PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASISKAN LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASISKAN LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASISKAN LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA Oleh: Nuryanto; Riskha Mardiana; Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Kota Bandung Jawa Barat ABSTRAK Fenomena gempa bumi adalah salah satu bencana alam yang tidak bisa kita prediksi. Secara alamiah fenomena alam tersebut tidak bisa kita hindari. Hal ini disebabkan karena lempeng-lempeng yang berada di kerak bumi bergerak secara aktif. Efek dari pergerakan dan tumbukan antar lempeng inilah yang menghasilkan getaran gempa. Beberapa contoh gempa bumi di Indonesia, khususnya di Jawa Barat yang banyak menimbulkan banyak korban jiwa dan harta benda adalah gempa bumi di Kab. Tasikmalaya pada Tahun 2009 dengan kekuatan 6.8 SR yang berpotensi tsunami. Kebanyakan korban jiwa yang meninggal diakibatkan karena tertimpa reruntuhan rumah atau bangunan yang tidak kuat menahan getaran gempa. Hal tersebut disebabkan karena rumah atau bangunan tadi belum dirancang untuk dapat menahan beban gempa. Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat bangunan menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas akibat gempa. Fenomena di atas itulah yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian yang berjudul Pengembangan Model Desain Rumah Ramah Gempa di Desa Jayapura Kec. Cigalontang Kab. Tasikmalaya-Jawa Barat berbasiskan Lokalitas Arsitektur Tradisional Sunda. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan dan menggali potensi-potensi Arsitektur Tradisional Sunda berupa imah panggung untuk dikembangkan menjadi rumah yang ramah terhadap bahaya gempa bumi. Sedangkan luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah rekomendasi desain arsitektur berupa bentuk rumah tinggal yang ramah terhadap bencana gempa bumi. Lokasi penelitian di Kab. Tasikmalaya, dengan fokus di Desa Jayapura Kecamatan Cigalontang, karena merupakan daerah paling parah akibat peristiwa gempa bumi tahun Sedangkan studi banding arsitektur tradisionalnya adalah Kampung Naga (Tasikmalaya), Kampung Dukuh (Garut) dan Kampung Kuta (Ciamis) sebagai lokalitas kekayaan Arsitektur Sunda untuk melihat dan menggali potensi pengembangan model rumah ramah gempa bumi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ternyata rumah panggung pada arsitektur Tradisional Sunda memiliki keunggulan, antara lain mampu mengimbangi gerakan horisontal-vertikal terhadap gerakan gempa bumi (elastisitas). Hal ini dapat dilihat pada penggunaan pondasi umpak dan kolong pada rumah panggung yang cenderung lebih lentur. Secara arsitektural, rumah panggung dapat dijadikan alternatif dalam desain rumah yang ramah terhadap bahaya gempa bumi. Sistem struktur-konstruksi yang sederhana tetapi tetap kompak, serta pemakaian material lokal yang ramah lingkungan justru menjadi pilihan terbaik dalam antisipasi gempa bumi untuk melindungi penghuninya. Disamping itu, bentuk atap yang unik seperti julang ngapak, badak heuay, jolopong, capit gunting, dan tagog anjing menambah bentuk rumah ramah gempa tersebut semakin indah. Kata kunci: Model desain, rumah tinggal, ramah gempa, Arsitektur Tradisional Sunda. I. Pendahuluan Peristiwa gempa bumi yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Barat selama kurun waktu lima tahun terakhir telah banyak menimbulkan korban serta kerugian, baik harta maupun nyawa. Salah satu harta yang paling penting dalam hidup warga yaitu rumah tinggal. Berikut ini adalah beberapa gambaran peristiwa gempa bumi yang terjadi di Jawa Barat. Tahun 2006 Bulan Juli terjadi gempa bumi di Kab. Tasikmalaya, dan Ciamis serta getarannya sampai ke Sukabumi, Bandung, dan sekitarnya dengan kekuatan 6.8 SR tidak berpotensi Tsunami, tahun 2009 di Kab. Tasikmalaya kembali terjadi gempa bumi yang paling besar berkekuatan 7.8 SR berpotensi Tsunami, tahun 2010 terjadi kembali gempa bumi di Kab. Sukabumi, Cianjur, serta sebagian daerah di Tasikmalaya dengan kekuatan 5,4 SR tidak berpotensi Tsunami dan tahun 2011 di Kab. Bandung dan Cianjur terjadi gempa dengan kekuatan 3.7 SR. (Sumber: Pikiran Rakyat, 2009). Di Kab. Tasikmalaya, salah satu kecamatan yang paling parah terkena dampak gempa bumi tahun 2009 adalah Cigalontang, karena paling dekat dengan epicentrum gempa.

2 Menurut pedoman bangunan tahan gempa bahwa tujuan membangun bangunan tahan gempa itu adalah; (1). Pada gempa dengan intensitas kecil (di bawah MMI 8.0) yang terjadi beberapa kali dalam masa daya tahan sebuah gedung, tidak boleh terjadi retak dan kerusakan struktural, (2). Pada gempa dengan intensitas kuat (di atas MMI 8.0) tidak boleh terjadi kerusakan pada gedung yang membahayakan nyawa penghuni. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila pada saat membangun didahului dengan menentukan model struktur bangunan yang memperhatikan kekakuan, stabilitas, dan elastisitas pada struktur gedung. Jawa Barat dengan kearifan lokalnya berupa Arsitektur Tradisional Sunda dapat menjadi alternatif model desain rumah yang ramah gempa, khususnya untuk struktur, konstruksi dan pemakain material lokal yang ramah lingkungan, murah, serta mudah dalam proses pembuatannya. Oleh karena itulah, perlu model desain rumah tinggal ramah gempa di daerah rawan bencana gempa bumi untuk melindungi warganya, sehingga dapat berlindung dengan aman dan nyaman. II. Tinjauan Literatur a. Gaya yang Bekerja Pada Bangunan Gaya adalah energi yang disalurkan melalui suatu media dan mempunyai besaran dan arah), untuk itu pemilihan bahan struktur rangka sangat menentukan dalam mengantisipasi gaya yang diakibatkan karena adanya beban yang disalurkan (Frick, 1988). Karakteristik yang dimiliki oleh gaya adalah: (1) Gaya bisa mengalami keseimbangan; (2) Gaya merupakan energi yang disalurkan melalui struktur tersebut dan mempunyai besaran dan arah. Menurut macamnya gaya dibagi menjadi 2 macam, yaitu: (a) Gaya normal, yaitu gaya yang berlawanan arah dan besarnya sama terletak dalam satu garis serta menuju satu titik tertentu (gaya tekan) dan gaya yang berlawanan arah dan besarnya sama terletak dalam satu garis serta menjauhi satu titik (gaya tarik); (b) Gaya tak normal, gaya yang tidak bekerja dalam satu garis dan arahnya bisa sama. Gaya tak normal mi bisa berupa gaya puntir (momen) yaitu gaya yang berlawanan arah dan besarnya sama menjauhi satu titik tidak terletak dalam satu garis atau gaya geser yaitu gaya berlawanan arah dan sama besarnya menjauhi satu titik tidak terletak dalam satu garis. b. Karakteristik Gempa dan Pengaruhnya Terhadap Bangunan Frick (2006), dalam Pedoman Bangunan Tahan Gempa, menyebutkan bahwa getaran tanah yang disebabkan oleh gempa bumi dapat digolongkan menjadi: (1) Getaran tanah yang merupakan goncangan tunggal yang terjadi pada keadaan tanah yang keras, di mana jarak episentral dan kedalaman pusat gempa relatif agak kecil. Getaran tanah berarah seragam, dengan frekuensi di bawah,2 detik dan amplitudo (simpangan getar) agak kecil (beberapa sentimeter saja); (2) Getaran tanah sedang dengan lama waktu detik dan arah tidak teratur. Getaran tanah berfrekuensi sangat tidak merata di antara.05 6 detik dengan amplitudo yang relatif cukup besar kurang lebih 20 cm; (3) Getaran tanah lambat dengan lama waktu 5 menit dan memiliki arah yang seragam, terjadi pada keadaan tanah yang agak lunak. Amplitudo getaran tanah ini cukup besar kurang lebih 30 cm. Kerusakan bangunan, runtuh dan tidaknya bangunan, kecepatan gerak bumilah yang menentukan. Untuk itu sebaiknya struktur bangunan itu tidak hanya dikonstruksikan untuk gayagaya vertikal saja (aksial), namun juga harus dikonstruksikan untuk menahan gaya-gaya horisontal (lateral) atau gempa bumi. Beban gempa, apabila ditinjau dari desain gempa, maka harus diperhatikan mengenai strategi bagaimanakah yang terbaik untuk desain sebuah bangunan pada daerah yang mempunyai potensi gempa. Ada beberapa jenis gempa bumi, antara lain karena keruntuhan permukaan, guncangan tanah, keruntuhan tanah dan tsunami (gelombang laut yang diakibatkan oleh gempa bumi). Pergerakan tanah (pelapukan,penyusutan), gelombang gempa ada 2 (dua) macam yaitu: gelombang gempa terurai secara vertikal (T-wave) dan terurai secara horizontal (S-wave), hal ini ditentukan oleh: (1) Struktur tanah, 2) Pusat gempa, 3) Jenis bangunan, 4) Massa bangunan (dimensi, ketinggian, bentuk), 5) Struktur dan kekakuan bangunan

3 (ductility), 6) Sambungan dan tumpuan bangunan, 7) Intensitas/kekuatan. Gempa bumi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) Gempa bumi Vulcanic, gempa yang diakibatkan adanya getaran permukaan; (2) Gempa bumi Tectonic, gempa yang diakibatkan karena gerakan lempengan bumi. disebabkan oleh patahan/retakan pada kerak bumi yang menimbulkan getaran yang kuat dibawah permukaan dan meneruskan gelombang geteran sesuai dengan media tanah. Rambatan gelombang gempa pada tanah keras lebih cepat daripada rambatan pada tanah lunak, ini dikarenakan tanah lunak mempunyai sifat sebagai Shockbreaker. Karakteristik fisik tipe kawasan rawan gempa bumi ditentukan berdasarkan tingkat resiko gempa bumi yang didasarkan pada informasi geologi dan penilaian kestabilan (cara perhitungan lihat tabel, sudah disederhanakan). Berdasarkan hal kawasan rawan gempabumi dapat dibedakan menjadi (6) enam tipe kawasan yang diuraikan sebagai berikut: (a) Kawasan Tipe A: Kawasan ini berlokasi jauh dari daerah sesar yang rentan terhadap getaran gempa. Kawasan ini juga dicirikan dengan adanya kombinasi saling melemahkan dari factor dominan yang berpotensi untuk merusak. Bila intensitas gempa tinggi (Modifield Mercalli Intensity/MMI) maka efek merusaknya diredam oleh sifat fisik batuan yang kompak dan kuat; (b) Kawasan Tipe B: Faktor yang menyebabkan tingkat kerawanan bencana gempa pada tipe ini tidak disebabkan oleh lebih dari satu faktor yang saling mempengaruhi,yaitu intensitas gempa tinggi (MMI) dan sifat fisik batuan menengah. Kawasan ini cenderung mengalami kerusakan cukup parah terutama untuk bangunan dengan kontruksi sederhana; (c) Kawasan Tipe C: Terdapat paling tidak dua faktor dominan yang menyebabkan kerawanan tinggi pada kawasan ini. Kombinasi yang ada antara lain adalah intensitas gempa tinggi dan sifat fisik batuan lemah dan berada dekat zona sesar cukup merusak. Kawasan ini mengalami kerusakan bangunan dengan kontruksi beton terutama yang berada padajalur sepanjang zon sesar; (d) Kawasan Tipe D: Kerawanan gempa diakibatkan oleh akumulasi dan atau tiga faktor yang saling melemahkan, kawasan dengan kemiringan lereng curam, intensitas gempa tingi dn berada sepanjang zonasesar merusak; atau berada pada kawasan dimana sifat fisik batuan lemah, intensitas gempa tinggi, di beberapa tempat berada pada potensi landasan tsunami cukup merusak. Kawasan ini cenderung mengalami kerusakan parah untuk segala bangunan dan terutama yang berada pada jalur sepanjang zona sesar; (e) Kawasan Tipe E: Kawasan ini merupakan jalur sesar yang dekat dengan episentrum yang dicerminkan dengan intensitas gempa yang tinggi, sertadi beberapa tempat berada pada potensi landasan tsunami merusak. Sifat fisik batuan dan kelerengan lahan juga pada kondisi yang rentan terhadap goncangan gempa. Kawasan ini mempunyai kerusakan fatal pada saat gempa; (f) Kawasan Tipe F: Kawasan ini berada pada kawasan landasan tsunami sangat merusak dan disepanjang zona sesar sangat merusak, serta pada daerah dekat dengan episentrum dimanaintensitas gempa tinggi. Kondisi ini diperparah dengan sifat fisik batuan lunak yan terletak pada kawasan morfologi curam sampa dengan sangatcuram yang tidak kuat terhadap goncangan gempa.kawasan ini mempunyai kerusakan fatal pada saat gempa. Untuk menentukan tipologi suatu kawasan rawan bencana gempa bumi dengan cara melakukan skoring, yaiu perkalian antara pembobotan dengan nilai kemampuan, dari hasil perkalian tersebut dibuat suatu rentang nilai kelas yang menunjukkan nilai kemampuan lahan didalam menghadapi bencana alam kawasan rawan gempa bumi. Dari hasil perkalian tersebut maka dapat dibuat land capability rating atau tingkat kemampuan lahan sebagai berikut. Tabel skoring Untuk Menentukan Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Klasifikasi Kestabilan Rentang Skor Tipologi Kawasan Stabil Kurang Stabil Tidak Stabil A B C D E F Sumber: Kemen PU RI, 2007.

4 c. Arsitektur Tradisional Sunda Dalam naskah Sunda Kuno, Sanghyang Siksakanda-ing Ka-resian (SSK) ditemukan arsitektur maupun ragam hias yang berkaitan dengan bentuk serta hiasan rumah yang sudah tidak kita kenali lagi saat ini, seperti anjung meru, yaitu bangunan yang berbentuk lancip seperti gunung, lebih tinggi ke atas lebih kecil; badak heuay, yaitu bentuk bangunan rumah yang tidak memakai wuwung, bersambungnya antara atap belakang dan atap depan tampak seperti badak yang sedang menganga; badawang sarat, yaitu ragam hias pada rumah dengan hiasan ikan besar; balandongan, yaitu bangunan sementara untuk menerima tamu; tempat pertunjukan kesenian; capit gunting, yaitu bentuk bangunan rumah yang bagian pinggir atap gentingnya memakai bambu atau kayu disilangkan (menyilang) seperti gunting hendak mencapit; julang ngapak, yaitu bentuk bangunan rumah yang di bagian depan belakangnya memakai sorondoy seperti sayap julang yang sedang terbang atau mengepakkan sayapnya, dan lain sebagainya. Bentuk rumah masyarakat Sunda pada umumnya adalah panggung. Panggung yaitu rumah berkolong dengan menggunakan pondasi umpak. Tinggi umpak dari permukaan tanah cm. Kolong di bawah lantai rumah dipakai untuk berbagai keperluan seperti menyimpan kayu bakar, gudang bahan bangunan, kandang ayam, itik dan lain-lain (Garna, 1984). Secara umum, masyarakat Sunda mengenal tiga jenis umpak, yaitu: bentuk utuh (bulat), yaitu batu alam yang diambil dari sungai bekas letusan gunung pada masa lampau, merupakan batu tanpa pengerjaan lebih lanjut dan biasa dipakai untuk alas kaki golodog. Bentuk lesung (lisung), yaitu batu berbentuk balok yang berdiri tegak dengan permukaan pada sisi alas lebih kecil daripada permukaan sisi bawah, banyak dipakai pada rumah dan leuit. Bentuk kubus (balok), yaitu batu berbentuk kubus ditegakkan dengan sisi-sisi atas dan bawah sama besar (Muanas, 1984). Menurut Adimihardja (1997), panggung merupakan bentuk bangunan yang paling penting bagi masyarakat Sunda, dengan suhunan panjang dan tambahan teritis pada bagian depan dan belakang serta suhunan jure, bentuk atap perisai yang memanjang. Kedua bentuk atap tersebut merupakan bentuk atap bangunan yang lazim dikenal di kalangan penduduk di pedesaan Jawa Barat. Teknologi panggung pada bangunan rumah ini dimungkinkan untuk memberikan kehangatan pada penghuninya. Bagian kolong dari panggung tersebut biasa digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian atau kayu bakar. Dalam pandangan Orang Sunda, rumah merupakan lambang wanita, karena seluruh aktivitas di dalamnya dilakukan oleh wanita. Bentuk rumah masyarakat Sunda adalah panggung, yaitu rumah berkolong dengan menggunakan pondasi umpak. Di samping itu, panggung merupakan bentuk yang paling penting bagi masyarakat Sunda, dengan suhunan panjang dan jure. Bentuk panggung yang mendominasi sistem bangunan di Tatar Sunda mempunyai fungsi teknik dan simbolik. Secara teknik rumah panggung memiliki tiga fungsi, yaitu: tidak mengganggu bidang resapan air, kolong sebagai media pengkondisian ruang dengan mengalirnya udara secara silang baik untuk kehangatan dan kesejukan, serta kolong juga dipakai untuk menyimpan persediaan kayu bakar dan lain sebagainya (Adimihardja, 1997). Fungsi secara simbolik didasarkan pada kepercayaan Orang Sunda, bahwa dunia terbagi tiga: ambu handap, ambu luhur, dan ambu tengah. Ambu tengah merupakan pusat alam semesta dan manusia menempatkan diri sebagai pusat alam semesta, karena itulah tempat tinggal manusia harus terletak di tengahtengah, tidak ke ambu handap (dunia bawah/bumi) dan ambu luhur (dunia atas/langit). Dengan demikian, rumah tersebut harus memakai tiang yang berfungsi sebagai pemisah rumah secara keseluruhan dengan dunia bawah dan atas. Tiang rumah juga tidak boleh terletak langsung di atas tanah, oleh karena itu harus di beri alas yang berfungsi memisahkannya dari tanah yaitu berupa batu yang disebut umpak (Adimihardja, 1997). Lantai rumah terbuat dari papan kayu atau bambu, dibentuk melebar-panjang menjadi talupuh atau palupuh. Bahan untuk rangka utama rumah, tiang, rangka atap, bagian atas dinding dan penjepit dinding terbuat dari kayu albasiah, malaka dan sejenisnya. Batang kelapa juga sering digunakan sebagai bahan bangunan, terutama untuk tiang utama rumah. Atap rumah terbuat dari

5 anyaman daun kiray, alang-alang, daun nipah, daun kelapa, ijuk dan genteng. Pada sebagian kampung adat di Jawa Barat, terdapat larangan penggunaan genteng karena bertentangan dengan aturan adat leluhurnya. Dinding rumah terbuat dari anyaman bilik bambu dipasang dua lapis (luar-dalam), agar tidak dingin maka bilik dilapisi dengan kapur atau kertas semen. Selain bilik, digunakan juga papan yang dipasang susun sirih. Sedangkan bagian atap menggunakan struktur rangka dari material bambu kombinasi kayu dan penutupnya dari ijuk, daun rumbia atau kiray, sehingga terlihat ringan. Konstruksi rangka bangunan menggunakan paseuk (pasak) dan tali rotan, tanpa paku karena dilarang adat. Walaupun demikian, struktur dan konstruksinya tetap kokoh. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, dengan cara mendeskripsikan (menggambarkan/menceritakan) kembali secara tertulis dari hasil survey lapangan tentang kondisi daerah yang memiliki potensi bencana alam berupa gempa bumi dan kearifan lokalnya berupa Arsitektur Tradisional Sunda. Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa data sekunder yang diperoleh dari lapangan dan instansi terkait dalam hal ini adalah BNPBD (Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah) di Kab. Tasikmalaya dengan metode pendekatan yang digunakan adalah metode survey (observasi) dengan penelitian yang menitikberatkan pada survey instansional yang didukung dengan observasi lapangan untuk mendapatkan data potensi internal dan eksternal. Metode teknik pengumpulan informasi dibagi ke dalam dua bagian; penelitian kepustakaan dan lapangan. Penelitian kepustakaan meliputi teori-teori dan teknik pengumpulan informasi yang berkaitan dengan gempa bumi dan Arsitektur Tradisional Sunda. Penelitian lapangan meliputi: observasi lapangan, wawancara informan secara tidak terstruktur, pembuatan sketsa dan foto. Pengumpulan informasi diperoleh melalui: literatur, media cetak dan elektronik, internet dan lain sebagainya. Teknik analisis dilakukan dengan tiga cara: (1) Persiapan, yaitu kegiatan pemeriksaan terhadap masing-masing informasi dengan memilih dan memilahnya menjadi beberapa kategori, yaitu yang bersifat fisik dan non fisik; (2) Pengolahan, yaitu menyajikan informasi secara lebih sistematis dan informatif, sehingga mudah dianalisis; (3) Analisis, yaitu proses akhir dari seluruh rangkaian pemisahan dan pemeriksaan informasi. Lokasi penelitian yaitu di Desa Jayapura Kec. Cigalontang Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat. Alasan pemilihan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa Desa Jayapura di Kec. Cigalontang merupakan salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak peristiwa gempa bumi khususnya tahun 2009, sehingga banyak kerusakan bangunan. Sedangkan Arsitektur Tradisional Sunda yang dijadikan studi banding adalah Kampung Naga (Tasikmalaya), Kampung Dukuh (Garut), dan Kampung Kuta (Ciamis) yang merupakan prototype kampung asli Masyarakat Sunda yang masih teguh memegang tradisi dan budaya. Pertimbangan lain juga dikarenakan Kab. Tasikmalaya sangat rawan terhadap bahaya gempa bumi serta kekayaan arsitektur tradisionalnya yang sangat khas dan ketersediaan literatur yang masih cukup lengkap. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Desa Jayapura Kec. Cigalontang Desa Jayapura merupakan Ibu Kota Kecamatan Cigalontang di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah Ha dengan ketinggian di atas permukaan air laut 700 (dpal) dan suhu rata-rata 25-27ºC. Desa Jayapura dibatasi oleh desa-desa yang ada di sekelilingnya yaitu: sebelah Utara dibatasi oleh Desa Sirnaraja, sebelah Selatan oleh Desa Pusparaja, sebelah Barat dibatasi oleh Desa Cigalontang dan sebelah Timur dibatasi oleh Desa Lengkongjaya. Jumlah penduduk Desa Jayapura adalah dengan jumlah KK 1.267;

6 perbandingan untuk perempuan jiwa sedangkan untuk laki-laki jiwa. Peta kawasan gempa di Kec. Cigalontang dapat dilihat di bawah ini: Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Gambar 1.: Peta wilayah rawan bencana gempa Kab. Tasikmalaya Sumber: Dokumentasi, Desa Jayapura merupakan hasil pemekaran dari Desa Cigalontang pada tahun Desa Jayapura termasuk desa yang sangat rawan terhadap bahaya gempa bumi, karena berada pada garis epicentrum gerakan tanah yang sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatan penduduknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan sekretaris desa, Gempa bumi dengan kekuatan 6.7 SR pernah terjadi pada tahun 1979 di Kab. Tasikmalaya dan terasa getarannya di Desa Jayapura hingga menimbulkan kerusakan bangunan yang cukup parah. Tahun 1982 terjadi peristiwa meletusnya Gunung Galunggung diiringi gempa bumi, tetapi kekuatannya kecil sehingga tidak mengakibatkan kerusakan. Tiga puluh tahun kemudian sejak 1979 terjadi kembali peristiwa gempa bumi yang dahsyat pada tanggal 02 September 2009 dengan kekuatan 7.8 SR dan Kecamatan Cigalontang, khususnya Desa Jayapura mengalami kerusakan yang sangat parah. Di Desa Jayapura bangunan yang rusak parah akibat gempa bumi tersebut sebanyak 119 buah, dan rusak sedang sebanyak 240 buah, rusak ringan sebanyak 77 buah. Peristiwa gempa bumi tersebut disebut sebagai siklus 30 tahunan, karena sebenarnya tahun 1949 pernah terjadi gempa bumi di Kab. Tasikmalaya dengan kekuatan 5.9 SR tetapi tidak terlalu banyak menimbulkan kerusakan. 1. Rumah yang hancur 2. Puskesmas yg hancur 3. Rumah yang hancur

7 4. Rumah yang hancur 5. Sekolah yang hancur 6. Rumah yang hancur Foto 2: Bangunan yang hancur akibat gempa bumi Desa Jayapura Kec. Cigalontang Sumber: Dokumentasi, Potensi Arsitektur Tradisional Sunda sbg Inspirasi Desain Rumah Ramah Gempa Rumah panggung di Kampung Naga, Kampung Dukuh dan Kampung Kuta ternyata dapat dijadikan inspirasi desain rumah yang ramah terhadap bahaya gempa bumi. Inspirasi tersebut dapat dilihat antara lain pada: Pertama: Bentuk struktur yang ringan tetapi tetap kompak; Kedua: Pondasi yang diletakkan di atas permukaan tanah (umpak) tetapi tetap stabil dan ajeg sebagai dasar kekuatan bangunan, sehingga cenderung mampu mengimbangi gaya vertikal dan horisontal yang ditimbulkan oleh gerakan lempeng bumi pada saat gempa; Ketiga: Model atau sistem panggung yang diduga sangat elastis dan lentur terhadap gerakan gempa bumi; Keempat: Material bangunan yang digunakan menggunakan material alam, bukan fabrikasi, seperti bambu, kayu, ijuk, rumbia, dan lain sebagainya sehingga struktur rumah lebih ringan dan ramah lingkungan; Kelima: Kearifan membangun yang didasari oleh perhitungan-perhitungan non ilmiah tetapi menggunakan pendekatan tradisi dan budaya, seperti: cara meletakkan batu umpak, cara membuat dadasar imah (lokasi), serta pelaksanaan upacara-upacara adat ngadegkeun imah (mendirikan rumah) sebagai upaya untuk menjaga harmonisasi antara manusia dengan Tuhannya. b. Pembahasan 1. Model Desain Arsitektur Rumah Ramah Gempa Berbasis Lokalitas Arsitektur Tradisional Sunda Penelitian ini hanya membahas model atau bentuk arsitektur rumah panggung yang dapat dikembangkan menjadi desain rumah yang ramah terhadap bahaya gempa bumi. Model tersebut meliputi: denah, tampak, bentuk atap, dan material yang dipakai. Denah berkaitan dengan perletakkan titik-titik pondasi umpak berdasarkan grid atau modul ukuran ruang (lihat gambar 3.7.). Tampak berhubungan dengan penampilan (performance), sehingga rumah terlihat indah. Bentuk atap berhubungan dengan model-model atap yang dipakai, seperti pada rumah panggung di Kampung Naga. Denah rumah panggung (lihat gambar 3.7.) pada Arsitektur Tradisional Sunda memiliki struktur organisasi yang terdiri dari: tepas imah yaitu bagian depan (halaman); tengah imah adalah bagian tengah yang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, dan kamar tidur; pawon merupakan bagian rumah yang paling belakang yang berfungsi sebagai area memasak (dapur) bagi kaum wanita yang terdiri dari tungku api (hawu), gudang (goah), dan tempat menyimpan beras (padaringan). Bentuk denah tidak harus kotak, tetapi dapat dikembangkan menjadi beberapa alternatif, misalnya persegi panjang, segi tiga, segi lima, segi enam atau segi banyak beraturan lainya sesuai keinginan. Sedangkan modul denah dapat menggunakan ukuran kelipatan 2 meter, 3 meter atau 4 meter, sehingga memudahkan untuk meletakkan batu umpak.

8 DAPUR KM/WC RUANG KELUARGA/ K. TIDUR K. TIDUR R. TAMU K. TIDUR 1. Model denah rumah panggung (tampak atas) 2. Model tampak rumah Gambar 4: Pengembangan model desain denah dan tampak pada rumah panggung Sumber: Dokumentasi, Panggung atap jolopong-genteng 2. Panggung atap julang ngapak-ijuk 3. Panggung atap tagog anjing-genteng 4. Panggung atap capit gunting-ijuk Gambar 3.8.: Pengembangan model desain tampak pada rumah panggung Sumber: Dokumentasi, Pengembangan model arsitektur tersebut dapat dilihat pada desain tampak rumahnya dengan berbagai model atap tradisional yang khas (lihat gambar 3.8.). Bahan penutup atapnya boleh dari genteng, ijuk atau kombinasi diantara keduanya tergantung kemampuan dan keinginan. Ijuk lebih ringan dibandingkan genteng, sehingga beban struktur rumah tidak terlalu berat. Tampak berkaitan dengan model atap. Banyak jenis model-model atap dalam Arsitektur Tradisional Sunda, yaitu: badak heuay yaitu atap yang menyerupai badak yang sedang menguap, sulah nyanda artinya atap pelana dengan tambahan tritisan ke arah depan, julang ngapak yaitu atap yang menyerupai burung julang sedang mengepakkan sayapnya, jangga wirangga adalah atap mansarg atau perisai buntung, tagog anjing artinya atap yang mirip seperti anjing yang sedang duduk, dan jolopong yaitu atap pelana.

9 1. Atap badak heuay 2. Atap sulah nyanda 3. Atap julang ngapak 4. Atap jangga wirangga 5. Atap tagog anjing 6. Atap jolopong Gambar 3.9.: Pengembangan model desain atap pada rumah panggung Sumber: Nuryanto, a. Model Desain Struktur dan Konstruksi Rumah Ramah Gempa Rumah panggung memiliki dua komponen struktur, yaitu: struktur handap yaitu pondasi umpak, dan struktur luhur yaitu dinding, lantai, dan atap. Struktur handap atau sub structure, yaitu struktur bawah yang di susun berdasarkan dua komponen: lelemahan dan umpak (Nuryanto, 2006). Lelemahan tidak memiliki konstruksi khusus, warga hanya meratakan dan membersihkannya dari berangkal atau kotoran. Di atas tanah didirikan umpak dengan teknik pemasangan yang telah ditentukan. Umpak di atas permukaan tanah diletakkan pada garis sumbu sesuai jumlah dan ukuran ruang berdasarkan hasil hitungan tukang bangunan atau bas (lihat foto dan gambar 3.11.). 1. Pondasi umpak 2. Pondasi umpak 3. Pondasi umpak 4. Pondasi umpak 1. Desain umpak 2. Desain umpak 3. Desain umpak 4. Desain umpak Foto dan gambar 3.11.: Model-model desain pondasi umpak pada rumah panggung Sumber: Dokumentasi 2013, dan Nuryanto, 2006.

10 Di atas struktur handap diletakkan struktur luhur sebagai pembentuk rangka bangunan. Struktur luhur atau super structure adalah struktur atas yang dibentuk berdasarkan dua komponen, yaitu: pangadeg dan suhunan. Struktur pangadeg merupakan kerangka rumah yang disusun berdasarkan lantai dan dinding. Konstruksi lantai dan dinding seluruhnya dipikul oleh balok pananggeuy (8x12 cm) yang diletakkan secara horisontal. Balok pananggeuy terletak di atas pondasi umpak setinggi cm. Tinggi pananggeuy dari permukaan tanah adalah setinggi umpaknya cm. Balok tersebut menghubungkan antar tihang adeg atau tiang bangunan (8-12x12-14 cm) yang terletak di atas umpak secara vertikal. Di antara pananggeuy, dipasang balok pembagi yang disebut sunduk awi ( 12 cm) dengan tujuan untuk memperpendek bentangan talupuh (lantai bambu). Struktur suhunan merupakan kerangka atap yang disusun berdasarkan kuda-kuda dan langit-langit. Kuda-kuda terdiri dari dua kerangka: nu mikul dan nu dipikul. Nu mikul merupakan kerangka kuda-kuda utama, sedangkan nu dipikul sebagai kerangka pendukung. Seluruh struktur suhunan menggunakan kuda-kuda dari kayu dan bambu dengan bentuk kudakuda segi tiga. Pada sruktur nu mikul, digunakan makelar adeg (10x15 cm) diletakkan tegak lurus di atas pamikul. Pamikul (8x15 cm) dipasang horisontal yang menghubungkan antar makelar adeg. Di kanan dan kiri makelar adeg dipasang jure suhunan dengan kemiringan Jure suhunan (8x15 cm) menghubungkan balok pamikul yang terletak di bawahnya. b. Pengembangan Model Arsitektur, Struktur-Konstruksi Rumah Ramah Gempa Arsitektur rumah panggung dapat dikembangkan menjadi alternatif model desain rumah yang ramah terhadap bahaya gempa bumi. Dengan struktur yang ringan tetapi tetap kompak serta sistem pondasi umpak, ternyata rumah panggung mampu mengimbangi arah gerakan gempa. Dengan bentuk yang cukup simple, mudah dan murah masyarakat khususnya di Desa Jayapura Kec. Cigalontang Kab. Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat sebagai daerah yang rawan terhadap bahaya gempa bumi dapat membangunnya (lihat gambar 3.12). Pengembangan model struktur pada rumah panggung dapat dilakukan pada desain bentuk rangka kuda-kudanya (lihat gambar 3.13.). Bentuk atap rumah panggung lebih simple dan mudah dalam mengerjakannya karena seluruh bahannya terbuat dari bambu, seperti bentuk jolopong, julang ngapak, dan badak heuay. Bahan tersebut dapat dikembangkan dengan alternatif lain seperti penggunaan struktur baja ringan, gypsum atau GRC (Germany Reinforcment Concrete) dan lain sebagainya. Gambar 5: Alternatif pengembangan model bentuk dan struktur kuda-kuda pada rumah panggung Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013.

11 V. Kesimpulan 1. Potensi Arsitektur Tradisional Sunda didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu: (1) Bentuk panggung yang simpel dengan pondasi umpak/tatapakan mampu mengimbangi gerakan horisontal-vertikal gempa bumi, karena letaknya di atas permukaan tanah; (2) Bentuk panggung juga menjadi inspirasi bagi model rumah yang ramah terhadap gempa bumi, karena strukturnya yang cenderung ringan dengan dominasi bahan yang ringan, seperti papan, bilik bambu, lantai talupuh, dll.; (3) Bentuk kolong pada struktur rumah panggung berfungsi sebagai penjaga keseimbangan antara bangunan dengan gerakan lempeng tanah, sehingga tetap ramah (mampu mengimbangi) terhadap gaya yang ditimbulkan oleh gempa; 2. Model desain arsitektur rumah yang ramah terhadap gempa berbasis lokalitas Arsitektur Tradisional Sunda didasarkan pada beberapa konsep, yaitu: (1) Menggali potensi kekayaan alam dan kearifan lokal masyarakat Desa Jayapura (kondisi geografis, budaya, tradisi, teknik membangun); (2) Mengetahui ketersediaan bahan-bahan bangunan yang ada di sekitar lingkungan, seperti: kayu, bambu, batu, dll.; (3) Menggali kekayaan Arsitektur Tradisional Sunda (bentuk rumah, struktur, konstruksi, material); 3. Model desain struktur dan konstruksi rumah yang ramah terhadap gempa didasarkan pada pertimbangan: (1) Konstruksi menggunakan sistem lantai rumah panggung (berkolong) dengan menggunakan pondasi tatapakan. Sistem ini didasarkan pada pemahaman kosmologi Masyarakat Sunda tentang pembagian tiga dunia (bawah, tengah, atas); (2) Struktur menggunakan sistem rangka yang ringan dari bahan-bahan lokal, seperti bambu dan kayu yang digunakan untuk kuda-kuda, plafon, dinding, dan lantai rumah; 4. Pengembangan model arsitektur pada rumah yang ramah gempa dapat dilakukan denga cara menggali arsitektur lokal Masyarakat Sunda yang ada di Kampung Naga, Dukuh dan Kuta, seperti: bentuk rumah panggung, bentuk atap (julang ngapak dan jolopong), dan pola perletakkan bangunan dengan sistem sengkedan. Pengembangan bentuk struktur dan konstruksi dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara struktur dan konstruksi lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat sekitar dengan struktur dan konstruksi modern (fabrikasi), seperti: baja, beton, sesuai dengan kemampuan membangun masyarakatnya. VI. Daftar Pustaka 1. Adimihardja, Kusnaka dan Purnama Salura (2004): Arsitektur dalam Bingkai Kebudayaan. Cetakan Pertama, CV. Architecture & Communication, Forish Publishing, Bandung; 2. Adimihardja, Kusnaka (1997): Sejarah Perkembangan Masyarakat di sekitar Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango dan Gunung Halimun, Bandung; 3. Cowan, Henry J&Wilson, Forrest,1981: Structure System. Van Nostrand Reinhold Comp., New York; 4. Frick, Heinz & Purwanto, LMF, 1988 : Sistem Bentuk Struktur Bangunan. Kanisius. Yogyakarta; 5. Frick, Heinz, 2002 : Sistem Struktur dan Utilitas Bangunan. Kanisius. Yogyakarta; 6. Frick, Heinz & Hesti M, Tri, 2006: Pedoman Bangunan Tahan Gempa. Kanisius. Yogyakarta; 7. Fajria Rif ati, Heni (2002): Kampung Adat dan Rumah Adat di Jawa Barat. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata-Jawa Barat, Bandung; 8. Garna, Yudistira (1984): Pola Kampung dan Desa, Bentuk serta Organisasi Rumah Masyarakat Sunda. Pusat Ilmiah dan Pengembangan Regional (PIPR) Jawa Barat, Bandung; 9. Kementrian Pekerjaan Umum RI (2007): Peraturan Bangunan Gempa Bumi, Jakarta; 10. Levy, Mathys & Salvadori, Mario, 1992 : Why Buildings Fall Down. W.w. Norton & Comp., New York; 11. Nuryanto (2012): Model Desain Pengembangan Potensi Desa Wisata di Kab. Bandung-Jawa Barat Berbasiskan Arsitektur Tradisional Sunda. Laporan Penelitian Pembinaan Dosen Muda, Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia; 12. Soegiharjo (1987): Ilmu Konstruksi Bangunan untuk Mahasiswa Arsitektur. Jogjakarta; 13. W, Suryamanto, 2002 : Struktur dan Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah. ITB.

PRESENTASI ARCHEVENT 2014 TEMA: SEJARAH DAN ARSITEKTUR KOTA DALAM MEMBANGUN KARAKTER KOTA BERBASIS LOKALITAS

PRESENTASI ARCHEVENT 2014 TEMA: SEJARAH DAN ARSITEKTUR KOTA DALAM MEMBANGUN KARAKTER KOTA BERBASIS LOKALITAS PRESENTASI ARCHEVENT 2014 TEMA: SEJARAH DAN ARSITEKTUR KOTA DALAM MEMBANGUN KARAKTER KOTA BERBASIS LOKALITAS JUDUL MAKALAH: PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG,

Lebih terperinci

Konstruksi Bangunan Tradisional Sunda Ramah Bencana

Konstruksi Bangunan Tradisional Sunda Ramah Bencana Konstruksi Bangunan Tradisional Sunda Ramah Bencana Nuryanto, Johar Maknun, Tjahyani Busono Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI nuryanto_adhi@upi.edu; http://nuryanto.staf.upi.edu Abstrak

Lebih terperinci

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara

Lebih terperinci

BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL

BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL 9 BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL 2.1 Pengertian Arsitektur Tradisional Arsitektur berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani: yaitu arkhe dan tektoon. Arkhe berarti yang asli, awal, utama,

Lebih terperinci

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Konsep rumah tahan gempa, dari analisa data Kementrian Ristek Indonesia: Negara Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa, karena negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya berbagai teknik membangun, konstruksi dan bahan yang baru dan beraneka ragam, dengan spesifikasi

Lebih terperinci

ARSITEKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA 1. ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA

ARSITEKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA 1. ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA Rumah dalam Bahasa Sunda disebut imah dan nu di imah berarti istri, yang menunjukkan wewenang dan tugasnya sebagai pengelola rumah. Umpi atau rumah tangga Menunjukkan suatu kesatuan keluarga inti, terdiri

Lebih terperinci

BAB VII PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI [14]

BAB VII PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI [14] Kuliah ke 9 PERENCANAAN KOTA BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 410-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB VII PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI [14] Cakupan Penataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu sesuatu hal yang berada di luar kontrol manusia, oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan sistem-sistem lempengan kerak bumi sehingga rawan terjadi gempa. Sebagian gempa tersebut terjadi

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RAMAH BANJIR DI BANTARAN SUNGAI CITARUM KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SUNDA

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RAMAH BANJIR DI BANTARAN SUNGAI CITARUM KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SUNDA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RAMAH BANJIR DI BANTARAN SUNGAI CITARUM KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SUNDA Nuryanto; Dadang Ahdiat; R. Irawan Surasetja Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun teknik tidak terlepas dari bangunan tetapi dalam perencanaan bangunan sering tidak

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1 DAFTAR ISI Halaman Pengesahan.. Catatan Dosen Pembimbing... Halaman Pernyataan Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Gambar... Daftar Tabel... Ucapan Terima Kasih... Abstrak Desain Premis... i ii Iii iv v

Lebih terperinci

Rumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Rumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Rumah Tahan Gempa (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa

Lebih terperinci

Gambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi

Gambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH TAHAN GEMPA Oleh: Drs. Rijal Abdullah, MT.*) A. Pendahuluan Berdasarkan berbagai catatan tentang peristiwa gempa bumi ini, dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada wilayah di

Lebih terperinci

TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL TEKNIK MEMBACA GAMBAR BANGUNAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR 2015

TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL TEKNIK MEMBACA GAMBAR BANGUNAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR 2015 TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL TEKNIK MEMBACA GAMBAR BANGUNAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR 2015 A. PENGANTAR UMUM PENJELASAN ISTILAH-ISTILAH PENTING TENTANG CARA MEMBACA GAMBAR BANGUNAN: 1. CARA ARTINYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering mengalami gempa bumi dikarenakan letak geografisnya. Dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. sering mengalami gempa bumi dikarenakan letak geografisnya. Dalam segi BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangunan bangunan tinggi sangat berkembang di Indonesia, hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan ruang yang meningkat pesat sedangkan lahan yang tersedia semakin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Situs Kabuyutan Ciburuy, terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di dalam lingkungan situs ini terdapat artefak-artefak

Lebih terperinci

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA Margeritha Agustina Morib 1) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail : margerithaagustina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2011 IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Pasca gempa 30 September 2009 Gedung Poltekes

Lebih terperinci

BAB IV Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan

BAB IV Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan BAB IV Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan 4.1 Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu dalam Perspektif Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai potensi gempa yang cukup tinggi. Baik itu akibat pergerakan kulit bumi atau yang lebih dikenal sebagai gempa tektonik, ataupun akibat letusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari, Adaptasi Teknologi di Rumah Adat Sumba 109 ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari* Jurusan Arsitektur - Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Jawa telah ada dan berkembang bahkan jauh sebelum penduduk Pulau Jawa mengenal agama seperti Hindu, Budha maupun Islam dan semakin berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diantara berbagai bencana alam yang ada di bumi ini, gempa merupakan bencana yang paling membahayakan dan paling sering terjadi. Banyak daerah dengan populasi

Lebih terperinci

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI Sistem struktur dan konstruksi Rumah Gadang memiliki keunikan, dimulai dari atapnya yang rumit hingga pondasinya yang sederhana tetapi memiliki peran yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran

Lebih terperinci

KEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA

KEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA KEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA Sugeng Triyadi 1 dan Andi Harapan 2 ABSTRACT Indigeneous knowledge is a knowledge in comunities which has been developed

Lebih terperinci

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perancangan struktur suatu bangunan gedung didasarkan pada besarnya kemampuan gedung menahan beban-beban yang bekerja padanya. Disamping itu juga harus memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat sering terkena bencana gempa bumi. Hal tersebut salah satunya dikarenakan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 07 Judul Modul TEKNIK PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa

Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa bumi di Indonesia, perencanaan pengawasan pelaksanaan dan mutu rendah, kerusakan bangunan sederhana secara umum

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA Oleh : A.A.M DINDING Menurut fungsinya dinding dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Dinding Struktural : Yaitu dinding yang berfungsi untuk ikut menahan beban struktur,

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia sebagai salah satu objek wisata. Perkembangan pariwisata di

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia sebagai salah satu objek wisata. Perkembangan pariwisata di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu tempat wisata yang sudah dikenal diseluruh dunia sebagai salah satu objek wisata. Perkembangan pariwisata di pulau Bali sangat pesat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN DINAMIK GEMPA VERTIKAL PADA KEKUATAN KUDA-KUDA BAJA RINGAN STARTRUSS BENTANG 6 METER TIPE-C INTISARI

PENGARUH BEBAN DINAMIK GEMPA VERTIKAL PADA KEKUATAN KUDA-KUDA BAJA RINGAN STARTRUSS BENTANG 6 METER TIPE-C INTISARI PENGARUH BEBAN DINAMIK GEMPA VERTIKAL PADA KEKUATAN KUDA-KUDA BAJA RINGAN STARTRUSS BENTANG 6 METER TIPE-C INTISARI Dewasa ini kuda-kuda baja ringan menjadi alternatif penggunaan kuda-kuda kayu pada rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH Youfrie Roring Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya

Lebih terperinci

Alternatif Menghadapi Gempa dengan "Segitiga Kehidupan"

Alternatif Menghadapi Gempa dengan Segitiga Kehidupan Alternatif Menghadapi Gempa dengan "Segitiga Kehidupan" Oleh: Patria Susantosa garutkab.go.id Beberapa literatur menyebutkan bahwa gempa terjadi karena pergerakan lempeng tektonik bumi secara tiba-tiba.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan. VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 EVALUASI KELAYAKAN BANGUNAN BERTINGKAT PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 SUMATERA BARAT ( Studi Kasus : Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Pondasi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai kejadian gempa dalam

Lebih terperinci

Rumah Tahan Gempabumi Tradisional Kenali

Rumah Tahan Gempabumi Tradisional Kenali Rumah Tahan Gempabumi Tradisional Kenali Kearifan lokal masyarakat Lampung Barat terhadap bencana khususnya gempabumi yang sering melanda wilayah ini sudah banyak ditinggalkan. Kearifan lokal tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Tujuan... 1.3. Kerangka Pikir Studi... BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 2.1. Perencanaan Lanskap... 2.2. Gempa Bumi...

Lebih terperinci

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : MIRANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan baik

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE Elia Ayu Meyta 1, Yosafat Aji Pranata 2 1 Alumnus Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha 2 Dosen

Lebih terperinci

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu:

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu: Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu: 1. Joglo (atap joglo) 2. Limasan (atap limas) 3. Kampung (atap pelana)

Lebih terperinci

TEORI TEKTONIK LEMPENG

TEORI TEKTONIK LEMPENG Pengenalan Gempabumi BUMI BENTUK DAN UKURAN Bumi berbentuk bulat seperti bola, namun rata di kutub-kutubnya. jari-jari Khatulistiwa = 6.378 km, jari-jari kutub=6.356 km. Lebih dari 70 % permukaan bumi

Lebih terperinci

PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN. 1. Perbedaan suhu yang horisontal akan menimbulkan tekanan.

PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN. 1. Perbedaan suhu yang horisontal akan menimbulkan tekanan. PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN DEFINISI Angin adalah udara yang bergerak karena bagian-bagian udara didorong dari daerah bertekanan tinggi (suhu dingin) ke daerah yang bertekanan rendah (suhu panas). Perbedaan

Lebih terperinci

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh:

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh: PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL Disusun Oleh: HAFIZH FADLA NIM. 105060107111002-61 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI

KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Strata-1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Pembebanan merupakan faktor penting dalam merancang stuktur bangunan. Oleh karena itu, dalam merancang perlu diperhatikan beban-bean yang bekerja pada struktur agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA Tri Hartanto Abstrak Pengetahuan tentang sistim struktur dan konstruksi, dan teknologi bahan sangat erat sekali

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Geologi

Jenis Bahaya Geologi Jenis Bahaya Geologi Bahaya Geologi atau sering kita sebut bencana alam ada beberapa jenis diantaranya : Gempa Bumi Gempabumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI 5.1. Pengembangan Desain Mengingat pengembangan sistem prefabrikasi ini ditujukan untuk pembangunan rumah secara massal, sistem ini akan lebih menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) 1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala Richter sehingga dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Halini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pekerjaan konstruksi, atap merupakan salah satu elemen penting pada bangunan gedung dan perumahan. Sebab atap pada bangunan berfungsi sebagi penutup seluruh atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada

Lebih terperinci

RUMAH ADAT LAMPUNG. (sumber : foto Tri Hidayat)

RUMAH ADAT LAMPUNG. (sumber : foto Tri Hidayat) RUMH T LMPUN Rumah-rumah tradisional Lampung arat adalah rumah panggung yaitu rumah yang terbuat dari kayu yang dibawah nya sengaja dikosongkan sebagai tempat menyimpan ternak dan hasil panen. pada umum

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN mbaran konstruksi beton untuk keperluan pelaksanaan pembangunan gedung sangat berperan. Untuk itu perlu dikuasai oleh seseorang yang berkecimpung dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (http://wordpress.com/2010/10/25

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (http://wordpress.com/2010/10/25 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan mengalami bencana alam yang disebabkan oleh banjir, tsunami, gempabumi, tanah longsor, letusan gunung berapi. Frekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Tanah longsor sangat rawan terjadi di kawasan

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan

Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan oleh Widya Fransiska Febriati Prog. Studi Teknik Arsitektur FT. Universitas Sriwijaya, Palembang Email: widyafrans@telkom.net

Lebih terperinci

Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan

Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Sugeng Triyadi S. Andi Harapan S. Abstrak Perumahan gempol merupakan salah satu perumahan peninggalan Belanda

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR. permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa.

BAB 2 TEORI DASAR. permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa. BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Gempa Bumi Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran pada permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa. Energi yang dilepaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

Lebih terperinci

PENGENALAN. Irman Sonjaya, SE

PENGENALAN. Irman Sonjaya, SE PENGENALAN Irman Sonjaya, SE PENGERTIAN Gempa bumi adalah suatu gangguan dalam bumi jauh di bawah permukaan yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda di permukaan. Gempa bumi datangnya sekonyong-konyong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia dibagian utara, lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk

Lebih terperinci