ANALISIS KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DI DESA IKHWAN KECAMATAN DUMOGA BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DI DESA IKHWAN KECAMATAN DUMOGA BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 1

2 ANALISIS KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DI DESA IKHWAN KECAMATAN DUMOGA BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2014 ABSTRAK Sarni Maspeke Analisis Konflik Sosial Masyarakat Di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. Program Studi Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Ridwan Ibrahim. S. Pd., M. Si., dan Pembimbing II Funco Tanipu, ST., MA. 1 Rumusan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Struktur sosial masyarakat desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara, Bentuk konflik horizontal dan vertikal yang terjadi di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara, dan Faktor penyebab terjadinya konflik sosial mayarakat desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Berdasarkan Hasil Penelitian dan pembahasan dapat ditark kesimpulan bahwa Konflik sosial yang terjadi di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow tergolong pada konflik horizontal yakni konflik yang terjadi dikalangan massa atau rakyat sendiri, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relative sama. Artinya, konflik tersebut terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relative sederajat, tidak ada yang lebih tinggi dan rendah. Faktor penyebab konflik sosial masyarakat yakni perbedaan pendapat antara kelompok-kelompok masyarakat, kelompok pemuda, suku-suku dan invidu-individu yang dipicu karena perebutan area pertambangan, perkelahian anak muda, gesekan yang terjadi antara suku Jaton (Jawa Tondano), Suku Mongondow dan suku Minahasa yang disebabkan oleh perberdaan kepentingan diantara kedua suku tersebut. Kata Kunci : Konflik Sosial Sarni Maspeke Nim Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo Di bawah bimbingan Bapak Ridwan Ibrahim M. Si dan Bapak Funco Tanipu, ST.,MA 2

3 Latar Belakang Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia serta menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial. Konflik memiliki dampak positif dan dampak negatif, dampak positif dari konflik sosial adalah konflik tersebut memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai kepentingan. Kebanyakan konflik tidak berakhir dengan kemenangan di salah satu pihak dan kekalahan di pihak lainnya. Konflik yang terjadi di Indonesia, ada juga yang dapat diselesaikan dengan baik hingga berdampak baik bagi kemajuan dan perubahan masyarakat, akan tetapi ada beberapa konflik justru berdampak negatif hingga mengakibatkan timbulnya kerusakan, menciptakan ketidakstabilan, ketidakharmonisan, dan ketidakamanan bahkan sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa karena konflik seringkali terjadi di berbagai elemen masyarakat. Konflik sosial yang sering terjadi di masyarakat terbagi dua yakni konflik horizontal dan konflik vertikal dimana konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara pemerintah dengan rakyat. Hal yang menonjol dalam konflik vertikal adalah terjadinya kekerasan yang biasa dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyat sedangkan konflik horizontal yaitu konflik terjadi di kalangan massa atau rakyat sendiri, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Artinya, konflik tersebut terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relative sederajat, tidak ada yang lebih tinggi dan rendah. Konflik horizontal dan konflik vertikal pada umumnya disebabkan karena adanya perbedaan pendapat antar kelompok masyarakat dengan masyarakat lain atau adanya penolakan atas kebijakan pemerintah. Perbedaan pendapat biasanya ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan kelompok dan tidak adanya alternatif pemecahan masalah sehingga konflik sosial di masyarakat tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. Salah satu contoh konflik yang sampai saat ini belum bisa diselesaikan adalah konflik sosial yang terjadi pada masyarakat di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Kabupaten Bolaang Mongondow Kecamatan Dumoga Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya pertanian dan pertambangan. Hal ini 3

4 dirasa sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah tersebut. Keberadaan potensi sumber daya pertanian dapat dilihat dengan adanya lokasi persawahan yang begitu luas, bahkan Kecamatan Dumoga Barat merupakan salah satu daerah lumbung padi terbesar di Kabupaten Bolaang Mongondow. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah sektor pertambangan yang ada di Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Dimana pada sektor inilah banyak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Namun, pengelolaan usaha pertambangan yang berada di Kecamatan Dumoga Barat belum mendapat izin dari pemerintah setempat. Pengelolaan tambang liar inilah yang banyak menimbulkan konflik di kalangan masyarakat yang berada di daerah tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, menunjukkan, bahwa konflik sosial masyarakat yang sering terjadi di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow disebabkan oleh gesekan-gesekan antara warga setempat. Gesekan-gesekan tersebut dipicu oleh perilaku sebagian warga berprofesi penambang yang saling memperebutkan area pertambangan yang memproduksi emas dengan kadar cukup tinggi. Ditambah lagi dengan persoalan kepemilikan dan pengelolaan area pertambangan secara liar. Sehingga menarik minat sebagian warga setempat untuk cenderung menguasai area tambang khususnya, yang ada di desa Ikhwan kecamatan Dumoga Barat. Selain itu juga diakibatkan adanya pertengkaran antar kelompok pemuda yang saling mengejek sebagaimana yang terlansir dalam media Radar Bolmong bahwa perkelahian pemuda antar kampung di Dumoga kembali pecah karena saling ejek antar pemuda. 2 Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, maka peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut: Analisis Konflik Sosial Masyarakat di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Gambaran Umum Kecamatan Dumoga Barat Keadaan Geografis 2 Surat Kabar. Radar Bolmong. Tgl. 21 April

5 Kecamatan Dumoga Barat merupakan bagian dari dataran Dumoga yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW; Taman ini sebelumnya bernama Taman Nasional Dumoga Bone) yang sejak dulu sudah dikenal sebagai wilayah pertambangan emas. Kecamatan ini merupakan pintu gerbang dari TNBNW yang letaknya cukup strategis karena di bagian selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Kabupaten Baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow), Terdapat dua bendungan sebagai sumber air irigasi di Dumoga Bersatu yakni, Bendungan Kosinggolan dan Bendungan Toraut, dengan batas geografis sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kawasan Hutan b. Sebelah Timur : Kecamatan Dumoga Utara dan Calon Kecamatan Dumoga Tengah c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan d. Sebelah Barat : Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kecamatan Sang Tombolang Bolmong Induk 3 Topografi Dumoga Barat beragam mulai dari datar sampai bergelombang ringan dengan ketinggian tempat 142 m dpl (meter diatas permukaan laut) yang diukur dari ibu kota kecamatan. Terdapat beberapa desa yang terletak di perbukitan salah satunya adalah desa Matayangan dengan ketinggian 289 m dpl. Secara umum curah hujan setiap tahunnya di kecamatan ini rata-rata 191, ,90 mm/tahun dan wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan pantai. Kecamatan ini dilewati oleh sungai kecil maupun besar seperti sungai Ongkag Mongondow, Sungai Dumoga dan di aliran sungai ini terdapat 272 bangunan rumah bertempat tinggal di bantaran sungai dengan jumlah rumah tangga penghuni sebanyak 309 KK. 4 3 Profil Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Induk. 4 Profil Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat. 5

6 Luas kecamatan Dumoga Barat keseluruhannya mencapai Hektar atau 10,71 persen dari Luas Kabupaten Bolaang Mongondow). Namun saat ini telah dimekarkan menjadi dua kecamatan, yakni Dumoga Tengah Dimana hamparan sawahnya mencapai hektar, sementara lahan yang digunakan untuk pemukiman hanya 86,98 hektar (Hasil Sensus Potensi Desa, 2008). 5 Pada tahun 2008 Kecamatan Dumoga Barat memiliki 14 desa, 12 diantaranya telah berstatus definitif, sementara 2 lainnya masih berstatus desa persiapan yaitu desa Ibolian I dan Kosio Timur yang mekar berdasarkan SK Bupati No. 200 tanggal 3 September saat ini setelah mekar menjadi 2 Desa, dimekarkan jadi dua kecamatan dimana Dumoga Barat sekarang ini terdiri 11 Desa yang salah satunya adalah desa Ikhwan yang menjadi lokasi penelitian ini. 6 Penduduk Sebagai daerah yang subur, kecamatan ini sejak dulu sudah menjadi tujuan dari transmigran, terutama asal Bali. Sejak tahun 1963 para transmigran ini ditempatkan di desa Werdhi Agung dengan jumlah KK pada waktu itu sebanyak 349 KK atau Jiwa. Sebagai daerah yang masih berkembang, tingkat pertumbuhan penduduknya setiap tahun cukup rendah rata-rata hanya 1,08 persen. Lima tahun yang lalu (2003) penduduknya masih berjumlah Jiwa, di tahun 2008 tercatat mencapai jiwa, dimana penduduk laki-laki jiwa dan perempuan berjumlah jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 110,49 sehingga dalam kurun waktu lima tahun telah terjadi penambahan penduduk sebesar jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut diperkirakan 49,12 persen dari mereka belum menikah, 48,24 persen berstatus kawin sedangkan sisanya 2,64 persen berstatus janda/duda. Sementara jumlah rumahtangga di tahun 5 Ibid 6 Ibid. 6

7 yang sama (2008) sudah mencapai RT dan rata-rata mempunyai 4,03 anggota rumah tangga. Keadaan Pertanian Di tahun 2008 terdapat Rumah Tangga yang mengusahakan tanaman padi, sementara tanaman jagung tercatat Rumah Tangga. Komoditi unggulan di kecamatan Dumoga Barat salah satunya adalah tanaman padi, di tahun 2005 dan 2006 saja tercatat produksinya mencapai hampir 59 ribu ton. Tetapi, jumlah tersebut terus menurun dari tahun ke tahun, salah satu penyebabnya adalah hama tikus yang menjadi musuh dari petani. Produksi padi pada tahun 2008 hanya mencapai Ton, jumlah ini sudah merupakan gabungan dari produksi padi sawah dan ladang, dengan rata-rata produksi cukup besar mencapai 5,21 ton per hektar. 7 Padi yang dihasilkan sebagian besar rumah tangga menggunakan padi unggul. Ada sekitar 72,57 persen rumah tangga petani yang menggunakan padi unggul, padi lokal ada 26,03 persen sementara padi hybrida hanya 1,40 persen. Selain untuk kebutuhan pasar lokal, beras yang dihasilkan dari kecamatan ini juga untuk memenuhi kebutuhan pasar regional yang dibawa oleh pedagang pengumpul didesa maupun lewat usaha lainnya ke ibukota provinsi Sulawesi Utara di Manado maupun ke provinsi tetangga (Gorontalo). 8 Sementara produksi jagung pada tahun yang sama mencapai ton dengan rata-rata produksinya 3,47 ton perhektar. Di sektor perkebunan terdapat produksi kelapa yang mencapai 403,56 ton selama tahun Selain kelapa terdapat juga produksi cengkeh, pala, kopi, kakao dan panili dimana masing-masing produksi 13,44 ton cengkeh, 2,34 ton pala, 88,78 ton kopi, 169,31 ton kakao dan 2,49 ton panili. Juga terdapat produksi seperti kayu manis, kemiri dan aren namun produksinya masih rendah. Gambaran Singkat Desa Ikhwan 7 Ibid. 8 Ibid 7

8 Sejarah Desa Ikhwan Menurut sejarah cikal bakal adanya desa Ikhwan terjadi pada tahun 1947 masehi. Pada saat itu datanglah kelompok masyarakat yang berasal dari Jawa Tondano (Jaton) Minahasa. Rata-rata keturunan Jawa Tondano berasal dari daerah Bojonegoro, Tompaso Baru. Kelompok yang datang ke daerah Dumoga ini adalah kelompok yang dipimpin oleh Slamet Nurhamidin, Tarekat Banteng, Ontong Maspeke, Nahrowi Ngurawan. Kedatangan kelompok ini dengan maksud untuk berkebun dengan cara menetap, sehingga waktu demi waktu, masyarakat kian bertambah. Desa Ikhwan sebelumnya masih terintegrasi dengan desa Doloduo pada tahun 1948 sampai dengan tahun Kemudian pada tahun 1953 dikarenakan perkembangan warga dan pemukiman penduduk yang semakin padat, maka didirikanlah sebuah pedukuan Ikhwan dan diresmikan sebagai daerah otonom dan di beri nama Ikhwan yang berarti Bersaudara. Desa Ikhwan pertama kali diresmikan oleh Bupati Bolaang Mongondow yang pertama yakni F.B Mokodompit, dengan kepala desa yang pertama yakni Slamet Nurhamidin. Keadaan Penduduk Desa Ikhwan Dengan perjalanan pemerintahan dan perkembangan penduduk, saat ini desa Ikhwan memilki jumlah penduduk sekitar 4000 jiwa dengan yang terdiri dari 853 Kepala Keluarga (KK), serta terbagi menjadi 9 dusun. Keadaan Pemerintahan Keadaan pemerintahan desa Ikhwan sama dengan keadaan pemerintahan yang berada di desa-desa lain khususnya desa yang berada di Kecamatan Dumoga Barat. Pemerintahan desa Ikhwan terdiri dari Sangadi, Probis Pemerintahan Probis Umum dan Probis Ekonomi Pembangunan (EKBANG). Selain itu, desa Ikhwan memiliki 9 Dusun yang masingmasing dikepalai oleh kepala dusun. Deskripsi Hasil Penelitian 8

9 Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mengetahui tingkat kedalaman konflik yang terjadi di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat, maka diperlukan berbagai analisis terhadap konflik tersebut. Sehubungan dengan tujuan penelitian tersebut maka peneliti melakukan wawancara untuk menganalisa konflik sosial di masyarakat Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat dijabarkan data hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: Konflik Sosial Di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Konflik pun tak pernah lepas dari kehidupan masyarakat, dimana ada masyarakat maka akan timbul konflik, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa konflik akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Bahkan sepanjang sejarah umat manusia dalam berinteraksi sosial, konflik selalu menjadi sahabat dekat manusia yang terus mempengaruhi perkembangan watak manusia dari masa ke masa. Konflik pun bisa dikatakan hilang, namun tidak akan lama. Bentuk konflik yang terjadi di desa Ikhwan merupakan bentuk konflik antara kelompok dan individu. Konflik-konflik ini dikategorikan dalam bentuk konflik horizontal akibat perebutan area tambang liar produktif, konflik antar suku. Konflik sosial yang terjadi pada masyarakat desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow tergolong pada konflik horizontal yakni konflik yang terjadi dikalangan massa atau rakyat, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Konflik ini dipicu karena adanya perbedaan pendapat antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lain dalam hal perebutan areal tambang. Selama ini belum pernah terjadi konflik yang berisifat vertikal antara masyarakat dengan pemerintah desa Ikhwan, pemerintah Kecamtan Dumoga Barat dan pemerintah Kabupaten Bolaang Mongodow masih baik-baik saja Masyarakat desa Ikhwan merupakan masyarakat yang majemuk dimana terdiri atas banyak struktur budaya yang mengakibatkan perbedaan tata nilai yang menjadi dasar dalam perilaku. Dengan demikian, 9

10 memungkinkan perbedaan persepsi tentang benar atau salahnya suatu perilaku. Di sisi lain dalam perbedaan ras, suku, dan agama memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok sosial yang mempunyai sentiment khusus yang sangat kuat. Keadaan ini juga membawa konsekuensi munculnya persaingan-persaingan yang kadang kurang menguntungkan kepentingan masyarakat secara integral. Dari adanya perbedaan pendapat atau bentuk interaksi yang kontravensi tidak sedikit melahirkan konflik-konflik baru dalam masyarakat, baik dalam skala kecil maupun besar. Kerawanan ini harus ditanggapi secara bijaksana oleh pemerintah, tokoh masyarakat agar hal ini mampu diredam sehingga tidak menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat setempat. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Konflik sosial merupakan proses sosial yang terjadi pada individu atau kelompok. Masing-masing berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan dan amarah. Secara sederhana faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial adalah adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, perbedaan latar belakang suku, budaya dan perubahan-perubahan nilai yang cepat dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Konflik yang terjadi berawal dari suatu perkelahian-perkelahian kecil baik antara kelompok-kelompok tertentu maupun diantara individu-individu. Dimana, perkelahian antara kelompok dipicu oleh penguasaan area tambang liar yang menjadi sektor pemenuhan kebutuhan ekonomi sebagian masyarakat. Kemudian, perkelahian antara individu-individu tersebut terjadi disebabkan oleh perilaku anak muda setempat yang gemar mengonsumsi minuman beralkohol secara beramai-ramai. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik sosial di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat adalah (1) Perebutan area tambang dari 10

11 masing-masing kelompok masyarakat, (2) Kebiasaan remaja yang gemar mengkonsumsi minuman beralkohol tinggi sehingga mudah emosi dan memancing perkelahian diantara kelompok remaja tersebut, (3) Adanya sifat egoisme diantara masing-masing suku yang diperlihatkan melalui perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat yang ditunggangi oleh perbedaan kepentingan dari masing-masing suku juga menjadi penyebab terjadinya konflik sosial masyarakat. Sehingga hal ini membutuhkan penanganan yang lebih serius dari pihak pemerintah dan masyarakat setempat. Upaya Penanggulangan Konflik Di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Penanganan konflik sosial memerlukan intervensi dari unsur pemerintah dan kepolisian sebagai pihak yang mempunyai wewenang, tidak hanya itu diperlukan pula peran serta masyarakat dalam menyelesaikan konflik tersebut. Menurut Undang-Undang No 7 Tahun 2012 bahwa penanganan konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan pascakonflik. 9 Upaya pencegahan konflik harus dilakukan sedini mungkin untuk menjaga terjadinya konflik. upaya penanggulangan konflik yang terjadi di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat belum maksimal dilakukan oleh pihak pemerintah setempat. Pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah setempat belum efektif untuk meredam potensi konflik tersebut. Karena pendekatan tersebut hanya bersifat himbauan kepada masyarakat tentang pentingnya keamanan dan ketertiban desa. Selain itu, kurangnya keterlibatan masyarakat atau tokohtokoh adat dimasing-masing suku yang tinggal di desa yang bersangkutan. Fenomena ini juga penyebab kurang efektifnya penanggungalan konflik tersebut. Selanjutnya, pengelolaan tambang emas oleh kelompok tertentu secara liar belum ada penyelesaian dari pemerintah kabupaten hingga saat 9 Pasal 4, UU No.7. Tentang Penanganan Konflik Sosial Tahun

12 ini. Jika hal ini terus berlangsung maka dikhawatirkan akan berdampak buruk pada keamanan dan ketertiban masyarakat kabupaten secara umum dan khususnya masyarakat setempat. Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa konflik masyarakat yang terjadi di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow tergolong pada jenis konflik horizontal yaitu konflik yang terjadi antar kelompok masyarakat. Konflik horizontal yang terjadi di Desa Ikhwan diantaranya adalah konflik antar kelompok masyarakat yang memperebutkan area tambang, konflik antar kelompok pemuda yang berpesta minuman keras dan saling ejek sehingga terjadi perkelahian, konflik antar suku yang menunjukkan sifat ego dan mempertahankan pendapat masing-masing. Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai perang dingin antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata-kata yang mengandung amarah. Dari hasil analisa dapat dijelaskan bahwa pemicu terjadinya konflik di Desa Ikhwan karena adanya masalah kelompok secara interpersonal dan perbedaan pendapat antar kelompok masyarakat. Hal ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa konflik interpersonal disebabkan oleh komunikasi yang buruk, perbedaan-perbedaan yang dirasakan, orientasi biologis. Konflik dapat muncul ketika individu yang menikah semarga yang terlibat konflik tidak mampu mengekspresikan keinginannya, tidak dapat mengungkapkan kebutuhannya, tidak dapat mengungkapkan keinginannya, tidak diperkenankan untuk menyajikan argumentasinya dalam kelompok marganya dan keluarganya. semakin terbatas kemampuan komunikasi maka kemungkinan munculnya konflik semakin besar. Perbedaan-perbedaan yang dirasakan secara harafiah manusia membentuk kelompok-kelompok dalam kehidupan sosialnya seperti kelompok-kelompok marga dalam suku Batak Toba. Setiap kelompok marga memiliki aturan masing-masing yang menjadi ciri khas 12

13 sehingga berbeda dengan kelompok marga lainnya. Perbedaan yang ada sekaligus dapat memicu terjadinya konflik. Perbedaan yang dimaksud seperti menyangkut perbedaan pandangan, perbedaan silsilah, perbedaan nilai-nilai yang di anut, perbedaan usia, perbedaan kepercayaan atau agama. 10 Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan dalam menguasai sumber-sumber ekonomi pertambangan liar di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat. Sehubungan dengan hal di atas maka pemerintah Bolaang Mongondow sebaiknya melakukan penanganan konflik sosial masyarakat yang terjadi di Desa Ikhwan melalui jalur perdamaian antara kelompok yang berkonflik sehingga konflik sosial bisa terhenti, kemudian pemerintah juga melakukan pencegahanpencegahan faktor pemicu konflik. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, perubahan nilai yang disebabkan oleh benturan budaya dari beberapa suku seperti suku Minahasa, Gorontalo, Mongondow, Bali, dan Jaton (Jawa Tondano) yang mendiami desa Ikhwan Kecamatn Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan. Konflik tidak selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah dibalik adanya perseteruan pihak-pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara menghindari 10 Max A. Eggert., Wendy Falzon. Teori Konflik Kewenangan Sosial. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar2010. Hal

14 konflik yang sama supaya tidak terulang kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu-waktu terjadi kembali. Hal ini membutuhkan optimalisasi upaya penanggulangan konflik sosial yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai pelaku konflik tersebut. Umumnya konflik tentang identitas dalam suatu masyarakat cenderung lebih rumit, bertahan lama serta sulit dikelola, sedangkan konflik yang berciri primordial sulit dipecahkan karena sangat emosional. Untuk mengatasi itu semua, tidak ada resep mujarab yang langsung menyembuhkan karena selalu muncul interaksi rumit antarkekuatan berbeda di samping variabel kondisi sosial wilayah ini. Pola penyelesaian konflik di suatu daerah tak mungkin diterapkan di daerah lain. Oleh karena itu, dalam menentukan langkah penyelesaian berbagai peristiwa konflik perlu dicermati dan dianalisis, tidak saja berdasarkan teori-teori konflik universal, tetapi perlu juga menggunakan paradigma nasional atau lokal agar objektivitas tetap berada dalam bingkai kondisi, nilai, dan tatanan kehidupan bangsa kita. Faktor-faktor pendukung analisis pemecahan konflik tersebut antara lain: aktornya, isu, faktor penyebab, lingkupnya, usaha lain yang pernah ada, jenis konflik, arah/potensi, sifat kekerasan, wilayah, fase dan intensitas, kapasitas dan sumbernya, alatnya, keadaan hubungan yang bertikai, dan sebagainya. Cara penyelesaian konflik lebih tepat jika menggunakan model-model penyelesaian yang disesuaikan dengan kondisi wilayah serta budaya setempat. Ideal apabila penyelesaian tersebut dilakukan atas inisiatif penuh dari masyarakat bawah yang masih memegang teguh adat lokal serta sadar akan pentingnya budaya lokal dalam menjaga dan menjamin keutuhan masyarakat yang bersifat kekeluargaan. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian terdahulu yakni konflik sosial terjadi karena ada permasalahan diantara kelompok masyarakat tentang perebutan wilayah pertambangan sedangkan pada penelitian terdahulu konflik terjadi antara kelompok masyarakat nelayan. Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto bahwa konflik yang terjadi dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi sosial. 14

15 Penutup Kesimpulan Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa struktur sosial masyarakat di Desa Ikhwan terbagi menjadi beberapa kelompok yakni ditinjau dari tingkat pendidikan sebagaian besar berpendidikan SD, ditinjau dari pekerjaan sebagian besar masyarakat bekerja sebagai penambang, ditinjau dari agama sebagian besar beragama Islam dan ditinjau dari etnik sebagian besar berasal dari etnik Jawa Tondano. Konflik sosial yang terjadi di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow tergolong pada konflik horizontal yakni konflik yang terjadi dikalangan massa atau rakyat sendiri, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relative sama. Artinya, konflik tersebut terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relative sederajat, tidak ada yang lebih tinggi dan rendah. Faktor penyebab konflik sosial masyarakat yakni perbedaan pendapat antara kelompok-kelompok masyarakat, kelompok pemuda, suku-suku dan invidu-individu yang dipicu karena perebutan area pertambangan, perkelahian anak muda, gesekan yang terjadi antara suku Jaton (Jawa Tondano), Suku Mongondow dan suku Minahasa yang disebabkan oleh perberdaan kepentingan diantara kedua suku tersebut. Saran Mengacu pada uraian kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perlu adanya penerapan strategi penanggulangan konflik yang tidak merugikan pihak-pihak yang bertikai di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat yakni melalui kegiatan pencegahan konflik dengan upaya memelihara kondisi damai antar masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian 15

16 perselisihan secara damai, meredam potensi konflik dan membangun sistem peringatan dini. 2. Perlu adanya sinergitas antara pemerintah, kepolisian dan masyarakat untuk mereda konflik sosial yang terjadi dengan cara duduk bersama untuk menyelesaikan berbagai perbedaan pendapat di antara kelompok masyarakat. Hal ini diawali dengan cara mengundang tokoh-tokoh masyarakat yang bertikai dan melakukan musyawarah secara adat untuk mencapai mufakat dalam hal penyelesaian konflik yang dipelopori oleh pemerintah. 3. Perlu melakukan analisis terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat. 16

17 Daftar Rujukan Max A. Eggert., Wendy Falzon Teori Konflik Kewenangan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Profil Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Induk. Profil Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat. Surat Kabar. Radar Bolmong. Tgl. 21 April 2014 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial. 17

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian hidup manusia serta menjadi pendorong dalam dinamika dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian hidup manusia serta menjadi pendorong dalam dinamika dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia serta menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN se Kabupaten Bolaang Mongondow 2011

PROFIL KECAMATAN se Kabupaten Bolaang Mongondow 2011 PROFIL KECAMATAN se Kabupaten Bolaang Mongondow 2011 1 2 KATA PENGANTAR Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkan kami untuk mengajak kita sekalian untuk memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur 71 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kabupaten Kutai Timur Kabupaten Kutai Timur terdiri atas 18 Kecamatan dengan luas wilayah 3.877.21 ha. Luas wilayah tersebut

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN , Kelurahan Pammase terdiri dari 3 (tiga) lingkungan:

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN , Kelurahan Pammase terdiri dari 3 (tiga) lingkungan: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kelurahan Pammase Kelurahan Pammase terbentuk 18 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 15-3-1997, Kelurahan Pammase terdiri dari 3 (tiga) lingkungan: 1.

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

KONFLIK AGRARIA. (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK

KONFLIK AGRARIA. (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK KONFLIK AGRARIA (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK Irfandi Mokoginta, Nim 281 410 032. Konflik Agraria (Studi Kasus di Desa Bilalang II, Kecamatan Kotamobagu Utara) di

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung yang memiliki luas wilayah 3.921,63 km 2 atau sebesar 11,11% dari

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung yang memiliki luas wilayah 3.921,63 km 2 atau sebesar 11,11% dari IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan 1. Geografi Kabupaten Way Kanan adalah salah satu dari 15 kabupaten/kota di Propinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 3.921,63

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 1706.1416 Katalog BPS : 4102004.1706040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu penduduk asli

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran wilayah pemerintahan merupakan suatu langkah strategis yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran wilayah pemerintahan merupakan suatu langkah strategis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemekaran wilayah pemerintahan merupakan suatu langkah strategis yang ditempuh oleh Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Desa Pulau Pahawang Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun 1.700-an yang diikuti pula oleh datangnya Hawang yang merupakan keturunan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kilometer dari Ibukota Kecamatan Imogiri. Batas administrasi Desa Kebonagung

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kilometer dari Ibukota Kecamatan Imogiri. Batas administrasi Desa Kebonagung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Kebonagung 1. Lokasi Desa Kebonagung Desa Kebonagung merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING VISI DAN MISI MARKUS WARAN, ST DAN WEMPI WELLY RENGKUNG, SE CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN PILKADA 2015 ------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak antara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung, Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 12 tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung, Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 12 tahun 49 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor tahun

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian 4.1.1 Sejarah Desa Bale Desa Bale terletak diwilayah timur Indonesia tepatnya di wilayah Maluku Utara. Pada tahun 1800an kesultanan ternate berkunjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE 2018-2024 DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU 2.1 Letak Geografis Desa Asam Jawa Desa Asam Jawa berada di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menjadi pendorong dalam dinamika

Lebih terperinci

STATISTIK KECAMATAN MAJE 2016 Statistik Daerah Kecamatan Maje 2016 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN MAJE 2016 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 17040.1619 Katalog BPS : 1101002.1704020 Ukuran Buku : 25,00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA Nomor : SOP - 6 / I / 2016 / Sat.Intelkam STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL I. PENDAHULUAN Bangsa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. menjadi 5 wilayah Binaan Penyuluhan Pertanian. Letak Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. menjadi 5 wilayah Binaan Penyuluhan Pertanian. Letak Kecamatan 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Umum Wilayah Luas Kecamatan Kedondong ± 164,47 km 2 terdiri dari 21 desa dan terbagi menjadi 5 wilayah Binaan Penyuluhan Pertanian. Letak Kecamatan Kedondong

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul terdiri dari 5 desa meliputi Desa Bantul, Desa Palbapang, Desa Trirenggo, Desa Sabdodadi, dan Desa

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Konflik

Makalah Manajemen Konflik Makalah Manajemen Konflik Disusun Oleh : Muhammad Ardan Fahmi (17082010008) JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2017-2018 Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa

I. PENDAHULUAN. Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa Agom Kalianda dan sekitarnya dengan massa Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Lampung Selatan pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci