dilakukan (Kustantinah et al.,

7 2008., 2010 dan 2014), Daryatmo et al (2008., 2010) dapat digunakan sebagai anti parasit. Hal ini merupakan hal sangat positif untuk didesiminasikan di peternakan terutama peternakan rakyat. Daun nangka merupakan hijauan pakan ternak yang mengandung agent anthelmintic atau anti parasit yaitu, terutama tanin. Hijauan pakan ternak yang mengandung tanin atau metabolit aktif, sangat bermanfaat untuk menghilangkan parasit, terutama nematoda dan coccidia. Dengan tujuan untuk aplikasi lapangan hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium, maka ditanamlah pohon nangka. Pohon nangka yang ditanam sebanyak 150 batang, bibit merupakan okulasi, sehingga diharapkan dalam 3 tahun sudah dapat dipanen. Penanaman, dilakukan disekeliling kandang sapi, ayam dan tanggul sungai (Gambar 5 a, b, c...dst). Kegiatan penanaman pohon nangka dimulai dengan tahapan sbb: a. Pembuatan lubang atau persiapan lahan b. Pemupukan lahan c. Penanaman a. Pembuatan lubang atau persiapan lahan. Lahan atau lubang dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dimulai penanaman Nangka. Lubang dibuat dengan ukuran 30 x 30 cm dengan kedalaman sekitar 30 cm. Jarak antar lubang dibuat sekitar 5 meter, dengan harapan apabila pohon nangka sudah besar, maka tidak terlalu mengganggu. Lahan atau lubang dibuat disekeliling kandang sapi, dari muka ke belakang, demikian juga disekitar kandang ayam (Gambar 5 a, b, c...dst). Dengan tujuan agar, lahan di sepanjang sungai mbalong (tanggul) dapat dimanfaatkan untuk hijauan pakan

8 ternak, maka disepanjang tanggul, dengan sisi sebelah timur, juga ditanami pohon Nangka, lahan atau lubang juga dibuat disepanjang tanggul sungai, dengan jarak yang sama, yaitu 5 meter. b. Pemupukan lahan Pemupukan dilakukan setelah lubang dibuat (Gambar 5 a, b, c...dst). Pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos, yang didapatkan dari tempat P Paryadi. Pupuk hanya ditaruh di lubang, diperkirakan cukup untuk menutupi akar tanaman Nangka. c. Penanaman Pohon Nangka Pohon nangka yang ditanam adalah Okulasi, yang didapatkan di Toko Pembibitan Tani Maju, daerah condong catur, Sleman Yogyakarta. Tempat pembibitan ini sudah sejak lama memasarkan jenis2 tanaman buah, tanaman keras yang lain. Pada awalnya akan digunakan pembibitan pohon nangka di Fakultas Kehutanan UGM. Akan tetapi ternyata hanya ada bibit nangka dari biji, dan terlihat tidak terlalu banyak yang sudah 1 meter tingginya (karena baru memulai pembibitan lagi), maka pembelian bibit nangka dilakukan di Toko Tani Maju. Bibit Nangka yang di beli, terutama untuk nangka sayur, meskipun diselingi pohon nangka buah (20 batang) (Gambar 6 a, b, c...dst).. Penanaman pohon Nangka dilakukan oleh anggota pemelihara Sapi, yang di koordinasi oleh Pak Paidi (Gambar 6 a, b, c...dst). Dikarenakan pohon nangka yang ditanam merupakan okulasi, maka penanaman harus hati hati, yaitu bagian okulasi tidak boleh tertanam, atau tidak boleh sampai mengeluarkan akar, dikarenakan hal ini akan mengganggu hasil tanamannya. Hasil Sampai dengan saat ini, penananamn pohon Nangka, sudah sekitar 1 bulan, nangka terlihat baik, ada beberapa

9 tanaman nangka yang mati, kemungkinan pada saat penanaman terjadi kerusakan pada akar, sehingga harus diganti dengan tanaman yang baru. 3. Gliricidia Gliricidia merupakan tanaman leguminosa yang sangat mudah perkembang biakannya. Perkembang biakan dapat menggunakan stek dan biji. Tanaman Gliricidia sudah ada di Lokasi KEM, akan tetapi belum banyak. Dengan tujuan sebagai campuran hijauan pakan ternak, maka ditanam Gliricidia sebagai tanaman sumber protein, kandungan Proteinnya cukup baik yaitu sekitar 15 17%. Selain itu, dari penelitian yang sudah dilakukan, Gliricidia juga mengandung komponen phenolic atau metabolit aktif yaitu antara lain tanin, meskipun tidak setinggi Daun Nangka ataupun Daun Turi. Sehingga dikarenakan mengandung Tanin, maka Gliricidia dapat digunakan sebagai tanaman yang mengandung agent anthelmintic (anti parasit), sehingga apabila ternak Ruminansia yang dipelihara petani, diberi campuran hijauan Rumput, Daun Nangka dan Gliricidia, maka diharapkan selain digunakan sebagai sumber pakan maka sekaligus dapat digunakan sebagai tanaman anti parasit (cacing dan coccidia). Tanaman Gliricidia ditanam sebagai pagar hidup disekitar kandang Sapi dan Kandang Ayam, didalam kegiatan ini digunakan Stek batang gliricidia sebagai bibit, bukan dari biji, dikarenakan ketersediaannya (Gambar 7 a, b, c...). Tanaman Gliricidia juga akan ditanam disepanjang tanggul sungai, sebagai upaya penyediaan lumbung pakan ternak. 3. Pembuatan Embung/Tandon Air Embung dibuat ditengah sungai dengan cara memperdalam dan memperlebar kali Balong dan dibendung untuk menyimpan air. Pengerjaan embung dimulai Februari dan mengalami musibah pada bulan Maret. Kondisi embung yang masih dalam proses pengerjaan mengalami longsor karena hujan deras. Dari investigasi yang pernah dilakukan, terjadi beberapa kesalahan: desain kurang memenuhi syarat untuk jangka panjang dan waktu pelaksanaan tidak tepat (kondisi

10 4. Pembangunan Irigasi Kawasan hujan mengerjakan pembangunan fisik). Selanjutnya dilakukan perubahan desain dan konstruksi yang memprioritaskan penangkapan air hujan sebagai cadangan air irigasi dan untuk perikanan. Untuk mencukupi kebutuhan pengairan dibuat irigasi dengan memanfaatkan air embung dan air tanah. dengan melakukan pengeboran untuk membuat sumur dalam hingga 4o meter dari permukaan tanah. Air diangkat dengan pompa kemudian dialirkan ke lahan KEM dan mencukupi kebutuhan air ternak. Disetiap petak sawah dibuat sumur renteng sedalam 1 meter untuk menyimpan air. Sumur renteng ini sekaligus dijadikan bak/kolam untuk memelihara ikan lele. Pembangunan jaringan pipa irigasi yang bersumber dari sumur dalam maka kegiatan pertanian dapat dilakukan sepanjang tahun. 5. Pengadaan Unggas Unggas yang dikembangkan di kawasan KEM adalah ayam kampung Jawa super dibimbing oleh Prof Wihandoyo. Peternak yang mengembangkan ada sebanyak 3 orang. Untuk sementara kandang menggunakan fasilitas milik warga dan belum diternakkan di kandang komunal KEM karena pembuatan kandang menunggu lahan. Pembangunan kandang kelompok saat ini sedang dalam proses pengerjaan. 6. Pengadaan Bibit Tanaman Bibit tanaman yang diadakan adalah Jahe Merah dengan membeli dari pembudidaya tanaman jahe. Untuk bibit Kacang, Jagung, Kedela berasal dari balai penelitian dan pengembangan benih yang bersertifikasi dengan harapan akan memberikan hasil panen yang maksimal. Untuk tanaman pisang dan pohon nangka di peroleh dari warga sekitar yang sesui dengan tanah pertanian di wilayah KEM. Prodikmas berusaha memperkenalkan cara penanaman yang diyakini produktif, juga pengenalan bibit tanaman yang bersertifikasi agar hasilnya meningkat signifikan. 7. Pembangunan Kandang Ternak Kandang ternak yang dibangun adalah kandang sapi. Sejak semula tim KEM sudah mengusulkan bahwa kandang yang dibangun adalah menggunakan teknologi dan bahan lokal. Kandang sapi tersebut akan diperbaiki, diberi landasan lantai pasangan batu putih, diplester, dan diberi instalasi untuk pengelolaan kotoran sapi yang akan digunakan untuk menghasilkan biogas. Jumlah kandang sapi yang dibangun sebanyak 5 buah, untuk 5 ekor sapi jantan dan 5 ekor betina. 8. Penanaman Bibit Tanaman Bibit tanaman yang dikembangkan adalah beberapa tanaman hortikultura, palawija dan herba. Jahe merah (100 Kg), kacang (240 Kg), kedelai (75 Kg), jagung (25 Kg),

11 pisang (77 btg), pohon nangka (135 btg), jambu biji Jamaica (1 btg) dan durian (1 btg). Untuk Tanaman jahe ini adalah hal pertama yang akan diusahakan untuk di budidayakan di wilayah KEM. Karena kondisi tanah yang kurang baik untuk tanaman jahe, maka Prodikmas mencoba membudidayakan dengan menggunakan media Polibag. Tanaman palawija yang ditanam adalah jenis tanaman yang sudah terbiasa dibudidayakan oleh petani wilayah KEM Ngawu, yaitu Jagung, Kedelai dan Kacang tanah. Untuk tanaman pisang ditanam dilahan lahan kosong sepanjang aliran sungai mbalong dan beberepa lahan yang tidak ditanami palawija. demikian juga pohon nangka ditanman di lahan lahan kosong dan diharapkan akan membantu penguatan struktur tanah sekitar aliran sungai. Tanaman Cabe untuk demplot seluas dengan luas 250 m2 dan kacang tanah seluas 250 m2. 9. Pengadaan pupuk Pengadaan pupuk kandang untuk pengolahan tanaman sebagai media tanaman sebanyak satu ton kompos, bokasi sebanyak 5 zak, 10. Pengadaan alat/mesin2 pertanian Pengadaan alat pertanian meliputi sprayer 5 unit, paranet satu rol 1000 m, angkong sebanyak 3 unit, selang plastik sebanyak 200 m, kelengkapan penyiraman air (kran 3 bh) dan peralatan lain (paku, tali, dll). 11. Instalasi Listrik Kawasan Kebutuhan listrik untuk peternakan dan pompa dipenuhi dari jaringan PLN. Saat ini sedang proses pengajuan beban 1300 watt. 12. Pemupukan Lahan Pemupukan dilakukan oleh divisi pertanian. Pupuk diberikan dalam beberapa tahapan. Mulai persiapan lahan sebelum tanam dan saat tanaman mulai tumbuh. Dan pupuk untuk pemeliharaan. Untuk jenis pupuk yang diberikan mulai pupuk kandang/kompos. urea/ponskha dan pupuk cair. 13. Pemberian Vitamin/Vaksin/Obat 14. Kelembagaan: Pembentukan BUMDes Pemberian vaksin ND pada ayam dilakukan pada saat ayam berumur sehari dan 4 minggu (100%). Jumlah ayam yang dipelihara sejumlah 500 ekor, terdiri atas tiga tahap (pertama 200 ekor dan kedua 100 ekor dan ketiga 200 ekor). Pembentukan BUMDes dibentuk bekerja sama dengan : Badan Pemberdayaan,Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKAB) KABUPATEN GUNUNG KIDUL, Badan Permusywaratan Desa (BPD),dan Tim Desa Ngawu, membuat PERDES sebagai dasar pembuatan BUMDes, PENGERJAAN PERDES, MASIL BERLANJUT, prestasi pengerjaan 50%. Unit usaha KEM menjadi salah satu unit usaha BUMDES.

12 3. FOTO 2 LAPANGAN 3.1. PRA KEM Konsidi lahan Petani mengerjakan lahan pertanian berupa lahan kering tanpa irigasi dengan sistem TOT (tanpa olah tanah). Dengan hanya mengandalkan air hujan, petani menanam padi di awal musim hujan, kemudian disusul tanaman palawija. Kali Balong yang berfungsi menampung air hujan dari kawasan sekitar KEM. Badan sungai Balong menyempit tidak mampu menampung air saat hujan lebat sehingga air meluap ke pemukiman & menggenangi lahan. Kondisi kali Balong sesudah hujan Upaya warga membersikan aliran kali Balong untuk mencegah luapan air ke lahan pertanian

13 3.2. PASCA KEM(terpilih dan mewakili) NORMALISASI KALI Penebangan pohon di sepanjang kali Balong. Normalisasi kali Balong menjadi lebar 7 m, dalam 4 m.

14

15 Pembangunan bendungan di aliran sungai Balong sebagai embung penampung air hujan. Pemasangan talud di sisi bendungan untuk mencegah longsor Tahap akhir pembuatan bendungan. Air sudah mulai menggenang di badan embung meskipun 3 minggu tidak turun hujan.

16 Air yang mengisi badan embung untuk pertanian & budidaya ikan. Tanaman rumpun gajah sebagai pakan hijauan ternak tumbuh subur di sepnjang embung. Pengerjaan sumur bor untuk irigasi lahan Bedengan dengan mulsa plastik untuk mencegah gulma dan menekan evaporasi Demplot kacang tanah dengan olah tanah, tumbuh lebih subur disbanding TOT Pertumbuhan tanaman kurang optimal dengan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT)

17 Tong penampung air dari sumur bor di setiap petak lahan untuk mengairi tanaman. Petani memanfaatkan air dari tong penampungan untuk menyiram pertanaman cabe. Kandang sapi komunal mengadopsi kearifan lokal. Tanaman pisang di sepanjang tanggul embung PENANAMAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK Penanaman bibit rumput dilakukan Tim KEM Ngawu bersama dengan penduduk (Gambar 1a,b,c...), bibit rumput didapatkan dari kebun rumput Fakultas Peternakan UGM dan Kebun Pengembangan Penelitian Pertanian dan Perkebunan (KP4) UGM. Penanaman dilakukan disepanjang tebing sungai Mbalong, dan dilakukan sebanyak tiga tahap, dikarenakan luas lahan dan ketersediaan bibit.

18 Gambar 1.a. Penanaman Bibit Rumput disepanjang sungai Mbalong Gambar 1.b. Penanaman Bibit Rumput Gambar 1.c Penanaman Bibit Rumput di tebing, terlihat cukup curam tebingnya Gambar 1.d. P. Paryadi sedang membersihkan bibit

19 Gambar 1.e. Prof Orskov, di UK, nutrisionist yang sedang berkunjung di UGM, tertarik penanaman rumput di ngawu Gambar 1.f. Penanaman Bibit Rumput sampai dekat dengan aliran sungai Gambar 1.g. Rumput yang sudah ditanam Gambar 1.h. Bibit Rumput yang sudah ditanam di tebing sungai

20 Gambar 1.i Bibit Rumput terlihat mulai tumbuh Gambar i.j. Anggota kelompok sedang menanam Bibit Rumput Gambar 1.k. Bibit Rumput terlihat segar tidak mengering, pertanda dapat beradaptasi dengan lingkungan dengan baik Gambar 1.l. P. Paryadi yang banyak membantu dalam penanaman Bibit Rumput

21 PENANAMAN RUMPUT Kondisi rumput setelah 3 sampai 4 minggu setelah penanaman, terlihat sangat baik, hampir semua bibit yang ditanam dapat tumbuh dengan baik (Gambar 2 a, b, c...), untuk tahapan selanjutnya adalah pemupukan. Pemupukan akan dilakukan 2 kali, yaitu pemupukan pertama menggunakan kompos dan pemupukan kedua, mennggunakan pupuk urea. Gambar 2.a. Kondisi rumput 2 3 mg setelah penanaman Gambar 2.b. Rumput 2 3 mg setelah penanaman disepanjang tebing sungai. Gambar 2.c. Rumput sudha mencapai ketinggian 50 cm setelah umur 3 mg Gambar 2.d. Kondisi Rumput disepanjang tebing sungai, setelah 3 minggu.

22 Gambar 2.e. Terlihat Rumput tumbuh dengan baik Gambar 2.f. Kondisi Rumput disepanjang tebing sungai, memerlukan pemupukan. Gambar 2.g. Pertumbuhan rumput disisi sebelah timur sungai terlihat lebih baik Gambar 2.h. Rumput terlihat subur meskipun masih memerlukan pemupukan.

23 PEMUPUKAN RUMPUT Gambar 3.a. Pupuk kompos dibuat P Paryadi, dan dimasukkan ke kantong plastik (bekas), sekitar 25 kg an dan diangkut ke lahan Gambar 3.b. Pemupukan dilakukan dari atas

24 Gambar 3.c. Pupuk kompos dibuat P Paryadi, dan dimasukkan ke kantong plastik (bekas), sekitar 25 kg an dan diangkut ke lahan Gambar 3.d. Pemupukan dilakukan dari atas Gambar 3.e. Pupuk kompos di sebarkan di lahan Gambar 3.f. Pengangkutan pupuk disepanjang tebing dilakukan oleh penduduk Gambar 3.g. Penyebaran Pupuk kompos di lahan sepanjang tebing sungai Gambar 3.h. Penyebaran pupuk kompos, diushakan merata

25 Gambar 3.i. Penyebaran Pupuk kompos di lahan sepanjang tebing sungai Gambar 3.j. Rumput yang telah diberi pupuk 4. PENDAPATAN KEM 4.1. Penjualan Ayam Peternakan ayam sudah panen dengan harga Rp , Jumlah ayam yang dijual sebanyak 200 ekor dengan total harga penjualan Rp , Ongkos produksi per ekor sebesar Rp ,. Dengan demikian, profit margin sebesar Rp 7.000, per ekor dan keuntungan bersih sebesar Rp , dalam waktu 2 bulan (8 Minggu). Aturan bagi hasil yang disepakati antara peternak dengan KEM adalah 80% peternak dan 20% KEM. Keuntungan bersih peternak adalah sebesar Rp , dan KEM sebesar Rp ,. Keuntungan KEM akan menjadi modal awal Unit Usaha KEM yang akan dikelola oleh warga KEM. Saat ini masih ada ayam sejumlah 230 ekor yang akan panen sekitar awal bulan Juni 2015 (minggu pertama). Jika semuanya dapat hidup dan dapat dijual pada saatnya, maka diperhitungkan masih ada aset sebesar Rp , 4.2. Tebon Jagung Tanaman jagung seluruhnya sebanyak 10 petak sudah dijual dengan total harga Rp , Beaya pertanian jagung terdiri atas benih dan pupuk. Total beaya produksi sebesar Rp ,. Total profit margin sebesar Rp , Jagung yang ditanam ternyata tidak dapat berbuah, sehingga dijual sebagai tanaman makanan ternak (tebon). Pada sisi yang lain, menurut dugaan lebah atau hewan pembantu penyerbukan tidak banyak ditemukan di sekitar lahan pertanian ini.

26 5. KEBERLANJUTAN KEM 5.1. Peternakan Kandang (100%) sudah jadi dan siap diisi, pakan hijauan sudah siap (laporan penanaman pakan hijauan, 100%) sejumlah seluas m2 berupa rumput gajah. Tahap selanjutnya 10 ekor sapi (5 jantan dan 5 betina) akan disediakan untuk mengisi kandang tersebut. Kelompok pemelihara sapi sudah siap bekerja, termasuk ada perjanjian tertulis (100%) dan aturan bagi hasil. Pengelolaan kotoran sapi (urin dan feses) akan dilakukan pada tahapan selanjutnya. Alih teknologi pemeliharaan ayam dan pelatihan sudah selesai. Kandang ayam KEM dalam tahap penyelesaian (40%). Jika kandang ayam di lahan KEM sudah selesai, maka kegiatan yang selama ini dilakukan di kandang warga akan dipindahkan ke kandang KEM. Ayam yang akan dipelihara di kandang KEM sejumlah sd ekor ayam satu kali angkatan. Kegiatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat (kelompok ayam) Pertanian Air untuk pertanian sudah tersedia berkat pengeboran sumur dan jaringan sumur renteng maka kegiatan pertanian dapat berlanjut dengan air yang cukup. Pertanian di KEM Ngawu untuk persiapan musim tanam ketiga akan ditanam palawija kacang tanah, jagung dan sayuran kacang panjang dan cabe, melanjutkan tanaman jahe merah dan pisang. 6. ANGKA IPM KAWASAN IPM warga Ngawu yang dihitung sebagai data dasar pada saat menjelang pelaksanaan kegiatan KEM dapat dilaporkan sebagai berikut (file perhitungan terlampir):

27 7. KESIMPULAN KEM Ngawu sudah berhasil melaksanakan pekerjaan sesuai KPI mencapai prestasi 60% per akhir Mei 2015 tetapi keuntungan secara finansial marginnya sempit. Ada beberapa sebab yang dapat disampaikan. Pertama, warga KEM lamban dalam partisipasi, awalnya sekitar 3 bulan kurang responsif, dan baru awal Mei 2015 menjelang akhir pelaksanaan baru mulai tergerak. Kedua, kegiatan KEM berhasil menyediakan jaringan irigasi (embung dan sumur dalam dengan sumur renteng), sehingga peluang ketersediaan air menjadi lebih panjang sd akhir tahun. Ketiga, Kegiatan pertanian secara kelompok di kawasan KEM sudah mulai nampak dengan pendekatan sistem pertanian intensif dimulai dari penggunaan benih yang berkualitas (bersertifikat) dan pengolahan lahan secara intensif. Keunggulan KEM dibandingkan sebelumnya adalah saat ini sudah tersedia sumur dalam dan jaringan sumur renteng yang digunakan untuk mengairi lahan KEM. Program KEM mampu menciptakan kondisi lingkungan pertanian dan peternakan yang terintegrasi dan berkesinambungan sepanjang tahun. Sebelumnya warga hanya melakukan penanaman sebanyak 2 musim tanam, mulai sekarang dengan adanya jaringan irigasi KEM menjadi tambah satu musim tanam menjadi tiga musim tanam. 8. SARAN DAN REKOMENDASI Perubahan mindset masyarakat membutuhkan waktu. Saat ini perubahan mindset masyarakat sudah mulai terjadi, ditunjukkan dengan adanya partisipasi masyarakat yang mulai berkembang. Oleh karena itu, pendampingan oleh Tim KEM perlu diteruskan secara berkesinambungan. Dengan demikian, program KEM Ngawu perlu dilanjutkan sehingga harapan masyarakat untuk hidup lebih baik dapat terwujud. Yogyakarta, 28 Mei 2015 KETUA KEM KETUA FW (Djarot Purbadi) (M. Husain Kasim)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR. (Kamis,14 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR. (Kamis,14 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (Kamis,14 Mei 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM Disusun oleh: PADIL, ST,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA ASINUA JAYA KECAMATAN ASINUA KABUPATEN KONAWE. (Senin, Tanggal 9 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA ASINUA JAYA KECAMATAN ASINUA KABUPATEN KONAWE. (Senin, Tanggal 9 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA ASINUA JAYA KECAMATAN ASINUA KABUPATEN KONAWE (Senin, Tanggal 9 Mei 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM Kondisi Lahan terlantar Pra KEM Tampilan multi crop

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA KARANGANYAR KECAMATAN PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA. (Jumat, Tanggal 15 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA KARANGANYAR KECAMATAN PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA. (Jumat, Tanggal 15 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA KARANGANYAR KECAMATAN PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA (Jumat, Tanggal 15 Mei 2015) Lahan KEM Karanganyar berupa lahan terbengkelai Lahan KEM Karanganyar

Lebih terperinci

Disusun oleh FLipMAS BADUY Wilayah Banten

Disusun oleh FLipMAS BADUY Wilayah Banten LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG (Minggu, 17 Mei 2015) KAMPUNG KORANJI DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KAB. PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA RINBESIHAT KECAMATAN TASIFETO BARAT KABUPATEN BELU. (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh:

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA RINBESIHAT KECAMATAN TASIFETO BARAT KABUPATEN BELU. (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh: LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLipDESA RINBESIHAT KECAMATAN TASIFETO BARAT KABUPATEN BELU (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh: TIM KEM RINBESIHAT Kupang, 18 Mei 2015 1. SITUASI AWAL KAWASAN NO ITEM

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA NIFUBOKE KECAMATAN NOEMUTI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA. (Selasa, 19 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA NIFUBOKE KECAMATAN NOEMUTI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA. (Selasa, 19 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA NIFUBOKE KECAMATAN NOEMUTI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA (Selasa, 19 Mei 2015) Sebagian Kondisi awal lahan Kebun Buah Naga Disusun oleh: TIM KEM NIFUBOKE

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA KALIMPORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN. (Hari Sabtu, 18 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA KALIMPORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN. (Hari Sabtu, 18 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA KALIMPORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN (Hari Sabtu, 18 Mei 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM Kawasan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA UTAURANO KECAMATAN TABUKAN UTARA KABUPATEN KEPL. SANGIHE (Minggu, 17 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA UTAURANO KECAMATAN TABUKAN UTARA KABUPATEN KEPL. SANGIHE (Minggu, 17 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA UTAURANO KECAMATAN TABUKAN UTARA KABUPATEN KEPL. SANGIHE (Minggu, 17 Mei 2015) Lahan sebelum diolah Lahan setelah diolah ditanami tomat, terong, dan sayuran

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA KEPUHSARI KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI (Sabtu, 16 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA KEPUHSARI KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI (Sabtu, 16 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA KEPUHSARI KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI (Sabtu, 16 Mei 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM Keterangan Foto Foto icon kawasan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA DESA KECAMATAN SINTOGA KABUPATEN PADANG PARIAMAN. (Sabtu, Tanggal 10 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA DESA KECAMATAN SINTOGA KABUPATEN PADANG PARIAMAN. (Sabtu, Tanggal 10 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA DESA KECAMATAN SINTOGA KABUPATEN PADANG PARIAMAN (Sabtu, Tanggal 10 Mei 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM Lahan awal Lahan sayuran

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM. PERTAMINAFlip DESA MERDEN KEC. PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh: PoedjiHaryanto

LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM. PERTAMINAFlip DESA MERDEN KEC. PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh: PoedjiHaryanto LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM. PERTAMINAFlip DESA MERDEN KEC. PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA (Senin, 18 Mei 2015) Lokasi jalan setapak Lokasi dengan jalan beton Disusun oleh: PoedjiHaryanto SEMARANG,

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System) Siti Nurul Kamaliyah SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System) DEFINISI Suatu cara penanaman & pemotongan rumput, leguminosa, semak & pohon shg HMT tersedia sepanjang rahun : m. hujan : rumput &

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA NUSA KECAMATAN AMANUBAN BARAT KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN. (Jumat, 15 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA NUSA KECAMATAN AMANUBAN BARAT KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN. (Jumat, 15 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA NUSA KECAMATAN AMANUBAN BARAT KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (Jumat, 15 Mei 2015) Di belakang pak Dudi dan pak Roni, masyarakat berjalan kaki memikul barang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUAROJAMBI. (Sabtu, 16 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUAROJAMBI. (Sabtu, 16 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUAROJAMBI (Sabtu, 16 Mei 2015) Sebelum Adanya KEM Setelah Adanya KEM Disusun oleh: FW KAJANGLAKO Kota Jambi, 16 Mei

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM PERTAMINAFLip DESA PARTUNGKO NAGINJANG, KECAMATAN HARIAN, KABUPATEN SAMOSIR. (Senin, 18 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM PERTAMINAFLip DESA PARTUNGKO NAGINJANG, KECAMATAN HARIAN, KABUPATEN SAMOSIR. (Senin, 18 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM PERTAMINAFLip DESA PARTUNGKO NAGINJANG, KECAMATAN HARIAN, KABUPATEN SAMOSIR (Senin, 18 Mei 2015) PRA KEM PASCA KEM Lahan Marginal Tidak Produktif Lahan Marginal Jadi Produktif

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip KELURAHAN BATU BERSURAT KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR. (Kamis, 14 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip KELURAHAN BATU BERSURAT KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR. (Kamis, 14 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip KELURAHAN BATU BERSURAT KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR (Kamis, 14 Mei 2015) Lokasi Awal KEM Lokasi KEM saat ini Disusun oleh: Padil S.T.,M.T Pekanbaru,

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak Hasil-hasil penelitian/pengkajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya BPTP Sulawesi Tengah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang selanjutnya perlu disebarkan kepada pada ekosistem

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM PERTAMINAFLip DESA SUMLILI KECAMATAN KUPANG BARAT KABUPATEN KUPANG. (Minggu, 31 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM PERTAMINAFLip DESA SUMLILI KECAMATAN KUPANG BARAT KABUPATEN KUPANG. (Minggu, 31 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM PERTAMINAFLip DESA SUMLILI KECAMATAN KUPANG BARAT KABUPATEN KUPANG (Minggu, 31 Mei 2015) Foto kegiatan Penanaman Anakan Pisang di KEM Peninjauan Lahan Hortikultura di lokasi

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun , HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan pakannya berupa hijauan. Pakan hijauan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat

BAB V RENCANA AKSI. Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan dan Waktu Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat waktu, rencana aksi disusun sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus untuk memudahkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI

LAPORAN KINERJA INVESTASI LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SUMBER MARGA TELANG KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN (Jumat, 15 Mei 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,

Lebih terperinci

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Rappler.com Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Ari Susanto Published 12:00 PM, August 23, 2015 Updated 4:48 AM, Aug 24, 2015 Selama 20 tahun, Sadiman mengeluarkan uangnya sendiri

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Hampir mayoritas penduduk di sana bekerja sebagai penambang timah. Pada awalnya penambangan timah di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. Sondakh 1), dan Andi Tenrirawe 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI DESA : BOJONGSARI (RW 03 DAN RW 04) KECAMATAN : BOJONGSOANG KABUPATEN : BANDUNG PROVINSI : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA PKMM-1-6-2 MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA Rahmat Hidayat, M Indriastuti, F Syafrina, SD Arismawati, Babo Sembodo Jurusan Pengelolaan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA SIMOREJO KECAMATAN KANOR KABUPATEN BOJONEGORO. (Senin, 18 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA SIMOREJO KECAMATAN KANOR KABUPATEN BOJONEGORO. (Senin, 18 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA SIMOREJO KECAMATAN KANOR KABUPATEN BOJONEGORO (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh: Tim KEM Simorejo Kota Bojonegoro, 18 Mei 2015 1. SITUASI AWAL KAWASAN NO

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Manusia seringkali memandang sebelah mata pada limbah. Tanpa

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ASAL KOTORAN SAPI Hasil sampingan pemeliharaan ternak sapi atau sering juga disebut sebagai kotoran sapi tersusun dari feses,

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ASAL KOTORAN SAPI Hasil sampingan pemeliharaan ternak sapi atau sering juga disebut sebagai kotoran sapi tersusun dari feses, POTENSI DAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK ASAL KOTORAN SAM Entang Suganda Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor, 16002 PENDAHULUAN Ketersediaan unsur hara dalam tanah sangat penting artinya bagi usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM PERTAMINAFLip DESA GUMANTAR KECAMATAN KAYANGAN KABUPATEN LOMBOK UTARA (JUM AT, 15 MEI 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM PERTAMINAFLip DESA GUMANTAR KECAMATAN KAYANGAN KABUPATEN LOMBOK UTARA (JUM AT, 15 MEI 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM PERTAMINAFLip DESA GUMANTAR KECAMATAN KAYANGAN KABUPATEN LOMBOK UTARA (JUM AT, 15 MEI 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM Kondisi awal lokasi KEM,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN RIJANTO HUTASOIT Loka Penelitan Kambing Potong, P.O. Box 1 Galang, Medan RINGKASAN Untuk pengujian terhadap tingkat adopsi

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

PT MUTUAGUNG LESTARI

PT MUTUAGUNG LESTARI Bagian 1. Informasi Umum Nama : Nama Kebun : Jenis Tanaman : Alamat : Kota : Propinsi : Kode Pos : Negara : Tanggal : Telepon : Fax : Email : Ruang lingkup tanaman yang akan disertifikasi Jumlah petani

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci