LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2015 DIREKTORAT INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2015 DIREKTORAT INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DARAT"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2015 DIREKTORAT INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DARAT DIREKTORAT INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DARAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN, ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

2 Daftar Isi Daftar Isi... i Kata Pengantar... ii Ringkasan Eksekutif... iii BAB I Pendahuluan... 1 Umum... 1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi... 1 Peran Strategis... 2 BAB II Perencanaan Kinerja... 4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Sasaran... 4 Strategi dan Kebijakan Rencana Anggaran BAB III Akuntabilitas Kinerja Pengukuran Capaian Kinerja Analisis Capaian Kinerja Tahun Industri Otomotif Industri Kereta Api Industri Sepeda Capaian Sasaran Kinerja Realisasi Anggaran BAB IV Penutup Kesimpulan Rekomendasi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat i

3 Kata Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggung jawaban dalam mencapai visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara baik dan benar (Good Governance). Laporan Kinerja ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29/2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Keputusan Menteri Perindustrian RI Nomor: 75/M-IND/PER/9/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian. Capaian kinerja yang termuat dalam laporan ini merupakan realisasi kinerja dari targettarget kinerja yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja (Tapkin) Direktorat Industri Alat Transportasi Darat. Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat selain sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas Direktorat Industri Alat Transportasi Darat selama tahun 2015, juga kiranya dapat sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi seluruh pemangku kepentingan dan umpan balik bagi organisasi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat guna meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada kita dalam membina serta memajukan Industri Alat Transportasi Darat. Jakarta, Januari 2016 Direktur Industri Alat Transportasi Darat Ub. Kasubdit Program, Evaluasi dan Pelaporan Budi Murawardi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat ii

4 Ringkasan Eksekutif Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggungjawaban dari instansi pemerintah untuk melaporkan akuntabilitas dan kinerjanya selama satu tahun anggaran yang telah berjalan. LAKIP Direktorat Industri Alat Transportasi Darat (IATD) 2015 disusun untuk menginformasikan mengenai akuntabilitas dan kinerja direktorat selama tahun anggaran Dalam mewujudkan visi dan misi direktorat IATD, disusunlah sasaran strategis dengan indikator-indikator yang dapat diukur. Capaian sasaran strategis inilah yang akan diukur sebagai perwujudan kinerja. Pada perjanjian kinerja (Perkin) 2015 terdapat 4 (empat) sasaran strategis dari perspektif stakeholder yang disertai dengan total 8 (delapan) indikator dan 6 (enam) sasaran strategis dari perspektif tugas pokok dan fungsi yang memiliki 8 (tujuh) indikator. Dari 8 indikator pada sasaran strategis perspektif stakeholder, terdapat 4 indikator yang berhasil mencapai target. Sedangkan untuk sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi, dari 8 indikator, hanya 1 indikator yang belum tercapai. Capaian pada tahun 2015 ini beberapa mengalami peningkatan dan beberapa mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2014). Selain itu juga terjadi penyesuaian target dari tahuntahun sebelumnya dengan menyesuaikan kembali dengan kondisi perkembangan industri alat transportasi darat terkini. Sasaran kuantitatif industri kendaraan bermotor jangka panjang sesuai dengan Permenperin 123/M-IND/PER/10/2009 beserta capaiannya pada tahun 2015 untuk industri KBM Roda-4 dan Roda-2 adalah sebagai berikut: Uraian Target s/d Tahun 2015 (unit) Realisasi s/d Tahun 2015 (Jan-Nov) (unit) KBM Roda - 4 Produksi Penjualan Ekspor KBM Roda - 2 Produksi Penjualan Ekspor Realisasi keuangan pada tahun 2015 mencapai 81,95% dari total anggaran Rp ,- atau sebesar Rp ,-. Realisasi keuangan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan realisasi tahun 2014 yang hanya sebesar 22,24%. Namun penyerapan anggaran tahun 2015 belum maksimal, masih terdapat Direktorat Industri Alat Transportasi Darat iii

5 beberapa kegiatan yang belum terlaksana terutama kegiatan APBN-P karena terbatasnya waktu penyelenggaraan. Hingga akhir tahun 2015, penyerapan dana APBN-P sebesar 69,21% sedangkan untuk kegiatan baseline mencapai 96,29%. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat iv

6 BAB I Pendahuluan Umum Industri alat transportasi darat merupakan industri yang berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Semakin banyak jumlah pabrik perakitan maupun komponen alat transportasi darat (khususnya otomotif) di Indonesia. Pertumbuhan ini dipacu oleh peluang pasar alat transportasi darat yang besar di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar, Indonesia menjadi sasaran pemasaran produk yang baik, utamanya alat transportasi. Meskipun alat transportasi umum telah tersedia, namun kecenderungan untuk memiliki kendaraan pribadi masih tetap tinggi. Hal ini dipicu oleh kemudahan dan fleksibilitas waktu yang diperoleh dengan memiliki kendaraan pribadi. Pertumbuhan industri ini memberikan peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih besar. Perkembangan industri hilir (perakitan) memicu pertumbuhan industri hulu dan antara sebagai pendukungnya. Selain penanaman modal asing, saat ini juga telah bermunculan industri dalam negeri (lokal) dalam bidang industri alat transportasi darat. Selain itu industri komponen pendukung sebagai after sales services juga semakin banyak. Dengan demikian diharapkan ke depannya industri alat transportasi darat dalam negeri akan terus berkembang dan mampu bersaing dengan industri luar negeri sehingga ketergantungan terhadap produk luar negeri dapat berkurang. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 105/M- IND/PER/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian Direktorat Industri Alat Transportasi Darat (Dit. IATD) mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Industri Alat Transportasi Darat yang meliputi: 1. Industri Otomotif (KBM Roda-2 dan Roda-4) dan komponennya 2. Industri Kereta Api 3. Industri Sepeda Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Industri Alat Transportasi Darat (IATD) menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang Industri Alat Transportasi Darat; Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 1

7 2. Penyiapan perumusan kebijakan termasuk penyusunan peta panduan pengembangan klaster Industri Alat Transportasi Darat; 3. Penyiapan pelaksanaan kebijakan termasuk pengembangan klaster Industri Alat Transportasi Darat yaitu Klaster Otomotif dan Kereta Api; 4. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Industri Alat Transportasi Darat; 5. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang Industri Alat Transportasi Darat 6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan manajemen kinerja Direktorat. Struktur Organisasi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat adalah sebagai berikut: Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat Peran Strategis Industri alat transportasi darat sebagai salah satu industri prioritas pengembangan sektor industri, memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia, kontribusi sektor industri alat angkut, mesin dan peralatannya terhadap PDB Indonesia ialah sebesar 5,65 % pada tahun 2012 dan 5,78 % pada tahun 2013 (sampai dengan triwulan III), dengan laju pertumbuhan sebesar 6,94 % pada tahun 2012 dan 10,04 % pada tahun 2013 Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 2

8 (sampai dengan triwulan III). Hal ini disebabkan antara lain karena semakin meningkatnya permintaan akan moda transportasi barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara sejalan dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia. Sejalan dengan Kebijakan Industri Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 proses pengembangan industri nasional diarahkan untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan industri berkelanjutan yang didasarkan pada beberapa aspek diantaranya lingkungan dan pengembangan teknologi. Pengembangan industri dilakukan melalui pendekatan klaster yang mengintegrasikan secara sinergi semua potensi pengembangan industri yaitu industri inti (core industry) dengan industri pemasok serta industri terkait lainnya termasuk potensi infrastruktur pendukung, lembaga litbang/perguruan tinggi, dan balai-balai industri yang diharapkan dapat menjadi generator inovasi dalam meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk industri nasional. Industri Alat Transportasi Darat merupakan sektor industri yang berbasis kepada teknologi tinggi, dimana penguasaan teknologi, sumber daya dan kemampuan manajerial menjadi faktor penting penumbuhan industri. Cabang industri ini secara umum tumbuh dengan cepat dan stabil sehingga memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perekonomian nasional. Sebagai salah satu sektor industri unggulan masa depan yang menjadi prioritas pengembangan nasional maka Kegiatan Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat sangat diperlukan untuk memperkuat pengembangan sektor ini sehingga memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 3

9 BAB II Perencanaan Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Visi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat adalah Indonesia Menjadi Basis Produksi Industri Otomotif dan Komponen Kelas Dunia. Untuk mendukung pencapaian visi tersebut, misi yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Perkuatan struktur industri otomotif melalui peningkatan kemampuan industri komponen dan infrastruktur teknologi. 2. Peningkatan daya saing industri otomotif melalui peningkatan kemampuan SDM dan manajemen industri. 3. Peningkatan penguasaan teknologi dan R&D industri otomotif. Sasaran Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , rencana pembangunan industri alat transportasi darat adalah sebagai berikut: Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 4

10 Tabel 1 Rencana Pembangunan Industri Alat Transportasi Darat Sedangkan berdasarkan Rencana Strategis Ditjen. ILMATE , pengembangan industri alat transportasi adalah sebagai berikut: a. Membangun pusat R&D pengembangan kendaraan bermotor dan komponennya. b. Meningkatkan kerjasama industri otomotif, industri bahan baku dan perguruan tinggi. c. Meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga uji yang bertaraf internasional. d. Meningkatkan kerjasama industri dengan industri kendaraan bermotor utama di dunia e. Memanfaatkan jaringan pemasaran global bagi produk komponen kendaraan bermotor Kendaraan Bermotor Industri otomotif telah dikembangkan selama lebih dari 30 tahun dan telah turut memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Pengembangan industri otomotif sangat strategis karena beberapa hal, di antaranya: - Memiliki keterkaitan yang luas dengan sektor ekonomi lainnya, - Menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak, - Dapat menjadi penggerak pengembangan industri kecil menengah, - Menggunakan teknologi sederhana sampai teknologi tinggi. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 5

11 Basis pengembangan industri otomotif nasional ke depan cukup baik, dikarenakan beberapa hal seperti: - Potensi pasar dalam negeri yang cukup besar, - Sudah memiliki basis ekspor ke beberapa negara di dunia, - Pengalaman dalam proses produksi yang cukup lama yaitu selama lebih dari 30 tahun. Berdasarkan KBLI, lingkup industri otomotif meliputi: Tabel 2 Lingkup Industri Otomotif KBLI URAIAN Industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih Industri karoseri kendaraan bermotor roda empat atau lebih Industri komponen dan perlengkapan kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Industri sepeda motor dan sejenisnya Industri komponen dan perlengkapan sepeda motor dan sejenisnya Sesuai dengan Permenperin 123/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor , sasaran kuantitatif dan kualitatif jangka panjang dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 6

12 Gambar 2 Sasaran Kuantitatif Jangka Panjang Industri Otomotif Gambar 3 Sasaran Kualitatif Jangka Panjang Industri Otomotif Pengembangan industri otomotif ke depan akan diarahkan pada pengembangan kendaraan sedan kecil, kendaraan niaga, sepeda motor dan komponen kendaraan bermotor dengan penekanan pada kendaraan ramah lingkungan dan hemat energi. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 7

13 Kereta Api Kereta api adalah jenis transportasi yang dapat merupakan jawaban terhadap tuntutan angkutan massal yang memberikan jaminan ketepatan waktu, kenyamanan dan keamanan penumpang atau barang. Kereta api juga dapat merupakan jawaban untuk efisiensi bahan bakar dan pelestarian lingkungan. Mengacu pada bangunan industri 2020, dimana yang akan menjadi pilar utama perindustrian Indonesia yang disebut juga sebagai pilar masa depan adalah industri agro, industri telematika dan industri alat angkut (transportasi). Kereta api sebagai salah satu moda transportasi yang ditemukan pada awal revolusi industri, saat ini daya saingnya menurun. Namun terdapat pertumbuhan pada angkutan perkotaan, kereta api cepat dan kereta api barang. Indonesia memiliki industri strategis untuk industri kereta api ini yaitu PT. Industri Kereta Api (PT. INKA) yang saat ini sepenuhnya dikuasai dan dimiliki oleh negara Republlik Indonesia. Kondisi geografis dan demografi Indonesia menjadikan industri ini mendesak untuk dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan saat ini. Adapun Industri Kereta api meliputi antara lain: 1. Industri manufakturing sarana kereta api 2. Jasa rehabilitasi/retrofit sarana kereta api 3. Jasa engineering dan trading kereta api 4. Diversifikasi poduk Sesuai dengan Permenperin 126/M-IND/PER/10/2009 tanggal 14 Oktober 2009, sasaran daripada Industri Perkeretaapian adalah mengembangkan produk-produk andalan berupa: Kereta barang, yang antara lain diperuntukkan sebagai kereta bagasi Jawa, gerbong kontainer Jawa, Gerbong batu bara Kaltim dan gerbong batu bara Sumsel. Kereta penumpang, diperuntukkan bagi angkutan penumpang antar kota meliputi kereta ekonomi, kereta argo, kereta anggrek dan kereta ekspor. Kereta rel lisrik, diperuntukkan bagi angkutan penumpang dalam kota pengembangannya meliputi antara lain KRL ekonomi. Kereta rel diesel, diperuntukkan bagi angkutan penumpang dalam kota pengembangannya meliputi antara lain KRD, KRDE, KRD-I, Railbus. Adapun produk andalan Industri Kereta Api dalam negeri (PT. INKA) dapat dilihat pada gambar 4. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 8

14 Gambar 4 Road Map PT. INKA Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 9

15 Strategi dan Kebijakan Berdasarkan Rencana Strategik (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin Alat Transportasi dan Elektronika , potensi dan permasalahan pada Industri Alat Transportasi dapat dilakukan analisa berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan agar dapat menentukan arah, strategi dan kebijakan industri alat transportasi dimasa yang akan datang. Analisa SWOT sektor industri alat transportasi dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Analisa SWOT sektor Industri Alat Transportasi Kekuatan: a. Negara kepulauan dan memiliki wilayah laut yang luas, sebagai lahan ekonomi. b. Pengalaman dalam proses produksi/perakitan industri alat transportasi. c. Sudah berkembangnya industri komponen alat transportasi serta industri pendukung. d. Memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dalam bidang produksi, rancang bangun dan perekayasaan dan manufaktur alat transportasi. e. Besarnya potensi/peluang pasar DN (jumlah penduduk cukup besar, daya beli semakin meningkat). f. Pasar ASEAN dan APEC terutama dengan adanya kerjasama AFTA dan APEC. g. Tren global Sourcing, terutama untuk bahan baku. h. Telah memiliki Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN). i. Memiliki institusi pendidikan di bidang perkapalan dan alat pertahanan. Peluang: a. Besarnya potensi/peluang pasar DN (jumlah penduduk cukup besar, daya beli semakin meningkat). b. Pasar ASEAN dan APEC terutama dengan adanya kerjasama AFTA dan APEC. c. Tren global Sourcing, terutama untuk bahan baku d. Tumbuhnya industri sepeda motor dengan teknologi dari berbagai sumber. e. Besarnya pasar di Timur Tengah dan Afrika. f. Meningkatnya pasar dalam negeri yang menjadi load base pengembangan industri perkapalan dan pasar ekspor yang semakin terbuka. g. Adanya relokasi industri perkapalan dari negaranegara maju. h. Adanya lembaga keuangan Non Bank untuk pemberdayaan industri perkapalan seperti PT. Pann. i. Adanya Inpres No. 5 / 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional termasuk industri perkapalan. j. Fasilitas untuk industri pertahanan sudah mendukung. Kelemahan: a. Ketergantungan teknologi proses dan teknologi produk yang masih tinggi kepada prinsipal atau pemilik teknologi di luar negeri. b. Ketergantungan terhadap bahan baku dan komponen impor yang masih tinggi. c. Kurangnya kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya merk dagang industri nasional dan kemandirian teknologi. d. Infrastruktur teknologi pendukung (sertifikasi, laboratorium uji komponen, dll) masih belum memadai. e. Kurang dukungan dari Perbankan terutama untuk industri perkapalan. f. Fasilitas produksi industri galangan kapal sebagian besar berusia tua. Tantangan a. Adanya upaya-upaya penerapan hambatan non tarif (TBT) di negara tujuan ekspor yang dapat menghambat upaya ekspor. b. Masyarakat dalam negeri cenderung lebih menyukai produk impor karena alasan kualitas lebih baik. c. Tuntutan pasar semakin meningkat terutama yang berkaitan dengan aspek keselamatan dan lingkungan. d. Kurang sinerginya koordinasi antar lembaga terkait dan antar Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota. e. Negara-negara pesaing di ASEAN berkembang pesat demikian pula di Asia (RRC) lebih pesat lagi perkembangannya. f. Kurangnya komitmen pemerintah di sektor maritim. g. Iklim investasi belum berpihak kepada investor lokal yang ada di luar Batam, sementara fasilitas kemudahan di Batam lebih dinikmati oleh PMA. h. Kurangnya advokasi kepada konsumen untuk pengadaan produk maritime dan alat pertahanan dari dalam negeri. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 10

16 Kendaraan Bermotor Pengembangan industri otomotif ke depan akan diarahkan pada pengembangan kendaraan sedan kecil, kendaraan niaga, sepeda motor dan komponen kendaraan bermotor dengan penekanan pada kendaraan ramah lingkungan dan hemat energi. Dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan maka strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Sektor - Memperkuat basis produksi kendaraan niaga, kendaraan penumpang kecil, dan sepeda motor. - Meningkatkan kemampuan teknologi produk dan manufaktur industri komponen kendaraan bermotor. - Memperkuat struktur industri pada semua rantai nilai melalui pengembangan klaster otomotif. - Pengembangan keterkaitan rantai supply melalui klaster. 2. Teknologi - Pengembangan desain engineering - Pengembangan produk komponen otomotif - Manufakturing penuh sepeda motor utuh. Kereta Api Adapun visi Industri Perkeretaapian adalah menjadi perusahaan manufaktur kelas dunia dalam sarana kereta api dan transportasi yang unggul di Indonesia dengan misinya adalah menciptakan daya saing bisnis dan teknologi dalam produk sarana kereta api dan transportasi untuk menguasai pasar domestik dan memenangkan kompetisi di pasar ASEAN dan negara berkembang. Industri kereta api berusaha meningkatkan nilai tambah dengan melakukan pengembangan teknologi yang menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Peningkatan nilai tambah yang disebabkan pengembangan teknologi yang berdasarkan kebutuhan dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan arah pengembangan teknologinya dapat dilihat pada Gambar 6. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 11

17 Gambar 5 Grafik Peningkatan Nilai Tambah Gambar 6 Arah Pengembangan Teknologi Kereta Api Dalam rangka pencapaian visi dan misi, maka disusunlah sasaran strategis Pengembangan Industri Alat Transportasi Darat, sesuai dengan Key Performance Indicator yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Sasaran strategis tahun 2015 dari Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan indikator kinerjanya dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 12

18 Perspektif Stake Holder Tabel 4 Sasaran Strategis Direktorat Industri Alat Transportasi Darat Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2015 Meningkatnya nilai tambah Industri Alat Transportasi Darat Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri Meningkatnya produktivitas SDM industri Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri Laju pertumbuhan Industri Alat Transportasi Darat Kontribusi Industri Alat Transportasi Darat terhadap PDB nasional terhadap PDB Nasional Kontribusi ekspor produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap ekspor nasional Pangsa pasar produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri Tingkat Produktivitas dan kemampuan SDM IATD Penambahan jumlah tenaga kerja industri (Industri Alat Transportasi Darat) Jumlah investasi di industri hulu dan antara IATD Tingkat kandungan lokal 11 % 6 % 1,5% 90 % Rupiah/tenaga kerja 2500 Orang 5 proyek 10 produk Perspektif Tugas Pokok dan Fungsi Tersusunnya usulan insentif yang mendukung pengembangan industri Mengembangkan R & D di instansi dan industri Meningkatnya akses pembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan kapasitas produksi Meningkatnya promosi industri Meningkatnya usulan penerapan SNI Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan Rekomendasi usulan insentif fiskal 1 Perusahaan industri yang memperoleh 15 insentif Kerjasama R&D instansi dengan 1 industri/ Lembaga Tingkat utilisasi kapasitas produksi 80 % Perusahaan yang mendapat akses ke 0 sumber pembiayaan *) Perusahaan yang mendapat akses ke 15 sumber bahan baku Perusahaan mengikuti 20 seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi Promosi produk/jasa dan investasi industri Meningkatnya usulan penerapan SNI 1 Sertifikasi asessor *) 0 Ket: *) = Terbentuknya Lembaga Sertifikasi 0 Profesi (LSP) *) Terbentuknya Tempat Uji Kompetensi 0 (TUK) *) Jumlah Standar Kompetensi Kerja 1 Nasional Indonesia (SKKNI) target merupakan cascading dari Tapkin Ditjen IUBTT namun tidak menjadi Tapkin Direktorat IATD sehingga target = 0 Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 13

19 Rencana Anggaran Guna mewujudkan rencana kinerja Direktorat IATD tahun 2015 sesuai dengan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan, maka telah disediakan dukungan anggaran berdasarkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Dana tersebut dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan dalam program DIPA 2015 yang dapat dilihat pada Tabel 5. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 14

20 Tabel 5 Rencana Anggaran Tahun 2015 Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 15

21 BAB III Akuntabilitas Kinerja Pengukuran Capaian Kinerja Direktorat Industri Alat Transportasi Darat pada tahun 2015 memiliki 8 (delapan) sasaran yang akan dicapai. Sasaran ini terjadi dari 4 (empat) sasaran dari perspesktif stakeholder dan 4 (empat) sasaran dari perspektif tugas pokok dan fungsi. Setiap sasaran memiliki beberapa indikator yang disertai dengan target yang akan dicapai. Capaian kinerja sasaran Direktorat Industri Alat Transportasi Darat pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Perspektif Stakeholder Tabel 6 Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kinerja Tingginya nilai tambah industri Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri Meningkatnya produktivitas SDM industri Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri Laju pertumbuhan Industri Alat Transportasi Darat Kontribusi Industri Alat Transportasi Darat terhadap PDB nasional Kontribusi ekspor produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap ekspor nasional Pangsa pasar produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri Tingkat Produktivitas dan kemampuan SDM IATD Penambahan jumlah tenaga kerja Industri Alat Transportasi Darat Jumlah investasi di industri hulu dan antara IATD Tingkat kandungan lokal 11 % 3,17 % (TW III 2015) 6 % 1,87 % (TW III 2015) 1,5 % 2,15 % (s/d Okt 2015) 29 % 31 % 143 % 90 % 96,51 % 107 % Rupiah/tenaga kerja n/a Orang orang 325 % 5 proyek 14 proyek 280 % 10 produk 5 produk 50 % Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 16

22 Perspektif Tugas Pokok dan Fungsi Ket: *) = Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kinerja Tersusunnya usulan insentif yang mendukung pengembangan industri Mengembangkan R & D di instansi dan industri Meningkatnya akses pembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan kapasitas produksi Meningkatnya promosi industri Meningkatnya usulan penerapan SNI Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan Rekomendasi usulan insentif fiskal Perusahaan industri yang memperoleh insentif Kerjasama R&D instansi dengan industri/ Lembaga Tingkat utilisasi kapasitas produksi Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan *) Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi Promosi produk/jasa dan investasi industri Meningkatnya usulan penerapan SNI 1 Jenis 1 Jenis 100% 15 Perusahaan 28 Perusahaan 1 Kerjasama 1 Kerjasama 186,67 % 100 % 80 % 73,42 % 91,78 % Perusahaan 28 Perusahaan 20 Perusahaan 21 Perusahaan (kumulatif) 186,67 % 105 % 1 SNI % Sertifikasi asessor *) 0 Org 0 - Terbentuknya Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) *) Terbentuknya Tempat Uji Kompetensi (TUK) *) Jumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di sektor Industri Alat Transportasi Darat 0 LSP/thn 0-0 TUK/thn 0-1 SKKNI/thn % target merupakan cascading dari Tapkin Ditjen IUBTT namun tidak menjadi Tapkin Direktorat IATD sehingga target = 0 Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015 Industri Otomotif Otomotif merupakan salah satu komoditas global yang menjadi perhatian dunia. Sektor industri ini tumbuh dengan sangat cepat dan pesat dari tahun ke tahun dan memberikan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 17

23 kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja yang cukup signifikan di sektor Hulu (Industri Komponen) dan di sektor Hilir (service dan perbengkelan). Sampai saat ini, industri otomotif telah menyerap kurang lebih tenaga kerja untuk Industri KBM Roda-4 dan tenaga kerja Untuk KBM Roda-2 yang terdiri dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung (industri komponen) dan tenaga kerja dari sektor perbengkelan dan service. Sesuai dengan sasaran kuantitatif industri jangka panjang seperti yang tercantum dalam tabel 2 pada Bab II maka capaian kinerja industri otomotif pada tahun 2015 (Jan-Nov) ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7 Capaian Sasaran Kuantitatif Industri Jangka Panjang Uraian Target s/d Tahun 2015 (unit) Realisasi s/d Tahun 2015 (Jan-Nov) (unit) KBM Roda - 4 Produksi Penjualan Ekspor KBM Roda - 2 Produksi Penjualan Ekspor Sumber: GAIKINDO dan AISI (diolah). Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sasaran kuantitatif jangka panjang untuk KBM R-4 dan KBM R-2 masih belum tercapai semua. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, melemahnya nilai tukar rupiah menurunkan minat dan daya beli masyarakat dalam negeri. Menurunnya permintaan dalam negeri mengakibatkan turunnya angka produksi. Selain itu data yang diperoleh masih sementara, hanya sampai bulan November Indonesia dengan jumlah penduduk hampir seperempat milyar jiwa merupakan pangsa pasar produk otomotif yang sangat potensial. Hal ini diperkuat dengan menguatnya kondisi ekonomi dan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun sehingga meningkatkan daya beli masyarakat pada produk-produk otomotif. Data menunjukkan penjualan dan produksi produk otomotif terus meningkat secara signifikan. Pada tahun 2012 industri KBM Roda-4 berhasil mencapai penjualan sebesar unit dengan jumlah produksi sebanyak unit dan meningkat pada Tahun 2013 menjadi unit untuk penjualan dan unit untuk produksi. Sementara pada Tahun 2014 penjualan KBM Roda-4 sebesar unit dan produksi sebesar unit. Produksi pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013 namun penjualannya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah ekspor CBU pada tahun 2014 dari ekspor tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar unit. Hingga bulan November tahun 2015, penjualan dan produksi KBM Roda-4 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu penjualan sebesar unit dan produksi sebesar unit. Ekspor tahun 2015 menurun dibandingkan dengan tahun 2014, namun masih lebih tinggi dari ekspor tahun 2013 yaitu sebesar unit. Impor Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 18

24 pada tahun 2015 hingga November menunjukkan penurunan dibanding dengan tahuntahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah produksi dalam negeri semakin meningkat. Untuk KBM Roda-2, penjualan tahun 2013 meningkat dari unit di tahun 2012 menjadi unit hingga pada tahun 2014 menjadi unit dengan jumlah produksi yang meningkat pula yaitu sebesar unit pada tahun 2012 menjadi unit pada tahun 2013 dan unit pada tahun Sementara pada Tahun 2015 hingga bulan November penjualan KBM Roda-2 sebesar unit dengan produksi sebesar unit. Secara lengkap, produksi dan penjualan KBM R-4 dan KBM R-2 dapat dijelaskan oleh Gambar 7 dan Gambar 8. Gambar 7 Grafik Perkembangan Industri KBM Roda-4 Gambar 8 Grafik Perkembangan Industri KBM Roda-2 Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 19

25 Gambar 9 Diagram Produksi KBM R2 Per Model Tahun 2015 Gambar 10 Penjualan Distribusi KBM R2 Per Model Tahun 2015 Dari gambar 9 dan 10 dapat terlihat proporsi produksi dan distribusi tiap model KBM Roda 2. Proporsi tiap model pada penjualan pada tahun 2015 hampir sama dengan proporsi distribusi tiap model. Proporsi paling banyak adalah model scooter dengan 76% pada penjualan dan 74 % pada penjualan. Setelah scooter, terdapat underbone dengan proporsi 13% untuk produksi dan penjualan. Terakhir adalah jenis sport dengan 11% pada produksi dan 13% pada distribusi. Proporsi penjualan dan produksi model scooter berbanding terbalik dengan model sport. Produksi model scooter lebih besar dari penjualannya sedangkan model sport lebih besar penjualan dibanding produksi. Hal ini disebabkan KBM Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 20

26 Roda-2 untuk model sport sebagian besar masih impor. Proporsi scooter sangat mendominasi, lebih dari 50% dikuasai oleh scooter. Gambar 11 Diagram Produksi KBM R4 Per Model Tahun 2015 Gambar 12 Diagram Penjualan KBM R4 Per Model Tahun 2015 Produksi dan penjualan KBM Roda 4 pada tahun 2015 ini dikuasai oleh jenis 4x2 dengan proporsi 62% dari total produksi dan 66% dari total penjualan. Di posisi kedua terdapat jenis KBH2 (Kendaraan Bermotor Roda Emat Hemat Bahan Bakar & Harga Terjangkau) dengan proporsi 19% pada produksi dan 20% pada penjualan. Bus dan double cabin memiliki proporsi paling kecil karena kebutuhan kedua jenis kendaraan ini hanya terbatas, berbeda Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 21

27 dengan sedan, 4x2, 4x4 serta KBH2 yang merupakan kendaraan yang paling banyak digunakan oleh pengguna pribadi. Kompetisi dalam sektor otomotif ini cukup ketat, mengingat otomotif merupakan salah satu komoditas internasional yang menjadi perhatian hampir di semua kawasan di dunia. Persaingan ketat dengan pemegang merek internasional menjadikan industri lokal sulit memperoleh peluang. Oleh karena itu berbagai upaya peningkatan daya saing dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dengan peningkatan kemampuan SDM, peningkatan regulasi sektor otomotif, kualitas serta menggalakkan promosi. Industri Kereta Api Kereta api merupakan moda transportasi barang dan penumpang yang cukup efektif dan efisien karena kapasitas angkutnya yang besar serta tidak memerlukan jalan yang lebar dalam pengoperasiaannya. Moda ini juga menjadi alternatif pilihan penumpang mengingat dalam pengoperasiannya relatif aman dan murah serta bebas dari kemacetan di jalan raya. Akan tetapi secara umum, karakteristik industri ini sama dengan industri alat transportasi yang lain yaitu, padat modal dan padat teknologi. Selain itu, moda transportasi ini sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur yang memadai seperti rel dan stasiun. Indonesia memiliki hanya 1 (satu) industri pembuat/perakit kereta api yaitu PT. Industri Kereta Api (PT. INKA) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Produk-produk PT. INKA antara lain: Bogie, Gerbong kereta api, Lokomotif dan Kereta Rel Diesel serta Kereta Rel Listrik. Salah satu kendala yang dihadapi oleh sektor industri ini adalah kurangnya daya saing industri kereta api (PT. INKA) yang diakibatkan oleh terbatasnya permodalan dan teknologi yang dikuasai. Selain itu hanya ada 1 operator tunggal di Indonesia membuat bisnis pembuatan Kereta Api memiliki pasar yang sangat terbatas. Oleh karena itu berbagai tindakan diambil untuk meningkatkan daya saing industri ini, antara lain dengan klasterisasi industri kereta api nasional dan upaya peningkatan SDM dan penyusunan regulasi yang mendukung pengembangan industri ini. Data statistik dari industri kereta api dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kinerja Industri Kereta Api No. Uraian Satuan a Produksi Freight Car (kereta barang) Passenger Coach (kereta penumpang) 2014 (September) unit unit b Ekspor Rp. Juta c Impor Rp. juta d Jumlah Tenaga kerja Orang Sumber: PT. INKA (diolah) Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 22

28 Tabel 9 Kapasitas Produksi Kereta Api Nama Produk Kapasitas (unit/tahun) Kereta Penumpang 165 KRL 80 KRD 80 Kereta Barang 600 Lokomotif 80 Bus/Truck Gandeng 500 Bus/Truck Sedang 500 Sumber : PT. INKA (diolah) Dari tabel 9 di atas dapat terlihat bahwa kapasitas produksi kereta api cukup besar dan yang paling besar untuk produksi Kereta Barang. Kapasitas yang besar ini menunjukkan bahwa PT. INKA sudah sanggup memproduksi kereta untuk memenuhi kebutuhan lokal dan ekspor. Perkembangan PT. INKA tentunya akan memicu tumbuhnya industri-industri pendukung lainnya. Industri Sepeda Sektor transportasi secara umum adalah penyumbang emisi karbon yang cukup signifikan di dunia. Selain itu, sektor ini mengkonsumsi sekurang-kurangnya 34% Konsumsi Energi Nasional. Di tengah krisis energi dan isu pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan, dibutuhkan alternatif transportasi yang murah, aman, nyaman seta ramah lingkungan. Sepeda sebagai salah satu alternatif alat transportasi yang murah, aman, nyaman serta bebas polusi di Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan, khususnya karena kesadaran akan polusi dan krisis energi yang terjadi semakin besar di masyarakat Indonesia. Secara umum, industri sepeda di Indonesia sudah memiliki kualitas dan daya saing yang cukup baik. Dari data BPS dapat dilihat bahwa sepeda dikategorikan menjadi 4 kelompok berdasarkan nomor HS 10 digit yaitu racing bicycles, bicycles designed to be ridden by children, other bicycles, dan other cycles. Dari data tersebut racing bicycles merupakan kategori yang menyumbangkan kontribusi ekspor terbesar. Hal ini menandakan kemampuan produksi tipe ini sangat tinggi di Indonesia, sedangkan untuk bicycles designed to be ridden by children dan other bicycles merupakan penyumbang impor produk sepeda di Indonesia. Pada tahun 2014 telah terbit petunjuk teknis pelaksanaan penerapan dan pengawasan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) sepeda roda dua secara wajib. Pemberlakuan SNI wajib untuk sepeda ini digunakan sebagai perlindungan konsumen dan industri lokal dari produksi sepeda impor. Adapun data statistik dari produk sepeda hingga bulan Oktober tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 10, 11 dan 12. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 23

29 Tabel 10 Ekspor Sepeda Berdasarkan No. HS 10 Digit Sumber : Pusdatin (diolah) Tabel 11 Impor Sepeda Berdasarkan No. HS 10 Digit Sumber : Pusdatin (diolah) Tabel 12 Jumlah Perusahaan Tenaga Kerja Tahun KBLI Jml Perusahaan (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Sumber : Pusdatin (diolah) Capaian Sasaran Kinerja Pada tabel capaian indikator kinerja (tabel 5) beberapa data capaian yang diperoleh merupakan hasil penghitungan data pada triwulan III tahun Hal ini disebabkan karena data triwulan IV tahun 2015 belum tersedia. Dari 4 sasaran strategis dengan 8 indikator kinerja yang ditetapkan berdasarkan perspektif stake holder, terdapat 4 indikator kinerja yang capaian kinerjanya tercapai dan dari 6 sasaran strategis dengan 12 indikator kinerja yang ditetapkan berdasarkan perspektif tugas pokok dan fungsi, terdapat 7 indikator kinerja yang capaian kinerjanya tercapai. Penjelasan dari sasaran-sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut: Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 24

30 Tingginya Nilai Tambah Industri o Indikator Kontribusi Industri Alat Transportasi Darat terhadap PDB Nasional. Kontribusi Industri Alat Transportasi Darat terhadap PDB Nasional pada Triwulan III Tahun 2015 ialah sebesar 1,87% (sumber: BPS) dari target sebesar 6%. Pencapaian pada Triwulan III mengalami peningkatan 0,03% dari capaian Triwulan II yang sebesar 1,84%. Meskipun jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 yang sebesar 6,13% capaian pada tahun 2015 ini lebih rendah. Menurunnya capaian kontribusi industri alat transportasi darat terhadap PDB Nasional ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dalam negeri yang memburuk. o Laju pertumbuhan Industri Alat Transportasi Darat yaitu sebesar 3,17% (sumber: BPS) dari target sebesar 11%. Target pada tahun 2015 masih sama dengan target pada tahun Pencapaian ini meningkat dari Triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 2,65% namun pencapaian tahun 2015 ini lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 yang sebesar 5,52%. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri o Indikator Kontribusi Ekspor Produk Industri Alat Transportasi Darat Terhadap Ekspor Nasional. Kontribusi Ekspor Produk Industri Alat Transportasi Darat Terhadap Ekspor Nasional pada tahun 2015 (s/d Oktober) ialah sebesar 2,15% (sumber: BPS) dari target sebesar 1,5%. Pencapaian pada Triwulan sebelumnya 2,07% yang berarti telah terjadi peningkatan 0,08%. Capaian tahun 2015 ini meningkat 0,57% dari tahun 2014 yang hanya sebesar 1,68%. Nilai ekspor dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan kurs yang relatif stabil. Dengan menjaga kondisi ekonomi dalam negeri stabil dan kondusif maka daya saing dan kemampuan ekspor industri dalam negeri akan meningkat. Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Perindustrian No. 73/M- IND/PER/9/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih dan Industri Sepeda Motor diharapkan industri kendaraan bermotor dalam negeri dapat lebih bersaing dan mampu meningkatkan jumlah ekspor serta menurunkan nilai impor. o Indikator pangsa pasar produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri. Pangsa pasar produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri ialah sebesar 96,51% dari target sebesar 90%. Permintaan pasar dalam negeri tersebut khususnya untuk produk KBM R-2 dan KBM R-4. Capaian indikator ini mengalami peningkatan sebesar 11,51% dari capaian tahun 2014 yang sebesar 85%. Tingginya capaian indikator pangsa pasar produk KBM R-2 dan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 25

31 R-4 terhadap permintaan di pasar dalam negeri, dikarenakan tingginya jumlah kebutuhan (permintaan) produk KBM di dalam negeri, sehingga hampir seluruh penjualan produk KBM ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan (permintaan) dalam negeri selain untuk ekspor. Target pada tahun 2015 juga meningkat dibandingkan dengan target tahun 2014 mengingat tingginya permintaan dalam negeri sehingga potensi penguasaan pangsa pasar dalam negeri besar. Meningkatnya Produktivitas SDM Industri. o Penambahan Jumlah Tenaga Kerja Industri Alat Transportasi Darat. Pada tahun 2013 terdapat penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak orang dari target sebesar orang sehingga target telah tercapai 300%. Pada tahun 2014 ditetapkan target penambahan tenaga kerja sebesar orang dan realisasi penambahan tenaga kerja industri alat transportasi darat sebesar orang (62,16%). Target pada tahun 2015 sama dengan target tahun 2014 yaitu orang, dan total penambahan tenaga kerja tahun 2015 sebanyak orang sehingga target telah tercapai 325%. Data penambahan tenaga kerja ini merupakan data penambahan tenaga kerja pada industri utama (main company), belum termasuk industri-industri pendukungnya. Hal ini disebabkan karena tidak diperolehnya informasi rinci dari seluruh industri pendukung. Penambahan investasi dan perluasan pada perusahaan utama (main company) tentunya akan berdampak pula pada peningkatan produksi dan tenaga kerja dari industri pendukungnya. o Untuk meningkatkan produktivitas SDM industri alat transportasi darat, Direktorat Industri Alat Transportasi darat telah menyelenggarakan program peningkatan kemampuan SDM (diklat) Industri Alat Transportasi Darat. Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri o Jumlah investasi di industri hulu dan antara IATD. Proyek investasi pada tahun 2015 antara lain adalah: PT. Hino Motor Sales Indonesia (Karoseri kendaraan bermotor roda empat atau lebih berupa ban truck, bodi bus) PT. Sumiden Serasi Wire Products (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih) PT. NPR Manufacturing Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih) PT. Pusaka Bersatu (Reparasi mobil) PT. FCC Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih) Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 26

32 PT. Mugai Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih) PT. Delphi EEA Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih) PT. Tjokro Nippon Engineering (Industri komponen dan perlengkapan sepeda motor roda dua dan tiga) PT. SGMW Motor Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat) PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors (Industri kendaraan bermotor roda empat) PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat) PT. Denso Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat) PT. Automotive Fasteners Aoyama Indonesia PT. Suzuki Indomobil Motor Plant (Industri kendaraan bermotor). Sehingga total ada 14 proyek penanaman modal (investasi) pada tahun 2015 ini dari target 10 proyek. Capaian indikator ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya terdapat 5 proyek. Hal ini menunjukkan kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan antara lain Low Cost Green Car (LCGC) mampu mendorong perusahaan baik PMA maupun PMDN untuk berinvestasi atau memperluas usahanya. Dengan berkembangnya industri hilir, maka industri hulu dan antara akan berkembang juga sebagai industri pendukung (supporting) dari industri hilir tersebut. o Indikator Tingkat kandungan lokal. Capaian target indikator tingkat kandungan lokal pada tahun 2015 ini tercapai 50% yaitu 10 produk. Capaian indikator ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun Tersusunnya Usulan Insentif yang Mendukung Pengembangan Industri. o Indikator Rekomendasi Usulan Insentif Fiskal. Telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 249/PMK.011/2014 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang dan Bahan Guna Pembuatan Komponen Kendaraan Bermotor Untuk Tahun Anggaran 2015 tanggal 24 Desember o Perusahaan Industri yang Memperoleh Insentif. Pada tahun 2013, perusahaan yang telah memanfaatkan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) sejumlah 21 perusahaan. Jumlah perusahaan ini mengalami sedikit penurunan pada tahun 2014 menjadi 20 perusahaan. Sedangkan pada tahun 2015, hingga Triwulan IV sebanyak 28 Perusahaan telah memanfaatkan Bea Masuk Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 27

33 Ditanggung Pemerintah (BMDTP) Atas Impor Barang dan Bahan Guna Pembuatan Komponen Kendaraan Bermotor Untuk Tahun Anggaran 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 249/PMK.011/2014. Anggaran yang telah dimanfaatkan sebesar 99,63% dari total anggaran BMDTP Tahun Jumlah perusahaan yang menerima insentif pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebanyak 20 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa program BMDTP ini telah tersosialisasikan dengan baik kepada pelaku usaha. Dengan adanya BMDTP ini maka industri kendaraan bermotor dapat memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk untuk bahan baku dan komponen. Dengan demikian hal ini membuat biaya produksi menjadi lebih rendah sehingga dapat meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Mengembangkan R&D di Instansi dan Industri. o Indikator Kerjasama R&D instansi dengan Industri/Lembaga. Pada triwulan IV tahun 2014 sudah terbentuk desain platform dan prototipe kendaaraan angkutan umum murah yang penggunaannya ditujukan untuk wilayah pedesaan (pick-up yang bisa di-customized menjadi kendaraan multiguna di pedesaan). Pada triwulan I tahun 2015 dilakukan uji durability pada prototipe kendaraan angkutan pedesaan yang telah dibuat dan pada triwulan II tahun 2015 dilakukan koordinasi dengan pihak terkait mengenai strategi pemasaran dan purna jual produk. Selain itu juga dilakukan pembahasan draft peraturan produksi kendaraan angkutan pedesaan. Pada Triwulan III tahun 2015, pembuatan desain platform Kendaraan Pedesaan dilanjutkan dengan melakukan reverse engineering untuk body dan mesin, sedangkan untuk mempersiapkan after sales dari kendaraan ini dilakukan pelatihan perbengkelan kepada SMK dan Perguruan Tinggi yang dirasa mampu dan sesuai untuk menangani after sales service dari kendaraan angkutan pedesaan tersebut. Pada Triwulan IV tahun 2015 masih melanjutkan persiapan produksi kendaraan angkutan pedesaan, diantaranya dilakukan diklat pembuatan komponen kendaraan angkutan pedesaan dan diklat pembuatan dies komponennya. Meningkatnya Akses Pembiayaan dan Bahan Baku untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi. o Indikator Tingkat Utilisasi Kapasitas Produksi. Kapasitas terpasang untuk industri KBM R-4 dan KBM R-2 ialah 11 juta unit/tahun, dan produksi KBM R-4 dan KBM R-2 pada tahun 2015 (s/d November) sebesar unit. Dengan demikian, dari hasil perbandingan produksi dan kapasitas terpasang industri KBM R-2 dan R-4, maka utilisasi kapasitas produksi pada tahun 2015 sebesar 73,42%. Capaian Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 28

34 tingkat utilisasi kapasitas produksi ini menurun 6,58% dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 80%. Produksi KBM yang relatif rendah seiring dengan rendahnya jumlah permintaan sepeda motor dan mobil dalam negeri sebagai akibat melemahnya nilai tukar rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah ini menurunkan minat dan daya beli kendaraan bermotor masyarakat dalam negeri. Meningkatnya Promosi Industri. o Indikator Perusahaan Mengikuti Seminar/Konferensi, Pameran, Misi Dagang/Investasi Promosi Produk/Jasa dan Investasi Industri. Sebanyak 21 perusahaan/asosiasi mengikuti pameran hingga Triwulan IV Tahun 2015 dari target 15 perusahaan, yaitu 9 perusahaan/asosiasi pada Triwulan I Tahun 2015, 7 Perusahaan pada Triwulan III Tahun 2015, dan 5 perusahaan/asosiasi pada Triwulan IV tahun Capaian ini menurun dari capaian tahun 2014 yanng sebesar 24 perusahaan dari target 15 perusahaan. Target pada tahun 2015 ini sama dengan target tahun 2014 dengan mempertimbangkan capaian pada tahun 2013 yang mampu menarik partisipasi 22 perusahaan. Semakin banyaknya jumlah perusahaan yang berpartisipasi dalam pameran maka semakin banyak pula produk dalam negeri yang dapat diperkenalkan. Meningkatnya Usulan Penerapan SNI. o Indikator Meningkatnya Usulan Penerapan SNI. Pada tahun 2015, telah diterbitkannya SNI speedometer, selain itu juga dilakukan rapat konsensus penyusunan SNI Spion kategori M & N serta telah tersusun rancangan awal SNI (RASNI) sepeda anak. Kegiatan yang mendukung pencapaian indikastor usulan penerapan SNI antara lain: Workshop Harmonisasi Standar, Rapat Komite Teknik, dan Rapat Konsensus. Meningkatnya Kualitas Lembaga Pendidikan dan Pelatihan serta Kewirausahaan. o Indikator Jumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di Sektor Industri Alat Transportasi Darat. Capaian pada tahun 2015 telah dilakukan penyusunan RSKKNI Perbaikan dan Perawatan Mobil di Bidang Kelistrikan serta dua kali rapat teknis mengenai RSKKNI tersebut. Secara umum 50% indikator sasaran strategis dari perspektif stakeholder dan 7 indikator sasaran strategis dari perspektif tugas pokok dan fungsi telah tercapai. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014, terdapat beberapa indikator yang nilainya meningkat dan ada beberapa yang mengalam penurunan. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 29

35 Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33.1/M-IND/PER/3/2015 terdapat revisi Perjanjian Kinerja Ditjen ILMATE tahun 2015, perjanjian kinerja yang baru dapat dilihat pada tabel 13 berikut. Tabel 13 Perjanjian Kinerja Ditjen ILMATE Berdasarkan Permenperin Nomor 33.1 Tahun 2015 SASARAN INDIKATOR KINERJA Satuan TARGET 2015 (1) (2) (3) (4) PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN I Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional 1 Laju pertumbuhan PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika 2 Kontribusi PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika terhadap PDB nasional Persen 5,47 Persen 4,92 II Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri 1 Kontribusi ekspor produk ILMATE terhadap ekspor nasional Persen 18,97 III Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri 1 Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor ILMATE Juta Orang 0,09 IV Menguatnya struktur industri 1 Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modal, terhadap PDB Industri non migas Persen 19,81 PERSPEKTIF PROSES INTERNAL I Tersusunnya kebijakan pembangunan industri searah dengan ideologi TRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden (NAWACITA) 1 Tersusunnya Peraturan Pemerintah (PP) Peraturan 1 2 Tersusunnya Peraturan Presiden (Perpres) 3 Tersusunnya Peraturan Menteri (Permen) Peraturan 1 Peraturan 1 II Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri 1 Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) RSNI 8 III Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan nonfiskal 1 Nilai investasi di sektor industri Rp Triliun 9,7 Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 30

36 IV SASARAN INDIKATOR KINERJA Satuan Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional TARGET 2015 (1) (2) (3) (4) 1 Jenis Data yang tersedia pada Sistem Database 2 Informasi Industri Nasional 2 Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional Jenis Informasi 4 Pada revisi perjanjian kinerja tersebut, terdapat beberapa indikator yang berbeda dengan perjanjian kinerja sebelumnya yaitu: Perspektif Pemangku Kepentingan: o Indikator Kinerja Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modal, terhadap PDB Industri non migas Perspektif Proses Internal: o Indikator Kinerja Tersusunnya Peraturan Menteri (Permen). Pada tahun 2015 ini telah terbit 3 (tiga) Peraturan Menteri, yaitu: Permenperin Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Lebih Dan Industri Sepeda Motor. Permenperin Nomor 61/M-IND/PER/8/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Lebih Dan Sepeda Motor Permenperin Nomor 73/M-IND/PER/9/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih dan Industri Sepeda Motor. o Indikator Kinerja Nilai investasi di sektor industri. Pada tahun 2015, Nilai investasi di sektor industri alat transportasi darat mencapai US$ o Indikator Kinerja Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI). Pada tahun 2015 dilakukan penyusunan 4 (empat) RSNI, yaitu: Kaca Spion Kategori M, N (konsensus - lanjutan tahun 2014); Speedometer (konsensus - lanjutan tahun 2014); sel ion Lithium sekunder penggerak mobil listrik (rapat teknis); Kendaraan berpenggerak (propulsi) listrik - vocabulary (rapat teknis). Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 31

37 o Indikator Kinerja Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional. Terdapat 2 (dua) buah database pada direktorat IATD, yaitu database industri kendaraan bermotor roda dua dan roda empat. o Indikator Kinerja Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional. Realisasi Anggaran Dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, dibutuhkan anggaran untuk melaksanakan program-program pendukung tercapainya sasaran. Total anggaran direktorat industri alat transportasi darat tahun 2015 adalah sebesar Rp ,-. Realisasi anggaran yang dicapai oleh Direktorat Industri Alat Transportasi Darat hingga Triwulan IV Tahun 2015 mencapai 81,95% (Rp ,-). Realisasi keuangan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan realisasi tahun 2014 yang hanya sebesar 22,24%. Penyerapan anggaran tahun 2015 belum maksimal, masih terdapat beberapa kegiatan yang belum terlaksana terutama kegiatan APBN-P karena terbatasnya waktu penyelenggaraan. Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan kegiatan APBN-P lebih pendek dari kegiatan baseline karena pengesahan anggarannya tidak pada awal tahun. Hingga akhir tahun 2015, penyerapan dana APBN-P sebesar 69,21% sedangkan untuk kegiatan baseline mencapai 96,29%. Kegiatan yang termasuk APBN-P antara lain adalah: Penguasaan Teknologi Kbm Multiguna Pedesaan Dibidang Perakitan, Peningkatan Kapasitas Produksi Kereta Penumpang Dan Pembuatan Prototype Kereta Penumpang, Peningkatan Jumlah Industri Komponen Kbm Multiguna Pedesaan, dan Pengembangan Industri Karoseri. Seiring dengan tingginya capaian realisasi anggaran, capaian realisasi fisik tahun 2015 mencapai 90,45%. Namun jika dibandingkan dengan capaian realisasi fisik tahun 2014, terdapat penurunan sebesar 2,21%. Penurunan ini dapat disebabkan oleh keterlambatan pengesahan APBN-P sehingga kegiatan APBN-P baru dapat dilaksanakan pada triwulan II tahun 2015 dengan demikian terdapat beberapa kegiatan dengan kontribusi cukup besar yang belum dapat terlaksana karena keterbatasan waktu. Untuk lebih jelasnya, rincian realisasi anggaran Direktorat Industri Alat Transportasi Darat tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 14. Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 32

38 Tabel 14 Realisasi Keuangan Dit. IATD Tahun 2015 Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 33

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Disampaikan pada Rapat Kerja Kementerian Perindustrian LINGKUP BINAAN IUBTT Kendaraan Bermotor Roda 4 atau Lebih Kendaraan Bermotor Roda

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014 DR. Ir. Budi Darmadi, M.Sc DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN 2016 Ringkasan Eksekutif Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri otomotif merupakan salah satu industri nasional yang ikut berperan dalam pengembangan perekonomian Indonesia. industri ini memiliki mata rantai

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Proses

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Proses BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Setiap negara akan selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan negaranya, khususnya pembangunan di bidang ekonomi dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA TAHUN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA TAHUN RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA TAHUN 2015 2019 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

!!!#$%! & ' ((( ( ( ) !"!"!#$%"! & ' ((( ( ( ) *(+(, ( -./ *0$" I. Pendahuluan A. Ciri Umum ILMTA B. Lingkup Industri Binaan Ditjen ILMTA C. Gambaran Umum Perkembangan Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Tahun 2005 s/d 2009

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit Eselon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 2.1 Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 2.1 Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia 12 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1 Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia Di Indonesia produksi mobil dimulai pada akhir 1920-an, yaitu ketika General Motors (GM) mendirikan pabrik perakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA DIREKTORAT INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH LMEA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF i Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 BIRO PERENCANAAN 2015 Ringkasan Eksekutif Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN SDM IKM KAROSERI KE JAWA TIMUR

PENINGKATAN SDM IKM KAROSERI KE JAWA TIMUR KERANGKA ACUAN KEGIATAN ( KAK ) PENINGKATAN SDM IKM KAROSERI KE JAWA TIMUR MELALUI KEGIATAN PEMBINAAN DI LINGKUNGAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DI WILAYAH IHT BIDANG INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan tren yang positif. Menurut data Badan Pusat Statistik (2012), angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2012

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/M-IND/PER/3/2015 TAHUN 2015 TENTANG INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT ATAU LEBIH DAN INDUSTRI SEPEDA MOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2017 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6016) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki

Lebih terperinci

BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA

BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA Pada bab yang ketiga ini akan membahas mengenai daya saing industi otomotif Indonesia. Daya saing ini akan dilihat dari sisi kekuatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA MUSYAWARAH PROPINSI VI TAHUN 2015 KADIN DENGAN TEMA MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGHADAPI ERA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih dirasakan oleh semua sektor kehidupan tidak terkecuali sektor riil

BAB I PENDAHULUAN masih dirasakan oleh semua sektor kehidupan tidak terkecuali sektor riil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pengaruh krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan 1997 masih dirasakan oleh semua sektor kehidupan tidak terkecuali sektor riil khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan baja yang masih terus tumbuh didukung oleh pembangunan sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate/CAGR (2003 2012)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Angka produksi dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Angka produksi dan angka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Asia Tenggara didominasi oleh empat negara yang tercatat sebagai basis produksi kendaraan bermotor, yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan Lakip Kementerian Perindustrian Tahun 2013 Ringkasan Eksekutif Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Peneliti Utama Anggota

Peneliti Utama Anggota KODE JUDUL : V.1 ROAD MAP PENGEMBANGAN KARET ALAM MENJADI SUKU CADANG ALAT TRANSPORTASI DI KAWASAN INDUSTRI TANJUNG API-API KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Peneliti Utama Anggota : : Nasruddin

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri transportasi darat dan otomotif adalah salah satu bidang industri yang berkembang pesat di Indonesia dan telah turut memberikan kontribusi yang cukup signifikan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BMDTP TAHUN 2014 UNTUK SEKTOR INDUSTRI

BMDTP TAHUN 2014 UNTUK SEKTOR INDUSTRI BMDTP TAHUN 2014 UNTUK SEKTOR INDUSTRI Pusat Pengkajian Kebijakan Dan Iklim Usaha Industri BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N 2 7 A g u

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011 Yth. Para Narasumber (Sdr. Dr. Chatib Basri, Dr. Cyrillus Harinowo,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,

Lebih terperinci

DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA INDUSTRI SEKTOR TERTENTU MELALUI KEBIJAKAN BMDTP TA 2012

DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA INDUSTRI SEKTOR TERTENTU MELALUI KEBIJAKAN BMDTP TA 2012 DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA INDUSTRI SEKTOR TERTENTU MELALUI KEBIJAKAN BMDTP TA 2012 GAMBARAN UMUM Salah satu pemberian insentif fiskal bea masuk telah diberikan melalui Undang Undang Kepabeanan pada pasal

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS Jakarta, 27 Mei 2015 Pendahuluan Tujuan Kebijakan Industri Nasional : 1 2 Meningkatkan produksi nasional. Meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP 39) Triwulan IV Tahun Anggaran 2016

Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP 39) Triwulan IV Tahun Anggaran 2016 2016 Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP 39) Triwulan IV Tahun Anggaran 2016 Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Iklim Usaha BPPI Kementerian Peran KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL. V.1 Arah Kebijakan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (IATDK)

BAB V PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL. V.1 Arah Kebijakan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (IATDK) BAB V PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL V.1 Arah Kebijakan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (IATDK) Perancangan kebijakan otomotif nasional diturunkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jika di masa lalu perusahaan berorientasi pada konsumen (customer oriented) yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Jika di masa lalu perusahaan berorientasi pada konsumen (customer oriented) yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini semakin ketat, sehingga perusahaan harus memiliki strategi dalam memenangkan persaingan bisnis tersebut. Jika di masa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang signifikan tentu mempengaruhi pertumbuhan sektor bisnis lainnya. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Kubu Raya merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan serta sebagai alat kendali dan penilaian

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi ini juga memicu pertumbuhan industri otomotif baik untuk kendaraan jenis

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi ini juga memicu pertumbuhan industri otomotif baik untuk kendaraan jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal pulihnya perekonomian Indonesia pada tahun 2000 akibat krisis moneter, pertumbuhan perekenomian di berbagai sektor secara perlahan mulai terlihat. Pergerakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

1.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI

1.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI BAB I PENDAHULUAN 1.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M- IND/PER/11/2015, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian. Bab VI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, dan Indonesia masih tetap menduduki urutan ke empat terbanyak di dunia setelah Cina,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini. 1. Faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi

Lebih terperinci

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Sumber Daya Industri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 146) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1378, 2014 KEMENPERIN. Kendaraan Bermotor. Industri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 80/M-IND/PER/9/2014 TENTANG INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO BOGOR, 7 9 FEBRUARI 2013 PENDAHULUAN Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indon

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indon BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1261, 2015 KEMENPERIN. Tembakau. Produksi Industri. ROADMAP. Pencabutan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/M-IND/PER/8/2015 TENTANG PETA JALAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%,

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor otomotif memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri otomotif terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Setidaknya, dalam enam tahun

Lebih terperinci