BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM"

Transkripsi

1 BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM Strategi dan perencanaan program disusun berdasarkan permasalahanpermasalahan yang muncul pada dan potensi yang dimiliki oleh. Program disusun oleh berdasarkan kebutuhan prioritas dari tersebut. Agar program yang disusun dapat berkelanjutan maka dilibatkan dalam perencanaan program. Data mengenai permasalahan dan potensi diperoleh berdasarkan wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan diperkuat melalui diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion / FGD). Pada tahap wawancara mendalam dan studi dokumentasi dilakukan inventarisasi permasalahan dari dan potensi yang dimiliki oleh. Kemudian pada tahap diskusi kelompok terfokus inventarisasi permasalahan difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan peran gender. 8.1 Permasalahan, Potensi, dan Alternatif Pemecahan Masalah Untuk mengetahui permasalahan umum yang dihadapi oleh perempuan terkait dengan pengembangan kapasitas dan potensi yang dimiliki oleh dapat digunakan alat analisis SWOT. Melalui analisis SWOT dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari secara umum. Tabel 8.1 Analisis SWOT 1. Kekuatan 1.1. Lokasi kawasan berada pada pusat bisnis dan perdagangan Kiaracondong dan dapat dilalui oleh kendaraan umum 1.2. Lokasi kawasan membentang sepanjang jalan Binongjati sehingga mempermudah penataan kawasan 1.3. Usaha di Binongjati sudah berlangsung sangat lama dan mampu bertahan pada kondisi

2 97 krisis, bahkan jumlah unit usaha dan tenaga kerja mengalami perkembangan yang pesat 1.4. Produk yang dihasilkan dan dijual memiliki kekhasan yaitu hanya rajutan sehingga menjadikan kawasan Binongjati dan mempunyai kekhasan yang dikenal masyarakat di luar kawasan, yaitu sentra rajut 1.5. Konsumen di kawasan adalah pedagang pengecer dan grosiran yang langsung datang secara proaktif ke kawasan sehingga memudahkan pemasaran dan promosi produk 1.6. Persaingan mutu produk, desain, dan harga antar perempuan menuntut untuk lebih kreatif dan meningkatkan daya saing produk 1.7. Sebagian besar perempuan di Binongjati terlibat dalam kegiatan rajutan 1.8. Perempuan memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya, khususnya modal dan pelatihan keterampilan 1.9. Perempuan memiliki kelembagaan ekonomi yang berkaitan dengan usaha rajut sebagai sarana komunikasi dan informasi sesama seperti Koperasi Perempuan memiliki modal sosial yang kuat, seperti jejaring antar dan perempuan dengan pihak lain Perempuan sudah mulai melakukan pertukaran peran gender dengan pihak lain 2. Kelemahan 2.1. Harga bahan baku mahal yang berdampak pada meningkatnya harga jual 2.2. Kesulitan mencari pasar, saat ini sebagian besar produk terserap oleh Pasar Tanah Abang Jumlah pemasok benang sangat terbatas, hanya sekitar tiga pabrik saja yang memasok benang 2.4. Kualitas dan harga bahan baku sangat ditentukan oleh pemasok 2.5. Teknologi yang digunakan masih manual, belum menggunakan mesin desain sehingga kualitas produk relatif lebih rendah daripada produk hasil pabrik besar yang menggunaan mesin desain 2.6. Kondisi infrastruktur kawasan masih sangat rendah sehingga

3 98 sebagian besar yang masuk ke kawasan adalah konsumen yang sudah tahu kawasan. Kondisi ini cenderung melemahkan kreativitas 2.7. Kurang kebanggaan terhadap produk sendiri, karena adanya brand bahwa produk Binongjati adalah produk kualitas rendah 2.8. Kreativitas dan wawasan tentang keterampilan desain masih kurang, sebagian besar desain model ditentukan oleh konsumen sehingga kualitas produk cenderung monoton 2.9. Motivasi untuk mengembangkan kapasitas masih rendah, sebagian besar menerima saja apa yang sudah dicapai tanpa ada upaya pengembagan kapasitas, baik segmen pasar, keterampilan, maupun jaringan pemasaran Lembaga yang ada cenderung tidak aktif, hanya sebagian kecil yang terlibat Budaya patriarki masih mempengaruhi kehidupan sebagian sehingga menghambat pengembangan kapasitas Sebagian belum memiliki kesadaran diri tentang peran gender. Hal ini menjadi kendala dalam proses pengembangan kapasitas 3. Peluang 3.1. Potensi perekonomian di kawasan tinggi, dikarenakan kebutuhan pasar belum sepenuhnya terpenuhi oleh 3.2. Dijadikannya kawasan Binongjati sebagai salah satu KSIP (Kawasan Sentra Industri dan Perdagangan) merupakan suatu kekuatan karena ada perhatian khusus dari Pemerintah Kota Bandung untuk mendorong pertumbuhan kawasan melalui program-program yang digulirkan 3.3. Adanya potensi untuk membuka akses jalan masuk ke kawasan dari Jalan Kiaracondong sehingga menjadikan kawasan ini sebagai wisata belanja dan wisata produksi menjadi lebih mudah 3.4. Jumlah limbah bahan baku (majun/benang sisa) relatif banyak, dapat digunakan untuk bahan baku produk pendukung rajut seperti handmade yang dapat meningkatkan kualitas dan harga jual produk 3.5. Penggunaan handmade pada produk dapat meningkatkan

4 99 kualitas produk dan memperluas pasar 3.6. Persaingan desain dan mutu produk antar perempuan dapat memacu kreativitas 3.7. Peningkatan kemampuan dalam menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi melalui peningkatan keterampilan desain 3.8. Perempuan memiliki kontrol dominan terhadap pemanfaatan pendapatannya. Sebagian besar digunakan untuk keberlangsungan kehidupan rumah tangga dan anakanaknya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan 3.9. Perempuan memiliki kesadaran untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam pengembangan kapasitasnya Modal sosial yang dimiliki seperti jejaring merupakan potensi untuk pengembangan kapasitas, seperti perluasan jejaring kolaborasi dengan pihak lain 4. Ancaman 4.1. Munculnya produk serupa dari luar negeri dengan harga jual yang relatif lebih rendah, dikhawatirkan dapat menggeser pangsa jual produk 4.2. Tenaga kerja yang tidak konsisten, pindah dari satu produsen ke produsen lainnya dalam komunitas, atau pindah ke pabrik di luar komunitas merupakan ancaman bagi keberlangsungan produksi 4.3. Persaingan mutu produk dan desain, merupakan ancaman bagi ketika ada yang menjatuhkan harga Setiap permasalahan-permasalahan yang muncul didiskusikan bersama untuk mendapatkan tanggapan dan upaya pemecahan masalah oleh berdasarkan potensi yang dimilikinya. Permasalahan dibagi menjadi tiga kelompok masalah, yaitu masalah yang berkaitan dengan kapasitas usaha, masalah kapasitas, dan masalah yang berkaitan dengan akar segala permasalahan yaitu ketidakadilan gender. Permasalahan dan alternatif pemecahannya ditampilkan pada tabel 8.2.

5 100 Tabel 8.2 Permasalahan, Faktor Penyebab dan Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Hasil FGD Pada Perempuan di Sentra Rajutan Binongjati Tahun 2008 No Permasalahan Faktor Penyebab Alternatif Pemecahan [1] [2] [3] [4] Kapasitas Usaha 1 Harga bahan baku mahal yang berdampak pada meningkatnya harga jual 2 Kesulitan mencari pasar, saat ini sebagian besar produk terserap oleh Pasar Tanah Abang. 3 Jumlah pemasok benang sangat terbatas, hanya sekitar tiga pabrik saja yang memasok benang 4 Kualitas dan harga bahan baku sangat ditentukan oleh pemasok 5 Teknologi yang digunakan masih Pemasok bahan baku ke Binongjati memperoleh bahan baku dari tiga pabrik benang saja Bahan baku benang merupakan bahan impor Kualitas produk masih rendah Segmen pasar masih bersifat grosiran Bahan baku benang masih impor Bahan baku disediakan oleh pemasok yang datang ke kawasan Tidak ada keseragaman dalam hal standar harga Koperasi tidak berfungsi dalam standarisasi harga Kualitas SDM belum siap menggunakan Mencari alternatif pemasok bahan baku ke wilayah luar komunitas, misalkan langsung ke distributor besar Meningkatkan kualitas produk Melakukan diversifikasi produk, seperti penambahan handmade pada produk yang dapat meningkatkan kualitas produk Memperluas segmen pasar, seperti penjualan retail Meminta pemerintah untuk menekan bea impor bahan baku Melakukan pesanan standar kualitas bahan baku kepada pemasok Mencari bahan baku di luar kawasan Memfungsikan koperasi dalam standarisasi harga Memberikan pelatihan SDM bagi tenaga kerja

6 101 manual, belum menggunakan mesin desain sehingga kualitas produk relatif lebih rendah daripada produk hasil pabrik besar yang menggunaan mesin desain 6 Kondisi infrastruktur kawasan dan akses masuk kawasan masih sangat rendah sehingga sebagian besar yang masuk ke kawasan adalah konsumen yang sudah tahu kawasan. Kondisi ini cenderung melemahkan kreativitas Kapasitas Perempuan Pengusaha 7 Kreativitas dan wawasan perempuan tentang keterampilan desain masih kurang, sebagian besar desain model ditentukan oleh konsumen sehingga kualitas produk cenderung monoton teknologi tinggi Harga mesin desain sangat mahal dan memerlukan tempat yang luas untuk operasionalisasi Segmen pasar yag tersedia memang untuk kualitas tersebut Akses jalan masuk masih sulit dan rendah karena belum ada perbaikan infrastruktur kawasan Kondisi jalan masih rusak Kurang motivasi untuk membuat diversifikasi produk Perempuan kurang dapat mengakses kegiatan pelatihan keterampilan akibat terbentur kendala peran gender yang tidak seimbang Persaingan yang terjadi dalam komunitas masih sebatas persaingan segmen pasar grosir dengan kualitas lebih rendah belum pada persaingan retail di dalam kawasan karena infrastruktur masih rendah Menjalin jejaring/kerjasama dengan pihak luar seperti investor untuk pengadaan mesin teknologi tinggi Menjalin jejaring dalam hal pemasaran produk Membuka akses jalan masuk dari Jalan Kiaracondong Memperbaiki kondisi jalan di dalam kawasan Melakukan pelatihan atau kegiatan peningkatan motivasi bagi perempuan dari pelaku UKM yang berhasil Melakukan sosialisasi peran gender, bahwa peran gender adalah peran yang dapat dipertukarkan dengan pihak lain Memperbaiki infrastruktur kawasan sehingga kawasan dapat dijadikan wisata belanja dan wisata produki, dengan sendirinya persaingan antar dalam segmen retail di dalam kawasan akan meningkatkan kualitas produk

7 102 8 Motivasi perempuan untuk mengembangkan kapasitas masih rendah, sebagian besar menerima saja apa yang sudah dicapai tanpa ada upaya pengembangan kapasitas, baik segmen pasar, keterampilan, maupun jaringan pemasaran 9 Lembaga yang ada cenderung tidak aktif, hanya sebagian kecil yang terlibat 10 Kurang kebanggaan terhadap produk sendiri, karena adanya brand bahwa produk Binongjati adalah produk kualitas rendah Ketidakadilan Gender 11 Budaya patriarki masih mempengaruhi kehidupan sebagian sehingga menghambat Budaya partiarki bahwa perempuan adalah pencari nafkah tambahan bagi keluarganya sehingga menerima saja apa yang sudah diperoleh Perempuan belum dapat mempertukarkan sebagian peran gendernya sehingga menghambat kegiatan pengembangan kapasitasnya Peran gender yang dilakukan perempuan sudah cukup banyak Sebagian perempuan malas ikut terlibat lembaga karena tidak merasakan dampak nyata teradap pengembangan kapasitas Desain produk cenderung monoton tergantung permintaan konsumen Perempuan kurang memiliki kreativitas karena motivasinya belum maksimal Sosialisasi gender dan kegiatan pengarusutamaan gender belum sampai pada perempuan Mengadakan pelatihan atau kegiatan peningkatan motivasi Melakukan sosialisasi gender, dan peran gender kepada dan lingkungan sekitar, bahwa peran gender adalah peran yang dapat dipertukarkan Melakukan sosialisasi gender, dan peran gender kepada dan lingkungan sekitar, bahwa peran gender adalah peran yang dapat dipertukarkan Melibatkan perempuan dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi program Mengadakan pelatihan desain produk dan diversifikasi produk bagi perempuan Mengadakan pelatihan atau kegiatan peningkatan motivasi Melakukan sosialisasi gender, dan peran gender kepada dan lingkungan sekitar,

8 103 pengembangan kapasitas 12 Sebagian perempuan belum memiliki kesadaran diri tentang peran gender. Hal ini menjadi kendala dalam proses pengembangan kapasitas Sosialisasi gender dan kegiatan pengarusutamaan gender belum sampai pada perempuan bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki adalah setara, tidak ada satu pihak yang mendominasi pihak lainnya, serta peran gender adalah peran yang dapat dipertukarkan Melakukan sosialisasi gender, dan peran gender kepada dan lingkungan sekitar, bahwa peran gender adalah peran yang dapat dipertukarkan 8.2 Analisis Pohon Masalah Setelah mendiskusikan permasalahan dan alternatif pemecahan masalah, kemudian diutarakan bahwa berdasarkan data di lapangan dan hasil analisis sederhana diketahui bahwa dalam rangka pengembangan kapasitas masih ada sebagian yang memiliki kendala akibat ketidakadilan gender. Dalam kesempatan tersebut juga dijelaskan mengenai definisi dan batasan-batasan mengenai peran gender, peran gender apa saja yang dilakukan oleh, kendala-kendala yang biasa ditemui perempuan terkait peran gender dan strategi yang biasa dilakukan untuk mengatasinya. Untuk menggali lebih lanjut akar permasalahan (penyebab) serta dampak yang dihasilkan akibat dari ketidakadilan gender bagi perempuan, dilakukan analisis permasalahan melalui analisis pohon masalah. Analisis masalah dibagi menjadi tiga kelompok masalah. Gambar 8.1 sampai dengan gambar 8.3 menunjukkan analisis pohon masalah untuk masing-masing kelompok masalah. Berdasarkan analisis pohon masalah pada gambar 8.1 terlihat bahwa masalah inti dari adalah pengembangan kapasitas usaha yang belum maksimal. Masalah ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu program pemerintah yang cenderung kurang tepat sasaran, jarang

9 104 dilibatkan dalam perencanaan program, informasi terkait program pengembangan kapasitas masih kurang, sulit modal ketika kondisi usaha sepi. Dampak yang ditimbulkan oleh permasalahan tersebut adalah ketinggalan informasi tentang program pengembangan kapasitas yang sedang digulirkan oleh pemerintah, sulit dalam mencari pasar produk, kegiatan terhenti ketika kondisi usaha sepi karena tidak ada modal, dan pendapatan tidak maksimal. Usaha tidak jalan ketika kondisi sepi karena tidak ada modal Dampak Sulit mengembangkan pasar Pendapatan tidak maksimal Masalah Inti Pengembangan Kapasitas Usaha Belum Maksimal Ketinggalan informasi tentang program pengembangan kapasitas Penyebab Sulit modal ketika usaha sepi/lesu Informasi tentang program masih kurang Jarang dilibatkan dalam perencanaaan program Program pemerintah kurang tepat sasaran Gambar 8.1 Analisis Pohon Masalah Kapasitas Usaha Masalah pengembangan kapasitas yang belum maksimal disebabkan oleh kurangnya motivasi dari,

10 105 kurangnya kegiatan pelatihan, dan kegiatan pelatihan yang khusus bagi perempuan masih jarang. Hal ini berakibat pada wawasan diversifikasi produk kurang, keterampilan rendah, kualitas produk tidak maksimal, dan malas terlibat dalam organisasi. Wawasan diversifikasi produk kurang Dampak Malas terlibat dalam organisasi Keterampilan rendah Kualitas produk tidak maksimal Masalah Inti Pengembangan Kapasitas Perempuan Pengusaha Belum Maksimal Penyebab Kurang motivasi Pelatihan khusus perempuan masih jarang Kegiatan pelatihan kurang Gambar 8.2 Analisis Pohon Masalah Kapasitas Perempuan Pengusaha Gambar 8.3 menunjukkan analisis pohon masalah ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender disebabkan oleh budaya patriarki yang masih mempengaruhi kehidupan, kurangnya kesadaran untuk

11 106 berbagi peran gender, tidak ada pertukaran peran, sehingga peran gender yang dilakukan terlalu banyak. Dampak dari masalah ini diantaranya adalah beban kerja yang panjang, subordinasi, marginalisasi, dan sulit untuk mengakses pelatihan keterampilan di luar komunitas. Sulit mengakses pelatihan di luar komunitas Dampak Beban kerja panjang Subordinasi Marginalisasi Masalah Inti Ketidakadilan Gender Penyebab Budaya Patriarki Kurang kesadaran untuk berbagi peran gender Tidak ada pertukaran peran Peran gender yang dilakukan terlalu banyak Gambar 8.3 Analisis Pohon Masalah Ketidakadilan Gender 8.3 Strategi Pemecahan Masalah Untuk mengatasi penyebab dari permasalahan dan mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat permasalahan, maka mempunyai

12 107 strategi pemecahan masalah. Strategi pemecahan masalah dari perempuan adalah sebagai berikut : Strategi Pemecahan Masalah Kapasitas Usaha : 1. Menyisihkan sebagian pendapatan untuk dijadikan modal talangan ketika kondisi usaha sedang sepi sehingga kegiatan produksi dapat terus berjalan. 2. Melaksanakan sosialisasi program kepada oleh penanggung jawab program. 3. Melakukan monitoring program pengembangan kapasitas bagi perempuan oleh penanggung jawab program dan stakeholders yang terkait. 4. Memperkuat jejaring yang sudah terbentuk di dalam komunitas terkait informasi tentang program pengembangan kapasitas 5. Menjalin jejaring dengan luar komunitas dalam rangka pengembangan kapasitas, seperti jejaring pemasaran, bahan baku, permodalan, bahkan informasi produk. Strategi Pemecahan Masalah Kapasitas Perempuan Pengusaha : 6. Mengadakan pelatihan atau kegiatan yang dapat meningkatkan motivasi dari untuk lebih mengembangkan kapasitasnya. 7. Mengadakan pelatihan keterampilan dalam rangka diversifikasi produk bagi, seperti pelatihan pemanfaatan limbah bahan baku (majun) untuk dijadikan bahan baku produk pendukung rajutan. 8. Mengadakan pelatihan tentang mencari pangsa pasar dan memahami selera pasar. Strategi Pemecahan Masalah Ketidakadilan Gender : 9. Melakukan sosialisasi peran gender bagi, pendamping, dan tokoh masyarakat. Strategi pemecahan masalah menurut juga perlu memperhitungkan profil aktivitas, profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat, serta tingkat pencapaian pemberdayaan perempuan yang sudah ada. Strategi pemecahan masalah kurangnya wawasan dan pemahaman gender dan kesetaraan peran gender dari adalah melalui kegiatan sosialisasi gender. Pada tahap awal kegiatan ini dimungkinkan akan adanya

13 108 benturan-benturan di dalam rumah tangga maupun di masyarakat. Oleh karena itu kiranya perlu juga dilakukan strategi mengatasi masalah pada tahap awal sosialisai gender, yaitu melalui pembentukan kelompok pendukung (supporting group). Kelompok pendukung ini nantinya akan membantu yang mengalami masalah pada tahap sosialisasi gender di rumah tangganya. Untuk memperkuat posisi perempuan baik dalam mengembangkan kapasitas dirinya, kapasitas usaha, maupun dalam menghadapi ketidakadilan gender perlu dilakukan pengorganisasian. Berdasarkan analisis kerangka Harvard dan kerangka Longwe, maka strategi pemecahan masalah adalah sebagai berikut. Tabel 8.3 Strategi Pemecahan Masalah Berdasarkan Analisis Kerangka Harvard dan Analisis Pemberdayaan Longwe Permasalahan Strategi Kapasitas Usaha Kapasitas Perempuan Pengusaha Ketidakadilan Gender 1. Mengalokasikan pendapatan untuk modal bagi keberlangsungan usaha 2. Mengalokasikan pendapatan untuk kegiatan peningkatan keterampilan 3. Memperkuat modal sosial di antara 4. Memperkuat jejaring yang sudah terbentuk di dalam komunitas terkait informasi tentang program pengembangan kapasitas 5. Menjalin jejaring dengan luar komunitas dalam rangka pengembangan kapasitas, seperti jejaring pemasaran, bahan baku, permodalan, bahkan informasi produk. 6. Mengadakan pelatihan atau kegiatan peningkatan motivasi bagi 7. Mengadakan pelatihan keterampilan dalam rangka diversifikasi produk bagi 8. Mengadakan pelatihan tentang mencari pangsa pasar dan memahami selera pasar. 9. Membentuk pengorganisasian kelompok perempuan 10. Melakukan sosialisasi tentang gender dan peran gender 11. Melakukan substitusi atau pertukaran peran gender dengan pihak lain 12. Membentuk kelompok pendukung (supporting group) bagi

14 Rencana Program Aksi Berdasarkan strategi-strategi pemecahan masalah yang telah disepakati oleh dan stakeholders maka perlu dirancang suatu rencana program aksi yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh perempuan. Rencana program aksi yang dirancang didasarkan pada strategi hasil analisis kerangka Harvard dan analisis pemberdayaan Longwe. Berdasarkan analisis Harvard program aksi dapat dilakukan di Hari Senin, yang merupakan waktu luang. Rencana program aksi yang dirancang diusulkan pada tahun 2009 untuk anggaran tahun Hal ini dikarenakan untuk pembinaan kawasan sentra Binongjati pada anggaran tahun 2009 akan difokuskan untuk pembukaan akses jalan ke Jalan Kiaracondong. Hal ini sesuai dengan rancangan program aksi komunitas dengan stakeholders pada tahun Rencana program aksi yang disepakati adalah sebagai berikut :

15 110 Tabel 8.4 Rencana Program Aksi Berdasarkan Analisis Kerangka Harvard dan Analisis Pemberdayaan Longwe 1. Program Peningkatan Wawasan Gender Perempuan No Kegiatan Tujuan Indikator Sasaran dan Pelaksana Waktu Rencana Biaya [1] [2] [3] [4] [6] [7] [8] 1 Sosialisasi tentang gender, peran gender, dan kesetaraan gender Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang gender, peran gender, dan kesetaraan gender a. Meningkatnya pengetahuan tentang gender, peran gender, dan kesetaraan gender b. Disubstitusikannya peran gender dengan pihak lain - Perempuan, pendamping perempuan, tokoh masyarakat - Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Bandung satu hari 2. Program Peningkatan Kapasitas Keterampilan Perempuan No Kegiatan Tujuan Indikator Sasaran dan Pelaksana Waktu Pemerintah Kota Bandung dan swadaya perempuan Rencana Biaya [1] [2] [3] [4] [6] [7] [8] 2 1. Pelatihan diversifikasi produk 2. Pelatihan mencari pangsa pasar dan memahami selera pasar 3. Pelatihan motivasi 1. Meningkatkan keterampilan tentang diversifikasi produk, dan kualitas produk 2. Meningkatkan pengetahuan tentang pangsa pasar dan selera pasar atas produk rajutan 3. Meningkatkan motivasi perempuan a. Meningkatnya keterampilan diversifikasi produk dan kualitas produk b. Ditemukannya pangsa pasar dan meningkatnya pengetahuan tentang selera pasar atas produk rajut c. Meningkatnya motivasi dan rasa percaya diri perempuan untuk mengembangkan kapasitas -Perempuan - Dinas Koperasi UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung - Tiga hari -Sesuai jadwal pembinaan Dinas Koperasi, UKM dan Indag Pemerintah Kota Bandung dan swadaya perempuan

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.1 Kesimpulan Krisis ekonomi tahun 1998 memberikan dampak yang positif bagi kegiatan usaha rajutan di Binongjati. Pangsa pasar rajutan yang berorientasi ekspor menjadikan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE 77 STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE Alat yang digunakan untuk menganalisis permasalahan adalah analisis Pemberdayaan Longwe dengan menggunakan kelima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan BAB 3 ISU ISU STRATEGIS 1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN a. Urusan Perdagangan, menghadapi permasalahan : 1. Kurangnya pangsa pasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan terencana dari satu situasi ke situasi lainnya yang dinilai lebih baik. Pembangunan yang terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kawasan Cigondewah merupakan salah satu kawasan pemukiman, sekaligus dikenal sebagai kawasan industri tekstil sejak tahun 1990-an, yang tumbuh seiring

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu negara, terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Indonesia

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1

FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1 FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1 Abstrak: Strategi pemasaran sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada sangat diperlukan untuk memberikan kepuasan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENYUSUNAN KLASTER SENTRA INDUSTRI SHUTTLECOCK DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENYUSUNAN KLASTER SENTRA INDUSTRI SHUTTLECOCK DI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENYUSUNAN KLASTER SENTRA INDUSTRI SHUTTLECOCK DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memproduksi banyak ragam alas kaki. Tingkat produksi domestik diperkirakan mencapai lebih dari 135 juta pasang dengan jumlah pekerja manufaktur alas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dalam membangun perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesa.

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENJELASAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG RKA-KL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2016 DALAM RAPAT KERJA DENGAN KOMISI VI DPR-RI Yth.: TANGGAL, 1 SEPTEMBER

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung adalah salah satu perangkat daerah di lingkungan Pemerintah

Lebih terperinci

: Bachtiar Rifai NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Komsi Koranti, MM.

: Bachtiar Rifai NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Komsi Koranti, MM. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KECIL MENENGAH PADA USAHA MEBEL (Studi Kasus pada UD. Agung Mebel Desa Ciwalen Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat) Nama : Bachtiar Rifai NPM : 10208229 Jurusan : Manajemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Sentra industri rajutan Binong Jati merupakan sentra rajut terbesar di Kota Bandung yang terletak di Jl.Binong

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan I. Pendahuluan Dewasa ini harga bahan bakar minyak dunia cenderung

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pengembangan usaha mikro sangat relevan dan sejalan dengan arus pemikiran global yang sedang berkembang saat ini. Pembangunan berkelanjutan dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, juga akan membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang. Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai keunggulan-keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, juga akan membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang. Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai keunggulan-keunggulan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Industri kecil dan industri rumah tangga adalah bentuk perekonomian rakyat yang berskala kecil. Apabila dikembangkan selain akan mampu memecahkan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kecil dan menengah di berbagai negara termasuk di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. Hal ini karena kebanyakan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG Nama : Dwi Julianti Npm : 1221676 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Dra Peni Sawitri, MM LATAR BELAKANG MASALAH 1. Sektor

Lebih terperinci

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM memiliki peranan penting dalam laju perekonomian masyarakat yaitu membantu pemerintah dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dari UMKM banyak tercipta lapangan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO

IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO (Studi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto) JURNAL Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di desa Hambapraing, sehingga dapat bertahan sampai sekarang adalah, kekompakan kelompok, suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA Noneng Masitoh Irman Firmansyah Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Iindustri kerajinan bordir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMKM KOTA PEKALONGAN 2016 DAFTAR ISI Prakata Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL LAMPIRAN 77 78 LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL Tabel 1. Analisis ekonomi sampel 1 Jenis Produk Kuantitas Harga / potong Tahu 1. Mentah (4 kotak) 6600 potong Rp. 1000 2. Goreng Bahan (8 kotak) Baku Kuantitas 26400

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di Indonesia, Pelaku usaha semakin banyak jumlahnya dan produk yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling berlomba

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka Tjutju Tarliah *1), Dedeh Kurniasih 2) 1) Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Setiabudhi 193, Bandung, 40153, Indonesia 2) Sistem

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT 5.1 Gambaran Umum Program Pengembangan Masyarakat Program pengembangan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program yang tujuan utamanya untuk

Lebih terperinci

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 123 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data-data dan pembahasan pada bab sebelum ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Karakteristik dan Kondisi Industri Tenun

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan Menuju efektifitas kelompok usaha bersama berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM) memang tidak mudah namun juga

Lebih terperinci

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu: BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Hasil penelitian pada studi kasus dari iklan lowongan kerja Kompas periode Desember 2011 sampai dengan Desember 2012, diperkuat dengan wawancara, dan telah

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian Batas-Batas Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian Batas-Batas Kajian III. METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian 3.1.1. Batas-Batas Kajian Kajian pengembangan aktifitas usaha kecil ini adalah dengan memberdayakan kekuatan sumber daya lokal sebagai potensi dalam proses pengembangan

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDUHULUAN Latar Belakang BAB I PENDUHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah saat sekarang, daerah diberi kewenangan dan peluang yang luas untuk mengembangkan potensi ekonomi, sosial, politik dan budaya. Sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PERTANIAN KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah. Usaha kecil memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang berkeadilan dan sejahtera.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang banyak dikembangkan oleh pemerintah karena sektor industri banyak membantu pertumbuhan ekonomi negara. Pada saat ini, bukan hanya

Lebih terperinci

memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota, salah satunya yang dirintis oleh beberapa warga setempat. Produk Cibaduyut tak

memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota, salah satunya yang dirintis oleh beberapa warga setempat. Produk Cibaduyut tak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki perkembangan seperti kota Jakarta. Kelebihan kota Bandung dibandingkan dengan kota-kota lainnya

Lebih terperinci

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia 14 Desember 2015 PROGRAM PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis pada saat itu telah mengganggu seluruh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. a. Strategi penguatan kelembagaan dalam

Lebih terperinci

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI : 2.11. - KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM

BAB IV ANALISA SISTEM 71 BAB IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin meningkat, baik di pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin meningkat, baik di pasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin meningkat, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Dengan pasar yang semakin mengglobal dan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor perekonomian yang telah mendapat perhatian dari pemerintah pada saat ini adalah sektor perindustrian yang menitik beratkan pada pengembangan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

Model Inovasi Motif dan Produk Dalam Membangun Sentra Industri Batik Berbasis Kreativitas Pada Pengrajin Batik Gedhog di Kabupaten Tuban

Model Inovasi Motif dan Produk Dalam Membangun Sentra Industri Batik Berbasis Kreativitas Pada Pengrajin Batik Gedhog di Kabupaten Tuban Model Inovasi Motif dan Produk Dalam Membangun Sentra Industri Batik Berbasis Kreativitas Pada Pengrajin Batik Gedhog di Kabupaten Tuban Peneliti : Sumber Dana : DIPA Universitas Jember 2013. Abstrak Fokus

Lebih terperinci

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Kementerian Perindustrian pada Tahun Anggaran 2010 mendapat alokasi pagu definitif sebesar Rp.1.665.116.721.000. Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Pembangunan sektor industri tahun 2010 akan difokuskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting. Bukan hanya di Indonesia, kenyataannya bahwa posisi

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1. Metode dan Strategi Kajian Metode kajian adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus instrumental, yaitu studi yang memperlakukan kasus sebagai instrumen untuk masalah tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini sangat pesat, dari perspektif dunia, bisa disebutkan bahwa usaha kecil, dan menengah memiliki peranan yang sangat besar

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH Melalui Kegiatan: FASILITASI STANDARISASI PRODUK INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI, ELEKTRONIKA TELEMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL KELURAHAN BINONG

BAB IV PETA SOSIAL KELURAHAN BINONG BAB IV PETA SOSIAL KELURAHAN BINONG 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Binong Kelurahan Binong merupakan salah satu kelurahan dari 151 kelurahan yang terdapat di Kota Bandung, termasuk ke dalam Kecamatan Batununggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan telah ada sejak lama. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, terutama bagi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LAMPIRAN I PERATURAN STRUKTUR ORGANISASI DAERAH STAF AHLI 1. STAF AHLI HUKUM, POLITIK DAN PEMERINTAHAN 2. STAF AHLI EKONOMI, DAN PEMBANGUNAN 3. STAF AHLI KEMASYARAKATAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA SEKRETARIS

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET DENAH LOKASI PEMBUATAN TEMPE Jalan Besar Belok kiri Jalan Lurus Lokasi Pembuatan Tempe Bagian Sebelah Kiri Lokasi LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE Tempat Limbah Mengalir PROSES SINGKAT

Lebih terperinci

Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah

Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah Laris manis perkembangan bisnis handphone di Indonesia ternyata tidak hanya memberikan keuntungan besar bagi para produsen maupun distributor produk

Lebih terperinci

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang. II. KERANGKA KAJIAN 2.1 Usaha Mikro dan Usaha Kecil Usaha Mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI SARANA HASIL PRODUKSI IKM KERAJINAN INDUSTRI ANEKA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI SARANA HASIL PRODUKSI IKM KERAJINAN INDUSTRI ANEKA KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI SARANA HASIL PRODUKSI IKM KERAJINAN INDUSTRI ANEKA Melalui Kegiatan: GELAR PRODUK DAN AKSES PRODUK SERTA BAHAN BAKU TINGKAT REGIONAL DAN NASIONAL IATEA DINAS PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1. Kuesioner kajian. STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu 2 Dengan batasan tersebut diharapkan peranan pemerintah maupun masyarakat perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa Indonesia, pemerintah terus melakukan upaya percepatan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Industri kuliner memiliki fungsi penting dalam pembangunan ekonomi terutama bagi perempuan di pedesaan. Studi dari Desa Ngawu menunjukkan bahwa usaha ini

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM merupakan sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci