BAB IV HASIL PENELITIAN. sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat. Pongkor terdapat beberapa tempat kerja antara lain :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat. Pongkor terdapat beberapa tempat kerja antara lain :"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Tempat Kerja dan Faktor Bahaya 1. Tempat kerja Tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tidak bergerak, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya. Dari hasil pengamatan di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor terdapat beberapa tempat kerja antara lain : a. Kantor atas. Aktivitas kerja yaitu pekerjaan administrasi, pekerjaan ini termasuk kategori beban kerja sedang. b. Kantor tambang. Aktivitas kerja yaitu pekerjaan administrasi, pekerjaan ini termasuk kategori beban kerja sedang. c. Laboratorium. Aktivitas kerja yaitu pekerjaan analisa kimia, peleburan, administrasi, dan preparasi. Pekerjaan ini termasuk kategori beban kerja Berat. 32

2 33 Gambar 2. Peleburan di laboratorium Sumber : Hasil Pendataan April, 2016 Gambar diatas menjelaskan akivitas peleburan biji emas di area tempat kerja laboratorium yang dilakukan oleh dua pekerja, pada bulan April jam WIB. d. Tambang underground. Aktivitas kerja meliputi pekerjaan eksplorasi, perbaikan alat, pengangkutan, sampling, pemasangan fleksibel, dan pemasangan porpoling. Pekerjaan ini termasuk kategori beban kerja berat. Gambar 3. Aktivitas kerja di tambang underground Sumber : Hasil Pendataan April, 2016

3 34 Gambar no 3 menjelaskan aktivitas pekerja ditambang underground, kegiatan ini adalah memasang wear mesh dengan alat berat jumbo drill di Ciguha. 2. Faktor bahaya Setiap area kerja atau tempat kerja pasti terdapat adanya bahaya. Bahaya merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cidera dan penyakit akibat kerja. Dari hasil pengamatan di tempat kerja kantor atas, kantor tambang, laboratorium, dan tambang underground yang berada di PT. ANTAM Tbk GMBU Pongkor. Berdasarkan data dari satuan kerja Occupational Health pada tahun 2016 yang telah dilakukan identifikasi, monitoring dan tindak lanjut perbaikan pada faktor bahaya tersebut, adapun beberapa faktor bahaya yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja khususnya dapat menimbulkan kelelahan kerja di empat tempat kerja tersebut, antara lain : a. Kantor atas, faktor bahaya yang timbul yaitu suhu dan penerangan b. Kantor bawah, faktor bahaya yang timbul yaitu suhu, kebisingan, dan penerangan c. Laboratorium, faktor bahaya yang timbul yaitu suhu, kebisingan, dan penerangan. d. Tambang underground, faktor bahaya yang timbul yaitu suhu, kebisingan, dan penerangan

4 35 B. Kelelahan Kerja 1. Penyebab kelelahan kerja Hasil dari pengamatan dan wawancara di empat area kerja yang diteliti, ditemukan beberapa penyebab terjadinya kelelahan kerja, antara lain : a. Aktivitas kerja fisik Aktivitas kerja fisik yang dilakukan oleh pekerja ditemukan seperti di area kerja laboratorium (mengangkat biji emas dan aktivitas peleburan), kantor tambang (mengangkat APD), tambang underground (pengeboran memakai jack leg, pemindahan barang, memukul). b. Aktivitas kerja mental dan psikologis Aktivitas kerja mental dan psikologis di temukan pada area perkantoran (pekerjaan adinistrasi), dan area tambang underground (pengawas dan pekerja biasa). c. Stasiun kerja tidak ergonomis Stasiun kerja yang tidak ergonomis ditemukan pada area kantor atas dan bawah terdapat beberapa tata letak komputer tidak seseuai dengan postur tubuh. Akan tetapi perusahaan telah menyediakan tempat duduk yang dinamis yang dapat diatur tinggi rendahnya atau dapat juga memutar. Di area tambang underground stasiun yyang tidak ergonomis di stasiun kerja eksplorasi dan operator jack leg. Pada area

5 36 laboratorium stasiun kerja yang tidak ergonomis meliputi meja analisa kimia dan bagian preparasi. d. Sikap kerja Berbagai sikap kerja yang ditemukan di empat area kerja dalam melakukan pekerjaan di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor, yaitu: 1) Sikap kerja duduk Sikap kerja ini banyak ditemukan di area kantor atas (dipekerjaan administrasi dan akuntansi), tambang underground (operator alat berat), kantor bawah (pekerjaan administrasi). Sikap kerja ini termasuk sikap kerja yang monoton. 2) Membungkuk dan jongkok Sikap kerja ini banyak ditemukan di area kerja ditambang underground dalam melakukan kegiatan perbaikan dan perawatan unit atau peralatan kerja dan pegeboran memakai alat jack leg. Sikap kerja ini termasuk sikap kerja yang paksa 3) Sikap kerja berdiri dan berpindah pindah Sikap kerja ini banyak ditemukan pada tenaga kerja lapangan, seperti : pengawas lapangan dan pekerja lapangan di area tambang underground, pekeja di laboratorium. Sikap kerja ini termasuk sikap kerja yang monoton.

6 37 e. Statis dan monotoni Pekerjaan yang bersifat statis dan monotoni ditemukan pada area kantor atas dan kantor bawah atau kantor tambang pada pekerjaan administrasi, pada area tambang underground juga ditemukan sifat pekerjaan statis dan monotoni pada operator alat berat. f. Kerja dengan gerakan tambahan yang tidak perlu Sikap ini ditemukan diarea kantor atas, kantor bawah, dan laboratorium karena terdapat rak tempat barang yang tinggi, hal ini mengakibatkan pekerja saat mengambil barang mengeluarkan jangkauan tambahan atau tindakan tambahan. g. Lingkungan kerja yang ekstrim, terdapat beberapa lingkungan kerja yang melebihi NAB seperti area peleburan yang panas, area tambang underground yang panas, kebisingan, dan penerangan yang kurang di area perkantoran. Tabel 1. Hasil pemantaun kebisingan yang melebihi NAB LAMA KEBISINGAN LOKASI PENGUKURAN PAPARAN (dba) (Jam) KET. Vein C Utara Portal Gdg >NAB Handak Rd Conact B Ciguha Utama >NAB Vein C ke Utara Portal Gdg >NAB Handak Tungku penggarangan Gold >NAB room Sel Elektrowining Gold room >NAB Plant 2 Tungku Morgan 2 Gold room >NAB Bersambung

7 38 Sambungan Sel Elektrowining Gold room >NAB Plant 1 Dumping Point 94 8 >NAB Sumber : PT. ANTAM GMBU Pongkor, 2016 Keterangan : NAB berdasarkan Permenakertrans No 13 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan kimia Diantara tempat kerja yang mempunyai intensitas kebisingan yang paling tinggi pada area Vein C utara portal gudang handak dan intensitas kebisingan yang rendah pada area dumping point. Tabel 2. Hasil pengukuran iklim kerja yang melebihi NAB IKLIM KERJA BEBAN LAMA LOKASI PENGUKURAN ISBB (C 0 KERJA PAPARAN ) (Jam) SD RC 10 arah Utara CU 32.3 Berat 8 L.600 Tungku Morgan Berat 8 SD. RC 10 ke Selatan CU 31.6 Berat 8 L.600 SD RC 10 arah Utara 31.5 Berat 8 Tungku penggarangan 31.0 Berat 8 Sel Elektrowining Gold 30.9 Berat 8 room Plan 1 SD RC 10 arah Selatan 30.7 Berat 8 CU L.600 Tungku Morgan Berat 8 X-C 524 Selatan Pasir 30.5 Berat 8 Jawa X-C 524 Utara Pasir Jawa 30.5 Berat 8 SD RC 10 arah Selatan 30.5 Berat 8 Acces Blok 4 Central CU 30.4 Berat 8 L.500 Tungku Morgan 2 Gold 29.8 Berat 8 room X-C 490 B CU L Berat 8 X-C 519 arah Selatan KCRB Berat 8 Sumber : PT. ANTAM GMBU Pongkor, 2016 Keterangan : NAB iklim kerja dengan beban kerja berat berdasarkan Permenakertrans No 13 Tahun 2011 yaitu <27.5 o

8 39 Di antara tempat kerja yang mempunyai suhu yang paling tinggi pada area SD RC 10 arah Utara CU L.600 dan suhu yang rendah pada area XC 519 arah Selatan KCRB. Tabel 3. Hasil pengukuran penerangan yang tidak sesuai LOKASI PENCAHAYAAN JENIS KET PENGUKURAN (Lux) PEKERJAAN Ruang Istirahat Gold 71 Membedakan Sesuai room barang besar Sel Elektrowining GEKO Teliti Tidak sesuai Tungku Morgan 2 Gold room 85.8 Agak teliti Tidak sesuai Meja kerja Bpk Ade Kuswanto R. Mine 89.3 Teliti Tidak sesuai Surveyor Pencahayaan lokal 92 Teliti Tidak meja Pak Boy Tungku penggarangan Gold room Meja kerja Ibu Safriani R. Mine Surveyor sesuai 92.3 Agak teliti Tidak sesuai 92.6 Teliti Tidak sesuai Pencahayaan lokal meja Pak Octa 95 Teliti Tidak sesuai Sumber : PT. ANTAM GMBU Pongkor, 2016 Ket : Peraturan Menteri Perburuhan No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di Tempat Kerja. Di antara tempat kerja yang mempunyai intenstas penerangan yang paling tinggi pada area pencahayaan lokal meja pak Octa dan intensitas penerangan yang rendah pada sel elektrowing geko 1

9 40 h. Waktu kerja dan istirahat kerja Adapun waktu kerja dan istirahat kerja yang diterapkan oleh di empat area kerja, antara lain : 1) Area kerja kantor atas Jam kerja di kantor atas yaitu non shift dari jam 7.30 WIB sampai jam WIB dengan istirahat kerja jam WIB sampai jam WIB(Senin sampai Jumat). 2) Kantor bawah atau kantor tambang Jam kerja yang diterapkan di area kantor bawah tidak jauh beda dengan di kantor atas yaitu non shift dari jam 7.30 WIB sampai jam WIB dengan istirahat kerja jam WIB sampai jam WIB (Senin sampai Jumat). 3) Tambang underground Jam kerja di tembang underground yaitu non shift dari jam 7.30 WIB sampai jam WIB dengan istirahat kerja jam WIB sampai jam WIB (Senin sampai Jumat), Shift : Jam kerja selama delapan jam dengan rotasi kerja dua hari siang, dua hari pagi, dua hari malam dan dua hari libur (istirahat kerja 1 jam), Long shift : Jam kerja selama dua belas jam dengan rotasi kerja tiga hari pagi, tiga hari malam dan tiga hari libur.

10 41 4) Laboratorium Jam kerja dan istirahat di area laboratorium yaitu non shift dari jam 7.30 WIB sampai jam WIB dengan istirahat kerja jam WIB sampai jam WIB (Senin sampai Jumat), Shift : Jam kerja selama delapan jam dengan rotasi kerja dua hari siang, dua hari pagi, dua hari malam dan dua hari libur (istirahat kerja 1 jam). 2. Faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja Hasil dari pengamatan di area kantor atas, kantor bawah atau kantor tambang terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja, antara lain : a. Lingkungan kerja yang ekstrim, seperti suhu panas di laboratorium bagian peleburan peleburan dan tambang underground., kebisingan di area tambang underground, terlampir pada hasil penyebab table 1, tabel 2, dan tabel 3. b. Ketepatan waktu istirahat kerja Jadwal istirahat dan bekerja telah ditentukan dan disepakati oleh pekerja, lama waktu istirahat yang telah ditetapkan adalah 1 jam perhari sesuai dengan pembagian shift di area kantor bawah atau kantor tambang, kantor atas, laboratorium, dan tambang underground. c. Perjalanan pekerja dari rumah ke tempat kerja rata-rata yang ditempuh oleh pekerja dari rumah menuju ke tempat kerja sekitar 45 menit

11 42 dengan kendaraan pribadi dan fasilitas transpotasi yang disediakan oleh perusahaan sesuai dengan pembagian shift. d. Fasilitas kerja Fasilitas kerja yang disediakan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor antara lain : 1) Olah raga, berbagai macam olah raga yang berada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor seperti tenis meja dan senam di area kantor bawah atau tambang, area kantor atas (senam, tenis meja,badminton, dan tenis lapangan), area laboratorium (senam). Kegiatan olah raga dilakukan secara rutin pada hari Jumat jam 7.30 WIB sampai WIB). Gambar 4. Lapangan Tenis Meja Sumber : Pendataan Maret, 2016 Penjelasan dari gambar no 4 adalah fasilitas olah raga tenis meja yang berada di kantor atas, tempatnya didekat aula atau area parkir.

12 43 2) Piknik PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor melakukan kegiatan piknik dengan biaya ditanggung pekerja dan perusahaan, kegiatan ini dilakukan setiap satu tahun sekali. 3) Transpotasi antar jemput PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor menyediakan transpotasi bagi pekerja setiap berangkat kerja dan pulang kerja berupa bus dan gratis. C. Pengukuran kelelahan kerja Berdasarkan pengukuran kelelahan kerja di tempat kerja kantor atas, kantor tambang atau kantor bawah, laboratorium, dan tambang underground yang berada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor dengan menggunakan alat Reaction Timer L77, pengukuran dilakukan oleh peneliti yang di bantu oleh pembimbing lapangan. Pengukuran kelelahan kerja dilaksanakan dari mulai tanggal Maret 2016, dan diperoleh hasil sebagai berikut : a. Kantor atas Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area kantor atas yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh pembimbing lapangan antara lain :

13 44 Tabel 4. Hasil pengukuran kelelahan kerja di kantor admin atas Nama Skor (mili detik) Riy Un Ati Ko 455 Ac Has Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 6 24 Maret Pekerja yang mempunyai skor kelelahan yang paling tinggi adalah Ko dan untuk skor kelelahan yang rendah adalah Ati. b. Kantor tambang atau kantor bawah Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area kantor bawah atau kantor tambang yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh pembimbing lapangan antara lain : Tabel 5. Hasil pengukuran kelelahan kerja di kantor admin tambang Nama Skor (mili detik) En HB Ev Ae Ls Ahm Sar Bersambung..

14 45 Sambugan Agk HA S Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 6 24 Maret Pekerja yang mempunyai skor kelelahan yang paling tinggi adalah En dan untuk skor kelelahan yang rendah adalah Ev. c. Tambang underground Pengukuran kelelahan kerja di tambang underground dilakukan di dua tempat kerja yaitu tambang ciguha dan tambang gudang handak. Dari pengukuran kelelahan kerja di dua tempat tersebut meperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 6. Hasil pengukuran kelelahan kerja di tambang ciguha Nama Skor (mili detik) Qus Gan Da Sum An Da Ani Gw Ima Hm Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 6 24 Maret 2016.

15 46 Pekerja yang mempunyai skor kelelahan yang paling tinggi adalah Da mili detik dan untuk skor kelelahan yang rendah adalah Qus mili detik. Tabel 7. Hasil pengukuran kelelahan kerja di tambang gudang handak Nama Skor (mili detik) A K Sut Nen Mar Sup Ud Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 6 24 Maret 2016 Pekerja yang mempunyai skor kelelahan yang paling tinggi adalah Sup mili detik dan untuk skor kelelahan yang rendah adalah Mar mili detik. d. Laboratorium Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area laboratorium yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh pembimbing lapangan antara lain : Tabel 8. Hasil pengukuran kelelahan kerja di laboratorium Nama Skor (mili detik) M. Ro I R As U S Bersambung

16 47 Sambungan. Jul Y S A H Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 6 24 Maret Pekerja yang mempunyai skor kelelahan yang paling tinggi adalah IR mili detik dan untuk skor kelelahan yang rendah adalah US mili detik. Gambar 5. Pengukuran kelelahan kerja Sumber : Hasil Pendataan Maret, 2016 Penjelasan dari gambar no 5 adalah aktivitas pengukuran kelelahan kerja menggunakan alat Reaction Timer L77 di tambang underground oleh peneliti dengan pembimbing. D. Manajemen Kelelahan Kerja Manajemen kelelahan kerja PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor dipimpin atau penanggung jawab oleh satuan kerja HSE yaitu Occupational Health dan

17 48 melakukan progam-progam untuk mengendalikan tingkat kelelahan kerja, adapun progam dari manajemen kelelahan kerja meliputi : 1. Promosi kesehatan kerja Hasil dari pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan promosi kesehatan kerja oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor yaitu a. Dibentuknya organisasi HSE. (Terlampir lampiran 1) b. Pelatihan tentang kesehatan kerja. Gambar 6. Pelatihan kesehatan kerja Sumber : Hasil Pendataan April, 2016 Penjelasan gambar no 6 adalah aktivitas pelatihan K3 terhadap pekerja yang dilakukan oleh departemen HSE. Tempat pelatihan berada di kantor tambang. c. Setiap 1 bulan sekali terdapat kegiatan refresh tentang Hiperkes.

18 49 Gambar 7. Kegiatan refresh K3 Sumber : Hasil pendataan Maret, 2016 Penjelasan dari gambar no 2 adalah aktivitas absensi kegiatan refresh K3 yang berada di aula PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor pada bulan Maret. d. Setiap 1 bulan sekali dilakukan safety comite dan dihadiri oleh perwakilan pekerja per satuan kerja, dimana materi hiperkes atau masalah tentang hyeperkes di kaitkan atau dicantumkan terlampir materi presentasi safety comite.(lampiran 2) Gambar 8. Kegiatan safety comite Sumber : Hasil pendataan April, 2016

19 50 Penjelasan dari gambar no 8 adalah persiapan dalam rangka kegiatan rutin safety comite yang berada di aula PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor yang di ikuti semua departemen beserta satuan kerjanya. e. Dilakukannya kegiatan safety talk, kegiatan ini ada yang satu hari sekali dan satu minggu sekali. Gambar 9. Kegiatan safety talk Sumber : Hasil Pendataan April, 2016 Penjelasan dari gambar no 9 adalah kegiatan safety talk yang dilakukan satuan kerja safety terhadap pekerja dari mitra kerja PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor. Kegiatan ini dilakukan secara rutin pada pagi hari. f. Dilakukannya safety induction terhadap calon pekerja maupun pekerja lama yang dipindah tenpatkan ke area kerja lain, terlampir materi safety induction.(lampiran 3) g. Menerbitkan majalah Antam dan masalah-masalah K3 dicantumkan ke isi dari majalah tersebut, kemudian majalah di sebarkan ke unit bisnis antam lainnya.

20 51 h. Promosi kesehatan kerja juga dilakukan pada saat ada kegiatan sosial, misalnya kegiatan donor darah. Gambar 10. Kegiatan donor darah Sumber : Hasil Pendataan April, 2016 Penjelasan dari gambar no 10 adalah kegiatan rutin donor darah serta sosialisasi kesehatan. Kegiatan ini dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh satuan kerja Occupational Health yang bekerja sama dengan PMI Kota Bogor. i. PT. Antam GMBU Pongkor melakukan pemantauan lingkungan kerja, dan pemantauan ergonomi. Gambar 11. Kegiatan pemantaun lingkungan kerja Sumber : Hasil pendataan Maret, 2016

21 52 Penjelasan dari no 11 adalah kegiatan rutin pemantaun lingkungan kerja di tambang underground oleh satuan kerja Occupational Health. PT. ANTAM Tbk GMBU Pongkor dalam melakukan sosialisasi masalah tentang kesehatan maka dilakukan oleh satuan kerja Occupational Health yang bekerja sama dengan pihak Yaskespen. 2. Pencegahan kelelahan kerja Hasil dari pengukuran dan hasil analisa tingkat kelelahan kerja maka pencegahan kelelahan kerja di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor yaitu : a. Kesehatan Kerja Data penelitian yang diperoleh di Occupational Health PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor yaitu berupa data hasil dari pelaksanaan pemeriksaan prakerja, pemeriksaan resti dilakukan setiap dua kali dalam setahun, medical pemeriksaan resti dilakukan setiap satu tahun sekali dan pemeriksaan khusus jika mendapatkan suatu kelainanan/terpapar penyakit. Dari daftar kunjungan ke klinik didapatkan berbagai gangguan kesehatan yang dialami oleh pekerja. Untuk menjamin tingkat derajat kesehatan pekerja yang ada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor melakukan progam pelayanan dan sarana kesehatan bagi pekerja baik karyawan maupun sub kontraktor.yaitu berupa :

22 53 1) Pemeriksaan Kesehatan Hasil dari pengamatan secara langsung, membaca dokumen diruang Occupational Health dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan pemeriksaan kesehatan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor, adapun jenis pemeriksaan kesehatan untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja antara lain : a) Pemeriksaan prakerja Pemeriksaan Prakerja merupakan pemeriksaan kesehatan yang ditujukan kepada pekerja yang baru atau sebelum mereka bekerja. Sehingga perusahaan mempunyai data lengkap tentang riwayat kesehatan tenaga kerja tersebut, yang nantinya akan dilakukan pemantauan kesehatan secara berkala. Hal ini bertujuan agar jika suatu saat ditemukan penyakit maka dapat diketahui penyebabnya. b) Pemeriksaan kesehatan berkala Pemeriksaan kesehatan berkala di PT. ANTAM Tbk. UBPE Pongkor dilakukan oleh pihak ke tiga yaitu PT. TIRTA Medika Jakarta (perusahaan pihak ke tiga bersifat tidak tetap). Adapun pemeriksaan berkala yang ada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor, antara lain : (1) Non resti, pemeriksaan ini dilakukan setiap satu tahun sekali

23 54 (2) Resti, pemeriksaan ini dilakukan setiap satu tahun dua kali (Terlampir data MCU Lampiran 4) b. Gizi kerja Gambar 12. Kegiatan pemeriksaan berkala Sumber : Hasil Pendataan April, 2016 Penjelasan dari gambar no 12 adal kegiatan pemeriksaan berkala resti 1 yang dilakukan oleh satuan kerja Occupational Helth yang berkerja sama dengan PT. TIRTA MEDICA Jakarta. Kegiatan ini dilakukan di ruang pembelajaran PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor. PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor didalam pemenuhan gizi bagi karyawan dengan cara pemberian ekstra fooding dan penyediaan kantin. Menu makan yang berada di kantin setiap satu bulan sekali di lakukan pengujian dan dipantau oleh satuan kerja Occupational Health. Pemantaun ini dilakukan agar kualitas makanan di kantin tetap terjaga dan dapat memenuhi gizi bagi tenaga kerja. Adapun pemberian makanan tambahan yaitu snack atau parsel (seperti susu kaleng, roti, mie instan), susu atau bubur kacang ijo diberikan untuk

24 55 tambang underground setiap hari dan untuk kantor atau laboratorium satu minggu sekali pada hari Jumat. c. Peralatan Kerja Peralatan kerja bantu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan pada area laboratorium (Hand tool atau alat-alat untuk reparasi dan analisa kimia, tungku peleburan), kantor atas (komputer), kantor bawah atau kantor tambang (komputer) dan tambang underground (WL, LHD, Jumbo Drill, Lokomotif, Excavator, Jack Leg dan hand tool). Dalam penggunaan peralatan kerja seperti di atas bertujuan agar memudahkan atau mempercepat proses produksi dan dapat meminimalisir terjadinya kelelahan. Adapun beberapa contoh peralatan kerja yang ada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor antara lain : 1) Kereta lokomotif Penggunaan kereta lokomotif yaitu untuk mengangkat material biji emas dari underground ke dumping point/stock pile (tambang underground). 2) Jumbo drill Penggunaan jumbo drill yaitu untuk membuat lubang/pengeboran dan pemasangan wear mesh (tambang underground).

25 56 Gambar 13. Alat berat jumbo drill Sumber : Hasil Pendataan April, 2016 Penjelasan dari gambar no 13 adalah salah satu alat berat jumbo drill yang beroperasi di tambang underground. 3) Excavator Penggunaan excavator yaitu untuk menggali, mengangkat, dan proses loading point (Stock pile tambang underground) 4) Jack leg Alat ini digunakan untuk membuat lubang pemasangan anfo atau peledak. Gambar 14. Alat jack leg Sumber : Hasil Pendataan April, 2016

26 57 Penjelasan dari gambar no 14 adalah salah satu alat jack leg yang berada di tambang underground. Alat ini sedang melakukan pengeboran pembuatan lubang untuk dinamit atau anfo 5) WL dan LHD Pengguaan alat berat ini digunakan di underground. Gambar 15. Alat berat Weloader Sumber : Hasil Pendataan April, 2016 Penjelasan dari gambar no 15 adalah salah satu alat berat Weloader yang berada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor. Alat ini sedang melakukan uji emisi di parkiran ERG. 6) peralatan hand tool (laboratorium, tambang underground) d. Lingkungan kerja PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor di dalam pencegahan terjadinya kelelahan kerja, PT. ANTAM Tbk GMBU Pongkor melakukan pemantauan lingkungan kerja secara terjadwal setiap satu bulan sekali, dua bulan sekali, dan tiga bulan sekali sesuai dengan faktor dan risiko bahaya, pemantauan lingkungan kerja dilakukan oleh satuan kerja Occupational Health satu bulan sekali, dua bulan sekali,

27 58 dan tiga bulan sekali sesuai dengan tingkat risiko, tetapi jika dalam keadaan darurat maka akan dilakukan pemantaun secapatnya. Pemantauan lingkungan kerja juga dilakukan oleh pihak luar (Dinas pemerintahan setempat dan oleh pihak independen atau PJK3) jadwal pemantauan terlampir pada (Lampiran 5). Adapun lingkungan kerja yang dapat menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja antara lain : 1) Kebisingan Segala risiko bahaya yang di timbulkan dari kebisingan maka PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor melakukan pengukuran kebisingan yang bertujuan agar dapat meminimalisir dan mencegah terjadinya resiko bahaya yang ditimbulkan karena faktor kebisingan yang melebihi NAB. Pengukuran kebisingan dilakukan setiap satu kali dalam sebulan pada unit atau area kerja di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor sesuai dengan resiko bahaya, tetapi jika suatu saat terdapat intensitas kebisingan secara tiba-tiba atau keadaan tertentu maka segera dilakukan pengukuran intensitas kebisingan. Adapun hasil pemantaun lingkungan kerja kebisingan di area kantor atas, kantor bawah atau tambang, laboratorium, dan tambang underground yang diteliti kelelahan kerjanya oleh peneliti. Terlampir hasil pengukuran kebisingan (Lampiran 6).

28 59 2) Penerangan Terdapat dua sumber penerangan yang digunakan PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor yaitu alami dan buatan. Sumber penerangan alami berasal dari sinar matahari biasanya digunakan pada area kerja pabrik, maintenance dan kantor admin pada siang hari. Sedangkan penerangan buatan berasal dari lampu pada malam ataupun siang hari untuk mencukupi kebutuhan penerangan. PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor melakukan pengukuran intensitas penerangan dengan alat Luxmeter. Pengukuran dilakukan setiap satu bulan sekali oleh satuan kerja Occupational Health dan pengukuran ini telah terjadwal. Adapun hasil pemantaun lingkungan kerja penerangan di area kantor atas, kantor bawah atau tambang, laboratorium, dan tambang underground yang diteliti kelelahan kerjanya oleh peneliti. Terlampir hasil pengukuran penerangan (Lampiran 7). 3) Getaran PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor melakukan pengukuran getaran. Adapun hasil pemantaun lingkungan kerja getaran Terlampir hasil pengukuran getaran (Lampiran 8). 4) Iklim kerja Tenaga kerja yang terpapar panas di area kerja underground dan pabrik. Pengukuran iklim kerja dilakukan oleh PT. ANTAM

29 60 Tbk. GMBU Pongkor setiap satu bulan sekali, tetapi jika ada keadaan panas tiba-tiba yang dapat mengganggu pekerja maka segera dilakukan pengukuran iklim kerja biasanya hal ini terjadi di underground. Adapun hasil pemantaun lingkungan kerja iklim kerja (Lampiran 9) PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor melakukan pencegahan atau meminimalir iklim kerja agar tidak melebihi nilai ambang batas dan mengurangi dampak bahaya dari iklim kerja, antara lain : a) Pemasangan alat pendingin ruangan. b) Penyediaan pakaian yang menyerap keringat. c) Pemasangan exhauster atau ventilasi buatan di underground. d) Menyediakan air minum mineral yang cukup di setiap area kerja. e. Recrument dan rotasi kerja Mengingat besar kemungkinan terjadi kelelahan kerja, maka PT. ANTAM Tbk. Pongkor melakukan recrument pekerja dengan ketat dengan beberapa syarat yaitu umur, nilai yang tinggi, berdedikasi dan mempunyai jiwa semangat kerja, dan melalui beberapa tes. Di PT. ANTAM juga melakukan rotasi kerja setelah pekerja 4-5 tahun bekerja pada bagian tersebut, hal ini bertujuan untuk menghindari adanya kejenuhan dalam bekerja dan jika umur pekerja sudah sampai 55 tahun maka dilakukan pensiun pekerja.

30 61 3. Pengobatan kelelahan kerja Mengingat bahwa kelelahan kerja merupakan keadaan yang dapat mengganggu pekerja dan perusahaan yang berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan produktivitas terganggu atau menurun. Maka PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor melakukan perbaikan atau penanganan terhadap adanya faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kelelahan kerja, antara lain : a. Mendapat fasilitas kesehatan seperti jaminan kesehatan, BPJS, surat pengantar rujukan ke rumah sakit yang ditunjuk atau telah bekerjasama dengan PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor seperti RS. Centra Medika Cibinong, RS Karya Bakti Pertiwi, RS. Harapan Kita Jakarta, RS. PMI Bogor, RS. Cipto Mangunkusumo Jakarta. b. Menyediakan klinik 24 jam dengan satu orang dokter dan perawat. Dokter siap memberikan konseling tentang masalah kelelahan kerja. Gambar 16. Klinik dan Tenaga Medis Sumber : Hasil Pendataan April, 2016

31 62 Penjelasan dari gambar no 16 adalah klinik dan tenaga medis yang berada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor. c. Dilakukan pemeriksaan khusus terkait kelelahan kerja dan pemeriksaan ini di lakukan oleh klinik Yaskespen atau dirujuk ke rumah sakit yang telah ditunjuk. Gambar 17. Pemeriksaan Khusus Sumber : Hasil Pendataan April, 2016 Penjelasan dari gambar no 17 adalah pemeriksaan khusus yang dilakukan oleh dokter yang berada di klinik terhadap seorang pekerja yang sakit. 4. Rehabilitas kelelahan kerja Dalam melakukan rehabilitas kelelahan kerja PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor membentuk satuan kerja Occupational Health dan penyediaan pelayanan kesehatan terdiri dari klinik 24 jam beserta tenaga medis (1 dokter dan 1 perawat) untuk memantau pekerja yang terpapar kelelahan kerja dan dilakukan pemeriksaan khusus oleh pihak klinik atau dirujuk ke rumah sakit bertujuan untuk memastikan apakah pekerja tersebut telah sehat atau belum terkait kelelahan kerja. Selain itu jika

32 63 pekerja mengalami kecacatan atau kelainan maka akan dipindah tugaskan atau di rotasi dari tempat kerja yang mengakibatkan potensi kelelahan kerja tinggi ke tempat yang potensi kelelahan rendah. PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor juga menyediakan fasilitas transpotasi antar jemput karyawan. 5. Evaluasi program pengendalian kelelahan kerja PT. ANTAM Tbk GMBU Pongkor di dalam melakukan evaluasi program-program pengendalian kelelahan kerja dengan cara : a. Melakukan rapat internal dari satuan kerja Occupational Health bersifat insindental (tidak terjadwal). b. Melakukan rapat safety comite yang melibatkan dari semua departemen beserta satuan kerjanya, kegiatan ini dilakukan satu bulan sekali setiap tanggal 5. c. Melakukan rapat internal dari departemen HSE bersifat insindental (tidak terjadwal). d. Melakukan audit dilakukan oleh internal (Occupational Health ) dan eksternal dari pihak pemerintah atau PJK3. e. Melakukan rapat triwulan dengan melibatkan semua departemen beserta satuan kerjanya. Hasil dari rapat yang tidak baik atau tidak tercapai maka akan dilakukan tindak lanjut atau perbaikan dan hasil rapat dilaporkan kepada

33 64 Kepala Teknik Tambang dilanjutkan ke PT. ANTAM Pusat serta disosialisasikan ke pekerja melalui safety talk.

BAB V PEMBAHASAN. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1

BAB V PEMBAHASAN. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1 BAB V PEMBAHASAN A. Tempat Kerja dan Faktor Bahaya Kantor atas, kantor bawah atau kantor tambang, laboratorium, dan tambang underground merupakan tempat kerja yang berada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengenai penerapan Medical Check Up (MCU) berkala di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut :

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengenai penerapan Medical Check Up (MCU) berkala di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut : BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai penerapan Medical Check Up (MCU) berkala di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut : 1. PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU telah menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

SUMBER DAYA MANUSIA DAN DESAIN KERJA

SUMBER DAYA MANUSIA DAN DESAIN KERJA SUMBER DAYA MANUSIA DAN DESAIN KERJA Tujuan Strategi Sumber Daya Manusia Strategi sumber daya manusia dapat menjadi keunggulan bagi suatu perusahaan di dalam mempertahankan segmen pelanggannya dan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian PT. Saptaindra Sejati adalah sebuah perusahaan kontraktor jasa pertambangan. Dan dalam proses produksi penambangannya menggunakan alat berat dimana dalam pengoperasiannya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyelenggaraan kantin, faktor higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap penyajian makanan,

Lebih terperinci

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI Perbaikan Berkesinambungan Dokumentasi 2 Dari 78 6.1 MANUAL SMKP 6.2 Pengendalian Dokumen 6.3 Pengendalian Rekaman 6.4 Dokumen dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. Namun dalam penerapan teknologi tinggi tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja

Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja 1. Mengetahui latar belakang klinik di tempat kerja 2. Menjelaskan pengertian, kedudukan dan fungsi klinik di tempat kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

GAMBARAN MANAJEMEN STRES DALAM UPAYA MENCEGAH GANGGUAN KESEHATAN PADA KARYAWAN DI PT ANTAM (PERSERO) TBK GOLD MINING BUSINES UNIT BOGOR, JAWA BARAT

GAMBARAN MANAJEMEN STRES DALAM UPAYA MENCEGAH GANGGUAN KESEHATAN PADA KARYAWAN DI PT ANTAM (PERSERO) TBK GOLD MINING BUSINES UNIT BOGOR, JAWA BARAT GAMBARAN MANAJEMEN STRES DALAM UPAYA MENCEGAH GANGGUAN KESEHATAN PADA KARYAWAN DI PT ANTAM (PERSERO) TBK GOLD MINING BUSINES UNIT BOGOR, JAWA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mengurangi kinerja, berdampak pada kondisi psikis pekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mengurangi kinerja, berdampak pada kondisi psikis pekerja, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan kerja dapat mengurangi aktivitas yang akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan meneruskan pekerjaan secara maksimal. Kelelahan terbagi menjadi dua, yaitu kelelahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar di dalam telinga. Namun bunyi tersebut dapat menimbulkan kebisingan di telinga manusia.

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

Bersama ini kami sampaikan satu berkas proposal implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) beserta lampirannya.

Bersama ini kami sampaikan satu berkas proposal implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) beserta lampirannya. ` 2012 Kepada Yth, Bapak / Ibu Pimpinan di Perusahaan Jakarta, April 2012 Our reference: 0316-THS-IV-2012 rev.0 Attn : HRD, HSE Departement Dengan hormat, Bersama ini kami sampaikan satu berkas proposal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanganan material secara manual seperti pengangkutan proses produksi yang menggunakan tenaga manusia masih banyak digunakan pada industri di Indonesia. Selain mudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah studi di Portugal mengenai lingkungan dingin menunjukkan prosentase yang signifikan dari pekerja yang berulang kali terpajan pada kondisi ekstrim dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengupasan tanah pucuk (top soil removal). Top Soil Removal dilakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengupasan tanah pucuk (top soil removal). Top Soil Removal dilakukan 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Overburden Removal Dalam pekerjaan Overburden Removal dimulai dengan proses pengupasan tanah pucuk (top soil removal). Top Soil Removal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Data Kecelakaan Kerja Tahun Cacat Total

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Data Kecelakaan Kerja Tahun Cacat Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambangan dan penggalian merupakan lapangan kerja yang banyak menyerap sumber daya manusia di Indonesia, menduduki peringkat ke 8 di Indonesia menurut Badan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat dimana dilakukan suatu kegiatan atau aktivitas baik di rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi bahaya. Apabila potensi

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN. VII.1 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja. proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tenaga kerja merasa

BAB VII PEMBAHASAN. VII.1 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja. proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tenaga kerja merasa BAB VII PEMBAHASAN VII.1 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja Kesehatan tenaga kerja merupakan hal yang paling utama dalam perusahaan. Jika perusahaan dapat menjaga kesehatan tenaga kerja, maka proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penilaian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor risiko ergonomi yang mempengaruhi besarnya tingkat

Lebih terperinci

ALAT / MATERIAL / PROSES / LINGKUNGAN Halaman 2 Rp. PENJELASAN CEDERA / KERUSAKAN NAMA KORBAN / KOMPONEN (JIKA ADA) CEDERA / KERUSAKAN....... SKETSA KEJADIAN / DENAH / GAMBAR / FOTO SKETSA / DENAH / GAMBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja dimana pekerja melakukan pekerjaannya sehari hari, Kondisi lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja, dimana ada beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip ( Resume Hasil Kajian BPAD Provinsi DIY )

Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip ( Resume Hasil Kajian BPAD Provinsi DIY ) Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip ( Resume Hasil Kajian BPAD Provinsi DIY ) An Nisa Sukma Mahasiswi D III Kearsipan, UGM Pendahuluan Arsip merupakan komponen penting dalam pelaksanaan funfsi dan tugas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA. area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA. area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA Berdasarkan hasil penilaian postur kerja berdasarkan metode REBA di area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Station Melting

Lebih terperinci

Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X

Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X Syifa Chairunnisa, Baju Widjasena, Suroto Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:

Lebih terperinci

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012 SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012 Pengantar Sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012, panduan yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas adalah faktor pekerjaan yang dihadapi oleh banyak pekerja hutan di seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di bidang kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi. Hal ini ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT HARAPAN JL. SENOPATI NO 11 MAGELANG 2016 KERANGKA ACUAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PENDAHULUAN Rumah Sakit sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

K3 dan Lingkungan. Pertemuan ke-12

K3 dan Lingkungan. Pertemuan ke-12 K3 dan Lingkungan Pertemuan ke-12 Organisasi K3 Sasaran pokoknya adalah mengajak seluruh personel di dalam suatu usaha bersama pada suatu pencegahan kecelakaan dan penegakan kesehatan kondisi kerja Pendekatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI FAKTOR KEBISINGAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN MEMPENGARUHI PERFORMANSI KERJA

TUGAS AKHIR EVALUASI FAKTOR KEBISINGAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN MEMPENGARUHI PERFORMANSI KERJA TUGAS AKHIR EVALUASI FAKTOR KEBISINGAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN MEMPENGARUHI PERFORMANSI KERJA (Studi Kasus: PT. ANEKA TAMBANG EMAS PONGKOR Tbk) Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI 2014 I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN 204 PT. Pacific Lubritama Indonesia 204 WORK DAYS JANUARY 204 FEBRUARY 204 MARET 204 APRIL 204 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 2 22 23 24 25 26 27 28 30

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH TAHUN ANGGARAN 2015 TIM K3 RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Lebih terperinci

Prevalensi Bahaya Potensial Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Pengrajin Emping dan Keripik di Kota Cilegon Banten

Prevalensi Bahaya Potensial Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Pengrajin Emping dan Keripik di Kota Cilegon Banten Prevalensi Bahaya Potensial Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Pengrajin Emping dan Keripik di Kota Cilegon Banten Yosephin Sri Sutanti 1,Yusuf Handoko 2 1,2) Universitas Kristen Krida Wacana, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN 112 MANAJEMEN PERUSAHAAN 5.1 Bentuk Perusahaan Pabrik nitrobenzen yang akan didirikan, direncanakan mempunyai: Bentuk Lapangan Usaha Kapasitas produksi Status perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) : Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA JL. NGESREP BARAT III NO. 44 SEMARANG TELP SERTIFIKAT ISO TAHUN

BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA JL. NGESREP BARAT III NO. 44 SEMARANG TELP SERTIFIKAT ISO TAHUN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA JL. NGESREP BARAT III NO. 44 SEMARANG TELP. 024-7474495 SERTIFIKAT ISO 17025 TAHUN 2005 Balai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Balai K3) Provinsi Jawa Tengah, mempunyai

Lebih terperinci

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RS JIWA DAERAH DR. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien merupakan upaya secara komprehensif, integratif dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah hotel. Dinas Pariwisata Bali mencatat jumlah hotel yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah hotel. Dinas Pariwisata Bali mencatat jumlah hotel yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kunjungan wisatawan ke Bali setiap tahun mengalami peningkatan yang pesat. Biro Pusat Statistik Bali 2014 mencatat pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan ilmu kesehatan yang bertujuan agar masyarakat atau pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya dengan usaha preventif dan kuratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja yang baik pekerja dapat melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data observasional dan kuesioner.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data observasional dan kuesioner. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Desain Penelitian adalah bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran status kesehatan pekerja di PT. Mulia Keramik Indah Raya Tahun 2008. Metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

OCCUPATIONAL HEALTH MANAGEMENT PROGRAM. Yusmardiansah

OCCUPATIONAL HEALTH MANAGEMENT PROGRAM. Yusmardiansah OCCUPATIONAL HEALTH MANAGEMENT PROGRAM Yusmardiansah 1 PENDAHULUAN Adanya penyakit akibat kerja telah menjadi perhatian oleh manajemen perusahaan karena sangat merugikan dari segi biaya kesehatan, absen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Suma mur (2009) bahwa aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Suma mur (2009) bahwa aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja dalam setiap pekerjaan apapun jenisnya yang memerlukan kekuatan otot atau pemikiran merupakan beban bagi yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan data primer dengan menggunakan analisa kualitatif serta setelah melalui validasi kepada para

Lebih terperinci

POA (PLAN OF ACTION) PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN RESIKO PASIEN JATUH DI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG TAHUN 2013

POA (PLAN OF ACTION) PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN RESIKO PASIEN JATUH DI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG TAHUN 2013 POA (PLAN OF ACTION) PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN RESIKO PASIEN JATUH DI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG TAHUN 2013 I. Pendahuluan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit atau yang lebih terkenal dengan

Lebih terperinci

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran kerja dalam suatu perusahaan adalah sistem manajemen organisasi dalam perusahaan tersebut. Sistem manajemen organisasi yang kompak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang merupakan hasil budi daya manusia (made-man). Hal ini. menaklukkan alam lingkungannya. Tujuan pokok manusia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang merupakan hasil budi daya manusia (made-man). Hal ini. menaklukkan alam lingkungannya. Tujuan pokok manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang penting yang menunjukkan karakteristik masyarakat industri yang hidup di negara maju ialah banyaknya orang yang hidup dalam lingkungan fisik

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 LAPORAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA INDIKATOR AREA KLINIS 1. Assesmen awal medis lengkap dalam 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

PT MDM DASAR DASAR K3

PT MDM DASAR DASAR K3 PT MDM DASAR DASAR K3 KASUS - KASUS K3 Kecelakaan lalu lintas Kasus Kasus Lingkungan KESELAMATAN KERJA Adalah usaha dalam melakukan pekerjaan tanpa kecelakaan Memberikan suasana atau lingkungan kerja yang

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA ELEMEN : IMPLEMENTASI (PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 38 TAHUN 2014) TUGAS MATA KULIAH REKLAMASI DAN PENUTUPAN TAMBANG DOSEN : IR.

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh)

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) 1) Miftahul Barokah Farid, 2) Nur Rahman

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mendorong manusia mengerahkan segenap potensi untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada. Manusia dapat mencukupi

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS PRAKUALIFIKASI CSMS 3.1. PROFIL KONTRAKTOR 1. Nama Perusahaan : Alamat Pos : Nomor Telephone/Fax :... Email : 2. Anggota Direksi NO JABATAN NAMA PENDIDIKAN TERAKHIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima

BAB I PENDAHULUAN. Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima oleh fisik operator selama pelaksanaan kerja. Sudut pandang ergonomi menganalisi setiap beban kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat disegala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan, transportasi, dan lainnya.

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

BAB VII TATA LETAK PABRIK. kelancaran proses produksi. Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas

BAB VII TATA LETAK PABRIK. kelancaran proses produksi. Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas 92 BAB VII TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Lokasi pabrik sangat mempengaruhi kemajuan dan kelangsungan dari suatu industri. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di pabrik paralon PVC X, berikut adalah kesimpulan yang di dapatkan : 1. Pabrik paralon PVC X kurang memperhatikan

Lebih terperinci

Carpal Tunnel Syndrome di Bagian Instalasi Gizi

Carpal Tunnel Syndrome di Bagian Instalasi Gizi Hubungan Sikap Kerja dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Bagian Instalasi Gizi Rumah Sakit Telogorejo Semarang Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Salafi Nugrahani, pembangunan Nasional kini sudah memasuki era Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik pekerja

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX 5.1.1 Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX NASA-TLX merupakan suatu prosedur pembobotan dan rating multi-dimensional yang menyediakan suatu penilaian beban kerja secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Komponen part yang tidak digunakan (barang yang tidak berguna/tidak. sesuai kegunaannya harus disingkirkan atau dibuang)

BAB V PEMBAHASAN. a. Komponen part yang tidak digunakan (barang yang tidak berguna/tidak. sesuai kegunaannya harus disingkirkan atau dibuang) BAB V PEMBAHASAN Gambaran 5S di area welding 1. Kategori Seiri/Ringkas a. Komponen part yang tidak digunakan (barang yang tidak berguna/tidak sesuai kegunaannya harus disingkirkan atau dibuang) Terdapat

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT Kecelakaan kerja di Indonesia telah menghabiskan uang negara sebesar 280 triliun rupiah (Kemenkes RI 2014). Dalam rangka memberikan

Lebih terperinci