Tabel Daftar Nama Biara/Situs dan Nama Daerah Administrasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel Daftar Nama Biara/Situs dan Nama Daerah Administrasi"

Transkripsi

1 Lampiran 1. Tabel Daftar Nama Biara/Situs dan Nama Daerah Administrasi No Nama Biara/situs Desa/ Kalurahan Kecamatan Kabupaten 1 Aek Haruaya Aek Haruaya Portibi Pdnglawas Utara 2 Aek Korsik Aek Tolong Padangbolak Pdlawas Utara 3 Aek Sangkilon Sangkilon Lubuk Barumun Padanglawas 4 Aek Tolong Aek Tolong Padangbolak Pdlawas Utara Huta Jae 5 Batu Gana Batu Gana Padangbolak Julu Pdnglawas Utara 6 Bahal I Bahal Portibi Pdlawas Utara 7 Bahal II Bahal Portibi Pdlawas Utara 8 Bahal III Bahal Portibi Pdlawas Utara 9 Biaro Bara Bara Portibi Pdlawas Utara 10 Biaro Pulo Bahal Portibi Padnglawas Utara 11 Biaro Si Siparau Barumun Padanglawas Pamutung Tengah 12 Tandihat I Tandihat Barumun Tengah Padanglawas 13 Tandihat II Tandihat BarumunTengah Padanglawas 14 Tandihat III Tandihat Barumun Tengah Padanglawas 15 Gunung Tua Ibu Kota Ibu Kota Pdlawas Utara 16 Lobu Dolok Aek Tolong Padangbolak Pdlawas Utara 17 Makam Keramat Pageran Bira Jae Sosopan Padanglawas Jiret Mertuah/ Pageran Bira 18 Manggis Manggis Batang Lobu Sutam Padanglawas 19 Nagasaribu Bangun Purba Padangbolak Pdnglawas Utara 20 Padang Bujur Padangbujur Padangbolak Julu Pdlawas Utara 21 Porlak Dolok Pagaran Bira Sosopan Pdlawas Utara 22 Rondaman Tanjungbangun Portibi Pdlngawas Utara 23 Si Soldop Tanga-Tanga Padangbolak julu Pdlawas Utara Hambeng 24 Sitopayan I & II Sitopayan Portibi Pdnglawas Utara 25 Tor Na Tambang/ Mangaledang Mangaledang Godang Portibi Pdlawas Utara

2 Lampiran 2. Tabel Daftar Nama dan Koordinat Biara/Situs No Nama Biara/Situs Lintang Selatan Bujur Timur 1. Aek Haruaya Aek Korsik Aek Sangkilon Aek Tolong Huta Jae Batu Gana Biaro Bahal I Biaro Bahal II Biaro Bahal III Biaro Bara Biaro Pulo Si Pamutung Tandihat I Tandihat II Tandihat III Gunung Tua Lobu Dolok Makam Keramat Jiret Mertuah/Pagaran Bira 18. Manggis Nagasaribu Padang Bujur Porlak Dolok Rondaman Si Soldop Sitopayan I dan II Tor Na Tambang /Mangaledang

3 Lampiran 3. Tabel Daftar Ketinggian Biara/Situs No Nama Biara/Situs Ketinggian (m) 1. Situs Aek Haruaya Aek Korsik Aek Sangkilon Aek Tolong Huta Jae Batu Gana 130 Bahal I Bahal II Bahal III Bara Pulo Si Pamutung Tandihat I Tandihat II Tandihat III Gunung Tua Lobu Dolok Makam Keramat Jiret 289 Mertuah/Pagaran Bira 18. Manggis Nagasaribu Padang Bujur Porlak Dolok Rondaman Si Soldop Sitopayan I dan II Tor Na Tambang/ Mangaledang 90

4 Lampiran 4. Tabel Daftar Nama Biara/Situs dan Jarak Dari Sungai No Nama Biara/Situs Jarak Dari Nama Sungai Sungai (m) 1. Aek Haruaya 200 Batang Pane 2. Aek Korsik 150 Sirumambe 3. Aek Sangkilon Sangkilon 4. Aek Tolong Huta Jae 5000 Sirumambe 5. Batu Gana 100 Sirumambe 6. Bahal I 50 Batang Pane 7. Bahal II 100 Batang Pane 8. Bahal III 350 Batang Pane 9. Biara Bara 2000 Sirumambe 10. Pulo 200 Batang Pane 11. Si Pamutung 400 Barumun Pane 12. Tandihat I 300 Barumun 13. Tandihat II 380 Barumun 14. Tandihat III 20 Barumun 15. Gunung Tua 250 Batang Pane 16. Lobu Dolok 500 Panantanan 17. Makam Keramat Jiret 200 Sorimangapu Mertuah /Pagaran Bira 18. Manggis 100 Sutam 19. Nagasaribu 200 Sirumambe 20. Padang Bujur 200 Sirumambe 21. Porlak Dolok 800 Barumun 22. Rondaman 200 Batang Pane 23. Si Soldop 5000 Sirumambe 24. Sitopayan I dan II 150 Batang Pane 25. Tor Na Tambang/ Mangaledang 400 Sirumambe

5 Lampiran 5. Tabel Daftar Nama Prasasti N Nama Prasasti Waktu Asal Aksara Bahasa o 1 Gunung Tua 30 Maret 1039 Gunung Tua Jawa Kuna Jawa Kuna 2 Batu Gana I Abad XII Batu Gana, Padangbolak Jawa Kuna Jawa Kuna 3 Batu Gana II Batu Gana, Batak Kuna Angkola Padangbolak 4 Sitopayan I 1157 S = 1235 M Baiara Sitopayan Batak Kuna Batak Melayu Kuna 5 Sitopayan II 1157 S = 1235 M Biara Sitopayan Batak Kuna Batak-Melayu Kuna 6 Tandihat I Abad 13 Biara Tandihat II Devanagari Sanskrta 7 Tandihat II Abad 13 Biara Tandihat II Jawa Kuna Jawa Kuna 8 Raja Soritaon Makam Batak Kuna Batak Kuna Padangbujur 9 Lobu Dolok I Lobu Dolok Batak Kuna Batak Kuna 10 Lobu Dolok II Lobu Dolok Batak Kuna Batak Kuna 11 Lobu Dolok III Lobu Dolok Batak Kuna Batak Kuna 12 Sangkilon Abad 14 Sangkilon Devanagari Sanskrta 13 Porlak Dolok Abad 14 Porlak Dolok Jawa Kuna Jawa Kuna

6 Lampiran 6. Tabel Daftar Flora No Nama Indonesia/Lokal Nama Latin 1 Balaka/Balangka Phyllanthus emblica L. 2 Kelapa/Mapa/Harambir Cocos nucifera 3 Bamboo/Bulu Bambusa spinosa, Giganthochloa apus, Dendrocalamus asper 4 Enau/Aren/Bagot Arenga pinnata 5 Pinang/Pining Arecca catecu 6 Mangga Kueni Mangifera adorata, mangifera indica 7 Pisang Musa paradisiacal 8 Karet/Gota/Hapea Ficus elastic 9 Kopi Coffea Arabica 10 Kapuk Ceiba pentandra 11 Jior/Juar Cassia siamea Lam. 12 Hapadan Macaranga sp. 13 Haloban/Aloban Vitex pubescens 14 Jelutung/Goti Dyena costulata 15 Mayang/Kelapa Cocos nucifera 16 Jati/Hayu Jati Tectona grandis L 17 Kelapa Sawit Elaeisguineensis 18 Jarak Ricinus communis L 19 Blimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L 20 Nangka Artocarpus heterophyllus 21 Rumput Gajah /Rupput Pennisetum purpureum 22 Ibus/Pandan Duri Pandanus tectorius 23 Bunga Bangkai Rafflesia arnoldi 24 Karet Haveabrassi liensis 25 Meranti Dipterocarpaceae 26 Alang-alang Imperata cylindrical 27 Karamunting Rhodomyrtus tomentosa 28 Galoga Sacharum spontaneum 29 Jengkol Pithecelobium jiringa 30 Sukun Artocarpus communis 31 Durian Belanda Annona muricata 32 Ibus Corypha elata 33 Kapuk Randu Ceiba petandra 34 Capot Macaranga gigantean 35 Lontar Borassus flabelifer 36 Waru Gunung Hibiscus sp. 37 Kemiri Aleurites moluceana

7 38 Langsat Lansium domesticum 39 Kembang bangkai Amorphopallus sp. 40 Beringin/haruaya Ficus benyamina Sumber : Vita: 2010 Lampiran 7. Tabel Daftar Fauna No Nama Indonesia/ lokal Nama latin Keterangan 1 Babi hutan Sus scrofa tidak dilindungi 2 Kancil Tragulus dilindungi 3 Musang Paradoxurus hermaphroditus tidak dilindungi 4 Musang kesturi Viverra Zibetha tidak dilindungi 5 Rusa Cervus equunus dilindungi 6 Lutung Phytecus pyrrahus dilindungi 7 Kelelawar/kalong Pterocarpus edulis tidak dilindungi 8 Biawak Varanus tidak dilindungi 9 Gajah Elephas indicus dilindungi 10 Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae dilindungi Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

8 Lampiran 8. Gambar Biara Tandihat I kondisi tahun 2009

9 Lampiran 9 Gambar Kondisi Biara Sitopayan I dan II pada tahun 1920 Gambar Kondisi Biara Sitopayan diambil pada tahun 2009

10 Lampiran 10 kelapa sawit Biara Bahal I Pohon Balaka (Phyllanthus emblica) pagar keliling

11 Lampiran 11. Peta Klaster Kawasan Padanglawas

12 Lampiran 12 Peta Klaster I

13 Lampiran 13 Peta Klaster II

14 Lampiran 14 Peta Klaster III

15 Lampiran 15 Peta Klaster IV

16 Lampiran 16 Peta Klaster V

17 Lampiran 17 Gambar jembatan di atas Sungai Barumun Gambar bentuk pengerusakan bangunan bata oleh manusia

18 Lampiran 18 KUESIONER PENELITIAN Responden yang terhormat, kiranya bersedia mengisi kuesioner ini. Kontribusi Anda dalam mengisi kuesioner ini sangat kami hargai dan akan kami gunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih atas kerjasama yang diberikan. JUDUL PENELITIAN : MODEL PENGELOLAAN EKOMUSEUM DALAM KERANGKA PEMANFAATAN KAWASAN PADANGLAWAS Ringkasan Kawasan Padanglawas merupakan salah satu tinggalan budaya yang terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan yang potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata. Tinggalan budaya dapat berupa 25 biara dan situs serta sumber daya alam berupa hutan kerangas, sungai, padang, klimatologi, flora dan fauna yang khas, tradisi yang tangible. Dalam konteks studi tentang manajemen pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, keberadaan kawasan Padanglawas, makam-makam kuna, flora-fauna, masyarakat yang ada di sekitar Kawasan Padanglawas merupakan sumber daya lingkungan yang sudah membentuk satu kesatuan dalam ruang. Pemilihan tempat untuk lokasi suatu bangunan biara beserta lingkungannya mempertimbangkan potensi sumberdaya alam. Oleh karena sebaran situs biara berkorelasi kuat dengan pola sebaran potensi sumberdaya alam. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Lingkungan Hidup nomor 32 Tahun 2009 Tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana dalam Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Kawasan Padanglawas sekarang sudah menjadi suatu ODTW (Obyek dan Daya Tarik Wisata) di daerah Kabupaten Pandang Lawas dan Padang Lawas Utara dan masyarakat setempat belum dilibatkan secara aktif dan kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif bagi masyarakat setempat akibat tidak siapnya masyarakat setempat menerima arus wisatawan dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata. Padahal potensi sumber daya yang ada sangat potensial dan dikembangkan untuk kegiatan pariwisata. Berkaitan dengan topik penelitian yang akan dilaksanakan maka penelitian dibatasi pada pemanfaatan pariwisata di sekitar Kawasan Padanglawas, sedangkan permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada masalah potensi sumber daya lingkungan, baik sumber daya fisik, biotis, maupun budaya. Medan, 12 Oktober 2009 Peneliti

19 A DATA RESPONDEN 1. Nama Responden Agama : Umur :... tahun 4. Jenis Kelamin : Laki-laki Wanita 5. Alamat sekarang (Desa, Kecamatan, Kota/Kabupaten) : Asal (Kecamatan, Kota/Kabupaten) : Lokasi di dekat Candi Tahun berapa mulai tinggal di alamat sekarang : Pendidikan Terakhir SD SMP SLTA/SMU D3 Perguruan Tinggi (Sarjana) Lainnya (sebutkan : 10. Pekerjaan Utama : Perkebunan Karyawan Swasta Wiraswasta Petani Pengrajin Lain-lain PNS/TNI/Polri Pegawai/Karyawan Swasta B KONDISI SOSIAL EKONOMI 11. Pendapatan Pokok per bulan Rp : Tingkat pengeluaran rata-rata per bulan <Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- (sebutkan) > Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- 13. Apakah anda mempunyai mata pencaharian lain selain mata pencaharian pokok (pekerjaan sampingan)? Ya Tidak Apabila ya, tolong sebutkan pekerjaan tersebut :, sudah berapa lama? :... tahun 14. Berapa pendapatan sampingan Anda per bulan? < Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- > Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- 15. Apakah anda mengetahui bahwa Kawasan Padanglawas merupakan situs purbakala? Ya tidak 16. Apakah keberadaan Kawasan Padanglawas memberikan dampak positif terhadap peningkatan sosial ekonomi Anda sekarang?

20 Ya mengapa? (sebutkan alasannya) :. Tidak, mengapa? (sebutkan alasannya) : 17. Bagaimana persepsi Anda terhadap pengelolaan Kawasan Padanglawas dan perkembangannya dewasa ini? Belum mampu Pengelolaan terus ditingkatkan meningkatkan kesejahteraan secara ekonomi Mampu meningkatkan kesejahteraan secara ekonomi Pengelolaan cenderung tidak berubah Pengelolaan Buruk 18. Apakah Anda melihat adanya perkembangan pengelolaan Kawasan Padanglawas? Ya mengapa? (sebutkan alasannya) : Tidak, mengapa? (sebutkan alasannya) : 19. Apakah kesejahteraan ekonomi Anda meningkat dengan adanya aktivitas pariwisata di Kawasan Padanglawas? Meningkat Tidak Meningkat Berkurang/Tidak Lebih Baik 20. Apakah anda merasa lebih/semakin leluasa dalam mencari penghasilan di sekitar Kawasan Padanglawas? Ya mengapa? (sebutkan alasannya) : Tidak, mengapa? (sebutkan alasannya) : 21. Bagaimana peran pemerintah setempat dalam rangka memanfaatkan Kawasan Padanglawas bagi masyarakat? Tidak Ada Cukup Tidak tahu C. KONDISI SOSIAL BUDAYA 22. Bagaimana perkembangan kerukunan antar tetangga dengan adanya kegiatan Pariwisata di Kawasan Padanglawas? Semakin akrab Semakin individual Terbentuk kelompokkelompok/paguyuban Tidak ada bedanya dengan dahulu (tetap) 23. Apakah ada wadah kelompok/perkumpulan/organisasi kemasyarakatan di wilayah tempat tinggal anda? Ya Tidak 24. Bila Ya, dalam bidang apakah kelompok/perkumpulan/organisasi tersebut dibentuk?

21 kesenian agama budaya keamanan pertanian lain-lain sebutkan 25. Apakah anda menjadi anggota kelompok/perkumpulan/organisasi tersebut? Ya Tidak Apa alasannya (sebutkan)? 26. Apakah di wilayah tempat tinggal anda masih sering dilakukan upacara adat/ kesenian tradisional? Ya Tidak 27. Kalau ya, seberapa sering upacara tersebut dilakukan dalam setahun? 1 x 2 x 3 x > 3x 28. Apakah upacara tersebut melibatkan wisatawan/pengunjung dari luar desa? Ya Tidak 29. Apakah anda pernah mengalami pergantian mata pencaharian dalam kurun 15 tahun terakhir? Ya Tidak Apa alasannya (sebutkan)? 30. Apakah anda merasa terganggu dengan adanya kegiatan pariwisata di sekitar Kawasan Padanglawas? Ya Tidak Jika ya, dalam hal apakah bentuk gangguan tersebut. 31. Apakah anda pernah mengalami relokasi (pemindahan) tempat tinggal, akibat pengembangan Kawasan Padanglawas? Ya Tidak 32. Adakah kontribusi potensi pariwisata Kawasan Padanglawas sebagai salah satu obyek wisata bagi masyarakat setempat maupun bagi daerah? Ya Tidak 33. Adakah nilai nilai budaya di Kawasan Padanglawas mengalami kemesrosotan? Ya Tidak 34. Adakah inisiatif masyarakat setempat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan di wilayah sekitar obyek wisata? Ya ada Tidak ada 35. Adakah kearifan lokal yang berkembang berkaitan dengan pelestarian di Kawasan Padanglawas? Ya Tidak 36. Adakah kegiatan masyarakat setempat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup, selain dari pemanfaatan Kawasan Padanglawas? Ya Tidak

22 D ASPEK YURIDIS 38. Tahukah anda tentang bentuk Kebijakan atau regulasi yang berkaitan dengan pemanfaatan obyek dengan melibatkan masyarakat setempat sebagai penerima manfaat (pemberdayaan masyarakat lokal)? Ya Tidak 39. Adakah manfaat yang sudah dirasakan masyarakat dari adanya kebijakan/regulasi tersebut? Ya Tidak 40. Adakah bentuk-bentuk pelibatan masyarakat dalam rangka melaksanakan pelestarian dan pemanfataan Kawasan Padanglawas? Ya Tidak 41. Adakah wujud peran serta pemerintah setempat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Kawasan Padanglawas? Ya ada Tidak ada 42. Adakah kebijakan konservasi berbasis masyarakat (bertumpu dan mengacu pada peningkatkan kapasitas dan ekonomi lokal, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar)? Ya Tidak 43. Adakah kegiatan masyarakat setempat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup, selain dari pemanfaatan Kawasan Padanglawas? Ya Tidak D PERBANDINGAN KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH DIMANFAATKAN SEBAGAI PARIWISATA Berilah tanda (X) pada jawaban yang Anda pilih! < (Sebelum) Sekarang 0 = tidak tahu 1 = sangat buruk 2 = buruk 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik Aktivitas 0 = tidak tahu 1 = sangatburuk 2 = buruk 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik Aktivitas kepariwisataan di Kawasan Padanglawas

23 < (Sebelum) Sekarang 0 = tidak tahu 1 = sangat buruk 2 = buruk 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik Aktivitas 2. Sosialisasi program pengembangan terkait dengan Kawasan Padanglawas 3. Manfaat Kawasan Padanglawas secara sosial ekonomi bagi warga sekitar 4. Dampak terhadap sosial budaya pengembangan Kawasan Padanglawas 5. Dapatkah status keberadaan Kawasan Padanglawas sebagai Warisan Dunia 6. Kelayakan Kawasan Padanglawas sebagai daya tarik wisata internasional 7. Nilai-nilai edukasi, budaya, dan sejarah 8. Dampak kunjungan wisataan pendapatan masyarakat 9. Pengembangan Kawasan Padanglawas 10. Pembangunan sarana dan prasarana yang disebabkan oleh pengembangan Kawasan Padanglawas 11. Nilai-nilai sosial kemasyarakatan pada warga sekitar Kawasan Padanglawas 12. Fasilitas dan lokasi untuk usaha di lingkungan Kawasan Padanglawas 13. Program-program pemberdayaan masyarakat di sekitar Kawasan Padanglawas 14. Program-program pemberdayaan bagi UKM di Kawasan Padanglawas 15. Keterlibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja pada pengelolaan Kawasan Padanglawas 0 = tidak tahu 1 = sangatburuk 2 = buruk 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik

24 < (Sebelum) Sekarang 0 = tidak tahu 1 = sangat buruk 2 = buruk 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik Aktivitas 16. Partisipasi dan atensi masyarakat dalam menjaga kelestarian Kawasan Padanglawas 17. Kepedulian pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar Kawasan Padanglawas 18. Status pengamanan Kawasan Padanglawas oleh warga masyarakat 19. Kebersihan atau keterawatan Kawasan Padanglawas sebagai ODTW 20. Adanya atraksi wisata di Kawasan Padanglawas 0 = tidak tahu 1 = sangatburuk 2 = buruk 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik 44. Menurut Anda apa yang harus dilakukan terhadap Kawasan Padanglawas sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Berikan komentar/saran/kritik/ atau pendapat yang berkaitan dengan Kawasan Padanglawas, baik negatif ataupun positif. Terima Kasih Atas Kerjasama Anda!

25 Lampiran 19 Model Pengelolaan Warisan Budaya di Indonesia Periode Kolonial 1901 sampai dengan 1945 Artefak Sentris Oudkundige Dienst Laporan Ilmiah; Casting; Dokumentasi; Restorasi Kepentingan Akademis Sumber : Bambang Sulistyanto, 2008

26 Lampiran 20 Model Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi Tahun sekarang Kepentingan Ideologis Nilai; Simbol; dan Unsur Local Genius Laporan Penelitian dan Terbitan Lembaga Arkeologi Artefak Situs Wilayah Masyarakat Casting; Dokumentasi Restorasi Kepentingan Akademis Kepentingan Ekonomis Museum dan Situs Infra Struktur Lainnya Sumber : Bambang Sulistyanto, 2008

27 Lampiran 21 Tabel Kronologis Penelitian di Kawasan Padanglawas No Nama peneliti Tahun Uraian Penelitian 1. Franz Junghun Peneliti geologi di Kawasan Padanglawas 2. H. von Rosenberg Pelakukan perjalanan ke Padanglawas terutama ke biara Tandihat I 3. van Stein Callenfels melakukan perjalanan ke Padanglawas dan menanggapi laporan inventarisasi benda kuna - Temuan makara dan arca singa yang di simpan kantor kontrolir. - menemukan prasasti Sitopayan I dan II 4. N.J. Krom menyebutkan on javaansch bagi tinggalan budaya di Kawasan Padanglawas 5. Van Stein Callenfels denah biaro Sitopayan, Bahal I, II, dan III 6. F.D.K. Bosch meninjau biaro Sitopayan dan Biaro Bahal I. - menemukan arca bodhisatwwa - arca wanita dari perungu - temuan arca Heruka di Bahal I 7. F.M. Schnitger menemukan arca Vairocana - menemukan prasasti Tandihat i - biaro-biaro dibangun pada sekitar abad ke Satyawaty Suleiman 1954 dan Tim Lembaga Purbakala 10. Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional 1973 dan menggunakan istilah Hindu Batak untuk hasil budaya di Kawasan Padanglawas - biaro dibangun pada abad ke berdasarkan prasasti - deskripsi bangunan di Padanglawas sungai Barumun dan Batang Pane telah mengalami perubahan karena erosi

28 11. Kanwil Depdikbud dan Pemda Tk I Propinsi Sumut 12. Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional 13. Tim Pusat Penelitian melakukan pendataan dan inventarisasi tinggalan budaya di Padanglawas menampakan bentuk dan ukuran denah biaro Tandihat II sisa pemukiman di luar Tandihat II, sisi timur laut tembok keliling bangunan Arkeologi Nasional 14. Sukowati Susetyo sisa pemukiman di biaro Si Pamutung berada di dalam areal benteng tanah yang mengelilingi kompleks. 15. Sukowati Susetyo dkk pemukiman kuna di Biaro Mangaledang 16. Daniel Perret dkk Situs pemukiman seluas minimal 30 hektar dan situs menghasilkan banyak pecahan keramik asal Tiongkok dari abad ke-10 hingga awal abad ke Vita lingkungan tumbuhan masa lalu merupakan ekosistem hutan hujan tropik tanah rendah dengan berbagai jenis tumbuhan yang beranekaragam. - kemiri (Aleurites moluceana) merupakan salah satu hasil komoditi wilayah Padanglawas untuk diperdagangkan. 18. Sukowati Susetyo stambha yang ada di Kawasan Padanglawas merupakan bentuk variasi stupa 19. Muh. Fadhlan S. Intan hasil analisis menunjukan bahwa lokasi sumber bahan baku batupasir untuk pembuatan bangunan berasal dari sekitar biara Si Pamutung atau dalam wilayah Kawasan Padanglawas. - hasil analisis mineralalogi terhadap sampel bata, lempung, dan pasir, dapat disimpulkan bahwa bahan bakunya berasal dari sekitar Sungai Barumun yang mengalir di sekitar biara Si Pamutung

29 Lampiran 22 Tabel Jarak Antar Biara/situs Diambil dari Bahal I No Nama Biara/Situs Ke biara/situs jarak arah 1. Bahal I Bahal II 1 km tenggara 2. Bahal I Bahal III 500 m tenggara 3. Bahal I Pulo 600 m barat laut 4. Bahal I Si Pamutung 3,2 km tenggara 5. Bahal I Bara 2,3 km barat 6. Bahal I Tandihat III 4,3 km tenggara 7. Bahal I Tandihat II 4,6 km tenggara 8. Bahal I Tandihat I 4,8 km tenggara 9. Bahal I Sitopayan I dan II 12,6 km barat laut 10. Bahal I Aek Haruaya 10,2 km barat laut 11. Bahal I Rondaman 5,5 km barat laut 12. Bahal I Mangaledang 8,2 km barat laut 13. Bahal I Gunung Tua 15,3 km barat laut 14. Bahal I Nagasaribu 14,5 km barat 15. Bahal I Manggis 59,5 km tenggara 16. Bahal I Aek Sangkilon 37,5 km selatan 17. Bahal I Porlak Dolok 34,5 km selatan 18. Bahal I Padang Bujur 23,3 km barat laut 19. Bahal I Aek Korsik 21,9 km barat laut 20. Bahal I Aek Tolong Huta Jae 22,5 km barat laut 21. Bahal I Lobu Dolok 21,5 km barat laut 22. Bahal I Si Soldop 25,2 km barat laut 23. Bahal I Batu Gana 28,7 km barat laut 24. Bahal I Pagaran Bira 34,3 km selatan

30 DAFTAR PUSTAKA Anonim Prasasti Koleksi Museum Nasional. Jakarta : Proyek Pengembangan Museum Nasional Anonim. 1999, Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta : Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Anonim Sustainable Development - Theory and Practice dalam Adobe Acrobat Document -[pn091.pdf] dan Alikondra, Hadi S., Tipologi Lingkungan Hutan, dalam makalah disampaikan pada Pelatihan Penyusunan Amdal B Pusat Sumberdaya Manusia dan Lingkungan. Jakarta: Universitas Indonesia (belum diterbitkan) Pengembangan Institusi Lingkungan Hidup. Bogor : Fakultas Kehutanaan Institut Pertanian Bogor Archarya, Prasanna Kumar Indian Architecture According to Mānasara Śilpaśāstra. London : Oxford University Press Architecture of Mānasara. London : Oxford University Press Asdak, C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Berner Kempers, A.J Ancient Indonesian Art. Amsterdam : van der Peet Boechari Candi dan Lingkungannya, dalam Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia VII (2). Jakarta : UI, Hal Hirarki Politis dan Teritorial dalam Tafsiran Arkeologi, makalah disampaikan dalam Pertemuan Arkeologi III. Jakarta : Puslitarkenas Bosch, FDK ; Verslag van door Sumatra, dalam Oudheidekundige Verslag (OV). Bosch, FDK & Schnitger Oudheidkundige Vondsten in Padanglawas. Brandes, J.L.A Oud Javaansche Oorkonden. Nagelaten Transscripties. s Hage : M. Nijhof. Busby, Graham The Concept of Sustainable Tourism within the Higher Education : A British Case Study. Dalam Jurnal Of Hospitality, Leisure, Sport and Tourism Education. Vol. 2 No. 2 dalam Adobe Acrobat Document - [0057.pdf} Chambers, Robert PRA Participatory Rural Appraisal. Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta : Kanisius Damanik Janianton dkk (ed) Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta : Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada dan Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. Ford, Andrew Modeling The Environment An Introduction to System Dynamics Model of Environmental Systems. Washington DC : Island Press Giere, Ronald. N Understanding Scientific Reasoning. New York : Holt, Rinehart and Winston Grim, John A dan Mary Evelyn Tucker Agama, Filsafat, & Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Kanisius Hadinoto, Kusudianto, Perencanaan Pengambangan Destinasi Pariwisata, Jakarta : UI Press Hall, A.S. Charles (ed) Ecosystem Modeling in Theory and Practice, New York : John Wiley + Sons Handoko. I Quantitative Modeling of System Dynamics for National Resources Manajement. Bogor : Seameo Biotrop

31 Hamdani, M Tindak Pindana Perencanaan Lingkungan Hidup. Bandung : Mandar Maju Hardjasoemantri, Koenadi, 1997, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakarta : Gadjah Mada Universiy Press Hendrie Adji Kusworo dan Sotya Sasongko Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang berkelanjutan : Sebuah Utopi? Dalam Menuju Paradigma Baru Pariwisata Indonesia. Yogyakarta : Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada. Hidayati, Deny, dkk Ekowisata Pembelajaran dari Kalimantan Timur. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kependudukan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Janianton Damanik dkk (Editor) Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta : Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indnesia. Jhamtani Hira & Hariadi Kartodiharjo (penyunting) Politik Lingkungan dan Kekuasaan di Indonesia : Jakarta Singapura : Equinox Jones, Antoinette M. Barret Early Tenth Century Java from the Inscriptions. Dordrecht- Holland : Foris Publications Kahveci Gulzake, Kenan OK and Ersin Yylmaz Ecototurism an SD of Forest and Forest Villagers in Turkey. Diambil dari F:\Ecotorism and Sust. D of Forest Villagers in Turkey.htm diakses November Keraf, Sonny. A Etika Lingkungan. Jakarta : Kompas Kern, H. Twee Buddhistiche inscriptie van Sumatra nader verklaard, uit ± 900 A.D. en 946 Çãka, dalam Verspriede Geschreiften zevende Deel. s-gravenhage : Martinus Nijhoff Koesnadi, Hardjasoemantri Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press. Koestoro, Lucas Partanda, dkk Biaro Bahal, Selayang Pandang. Medan : Maparasu Koestoro, Lucas Partanda "Pemberdayaan Benda Cagar Budaya Dalam Kepariwisataan di Sumatera Utara", dalam Berkala Arkeologi: Sangkhakala, Medan; Balai Arkeologi Medan, Kusumohartono, Bugie M.H Pemahaman tentang Analisis Geografi Keruangan dan pemanfaatannya bagi Telaah Arkeologi, dalam Berkala Arkeologi VII (1) : Yogyakarta : Balai Arkeologi Yogyakarta Kramrisch, Stella The Hindu Temple. Calcutta : University of Calcutta Lubis, H. Syahmerdan Adat Hangoluan Mandailing. Mitchell, Bruce, dkk Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Muhammadi Analisis Sistem Dinamis Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. Jakarta : UMJ Press Mundardjito Metode Penelitian Permukiman Arkeologi, dalam Edy Sedyawati et.al, Monumen, Depok : Lembaran Sastra Fakultas Sastra Universitas Indonesia , 1995, Pendekatan Integratif dan Partisipatif Dalam Pelestarian Budaya, Jakarta: FS Universitas Indonesia Pertimbangan Ekologis Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta. Jakarta : Wedatama Widya Sasatra dan Ecole Francaise D'extreme-Orient. Mulyadi & Setiawan, Johny Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen. Yogyakarta : UGM Mulyana, Slamet : Nagarakrtagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara Karya Aksara

32 Murdiyarso Daniel Protokol Kyoto Implikasinya Bagi Negara Berkembang. Jakarta : Buku Kompas Nuryanti, Wiendu, 1997, Perencanaan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan, Makalah dalam Pendidikan dan Pelatihan Mengenai Dampak Lingkungan, Kerja Sama Antara Deparpostel dan PUSPAR UGM, Yogyakarta Nasikun Sebuah Pendekatan Untuk Mempelajari Sistem Sosial Indonesia, Yogyakarta: Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Model Pariwisata Pedesaan : Pemodelan Pariwisata Pedesaan Untuk Pembangunan Pedesaan yang Berkelanjutan, dalam Myra P. Gunawan (ed), Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan. Bandung: ITB "Globalisasi Dan Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas" dalam Pengusahaan Ekowisata. Mukhlison dan Frederich C. (ed). Yogyakarta : Fakultas Kehutanan UGM, Pustaka Pelajar dan Unit Konservasi Sumberdaya Alam DIY. Nasution, Pandapotan Acara Mangupa di Mandailing, Angkola, Siprirok dan Padanglawas. Medan : Yayasan Pasarrimpuan ni Tondi Oduan Dasar Ekologi Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta : Direktorat Jendral Kebudayaan Depdikbud. Pigeaud, Th. G.TH Java in The 14th Century : A Study in Cultural History. The Hague : Martinus Nijhoff. Pitana, I Gde, dan Putu G. Gayatri Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi Putra, Ida Bagus Wyasa, dkk Hukum Bisnis Pariwisata. Bandung : PT Refika Aditama Rita Margaretha Setianingsih Prasasti Koleksi Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara. Medan : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Museum Negeri Sumatera Utara. Rita Margaretha Setianingsih, dkk Prasasti Dan Bentuk Pertulisan Di Wilayah Kerja Balai Arkeologi Medan. Medan : Balai Arkeologi Medan Rao, T.A. Gopinatha Hindu Iconography. India : Indological Book House Rumbi Mulia The Ancient Kingdom of Pannai and The Ruins of Padang Lawas. Bulletin of The Research Center of Archaeology of Indonesia No. 14. Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Survei Sumatra Utara. Berita Penelitian Arkeologi No. 4. Jakarta : Proyek Penelitian Purbakala. Satriago Handry : Himpunan Ilstilah Lingkungan Untuk Manajeman. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Satyawati Suleiman Peningalan-peninggalan Purbakala di Padanglawas. Amerta No. 2. Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Schnitger, F.M Forgottten Kingsdom in Sumatra. Leiden : E.J. Brill Siregar, D. Doli Manajemen Aset. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Soedjito Herwasono Panduan Cagar Biosfer Di Indonesia. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Soekmono Candi, Fungsi dan Pengertiannya. Disertasi. Jakarta : Universitas Indonesia Memugar Candi atau Mendirikan Candi Baru? dalam Kirana. Jakarta : PT Intermasa

33 Soemarwoto, Otto Environment Aspect of Tourism. Cultural Tourism Development Central Java and Yogyakarta. Jakarta : Directorate Jendral Tourism, UNESCO/UNDP Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan Atur Diri Sendiri. Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitasy Press Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Spilane, James J Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Perspektif. Yogyakarta: Kanisisus. Sugandhy Aca dan Rustam Hakim Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara Suhardjo, H. Dradjat Mengaji Ilmu Lingkungan Kraton. Safiria Insani Press Suhartono, Suparlan Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Ar-ruzz Media Sukawati Susetyo dan Bambang Budi Utomo Laporan Penelitian Pemukiman Kuna Kompleks Percandian Padang Lawas di Tepian Daerah Aliran Sungai Sirumambe. Jakarta : Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Sukawati Susetyo. dkk Laporan Penelitian Pemukiman Kuna di Biaro Mangaledang, Kompleks Percandian Padang Lawas, Tapanuli Selatan. Jakarta : Kementrian Negara Kebudayaan dan Pariwisata. Tim Penelitian Penelitian Pemukiman Kuna Di Biaro Naga Saribu, Kompleks Percandian Padang Lawas, Kabupaten Tapanuli Selatan. Jakarta : Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka Thohir. Kaslan, A : Butir-butir Tata Lingkungan Sebagai Masukan Untuk Arsitektur Landsekap dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : PT. Bina Aksara Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Undang Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. Jakarta : Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Undang Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, Jakarta : Direktorat Jendral Kebudayaan Depdikbud. Wahab, Salah Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : PT Pradnya Paramita Whitten J. Anthony The Ecology of Sumatra. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Wiendu, Nuryanti Concept, Perpective and Challenge Desa Wisata. Yogykarta : Gadjah Mada University Press dalam F:\Desa wisata -wikipedia Indonesia, Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.htm Perencanaan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan, makalah dalam Pendidikan dan Pelatihan Mengenai Dampak Lingkungan, kerjasama antara Deparpostel dan PUSPAR UGM, Yogyakarta : 4-21 Agustus 1997.

PERCANDIAN PADANGLAWAS

PERCANDIAN PADANGLAWAS PERCANDIAN PADANGLAWAS Di daerah Padanglawas yang merupakan dataran rendah yang kering, pada masa lampau mungkin tidak pernah menjadi pusat pemukiman, dan hanya berfungsi sebagai pusat upacara keagamaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padang Lawas adalah suatu kawasan di mana terdapat situs-situs arkeologi berjumlah setidaknya 26 situs 1. Situs-situs tersebut berada di Kecamatan Gunung Tua,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS, SUMATERA UTARA : TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAGAMAAN TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS, SUMATERA UTARA : TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAGAMAAN TESIS UNIVERSITAS INDONESIA KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS, SUMATERA UTARA : TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAGAMAAN TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Atmosudiro, Sumijati Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Jawa Tengah.

Daftar Pustaka. Atmosudiro, Sumijati Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Jawa Tengah. 70 Daftar Pustaka Atmosudiro, Sumijati. 2001. Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Jawa Tengah. Ayatrohaedi. 1978. Kamus Istilah Arkeologi. Jakarta. Bakker S.J.,J.W.M. 1972. Ilmu Prasasti Indonesia.

Lebih terperinci

MODEL PENGELOLAAN ECO-MUSEUM KAWASAN PADANGLAWAS MELALUI PEMANFAATAN PENINGGALAN BUDAYA DESERTASI. Oleh :

MODEL PENGELOLAAN ECO-MUSEUM KAWASAN PADANGLAWAS MELALUI PEMANFAATAN PENINGGALAN BUDAYA DESERTASI. Oleh : MODEL PENGELOLAAN ECO-MUSEUM KAWASAN PADANGLAWAS MELALUI PEMANFAATAN PENINGGALAN BUDAYA DESERTASI Oleh : RITA MARGARETHA SETIANINGSIH NIM. 068106004/PSL SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bakker, J. W. M Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah. Budaya IKIP Universitas Sanata Dharma.

DAFTAR PUSTAKA. Bakker, J. W. M Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah. Budaya IKIP Universitas Sanata Dharma. DAFTAR PUSTAKA Bakker, J. W. M. 1972. Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah Budaya IKIP Universitas Sanata Dharma. Boechari. 1977. Epigrafi dan Sejarah Indonesia. Melacak Sejarah Kuno Indonesia

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Topik Bahasan : Ruang lingkup ekologi pariwisata Tujuan Pembelajaran Umum (kompetensi) : mampu menjelaskan ruang lingkup ekologi kepariwisataan Jumlah : 1 kali rincian 1 dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Institusi Lingkungan Hidup. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Institusi Lingkungan Hidup. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. DAFTAR PUSTAKA Abberger, Hartmut M, Bradford M. Sanders dan Helmut Dotzer. Tanpa Tahun. The Development of a Community Based Approach for an integrated forest fire Management system in East Kalimantan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, Jazanul dan Sengli J. Damanik Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, Jazanul dan Sengli J. Damanik Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada Press. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Jazanul dan Sengli J. Damanik. 1985. Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada Press. Atmadi, Parmono 1979. Beberapa Patokan Perancangan Bangunan Candi Suatu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang terpenting, yakni museum; pelestarian lingkungan; dan komuniti (Ohara, 1998).

TINJAUAN PUSTAKA. yang terpenting, yakni museum; pelestarian lingkungan; dan komuniti (Ohara, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Kazuoki Ohara bahwa dalam konsep ekomuseum terdapat tiga unsur yang terpenting, yakni museum; pelestarian lingkungan; dan komuniti (Ohara, 1998). 2.1. Museum Menurut International

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia termasuk Negara Kepulauan yang memiliki rangkaian pegunungan dengan jumlah gunung berapi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 240 gunung. Diantaranya, sekitar 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Avenzora R Ekoturisme: Pengembangan Wilayah Daerah Penyangga Kawasan Dilindungi. Media Konservasi Vol.3, No.6:

DAFTAR PUSTAKA. Avenzora R Ekoturisme: Pengembangan Wilayah Daerah Penyangga Kawasan Dilindungi. Media Konservasi Vol.3, No.6: DAFTAR PUSTAKA Aipassa, M. 2004. Nilai ekologi dan hidrologi kawasan hutan lindung gunung lumut dan permasalahan serta ancaman. Makalah disajikan dalam Lokakarya Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

Nomor 4753); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomo

Nomor 4753); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomo BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN PADANG BOLAK TENGGARA, KECAMATAN HALONGONAN TIMUR DAN KECAMATAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bakker, J.W.M 1972 Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah Budaya IKIP Sanata Dharma

DAFTAR PUSTAKA. Bakker, J.W.M 1972 Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah Budaya IKIP Sanata Dharma 95 DAFTAR PUSTAKA Asmar, Teguh dan Bennet Bronson 1973 Laporan Ekskavasi Ratu Baka. Kerjasama Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional dan The University of Pennsylvania Museum. Yogyakarta: LPPN Ayatrohaedi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten B II GAMRAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Pengantar Angkola sebenarnya adalah sebutan untuk sebuah daerah yang sebelumnya berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Perkembangan kepariwisataan Indonesia terus meningkat dan merupakan

Lebih terperinci

PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA

PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA Irfanuddin Wahid Marzuki (Balai Arkeologi Manado) Abstrak The slopes of Mount Merapi are found the remains of the

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. tersebut memiliki kaitan erat dengan cara pandang orang Sabu tentang sesama

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. tersebut memiliki kaitan erat dengan cara pandang orang Sabu tentang sesama BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN 7.1. Kesimpulan Penelitian tentang pola tata spasial pada hunian orang Sabu di desa Kadumbul menemukan sebuah konsep mendasar, bahwa pola tata hunian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata makam raja-raja Mataram. Menurut cerita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

Penyusun, Tim, Kecamatan Tepus dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik

Penyusun, Tim, Kecamatan Tepus dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik DAFTAR PUSTAKA Antari, Ni Putu Septhi. 2001. Pengembangan Kawasan Pura Sada Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata Di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Bandung (Sebuah Laporan Akhir). Denpasar : Pogram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya mengalami perkembangan yang positif. Keselarasan antara

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya mengalami perkembangan yang positif. Keselarasan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lombok merupakan salah satu pulau di Indonesia yang menjadi destinasi wisata. Daya tarik wisata yang dimiliki merupakan daya tarik wisata alam dan budaya. Kondisi daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu tidak terlepas dari kegiatan pembangunan. Dewasa ini pembangunan di Indonesia meliputi pembangunan di segala bidang

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * OLEH : DANAR WIDIYANTA A. Latar Belakang Perjalanan sejarah

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Khotimah Jurusan Pendidikan Geografi, FISE UNY. Abstrak

Oleh: Nurul Khotimah Jurusan Pendidikan Geografi, FISE UNY. Abstrak Geomedia, Volume 6, Nomor 2, November 2008 PENGEMBANGAN PARIWISATA ALAM BERBASIS LINGKUNGAN Oleh: Nurul Khotimah Jurusan Pendidikan Geografi, FISE UNY Abstrak Berbagai upaya untuk meningkatkan devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu proses kepergian seseorang menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Hal yang mendorong kepergiannya seperti kepentingan agama,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk 11 Salah satu warisan lembaga ini adalah Museum Sono Budoyo di dekat Kraton Yogyakarta. 8 Tahun 1900, benda-benda warisan budaya Indonesia dipamerkan dalam Pameran Kolonial Internasional di Paris dan mendapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Kabupaten Bantul dalam rangka pengamanan pasir di wilayah pesisir di

BAB III PENUTUP. Kabupaten Bantul dalam rangka pengamanan pasir di wilayah pesisir di BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan mengenai pengamanan pasir, kerikil, dan batu di lingkungan sungai dan pesisir di Kabupaten Bantul diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2003.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan Warisan Budaya Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1996 dengan nomor register C.593. Kawasan

Lebih terperinci

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC CURRICULUM VITAE WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC 1 Jabatan Peneliti Peneliti Madya 2 Kepakaran Konservasi Sumberdaya Hutan 3 E-mail wkuswan@yahoo.com 4 Riwayat Pendidikan S1 : Jurusan Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA BERWAWASAN KONSERVASI DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS -UNNES Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Tamiya Miftau Saada Kasman Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata selama ini terbukti menghasilkan berbagai keuntungan secara ekonomi. Namun bentuk pariwisata yang menghasilkan wisatawan massal telah menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Heyne K. 1987a. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Heyne K. 1987a. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta DAFTAR PUSTAKA [BKSDA Jawa Tengah] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. 2005a. Inventarisasi Potensi Flora dan Fauna Taman Nasional Gunung Merbabu di Kabupaten Boyolali. Semarang : Balai Konservasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Museum Terbuka Museum Terbuka merupakan museum yang berada di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Museum Terbuka Museum Terbuka merupakan museum yang berada di 117 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan di sepuluh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara terdapat Museum Terbuka, sesuai dengan judul tesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan kekayaan keanekaragaman

TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan kekayaan keanekaragaman TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Hutan Sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati sangat penting artinya bagi keberlangsungan kehidupan. Pengelolaan sumberdaya dan keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multi kulturalisme yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku. Batak merupakan sebuah suku di Sumatera Utara, adapun Suku batak

Lebih terperinci

[Type the document subtitle]

[Type the document subtitle] PENGAKUAN KEBERADAAN KEARIFAN LOKAL LUBUK LARANGAN INDARUNG, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU DALAM PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP [Type the document subtitle] Suhana 7/24/2008 PENGAKUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SILABUS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SILABUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SILABUS Mata Kuliah : EKOLOGI KEPARIWISATAAN Kode Mata Kuliah : MR 311 SKS : 3 SKS Dosen / Kode : Dr. Ir. Suwandi, M.Si/ 2438

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

DAFTAR REFERENSI. Bakker 1972 Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah Budaya IKIP Sanata Dharma

DAFTAR REFERENSI. Bakker 1972 Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah Budaya IKIP Sanata Dharma 80 DAFTAR REFERENSI Abbas, Yessy Meilani 2005 Prasasti Padlĕgan. Skripsi Sarjana Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Depok: Universitas Ayatrohaedi, dan kawan-kawan. 1978 Kamus Istilah Arkeologi.

Lebih terperinci

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang No. 5, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wisata alam tersebar di laut, pantai, hutan dan gunung, dimana dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. wisata alam tersebar di laut, pantai, hutan dan gunung, dimana dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar pada atraksi alam. Objek wisata alam tersebar di laut, pantai, hutan dan gunung, dimana dapat dikembangkan untuk daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

2016 STRATEGI PENGEMBANGAN DESA MEKARJAYA MENJADI DESA WISATA DI KABUPATEN GARUT

2016 STRATEGI PENGEMBANGAN DESA MEKARJAYA MENJADI DESA WISATA DI KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Bukan sebuah nama asing yang baru didengar di kalangan masyarakat luar yang terkenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atraksi wisata merupakan salah satu komponen penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan menuju daerah tujuan wisata.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suaka Alam Pulau Bawean ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 meliputi Cagar Alam (CA) seluas 725 ha dan Suaka

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mapun pembahasan, penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah saujana yang

Lebih terperinci