BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Peningkatan Produksi Pertanian di dalam usaha swasembada pangan. Demi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Peningkatan Produksi Pertanian di dalam usaha swasembada pangan. Demi"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Ditahun enam puluhan, pemerintah mencanangkan pelaksanakan Program Peningkatan Produksi Pertanian di dalam usaha swasembada pangan. Demi suksesnya program pemerintah maka kebutuhan akan pupuk mutlak harus dipenuhi mengingat produksi PUSRI waktu itu diperkirakan tidak akan mencukupi. Menyusul ditemukannya beberapa sumber gas alam dibagian Utara Jawa Barat, muncullah gagasan untuk membangun pabrik urea di Jawa Barat. Tanggal 9 Juni 1975 lahirlah PT. PUPUK KUJANG, sebuah BUMN di lingkungan Departemen Perindustrian yang mengemban tugas untuk membangun pabrik pupuk urea di desa Dawuan Cikampek, Jawa Barat. Bulan Juli 1976, pembangunan pabrik mulai dilakukan dengan kontraktor utama Kellogg Overseas Corporation (USA) dan Toyo Engineering Corp (Japan) sebagai kontraktor pabrik Urea. Pembangunan berjalan lancar sehingga pada tanggal 7 November 1978 pabrik sudah mulai berproduksi dengan kapasitas ton/tahun dan ton/tahun amonia, pembangunan pabrik dapat diselesaikan 3 (tiga) bulan lebih awal dari jadwal yang telah ditentukan. Sejalan perkembangannya PT. Pupuk Kujang berupaya meningkatkan kemampuan dalam memasok kebutuhan pupuk di Jawa Barat, maka pada tahun 2002 dibangunlah pabrik kujang 1B yang merupakan kelanjutan program pemerintah dalam pemulihan ekonomi jangka menengah dan jangka panjang, pelaksanaan peresmian tiang pancang pertama oleh Presiden RI Megawati Soekarno Putri pada 3 Juli Kontraktor Utama pembangunan pabrik Kujang 1B oleh Toyo Engineering Corporation (TEC) Jepang dan Sub Kontaktor dalam negeri Joint Operation antara

2 PT. Rekayasa Industri dengan PT. IKPT. Pada 3 April 2006, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan pembuatan pabrik. Dengan mulai beroperasinya pabrik Kujang 1B, maka kapasitas pabrik PT. PUPUK KUJANG menjadi ton/tahun. Selanjutnya pada 12 Desember 1978, Presiden Soeharto berkenan meresmikan pembukaan pabrik dan 1 April 1979, PT PUPUK KUJANG mulai dengan operasi komersial Visi dan Misi Perusahaan Adapun Visi dan Misi dari PT. Pupuk Kujang adalah sebagai berikut : Visi Menjadi perusahaan pupuk Petro Kimia yang efisien dan kompetitif dipasar global. Misi Memberikan kontribusi kepada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional demi kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan industri kimia berbasis sumber daya alam yang ramah lingkungan dengan melaksanakan etika bisnis secara konsisten Prestasi Perusahaan Hingga saat ini, PT. Pupuk Kujang telah beroperasi dengan baik. Terbukti dengan diterimanya berbagai penghargaan, baik dari Pemerintah Indonesia maupun dari British Safety Council. Penghargaan yang diterima menandakan pengakuan atas prestasi tinggi dibidang keselamatan kerja

3 yang telah diraih oleh perusahaan. Prestasi lain yang telah dicapai adalah mengenai pembinaan usaha kecil dan koperasi diberbagai daerah. Penghargaan-penghargaan yang telah diraih tersebut meliputi penghargaan Upakarti (Upakarti Award), Pedang Kehormatan (Sword Of Honour), dan Piagam Penghargaan di bidang K3 (Gold Citation Award). Pada tanggal 18 Januari 2002, PT. Pupuk Kujang menerima penghargaan Zero Accident dengan total jam kerja tanpa kecelakaan. 2.2 Struktur Organisasi Perusahaan di Bagian Rendal

4 Sumber : PT. Pupuk Kujang Cikampek Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan Bagian Perencanaan Pemasaran tugasnya yaitu : 1. Menyusun perencanaan Penjualan urea, Ammonia, NPK, dan Pupuk Organik secara bulanan. 2. Menyusun Alokasi Bulanan Penjualan Urea, Ammonia, NPK, dan Pupuk Organik per Sektor dan per Pembeli. 3. Menyusun Perencanaan Stock Urea, NPK, dan Pupuk Organik digudang kawasan dan diseluruh gudang Lini III. 4. Menyusun perencanaan kebutuhan sarana distribusi (armada angkutan dan pergudangan). 5. Menyusun Program Riset Pemasaran Produk Baru. 6. Menyusun Program Promosi Produk Baru. 7. Menyusun Konsep Distribusi, Transportasi dan Pergudangan. 8. Mengevaluasi usulan/pengajuan calon Distributor dan Ekspeditur.

5 9. Mengevaluasi kontrak-kontrak Penjualan produk dan kontrak kerjasama penggunaan sarana distribusi. Bidang Perencanaan Pemasaran tugasnya yaitu : 1. Membuat perhitungan balansitas Produksi dan Penjualan Urea, NPK, Pupuk Organik dan Ammonia secara bulanan, triwulan, semester, dan tahunan. 2. Membuat perhitungan alokasi penjualan per Distributor setiap bulan. 3. Membuat perhitungan perencanaan stock urea diseluruh Gudang Lini III. 4. Melaksanakan pengadaan pupuk dari produsen lainnya. 5. Menyusun draft surat pemberian alokasi penjualan seluruh produk. 6. Menyusun draft kontrak penjualan seluruh produk. 7. Membuat Laporan Perencanaan Penjualan seluruh Produk. Bidang perencanaan Sarana Distribusi tugasnya yaitu : 1. Menyusun perencanaan kebutuhan sarana angkutan dan pergudangan di seluruh wilayah tanggung jawab PT. Pupuk Kujang. 2. Mengevaluasi usulan/pengajuan calon ekspeditur dan pengelolaan pergudangan. 3. Mengevaluasi kelayakan tarif angkutan, sewa gudang, jasa pengelolaan pergudangan dan tarif bongkar muat di seluruh gudang Lini III.

6 4. Menyusun draft kontrak angkutan, sewa gudang, jasa pengelolaan pergudangan dan jasa penyediaan buruh bongkar muat di gudang Lini III. 5. Menyusun seluruh kebutuhan sarana distribusi pengadaan pupuk dari produsen lainnya (a.i. Pengadaan Sewa Kapal, MBS, Sarana Transportasi Darat, dll). Bidang Riset Pemasaran Dan Promosi tugasnya yaitu : 1. Melaksanakan kegiatan Marketing Intelligence. 2. Mengevaluasi peluang pasar seluruh produk. 3. Menyusun program pemasaran seluruh produk. 4. Menyusun program promosi produk baru dan model-model promosi (talk show, pameran, demplot, demfarm, dll). 5. Membuat perhitungan komposisi/formula NPK spesifik komoditi dan spesifik lokasi. 6. Menyusun perhitungan harga pokok NPK untuk berbagai formula/komposisi. 7. Melakukan evaluasi seluruh harga jual produk yang berlaku. 8. Membuat usulan perhitungan harga jual seluruh produk. 9. Menyusun laporan penjualan seluruh produk secara bulanan, triwulan, semester dan tahunan. 10. Menyusun laporan trend penjualan/data statistik penjualan seluruh produk secara bulanan dan tahunan Menyusun laporan posisi stock secara harian, mingguan, dan bulanan.

7 11. Membuat analisa penjualan seluruh produk pada berbagai sektor secara bulanan, triwulan, semester dan tahunan. 12. Membuat laporan kinerja pemasaran secara bulanan, triwulan, semester dan tahunan terkait dengan Key Performance. Bagian Pengendalian Pemasaran tugasnya yaitu : 1. Melakukan evaluasi seluruh harga jual produk yang berlaku. 2. Membuat usulan perhitungan harga jual seluruh produk. 3. Menyusun laporan penjualan seluruh produk secara bulanan, triwulan, semester, dan tahunan. 4. Menyusun laporan trend penjualan/data statistic penjualan seluruh produk secara bulanan dan tahunan menyusun laporan posisi stock secara harian, mingguan, dan bulanan. 5. Membuat analisa penjualan seluruh produk pada berbagai sektor secara bulanan, triwulan, semester dan tahunan. 6. Membuat laporan kinerja pemasaran secara bulanan, triwulan, semester, dan tahunan terkait dengan key performance. Bidang Pelaporan Penjualan tugasnya yaitu : 1. Menyusun Laporan Penjualan seluruh produk secara harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester dan tahunan. 2. Menyusun laporan posisi stock secara harian, mingguan, dan bulanan. 3. Menyusun laporan penyaliran pupuk bersubsidi sesuai dengan persyaratan Permendag sebagai bahan penagihan pupuk bersubsidi.

8 4. Menyusun trend penjualan/data statistik penjualan seluruh produk serta Laporan Historis Pelanggan (Distributor dan Pembeli Lainnya). 5. Menyusun seluruh laporan penjualan produk untuk konsumsi pihak eksternal. 6. Melakukan rekonsiliasi piutang secara periodik dengan Biro Keuangan dan Biro Akuntansi. Bidang Penanganan Keluhan dan Hubungan Pelanggan tugasnya yaitu : 1. Melaksanakan penanganan keluhan pelanggan. 2. Memelihara cacatan keluhan pelanggan dan penyelesaiannya. 3. Membuat program penanganan keluhan pelanggan dan kepuasan pelanggan. 4. Mengevaluasi kepuasan pelanggan secara periodik (triwulanan, semester, dan tahunan) 5. Menyusun program sosialisasi kegiatan distribusi pupuk bersubsidi antara lain melalui talk show, pertemuan rutin dengan Distributor, Pengecer Dan Kelompok Tani. Bidang Evaluasi Penjualan Dan Harga tugasnya yaitu : 1. Melakukan Analisa Penjualan seluruh produk secara bulanan, triwulan, semester dan tahunan. 2. Melakukan evaluasi terhadap harga jual seluruh produk yang berlaku dan perkembangan harga jual produk di pasar Dalam Negeri dan Internasional.

9 3. Menyusun usulan perhitungan harga jual seluruh produk. 4. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian target penjualan seluruh produk secara bulanan, triwulan, semester dan tahunan. 5. Membuat analisis pasar seluruh produk serta perkembangan pasar seluruh produk. 2.3 Deskripsi Jabatan 1. Manajer Unsur pimpinan bertugas untuk mengatur dan mengkoordinir staf-staf dibawahnya dalam bagian pemasaran dibiro Perencanaan dan Pengendalian Pemasaran yang tugasnya menyusun rencana jangka panjang bidang pemasaran. 2. Superintendent Bertugas mengatur dan mengkoordinir staf di bagian perencanaan pemasaran yang tugasnya menyusun perencanaan penjualan, alokasi, stock, sarana distribusi, dan menyusun program riset & promosi produk baru. a. Supervisior atau Koordinator I Bertugas untuk mengatur dan membantu staf pelaksananya dalam bidang Perencanaan Pemasaran. b. Pelaksana

10 Tugasnya membuat perhitungan balansitas produksi dan penjualan, menyusun draft kontrak penjualan, draft surat pemberian alokasi dan membuat laporan perencanaan penjualan seluruh produk. c. Supervisior atau Koordinator II Bertugas untuk mengatur dan membantu staf pelaksananya dalam bidang Perencanaan Sarana Distribusi. d. Pelaksana Tugasnya menyusun perencanaan kebutuhan sarana angkutan dan pergudangan, mengevaluasi pengajuan calon ekspeditur dan mengevaluasi kelayakan tarif angkutan. e. Supervisior atau Koordinator III Bertugas untuk mengatur dan membantu staf pelaksananya dalam bidang Riset Pemasaran dan Promosi. f. Pelaksana Tugasnya melaksanakan kegiatan Marketing Intelligence, menyusun program promosi produk baru & model-model promosi, menyusun perhitungan harga pokok untuk berbagai komposisi, dll. 3. Superintendent Bertugas mengatur dan mengkoordinir staf di bagian Pengendalian Pemasaran yang tugasnya menyusun laporan trend penjualan/data statistik penjualan, analisa penjualan, dan membuat laporan kinerja pemasaran. a. Supervisior atau Koordinator I

11 Bertugas untuk mengatur dan membantu staf pelaksananya dalam bidang Evaluasi Penjualan dan Harga. b. Pelaksana Tugasnya melakukan evaluasi terhadap harga jual, menyusun usulan harga jual, evaluasi terhadap pencapaian target penjualan dan membuat analisis pasar serta perkembangan pasar. c. Supervisior atau Koordinator II Bertugas untuk mengatur dan membantu staf pelaksananya dalam bidang Pelaporan Penjualan. d. Pelaksana Tugasnya menyusun laporan penjualan, laporan posisi stock, laporan penyaluran pupuk bersubsudi sesuai dengan persyaratan permendagsebagai bahan penagihan, dan melakukan rekonsiliasi piutang secara periodik dengan biro keuangan dan biro akuntansi. e. Supervisior atau Koordinator III Bertugas untuk mengatur dan membantu staf pelaksananya dalam bidang Penanganan Keluhan dan Hubungan Pelanggan. a. Pelaksana Tugasnya memelihara catatan keluhan pelanggan dan penyelesaiannya, mengevaluasi kepuasan pelanggan secara periodik, dan menyusun program sosialisasi kegiatan distribusi pupuk bersubsidi. 2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan

12 Aspek kegiatan di dalam PT. PUPUK KUJANG ini perusahaan mengutamakan dalam Negeri karena dari program Pemerintah harus memperioritaskan dalam negeri dan membataskan daerah/kota dalam penjualan pupuk. PT. PUPUK KUJANG biasanya menyalurkan produk pupuknya pertama ke Distributor kemudian ke kios-kios atau pengecer lalu sampai ke tangan konsumen/petani. Dalam menjalankan kegiatannya sebagai salah satu BUMN, PT. Pupuk Kujang mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut : 1. Mengelola bahan baku menjadi berbagai jenis pupuk dan hasil kimia lainnya. 2. Menyalurkan ekspor-impor, memperdagangkan hasil produksi dan barang lainnya yang berhubungan dengan kegiatan produksi. 3. Memberikan jasa dalam arti luas terhadap proyek pembangunan pabrik sejenis dan melakukan penyelidikan dalam bidang perpupukan. 4. Menjalankan kegitan usaha dalam bidang angkutan, ekspedisi dan pergudangan yang merupakan saran dan pelengkapan guna kellancaran pelaksanaan kegiatan usaha tersebut. Dalam rangka pengembangan perusahaan, PT. Pupuk Kujang telah melakukan pengembangan dibeberapa unit produksi. Usaha ini dilakukan diantaranya untuk menunjang program pemerintah yaitu menumbuhkan usaha keterkaitan industri dan meningkatkan ekspor hasil industri atau mensubsidi produk impor. Unit-unit yang dikembangkan tersebut antara lain :

13 1. Asam Formiat Bahan ini digunakan untuk industri karet dan tekstil. Bahan baku yang digunakan yaitu karbondioksida yang diambil dari unit ammonia. Pabrik dengan kapasitas produksi MT/tahun ini dibangun di Kawasan Industri Pupuk Kujang (KIKC) dan dikelola oleh PT. Sintas Kurana Perdana, yang merupakan salah satu perusahaan patungan PT. Pupuk Kujang. Kawasan Industri Pupuk Kujang terletak dekat dengan PT. Pupuk Kujang. 2. Ammonium Nitrat Ammonium nitrat dapat digunakan sebagai bahan baku peledak. Bahan baku pembuatan ammonium nitrat adalah nitrat ammonium dan asam nitrat. Kapasitas produk pabrik asam nitrat sebanyak ton/tahun dan pabrik ammonium nitrat sebanyak ton/tahun. Pabrik ini dikelola oleh PT. Multi Nitrotama Kimia, yang juga merupakan perusahaan patungan PT. Pupuk Kujang yang beralokasi di Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC). 3. Hidrogen Peroksida Digunakan sebagai bahan baku untuk produksi kertas dan tekstil. Bahan bakku yang digunakan adalah gas hidrogen yang diperoleh dari hidrogen recovery untuk pabrik ammonia. Pengelolaannya dilakukan oleh PT. Peroksida Indonesia Pertama, dengan kapsitas produksi sebanyak ton/tahun. 4. Katalis

14 Katalis sangat diperlukan oleh industri pupuk dan pengolahan minyak bumi. Dengan kapasitas produksi yang dihasilkan sebanyak MT/tahun. Pabrik ini dikelola oleh PT. Kujang Sud Chemi Catalysts yaitu sebuah perusahaan patungan PT. PUPUK KUJANG. 5. Kemasan Pabrik ini memproduksi Jerry Can yang diperlukan untuk pengemasan bahan-bahan seperti Asam Formiat, Asam Nitrat, Hidrogen Peroksida dan lain-lain. Pabrik ini dibangun di Kawasan Industri Kujang Cikampek dan pengelolaannya oleh PT. Megayaku Kemasan Perdana, dengan kapasitas produksi buah/tahun. 6. Kawasan Industri PT. Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC) adalah anak perusahaan PT. Pupuk Kujang yang telah berdiri sejak tahun 1990 untuk mengelola kawasan industri di komplek PT. PUPUK KUJANG Cikampek dengan luas area 140 Ha. KIKC juga menyediakan jasa yang diperlukan untuk memperoleh semua perijinan pendirian pabrik, impor bahan baku dan ekspor produk. 7. Unit Jasa Pelayanan Industri Merupakan unit kerja yang terdiri dari beberapa tenaga ahli dalam bidangnya, masing-masing guna melayani setiap permintaan jasa dalam bidang operasi dan pemeliharaan pabrik, rancang bangun dan lain-lain. 8. Industri Peralatan Pabrik

15 Industri ini dibangun untuk fabrikasi peralatan pabrik untuk memenuhi keperluan industry pupuk dan industri kimia lainnya. 9. Proyek Kujang 1B Proyek ini bertujuan untuk membangun pabrik ammonia sebagai pengganti pabrik ammonia atau urea yang ada yang telah beroperasi sejak tahun Proses produksi yang akan digunakan adalah proses hemat energi. Pabrik ini direncanakan akan beroperasi mulai tahun Kapasitas pabrik sama dengan pabrik yang ada yaitu ammonia ton/tahun dan pabrik urea ton/tahun. Proses yang akan digunakan adalah hemat energi. 10. Pusdiklat Industri Kegiatan pusdiklat industri PT. Pupuk Kujang dikembangkan dan didukung oleh tenaga ahli dan berpengalaman dalam bidang operasi dan pemeliharaan pabrik, rancang bangun dan manajemen konstruksi. Seluruh kegiatan pusdiklat industri ini selalu diperuntukan bagi kepentingan intern PT. Pupuk Kujang sendiri guna menambah wawasan dan pengetahuan. Bagian produksinya meliputi : 1. Proses Produksi a. Bahan Baku Bahan baku utama dalam proses produksi Urea adalah Gas Alam, Air, dan Udara. b. Proses

16 Ketiga bahan baku tersebut diolah untuk menghasilkan Nitrogen (N2), Hidrogen (H2), dan Karbondioksida (CO2). Pabrik pupuk ini terdiri dari unit Ammonia dan unit Urea. Amonia diproduksi dalam pabrik Amonia dan merupakan hasil reaksi gas Nitrogen dan Hidrogen. Tahap selanjutnya Amonia dan Karbondioksida diproses lebih lanjut diunit Urea untuk memperoleh urea butiran dengan diameter 1-2 mm. pabrik Amonia Kujang 1A dirancang oleh Kellogg Overseas Crop. Dari Amerika Serikat sedangkan proses pembuatan Ureanya menggunakan teknologi Mitsui Toatsu Total Recycle C- Improved dari Toyo Engineering Corporation Jepang. Pabrik Amonia Kujang 1B dibangun oleh Toyo Engineering Corporation menggunakan teknologi Reduced Energy Ammonia Process yang lisensinya dimiliki oleh Kellogg Brown & Root, Inc. (KBR). Pembuatan Urea dipabrik Kujang 1B menggunakan proses ACES 21 dari Toyo Engineering Corporation Jepang. c. Penyediaan Air Bahan Baku Untuk memenuhi kebutuhan air pabrik Kujang 1A dan Kujang 1B telah dibangun stasiun Pompa Air, yaitu di daerah Parungkali Bendungan Curug dan Cikao sebelah hilir Jatiluhur dengan kapasitas 1600 m3/jam. d. Penyediaan Gas Alam

17 Gas alam proses produksi Urea di Kujang 1A dan Kujang 1B diperoleh dari Pertamina dan BP ONWJ dengan jumlah kebutuhan kedua pabrik adalah sebesar 108 MMSCF/hari. Keduanya mengambil sumber gas alam dari lepas pantai laut Jawa. 2. Unit-unit Produksi a. Unit Pembangkit Uap Unit pembangkit uap dipabrik Kujang 1A terdiri dari satu unit Waste Heat Boiler dengan kapasitas 97 ton/jam dan dua unit Package Boiler dengan kapasitas 100 ton/jam/unit. Unit pembangkit uap dipabrik Kujang 1B terdiri dari satu unit Waste Heat Boiler dengan kapasitas 30 ton/jam dan satu unit Package Boiler dengan kapasitas 100 ton/jam. b. Unit Pembangkit Listrik Baik Kujang 1A maupun Kujang 1B masing-masing memiliki unit pembangkit listrik tersendiri. Unit pembangkit listrik di Kujang 1Aterdiri dari satu unit Gas Turbin Generator kapasitas 15 MW. Tiga unit Diesel Standby Generator kapasitas 750 KW/unit dan satu unit Diesel Emergency Generator kapasitas 375 KW. Unit pembangkit listrik Kujang 1B terdiri dari satu unit Gas Turbin Generator kapasitas 11 MW dan satu unit Diesel Emergency Generator dengan kapasitas 1300 KW. c. Unit Penjernihan Air

18 Air Pendingin, kapasitas 5734 m3/jam. Air Minum, kapasitas 75 m3/jam. Air Pemadam Kebakaran. Air bebas Mineral untuk umpan ketel Unit Pembangkit Uap kapasitas 180 ton/jam. d. Unit Amonia Unit ini menghasilkan Amonia dengan kapasitas terpasang MT/hari atau MT/tahun dan disamping itu menghasilkan Karbon Dioksida dan Hidrogen. e. Unit Urea Ammonia dan Karbon Dioksida yang diperoleh dari unit Amonia kemudian diproses di Unit Urea yang menghasilkan butiran Urea dengan kapasitas terpasang MT/hari atau MT/tahun. f. Unit Pemisah Udara Menghasilkan Nitrogen dengan kapasitas 260 Nm3/jam. g. Unit Pengantongan Urea butiran yang dihasilkan Unit Urea disalurkanke Unit Pengantongan melalui Belt Conveyor. Urea butiran dikemas dalam karung plastic dengan berat masing-masing 50 kg untuk dipasarkan. 3. Pengolahan Air Buangan PT. Pupuk Kujang adalah pabrik pupuk utama di Indonesia yang peralatan pabriknya dilengkapi dengan unit-unit pengolahan air limbah. a. Unit Pemisah Amonia

19 Dengan kemampuannya sendiri, PT. Pupuk Kujang telah merancang dan membangun Unit Pemisah Urea yang fungsinya adalah memisahkan ammonia dan air buangan yang berasal dari unit ammonia dan urea. b. Unit Pemisah Air Berminyak Unit ini berfungsi memisahkan minyak dari air buangan pabrik. Minyak yang terpisah itu kemudian dibakar dalam sebuah tungku pembakaran. c. Pengolahan Buangan Sanitasi Buangan dari toilet sekitar pabrik dan perkantoran diolah pada unit stabilitas dengan cara Sludge aktif, Aerasi dan Injeksi Chlorine. d. Kolam Penetrasi Asam Basa Unit ini berfungsi untuk menetralkan air buangan yang mengandung asam atau basa berlebih yang berasal dari unit Determineralisasi. Kemudian ditampung untuk diolah menjadi bahan yang lebih berguna lagi.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional bersifat kuantitatif. Seluruh variabel diamati dan diukur hanya satu kali pada saat yang sama ketika penelitian

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 35 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan PT Pupuk Kujang didirikan pada tanggal 9 Juni 1975 dengan dana pinjaman dari Pemerintah Iran sebesar US$ 200 Juta, yang telah dilunasi pada tahun

Lebih terperinci

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PROFIL PT. PUPUK KUJANG

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PROFIL PT. PUPUK KUJANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1.1.1. PROFIL PT. PUPUK KUJANG Pada tahun enam puluhan, pemerintah mencanangkan program peningkatan produksi pertanian di dalam usaha swasembada pangan.

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. PUPUK KUJANG Di tahun 6o-an Pemerintah Indonesia mencanangkan program peningkatan produksi pertanian dalam usaha swasembada pangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. antara/sampingan amonia, oksigen, dan nitrogen. Badan hukum pabrik ini

GAMBARAN UMUM. antara/sampingan amonia, oksigen, dan nitrogen. Badan hukum pabrik ini IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum PT. Pupuk Kujang 4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Pabrik Pupuk Kujang adalah pabrik yang memproduksi pupuk urea (NH 2 CONH 2 ) dengan kandungan N 46% sebagai

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 13 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat PT Sintas Kurama Perdana Sejak tahun 1980 PT Pupuk Kujang (Persero) telah mulai memikirkan dan mengadakan upaya-upaya ke arah pengembangan industri yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah singkat PT. Pupuk Kujang (Persero) Cikampek Sejarah PT. Pupuk Kujang diawali dengn keluarnya surat keputusan presiden No. 16 tahun 1975, tentang penyerahan pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kerja Praktek Unit Phonska Departemen Produksi II A PT. Petrokimia Gresik, I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kerja Praktek Unit Phonska Departemen Produksi II A PT. Petrokimia Gresik, I.1. Latar Belakang PT. Petrokimia Gresik, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara demografis terletak pada daerah tropis yang menjadikannya memiliki berbagai keuntungan dari segi posisi

Lebih terperinci

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan 6 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi I. Pendahuluan Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

Lebih terperinci

S-1 Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

S-1 Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya PT Petrokimia Gresik BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, dimana pupuk merupakan salah satu penunjang agar ketersediaannya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Berdirinya PT.Pupuk Kujang yang terletak di Dawuan, Cikampek.

BAB I. Pendahuluan. Berdirinya PT.Pupuk Kujang yang terletak di Dawuan, Cikampek. 1 BAB I Pendahuluan Berdirinya PT.Pupuk Kujang yang terletak di Dawuan, Cikampek. Mempunyai latar belakang yang relevan mengapa di bangun di kawasan tersebut, hal ini disebabkan karena cikampek dekat dengan

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SUBSIDI PUPUK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN YANG BERKESINAMBUNGAN DALAM APBN TAHUN 2013 Salah satu dari 11 isu strategis nasional yang akan dihadapi pada tahun 2013, sebagaimana yang disampaikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK UREA UNTUK SEKTOR PERTANIAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG

RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 TAHUN 2010 TANGGAL : 20 Desember 2010 1. Perdagangan 1) Penerbitan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain.

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi di sektor minyak dan gas bumi, sehingga minyak dan gas bumi dapat dijadikan komoditi penting untuk

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS BERAT PUPUK UREA UKURAN KEMASAN 50KG PADA PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS BERAT PUPUK UREA UKURAN KEMASAN 50KG PADA PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS BERAT PUPUK UREA UKURAN KEMASAN 50KG PADA PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK Surya Saputra/36411951 Teknologi Industri Teknik Industri Latar Belakang. Pengendalian Kualitas SPC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia perindustrian tidak akan luput dari adanya persaingan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Dimana berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Pupuk Sriwidjaya (PT.Pusri) merupakan perusahaan pupuk pertama di Indonesia resmi didirikan berdasarkan Akte Notaris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan harapan. Peluang yang cukup baik dalam

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat PT. Pupuk Iskandar Muda. dan mulai beroperasi secara komersil pada tahun 1985.

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat PT. Pupuk Iskandar Muda. dan mulai beroperasi secara komersil pada tahun 1985. BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat PT. Pupuk Iskandar Muda PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang industri kimia khususnya memproduksi pupuk urea

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1. Tinjauan Tentang PT Pupuk Kujang 3.1.1. Sejarah PT Pupuk Kujang Pada tahun 1960-an pemerintah RI mencanangkan pelaksanaan program peningkatan produksi pertanian di dalam usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk menyebabkan peningkatan konsumsi. Untuk memenuhi konsumsi dibutuhkan persediaan pangan yang cukup. Hal ini mendorong semakin bertambahnya kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 90-95

Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 90-95 CUPLIKAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70/MPP/Kep/2/2003 Tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Pasal 1 Dalam keputusan ini

Lebih terperinci

24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang

24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang Modul 8 PUPUK UREA Sejarah 24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang 180 ton amonia/hari 300 ton urea/hari 16 Oktober 1963

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, terjadi pergerakan dan perubahan yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, terjadi pergerakan dan perubahan yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini, terjadi pergerakan dan perubahan yang besar dalam lingkungan bisnis. Kompetisi dalam berbagai usaha menjadi kompetisi global dan sudah tentu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI

Lebih terperinci

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT 1 LAPORAN UMUM MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT Oleh: Rina Putri Oktapiantri NIM. R0006010 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di dalam bidang transportasi kargo dan pelayanan logistik yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN PADA PT. PUPUK KUJANG Jl. Jend A. Yani No. 39 Cikampek Jawa Barat

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN PADA PT. PUPUK KUJANG Jl. Jend A. Yani No. 39 Cikampek Jawa Barat ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN PADA PT. PUPUK KUJANG Jl. Jend A. Yani No. 39 Cikampek 41373 Jawa Barat LaporaP Kerja Praktek Diajukan untuk memenuhi syarat matakuliah kerja praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pupuk Kujang Cikampek merupakan produsen pupuk urea, juga sekaligus memasarkan produk sendiri serta produk lainnya kepada pelanggan yaitu petani pangan, hortikultural,

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Berawal dari latar belakang berdirinya PT. Pupuk Sriwidjaja yaitu karena

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Berawal dari latar belakang berdirinya PT. Pupuk Sriwidjaja yaitu karena 7 BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Berawal dari latar belakang berdirinya PT. Pupuk Sriwidjaja yaitu karena Indonesia merupakan negara agraris. Sebagian besar Indonesia adalah lahan

Lebih terperinci

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang sedang menggalakkan pembangunan di bidang industri. Dengan program alih teknologi, perkembangan industri di Indonesia khususnya industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang pula industri industri, khususnya industri kimia. Kehadiran industri

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia, khususnya industri kimia mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga kebutuhan bahan baku serta bahan penunjang untuk industri

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN DAN PENETAPAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK KEBUTUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG REVITALISASI INDUSTRI PUPUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG REVITALISASI INDUSTRI PUPUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG REVITALISASI INDUSTRI PUPUK PRESIDEN, Dalam rangka revitalisasi industri pupuk serta peningkatan daya saing industri pupuk pada tingkat nasional, regional

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH BERDIRINYA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA

BAB II SEJARAH BERDIRINYA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA BAB II SEJARAH BERDIRINYA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA Dengan adanya kandungan gas alam yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara dan tersedianya lokasi yang strategis di daerah pantai serta adanya jalan raya yang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era ekonomi global, yaitu tahun 2003 (AFTA) dan 2020 (APEC), lalu lintas barang, jasa, serta kreativitas manusia (hak cipta intelektual) akan semakin

Lebih terperinci

Desember 1959, dengan Akte Notaris Eliza Pondang No.177 dengan status hukum

Desember 1959, dengan Akte Notaris Eliza Pondang No.177 dengan status hukum Sejarah Singkat PT PUSRI (Persero) Palembang PT. Pupuk Sriwijaja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia yang didirikan pada tanggal 24 Desember

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: irafit_2004@yahoo.com Abstract The industrial

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA BOGOR TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan hal itu kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang dalam industri

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS 60.000 TON / TAHUN MAULIDA ZAKIA TRISNA CENINGSIH Oleh: L2C008079 L2C008110 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.188, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Sampah. Rumah Tangga. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016 WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK KOMODITI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KOTA SOLOK

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa peranan pupuk

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) DAN KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil

Lebih terperinci

NITROGEN. Nama Kelompok :

NITROGEN. Nama Kelompok : NITROGEN Nama Kelompok : Muhammad Fiqih Alayubi (1500020108) Nurmalia Purnama Sari (1500020109) Silviyana Monica Saputri (1500020110) Isdiana Putri Hutami (1500020112) Zalfa Imari Salsabila (1500020116)

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK LAPORAN UMUM MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK Oleh : Rhofiah NIM. R0006068 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN A. SEJARAH SINGKAT PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Perturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari 59 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari tiga BUMN Niaga yaitu PT. Dharma Niaga, PT. Pantja Niaga dan PT.

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-01/MEN/I/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan katalis asam dengan asetaldehida. Paraldehida digunakan sebagai antioksidan

Lebih terperinci

NOMOR 60 PROYEK PENGEMBANGAN PT PUPUK KALTIM. Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

NOMOR 60 PROYEK PENGEMBANGAN PT PUPUK KALTIM. Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA NOMOR 60 EW PROYEK PENGEMBANGAN PT PUPUK KALTIM Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA Aries R. Prima Engineer Weekly Pabrik Kaltim-5 menggunakan teknologi proses

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan kinerja. Mangkunegara (2013:50) menyatakan bahwa kinerja

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan kinerja. Mangkunegara (2013:50) menyatakan bahwa kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam suatu organisasi untuk mendapatkan kinerja yang baik. Keberhasilan organisasi tidak hanya mencakup dari baiknya sistem

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.511, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pupuk Bersubsidi. Pengadaan. Penyaluran. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/M-DAG/PER/4/2013 TENTANG PENGADAAN

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN

ANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN ANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN BAGIAN ANALISA PEMERIKSAAN BPK DAN PENGAWASAN DPD BEKERJASAMA DENGAN TENAGA KONSULTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impor produk tertentu dari luar negeri, padahal bahan dasar produk tersebut

BAB I PENDAHULUAN. impor produk tertentu dari luar negeri, padahal bahan dasar produk tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dan merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia, yang di dalam lautannya terkandung

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 3940 K/08/MEM/2017 TENTANG PROSES BISNIS LEVEL 0 DAN LEVEL 1 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Kaprolaktam dari Asam Benzoat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kaprolaktam dari Asam Benzoat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Profil Perusahaan Di tahun enam puluhan, pemerintah mencanangkan pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Pertanian di dalam usaha swasembada pangan. Demi suksesnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin

I. PENDAHULUAN. memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin I. PENDAHULUAN Memasuki era globalisasi dan persaingan pasar bebas membuat Indonesia harus memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun baik dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. PT Pupuk Sriwidjaja (PT. Pusri) Unit Usaha sebagai produsen pupuk Urea, juga

I. PENDAHULUAN. PT Pupuk Sriwidjaja (PT. Pusri) Unit Usaha sebagai produsen pupuk Urea, juga I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT Pupuk Sriwidjaja (PT. Pusri) Unit Usaha sebagai produsen pupuk Urea, juga sekaligus memasarkan produk sendiri serta produk lainnya kepada pelanggan yaitu petani pangan,

Lebih terperinci

Berbagai upaya pemulihan ekonomi di Indonesia pasca krisis telah. ditempuh dengan beberapa pembuatan kebijakan nasional baik yang

Berbagai upaya pemulihan ekonomi di Indonesia pasca krisis telah. ditempuh dengan beberapa pembuatan kebijakan nasional baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai upaya pemulihan ekonomi di Indonesia pasca krisis telah ditempuh dengan beberapa pembuatan kebijakan nasional baik yang bersifat makro maupun mikro yang diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kerja Praktek Departemen Produksi II B PT PT. Petrokimia Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kerja Praktek Departemen Produksi II B PT PT. Petrokimia Gresik BAB I PENDAHULUAN PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu perusahaan yang berada di bawah holding company PT. Pupuk Indonesia (dahulunya bernama PT. Pupuk Sriwijaya) yang merupakan Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONES!A. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONES!A. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONES!A PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDIUNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Paparan untuk pencalonan Ketua Ikatan Alumni ITB. Acara IA-Jabar Sabtu 8 September 2007

Paparan untuk pencalonan Ketua Ikatan Alumni ITB. Acara IA-Jabar Sabtu 8 September 2007 Paparan untuk pencalonan Ketua Ikatan Alumni ITB Acara IA-Jabar Sabtu 8 September 2007 AGENDA PRESENTASI Perkenalan tempat saya bekerja Perkenalan tentang pengelolaan alumni ITB angkatan 1977 Visi dan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN UNTUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012 BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012 T E N T A N G ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 15 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 15 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 15 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK KOMODITI TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN KOTA SOLOK

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2018 KEMEN-ESDM. Pengusahaan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUSAHAAN GAS

Lebih terperinci

Informasi Wajib Tersedia Setiap Saat Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

Informasi Wajib Tersedia Setiap Saat Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Sekretariat Jenderal 1. Biro Kepegawaian Dan Organisasi 1.1. Formasi CPNS KESDM yang sudah ditetapkan 1.2. Pengangkatan CPNS 1.3. Sumpah PNS 1.4. Administrasi bimbingan teknis kepegawaian dan pembekalan

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI KOTA BANJAR TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN

Lebih terperinci