Kajian Kebijakan Inovatif Daerah Untuk Mendorong Ekonomi Kreatif Berbasis Kerakyatan di Provinsi Riau
|
|
- Siska Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kajian Kebijakan Inovatif Daerah Untuk Mendorong Ekonomi Kreatif Berbasis Kerakyatan di Provinsi Riau Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Provinsi Riau & Universitas Brawijaya Malang
2 Latar Belakang Potensi sumberdaya alam yang melimpah dan budaya masyarakat melayu yang kuat. Potensi tersebut telah dikembangkan menjadi produk ekonomi kreatif : KULINER, KERAJINAN, DAN FESYEN. Pengusaha ekonomi kreatif berbasis kerakyatan (UKM/ UMKM) cenderung menghadapi kendala berusaha (industri, teknologi, sumberdaya, institusi, dan lembaga intermediasi). Aktor utama dalam pengembangan ekonomi kreatif (pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha) belum bersinergi secara optimal di Provinsi Riau. Kondisi tersebut menyebabkan produk-produk ekonomi kreatif di Provinsi Riau belum berkembang optimal Sehingga, disusunlah Kajian Kebijakan Inovatif Daerah untuk Mendorong EkonomiKreatif Berbasis Kerakyatan di Provinsi Riau Tahun 2014
3 Tujuan Penelitian 1 Mengetahui jenis ekonomi kreatif berbasis kerakyatan yang dapat dikembangkan di Provinsi Riau 2 Mengetahui peran pemerintah dalam inovasi (produk, pasar, dan proses) yang dapat dikembangkan di Provinsi Riau 3 Mengetahui peran kebijakan pemerintah untuk memperkuat kelembagaan ekonomi kreatif, inovasi (produk, pasar, dan proses) 4 Menyusun formulasi strategi pengembangan ekonomi kreatif berbasis kerakyatan di Provinsi Riau
4 Ekonomi Kreatif Ekonomi kreatif pertama dikemukakan oleh John Howkins, yaitu Bagaimana seseorang menghasilkan uang dari ide. Empat kreativitas yang membentuk ekonomi kreatif Pengertian Ekonomi Kreatif sama halnyadengan istilah Industri Kreatif yang dikemukakan oleh Kementerian Perindustrian.
5 Pilar Utama Model Pengembangan Ekonomi Kreatif Industry Produksi, distribusi, dan konsumsi Financial Intermediary Technology Teknologi produksi, informasi, & distribusi Lembaga penyalur modal Input (SDM & SDA) Institution Resource Model 5 Forces dari Porter (dalam : Buku Induk Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025) Peraturan perundang-undangan, adat istiadat
6 Konsep Triple Helix dalam PengembanganEkonomi Kreatif PERAN CENDEKIAWAN Peran Tri Dharma PERAN BISNIS Pelaku usaha, investor, dan konsumen industri kreatif Triple Helix Model by Etzkowitz & Leydersdorff (dalam : Buku Induk Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025) PERAN PEMERINTAH Sebagai katalisator, fasilitator, advokasi, regulator, investor, dan urban planner
7 Lima Pilar Pengembangan UMKM
8 Metode Penelitian JENIS PENELITIAN DESKRIPTIF KUANTITATIF Memaparkan hasil suatu penelitian melalui penjabaran matematik atau perhitungan angka secara pasti (Sugiyono, 2004) VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel strategi dan kebijakan pemerintah 2. Variabel kondisi mikro usaha Volume produksi; Volume bahan baku; Jumlah tenaga kerja; Upah tenaga kerja; Kualitas tenaga kerja; Penggunaan teknologi; Harga produk; Jenis bantuan yang tekah diterima; dan Kelembagaan. JENIS & SUMBER DATA Data Primer : Forum Group Discussion (FGD), Wawancara pelaku ekonomi kreatif Data Sekunder : BPS Provinsi Riau, Disperindag Provinsi/ Kabupaten atau Kota, Dinas Koperasi & UKM Provinsi
9 LOKASI PENELITIAN Metode Purposive Sample Untuk menentukan (Rekomendasi hasil FGD & Disperindag Provinsi, Kabupaten/ Kota) Daerah sample ekonomi kreatif Lokasi pelaku usaha ekonomi kreatif. Sample Kabupaten/ Kota Kota Pekanbaru Kabupaten Kampar Kabupaten Indragiri Hilir Kabupaten Bengkalis Komoditas Ekonomi Kreatif Pastel Ikan Patin dan pengrajin songket Produk olahan ikan patin Negeri Patin, keripik nenas dan nangka, kerajinan pandai besi Kerajinan anyaman pandan, nata de coco, songket dan batik Lempuk durian ANALISIS DATA ANALISIS CROSSTAB (TABULASI SILANG) ANALYTICAL HIERARCHI PROCESS (AHP) STRENGTH-WEAKNESS-OPPORTUNITY-THREAT (SWOT)
10 Gambaran Objek Penelitian Berdasarkan Data Primer dan Sekunder
11 Pertumbuhan jumlah UKM berdasarkan sektor di Provinsi Riau ( ) 81,3% Persentase jumlah produksi pertanian (bahan baku) di daerah sample : Indragiri Hilir, Kampar, Bengkalis 59,5% 28,6% 22,4% Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Riau, Diolah Tahun 2014
12 19 % Jumlah UKM Kabupaten/ Kota (2013) 11% 10% 8% 3,1% Pertumbuhan jumlah UKM setiap Kabupaten/ Kota ( ) 1,9 1,5-1,6 Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Riau, Diolah Tahun 2014
13 Produk Kuliner Potensi Masalah Potensi produksi hasil pertanian (ikan patin, buah nenas, kelapa, dan durian) Pelaku usaha kuliner memiliki inovasi pada produk Adanya program bantuan CSR perusahaan Disperindag memberikan bantuan pelatihan dan pemasaran Potensi modal sosial antara produsen dan penuedia bahan baku Pemasaran produk masih terbatas Sulit terpenuhinya syarat modal bank Adanya pengenaan pajak Ancaman perubahan lahan pertanian Adanya ancaman plagiasi Kurang optimalnya pelayanan jalan dan air bersih
14 Produk Kerajinan Potensi Masalah Potensi lahan untuk menanam bahan baku kerajinan Kreativitas pengrajin cukup tinggi (nilai budaya Melayu) Disperindag memberikan bantuan pelatihan, alat, dan pemasaran Sulitnya memperoleh tenaga kerja terampil Kurang optimalnya pelayanan jalan dan air bersih Adanya ancaman produk sejenis dari negara lain Adanya ancaman plagiasi Belum adanya inovasi baru untuk produk pandai besi Sulitnya memperoleh bahan baku besi
15 Produk Fesyen Potensi Masalah Adanya inovasi corak songket dan dipadukan dengan kain batik Adanya kreasi busana kombinasi batik dan songket Adanya kebijakan pemerintah untuk membudayakan pengenaan songket Disperindag memberikan bantuan pelatihan, alat, dan pemasaran Pemasaran produk masih terbatas Biaya bahan bakutinggi karena harus mengimpor dari daerah lain Sumberdaya manusia pengrajin belum mampu mengoperasionalkan alat canggih Adanya ancaman plagiasi
16 Hasil Analisis Data Berdasarkan Data Primer dan Sekunder
17 Berdasarkan Analisis Tabulasi Jenis Kuliner Jenis Kerajinan Jenis Fesyen Kapasitas Produksi 71% memiliki volume produksi <5 ton/bulan 50% produksi memproduksi < 100 buah/ bulan 50% produksi memproduksi < 10 lembar/ bulan Tenaga Kerja 86% memiliki jumlah tenaga kerja <5 orang 50% memiliki jumlah tenaga kerja <5 orang 50% memiliki jumlah tenaga kerja <5 orang Modal Usaha 86% memiliki modal usaha >100 juta 50% memiliki modal usaha >100 juta 50% memiliki modal usaha >100 juta Alat Produksi 86% alat manual + mekanik 50% alat manual + mekanik 50% alat manual + mekanik Usaha ekonomi kreatif cenderung memiliki skala usaha kecil menengah dengan penggunaan alat yang mulai memanfaatkan mekanik
18 Berdasarkan Analisis Tabulasi Jenis Kuliner Jenis Kerajinan Jenis Fesyen Kemudahan memperoleh tenaga kerja 14% mengalami kesulitan 50% mengalami kesulitan 100% mengalami kesulitan Kemudahan memperoleh modal 14% mengalami kesulitan 50% tidak mengalami kesulitan 100% tidak mengalami kesulitan Kemudahan memperoleh bahan baku 14% mengalami kesulitan 100% tidak mengalami kesulitan 100% tidak mengalami kesulitan Kemudahan pemasaran 71% mengalami kesulitan 50% tidak mengalami kesulitan 100% mengalami kesulitan Rencana inovasi produk 57% memiliki rencana inovasi 50% memiliki rencana inovasi 50% memiliki rencana inovasi
19 Berdasarkan Analisis Tabulasi Jenis Kuliner Jenis Kerajinan Jenis Fesyen Bantuan Modal 57% tidak mendapat bantuan 100% mendapat bantuan 50% tidak mendapat bantuan Bantuan tenaga kerja 86% mendapatkan bantuan 100% tidak mendapat bantuan 100% tidak mendapat bantuan Bantuan pemasaran 71% tidak mendapat bantuan 100% tidak mendapat bantuan 100% tidak mendapat bantuan Bantuan alat 86% mendapatkan bantuan 100% tidak mendapat bantuan 100% tidak mendapat bantuan Bantuan yang banyak diterimadari pemerintah adalah bantuan modal untuk jenis kerajinan
20 Berdasarkan Analisis Strategi Analytical Hierarchy Process Prioritas alternative yang dipilih dalam pengembangan ekonomi kreatif adalah Pengembangan Inovasi Proses, Produk, dan Pasar KULINER : Rapid growth strategy SWOT KERAJINAN : Rapid growth strategy FESYEN : Stable growth strategy
21 Peran Pemerintah dalam Inovasi (Produk, Proses, Pasar) Inovasi Produk Inovasi Proses Inovasi Pasar Katalisator, fasilitator dan advokasi yang memberi rangsangan, tantangan, dorongan, agar ide-ide produk kreatif bergerak ke tingkat kompetensi yang lebih tinggi. Regulator yang menghasilkan kebijakankebijakan yang berkaitan dengan people, industri, insititusi, intermediasi, sumber daya, dan teknologi. Konsumen, investor bahkan entrepreneur
22 Pengembangan Sistem Kelembagaan Ekonomi Kreatif Pengembangan sistem kelembagaan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan Ekonomi Kreatif sehingga memiliki peran yang tinggi dalam peningkatan ekonomi Pelaku Usaha Kreatif dan masyarakat disekitarnya. 1. Lembaga pemerintahan 2. Lembaga keuangan 3. Lembaga modal sosial masyarakat
23 Langkah Pengembangan Ekonomi Kreatif Memerlukan Payung Hukum yang Mengikat TUJUAN : Meningkatkan partisipasi Meningkatkan produktivitas, daya saing dan pangsa pasar Meningkatkan akses terhadap sumber daya produktif; Meningkatkan akses permodalan; Meningkatkan jiwa kreativitas; Meningkatkan kemitraan dan Jaringan Usaha Kreatif; dan Meningkatkan peran ekonomi Kreatif (tangguh, professional dan mandiri) Memberikan perlindungan terhadap usaha ekonomi kreatif yang berbasis lokal. ASPEK KONDUSIVITAS IKLIM USAHA: Persaingan sehat Srana & prasarana memadai Informasi usaha Perijinan usaha Promosi dagang Dukungan kelembagaan
24 Grand Strategi Kebijakan Pemerintah Grand Strategy Growth Strategy Inovasi Produk dan Proses : Strategi integrasi ke belakang (backward) penguatan rantai pasokan bahan baku Inovasi Pasar : strategi intensif melalui penetrasi pasar, penguatan pemasaran pada pasar yang sudah ada Inovasi Proses Inovasi Produk Inovasi Pasar
25 Prioritas Strategi Pengembangan Seluruh Jenis Produk Ekonomi Kreatif Adalah Pengembangan Inovasi Proses, Produk Dan Pasar. 1. Optimalisasi peran pelaku usaha untuk terus melakukan inovasi dan mengembangkan usaha; 2. Peningkatan kemampuan desain produk para pelaku usaha kreatif; 3. Pemberian pelatihan dan bimbingan dari kalangan akademisi kepada pelaku usaha tentang metode serta teknologi produksi yang berhasil ditemukan untuk meningkatkan produktivitas usaha; 4. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan untuk mendukung pengembangan ekonomi kreatif; 5. Optimalisasi bantuan pemerintah untuk pembuatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) setiap produk ekonomi kreatif potensial; dan 6. Penyediaan modal yang lebih mudah untuk pengusaha kreatif dari lembaga perbankan daerah, koperasi, maupun lembaga keuangan lainnya.
26 Rencana Aksi dari Grand Strategi Inovasi Produk & Proses Inovasi Produk & Proses Rencana Aksi Kuliner Kerajinan Fesyen Penciptaan produk kereatif yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan International Organization for Standardization (ISO) agar dapat masuk pasar ekspor Optimalisasi sumberdaya manusia pelaku usaha untuk mengembangkan kemasan produk menjadi lebih inovatif dan menarik Optimalisasi peran pelaku usaha untuk melakukan inovasi dan mengembangkan usaha secara terus-menerus Optimalisasi peran masyarakat untuk mencegah perubahan lahan pertanian menjadi perkebunan sawit, sehubungan dengan kelangsungan - penyediaan bahan baku Pembaruan bentuk kemasan dan produk secara berkala - Pembuatan kontrak legal antara pelaku usaha dengan pemasok bahan baku Optimalisasi keberadaan akademisi dalam pengembangan jenis inovasi produk baru dan metode produksi yang efektif efisien melalui Reaserch & Development
27 Inovasi Produk & Proses Rencana Aksi Kuliner Kerajinan Fesyen Optimalisasi keberadaan akademisi untuk menciptakan teknologi terbaru yang mampu meningkatkan dan menciptakan produk kuliner yang lebih higenis melalui Reaserch & Development Pemberian pelatihan dan bimbingan oleh kalangan akademisi kepada pelaku usaha tentang metode serta teknologi produksi untuk meningkatkan produktivitas usaha Optimalisasi pengolahan sumberdaya alam (pertanian) menjadi beragam jenis produk kuliner yang inovatif, bernilai ekonomi tinggi, dan berdaya saing Optimalisasi pengolahan sumberdaya alam (pertanian) menjadi beragam jenis produk kuliner yang inovatif, bernilai ekonomi tinggi, dan berdaya saing Peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan untuk mendukung pengembangan ekonomi kreatif Optimalisasi program-program CSR dalam bentuk pembinaan kepada seluruh pelaku usaha kreatif dan memberikan reward kepada perusahaan pemberi bantuan CSR tersebut Optimalisasi bantuan pemerintah untuk produk kreatif dalam pembuatan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Optimalisasi peran pemerintah dalam sertivikasi halal pada seluruh produk kreatif Optimalisasi peran pemerintah untuk melakukan pembinaan kapada pelaku usaha kreatif untuk memenuhi syarat peminjaman modal
28 Inovasi Produk & Proses Rencana Aksi Kuliner Kerajinan Fesyen Penghapusan atau pengkajian ulang tentang pajak - - Penyediaan modal yang lebih mudah untuk pengusaha kreatif dari lembaga perbankan daerah, koperasi, maupun lembaga keuangan lainnya Optimalisasi pengolahan sumberdaya alam (pertanian) menjadi beragam jenis produk kuliner yang inovatif, bernilai ekonomi tinggi, dan berdaya saing - - Optimalisasi peran lembaga perbankan untuk membantu dan menginformasikan syarat-syarat pinjaman kepada pelaku usaha kuliner Optimalisasi peran CSR perusahaan swasta dalam bentuk bantuan modal untuk seluruh produk kreatif potensial Optimalisasi peran pemerintah dalam penyediaan bahan baku - Optimalisasi peran pemerintah dalam penyediaan tenaga kerja - Pembuatan kebijakan untuk menciptakan tenaga terampil dan berbasis budaya melalui kurikulum pendidikan kejuruan Optimalisasi peran lembaga perbankan untuk membantu dan menginformasikan syarat-syarat pinjaman kepada pelaku usaha kuliner
29 Rencana Aksi dari Grand Strategi Inovasi Pasar Inovasi Pasar Rencana Aksi Kuliner Kerajinan Fesyen Pemberian bimbingan dari kalangan akademisi kepada pelaku usaha kreatif tentang metode pemasaran yang menarik dan optimal. Penyediaan sentra penjualan produk kreatif pada lokasi strategis di setiap daerah yang ditunjang fasilitas memadai Pembuatan kebijakan perhotelan untuk ikut memasarkan produk-produk kreatif lokal Pembuatan kebijakan untuk mempermudah penjualan produk kreatif di pasar swalayan Optimalisasi peran pelaku usaha pariwisata dan Dinas Pariwisata melalui kebijakan pemerintah untuk proses promosi serta pemasaran produk kreatif di setiap destinasi pariwisata potensial Pembuatan kebijakan yang bekerja sama dengan Dinas Priwisata tentang menjadikan sentra kerajinan sebagai salah satu destinasi wisata di Provinsi Riau Pengoptimalan peran masyarakat untuk melestarikan kain songket dan batik dengan budaya melayu melalui pemanfaatan busana dengan desain yang dikompetisikan melalui event-event tertentu. - -
30 Kesimpulan 1. Jenis ekonomi kreatif berbasis kerakyatan yang dapat dikebangkan di Provinsi Riau adalah : Produk Kuliner berbasis sumberdaya alam pertanian; Produk Kerajinan berbasis budaya; dan Produk Fesyen berbasis budaya 2. Peran pemerintah dalam inovasi produk, proses, pasar adalah Katalisator, fasilitator dan advokasi, regulator, konsumen dan investor 3. Pengembangan sistem kelembagaan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan Ekonomi Kreatif : Lembaga pemerintahan, Lembaga keuangan, Lembaga modal sosial masyarakat 4. Grand strategi : Growth Strategy Strategi integrasi ke belakang (backward) penguatan rantai pasokan bahan baku dan strategi intensif melalui penetrasi pasar, penguatan pemasaran pada pasar yang sudah ada
31 Sekian dan Terima kasih
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciGUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU
GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI
RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinci10. URUSAN KOPERASI DAN UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan
Lebih terperinciKompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka
Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka Tjutju Tarliah *1), Dedeh Kurniasih 2) 1) Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Setiabudhi 193, Bandung, 40153, Indonesia 2) Sistem
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciMenjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan
BAB 3 ISU ISU STRATEGIS 1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN a. Urusan Perdagangan, menghadapi permasalahan : 1. Kurangnya pangsa pasar
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciIV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis pada saat itu telah mengganggu seluruh
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN PRODUK LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciMenetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/1998, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL *35684 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 1998 (32/1998) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL
Lebih terperinciBAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM
BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pangan merupakan salah satu sektor yang menjanjikan untuk dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciDIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1
P DIIA IPRODUKlJ IS P GEMBANGA A GGo A OTA AING 012 _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung
Lebih terperinciALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Dalam
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pola Kemitraan Dalam suasana persaingan yang semakin kompetitif, keberadaan usaha mikro kecil dituntut untuk tetap dapat bersaing dengan pelaku usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah pelaku usaha yang dalam menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp 1.000.000.000 per tahun dan biasanya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis
3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan
Lebih terperinci5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,
urusan perumahan rakyat, urusan komunikasi dan informatika, dan urusan kebudayaan. 5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) Pembangunan di tahun kelima diarahkan pada fokus pembangunan di urusan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Kota Bandung memiliki kawasan produksi yang strategis diantaranya
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,
Lebih terperinciGAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG
GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung adalah salah satu perangkat daerah di lingkungan Pemerintah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan melalui survey dengan metode perkembangan {Developmental Research). Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM) dalam perekonomian Indonesia pada dasarnya sudah besar sejak dulu. Sektor UMKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi dan Misi Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung 1. V i s i Sebagaimana dijelaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Lebih terperinciPERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN
PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN Irawati, Nurdeana C, dan Heni Purwaningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Email : irawibiwin@gmail.com
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciVII. PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut :
VII. PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. UPT Pelatihan dan pengembangan melakukan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kemampuan dan
Lebih terperinciBAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran
Lebih terperinciBAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru
Lebih terperinciBAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si
BAB. X. JARINGAN USAHA OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si SEBAGAI EKONOMI RAKYAT Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Adanya kebijakan otonomi daerah di Indonesia, menuntut setiap daerah baik kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di segala sektor. Hal ini
Lebih terperinciBAB IV ANALISA SISTEM
71 BAB IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future, persaingan yang akan datang merupakan persaingan untuk menciptakan dan mendominasi peluang-peluang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan
Lebih terperinciSTRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH
STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH Oleh Dr.Ir.H.Saputera,Msi (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Makanan Tradisional dan Tanaman Obatobatan Lemlit
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian nasional
Lebih terperinciINTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM
INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni
Lebih terperinciBAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Kreatif adalah industri yang memanfaatkan kreatifitas, keterampilan dan bakat individu demi menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciVI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan
VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN 6.1. Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan Faktor-faktor strategis merupakan beberapa elemen yang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciPOKOK-POKOK METERI FORUM (MIF) 2016 GUBERNUR JAWA TENGAH PADA ACARA :
POKOK-POKOK METERI GUBERNUR JAWA TENGAH PADA ACARA : MANDIRI INVESTMENT FORUM (MIF) 2016 2 3 3 4 4 5 5 6 105.54 110 100.67 100 100.45 90 80 70 60 2013 2014 2015 77 15.801 15.776 10.744 5.329 2013 5.633
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah, perbankan, swasta, lembaga
Lebih terperinciBAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM
BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM Strategi dan perencanaan program disusun berdasarkan permasalahanpermasalahan yang muncul pada dan potensi yang dimiliki oleh. Program disusun oleh berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG A. LATAR BELAKANG Business Plan merupakan suatu usulan
Lebih terperincimutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Daftar UKM dari Disperindag... 96 LAMPIRAN 2 : Data produksi 5 UKM meubel... 97 LAMPIRAN 3 : Kuesioner Industri dan Dinas... 99 LAMPIRAN 4: Output hasil simulasi 4 skenario...
Lebih terperinciDampak Positif Ekonomi Kreatif
KAJIAN MODEL USAHA EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENUNJANG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG PENDAHULUAN Transformasi struktur perekonomian dunia, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) menjadi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Solo, 26 Januari 2017 OUTLINE Latar Belakang Benchmarking Trading House di Luar Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya industri pertanian baik skala kecil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Sektor pertanian merupakan salah satu yang diunggulkan oleh Indonesia karena memiliki peranan
Lebih terperinciRANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH
RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciPENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan manifestasi dari ekonomi rakyat, memiliki kedudukan, peran, dan potensi yang strategis dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997, berakibat bangkrutnya perusahaanperusahaan berskala besar tetapi
Lebih terperinciBUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG
BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan
Lebih terperinciI-227. Naskah Saran Kebijakan : Ringkasan
I-227 Naskah Saran Kebijakan : STRATEGI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR KUPANG MELALUI PENERAPAN DAN DIFFUSI TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT, 2012 1 Ringkasan
Lebih terperincidan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,
dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keadilan diartikan sebagai keadilan antar kelompok masyarakat
Lebih terperinciPERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA
PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA Irma Wardani,Mohamad Hanif Khoirudin Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi UNIBA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ide penelitian ini berawal dari pertanyaan Bagaimana cara meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. 122 Universitas Indonesia
BAB 6 PENUTUP 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian terhadap penilaian kuisioner SWOT oleh para responden yang dianggap ahli, dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut: Faktor Kekuatan Faktor Kekuatan (Strength)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Perkembangan Koperasi dan UMKM ini langsung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Potensi, Permasalahan dan Kebutuhan Setelah melakukan penelitian dan analisis terdapat beberapa potensi dan masalah yang dapat di identifikasi untuk
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
92 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Potensi- potensi daya tarik wisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga investasi pada hakekatnya merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal sesuai potensinya menjadi sangat penting.
Lebih terperinciIV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan bagian integral dalam Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
Lebih terperinci