Konstruksi Bangunan Tradisional Sunda Ramah Bencana
|
|
- Hadian Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Konstruksi Bangunan Tradisional Sunda Ramah Bencana Nuryanto, Johar Maknun, Tjahyani Busono Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI Abstrak Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Masyarakat suatu daerah memiliki kearifan lokal dalam menghadapi bencana. Pengetahuan tersebut banyak tersimpan didalam suatu masyarakat lokal yang diterapkan terhadap lingkungan binaannya, seperti bangunan (rumah tinggal). Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan konstruksi bangunan tradisional sunda ramah bencana. Metode penelitian yang digunakan adalah metode evaluasi, yaitu dengan cara membandingkan antara konstruksi bangunan tradisional sunda dengan standar konstruksi bangunan ramah bencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi bangunan tradisional sunda telah memenuhi persyaratan sebagai bangunan yang ramah bencana. Hal ini didukung oleh bukti bahwa pada saat terjadi gempa bumi tahun 2009, tidak ada bangunan tradisional sunda yang runtuh akibat gempa bumi tersebut. Kata kunci: Konstruksi, bangunan tradisional sunda, ramah bencana Pendahuluan Wilayah Indonesia terletak pada tiga lempeng tektonik di dunia yaitu: lempeng Australia di selatan, lempeng Euro-Asia di barat dan lempeng Samudra Pasifik di timur yang dapat menunjang terjadinya sejumlah bencana. Berdasarkan posisi tersebut, hampir seluruh wilayah Indonesia rawan terhadap terjadinya bencana, kecuali daerah kalimantan yang relatif stabil. Salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa bumi. Gempa bumi akan berdampak pada bangunan. Jika bangunan terletak langsung di atas sumber gempa, akan dapat merusak permukaan tanah dan bangunan. lereng tidak stabil dan timbunan tanah yang tidak kuat dapat menyebabkan kegagalan pondasi dan kerusakan atau keruntuhan gedung. Ketika gerakan tanah cukup kuat, bangunan pun bergerak. Gempa bumi bergerak tapi gaya inersia mencoba untuk menjaga lantai atas dari bangunan di posisi asli bangunan. Dalam keadaan statis, sebuah bangunan hanya memikul beban gravitasi yaitu beratnya sendiri dan beban hidup (jika ada). Bila tanah bergetar, bangunan ini memiliki pengaruh dari getaran itu yang diteruskan keatas melalui pondasinya. Bila sangat kaku, bangunan itu mengikuti sepenuhnya gerakan dari prmukaan tanah. Percepatan permukaan gempa bumi setempat adalah yang langsung memepengaruhi konstruksi bangunan dan mengakibatkan gaya horisontal maksimum pada konstruksi bangunan tersebut dan besarnya adalah sama dengan massanya dikalikan dengan percepatan permukaan tanah (Canadian Wood Council, 2003). Sebagai upaya untuk meminimalisasi dampak bencana gempa bumi pemerintah telah menetapkan SNI Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. Beberapa batasan perencanaan konstruksi bangunan tahan gempa adalah sebagai berikut: a. Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris dan tidak terlalu panjang. b. Konstruksi atap harus menggunakan bahan yang ringan dan sederhana c. Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan merata kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm. 1
2 d. Pondasi setempat perlu diikat kuat satu sama lain dengan memakai balok pondasi. Kesadaran akan pentingnya Pengurangan Resiko Bencana (PRB) khususnya di masyarakat Jawa Barat semakin baik, hal tersebut terlihat dengan banyaknya simulasisimulasi tanggap darurat di daerah-daerah bencana. Dukungan fasilitas yang disediakan pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), seperti posko darurat bencana, sistem early warning sudah cukup memadai dalam membantu masyarakat. Tetapi kesadaran tersebut tidak diikuti oleh pentingnya pemahaman bagaimana cara membuat struktur dan konstruksi bangunan yang dapat mengurangi resiko bencana melalui pembelajaran arsitektur lokalnya. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang dikembangkan didalam suatu masyarakat, yang didapatkan melalui proses trial and error terhadap lingkungan fisiknya, seperti terhadap gempa, banjir, dan lain-lain. Pengetahuan tersebut banyak tersimpan didalam suatu masyarakat lokal yang diterapkan terhadap lingkungan binaannya, seperti bangunan (rumah tinggal). Metode Penelitian bertujuan melakukan analisis konstruksi bangunan tradisional sunda dalam menghadai bencana gempa bumi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-evaluatif. Proses penelitian dilakukan dengan melakukan iventori terhadap elemen konstruksi bangunan dan membandingkan dengan persyaratan konstruksi bangunan sederhana tahan gempa. Hasil dan Pembahasan Arsitektur bangunan tradisional Sunda yang paling khas adalah imah panggung, yaitu rumah yang memiliki kolong di bawah lantai sekira cm. Panggung berasal dari kata pang dan agung artinya yang diletakkan paling tinggi atau tertinggi. Dalam pandangan Orang Sunda, rumah merupakan lambang wanita, karena seluruh aktivitas di dalamnya dilakukan oleh wanita. Panggung merupakan bentuk yang paling penting bagi masyarakat Sunda, dengan suhunan panjang dan jure. Bentuk panggung yang mendominasi sistem bangunan di Tatar Sunda mempunyai fungsi teknik dan simbolik. Secara teknik rumah panggung memiliki tiga fungsi, yaitu: tidak mengganggu bidang resapan air, kolong sebagai media pengkondisian ruang dengan mengalirnya udara secara silang baik untuk kehangatan dan kesejukan, serta kolong juga dipakai untuk menyimpan persediaan kayu bakar (Adimihardja, 2008). Fungsi secara simbolik didasarkan pada kepercayaan Orang Sunda, bahwa dunia terbagi tiga: ambu handap, ambu luhur, dan tengah. Tengah merupakan pusat alam semesta dan manusia menempatkan diri sebagai pusat alam semesta, karena itulah tempat tinggal manusia harus terletak di tengah-tengah, tidak ke ambu handap (dunia bawah/bumi) dan ambu luhur (dunia atas/langit). Dengan demikian, rumah harus memakai tiang yang berfungsi sebagai pemisah rumah secara keseluruhan dengan dunia bawah dan atas. Tiang rumah juga tidak boleh terletak langsung di atas tanah, oleh karena itu harus di beri alas yang berfungsi memisahkannya dari tanah yaitu berupa batu yang disebut umpak (Adimihardja, 2008). Struktur dan konstruksi rumah panggung Masyarakat Sunda terlihat ringan dan sederhana, karena bahan-bahan yang dipakai seluruhnya berasal dari alam sekitar dan dibuat sendiri (Gambar 1). Hal tersebut dapat dilihat pada pondasi dari batu belah yang langsung diambil dari sungai, bukit, atau gunung; dinding terbuat dari bilik bambu yang dianyam atau papan kayu; lantai dari talupuh atau palupuh, yaitu bambu yang dirajang (belah-belah) atau dari papan; atap rangkanya dari bambu campur kayu serta penutupnya dari hateup kiray (nipah) dan injuk (ijuk). Walaupun terlihat ringan dan sederhana, tetapi tetap kuat dan kokoh. Hal tersebut terbukti dari beberapa peristiwa gempa bumi yang pernah dan sering menimpa Tatar Sunda, tetapi rumah-rumah tersebut tetap berdiri kokoh. Kondisi ini dapat dilihat pada 2
3 Kampung Baduy, Naga, Kasepuhan Ciptagelar, dan Dukuh, rumah-rumahnya kokoh, tidak ada yang roboh. Gambar 1: Struktur dan konstruksi imah panggung Masyarakat Sunda (Nuryanto, 2015) Berdasarkan material bangunan, bangunan tradisional sunda telah memenuhi salah satu persyaratan bangunan tahan gempa, yaitu terbuat dari material yang ringan, yaitu terdiri dari kayu dan bambu. Keunggulan kayu sebagai material bangunan diungkapkan oleh Brostow dkk (2010) bahwa kayu terdiri dari dua bagian, bagian tengah dapat melawan kompresi dan bagian luar dapat melawan tension (Gambar 2). Kayu yang memiliki kadar air rendah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melawan kompresi. Sel kayu dapat meneruskan tekanan kompresi. Kayu merupakan bahan struktur yang mendukung pengembangan green arsitektur. Gambar 2. Tree trunk regions in compression and tension (Brostow dkk, 2010) Bahan lain yang banyak digunakan pada bangunan tradisional sunda adalah bambu. Menurut Sharma dkk (2015) bambu memiliki banyak keunggulan sebagai bahan konstruksi yaitu merupakan bahan yang cepat terbarukan dan memiliki sifat mekanik seperti kayu. Serat 3
4 bambu bervariasi sehingga dapat dugunakan untuk bahan interior maupun eksterior bangunan. Selanjutnya Tomas (2014) menyatakan bambu merupakan sumber daya yang sangat fleksibel dan banyak tersedia perlu diadopsi sebagai bahan rekayasa untuk pembangunan rumah dan bangunan lainnya. Secara umum, sistem kekuatan pada rumah panggung Masyarakat Sunda menggunakan ikatan, sambungan pupurus, dan paseuk (pasak). Pada rangka lantai, dinding, dan kuda-kuda, balok-balok yang dipasang dan disambung, baik secara vertikal maupun horisontal menggunakan sambungan pupurus (pen dan lubang), sedangkan hubungannya menggunakan ikatan dengan tali ijuk atau rotan serta pasak kayu. Tidak ada paku, mur, dan baut, karena dilarang oleh adat dan bertentangan dengan aturan leluhur mereka (tabu). Menurut Felix (1999) sambungan pasak memiliki tingkat efisiensi 60% dan lebih baik dibandingkan dengan sambungan baut yang memiliki tingkat efisiensi 30%, maupun sambungan paku yang memilki tingkat efisiensi 50%. Struktur dan konstruksi memiliki kaitan erat, karena salah satu tidak ada, maka bangunan tidak dapat diberdirikan; euweuh rarangka teu bisa ngarangka, euweuh ngarangka wangunan teu bisa ngadeg, artinya tidak ada kerangka maka rumah tidak dapat didirikan (dibangun). Pembagian struktur dan konstruksi rumah Masyarakat Sunda didasarkan pada bentuk panggung, mereka membaginya ke dalam dua jenis: handap dan luhur. Handap merupakan struktur yang terletak di bawah lantai rumah terdiri dari lelemahan/lemah (tanah dasar), dan umpak/tatapakan (pondasi). Luhur merupakan struktur yang terletak di atas lantai rumah seperti pangadeg/adeg (dinding), lalangit/palapon (langit-langit), dan rarangka (kuda-kuda). Struktur merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari konstruksi, karena fungsinya saling mendukung sebagai kekuatan bangunan. Di atas permukaan tanah didirikan umpak, yaitu pondasi dari batu dengan teknik pemasangan yang telah ditentukan (lihat Gambar 3). Warga mengenal tiga jenis umpak: buleud, lisung dan balok. Buleud adalah umpak dengan bentuk bulat, lisung berbentuk trapesium sedangkan balok menyerupai kubus. Secara umum, mereka menggunakan umpak bulat. Menurut warga, umpak dapat dipasang dengan dua cara: dina luhur taneuh, yaitu di atas permukaan tanah dan dina jero taneuh, artinya di kubur sebagian di dalam tanah. Pada umumnya, mereka memasang umpak dengan cara dikubur sebagian di dalam tanah. Berdasarkan hasil analisis terhadap persyaratan bangunan tahan gempa, pondasi yang digunakan pada bangunan tradisional sunda sudah memenuhi persyaratan. Mereka menggunakan pondasi setempat yang satu sama lain sudah terikat. Gambar 3: Struktur handap yang terdiri dari lelemahan dan pondasi umpak Sumber: Nuryanto, Struktur luhur dibedakan ke dalam dua bagian: pangadeg, lalangit, dan rarangka. Struktur pangadeg merupakan kerangka rumah yang di susun berdasarkan dua komponen: dinding dan lantai. Struktur dinding disusun berdasarkan tiga komponen utama: tihang 4
5 pangadeg/tihang adeg, pananggeuy dan tihang nu ngabagi. Dinding terbuat dari bilik bambu yang dianyam dengan sistem kepang, dan dinding papan dengan sistem susun sirih (lihat Gambar 4). Konstruksi pananggeuy dan tihang adeg menggunakan teknik sambungan pupurus (penlubang) dan bibir miring berkait diperkuat dengan paku, pasak dan tali, demikian juga pada sunduk awi. Pada struktur lantai, masyarakat tradisional Sunda mengenal tiga jenis lantai, yaitu: talupuh, papan dan bilik. Talupuh atau palupuh merupakan lantai yang terbuat dari bambu yang dirajam dengan ukuran tertentu sesuai kebutuhan. Bambu yang dipakai biasanya dari jenis gombong atau wulung berdiameter ± cm, dan tebal ± mm, sehingg pada saat dibelah dan dirajam lebarnya bisa mencapai ± 30 cm. Menurut mereka, lantai talupuh memiliki beberapa keuntungan, di antaranya: mudah dalam cara pembuatan dan pemasangan, ringan, murah dan terlihat lebih indah. Gambar 4: Lantai talupuh dan lantai papan pada imah panggung Sumber: Nuryanto, Struktur lalangit dan rarangka merupakan struktur suhunan merupakan rangka atap yang di susun berdasarkan dua komponen: kuda-kuda dan langit-langit (lihat Gambar 5). Kuda-kuda terdiri dari dua komponen, yaitu: nu mikul dan nu dipikul. Nu mikul merupakan kerangka kuda-kuda utama, sedangkan nu dipikul sebagai kerangka pendukung. Seluruh struktur suhunan menggunakan kudakuda dari kayu dan bambu dengan bentuk kuda-kuda segi tiga. Pada sruktur nu mikul, warga menggunakan makelar adeg (10x15 cm) diletakkan tegak lurus di atas pamikul. Pamikul (8x15 cm) dipasang horisontal yang menghubungkan antar makelar adeg. Di kanan dan kiri makelar adeg dipasang jure suhunan dengan kemiringan ± Jure suhunan (8x15 cm) menghubungkan balok pamikul yang terletak di bawahnya dengan makelar adeg pada ujung atasnya. Di atas makelar adeg, sebagian warga memasang nok (5x10 cm) secara horisontal. Untuk memperkuat posisi jure suhunan, dipasang sokong (8x12 cm) di kiri dan kanan makelar adeg. Pada struktur nu dipikul, terdapat gordeng atau gording (6x12 cm) yang diletakkan di atas jure suhunan secara horisontal sesuai ukuran bentang kuda-kuda. Pada sebagian atap, ada juga yang tidak memakai gordeng. Di atas gordeng, warga memasang layeus atau kaso (5x7 cm) secara vertikal searah jure suhunan. Layeus menghubungkan pamikul yang ada di bawah dengan nok di atasnya. Di atas layeus, ereng atau reng (2x3 cm) diletakkan sejajar dengan balok jure suhunan mulai dari bawah hingga ke atas. Pada umumnya, digunakan layeus dan ereng dari bambu. Untuk memperkuat posisi jure suhunan, warga juga memasang sisiku siku-siku (5x5 cm) di bawahnya dengan kemiringan tertentu. Sebagian warga tidak menggunakan gapit, lesplang, pangeureut, panglari, nunjang, ikatan angin dan balok kunci, karena menghemat bahan. Setelah kerangkanya selesai, maka penutup atap dapat dipasang. Pemasangan penutup atap dari hateup lebih mudah dibandingkan injuk, karena konstruksinya tidak terlalu rumit. Pada konstruksi hateup, ereng tidak diperlukan lagi karena penutup atap tersebut telah distel terlebih dahulu sesuai jarak layeus ± cm. Teknik sambungan kayu yang dipakai pada umumnya jenis bibir lurus-berkait, miring-berkait dan pen-lubang serta 5
6 diperkuat dengan teknik ikatan tali ijuk dan rotan. Teknik sambungan dan ikatan memerlukan pemikiran dan perhatian yang besar, karena apabila salah akan fatal akibatnya. A. Balok pangeureut G. Balok nok suhunan M. Langit-langit B. Balok sokong H. Balok jure suhunan N. Tihang pangadeg C. Balok gordeng I. Balok makelar adeg O Balok pananggeuy D. Balok pamikul J. Layeus/kaso-kaso P. Bilik bambu E. Balok panglari K. Balok sokong Q. Papan lesplang F. Balok nunjang L Ereng/reng R. Tihang nu ngabagi Gambar 5: Struktur luhur yang terdiri dari pangadeg dari bilik dan papan Sumber: Nuryanto, Pada struktur suhunan atau atap imah panggung masyarakat tradisional Sunda, seperti di Baduy Kajeroan, Kasepuhan Ciptagelar, Kampung Naga, dan Dukuh pantang menggunakan penutup atap dari genteng (tanah), karena dilarang oleh adat leluhur, mereka menyebutnya teu wasa atau teu wani. Dalam sistem kosmologi mereka, menggunakan atap genteng sama artinya mengubur diri hidup-hidup, karena hanya orang mati yang pantas di kubur; jelema hirup keneh kunaon kudu di ruang, artinya orang hidup kenapa harus di kubur. Di samping itu, menggunakan atap dari tanah sama artinya berzinah dengan ibu, karena menurut mereka tanah artinya bumi yang memiliki makna ka indung; manusa hirup tina saripatina taneuh, artinya manusia hidup dari saripatinya (inti) tanah. Taneuh atau tanah juga memiliki makna kematian. Bagi mereka yang berani menggunakan atap dari genteng akan kabendon (mendapat murka) dari leluhur, seperti: sakit, sial, dan susah hidupnya. Hal ini juga berlaku bagi jenis material lain, selain genteng, seperti: asbes, seng, dan sejenisnya yang bersumber dari saripati tanah, semuanya dilarang karena bertentangan dengan aturan adat leluhur. Struktur atap bangunan tradisional sunda menggunakan material yang ringan, hal ini sejalan dengan ketentuan konstruksi bangunan tahan gempa. Sebagai contoh rumah adat di Cikondang yang terletak di RT 003 RW 03 kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, masih berdiri 6
7 kokoh, kendati daerah tersebut terkena dampak gempa berkekuatan 7,3 SR yang terjadi Rabu 2 September Kearifan lokal mencuat dari bangunan berwarna coklat sederhana itu, seakan menjawab tantangan, tak goyah diterjang gempa (Pikiran Rakyat, 7 September 2009). Tak seperti ratusan rumah di sekitarnya yang retak hingga ambruk akibat gempa, rumah berukuran 12 x 8 meter tersebut, berdiri tegak seperti biasa. Nyaris tak ada yang berubah. Atapnya beralaskan ijuk, dengan dinding gedeg. Tak ada kerusakan, selain faktor usia bangunan dan minimnya perawatan, yang telihat pada 5 jendela yang menghiasi dinding, dan satu pintunya. Begitu pula pada 9 saregseg yang berdiri kokoh pada setiap jendela. Keistimewaan rumah panggung memang anti gempa. Kalau orang dulu itu kan tidak mewah, jadi waktu itu ada pantangan, jangan membuat rumah dari batu, karena berbahaya kalau ada gempa. Penggunaan genting juga dinilai tabu oleh Genting kan terbuat dari tanah. Kalau orang dulu punya pemikiran, masih hidup kok dikubur di bawah tanah. Gambar 6 Berbagai tipologi rumah vernakular di Jawa Barat bagian Selatan (Triyadi & Harapan, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan Triyadi dan Harapan (2008) menunjukan bahwa Bangunan vernakular di Jawa Barat bagian Selatan (Gambar 6), merupakan salah satu contoh yang sudah teruji dari gempa yang melanda daerah tersebut. Bangunan tersebut mampu bertahan, sedangkan bangunan lainnya (non vernakular) banyak yang roboh. Hal ini merupakan bukti bahwa adanya suatu sistem indigenous knowledge masyarakat Jawa Barat yang diterapkan terhadap bangunan tersebut. Indigenous knowledge seperti ini merupakan kekayaan pengetahuan bangsa Indonesia yang perlu diketahui dan dicari melalui kajian lapangan serta wawancara dengan masyarakat, sehingga terkumpul data indigenous knowledge yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara umum, khususnya untuk masyakat di daerah tersebut. Penutup Sistem kekuatan pada rumah panggung Masyarakat Sunda menggunakan ikatan, sambungan pupurus, dan paseuk (pasak). Pada rangka lantai, dinding, dan kuda-kuda, balokbalok yang dipasang dan disambung, baik secara vertikal maupun horisontal menggunakan sambungan pupurus (pen dan lubang), sedangkan hubungannya menggunakan ikatan dengan 7
8 tali ijuk atau rotan serta pasak kayu. Tidak ada paku, mur, dan baut, karena dilarang oleh adat dan bertentangan dengan aturan leluhur mereka (tabu). Hampir di setiap bangunan rumah panggung adat Sunda sangat jarang ditemukan paku besi maupun alat bangunan modern lainnya. Untuk penguat antar tiang digunakan paseuk (dari bambu) atau tali dari ijuk ataupun sabut kelapa, sedangkan bagian atap sebagai penutup rumah menggunakan ijuk, daun kelapa, atau daun rumbia, karena rumah adat Sunda sangat jarang menggunakan genting. Hal menarik lainnya adalah mengenai material yang digunakan oleh rumah itu sendiri. Pemakaian material bilik yang tipis dan lantai panggung dari papan kayu atau palupuh tentu tidak mungkin dipakai untuk tempat perlindungan di komunitas dengan peradaban barbar. Rumah untuk komunitas orang Sunda bukan sebagai benteng perlindungan dari musuh manusia, tapi semata dari alam berupa hujan, angin, terik matahari dan binatang. Pustaka Adimihardja, Kusnaka dan Purnama Salura (2004). Arsitektur dalam Bingkai Kebudayaan. Cetakan Pertama. Bandung: CV. Architecture&Communication, Forish Publishing. Adimihardja, K. (2008). Dinamika Budaya Lokal. Bandung: Pusat Kajian LBPB. Brostow, W., Datashvili, T., and Miller, H. (2010). Wood and Wood Derived Materials. Journal of Materials Education Vol. 32 (3-4): Canadian Wood Council. (2003). wood frame construction - meeting the challenges of Earthquakes, building performance series No.5. Canada; CWC. Dep. PU. (2002). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung: SNI Bandung: Puslitbangkim PU. Felix. (1999). Konstruksi Kayu. Bandung: CV Trimitra Mandiri. Frick, Heinz & Hesti M, Tri, (2006). Pedoman Bangunan Tahan Gempa. Yogyakarta: Kanisius. Frick, Heinz & Purwanto, LMF, (2002). Sistem Bentuk Struktur Bangunan. Yogyakarta: Kanisius. Nuryanto (2006): Kontinuitas dan Perubahan Pola Kampung dan Rumah Tinggal dari Kasepuhan Ciptarasa ke Ciptagelar, di Kab. Sukabumi (selatan), Jawa Barat. Tesis Riset Magister Arsitektur, Program Studi Arsitektur SAPPK-ITB, Bandung (tidak untuk diterbitkan); Nuryanto (2015): Arsitektur Nusantara, Seri Arsitektur Tradisional Sunda: Arsitektur Tradisional Sunda dalam Bingkai Arsitektur Nusantara: Pengantar Arsitektur Kampung dan Rumah Panggung. Buku Ajar Arsitektur Nusantara Program Studi Teknik Arsitektur, Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada. Pikiran Rakyat. 7 September Sharma, B., Gatoo, A., Bock, M., dan Remage, M. (2015). Engineered bamboo for structural applications. Construction and Building Materials 81 (2015) Thomas and Ganiron. (2014). Investigation on the Physical Properties and Use of Lumampao Bamboo Species as Wood Construction Material. International Journal of Advanced Science and Technology Vol.72 (2014), pp Triyadi, S dan Harapan, A. (2008). Kearifan Lokal Rumah Vernakular Di Jawa Barat Bagian Selatan dalam Merespon Gempa. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2, Mei
TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL TEKNIK MEMBACA GAMBAR BANGUNAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR 2015
TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL TEKNIK MEMBACA GAMBAR BANGUNAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR 2015 A. PENGANTAR UMUM PENJELASAN ISTILAH-ISTILAH PENTING TENTANG CARA MEMBACA GAMBAR BANGUNAN: 1. CARA ARTINYA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASISKAN LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA
PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASISKAN LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA Oleh: Nuryanto; Riskha Mardiana; Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciPRESENTASI ARCHEVENT 2014 TEMA: SEJARAH DAN ARSITEKTUR KOTA DALAM MEMBANGUN KARAKTER KOTA BERBASIS LOKALITAS
PRESENTASI ARCHEVENT 2014 TEMA: SEJARAH DAN ARSITEKTUR KOTA DALAM MEMBANGUN KARAKTER KOTA BERBASIS LOKALITAS JUDUL MAKALAH: PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG,
Lebih terperinciKEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA
KEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA Sugeng Triyadi 1 dan Andi Harapan 2 ABSTRACT Indigeneous knowledge is a knowledge in comunities which has been developed
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
Lebih terperinciBAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI Sistem struktur dan konstruksi Rumah Gadang memiliki keunikan, dimulai dari atapnya yang rumit hingga pondasinya yang sederhana tetapi memiliki peran yang sangat penting bagi
Lebih terperinciA. GAMBAR ARSITEKTUR.
A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil
Lebih terperinciKONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung
MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah
Lebih terperinciSambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu
Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran
Lebih terperinciBAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL
9 BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL 2.1 Pengertian Arsitektur Tradisional Arsitektur berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani: yaitu arkhe dan tektoon. Arkhe berarti yang asli, awal, utama,
Lebih terperinciRumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.
Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Konsep rumah tahan gempa, dari analisa data Kementrian Ristek Indonesia: Negara Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa, karena negara
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR
Teknologi PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR 1 PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGURANGI TINGKAT RESIKO KORBAN JIWA DI DALAM BANGUNAN Latar Belakang : Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB 3 METODE ANALISIS
BAB 3 METODE ANALISIS Perkembangan teknologi membawa perubahan yang baik dan benar terhadap kemajuan di bidang konstruksi dan pembangunan infrastruktur. Perkebangan ini sangat membantu alam dan ekosistemnya
Lebih terperinciKELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA Tri Hartanto Abstrak Pengetahuan tentang sistim struktur dan konstruksi, dan teknologi bahan sangat erat sekali
Lebih terperinciKONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap
KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap Gambar 12.1 Rencana Atap Rumah Tinggal 12.2 Menggambar Ditail Potongan Kuda-kuda dan Setengah Kuda- Kuda Gambar 12.2 Potongan Kuda-kuda dan
Lebih terperinci3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan
3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan talang. a. Gording Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak
Lebih terperinci1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan
1- PENDAHULUAN Baja Sebagai Bahan Bangunan Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha mencari bahan yang tepat untuk membangun tempat tinggalnya, jembatan untuk menyeberangi sungai dan membuat peralatan-peralatan
Lebih terperinciKonsep Sains dan Teknologi pada Masyarakat Tradisional di Provinsi Jawa Barat, Indonesia
MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, 2(2) September 2017 JOHAR MAKNUN Konsep Sains dan Teknologi pada Masyarakat Tradisional di Provinsi Jawa Barat, Indonesia ABSTRAKSI: Nilai-nilai
Lebih terperinciBAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM
BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong
Lebih terperinciADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA
M.I. Ririk Winandari, Adaptasi Teknologi di Rumah Adat Sumba 109 ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari* Jurusan Arsitektur - Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta
Lebih terperinci3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian
3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 7 3.2. Data Yang Diperlukan Untuk kelancaran penelitian maka diperlukan beberapa data yang digunakan sebagai sarana
Lebih terperinciDINDING DINDING BATU BUATAN
DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan
Lebih terperinciKELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI
KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA Margeritha Agustina Morib 1) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail : margerithaagustina@yahoo.co.id
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :
PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu
Lebih terperinciKEGIATAN BELAJAR I MEMBUAT KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU
KEGIATAN BELAJAR I MEMBUAT KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU A. LEMBAR INFORMASI Bahan untuk kuda-kuda kayu ini harus dipilih dari kayu yang baik dan ukurannya mencukupi dengan ukuran yang dibutuhkan. Untuk kudakuda
Lebih terperinciDATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT
DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara
Lebih terperinciSELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH
SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 07 Judul Modul TEKNIK PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK
VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Gempa bumi yang melanda Sumatera Barat, 6
Lebih terperinci1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA
STRUKTUR MASSA 1.1. PENDAHULUAN Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat
Lebih terperinciKOMPARASI PENGGUNAAN KAYU DAN BAJA RINGAN SEBAGAI KONSTRUKSI RANGKA ATAP
KOMPARASI PENGGUNAAN KAYU DAN BAJA RINGAN SEBAGAI KONSTRUKSI RANGKA ATAP IRIANTO Staff Pengajar Universitas Yapis Papua ABSTRAK Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai kemajuan telah berhasil
Lebih terperinciRumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu:
Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu: 1. Joglo (atap joglo) 2. Limasan (atap limas) 3. Kampung (atap pelana)
Lebih terperinciGambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi
KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH TAHAN GEMPA Oleh: Drs. Rijal Abdullah, MT.*) A. Pendahuluan Berdasarkan berbagai catatan tentang peristiwa gempa bumi ini, dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada wilayah di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu sesuatu hal yang berada di luar kontrol manusia, oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan.. Catatan Dosen Pembimbing... Halaman Pernyataan Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Gambar... Daftar Tabel... Ucapan Terima Kasih... Abstrak Desain Premis... i ii Iii iv v
Lebih terperinciRING BALK. Pondasi. 2. Sloof
RING BALK Ring balk adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak diatas dinding bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk meratakan beban dari struktur yang
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK
VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL Dr. Abdul Hakam 1, Oscar Fithrah Nur 2, Rido 3 ABSTRAK Gempa bumi yang
Lebih terperinciSTRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO
STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan sistem-sistem lempengan kerak bumi sehingga rawan terjadi gempa. Sebagian gempa tersebut terjadi
Lebih terperinciPengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :
Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya
Lebih terperinciSTUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP
STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP 3105 100 080 Dosen Pembimbing : Endah Wahyuni, ST.MSc.PhD Ir. Isdarmanu MSc JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas
Lebih terperinciBab 5 Kesimpulan dan Saran
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Desain konstruksi yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini membuktikan bahwa anggaran yang besar tidak diperlukan untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa.
Lebih terperinciKONSTRUKSI RANGKA ATAP
KONSTRUKSI RANGKA ATAP 2. URAIAN MATERI ATAP Atap merupakan bagian dari bangunan gedung ( rumah ) yang letaknya berada dibagian paling atas, sehingga untuk perencanaannya atap ini haruslah diperhitungkan
Lebih terperinciKAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI
KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Strata-1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB VI KONSTRUKSI KOLOM
BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
Lebih terperinciBAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )
BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang
Lebih terperinciRANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung
RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983 Kombinasi Pembebanan Pembebanan Tetap Pembebanan Sementara Pembebanan Khusus dengan, M H A G K = Beban Mati, DL (Dead Load) = Beban Hidup, LL
Lebih terperinciRumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.
Rumah Tahan Gempa (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa
Lebih terperinciMetode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >
Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya berbagai teknik membangun, konstruksi dan bahan yang baru dan beraneka ragam, dengan spesifikasi
Lebih terperinciStruktur dan Konstruksi II
Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran
LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung
Lebih terperinciBab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa bumi di Indonesia, perencanaan pengawasan pelaksanaan dan mutu rendah, kerusakan bangunan sederhana secara umum
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai kejadian gempa dalam
Lebih terperinciBAB XI KUDA-KUDA DAN ATAP
A. Kuda-Kuda BAB XI KUDA-KUDA DAN ATAP 1. Pendahuluan Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat
Lebih terperinciPENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)
PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S) Astuti Masdar 1, Zufrimar 3, Noviarti 2 dan Desi Putri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, STT-Payakumbuh, Jl.Khatib
Lebih terperinciEBOOK PROPERTI POPULER
EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu
Lebih terperinciRumah Tahan Gempabumi Tradisional Kenali
Rumah Tahan Gempabumi Tradisional Kenali Kearifan lokal masyarakat Lampung Barat terhadap bencana khususnya gempabumi yang sering melanda wilayah ini sudah banyak ditinggalkan. Kearifan lokal tersebut
Lebih terperinciKOMPARASI PENGGUNAAN KAYU DAN BAJA RINGAN SEBAGAI KONSTRUKSI RANGKA ATAP
KOMPARASI PENGGUNAAN KAYU DAN BAJA RINGAN SEBAGAI KONSTRUKSI RANGKA ATAP Yervi Hesna 1, Elim Hasan 1, Harri Novriadi 2 1 Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas 2 Asisten
Lebih terperinciDAMPAK PELATIHAN KONSTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA TERHADAP PERBAIKAN KINERJA BURUH BANGUNAN
DAMPAK PELATIHAN KONSTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA TERHADAP PERBAIKAN KINERJA BURUH BANGUNAN Nanang Dalil Herman 1, Dewi Yustiarini 2, Johar Maknun 3, Tjahyani Busono 4 Abstrak: Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan
PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan dan atau unsur bangunan, termasuk segala unsur tambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang konstruksi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan prasarana yang diperlukan dalam mempertahankan dan mengembangkan peradaban manusia. Di era globalisasi
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)
1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan
Lebih terperinciKEARIFAN LOKAL DAN MITIGASI BENCANA PADA RUMAH TRADISIONAL BESEMAH, PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN Oleh : M. ALI HUSIN
KEARIFAN LOKAL DAN MITIGASI BENCANA PADA RUMAH TRADISIONAL BESEMAH, PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN Oleh : M. ALI HUSIN 250120140028 A. PENDAHULUAN Nusantara sejak lama ditinggali oleh masyarakat adat dari
Lebih terperinciPENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN. 1. Perbedaan suhu yang horisontal akan menimbulkan tekanan.
PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN DEFINISI Angin adalah udara yang bergerak karena bagian-bagian udara didorong dari daerah bertekanan tinggi (suhu dingin) ke daerah yang bertekanan rendah (suhu panas). Perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus menerus mengalami peningkatan, kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah
Lebih terperinciBAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering mengalami gempa bumi dikarenakan letak geografisnya. Dalam segi
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangunan bangunan tinggi sangat berkembang di Indonesia, hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan ruang yang meningkat pesat sedangkan lahan yang tersedia semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat sering terkena bencana gempa bumi. Hal tersebut salah satunya dikarenakan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan
Lebih terperinciTKS 4406 Material Technology I
TKS 4406 Material Technology I Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya UMUM Atap adalah bagian bangunan yang mempunyai fungsi ganda
Lebih terperinci1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip
Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.
Lebih terperinciSistem Struktur Rumah Adat Barat Rattenggaro
TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Sistem Struktur Rumah Adat Barat Rattenggaro Cindy F. Tanrim, Mellisa Stefani Y, Cynthia K, Wenny Stefanie, Jessica Wijaya L Sejarah dan Teori Arsitektur/kota, Prodi Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi suatu bangunan, aksi gaya
Lebih terperinciPETA KEDUDUKAN MODUL
KATA PENGANTAR Modul dengan judul Membuat Konstruksi Bangunan Kayu merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktikum peserta diklat (siswa) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membentuk salah
Lebih terperinciALAT UJI GEMPA SECARA LOGIKA UNTUK PEMBELAJARAN MATERI STRUKTUR PADA MAHASISWA ARSITEKTUR
ALAT UJI GEMPA SECARA LOGIKA UNTUK PEMBELAJARAN MATERI STRUKTUR PADA MAHASISWA ARSITEKTUR Ch. Koesmartadi 1, Harradla Hassan Firdaus 2 1 Pengajar Progdi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Unika
Lebih terperinciA. Pasangan Dinding Batu Bata
Perspektif dua titik lenyap digunakan karena bangunan biasanya mempunyai arah yang membentuk sudut 90. Sehubungan dengan itu, maka kedua garis proyeksi titik mata dari titik berdiri (Station Point = SP)
Lebih terperinciBAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR
BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan
Lebih terperinciPengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan
Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan oleh Widya Fransiska Febriati Prog. Studi Teknik Arsitektur FT. Universitas Sriwijaya, Palembang Email: widyafrans@telkom.net
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko
Lebih terperinciKEARIFAN LOKAL PADA BANGUNAN RUMAH VERNAKULAR DI BENGKULU DALAM MERESPON GEMPA Studi Kasus: Rumah Vernakular di Desa Duku Ulu
KEARIFAN LOKAL PADA BANGUNAN RUMAH VERNAKULAR DI BENGKULU DALAM MERESPON GEMPA Studi Kasus: Rumah Vernakular di Desa Duku Ulu Sugeng Triyadi 1), Iwan Sudradjat 2), dan Andi Harapan 3) 1) SAPPK ITB, E-mail:
Lebih terperinciInterpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.
DISCLAIMER Seluruh nilai/angka koefisien dan keterangan pada tabel dalam file ini didasarkan atas Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987), dengan hanya mencantumkan nilai-nilai
Lebih terperinciTata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap
Standar Nasional Indonesia SNI 7711.2:2012 Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap ICS 91.060.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciCara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal
Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal 1. Pengukuran Yang dimaksud dengan pengukuran adalah sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan dilakukan pengukuran batas-batas,
Lebih terperinciPENERAPAN BENTUK DESAIN RUMAH TAHAN GEMPA
ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 PENERAPAN BENTUK DESAIN RUMAH TAHAN GEMPA Nugraha Sagit Sahay 1) Abstraksi Pada masa sekarang ini Indonesia banyak sekali mengalami berbagai bencana baik itu banjir,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK
VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2011 IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Pasca gempa 30 September 2009 Gedung Poltekes
Lebih terperinciPengenalan RISHA. oleh: Edi Nur BBB - BPL
Pengenalan RISHA oleh: Edi Nur BBB - BPL Disampaikan pada Kegiatan penyelenggaraan sosialisasi Teknologi Hasil Litbang Bidang Perumahan dan Permukiman 30 September 2015 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu sifat kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum adanya bahan konstruksi dari beton, baja, dan kaca, bahan konstruksi yang umum digunakan dalam kehidupan manusia adalah kayu. Selain untuk bahan konstruksi,
Lebih terperinciBETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP Siswadi 1 dan Wulfram I. Ervianto 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber 2.1.1 Definisi Cross Laminated Timber (CLT) pertama dikembangkan di Swiss pada tahun 1970-an. Produk ini merupakan perpanjangan dari teknologi rekayasa
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
PRESENTASI TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO MAHASISWA : WAHYU PRATOMO WIBOWO NRP. 3108 100 643 DOSEN PEMBIMBING:
Lebih terperinciPEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK. Tri Hartanto. Abstrak
PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK Tri Hartanto Abstrak Membangun berarti mengatur dan aturan tersebut dapat dicerminkan dalam setiap proses tahapan pembangunan.
Lebih terperinciARSITEKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA 1. ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA
Rumah dalam Bahasa Sunda disebut imah dan nu di imah berarti istri, yang menunjukkan wewenang dan tugasnya sebagai pengelola rumah. Umpi atau rumah tangga Menunjukkan suatu kesatuan keluarga inti, terdiri
Lebih terperinciGambar 5.1. Proses perancangan
5. PERANCANGAN SAMBUNGAN BAMBU 5.1. Pendahuluan Hasil penelitian tentang sifat fisik dan mekanik bambu yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bambu, khususnya bambu tali, cukup baik untuk digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu
Lebih terperinciTata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
SNI 3434:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 3434:2008 Daftar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atap merupakan salah satu bagian kontruksi yang berfungsi untuk melindungi bagian bawah bangunan dari panas matahari, hujan, angin, maupun sebagai perlindungan lainnya.
Lebih terperinciGambar 1.1 Keruntuhan rangka kuda-kuda kayu (suaramedianasional.blogspot.com, 2013)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada bangunan rumah sederhana/konvensional pada umumnya, atap di atas rumah ditopang oleh konstruksi kuda-kuda. Konstruksi kuda-kuda ini akan menopang beban dari penutup
Lebih terperinci