BAB II MASUKNYA PENDATANG ISLAM DI TARUTUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MASUKNYA PENDATANG ISLAM DI TARUTUNG"

Transkripsi

1 BAB II MASUKNYA PENDATANG ISLAM DI TARUTUNG Masyarakat Batak yang ada di kota Tarutung merupakan masyarakat yang heterogen. Ada dua bentuk heterogenitas yang dimaksudkan. Pertama, Tarutung sebagai kota yang didatangi berbagai etnis Batak lokal yang masing-masing mempunyai kampung-kampung halaman sendiri dan marga seperti Hutabarat, Panggabean, Hutapea, Sitompul, dan beberapa perkampungan marga lainnya di mana mereka kemudian menjadi penduduk kota Tarutung. Di antara etnis Batak yang mayoritas itu ada juga etnis-etnis pendatang, seperti orang-orang Minangkabau dan orang-orang Jawa baik yang berasal dari pulau Jawa ataupun orang-orang Jawa kelahiran Sumatera. Keberagaman masyarakat yang ada di Tarutung diakibatkan oleh adanya kaum pendatang tersebut yang masuk ke Tarutung. Etnis pendatang ini sebagian besar tujuan mereka datang ke Tarutung adalah untuk merantau atau mencari nafkah. Dari perpaduan berbagai etnis inilah masyarakat Islam Tarutung terbentuk. Masyarakat menjalankan syariat dan hukum Islam, yaitu mereka yang memeluk satu keyakinan yang sama ialah Islam. Walaupun mereka berbeda dari segi adat dan budaya, tetapi dapat hidup rukun dalam satu kawasan tanah perantauan di Tarutung. Selain dari etnis pribumi, ada juga yang merupakan warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Tarutung. Mereka juga menambah keberagaman penduduk di Tarutung. Namun dalam tulisan ini, penulis lebih menekankan pembahasan pada etnis lokal pribumi yang beragama Islam dalam pembahasannya. Sesuai dengan judul di mana 13

2 yang menjadi objek kajian penulis adalah Islam yang memang dikembangkan dan disebarkan oleh kaum pribumi. Islam di Tarutung yang berkembang dan menunjukkan keberadaannya setelah banyaknya kaum pendatang warga pribumi yang masuk ke Tarutung. Meskipun ada juga seorang warga keturunan Tionghoa yang kemudian tinggal di Tarutung yang juga ikut dalam kegiatan Islam di Tarutung. Beliau juga merupakan seorang ulama Tionghoa. 2.1 Pendatang dari luar Tarutung Orang-orang dari wilayah lain di luar dari kota Tarutung banyak yang datang dan menetap di Tarutung. Kaum pendatang ini datang dengan berbagai alasan. Ketika tinggal menetap di Tarutung mereka pun tetap menjalankan tradisi dan adat kebiasaan serta juga agama yang mereka bawa dari daerah asal. Di antara kaum pendatang ini adalah orang-orang yang berasal dari daerah Sumatera Barat atau etnis Minangkabau, orang-orang Jawa dan juga orang-orang yang datang dari daerah Tapanuli Selatan. Mereka ini adalah orang-orang yang masih dekat letak geografisnya dengan daerah Silindung Etnis Minangkabau Orang Minangkabau terkenal dengan budaya merantaunya, di mana kaum prianya merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah atau untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Alasan mencari penghidupan inilah yang mendorong orang-orang Minangkabau sampai ke Tarutung. 14

3 Penyebaran orang-orang Minangkabau jauh dari daerah asalnya salah satunya disebabkan oleh keinginan mereka untuk mendapatkan kekayaan tanpa mempergunakan tanah-tanah yang telah ada. Ini dapat dihubungkan sebenarnya dengan keadaan bahwa seorang laki-laki tidak mempunyai hak menggunakan tanah warisan bagi kepentingan dirinya sendiri. Ia mungkin dapat menggunakan tanah tersebut untuk kepentingan keluarga matriliniernya. 19 Sistem matrilinial yang dipakai oleh orang Minangkabau merupakan sistem garis keturunan yang didasarkan pada garis keturunan ibu. Pihak perempuan atau isteri adalah orang yang berhak atas harta keluarga berupa warisan, sehingga bagi laki-laki yang ingin menafkahi keluarganya, tidak boleh bergantung pada harta warisan untuk dikelola, melainkan harus bekerja untuk mendapatkan penghasilan sendiri. Kebanyakan orang Minangkabau memang bekerja sebagai petani di daerah asalnya, namun tidak semua. Keadaan alam Minangkabau yang berbukit-bukit sering menjadi kendala untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga mereka harus mencari alternatif lain untuk mendapatkan penghasilan. Salah satunya adalah dengan cara merantau ke daerah lain. Hal ini dimaksudkan agar dapat mencari nafkah di daerah lain, bekerja sesui dengan keterampilan atau keahlian yang dimilikinya. Berdasarkan sejarahnya, sebenarnya orang Minangkabau sudah datang ke Tarutung sejak masa ekspansi tentara Paderi ke Tanah Batak ( ). Untuk ekspansi ke wilayah Tapanuli, tentara Paderi dipimpin oleh Tuanku Rao yang disebut-sebut masih keturunan dari Sisingamangaraja, yaitu kemenakan Sisingamangaraja. Tuanku Rao kemudian menunjuk beberapa orang pemimpin 19 Koentjaraningrat, op.cit. hal

4 pasukannya untuk memasuki beberapa wilayah di Tapanuli bagian utara. Pada saat itu tentara Paderi yang masuk ke wilayah Silindung tempat kota Tarutung sekarang dipimpin oleh Djagorga Harahap. Ia masuk ke Silindung dan mendirikan bangunan tempat berkumpul tentara Paderi di Sigompulon. Di sinilah tentara Paderi yang terdiri dari orang-orang Minangkabau bertahan. 20 Dalam pasukan tentara Paderi memang terdapat beberapa orang Batak, bahkan salah seorang pasukan tentara Paderi nantinya akan menjadi orang yang dianggap sebagai salah satu penyebar Islam yang pertama di Tarutung. Pada saat itu kedatangan orang-orang Minangkabau ke Tarutung adalah dalam misi penyebaran agama Islam dalam tentara Paderi, akan tetapi dari situ sudah dapat dilihat bahwa Tarutung sudah disentuh oleh orang-orang Minangkabau sejak abad ke- 19. Selanjutnya orang-orang Minangkabau yang datang ke Tarutung untuk mengadu nasib pertama kali sejak tahun 1950-an. Mereka memilih menetap di kawasan Komplek Mesjid, sekarang termasuk dalam Kelurahan Hutatoruan X. Mereka bekerja sebagai pedagang penjaja makanan seperti pedagang sate keliling, tukang tilam, bahkan ada yang mengusahakan rumah makan. Lokasi Komplek Mesjid ini dipilih untuk pemukiman karena letaknya di pinggir Aek Sigeaon, sehingga memudahkan mereka yang beragama Islam untuk mandi dan bersuci guna melaksanakan sholat pada masa itu ketika sarana air bersih belum sebaik sekarang penyalurannya. Selain itu lokasi Komplek Mesjid juga berada di pusat kota Tarutung. Berdagang adalah salah satu bidang usaha yang banyak digeluti oleh orang Minangkabau. Keterlibatan orang Minangkabau dalam kegiatan perdagangan akan 20 Mangaraja Onggang Parlindungan, Tuanku Rao, Yogyakarta: LkiS, 2007, hal

5 semakin nampak di daerah rantau. 21 Hal ini yang menyebabkan kebanyakan orang Minangkabau yang ada di Tarutung lebih memilih berdagang sebagai mata pencahariannya. Pada awalnya memang belum begitu banyak orang Minangkabau yang datang ke Tarutung, kemudian pada tahun 1960-an mulai banyak orang Minangkabau yang ada di Tarutung. Bahkan orang Minangkabau ini sudah membentuk perkumpulan mereka di Tarutung yaitu Persaudaraan Perantau Minang (PPM) yang dibentuk pada tahun Perkumpulan ini dibentuk dengan tujuan untuk menghimpun orang Minangkabau yang ada di Tarutung. Dari orang Minangkabau ini sedikit banyaknya Islam mulai tampak di Tarutung. Orang Minangkabau yang ada di Tarutung keseluruhannya adalah pemeluk agama Islam. Mereka juga sering melakukan kegiatan agama di Tarutung. PPM pada dasarnya adalah sebuah perkumpulan tolong menolong, yang juga sebagai tempat silaturahmi sesama perantau Minangkabau. Salah satu cara mempererat silaturahmi adalah dengan melakukan pengajian ataupun perwiridan rutin yang dilakukan tiap minggu. Kegiatan keagamaan ini sangat efektif untuk memperkenalkan ataupun untuk menunjukkan keberadaan orang Minangkabau di Tarutung. Orang-orang Minangkabau yang berprofesi sebagai pedagang tidak begitu besar perannya dalam mengembangkan Islam di Tarutung. Memang pada awalnya kebanyakan para pedagang yang menyebarkan agama Islam di Indonesia termasuk orang-orang Minangkabau, tetapi tidak demikian dengan yang terjadi di Tarutung. Sebelum para perantau Minangkabau datang ke Tarutung, orang-orang Batak di Tarutung sudah banyak yang memeluk agama Kristen yang dibawakan oleh I. L. 21 Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera, Yogyakarta: Ombak, 2007, hal

6 Nommensen pada tahun Kristen berkembang pesat di Tarutung sehingga ketika Islam mulai menunjukkan keberadaannya, lebih banyak kaum pendatangnya daripada orang-orang lokal. Salah satu kaum pendatang yang dominan ini adalah orang-orang Minangkabau, walau bukan berarti bahwa orang lokal tidak ada yang beragama Islam. Orang lokal sendiri ada yang beragama Islam, di antaranya ada yang bermarga Panggabean, Hutagalung, Hutabarat, dan masih banyak lagi orang Batak Toba yang beragama Islam di Tarutung. Bahkan mesjid yang pertama berdiri di daerah Tapanuli Utara adalah mesjid Al-Jihad yang ada di Tarutung, yang dibangun oleh Oppung Bindu Hutagalung, seorang muslim yang juga adalah bekas tentara Paderi Pendatang Etnis Jawa Pendatang lain yang masuk ke Tarutung adalah orang-orang Jawa, di antaranya ada yang datang dari pulau Jawa. Ada banyak etnis Jawa di Tarutung terutama datang dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Mereka datang ke Tarutung untuk berdagang ataupun mencari penghidupan yang lebih baik. Pada tahun 1970-an memang sedang marak penyebaran penduduk oleh program pemerintah pada saat itu. Transmigrasi, sebuah program pemerintah untuk mengatasi kepadatan penduduk terutama di pulau Jawa, dan banyak orang-orang Jawa yang mengikuti program ini. Kepada mereka disediakan tempat di daerah tujuan transmigrasi. Mereka juga dikenal dengan sebutan orang-orang trans. Tetapi orang-orang Jawa yang datang ke Tarutung, mereka bukanlah yang mengikuti program transmigrasi. Mereka hanyalah mengikuti persebaran penduduk melalui mobilitas sosial, di mana mereka sendiri yang mencari daerah tujuan. Setelah 18

7 sampai di daerah tujuan, mereka berusaha sendiri dan membaur dengan masyarakat setempat. Migrasi spontan yang dilakukan penduduk dari pulau Jawa memang lebih banyak dibanding dengan program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah. Jumlah imigran spontan dari Jawa ke luar Jawa selama periode diperkirakan sebanyak orang, sebagian besar menetap di Sumatera (80%). 22 Begitu banyaknya orang-orang dari pulau Jawa yang tersebar di Sumatera, khususnya Sumatera Utara, mereka kemudian menambah jumlah orang Jawa yang ada di Sumatera Utara sebab sebelumnya memang sudah banyak orang Jawa yang menetap. Mereka ini adalah orang-orang keturunan dari orang Jawa yang dibawa untuk menjadi buruh di perkebunan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Di Sumatera Utara, mereka kemudian tersebar hampir ke setiap kabupaten. Orang-orang Jawa mencari daerah-daerah di Sumatera Utara yang dianggap bisa dijadikan tempat untuk menetap dan bekerja untuk mencari nafkah. Banyak daerah tujuan yang dijadikan tempat untuk mereka bekerja. Salah satu daerah tujuan yang mereka pilih adalah Tarutung, ibu kota kabupaten Tapanuli Utara. Orang Jawa yang pertama kali datang dan menetap di Tarutung diketahui pada tahun 1975, yakni orang Jawa yang berasal dari Jawa Tengah. Mereka juga bermukim di Komplek Mesjid, karena letak daerahnya yang strategis di tengah kota. Selanjutnya pada tahun 1980-an semakin banyak orang-orang dari Jawa yang datang ke Tarutung. Mereka mayoritas bekerja sebagai pedagang, 22 Sri Edi Swasono, Masri Singarimbun, Sepuluh Windu Transmigrasi di Indonesia , Jakarta:UI-Press, 1986, hal

8 seperti berdagang bakal pakaian, membuka warung jamu, jamu gendong, tukang bakso keliling, dan lain-lain. Dalam tahun 1980-an, semakin banyak orang-orang Jawa berada di Tarutung. Bahkan ada juga orang Jawa yang berasal dari Sumatera sendiri. Mereka adalah keturunan dari orang Jawa yang dibawa ke Sumatera Timur pada masa pembukaan perkebunan di Sumatera Timur. Setelah kontraknya di perkebunan selesai, tidak semua mereka kembali ke tanah asalnya, melainkan tinggal menetap di berbagai tempat di Sumatera Timur. Demikian juga dengan keturunan mereka. Orang Jawa ini disebut juga Jawa Deli, yaitu orang Jawa yang tinggal di wilayah Deli (Sumatera Timur) ataupun orang Jawa keturunan kuli kontrak pada masa perkebunan zaman Belanda. Memang pada saat itu bukan hanya di wilayah Kesultanan Deli saja adanya perkebunan tetapi di beberapa tempat di Sumatera Timur, namun orang-orang Jawa keturunan buruh perkebunan ini di Tarutung lebih terkenal dengan sebutan Jawa Deli, ada juga yang menyebutnya Jawa Medan. Dalam tulisan ini penulis lebih memilih menggunakan istilah Jawa Medan untuk menyebut orang-orang Jawa keturunan buruh perkebunan zaman Belanda yang sekarang tinggal di Tarutung. Oran Jawa yang berasal dari wilayah Sumatera Timur datang dari tanah Deli yang sesungguhnya adalah keturunan orang-orang yang berasal dari pulau Jawa. Tetapi karena adanya pembukaan perkebunan di tanah Deli oleh Nienhuys, maka orang-orang ini dibawa ke Sumatera Timur untuk dijadikan sebagai kuli perkebunan. Banyak orang Jawa yang merupakan keturunan dari kuli perkebunan zaman Belanda di Sumatera Timur, khususnya di Sumatera Utara sekarang. Mereka tersebar 20

9 di berbagai wilayah seperti di Medan, Pematan Siantar, Kisaran, Rantau Prapat, dan wilayah-wilayah lain, termasuk di Tarutung. Antara orang Jawa yang berasal dari pulau Jawa langsung dengan orang Jawa Medan tidak ada perbedaan ataupun perbenturan budaya. Walaupun orang Jawa Medan sudah lama tinggal di Sumatera, tetapi mereka tidak melupakan kebudayaan dan adat istiadat Jawa. Oleh karena itu ketika orang Jawa Medan ini bertemu dengan orang Jawa yang datang langsung dari pulau Jawa langsung, mereka tetap satu yaitu orang Jawa, orang-orang yang memiliki adat istiadat Jawa. Dengan adanya pertemuan orang Jawa yang dari pulau Jawa dan orang Jawa yang berasal dari wilayah Sumatera Timur, maka semakin banyaklah orang Jawa di Tarutung. Pada tahun 1986 dibentuklah sebuah perkumpulan orang Jawa di Tarutung. Perkumpulan ini pada awalnya adalah untuk menghimpun orang-orang Jawa yang ada di Tarutung. Di perkumpulan ini orang Jawa yang ada di Tarutung dapat berinteraksi dengan sesama orang Jawa lainnya. Perkumpulan ini dinamakan Perkumpulan Tunggal Wargo. Lambat laun perkumpulan ini berubah menjadi sebuah perwiritan untuk orang Jawa. Hal ini dikarenakan sudah semua orang yang ada di perkumpulan ini adalah orang Jawa yang beragama Islam. Ada juga orang Batak yang ikut dalam perkumpulan ini, karena dia memiliki isteri orang Jawa. Jadi perkumpulan ini adalah untuk mengumpulkan semua orang Jawa yang ada di Tarutung. Sekalipun ia adalah isteri orang Batak, maka si suami orang Batak tersebut akan ikut perkumpulan ini. Pada saat perkumpulan ini menjadi sebuah perkumpulan pengajian ataupun perwiridan, perkumpulan ini bernama Al-Muhajirin Tunggal Wargo. Muhajirin dapat 21

10 diartikan sebagai berpindah. Hal ini seperti apa yang terjadi pada masa Rasulullah, di mana pada saat mereka hijrah ke Madinah mereka disebut sebagai kaum Muhajirin. Jadi Al-Muhajirin Tunggal Wargo adalah kaum pendatang yang berpindah atau hijrah yang terdiri dari orang-orang atau warga Jawa yang dihimpun menjadi tunggal wargo atau satu warga, satu perkumpulan di Tarutung. Perkumpulan Tunggal Wargo juga pernah membuat sebuah koperasi simpan pinjam bagi anggotanya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu perekonomian setiap anggotanya. Salah satu kegitannya adalah dalam bentuk peminjaman modal usaha, sebagaimana diketahui bahwa kebanyakan dari orang-orang Jawa ini adalah berprofesi sebagai pedagang, yang membutuhkan modal usaha. Di samping itu koperasi juga sebagai bentuk pengelolaan keuangan oleh Tunggal Wargo, yang berazaskan dari anggota untuk anggota. Sedemikian terorganisirnya perkumpulan ini, bukan hanya sekedar tempat berkumpul dan bersilaturahmi saja, tetapi lebih dari itu. Di Tarutung orang-orang Jawa ini juga tetap menjalankan adat istiadat ataupun kebiasaan-kebiasaan yang berasal dari tanah asalnya. Contohnya adalah setiap malam 1 Suro, mereka akan melakukan pengajian ataupun syukuran. Bahkan pada tahun 1990-an pernah diadakan pertunjukan Jaran Kepang di Tarutung, salah satu bentuk untuk menunjukkan tentang keberadaan orang Jawa di Tarutung. Tidak semua orang Jawa yang ada di Tarutung adalah bertujuan datang untuk berdagang. Tetapi ada juga yang memang ditugaskan di Tarutung. Mereka adalah orang-orang yang bekerja di pemerintahan ataupun orang-orang militer yang memang ditugaskan di Tarutung. Namun demikian mereka tetap disebut sebagai orang pendatang yang beretnis Jawa. 22

11 2.1.3 Orang Batak dari Wilayah Tapanuli bagian Selatan Orang-orang yang datang ke Tarutung bukan hanya orang-orang Minangkabau dan orang-orang Jawa saja, tetapi juga sub etnis Batak lain yang datang ke Tarutung. Sub etnis orang Batak lain yang dimaksudkan adalah orang-orang Batak Mandailing. Kebanyakan orang-orang Batak yang berasal dari Tapanuli bagian selatan ini datang ke Tarutung dikarenakan pindah tugas, tetapi ada juga di antaranya yang memang sengaja untuk mengadu nasib di Tarutung. Sama seperti perlakuan terhadap orang-orang Minangkabau, kedatangan mereka juga diterima baik oleh orang-orang Batak yang ada di Tarutung, dikarenakan mereka masih satu etnis yaitu Batak. Selain itu juga ada satu nilai budaya dasar yang dipegang teguh oleh orang Batak yaitu Dalihan Na Tolu. Setiap sub etnis Batak memegang teguh Dalihan Na Tolu. Dalam Dalihan Na Tolu tidak ada memandang perbedaan agama, semua satu yaitu etnis Batak. Berdasarkan sejarahnya, orang Batak tersebar ke berbagai wilayah yang pada asalnya berasal dari Samosir. Perpindahan dari negeri Toba tua ke sekitarnya pada umumnya dikarenakan adanya perselisihan di antara keluarga/marga yang bersangkutan, misalnya karena masalah pembagian harta warisan. 23 Sehingga ada beberapa dari keluarga tersebut yang kemudian pergi keluar tanah asalnya yang kemudian mendirikan kampung-kampung baru atau huta di daerah lain. Persebaran inilah yang kemudian menyebabkan banyaknya orang-orang Batak yang tinggal di luar Samosir, tempat orang Batak berasal. Persebaran ini sering juga disebut sebagai marserak dalam bahasa Batak, yang artinya tersebar. 23 Batara Sangti, Sejarah Batak, Medan: Karl Sianipar Company, 1977, hal

12 Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa orang Batak yang di Tarutung pada awalnya memiliki garis keturunan sejarah yang sama dengan orang-orang Batak yang berasal dari Tapanuli bagian selatan. Ditambah lagi dengan konsep Dalihan Na Tolu yang dipegang teguh oleh kedua belah pihak. Hal itu yang menyebabkan orang-orang muslim dari Tapanuli bagian selatan diterima dengan baik di Tarutung. Memang Dalihan Na Tolu bagi orang Batak berbeda-beda dalam penyebutannya. Tetapi pada dasarnya, intinya adalah mengenai sistem kekerabatan yang diatur sedemikian rupa. Sistem kekerabatan yang sangat erat, yang kemudian mempengaruhi hubungan antara satu orang dengan orang yang lain dalam kehidupan kesehariannya. Sikap saling menghormati, antara yang tua dan yang muda, antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain yang kemudian terhubung karena adanya perkawinan. Hal inilah yang terjadi pada orang Batak yang di Tarutung dengan orang Batak yang datang dari Tapanuli Selatan. Orang-orang yang datang dari Tapanuli bagian selatan sudah memeluk Islam sejak adanya penyebaran Islam oleh tentara Paderi. Ketika mereka di Tarutung mereka juga tetap menjalankan ajaran Islam bersama kaum pendatang lainnya dan juga masyarakat lokal yang menganut agama Islam. Pada tahun 1970-an sudah banyak orang-orang Islam dari wilayah Tapanuli bagian selatan yang datang ke Tarutung. Setelah mereka semakin banyak jumlahnya, maka dibentuklah sebuah perkumpulan untuk orang-orang yang berasal dari Tapanuli bagian selatan. Perkumpulan ini dibuat dalam bentuk perwiridan atau pengajian, yang juga sekaligus sebagai sarekat tolong menolong sesama orang-orang Tapanuli bagian selatan. Mereka ini ada yang datang dari wilayah Padangsidimpuan, Mandailing dan 24

13 Angkola. Selain karena pindah tugas ataupun ditugaskan ke Tarutung, orang-orang ini juga datang ke Tarutung untuk berdagang. Di Tarutung sendiri orang-orang Tapanuli bagian selatan ini banyak berkecimpung dalam bidang perdagangan emas. Banyak toko-toko emas yang ada di Tarutung adalah milik orang Tapanuli bagian selatan. Kemudian ada juga beberapa orang Batak Toba yang juga ikut membuka toko emas seperti yang dilakukan oleh orang-orang Batak dari Tapanuli bagian selatan. Perkumpulan orang-orang yang berasal dari Tapanuli Selatan dan sekitarnya ini tergabung dalam pengajian Tapanuli Selatan. Kegiatan yang dilakukan sama seperti perkumpulan lain yaitu mengadakan pengajian rutin setiap minggunya. 2.2 Faktor-faktor Pendorong Masuknya Pendatang ke Tarutung Ada berbagai macam faktor yang menjadi penyebab mengapa banyak para pendatang yang masuk ke Tarutung. Faktor pendorong yang berasal dari daerah asal para pendatang dan juga faktor penarik yang ada di daerah tujuan adalah hal yang sangat erat kaitannya. Pada tahun 1960-an dianggap sebagai saat-saat di mana banyaknya kaum pendatang yang masuk ke Tarutung. Mereka datang dengan berbagai alasan. Ada yang datang memang karena keinginan untuk mencari daerah baru di luar daerah asalnya untuk dijadikan sebagai tanah perantauan, dan ada juga yang datang memang karena penugasan atau karena urusan pekerjaan yang mengharuskan dirinya tinggal di Tarutung, seperti yang terjadi pada para pendidik atau guru yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil). Begitu juga yang terjadi pada mereka yang bekerja dalam pemerintahan dan polisi ataupun militer. 25

14 2.2.1 Faktor Penarik Kota Tarutung Tarutung adalah sebuah kota kabupaten yang berada di sebuah lembah. Masyarakat Tarutung sendiri biasa menyebut kota Tarutung sebagai Rura Silindung (Lembah Silindung). Hal ini karena Kota Tarutung dikelilingi oleh jajaran perbukitan yang di antaranya adalah bukit Siatasbarita, tempat berdirinya monumen Salib Kasih sekarang, yaitu tempat di mana dahulunya Nommensen berdoa pada saat pertama kali melihat wilayah Tarutung. Orang Batak Toba adalah etnis lokal yang mendiami kota Tarutung, yang belakangan menerima pengaruh Barat melalui misi penyebaran agama Kristen Protestan yang masuk ke daerah ini. Mayoritas mata pencaharian kaum pendatang di Tarutung adalah berdagang. Hal ini juga bisa dikelompokkan berdasarkan etnisnya. Contohnya etnis Jawa yang banyak berdagang makanan seperti bakso dan berdagang jamu. Sedangkan etnis Minangkabau banyak yang berdagang sate dan juga sebagai tukang tilam atau kasur, baik yang membuka toko maupun berkeliling dengan menggunakan sepeda. Bagi pendatang yang berasal dari Tapanuli bagian selatan mereka banyak yang membuka toko mas. Hal ini dikarenakan di daerah asal mereka merupakan tempat pendulangan emas di mana mereka sudah punya kebiasaan mengolah bahan emas. Para pedagang makanan yang ada di Tarutung mayoritas adalah kaum pendatang, ada yang menjajakan makanan dengan berkeliling baik dengan gerobak ataupun kendaraan seperti sepeda dan sepeda motor, ada juga yang membuka rumah makan. Terdapat beberapa rumah makan muslim yang dikelola oleh kaum pendatang seperti pendatang dari Minangkabau dan juga etnis Jawa. Dalam hal makanan, orang- 26

15 orang Batak di Tarutung memang merasa suka terhadap cita rasa khas masakan Minangkabau maupun Jawa, sebab sangat berbeda dengan cita rasa makanan Batak. Hal ini yang membuat pedagang makanan yang berasal dari kaum pendatang menjadi sangat digemari. Bahkan ada beberapa orang dari kaum pendatang yang sudah berhasil dengan kata lain memiliki penghidupa n yang lebih baik dari usaha berdagang makanan. Ada juga dari pendatang yang sudah mampu membeli sebidang tanah dan rumah di daerah Tarutung. Mengenai makanan yang dijual, memang sudah sejak lama orang Minangkabau yang membuka rumah makan. Bahan makanan yang dijual juga merupakan makanan yang halal, seperti masakan daging kerbau yang juga halal sebab disembelih oleh orang Islam. Di Tarutung memang ada terdapat rumah potong hewan sehingga orang Islam yang ingin membeli daging kerbau tidak perlu khawatir sebab yang menyembelih hewan adalah orang Islam, sehingga dagingnya halal untuk dikonsumsi. Kaum pendatang yang mendapat cerita dari orang-orang yang sudah merantau ke Tarutung, kemudian mereka datang ke Tarutung. Setibanya di Tarutung, mereka memulai usaha kecil-kecilan hingga kemudian berkembang menjadi penghasilan yang cukup lumayan. Mereka pulang kampung ke daerah asalnya, biasanya ketika lebaran tiba. Banyak dari kaum pendatang ini yang mudik ke kampung halaman terlebih mereka dari etnis Jawa, di mana mereka membawa saudara ataupun temantemannya dari kampung saat kembali ke Tarutung. Dengan demikian semakin banyaklah orang yang datang ke Tarutung. Mereka tertarik setelah melihat teman- 27

16 teman ataupun kerabat yang merantau ke Tarutung dan memiliki kehidupan yang lebih baik sesudah mengadu nasib di Tarutung. Tarutung bisa dikatakan sebagai daerah yang dapat untuk dijadikan tempat mengadu nasib atau memperoleh penghidupan yang lebih layak. Walaupun Tarutung bukanlah sebuah kota besar, sebagaimana anggapan selama ini bahwa kota besar tempat untuk mengadu nasib, tetapi di Tarutung orang punya kesempatan mencari nafkah dengan segala keahlian yang ada Faktor Pendorong Kedatangan Perantau Selain faktor penarik daerah tujuan, dalam hal ini kota Tarutung, terdapat juga beberapa faktor pendorong yang berasal dari daerah asal para perantau bahkan faktor pendorong dari dalam diri mereka sendiri. Kebanyakan kedatangan dari para pendatang ini dikarenakan faktor ekonomi ataupun tidak adanya kepuasan dalam kehidupan di daerah asal. Atau justru karena memang di daerah asal tidak ada pekerjaan yang bisa memperbaiki perekonomian keluarga. Oleh sebab itu mereka memilih merantau atau melakukan migrasi ke tempat lain. Faktor adat juga menjadi faktor pendorong mengapa mereka merantau ke daerah lain, seperti yang terjadi pada masyarakat Minangkabau. Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, di mana garis keturunan dipegang oleh pihak perempuan. Bahkan dalam hal pembagian harta warisan pihak perempuan lebih punya peran dan pengaruh. Pihak laki-laki hanya sebagai wali dan juga kepala keluarga, tetapi bukan secara adat. Oleh karena itu pihak laki-laki dalam 28

17 urusan mencari nafkah tidak bisa mengandalkan harta warisan semata. Mereka harus bekerja, sementara di wilayah Minangkabau sangat terbatas lahan pertanian, sehingga mayoritas mata pencaharian masyarakat Minangkabau adalah berdagang. Semakin bertambahnya penduduk orang-orang Minangkabau, maka semakin sedikit peluang untuk bekerja di daerah Minangkabau. Lahan yang terbatas yang disebabkan karena faktor geografis alam Minangkabau yang terdiri dari perbukitan berbatu sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Akibatnya masyarakat Minangkabau harus mencari pekerjaan di luar daerah Minangkabau khususnya bagi kaum laki-laki, sehingga merantau menjadi pilihan untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Bahkan setelah Belanda menaklukkan Paderi, menyusul keberhasilan sistem Tanam Paksa di Sumatera Barat antara tahun 1850 dan 1870 adalah berkaitan erat dengan daya ekonomi ketika itu. Yaitu alam dagang telah lama mendarah daging dalam kehidupan Minangkabau, di mana jual-beli barter barang merupakan hal yang amat penting. 24 Dalam menentukan daerah yang akan dijadikan tanah perantauan, mereka banyak mendengar cerita dari orang-orang yang sudah merantau. Demikian yang terjadi ketika banyak orang Minangkabau yang datang ke Tarutung. Mereka banyak mendengar cerita mengenai keadaan kota Tarutung dari orang-orang Minangkabau yang sudah datang ke Tarutung. Setelah di Tarutung, mereka membuka usaha dengan kemampuan yang dimilikinya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, orang-orang Minangkabau 24 Anne Booth, dkk, penyunting, Sejarah Ekonomi Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1988, hal

18 di Tarutung misalnya banyak yang bekerja sebagai pedagang, baik pedagang makanan ataupun pedagang barang-barang lain. Ada banyak orang Minangkabau yang berhasil di Tarutung, mereka dapat meningkatkan taraf hidupnya, sehingga mereka juga memutuskan untuk tinggal menetap di Tarutung. Hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabu, demikian juga pada orang-orang Jawa yang datang ke Tarutung. Mereka merantau karena ingin meningkatkan taraf hidup,yaitu untuk meningkatkan perekonomian keluarga agar menjadi lebih baik. Jadi merantau karena kecilnya kesempatan bekerja di daerah asal. Pulau Jawa merupakan pulau yang terpadat penduduknya, di mana banyak orang-orang Jawa yang pernah mengikuti program transmigrasi. Di antara mereka sudah ada yang mengetahui tentang kota Tarutung, dan kemudian ada yang pulang ke Jawa. Bagi mereka yang tidak mengikuti program transmigrasi, mereka datang ke berbagai tempat di Sumatera Utara, juga memilih daerah tujuan Tarutung, karena mendengar cerita dari orang-orang yang pernah merantau. Demikian juga halnya mengapa banyak orang Jawa yang datang ke Tarutung. Mereka banyak mendengar cerita dari orang-orang yang sudah pernah ke Tarutung. Pada awalnya orang-orang Jawa yang pertama datang ke Tarutung adalah mereka yang pada awalnya datang ke wilayah Medan dan sekitarnya. Selanjutnya mereka mencoba memilih tempat lain di Sumatera Utara, salah satunya adalah Tarutung. Setelah mereka cukup berhasil di Tarutung, mereka pun pulang ke Jawa dan kembali dengan membawa kerabat ataupun teman mereka. Demikian seterusnya hingga semakin banyak orang Jawa yang datang ke Tarutung. 30

19 Sementara bagi orang-orang dari Tapanuli Selatan, hampir sama halnya dengan orang Jawa dan Minangkabau. Mereka berusaha mencari daerah untuk mencari penghidupa n yang lebih baik. Orang-orang dari Tapanuli Selatan datang ke Tarutung karena Tarutung juga tidak begitu jauh jaraknya dengan daerah asal mereka. Ditambah lagi mereka juga masih tergolong dalam satu etnis dengan masyarakat lokal yaitu etnis Batak. Mayoritas alasan masuknya para pendatang ke Tarutung adalah karena faktor ekonomi, yaitu ingin memperoleh pendapatan yang lebih baik dari segi ekonomi. Selain itu faktor sosial atau prestise juga termasuk sebagai faktor pendorong, yaitu menginginkan perubahan tingkat sosial dalam masyarakat setelah melakukan perantauan di daerah lain. Yaitu untuk menambah pengalaman dan kepuasan dalam diri sendiri karena dapat hidup di luar daerah asal, dapat hidup di daerah orang lain dan kembali pulang ke daerah asal dengan membawa hasil. 31

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah menjadi kodrat alam, sejak dilahirkan kedunia manusia ditakdirkan untuk saling berpasang-pasangan agar hidup bersama untuk membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Etnis Tionghoa merupakan bahan kajian yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Etnis Tionghoa merupakan bahan kajian yang menarik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Etnis Tionghoa merupakan bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkandengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan etnis Tionghoa adalah sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu keturunan ditarik dari ayahnya. Dilihat dari marga yang dipakai oleh orang batak yang diambil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami oleh masyarakat yang multietnis. Hal ini tampak dari banyaknya suku yang beragam yang ada di provinsi ini misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Lembah Melintang adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat. Kabupaten Pasaman Barat dibentuk dari hasil pemekaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedatangan imigran-imigran Tionghoa ke pantai timur Sumatra telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedatangan imigran-imigran Tionghoa ke pantai timur Sumatra telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedatangan imigran-imigran Tionghoa ke pantai timur Sumatra telah menjadi perhatian sebagai suatu keajaiban yang menarik. Bangsa yang ulet ini datang ke Sumatra Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di sepanjang pulau sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai Barat. disebelah utara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negeri yang banyak mengalami perubahan budaya dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negeri yang banyak mengalami perubahan budaya dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negeri yang banyak mengalami perubahan budaya dunia. Dalam rentang sejarahnya, Indonesia mendapat pengaruh budaya India, Cina,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tarutung adalah sebutan untuk buah durian yang dalam bahasa Batak disebut tarutung. Oleh karena itu, nama kota Tarutung sebagai sebutan untuk nama ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di tanah batak (Sumatera

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas membentang dari kota Sabang Provinsi Nanggro Aceh Darussalam hingga kota Merauke Provinsi Papua. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Sibolga adalah daerah yang multikultural karena dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Sibolga adalah daerah yang multikultural karena dihuni oleh berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Sibolga adalah daerah yang multikultural karena dihuni oleh berbagai etnis, bahasa dan agama. Selain etnis Batak Toba penduduk lain yang mendiami dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang cukup besar, bukan hanya di kawasan Asia Tenggara, atau kawasan Asia, tetapi dalam lingkup yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI 2.1. Sejarah Kota Medan Kota Medan sebagai Ibukota dari propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai keunikan yang berbeda dari ibu kota lainnya yang ada di Indonesia. Tanggal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan didominasi oleh suku Toba. penggunaan marga, penggunaan bahasa, berkumpul di Lapo Tuak,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan didominasi oleh suku Toba. penggunaan marga, penggunaan bahasa, berkumpul di Lapo Tuak, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan didominasi oleh suku Toba karena semangat migran yang mereka jiwai. Mereka bekerja keras di daerah perantauannya yaitu Medan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN 42 BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Titik Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Lamongan, dengan luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam kehidupan masyarakat heterogen, seperti Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Kampar adalah merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar dengan ketinggian 30/50 Meter dari permukaan laut, suhu maksimum

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. berstatus Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan ialah unit pemerintahan terkecil

BAB II GAMBARAN UMUM. berstatus Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan ialah unit pemerintahan terkecil BAB II GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Kulim Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, yang mana wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan Provinsi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA KASIKAN. Propinsi. Desa Kasikan merupakan desa paling ujung sebelum Desa Talang

BAB II PROFIL DESA KASIKAN. Propinsi. Desa Kasikan merupakan desa paling ujung sebelum Desa Talang BAB II PROFIL DESA KASIKAN A. Kondisi Geografi dan Demokrafi Desa kasikan adalah salah satu desa diantara beberapa desa yang terletak di Kecamatan Tapung Hulu lebih kurang 35 Km dari pusat kecamatan lebih

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi di Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di Sumatera Utara memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Karo merupakan salah satu suku bagian dari Batak selain Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada umumya menempati wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RW 01. Kelurahan Simpang Empat Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru. Luas wilayah

BAB II TINJAUAN UMUM RW 01. Kelurahan Simpang Empat Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru. Luas wilayah BAB II TINJAUAN UMUM RW 01 A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Daerah RW 01 merupakan salah satu RW dari lima RW yang berada dalam kawasan Kelurahan Simpang Empat Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN A. Kondisi Geografis Desa Cipete Kec. Pinang Kota Tangerang Banten Desa Cipete merupakan bagian dari Kota Tangerang Provinsi Banten,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu penduduk asli

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA 4.1 Sejarah Kota Sibolga Kota Sibolga dahulunya merupakan bandar kecil di teluk Tapian Nauli dan terletak di pulau Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau. Kecamatan ini meliputi beberapa Kelurahan atau Desa dengan luas wilayah

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau. Kecamatan ini meliputi beberapa Kelurahan atau Desa dengan luas wilayah BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN II. 1. Geografis Desa Khaiti Kecamatan Rambah Tengah Barat, Kabupaten Rokan Hulu merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kelurahan Parit Rantang Payakumbuh

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kelurahan Parit Rantang Payakumbuh 15 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kelurahan Parit Rantang Payakumbuh 1. Keadaan Geografis Jalur ke Ibu kota Kecamatan 4 km, Ke Ibu Kota Payakumbuh 5 km, dan Ke Ibu Kota Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS 13 BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS A. Geografi Kelurahan Terkul adalah kelurahan yang terletak di samping kota Batupanjang kecamatan Rupat, dengan status adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 500-an suku bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, agama dan ras yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENLITIAN, PENDUDUK DAN INFORMAN. dan sudah termasuk daerah ibu kota Propinsi Jawa Barat.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENLITIAN, PENDUDUK DAN INFORMAN. dan sudah termasuk daerah ibu kota Propinsi Jawa Barat. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENLITIAN, PENDUDUK DAN INFORMAN 2.1. Letak Lokasi dan Keadaan Geografis Bintara merupakan salah satu daerah yang terletak di wilayah Bekasi Barat dan sudah termasuk daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar 1. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar Desa Ranah Sungkai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada permulaan abad kedua puluh kemiskinan sedang meningkat di Pulau Jawa dikarenakan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari masa ke masa. Hal ini menarik perhatian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN 2.1. Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR 5.1 Tingkat Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Pola keinginan pindah penduduk dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT TAPANULI SELATAN (STUDI KASUS KECAMATAN ANGKOLA BARAT) SKRIPSI

PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT TAPANULI SELATAN (STUDI KASUS KECAMATAN ANGKOLA BARAT) SKRIPSI PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT TAPANULI SELATAN (STUDI KASUS KECAMATAN ANGKOLA BARAT) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup luas dari Sabang sampai Merauke dan dari Mianggas hingga Pulau Rote. Indonesia memiliki tidak kurang dari 400 suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari 5 ( lima ) pulau besar, pulau-pulau kecil 1, 366 suku 2, 5 agama

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari 5 ( lima ) pulau besar, pulau-pulau kecil 1, 366 suku 2, 5 agama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa, terdiri dari 5 ( lima ) pulau besar, 17.508 pulau-pulau kecil 1, 366 suku 2,

Lebih terperinci

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi segala kebutuhannya. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2007, hlm.23) Manusia senantiasa

Lebih terperinci

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2 KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Individu 2. Keluarga 3. Golongan/ kelompok 4. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH A. Letak Geografis Desa Kecamatan 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading Desa Batur terletak di Kecamatan Gading,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci