MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG SARI ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN MIDIAN ROMEO SIREGAR A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ABSTRACT MIDIAN ROMEO SIREGAR. Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Mentored by ADE WACHJAR). Internship activities aim to acquire knowledge, practice skill and gain work experience both technical and managerial aspects in the field at various level jobs. In addition internship activities aim to studying and analyzing the problems in the management of harvesting in order to provide effective and efficient input in harvesting activities. Internship activities carried out in Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, South Kalimantan from February 2011 until June The method used in this internship is direct and indirect methods. Direct method to obtain primary data done by working in the field according to the existing hierarchy in the estate and interviews with employees and staff of the estate. While the indirect method were conducted to obtain primary data supporting secondary data in the form of estate management reports (daily, monthly, and yearly), study of literature, and other sources. In studying specific aspects of harvesting, the authors made the observation of criteria ripe harvest, the calculation yields a number density (AKP) and the production assessed, observation of fresh fruit bunches (FFB) is not harvested and quality of loose fruit quotation, and observations the cutting losses of loose fruit from long stalk. Average of productivity FFB in Gunung Sari Estate is tonnes/ha, including good category. Productivity of FFB is good, because it is supported by a good estate conditions with optimum plant population and crop management techniques ranging from maintenance activities to the transport of FFB to palm oil mills (PKS) has done well.

3 Harvesting quality is determined by the quality of the harvested FFB, FFB lags on the plant, cutting up the long stalk, lags loose fruit, and transportation of FFB to PKS. In general, harvesting management in Gunung Sari Estate is fairly well seen from the cutting of long stalk, harvesting organizations, and transportation management. But the quality of the harvesting in Division 2 Gunung Sari Estate is not thoroughly meet the standards set by the company. Observation of the quality from fruit harvested in Division 2 indicates there are unripe fruit 0.7 % (standard 0%), ripe fruit (ripe) % (standard> 95%), and empty fruit bunch 8.9 % (standard 0%). Observation of FFB show that there are 2.46% FFB lags on the plant per small group of harvesters (KKP) and lags loose fruit 2.55% per FFB. Observation of quality loose fruit quotation shows the percentage lag loose fruit in the cyrcle of plant is highest % and percent in plant. Value illustrates that the harvesting quality in Gunung Sari Estate Division 2 is still needs to be improved. The strategy should be drawn to improve the performance of harvesters in Gunung Sari Estate Division 2, is the normalization of crop rotation to maintain the quality of the harvesting, harvester performance oversight and regulatory penalties should be increased. Cleaning the cyrcle of plant needs to be done to facilitate quoting loose fruit harvesters. In addition, the training necessary to practice the skill of harvester in cutting up the long stalk to minimize losses. Transportation management needs to be improved again so that the percentage of leftover fruit may be reduced.

4 RINGKASAN MIDIAN ROMEO SIREGAR. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR). Kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, melatih keterampilan dan mendapatkan pengalaman kerja baik aspek teknis maupun manajerial di lapangan pada berbagai taraf pekerjaan. Selain itu kegiatan magang bertujuan mempelajari dan menganalisis permasalahan dalam pengelolaan pemanenan agar dapat memberikan masukan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan. Kegiatan magang dilaksanakan di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan mulai bulan Februari 2011 sampai Juni Metode yang digunakan dalam magang ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan cara bekerja di lapangan sesuai jenjang jabatan yang ada di kebun dan wawancara dengan para karyawan dan staf kebun. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data sekunder pendukung data primer berupa laporan manajemen kebun (laporan harian, laporan bulanan, dan tahunan), studi pustaka, dan sumber lainnya. Dalam mempelajari aspek khusus pemanenan, penulis melakukan pengamatan kriteria matang panen, perhitungan angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi, pengamatan tandan buah segar (TBS) tidak terpanen dan kualitas kutip brondolan, dan pengamatan losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang. Produktivitas TBS di Gunung Sari Estate rata-rata ton/ha, termasuk kategori baik. Produktivitas TBS yang baik, karena didukung oleh kondisi kebun yang baik dengan populasi tanaman yang optimum dan pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit (PKS) sudah dilakukan dengan baik. Kualitas panen ditentukan oleh mutu TBS yang dipanen, TBS tertinggal pada pokok, pemotongan gagang panjang, brondolan tinggal, dan pengangkutan

5 TBS ke PKS. Secara umum, pengelolaan panen di Gunung Sari Estate sudah cukup baik dilihat dari nilai pemotongan gagang panjang, organisasi panen, dan manajemen pengangkutan. Akan tetapi kualitas panen di Divisi 2 Gunung Sari Estate belum seluruhnya memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Hasil pengamatan terhadap mutu buah panen di Divisi 2 menunjukkan terdapat buah unripe (mentah) sebanyak 0.7 % (standar 0 %), buah ripe (matang) % (standar > 95 %), dan buah empty bunch (janjang kosong) 8.9 % (standar 0 %). Hasil pengamatan TBS tinggal menunjukkan terdapat TBS tinggal sebesar 2.46 % per kelompok kecil pemanen (KKP) dan brondolan tinggal 2.55 % per TBS. Hasil pengamatan kualitas kutip brondolan menunjukkan persentase brondolan tinggal di piringan paling tinggi % dan di pokok persen. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kualitas panen di Divisi 2 Gunung Sari Estate masih perlu ditingkatkan. Strategi yang perlu disusun untuk meningkatkan kinerja pemanen di Divisi 2 Gunung Sari Estate, yaitu meliputi normalisasi rotasi panen untuk menjaga mutu dan kualitas panen, pengawasan terhadap kinerja pemanen dan peraturan denda perlu ditingkatkan. Pembersihan piringan perlu dilakukan untuk memudahkan pemanen mengutip brondolan. Di samping itu perlu dilakukan pelatihan untuk melatih keterampilan pemanen dalam memotong gagang panjang untuk meminimalisasi losses. Manajemen pengangkutan perlu ditingkatkan lagi agar persentase buah restan dapat dikurangi.

6 MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG SARI ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Midian Romeo Siregar A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

7 Judul Nama NRP : MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG SARI ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN : MIDIAN ROMEO SIREGAR : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr Ir Ade Wachjar, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr NIP Tanggal Lulus :

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang Sidempuan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 19 Maret Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Bapak Partomuan Siregar dan Ibu Helde Risma Sitompul. Tahun 2001 penulis lulus dari SD Budi Mulia Pematangsiantar, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Budi Mulia Pematangsiantar dan lulus pada tahun Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Budi Mulia Pematangsiantar pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Tahun 2008/2009 penulis menjabat sebagai ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya (Omda Ikanmass) dan sebagai Bendahara Asrama Sylvalestari. Tahun 2009/2010 penulis menjabat sebagai Koordinator di Komisi Literatur Persekutuan Mahasiswa Kristen (Komlit PMK), dan sebagai Koordinator Hubungan Luar dan Alumni Asrama Sylvalestari.

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan anugerah yang telah diberikan-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, disusun oleh penulis sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS atas bimbingan dan pengarahannya selama ini. 2. Bapak Ir Supijatno, MSi dan Ibu Dr Ani Kurniawati, SP MSi atas masukan dan saran selama menguji penulis. 3. Bapak Mulyo Joko (Manajer Gunung Sari Estate) dan Bapak Ir Syafrizal Taher (Senior Asisten Divisi 2 Gunung Sari Estate) dan karyawan di Divisi 2 Gunung Sari Estate atas bimbingan dan arahannya selama penulis melaksanakan magang. 4. Direksi PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation. 5. Bapak, Mama, Kakak, dan Adek tercinta di Pematangsiantar. 6. Teman-teman seperjuangan magang: Rano, Brury, Winda, dan Walad. 7. Teman-teman di Asrama Pinus (Asrama Sylvalestari dan Asrama Sylvasari), Omda Ikanmass, dan Komisi Literatur PMK IPB. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Desember 2011 Penulis

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Kelapa Sawit... 3 Syarat Tumbuh... 4 Penunasan Tanaman Menghasilkan... 5 Persiapan Panen... 5 Kriteria dan Cara Panen... 5 Rotasi Panen... 6 Organisasi Potong Buah dan Kerapatan Panen... 7 METODE MAGANG... 9 Tempat dan Waktu... 9 Metode Pelaksanaan... 9 Pengumpulan Data dan Informasi... 9 Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Fasilitas Kesejahteraan Karyawan Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Perbaikan Infrastruktur Pengendalian Gulma Aplikasi Janjang Kosong (JJK) Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit Pengambilan Contoh Daun Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Penunasan (Prunning) Pemanenan dan Produksi... 37

11 Aspek Manajerial Pendamping Mandor Pendamping Asisten PEMBAHASAN Penetapan Target Kriteria Matang Panen Kualitas Tenaga Kerja Pemanen Penanganan Pasca Panen KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 63

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Daftar Satuan Peta Lahan (SPL) di Gunung Sari Estate Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Gunung Sari Estate Produksi dan Produktivitas TBS di Gunung Sari Estate Tahun Jumlah Karyawan di Gunung Sari Estate Target dan Realisasi Produksi yang Dapat Dicapai di Divisi 2 Gunung Sari Estate pada Bulan Januari Mei Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Divisi 2 Gunung Sari Estate Hasil Pengamatan Losses Brondolan Akibat Pemotongan Gagang Panjang di Divisi 2 Gunung Sari Estate Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Divisi 2 Gunung Sari Estate Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Sari Estate Kejadian Buah Restan di Divisi 2 Gunung Sari Estate Bulan Januari Mei Jumlah Hari Kerja (HK), Jumlah Pemanen, Rotasi, dan Curah Hujan di Divisi 2 pada Bulan Januari - Mei Standar Kematangan (Ripeness Standard) Buah Rendemen Minyak dengan Kadar ALB Menurut Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar (TBS) Rendemen dan ALB dari TBS yang Menginap di Lapangan... 59

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Perawatan Jalan: a. Rawat Jalan Manual, b. Rawat Jalan dengan Menggunakan Grader Kegiatan Dongkel Anak Kayu (DAK) Pengaplikasian Janjang Kosong di Lahan: a. Pendistribusian JKK dan b. Penyusunan JJK Pengangkutan Pupuk Menggunakan Dump Truck Penaburan Pupuk Menggunakan Bin dan Takaran Pertumbuhan Antigonon leptopus pada Tiang Rambatan Pengendalian Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros): a. Alat Pherotraps, b. Pemasangan Pherotraps di Lapangan Alat-alat Panen: a. Kapak dan Karung Bekas, b. Egrek dan Angkong, c. Karung G bag, d. Gancu Pengangkutan Tandan Buah Segar... 47

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Peta Wilayah Gunung Sari Estate Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Sari Estate Tahun Struktur Organisasi Gunung Sari Estate Tahun Format Pemeriksaan Hancak dan Mutu Buah di TPH Blanko Rekapitulasi Taksasi Potong Buah di Divisi Blanko Surat Pengantar Buah... 74

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan di Indonesia saat ini. Menurut Pardamean (2008) komoditas kelapa sawit cocok dikembangkan di Indonesia, baik berbentuk pola usaha perkebunan besar maupun skala kecil untuk petani pekebun. Tanaman kelapa sawit lebih tahan menghadapi berbagai kendala dan masalah dibandingkan tanaman lain. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa komoditas kelapa sawit memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan lapangan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat dan sebagai sumber devisa negara. Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting. Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang dikenal sebagai Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil dapat diolah menjadi bermacam-macam produk lanjutan dengan bermacam-macam kegunaan seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetika, dan obat. Selain itu, minyak kelapa sawit dapat menjadi substitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dari minyak bumi (Setyamidjaja, 2006). Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2003 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai ha dengan produksi CPO sebesar ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi ha dengan produksi CPO sebesar ton (Badan Pusat Statistik, 2010). Potensi perkebunan kelapa sawit memiliki peranan yang sangat besar bagi pemasukan devisa negara dan peningkatan pendapatan petani Indonesia. Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi tanaman kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan pemanenan kelapa sawit berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas minyak yang dihasilkan bergantung pada kriteria panen buah yang layak dipanen. Menurut Pahan (2008) pelaksanaan pemanenan akan berjalan normal bila dikelola dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan panen kelapa sawit harus dilakukan dengan sebaik baiknya agar diperoleh target produksi dengan kualitas yang memenuhi

16 2 permintaan pasar. Keberhasilan panen dan produksi sangat bergantung pada bahan tanam yang digunakan, manusia (pemanen) dengan kapasitasnya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan, dan lain-lain (Lubis, 2008). Pelaksanaan pemanenan kelapa sawit yang tepat meliputi penentuan kriteria panen, penyebaran dan rotasi panen, penyediaan tenaga kerja yang terampil, teknis panen, pengumpulan hasil dan pengawasan serta pengangkutan panen. Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, melatih keterampilan dan mendapatkan pengalaman kerja dari aspek teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai taraf pekerjaan. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari dan menganalisis permasalahan dalam pengelolaan pemanenan agar dapat memberikan masukan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan.

17 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Klasifikasi tanaman kelapa sawit yang dikutip dari Lubis (2008) adalah sebagai berikut: Divisi : Tracheophyta Sub divisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub kelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoidae Famili : Palmae Sub family : Cocoidae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq Elaeis berasal dari Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari kata Guinea (Pantai Barat Afrika). Jacq berasal dari nama botanist Amerika yaitu Jacquin (Lubis, 2008). Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter (Fauzi et al., 2008). Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus pelepah daun (frond base) (Lubis, 2008). Batang berbentuk silinderis berdiameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang atau bowl. Pada tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar (Fauzi et al., 2008). Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai m. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara helai.

18 4 Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun (Lubis, 2008). Dari setiap ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan bunga jantan atau betina. Sex diferensiasi terjadi bulan sebelum anthesis dan setelah anthesis membutuhkan waktu 5 6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga jantan atau betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak pelepah daun yaitu 7 8 bulan sebelum matang. Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang pada spikelet. Karena kondisi terjepit maka buah yang terletak di bagian dalam akan lebih kecil dan kurang sempurna bentuknya dibandingkan dengan yang terletak di bagian luar (Lubis, 2008). Kematangan buah dibedakan atas matang morfologis dan matang fisiologis. Matang morfologis adalah kematangan buah yang telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak optimal. Matang fisiologis adalah kematangan buah yang sudah lebih lanjut yaitu telah siap untuk tumbuh dan berkembang biasanya satu bulan sesudah matang morfologis. Syarat Tumbuh Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah kawasan khatulistiwa di sekitar 12 derajat Lintang Utara Selatan dengan kelas iklim Af dan Am baik menurut sistem klasifikasi Koppen maupun sistem klasifikasi Schmidth Ferguson. Jumlah curah hujan yang baik (optimum) untuk tanaman kelapa sawit adalah mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun (Lubis, 2008). Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluvial (Lubis, 2008). Tanah gambut juga dapat ditanami kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu meter dan sudah tua (saphrik). Sifat tanah yang perlu diperhatikan untuk budidaya kelapa sawit yaitu sifat fisik tanah (kedalaman tanah, tekstur, dan struktur tanah) dan sifat kimia tanah (kandungan unsur hara). Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah hingga ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl) dan sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng atau 21 persen. Sebenarnya lahan yang kemiringan

19 lerengnya masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi pertumbuhannya kurang baik (Sunarko, 2008) 5 Penunasan Tanaman Menghasilkan Penunasan (prunning) kelapa sawit adalah pembuangan daun daun tua atau daun yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit (Fauzi et al., 2008). Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak buah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit (Pahan, 2008). Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi maksimum maka harus dihindari terjadinya over prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Untuk mendapatkan produksi yang maksimum diperlukan jumlah pelepah optimum, yaitu pada tanaman muda dan pada tanaman tua (Pahan, 2008). Persiapan Panen Keberhasilan panen sangat bergantung pada bahan tanam yang digunakan, tenaga kerja pemanenan, peralatan panen yang digunakan, kelancaran transportasi, organisasi panen yang baik, sistem panen yang terkoordinasi, keadaan areal, dan insentif yang diperoleh (Lubis, 2008). Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah, yaitu persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga kerja potong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat-alat kerja (Pahan, 2008). Kriteria dan Cara Panen Buah kelapa sawit menjadi matang sekitar 6 bulan setelah terjadinya polinasi (penyerbukan) dan fertilisasi (pembuahan). Kematangan buah adalah

20 6 aspek yang pengaruhnya paling menonjol terhadap kuantitas dan kualitas minyak. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang memberikan kuantitas dan kualitas minyak maksimal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Panen harus dilaksanakan pada saat yang tepat karena akan menentukan tercapainya kuantitas dan kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Pemanenan yang dilakukan sebelum proses pembentukan minyak selesai akan mengakibatkan hasil minyak mentah kurang dari semestinya. Sedangkan pemanenan yang melewati proses pembentukan minyak akan merugikan karena akan banyak buah yang terlepas dari tandan. Pada buah yang lewat masak, sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB atau FFA yang akan mengakibatkan penurunan mutu minyak kelapa sawit. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah pada setiap kilogram tandan buah segar (TBS) terdapat dua brondolan (Fauzi et al., 2008). Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2 5 m digunakan cara panen membungkuk dengan alat dodos, sedangkan tanaman yang tingginya 5 10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan alat arit bertangkai panjang. Rotasi Panen Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 6/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat 6 hari panen dan masing-masing ancak panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya (Fauzi et al., 2008). Pemotongan buah dilakukan dengan selang waktu (rotasi) sekitar 5 10 hari, bergantung pada umur tanaman. Pada tanaman yang berumur kurang dari 5 tahun, pemotongan buah dilakukan 5 hari sekali, sedangkan untuk tanaman yang

21 7 berumur 5 6 tahun, pemotongan buah dilakukan 10 hari sekali (Sastrosayono, 2003). Tanaman yang berumur 6 15 tahun memiliki tandan buah besar besar sehingga proses masaknya buah lebih lama. Pada tanaman yang berumur di atas 15 tahun, pemotongan buah dilakukan 7 hari sekali. Selang waktu pemotongan buah menjadi lebih cepat karena tandan buah yang dihasilkan tanaman kelapa sawit yang sudah berumur lebih dari 15 tahun mulai mengecil, sehingga proses masaknya buah lebih cepat. Organisasi Potong Buah dan Kerapatan Panen Seksi potong buah sebaiknya terorganisir agar blok yang akan dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi (tidak terpencar pencar). Selain itu harus dihindari adanya potongan potongan ancak panen agar satu seksi selesai pada satu hari. Hal ini bertujuan untuk mempermudah kontrol pekerjaan, meningkatkan efisiensi transportasi buah, dan memudahkan pengaturan keamanan produksi (Pahan, 2008). Sistem pengancakan potong buah secara umum dibagi dua yaitu sistem giring dan sistem tetap (Fauzi et al., 2008). Pada sistem giring, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor. Sistem ancak giring memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan pabrik. Sisi negatif sistem ancak giring adalah adanya kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal karena pemanenannya menggunakan sistem borongan. Sedangkan, sistem ancak tetap sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ancak tetap pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindahpindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkannya pun tinggi. Kelemahan sistem ancak tetap adalah buah lebih lambat keluar sehingga lambat juga sampai ke pabrik. Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal (Fauzi et al., 2008). Tujuan

22 8 perhitungan kerapatan panen adalah untuk memperkirakan produksi. Penentuan kerapatan panen dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan panen di areal yang akan dipanen. Penentuan kerapatan panen sangat penting dilakukan untuk menentukan jumlah tenaga kerja dan kebutuhan sarana pengangkutan hasil panen.

23 9 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan mulai bulan Februari 2011 sampai Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilaksanakan penulis adalah kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor. Kegiatankegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan waktu dan jadwal yang ditentukan oleh pihak perkebunan. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan (Lampiran 1), kemudian sebagai pendamping mandor selama satu bulan (Lampiran 2) dan sebagai pendamping asisten selama dua bulan (Lampiran 3). Kegiatan teknis di lapangan yang dilakukan penulis meliputi kegiatan pemeliharaan dan kegiatan pemanenan. Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan perbaikan infrastruktur, pengendalian gulma, pengaplikasian janjang kosong, pengaplikasian Palm Oil Mill Efluent (POME), pemupukan organik dan anorganik, pengendalian hama dan penyakit, penunasan (prunning). Kegiatan panen meliputi persiapan panen, pelaksanaan panen, dan pengangkutan tandan buah segar (TBS). Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung baik melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan maupun diskusi langsung dengan KHL, mandor dan asisten kebun. Data primer yang diambil, yaitu: perhitungan angka kerapatan panen dan taksasi produksi, kriteria matang panen (kualitas potong buah), losses akibat pemotongan gagang

24 10 panjang, pengamatan TBS tidak terpanen dan pengamatan brondolan tertinggal. Berikut adalah rincian pengumpulan data primer oleh penulis: 1. Pengamatan kriteria matang panen, Pengamatan dilakukan dengan mengamati mutu buah sesuai kriteria matang panen yang diterapkan di Divisi 2. Pengamatan dilakukan di masing-masing kemandoran dengan mengambil 15 TPH sampel perkemandoran. 2. Perhitungan angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi, Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10% pokok sampel dari total populasi dalam satu blok yang diambil secara acak. 3. Pengamatan tandan buah segar tidak terpanen dan kualitas kutip brondolan, Pengamatan dilakukan dengan mengamati kualitas kerja pemanen (cutter) dan pembrondol (picker). Masing-masing kemandoran diambil sebanyak 2 kelompok kecil pemanen (KKP). Satu KKP terdiri atas 3 orang pemanen. Satu pemanen diikuti oleh satu orang pembrondol. 4. Pengamatan losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah brondolan yang terikut dalam potongan gagang panjang oleh pemanen. Pengamatan dilakukan di masing-masing kemandoran. Masing-masing kemandoran diambil 19 TPH sampel. Data sekunder diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh kasie administrasi kebun dan studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh yaitu data curah hujan, produksi dan historis produksi, struktur organisasi, ketenagakerjaan, dan peta areal. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Analisis Data dan Informasi Analisis data dan informasi yang dilakukan oleh penulis adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Hasil pengamatan yang berupa data primer dan data sekunder dianalisis secara perbandingan antara realitas di lapangan dengan norma kerja dan standar operasional prosedur (SOP) yang dimiliki oleh perkebunan. Hasil pengamatan secara kuantitatif menggunakan ukuran distribusi persen dan ukuran pemusatan rata-rata.

25 11 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Gunung Sari Estate (GSE) adalah salah satu kebun kelapa sawit di bawah manajemen dari PT Ladangrumpun Suburabadi (PT LSI). PT Ladangrumpun Suburabadi merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang, di bawah Sime Darby Group. PT Ladangrumpun Suburabadi terdiri atas Angsana Estate (ASE) dan Pabrik Kelapa Sawit Angsana (Angsana Factory). Gunung Sari Estate terletak di Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan dengan jarak ± 200 km dari Banjarmasin. Secara geografis, GSE berbatasan dengan ASE di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan KKPA 1 Blok C Desa Persiapan Makmur, di sebelah selatan berbatasan dengan KKPA 1 Desa Purwodadi dan Desa Bayansari, dan di sebelah barat berbatasan dengan PT Buana Karya Bakti (BKB) dan KKPA1. Gunung Sari Estate terdiri atas tiga divisi, yaitu Divisi 1, Divisi 2, dan Divisi 3. Selama kegiatan magang, penulis melakukan semua kegiatan di Divisi 2. Sebelah utara Divisi 2 berbatasan dengan ASE; sebelah timur berbatasan dengan KKPA Desa Persiapan Makmur, Desa Persiapan Makmur dan KKPA Sebamban Kampung; sebelah selatan berbatasan dengan Blok D Desa Bayansari; dan sebelah barat berbatasan dengan Divisi 1 GSE. Secara Geografis GSE terletak pada koordinat diantara Bujur Timur dan Lintang Selatan dengan ketinggian ± 15 m di atas permukaan laut (dpl). Peta wilayah GSE dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan Iklim dan Tanah Rata-rata curah hujan tahunan GSE dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir ( ) adalah mm dengan jumlah curah hujan rata-rata 159 hari. Data curah hujan selama sembilan tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Juni (rata-rata 346 mm), sedangkan curah hujan terendah biasa terjadi pada bulan September (rata-

26 12 rata 110 mm). Rata rata jumlah bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) berturut turut yaitu 8.66 dan 2.22 bulan. Menurut kelas iklim Schmidth-Ferguson, keadaan iklim di GSE termasuk dalam tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika. Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Centre (MRC) pada tahun 2006, jenis tanah di GSE tergolong ke dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19 Plinthic Hapludox. Ciri-ciri seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman cm dari permukaan tanah) dan pada kedalaman 125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Ciri-ciri MM-19 Plinthic Hapludox adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman cm dari permukaan tanah) dan pada kedalaman 125 cm mempunyai 1 horison yang mengandung plintit (karatankaratan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar 0.5 volumenya atau kontinyu. Satuan peta lahan (SPL) merupakan hasil overlaping antara jenis tanah dengan topografi lahan. Satuan peta lahan merupakan satuan unit terkecil dari lahan yang memiliki jenis tanah dan topografi/ kemiringan lereng sama. Satuan peta lahan di GSE terdiri dari 3 SPL dengan deskripsi seperti yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Satuan Peta Lahan (SPL) di Gunung Sari Estate SPL Seri Tanah Lereng (%) Luas ha % 1 MM MM MM Sumber: Departemen Riset Minamas Plantation (2006) Hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan pada masing-masing Satuan Peta Lahan (SPL) di GSE menunjukkan bahwa kelas lahan pada SPL 1 dan SPL 2

27 13 tergolong ke dalam kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable). Sedangkan kelas lahan pada SPL 3 tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable). Luas Areal dan Tata Guna Lahan PT Ladangrumpun Suburabadi (PT LSI) tercatat sebagai Badan Hukum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 26 Nopember 1998 Nomor C-632.HT Th dan SK Kepala BPN No. 9-XI 2000 Tanggal 11 April Total luas areal Hak Guna Usaha (HGU) PT LSI adalah ha dengan luas areal yang sudah tertanam seluas ha. PT Ladangrumpun Suburabadi (PT LSI) terdiri atas Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF). Total luas GSE adalah ha. Penggunaan lahan tersebut terdiri atas areal pertanaman seluas ha, areal Pabrik Angsana Mini Factory (AMF) ha, areal jalan, jembatan dan parit ha, dan daerah okupasi seluas 120 ha. Gunung Sari Estate terdiri atas tiga divisi yaitu Divisi 1, Divisi 2, dan Divisi 3. Luas divisi 1 adalah ha, Luas Divisi 2 dan 3 berturut-turut ha dan ha. Penulis melaksanakan kegiatan magang di Divisi 2 yang memiliki total luas lahan yang ditanami ha. Keseluruhan luas lahan yang ditanami merupakan tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1995 dan Dalam pengaturan blok cara lama, Divisi 2 memiliki 34 blok yang masing-masing memiliki rata-rata luas 30 ha. Untuk pengaturan blok cara baru, Divisi 2 memiliki 15 blok baru, satu blok merupakan penggabungan dari 2 atau 3 blok yang lama dengan luas perblok 66 ha. Pengaturan blok yang baru digunakan untuk memudahkan dalam administrasi. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Perusahaan PT Ladangrumpun Suburabadi merupakan hasil persilangan dari kelapa sawit Dura dan Psifera. Bibit yang digunakan berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan PT Socfindo.Tanaman kelapa sawit ditanam dengan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan pola tanam berbentuk segitiga sama sisi dengan standar populasi

28 136 pokok/ha. Populasi tanaman berdasarkan tahun tanam (1995, 1996, dan 1998) berkisar dengan rata-rata 130 pokok/ha. Perubahan jumlah populasi tanaman disebabkan oleh serangan penyakit yang mengakibatkan tanaman mati, roboh, tersambar petir dan terkena longsor. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Gunung Sari Estate terlihat pada Tabel 2. Tahun Tanam Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Gunung Sari Estate Luas (ha) Divisi 1 Divisi 2 Divisi 3 Total Pokok/ ha Luas (ha) Pokok/ ha Luas (ha) Pokok/ ha Luas (ha) Pokok/ ha 14 Jumlah Pokok Total Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011) Rata-rata jumlah pokok tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate perhektar yaitu 130 pokok. Tanaman kelapa sawit di GSE ditanam pada beberapa tahun tanam, yaitu pada tahun 1995 (594 ha), tahun tanam 1996 (838 ha), dan tahun tanam 1998 (1 139 ha). Produksi dan produktivitas TBS di Gunung Sari Estate tahun disajikan pada pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi dan Produktivitas TBS di Gunung Sari Estate Tahun Tahun Produksi (ton) Produktivitas TBS (ton/ ha) Berat Janjang Rata- Rata (kg) Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011) Fasilitas Kesejahteraan Karyawan Gunung Sari Estate (GSE) memberikan fasilitas-fasilitas untuk kesejahteraan para karyawannya. Fasilitas tersebut berupa rumah, air, listrik,

29 15 sarana ibadah, poliklinik, penitipan anak, sarana pendidikan, balai karyawan dan sarana olah raga. Fasilitas rumah yang diberikan adalah perumahan staf dan perumahan karyawan. Perumahan staf terletak di emplasmen, sedangkan perumahan karyawan terletak di sekitar kantor divisi masing-masing. Rumah staf merupakan bangunan permanen, sedangkan rumah karyawan adalah bangunan semi permanen. Rumah karyawan terdiri atas dua tipe: tipe satu pintu (G1) untuk mandor 1, kerani divisi dan mantri, sedangkan tipe dua pintu (G2) untuk karyawan pada umumnya. Fasilitas listrik dan air dikelola oleh masing-masing divisi. Perumahan staf dikelola oleh emplasmen dengan aliran listrik selama 24 jam, sedangkan perumahan di divisi mendapatkan aliran listrik selama 7 jam untuk hari biasa dan 8 jam untuk hari libur. Fasilitas sarana ibadah yang diberikan berupa masjid di masing-masing divisi dan gereja di Divisi 2. Sarana olahraga yang ada di emplasmen adalah lapangan voli, bulutangkis, tenis, tenis meja, bilyard, kolam renang anak, dan berbagai macam permainan untuk anak-anak, sedangkan sarana olah raga yang ada di masing-masing divisi adalah lapangan voli dan lapangan bola. Sarana pendidikan yang difasilitasi oleh kebun adalah Play Group dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan SD menginduk pada SD kebun Angsana Estate. Selain itu, kebun juga memberikan fasilitas penitipan anak yang ada di masing-masing divisi. Selain memberikan fasilitas-fasilitas umum, kebun juga memberikan tunjangan-tunjangan kepada karyawannya, yaitu: tunjangan uang makan dan kendaraan bagi staf serta tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU). Selain itu, kebun juga memberi tunjangan pendidikan dengan membebaskan biaya sekolah, fasilitas bus sekolah, tunjangan kesehatan gratis ke poliklinik atau rumah sakit, tunjangan hari raya (THR) dan bonus akhir tahun. Upah pokok untuk karyawan SKU sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yaitu Rp ,-/ bulan atau sekitar Rp ,-/ hari. Selain itu, karyawan staf dan non staf juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) dan dana pensiun.

30 16 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Gunung Sari Estate (GSE) dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan perkembangan kebun yang dipimpinnya. Estate manager memiliki wewenang untuk mengkoordinir kebun yang dikelolanya serta mengambil setiap keputusan kegiatan operasional kebun. Estate manager dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu kepala administrasi (kasie), senior asisten yang merangkap menjadi asisten divisi, dan asisten divisi. Kasie bertanggung jawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama dengan senior asisten bertugas mengelola gudang. Kasie membawahi para karyawan kantor besar. Senior asisten bertugas untuk mengelola traksi dan divisinya. Bila estate manager sedang tidak bertugas di kebun maka senior asisten bertugas untuk memimpin kebun. Asisten divisi menjalankan tugasnya di divisi yang dipimpinnya. Struktur organisasi Gunung Sari Estate dapat dilihat pada Lampiran 6. Senior asisten biasa disebut asisten kepala (askep) bertugas untuk mengelola emplasmen, traksi dan gudang (bersama dengan kasie) serta mengorganisasi para asisten divisi. Selain itu, askep juga menjadi penanggung jawab sementara kebun apabila estate manager sedang tidak berada di kebun. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugasnya, asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisasi dan mengawasi kinerja karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi di lapangan. Status karyawan di GSE terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi estate manager, kasie, senior asisten dan asisten divisi, sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor besar, karyawan traksi, karyawan divisi dan karyawan harian. Keadaan karyawan yang ada di GSE terlihat pada Tabel 4. Indeks tenaga kerja atau perbandingan antara jumlah tenaga kerja dengan luas lahan di GSE sesuai dengan kaidah yang berlaku yaitu 0.2 tenaga kerja/ hektar.

31 9 Tabel 4. Jumlah Karyawan di Gunung Sari Estate Divisi Kantor Traksi No. Status Karyawan Besar Total L P L P L P L P L P L P Jumlah...orang... Staf: 1. Manager Kasi Senior Asisten Asisten Divisi Non staf: 1. a. Mandor b. Mandor c. Pekerja langsung Perawatan Panen d. Pekerja tidak langsung SKU B SKU H Borongan Total Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011) 17

32 18 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Perbaikan Infrastruktur Perkebunan kelapa sawit menghasilkan produk dalam bentuk tandan buah segar (TBS) yang bersifat bulk. Untuk mengeluarkan TBS dari dalam blok ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan mengangkutnya ke pabrik pengolahan, mutlak diperlukan jaringan jalan yang dapat memenuhi beberapa persyaratan dan manfaat. Jaringan jalan tersebut yaitu pasar tikus, rintis tengah, collection road (CR) dan main road (MR). Collection road merupakan jalan yang lurus dengan baris tanaman dan jalan panen yang digunakan pemanen untuk mengumpulkan TBS. Collection road mempunyai panjang m, bergantung pada kondisi di lapangan dengan arah utara - selatan. Main road berfungsi sebagai jalan utama bagi beberapa jalan koleksi lainnya yang merupakan rute pengangkutan utama untuk mengangkut TBS ke pabrik. Main road memiliki panjang m (arah timur-barat), bergantung pada kondisi lapangan. Semua badan jalan harus berbentuk seperti batok tengkurap/punggung kerbau (cambering), agar tidak terjadi genangan air pada permukaan. Jalan yang lurus sebaiknya juga dibuat cambering dan seimbang pada kedua sisinya. Selama kegiatan magang, penulis melakukan perawatan jalan dan tunas pasar. Rawat jalan. Sebagian besar konstruksi jalan di GSE terbuat dari tanah. Jalan yang terbuat dari tanah sangat rentan dan mudah rusak bila terkena air dan sering dilalui oleh kendaraan khususnya truk pengangkut TBS. Selama magang penulis melakukan rawat jalan terhadap jalan yang rusak. Rawat jalan dilakukan secara manual. Alat-alat yang digunakan adalah hammer, cangkul, dan angkong. Inti dari pekerjaan ini adalah menguras air yang tergenang di jalan dan menimbunnya dengan batu sehingga menjadi rata. Prestasi kerja karyawan untuk rawat jalan tidak tentu karena bergantung pada tingkat keparahan jalan. Rata-rata prestasi karyawan 2 m/hk. Prestasi penulis yaitu 2 m/hk.

33 19 Tunas pasar. Tunas pasar merupakan kegiatan membuang pelepah tanaman kelapa sawit yang menjorok ke jalan. Tujuan tunas pasar adalah mengurangi hambatan penyinaran sinar matahari ke permukaan jalan akibat dihalangi oleh pelepah kelapa sawit sehingga dapat memperlama penyinaran matahari pada jalan yang berakibat jalan cepat kering bila basah. Aturan dalam tunas pasar adalah penunasan dilakukan seperlunya, hanya memotong pelepah yang menghalangi masuknya sinar matahari (jangan sampai over prunning). Prestasi kerja karyawan untuk rawat jalan tidak tentu karena bergantung pada banyaknya pokok yang akan ditunas. Rata-rata prestasi karyawan 60 m/hk. Selama menjadi karyawan penulis bertugas sebagai penyusun pelepah disebabkan oleh keterbatasan alat. Kegiatan perawatan jalan dapat dilihat pada Gambar 1. a b Gambar 1. Perawatan Jalan: a. Rawat Jalan Manual, b. Rawat Jalan dengan Menggunakan Grader Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pada umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga timbul persaingan dengan tanaman yang dibudidayakan dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, dan nutrisi. Gulma juga mensekresikan zat kimia (alelopati) yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu, penting dilakukan pengendalian gulma untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Pengendalian gulma harus memperhatikan teknis pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.

34 20 Pengendalian gulma di GSE dilakukan pada piringan dan gawangan. Tidak semua gulma harus diberantas karena tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan. Jenis gulma yang harus tetap dipertahankan di gawangan yaitu pakis Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp, Turnera subulata. Gulma-gulma tersebut dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama kelapa sawit (beneficial plant). Oleh karena itu, keberadaan gulma-gulma tersebut harus dijaga. Jenis gulma dominan yang ditemukan di GSE adalah Imperata cylindrica, Sceliria sumatrensis, Mikania micrantha, Borreria alata, Ottochloa nodosa, Melastoma affine, dan Ageratum conyzoides. Pengendalian gulma di GSE meliputi pengendalian gulma secara manual dan kimia. Teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan bergantung pada jenis dan kerapatan gulma, cuaca, topografi lahan, ketersediaan tenaga kerja serta alat dan bahan. Pengendalian gulma di GSE dilakukan dengan rotasi 1 kali pengendalian gulma secara manual dan 3 kali pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan menggunakan alat seperti cados (cangkul dodos), arit, parang, dan garukan. Pengendalian gulma secara manual ini untuk mengendalikan gulma yang ada di piringan, pasar rintis, dan gawangan. Kelebihan pengendalian gulma secara manual yaitu dapat dilakukan kapan saja, tidak terpengaruh waktu dan cuaca serta hasil dapat langsung diketahui sehingga lebih mudah dalam melakukan pengawasan. Sedangkan kelemahan pengendalian gulma secara manual adalah terjadi kerusakan akar tanaman atau pelukaan yang disebabkan oleh penggunaan alat, tanah menjadi cekung sehingga pada waktu hujan dapat menyebabkan genangan air dan memperbesar peluang erosi pada tanah miring. Pengendalian gulma secara manual di GSE dilakukan oleh tenaga kerja harian. Pengendalian gulma manual di GSE yang pernah diikuti penulis yaitu pekerjaan dongkel anak kayu (DAK). Tidak ada ketentuan yang jelas mengenai prestasi kerja pada kegiatan ini karena karyawan ditugaskan untuk membersihkan beberapa blok yang dianggap semak. Norma kerja kegiatan ini adalah 2 ha/hk. Prestasi penulis adalah 1 ha/hk. Kegiatan dongkel anak kayu (DAK) dapat dilihat pada Gambar 2.

35 21 Gambar 2. Kegiatan Dongkel Anak Kayu (DAK) Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian gulma dengan cara menyemprotkan herbisida yang telah dilarutkan dengan air pada gulma sasaran. Jenis herbisida yang digunakan di GSE adalah herbisida sistemik dengan merk dagang Prima Up dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 g/l berbentuk cair berwarna kuning keemasan, Kenlon dengan bahan aktif Triklopir butoksil etil eter 480 g/l berbentuk cair berwarna kuning bening, dan Starane dengan bahan aktif Fluroksipir 200g/l yang berbentuk cair berwarna ungu. Keuntungan pengendalian gulma secara kimia adalah dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja dan dapat mengurangi pelukaan tanaman akibat penggunaan alat. Kelemahannya yaitu sangat bergantung pada cuaca, menyebabkan keracunan pada tanaman, dan adanya pengaruh samping pada penyemprot. Pengendalian gulma secara kimia di GSE dilakukan dengan sistem Block Spraying System (BSS). BSS adalah sistem pekerjaan yang dikerjakan blok per blok dengan metode penyemprotan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas penyemprot yang lebih tinggi. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh tim BSS adalah: (a) dua unit kendaraan roda empat (truk tim semprot kebun dan micron herby sprayer) yang masing-masing truk dilengkapi tangki berisi air sebagai pelarut, (b) unit alat semprot (RB-15) untuk TSK dan 8-10 unit alat semprot untuk MHS, dan selang air untuk mengisi air. Keuntungan penggunaan unit semprot yaitu penghematan pengggunaan tenaga

36 22 supervisi, supervisi lebih baik, mobilitas unit semprot yang tinggi, kualitas pencampuran herbisida lebih baik karena pengisian air dilakukan di traksi/sumur dan dapat dikontrol oleh asisten serta pengorganisasian kerja lebih mudah. Berdasarkan cara kerjanya, tim semprot kebun dengan sistem BSS dibagi menjadi dua yaitu: tim semprot MHS untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta tim semprot TSK untuk mengendalikan gulma di gawangan. (1) Penyemprotan gulma piringan, pasar rintis, dan TPH Tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Application). Di pasaran, alat CDA dikenal dengan nama Micron Herbi. Alat semprot Micron Herbi digunakan untuk sistem aplikasi cairan dengan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna kuning. Alat Micron Herbi mempunyai kapasitas 5 atau 10 l/knapsack. Herbisida yang digunakan adalah campuran Prima Up dan Starane dengan perbandingan 4 : 1. Konsentrasi campuran yang digunakan setelah dilakukan kalibrasi adalah 3.1%, artinya ada 31 ml herbisida dalam 1 liter air. Jenis gulma dominan yang ada di Divisi 2 adalah Axonopus compressus, Cytrococcum arescens, Eleusine indica, dan Paspalum conjugatum. Tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH terdiri atas sembilan orang karyawan tetap perempuan. Penyemprotan piringan dilakukan secara selektif, artinya bila saat penyemprotan ditemukan piringan yang masih bersih sesuai standar, maka piringan tersebut dapat ditinggalkan. Kendala yang sering dihadapi adalah kerusakan pada alat semprot dan cuaca yang tidak menentu. Standar prestasi karyawan adalah 5 ha/hk. Prestasi karyawan bergantung pada kondisi lahan. Bila kondisi lahan bersemak, prestasi karyawan akan menurun dan sebaliknya. Prestasi karyawan rata-rata 5 ha/hk. Prestasi kerja penulis lebih kecil yaitu 1 ha/hk disebabkan keterbatasan alat, penulis melakukan penyemprotan ketika karyawan sedang istirahat. (2) Penyemprotan gulma gawangan Pengendalian gulma gawangan adalah membersihkan gulma anak kayu yang merugikan tanaman dan menyulitkan kegiatan lain yang ada di gawangan,

37 23 piringan, pasar rintis dan TPH. Gawangan harus bebas dari anak kayu, pakispakisan (yang merugikan), keladi liar, pisang liar, bambu liar, kerisan, dan kentosan. Jenis gulma dominan yang ada di gawangan antara lain: Melastoma sp., Chromolaena odorata, dan gulma berkayu lainnya. Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan alat semprot punggung semi-otomatis RB 15 dengan kapasitas 15 l, dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel cone warna putih. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di gawangan adalah Prima Up dan Starane dengan konsentrasi 0.33%, Kenlon dan Metaprima dengan konsentrasi 0.02%. Rotasi penyemprotan gawangan tiga kali dalam setahun. Penyemprotan gulma di gawangan dilakukan oleh tim penyemprot yang terdiri atas 12 orang karyawan tetap wanita dan satu orang mandor dilengkapi dengan satu unit kendaraan roda empat (truk) untuk membawa tangki air, peralatan dan karyawan. Kendala-kendala yang sering dihadapi tim penyemprot gawangan adalah terjadinya kerusakan pada alat kerja seperti pada nozel dan pompa knapsack dan keadaan cuaca yang tidak menentu. Penyemprotan dilakukan block by block dengan standar prestasi kerja sebesar 3 ha/hk. Prestasi kerja karyawan rata-rata 3 ha/hk, sedangkan prestasi kerja penulis lebih kecil yaitu 1 ha/hk. Aplikasi Janjang Kosong (JJK) Aplikasi janjang kosong di lapangan dapat menambah unsur organik untuk tanah. Aplikasi janjang kosong akan meningkatkan penyerapan air dan daya menyimpan air tanah, memperbaiki struktur tanah, memacu pertumbuhan akar, dan dapat juga menjadi mulsa. Janjang kosong banyak mengandung unsur-unsur makro yang diperlukan oleh tanaman, seperti N, P, K, dan Mg serta mengandung unsur hara B, Cu, Zn, Fe, dan Mn. Pengaplikasian JJK di GSE mengikuti dosis yang dianjurkan oleh Minamas Research Centre (MRC). Dosis JJK perhektar yaitu 75 ton, diaplikasikan sebanyak ± 550 kg di antara dua pokok dalam satu baris. Aplikasi janjang kosong di GSE, dilakukan pada blok-blok tertentu. Penyusunan dilakukan di areal datar sampai bergelombang untuk memudahkan

38 24 pelangsiran dan penyusunan janjang. JJK diangkut oleh dump truck dari pabrik kelapa sawit (PKS), kemudian diletakkan di pinggir petak. Tumpukan JJK tersebut akan dilangsir oleh pekerja untuk disusun di gawangan antar pokok kelapa sawit. JJK disusun rapi berbentuk persegi dengan lebar 10 buah janjangan ke samping gawangan dan panjang 12 buah janjangan ke arah pasar rintis. Penyusunan JJK dibuat satu lapis agar tidak menjadi media hidup bagi hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pengaplikasian JJK di blok harus dilakukan sesegera mungkin setelah diangkut dari PKS agar hara yang terkandung tidak tercuci di jalan. Di samping itu JJK juga dapat merusak jalan karena JJK menyerap air. Alat-alat yang digunakan untuk mengaplikasikan JJK adalah angkong, gancu, dan atau tojok. Kendala yang sering dialami untuk mengaplikasikan JJK di lapangan adalah bentuk lahan yang bergelombang sehingga menyulitkan karyawan dan dosis pemupukan yang tidak teratur kadang lebih besar atau lebih kecil dari dosis yang direkomendasikan. Kegiatan pengaplikasian dan penyusunan JJK dapat dilihat pada Gambar 3. a b Gambar 3. Pengaplikasian Janjang Kosong di Lahan: a. Pendistribusian JJK, dan b. Penyusunan JJK Pengaplikasian JJK dilakukan oleh karyawan harian lepas (borongan) sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja (SPK) dengan perusahaan. Upah untuk karyawan dihitung berdasarkan target prestasi kerja. Basis yang harus dicapai oleh karyawan adalah 5 ton/hk, dengan upah Rp 7 000,-/ton. Prestasi kerja karyawan adalah 7 ton/hk, sedangkan prestasi kerja penulis 2.5 ton/hk.

39 25 Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit Selain janjang kosong, GSE juga memanfaatkan limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sebagai salah satu pupuk organik untuk membantu memberi tambahan hara bagi tanaman, menyediakan tambahan air dan memperbaiki sifat-sifat tanah. POME yang diaplikasikan di GSE memiliki biological 0xygen demand (BOD) ppm, kadar BOD sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh komisi penilai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) daerah setempat. BOD adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada kolam penampung limbah akan semakin tinggi. POME memiliki kadar BOD yang sangat tinggi, rata-rata berkisar ppm. Kadar BOD yang sangat tinggi ini dapat mengubah keadaan normal air dan untuk pengembalian ke kolam penampung limbah harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pembuatan flatbed untuk aplikasi POME di kebun dilakukan pada gawangan mati/gawangan yang berselingan dengan jalan panen, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 dan kedalaman efektif 0.3 m, sehingga volume per flatbed adalah m 3, setara dengan ton. Jumlah flatbed sesuai rekomendasi departemen riset adalah ± flatbed/ha. Dosis aplikasi POME berdasarkan anjuran departemen riset adalah 750 ton/ha/tahun dengan rotasi 3 kali setahun. Rata-rata jumlah flatbed di GSE adalah 109 flatbed/ha dengan volume aktual flatbed ± 2.3 ton/ flatbed. Perbedaan jumlah flatbed per ha dan volume per flatbed tersebut disebabkan oleh topografi GSE yang umumnya bergelombang yaitu antara 3 20% dan jenis tanah Oxisol, yang bertekstur pasir sehingga memilik daya jerap air yang tinggi serta dipengaruhi oleh pendangkalan flatbed karena endapan lumpur POME. Pengaplikasian POME dari kolam limbah ke flatbed dalam blok dilakukan mulai jam WITA. Pengaplikasian dilakukan oleh satu orang karyawan. Aplikasi POME harus diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai. Untuk menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik selama tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur endapan POME kemudian

40 26 dibuang ke kanan kiri flatbed di luar piringan untuk menghindari kebocoran flatbed, sedangkan usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed. Karyawan yang bekerja pada aplikasi POME bertugas untuk mengatur dan menjaga aliran POME yang dipalikasikan serta membersihkan flatbed dari sampah dan pelepah sawit yang menghambat aliran POME. Standar prestasi kerja karyawan POME adalah 7 jam/hk, sedangkan supervisi yang dilakukan di luar jam kerja dihitung sebagai lebih borong dengan upah Rp 7 116,- /jam. Pengambilan Contoh Daun Pengambilan contoh daun atau leaf sampling unit (LSU) merupakan faktor kunci dalam penentuan dosis rekomendasi pupuk. Pengambilan sampel daun dilakukan pertama kali pada tanaman umur 3 tahun dan selanjutnya dilakukan sekali setahun untuk setiap LSU. Pengambilan contoh daun tahun ini bertujuan untuk menentukan rekomendasi pemupukan tahun depan. Pengambilan sampel daun dilakukan di Blok LSU, setelah pemupukan terakhir dengan Urea, TSP, MOP, Kieserite, dan abu janjang selesai dilakukan minimal 2 3 bulan sebelumnya. Aplikasi kaptan, dolomite, janjang kosong ataupun solid tidak mempengaruhi jadwal pengambilan sampel daun. Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan sampel daun, yaitu: kantong plastik hitam dan putih, cat biru, kertas label, parang, gunting, galah bambu, egrek, buku notes dan pena. Pengambilan sampel daun di GSE dilakukan pada tanggal April Tiap divisi memiliki dua tim LSU yang terdiri atas 3 orang di masing-masing tim. Prestasi kerja tim LSU adalah 90 ha/tim. Pengambilan daun dilakukan dari pagi hari hingga selesai pada kondisi cuaca yang cerah, bila terjadi hujan pengambilan daun harus ditunda. Pada satu areal LSU harus diusahakan keseragaman dalam umur tanaman, jenis bibit, jenis tanah, keadaan topografi, drainase, dan tindakan kultur teknis yang dilakukan. Pohon sampel ditentukan dengan pola sistem tertentu, misalnya sistem 12 x 11, berarti untuk setiap 12 pokok antar baris dalam satu blok diambil satu pohon sampel pada pokok ke-11 pada baris tersebut. Daun yang digunakan sebagai contoh adalah pelepah daun ke-17 karena merupakan pelepah daun yang

41 27 paling peka terhadap unsur hara. Pelepah daun ke-17 diegrek dan diturunkan, kemudian tiga helai anak daun sebelah kanan dan sebelah kiri pada pelepah jarum (peralihan anak daun muda dan tua) dalam salah satu pelepah dipotong daunnya sepanjang ± 25 cm. Contoh daun yang sudah dipotong ± 25 cm dibuang lidinya dan dipisahkan menjadi dua sub sampel (A dan B). Satu sub sampel terdiri atas helai daun dari sisi kanan lidi dan sub sampel lainnya dari helai daun sisi kanan lidi. Anak daun sebelah kanan dan kiri dipisahkan pada tempat yang berbeda, kemudian daun dipotong dengan ukuran 2-3 cm. Potongan sampel daun dikeringkan selama ± 5-7 jam pada suhu 80 0 C. Daun dikatakan kering apabila sudah rapuh dan mudah dipatahkan dan warna masih nampak hijau. Daun yang telah dioven kemudian dikirim ke MRC untuk dianalisis sebagai bahan penentuan rekomendasi pemupukan. Dalam pengambilan pohon sampel perlu diperhatikan bahwa pohon yang ada di pinggir jalan, bangunan, bersebelahan dengan pohon mati, pohon steril atau yang terserang penyakit, dan tumbuhnya abnormal tidah boleh diambil sebagai pohon sampel. Apabila pohon sampel termasuk dalam kriteria tersebut maka yang menjadi tanaman contoh bergeser dua tanaman ke depan atau ke belakang. Selama pengambilan sampel daun, pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar pelepah, dan tebal pelepah juga diamati. Selain itu juga dilakukan pengamatan visual terhadap defisiensi hara. Tiap tim diberi foto tentang defisiensi hara untuk mempermudah pengamatan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengambilan contoh daun adalah belum terampilnya tim sensus dalam menentukan pelepah ke-17, faktor ketelitian dalam pengukuran dan pengamatan tanaman yang tinggi sesuai dengan umur tanaman sehingga menyulitkan pengambilan pelepah. Standar prestasi kerja karyawan yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 30 ha/hk sesuai dengan tingkat kerapatan sampel yang diambil dan kriteria yang diukur. Prestasi kerja karyawan dan penulis yaitu 30 ha/hk. Pemupukan Pemupukan adalah upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup secara berkala dan berimbang baik secara langsung pada tanaman maupun tidak

42 28 langsung ke dalam tanah. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman, produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan di Gunung Sari Estate (GSE) dimulai dengan kegiatan perencanaan pemupukan. Perencanaan pemupukan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya karena berhubungan langsung dengan penyediaan biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang digunakan. Perencanaan pemupukan di GSE dibagi menjadi tiga tahap yaitu: rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja bulanan (RKB) dan rencana kerja harian (RKH). Rencana kerja tahunan (RKT) digunakan untuk mengetahui besarnya biaya operasional berdasarkan: jenis dan dosis pupuk yang digunakan, jumlah tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan serta ekstra fooding dalam satu tahun. Rencana kerja bulanan (RKB) digunakan untuk menentukan jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan, persiapan lapangan dan persiapan peralatan dan perlengkapan pemupukan, ekstra fooding pada bulan tersebut. Rencana kerja harian (RKH) digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan, kesiapan unit transpor untuk karyawan dan pengeceran pupuk dan pembuatan bon permintaan pupuk untuk blok yang akan dipupuk. Perencanaan pupuk tersebut meliputi jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok-blok yang akan dipupuk dan hal-hal administrasi dalam pemupukan. Seksi pemupukan dibuat terlebih dahulu oleh mandor pupuk sebagai rencana pergiliran waktu pelaksanaan pemupukan pada tiap blok untuk setiap jenis pupuk, berdasarkan interval waktu aplikasi masing-masing jenis pupuk. Jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan ditetapkan berdasarkan rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset Minamas, yaitu Minamas Research Centre (MRC). Rekomendasi pemupukan tersebut disusun atas dasar hasil analisis hara daun, status hara tanah, jenis tanah, dan LCC, curah hujan serta proyeksi produksi (balance sheet) yang dilakukan setiap tahun. Jenis pupuk yang digunakan di GSE periode adalah NK Blend, Kieserit, Rock Phosphat, dan HGFB.

43 29 Sistem aplikasi pemupukan yang digunakan di GSE adalah Block Manuring System (BMS), yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Mekanisme pelaksanaan BMS adalah hancak pemupuk tetap tiap blok dan setiap tanaman diketahui pemupuknya dan pergeseran ancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung cepat dan efisien. Organisasi pemupukan tim BMS meliputi tim pengecer pupuk, penabur pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas pemupukan. Kegiatan pemupukan dimulai dengan persiapan blok yang akan dipupuk. Persiapan tersebut meliputi persiapan piringan yang harus dalam keadaan bersih dan persiapan sarana lain seperti jalan dan jembatan pada main road dan collection road, pasar rintis untuk menunjang kelancaran transportasi dan pelaksanaan aplikasi pupuk di lapangan. Blok-blok yang akan dipupuk diusahakan berada dalam satu hamparan sehingga mempermudah pengawasan pelaksanaan pemupukan, mobilisasi pengecer dan penabur. Pengeceran pupuk. Kendaraan pengangkut pupuk dari gudang sentral ke lapangan, sehari sebelum pemupukan harus sudah dipastikan kesiapannya. Pada pukul WITA, mandor pupuk melakukan antrian pagi dengan para pengecer pupuk untuk memberikan informasi mengenai jenis pupuk, kebutuhan jumlah pupuk (tonase) dan blok-blok yang akan diaplikasi. Setelah antrian pagi dengan mandor pupuk, pengecer pupuk mulai memuat pupuk dari gudang sentral ke dalam kendaraan. Pada pukul WITA, pengecer selesai memuat pupuk ke kendaraan, sehingga pukul WITA pupuk sudah berada di lapangan. Pengeceran pupuk dari atas kendaraan harus dilakukan dengan baik dan diletakkan pada tempat pengeceran yang sudah ditentukan. Tumpukan pupuk yang diecer harus diletakkan di tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road (CR) yaitu pada sisi timur dan barat blok. Tiap TPP mewakili enam jalur tanaman atau tiga pasar rintis. Jumlah pupuk tiap TPP mewakili enam jalur tanaman atau tiga pasar rintis. Jumlah pupuk tiap TPP ditentukan berdasarkan dosis pupuk/pokok. Tenaga yang dipakai sebagai pengecer pupuk adalah empat

44 30 orang karyawan tetap laki-laki dengan standar kerja 2 ton/hk dan sisa tonase pupuk dianggap sebagai lebih borong dengan upah Rp 6 159/ton. Jika kondisi infrastruktur blok yang akan dipupuk kurang memadai seperti jalan kurang baik, jembatan rusak atau blok berbatasan dengan sungai maka pengeceran dapat dilakukan hanya pada satu titik saja. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus terjamin aman dari pencurian, pembuangan atau disembunyikan di gawangan/parit. Oleh karena itu, ada seorang karyawan yang bertanggung jawab terhadap keaman pupuk, sekaligus merangkap sebagai tenaga pengumpul eks goni pupuk dari pengecer pupuk. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus selesai ditabur seluruhnya pada hari tersebut. Apabila pupuk tidak selesai ditabur karena hujan atau keadaan lainnya, maka sisa pupuk tersebut harus dibawa kembali ke gudang divisi. Gambar pengangkutan pupuk dapat dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pengangkutan Pupuk Menggunakan Dump Truck Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam hancak pemupukan pada suatu blok, maka dibentuk satuan tugas pemupukan yang disebut kelompok kecil pemupuk (KKP). Masalah-masalah yang sering muncul dalam hancak pemupukan adalah areal kebun yang berbukit, kondisi barisan tanaman yang tidak lurus, barisan dalam satu rintis tidak tembus karena berbatasan dengan sungai, jurang, atau palung. Selain itu juga karena jumlah tanaman dalam satu baris tanaman bervariatif. Sebelum melakukan kegiatan pemupukan, tim pemupuk diingatkan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) yaitu baju lengan panjang, apron, sarung

45 31 tangan, sepatu boot, topi dan masker untuk kesehatan dan keselamatan tim pemupuk. Selain itu pemupuk juga diberikan ekstra fooding. Alat-alat yang digunakan dalam pemupukan adalah bin pupuk dan takaran pupuk. Bin pupuk yang digunakan sebagai tempat pupuk yang akan ditabur, sedangkan takaran adalah alat untuk menabur pupuk. Takaran terbuat dari plastik melamin yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu disesuaikan dengan jenis dan dosis pupuk. Kegiatan pemupukan di GSE dimulai pada pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan pemupukan adalah jenis dan dosis pupuk, persiapan blok yang akan dipupuk, sarana dan prasarana (jalan, jembatan, titi pasar rintis), alat-alat yang digunakan (APD, takaran, dan bin) serta alat transportasi untuk karyawan dan pengeceran pupuk ke lapangan. Penaburan pupuk. Setelah menempati hancak pemupukan, masing-masing penabur di tiap KKP mulai membuka karung pupuk kemudian memasukkan pupuk ke dalam bin pupuk. Tiap penabur biasanya memupuk dua jalur tanaman (1 pasar rintis). Penaburan pupuk pada tanaman menghasilkan di atas rumpukan pelepah, berbentuk U (U shape front stacking). Penaburan pupuk harus dilakukan secara merata dan tipis. Apabila ditemukan pupuk yang menggumpal maka pupuk harus dihancurkan. Sistem pemupukan di GSE tidak menggunakan pelangsir pupuk, pemupuk keluar masuk blok untuk mengisi bin pupuk. Penaburan pupuk dimulai dari tanaman yang terdekat dari collection road timur menuju ke pasar tengah. Setelah selesai, penabur pindah ke collection road barat. Umumnya jumlah blok yang akan dipupuk disesuaikan dengan jumlah karyawan pupuk yang ada saat pemupukan hari tersebut. Oleh karena itu, tiap antrian pagi, mandor pupuk akan mengabsen kehadiran karyawannya untuk menentukan jumlah blok dan tonase pupuk yang akan diaplikasikan pada hari tersebut. Tenaga kerja yang digunakan sebagai tim pupuk (penabur) adalah karyawan SKU. Standar pemupukan untuk berbagai jenis pupuk di GSE yaitu: NK blend (600 kg/hk), Rock Phospate (400 kg/hk), Kieserit (400 kg/hk), HgFB (7 ha/hk). Gambar penaburan pupuk menggunakan bin dan takaran dapat dilihat pada Gambar 5.

46 32 Gambar 5. Penaburan Pupuk Menggunakan Bin dan Takaran Pengumpulan karung bekas pupuk. Karung bekas pupuk dikumpulkan oleh seorang penabur pupuk yang khusus dipekerjakan sebagai pengumpul dan pembersih pupuk yang tercecer di jalan (collection road). Karung bekas pupuk dikumpulkan dan digulung setiap 10 lembar karung. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pengawasan kembali jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan, selain itu juga untuk pemeriksaan apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada pupuk yang hilang. Gulungan karung eks pupuk tersebut dibawa oleh pengumpul ke sudut blok untuk memudahkan pengambilan karung eks pupuk oleh pengecer pupuk. Kemudian karung bekas pupuk tersebut diletakkan di gudang dan ditata rapi. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama adalah pengganggu pada tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh serangga dan atau mamalia yang dapat menurunkan hasil dan secara ekonomis merugikan manusia. Penyakit adalah faktor pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, atau virus yang secara ekonomis dapat menurunkan hasil. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit dapat menimbulkan kerusakan berat hingga kematian pada tanaman sehingga perlu dilakukan pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tersebut. Pemberantasan adalah pemusnahan semua populasi hama dan penyakit yang ada di areal pertanaman, sedangkan pengendalian adalah mengurangi, menekan hama dan penyakit sampai ambang batas ekonomi yang tidak merugikan.

47 33 Hama dan penyakit yang menyerang kelapa sawit di GSE terbilang masih di bawah batas ambang ekonomi yang berarti tidak merugikan secara ekonomi sehingga hanya dilakukan pengendalian. Pengendalian hama dan penyakit di GSE dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep pengendalian hama terpadu yaitu penggunaan beneficial plants dan burung hantu (Tyto alba). Beneficial plants. Menurut Minamas Plantation Indonesia (2008), beneficial plants (tanaman berguna) adalah tanaman yang mempunyai unsur perangsang alamiah untuk menarik populasi musuh-musuh alami dari ulat api dan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit. Beneficial plants dapat menyediakan madu/makanan bagi beberapa parasitoid dan predator dari hama, yang merupakan makanan tambahan penting untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Tanaman ini juga menyediakan tempat berteduh yang mampu meningkatkan masa hidup predator ini lebih lama selama kondisi lingkungan yang buruk, yang memastikan kehadirannya sepanjang waktu pada areal tanaman kelapa sawit. Pertumbuhan Antigonon leptopus dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Pertumbuhan Antigonon leptopus pada Tiang Rambatan Percobaan dari bagian proteksi tanaman Minamas Research Center (MRC), menunjukkan bahwa penanaman beneficial plant secara benar dan berkelanjutan dapat mengatasi serangan hama yang serius (kronis). Penggunaan beneficial plant ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai pengendali hama. Terdapat empat spesies tanaman yang efektif dalam menekan serangan hama perusak daun pada tanaman kelapa sawit secara alami, yaitu Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata.

48 34 Euphorbia heterophylla adalah jenis tanaman yang paling efektif dalam mengendalikan serangan hama dibandingkan dengan ketiga jenis tanaman lainnya. Akan tetapi, jenis tanaman Euphorbia heterophylla sulit dikembangbiakkan karena sulit untuk mendapatkan bibit yang cukup. Secara alamiah, jenis tanaman Euphorbia heterophylla memiliki masa hidup yang pendek dan peka terhadap ph tanah yang masam. Sedangkan ketiga jenis yang lain tidak banyak memiliki kelemahan. Di GSE ketiga jenis tanaman ini paling banyak digunakan. Pengendalian tikus (Rattus tiomanicus) dengan burung hantu (Tyto alba). Tikus (Rattus tiomanicus) adalah salah satu hama paling utama di kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan yang berat, baik pada tanaman menghasilkan maupun tanaman belum mengahasilkan. Serangan tikus yang paling sering terjadi adalah pada tanaman menghasilkan. Buah matang ataupun masih mentah akan dimakannya. Selanjutnya, brondolan dibawa ke semak-semak penutup tanah dan rumpukan pelepah. Walaupun hanya sebagian brondolan yang dimakan, tetapi akan menambah jumlah losses secara total dari semua brondolan yang dikumpulkan. Jika tidak terkontrol populasi tikus akan meningkat tajam dari < ekor per ha dalam periode 6 bulan atau kurang. Dalam kondisi tersebut 5 15% tanaman dapat mati dari luas areal yang terserang. Perkembangan populasi tikus dapat mencapai ekor per ha, dapat meningkatkan losses sampai 30% atau lebih dari luas areal yang terserang. Ada tiga jenis tikus yang biasa menyerang perkebunan kelapa sawit, yaitu Rattus tiomanicus, Rattus rattus diardii dan Rattus argentiventer. Salah satu tindakan pengendalian tikus yang dilakukan oleh GSE adalah secara biologis dengan penggunaan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan burung buas/karnivora yang memakan mangsanya dalam kondisi hidup. Jenis makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapa 99.4%. Upaya pemeliharaan burung hantu sebagai predator alami tikus di GSE dimulai dengan pembuatan kandang di dalam blok. Kandang berfungsi sebagai pemikat atau tempat karantina burung hantu agar beradaptasi dengan daerah yang baru. Lokasi penempatan kandang harus strategis yaitu diusahakan berdekatan

49 35 dengan pohon-pohon besar atau pada areal di sekitar emplasmen dan diusahakan jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari gangguan manusia, agar burung hantu tidak mudah mengalami stres. Pembuatan nest box atau BOB (Barn Owl Box) mewakili luas areal ± 20 hektar. Jumlah BOB yang ada di Divisi 2 adalah 31 BOB. Pengendalian kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pengendalian kumbang tanduk lebih dititikberatkan pada usaha pencegahan yang dapat menghambat perkembangan larva. Hama kumbang tanduk sering ditemukan berkembang biak di dalam batang/tunggul kelapa sawit yang telah lapuk. Pengendalian kumbang tanduk di GSE dilakukan dengan metode pengendalian secara fisik dengan cara pemasangan pherotraps. Pengendalian hama dengan menggunakan pherotraps di lapangan dapat dilihat pada Gambar 7. a b Gambar 7. Pengendalian Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros): a. Alat Pherotraps, b. Pemasangan Pherotraps di Lapangan Pherotraps dilakukan dengan cara trapping (perangkap) menggunakan sex pheromone (spesifik hanya untuk pengendalian serangga O. rhinoceros). Pada skala komersial (± ha kelapa sawit), penggunaan metode pherotraps selain pengendaliannya efektif juga biaya pengendaliannya lebih murah atau dapat dihemat ± 76% bila dibandingkan metode kimiawi.pemasangan pherotraps di GSE dilakukan dengan model pitfall trap (lubang perangkap). Pemasangan pherotraps yaitu 1 unit trap/10 ha karena serangan kumbang tanduk di GSE cukup ringan. Pada kenyataannya di lapangan pengendalian dengan metode pitfall trap banyak mengalami gangguan oleh manusia, yakni sering terjadinya pencurian baik ember plastik maupun kayu yang digunakan untuk alat trapping di lapangan.

50 36 Penunasan (Prunning) Penunasan pelepah adalah pembuangan pelepah daun sebagai upaya pemeliharaan pelepah daun produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan terganggunya kemampuan fotosintesis di daun terganggu, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Pelepah daun kelapa sawit merupakan pabrik minyak CPO, dimana proses fotosintesis sangat menentukan pembentukan buah (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen. Penunasan bertujuan mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi, melakukan sanitasi, dan pada tanaman muda (tunas pasir) mempermudah pemupukan. Sistem penunasan yang digunakan di GSE adalah sistem penunasan progresif. Penunasan pokok progresif adalah kegiatan penunasan pokok yang dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan kegiatan panen. Semua pelepah atau daun sangga yang tua dan tidak berguna dibuang kecuali tiga pelepah yang menyangga tandan buah (songgo tiga). Jumlah seluruh pelepah yang tetap dipertahankan berkisar pelepah tiap pokok (6-7 lingkar) pada tanaman berumur 8 tahun dan pelepah tiap pokok (5-6 lingkar) pada tanaman berumur > 8 tahun. Pelepah dipotong rapat ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) membentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30 0 dengan garis horizontal dan merupakan jarak bidang tebasan dengan pangkal harus lebih kecil dari 5 cm. Jumlah pelepah/pohon akan mempengaruhi pertumbuhan akar, bobot tandan dan produksi tandan buah segar (TBS). Pelepah yang telah ditunas diletakkan di gawangan mati dengan posisi duri menghadap ke bawah. Pada areal bergelombang, pelepah disusun searah kontur atau tegak lurus dengan arah lereng yang bertujuan untuk mengurangi erosi. Penunasan dilakukan sekaligus pada saat panen buah, tetapi pada kondisi tertentu dapat diadakan waktu penunasan khusus yang tidak bersamaan dengan kegiatan panen. Pembayaran penunasan dilakukan 4 bulan sekali dengan upah penunasan sebesar Rp 255,-/pokok. Pada praktiknya pemanen hanya akan menunas pokok yang ada buahnya ketika memanen buah, sedangkan pokok yang tidak dipanen

51 tidak ditunas. Oleh karena itu pembayaran upah penunasan akan dibayarkan ketika semua pokok ditunas seluruhnya pada ancak yang dipanen. 37 Pemanenan dan Produksi Pemanenan merupakan kegiatan pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga diangkut ke pabrik. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang sangat penting karena merupakan sumber pendapatan perusahaan melalui penjualan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Gunung Sari Estate menerapkan target produksi yang harus dicapai masing-masing divisi. Adapun target produsi dan realisasi produksi yang dapat dicapai di Divisi 2 disajikan pada Tabel 5. Periode Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi yang Dapat Dicapai di Divisi 2,,Gunung Sari Estate pada Bulan Januari - Mei 2011 Produksi TBS Potensi Target Realisasi Realisasi terhadap Potensi Realisasi terhadap Target...(kg)......(%)... Januari Februari Maret April Mei Sumber: Kantor Divisi 2 GSE (2011) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemanenan yaitu persiapan panen, angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi, kriteria matang panen, sistem panen dan tenaga kerja pemanen, rotasi panen, pelaksanaan panen, pengawasan panen, sistem upah dan denda panen, administrasi panen, dan pengangkutan hasil panen. Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan yang akan menunjang keberhasilan panen. Adapun persiapan panen yang dilakukan meliputi pembuatan TPH, pembuatan titi panen dan jembatan panen, perawatan pasar rintis, pembersihan piringan, serta perawatan dan perbaikan jalan. Selain melakukan persiapan di lapangan, perlu juga dilakukan persiapan alat panen untuk mempermudah pemanenan serta memperoleh kualitas panen yang

52 38 baik. Peralatan panen yang digunakan di Gunung Sari Estate meliputi egrek, angkong, gancu, kapak, serta karung (G bag) untuk mengumpulkan brondolan. Egrek digunakan untuk memotong TBS pada pohon yang sudah tinggi lebih dari 5 m atau pada tanaman kelapa sawit yang biasanya sudah berumur lebih dari 9 tahun. Angkong merupakan alat angkut untuk membawa TBS dan brondolan ke TPH, sedangkan gancu berupa besi yang menyerupai mata kail dengan salah satu ujungnya runcing dan digunakan untuk mengangkut TBS. Kapak digunakan untuk memotong tangkai panjang atau memudahkan pemanen dalam menyusun pelepah. Gambar alat-alat panen yang digunakan di GSE dapat dilihat pada Gambar 8. a b c d Gambar 8. Alat-alat Panen: a. Kapak dan Karung Bekas, b. Egrek dan Angkong, c. Karung G bag, d. Gancu Angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi. Pengamatan terhadap angka kerapatan panen dilakukan setiap hari untuk dapat mentaksasi produksi besok hari. Pada saat melaksanakan magang, penulis melakukan taksasi buah bersama mandor panen. Angka kerapatan panen dihitung dengan menggunakan pohon sampel. Pohon sampel diambil sebanyak 10% dari total populasi pada satu blok. Pengambilan pokok sampel ditentukan dengan memilih jalur secara acak pada blok sampel. Angka kerapatan panen digunakan untuk menghitung taksasi produksi. Taksasi produksi adalah kegiatan untuk memperkirakan produksi TBS kebun yang akan dihasilkan pada periode pemanenan tersebut yang dapat digunakan untuk memperkirakan produksi,

53 jumlah tenaga kerja panen dan alat pengangkutan yang dibutuhkan untuk mengangkut TBS. Pada saat melaksanakan magang penulis melakukan taksasi di Blok F 27. Berikut ini merupakan contoh perhitungan persentase kerapatan panen di Blok F 27 Divisi 2: Pokok sampel : 400 pokok Jumlah TBS matang : 131 tandan BJR : kg Total pokok produktif : pokok AKP Perkiraan produksi = Jumlah TBS Matang pokok sampel = 131/400 x 100% = 33% 100 % = AKP x BJR x Total pokok produktif = 0.33 x x = kg (25.5 ton) Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperkirakan produksi yang keluar dari Blok F27 adalah 25.5 ton. Dengan demikian jumlah truk yang dibutuhkan jika kemampuan rata-rata angkut buah 8 ton TBS per tripnya adalah 3 truk (3 trip). Kriteria matang panen. Kriteria matang panen yang diterapkan di Divisi 2 GSE yaitu apabila terdapat lima brondolan atau lebih yang jatuh di piringan, maka tandan harus dipanen. Pada saat magang penulis melakukan pengamatan mengenai kualitas potong buah di Divisi 2. Hasil pengamatan kualitas potong buah di Divisi 2 GSE terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Divisi 2 Gunung Sari,Estate Total Buah Hasil Panen (TBS) Buah Hasil Panen (%) Man- TBS Unripe Ripe Bunch ripe Ripe Bunch Under Empty Un- Under Empty doran Ripe Ripe Sampel...(TBS)......(%)... A B C Total Rata rata Sumber: Hasil Pengamatan (Maret, 2011) 39

54 40 Sistem panen dan tenaga kerja pemanen. Sistem panen yang berlaku di Divisi 2 GSE adalah sistem hanca giring tetap per mandoran. Setiap pemanen mempunyai hanca yang tetap. Pembagian hanca dilakukan oleh mandor panen setelah apel pagi. Sistem hanca tetap dapat berubah menjadi sistem giring bergantung pada jumlah pemanen, keadaan hanca, kerapatan TBS, dan luas hanca sisa panen. Komponen kebutuhan tenaga kerja dihitung dari luasan areal panen dalam satu divisi, kemampuan rata-rata pemanen per hari, dan rotasi atau pusingan panen yang digunakan. Kemampuan rata-rata pemanen mengacu pada kegiatan panen selama satu hari kerja atau setara dengan 7 jam. Berikut ini adalah contoh perhitungan tenaga kerja panen yang ada di Divisi 2: Luasa areal panen = 990 ha Kemampuan pemanen = 3.8 ha Seksi panen = 6/7 Kebutuhan tenaga panen = Luas areal panen Seksi panen x kemampuan panen = 990 ha 6 seksi x 3.8 ha /hari /pemanen = 44 pemanen per hari Berdasarkan perhitungan di atas, tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan adalah 44 orang. Akan tetapi jumlah tenaga pemanen yang ada di Divisi 2 saat bulan Mei adalah 41 orang. Hal ini menunjukkan tenaga panen efektif untuk setiap harinya belum terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, mandor mengambil kebijakan dengan memerintahkan pemanen yang sudah tuntas hancanya agar membantu pemanen lain yang belum tuntas. Keputusan ini berjalan efektif karena pemanen termotivasi dengan adanya premi lebih basis borong. Rotasi panen. Rotasi panen adalah selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Gunung Sari Estate memiliki sistem rotasi 6/7, artinya rotasi yang memiliki waktu panen enam hari dalam satu minggu sehingga dalam satu bulan terdapat empat kali panen pada blok yang sama. Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen di Divisi 2 diawali dengan apel pagi yang diikuti oleh mandor panen, krani panen, dan pemanen. Pada apel pagi

55 tersebut dilakukan pengabsenan pemanen, pengarahan untuk panen hari itu, evaluasi hasil kerja hari sebelumnya, dan terakhir dilakukan pembagian hanca panen. Setelah apel pagi, pemanen langsung menuju hancanya untuk melakukan panen. Sistem panen yang berlaku di Divisi 2 adalah menggunakan BHS by DOL 2 (Block Harvesting System by Division on Labour), yaitu terdiri atas pemanen (cutter) dan pembrondol (picker). Pemanen bertugas menurunkan buah, menyusun pelepah, dan mengangkut TBS ke TPH. Pembrondol bertugas untuk mengutip brondolan dan mengangkut brondolan ke TPH. Standar operasional prosedur pemanenan di Divisi 2 adalah pertama memotong pelepah yang menyangga tandan, kemudian pelepah tersebut disusun di gawangan mati. Pemotongan pelepah yang menyangga tandan dilakukan rapat ke pokok. Hal tersebut bertujan agar tidak ada buah yang tersangkut pada ketiak pelepah di kemudian hari. Pelepah yang telah terpotong disusun di gawangan mati membentuk huruf I atau huruf U (U shape frond stacking). Setelah pelepah penyangga dipotong, tandan kemudian dipanen dengan menggunakan eggrek. Tandan yang sudah terpanen dipotong gagang panjangnya di piringan atau di TPH dan potongannya dibuang di gawangan mati. TBS yang mempunyai gagang panjang dipotong serapat mungkin dengan buah, tetapi tidak sampai melukai atau menyebabkan terpotongnya brondolan atau terikut ke gagang panjang. Selama menjadi pendamping mandor penulis mengamati hasil losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pengamatan Losses Brondolan Akibat Pemotongan Gagang,Panjang di Divisi 2 Gunung Sari Estate Mandoran Jumlah TPH Losses Brondolan (buah) Jumlah TBS (tandan) 41 Brondolan/TBS A B C Total Rata-rata 0.45 Sumber: Hasil Pengamatan (2011)

56 Selesai pemotongan gagang panjang TBS, pemanen dan pembrondol mengumpulkan buah dan brondolan di TPH. Tandan disusun dengan gagang menghadap ke atas arah jalan. Pemanen membuat catatan jumlah TBS dan jumlah karung brondolan. Pencatatan jumlah TBS harus berdasarkan tiap TPH yang diisi pada panen hari itu untuk memudahkan pengontrolan pengangkutan. Disamping itu juga digunakan sistem KKP (Kelompok Kecil Pemanen) yang bertujuan untuk saling membantu menyelesaikan hanca antar pemanen, bila ada pemanen yang berhalangan hadir. Satu KKP biasanya terdiri atas tiga sampai empat orang pemanen. Pada saat melaksanakan magang penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas kutip brondolan berdasarkan KKP di piringan, pokok dan pasar rintis. Format pemeriksaan hancak dan mutu buah di TPH dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil pengamatan kualitas kutip brondolan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan Brondolan Tinggal Persentase Brondolan Tinggal KKP Piringan Rintis an kok Rintis Pasar Total Piring- Po- Pasar Pokok...(buah)......(%)... KKP KKP KKP KKP KKP KKP Ratarata Sumber: Hasil Pengamatan (April, 2011) Gunung Sari Estate menetapkan standar brondolan tertinggal 2 buah brondolan per TBS. Standar brondolan tertinggal ini bertujuan untuk meminimalisasi losses. Penulis juga melakukan pengamatan brondolan tinggal per pokok berdasarkan jumlah pembrondol (picker) dalam KKP. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 9. 42

57 43 Tabel 9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen Pembrondol Jml Tinggal (%) Brondolan Brondolan Tinggal Jumlah Total Pokok dalam Piringan Pokok Pasar TBS Per Per Panen KKP Rintis TBS Pokok...(buah)......(%)... KKP KKP KKP KKP KKP KKP Total Rata Rata Sumber: Hasil Pengamatan (April, 2011) Standar buah matang tidak dipanen di Gunung Sari Estate adalah 0 %. Pada saat melaksanakan magang, penulis melakukan pengamatan terhadap jumlah TBS tidak terpanen. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 10. KKP Tabel 10. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Divisi 2 Gunung Sari Estate Total TBS Dipanen Buah Matang Tidak Dipanen % Buah Matang Tidak Dipanen...(TBS)... KKP KKP KKP KKP KKP KKP Total Rata-rata/ KKP Sumber: Hasil pengamatan (April, 2011) Pengawasan panen. Pengawasan panen di GSE terdiri atas pengawasan harian dan bulanan. Pengawasan harian dilakukan oleh krani panen, mandor panen, mandor 1, asisiten, dan manager. Pengawasan bulanan dilakukan oleh staf quality control (QC) dari kantor general manager (GM) yang didampingi oleh mandor atau asisten kebun.

58 Sistem upah dan denda panen. Di GSE ada dua jenis basis panen yang diterapkan yaitu siap borong dan basis borong. Siap borong adalah jumlah tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja (7 jam) oleh setiap pemanen. Basis borong adalah batas minimal TBS yang harus diperoleh seorang pemanen dalam satu hari kerjanya. Basis borong berbeda-beda menurut tahun tanam (umur tanaman), berat janjang rata-rata (BJR), dan jumlah jam kerja. Selisih antara siap borong dan basis borong adalah premi bagi pemanen. Apabila pemanen mampu mencapai basis tugas pada hari itu, maka selain mendapat premi TBS pemanen juga mendapat premi tambahan. Premi panen adalah suatu insentif atau penghargaan yang diberikan perusahaan bagi pemanen yang telah melakukan tugas dengan baik sesuai dengan ketentuan perusahaan, premi yang diberikan kepada pemanen adalah premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi basis borong dinyatakan dalam Rp/HK. Ketentuan basis borong dan lebih borong yang berlaku di GSE dapat terlihat pada Tabel 11. Div Tabel 11. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Sari Estate TT BJR Mei 2010 BB (Jjg) Premi LB (Rp/Jjg) 44 Kutip 2010/2011 Brondolan Basis Borong Premi Siap Borong BB Premi (kg/ LB P 0 P 1 P 2 P 0 P 1 P 2 HK) (Rp/kg)...Jjg......Rp Keterangan : BB = Basis Borong P0 = Basis Borong 0 P1 = Basis Borong 1 P2 = Basis Borong 2 Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011) Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen mendapat jumlah janjang panen yang lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi lebih borong dinyatakan dalam

59 45 Rp/janjang. Pemberian premi panen bertujuan memotivasi pemanen untuk memperoleh hasil yang tinggi sesuai dengan tata tertib panen. Pada tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1996 untuk mencapai P0, P1, dan P2 berturut-turut dibutuhkan 105, 120, dan 135 janjang. Untuk premi basis borongnya bila mencapai P0 adalah sebesar Rp 2 000,-, mencapai P1 sebesar Rp 4 000,-, dan mencapai P2 sebesar Rp 7 500,- sehingga total bila pemanen mencapai basis P2 adalah sebesar Rp ,-. Untuk pembrondol basis borongnya adalah 225 kg (Rp 100,-/kg). Contoh perhitungan premi: Seorang pemanen mendapatkan TBS sebanyak 150 janjang, panen dilaksanakan di blok E 28 dengan tahun tanam 1996 pada hari Selasa, premi lebih borong Rp 350,-/janjang, premi basis borong untuk P2 sebesar Rp ,-. Maka premi yang didapatkan pemanen pada hari tersebut adalah: Premi = Total janjang P 2 = 150 janjang 135 janjang = 15 janjang Pemanen mendapatkan premi basis borong 15 janjang x Rp 350/janjang = Rp 5 250,-. Total pemanen tersebut mendapatkan premi yaitu Rp 5 250,- + Rp ,-. = Rp ,-. Denda merupakan sanksi yang diberikan kepada pemanen akibat tindakan yang tidak memenuhi ketentuan yang telah disepakati. Pada saat penulis melaksanakan magang peraturan denda yang sering dikenakan pada pemanen adalah bila pemanen memanen buah mentah dan adanya buah tinggal, dendanya yaitu Rp 5 000,-/janjang. Administrasi panen. Administrasi panen sangat penting bagi perusahaan. Kegiatan administrasi panen meliputi kegiatan merekapitulasi hasil panen setiap harinya, yaitu merekap jumlah TBS dan brondolan yang dipanen beserta administrasi pengangkutannya. Selain itu, juga dihitung jumlah tenaga kerja yang digunakan beserta upah yang harus dibayar oleh perusahaan. Kegiatan pemanenan di lapangan setiap hari berlangsung hingga pukul WITA. Pada pukul pemanen diharapkan sudah mencapai basis dan menyelesaikan hancaknya serta melapor ke mandor panen. Akan tetapi bila belum

60 46 selesai, pemanen tersebut diharuskan untuk mencapai basis dan menyelesaikan hancaknya. Mandor panen bertugas untuk membuat taksasi potong buah dan buku kegiatan mandor (BKM). Buku kegiatan mandor berisi laporan daftar hadir pemanen dan luas blok yang dipanen. Laporan potong buah dan notes potong buah diisi oleh kerani panen. Laporan potong buah berisi laporan hasil masingmasing pemanen, yaitu berisi nomor pemanen, TBS dan karung brondolan yang berhasil dikumpulkan. Kemudian data tersebut direkap pada pay roll yang berisikan jumlah TBS dan brondolan panen pada hari itu, premi, dan denda. Kemudian laporan tersebut diserahkan ke kerani divisi untuk direkap dan dilaporkan ke kantor besar. Blanko rekapitulasi taksasi potong buah di Divisi 2 dapat dilihat pada Lampiran 8. Pengangkutan tandan buah segar. Faktor transportasi dalam pengelolaan panen kelapa sawit memiliki peran yang cukup penting. Pengangkutan TBS dan brondolan merupakan kegiatan penanganan hasil panen yang terdiri atas dua tahap, yaitu pengangkutan dari hanca ke TPH, dan pengangkutan dari TPH ke PKS. Pengangkutan dari hanca ke TPH dilakukan oleh pemanen (cutter), sedangkan pengangkutan TBS dan brondolan ke PKS dilakukan oleh bagian transportasi. Pengangkutan TBS bertujuan mengirimkan TBS dan brondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal pengiriman TBS secara tepat, sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas baik dan PKS berjalan secara optimal. Kegiatan transpor buah merupakan mata rantai dari tiga faktor yaitu panen, pengangkutan dan pengolahan. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. Efisiensi pengangkutan TBS akan tercapai apabila unit angkutan memuat TBS secara maksimal dengan waktu yang seefisien mungkin. Kegiatan pengangkutan harus terorganisasi dengan baik agar dapat berjalan dengan lancar. Pengangkutan TBS di Divisi 2 GSE dilakukan oleh mandor transpor, sopir dan pemuat yang bekerja sama dengan mandor dan krani panen. Mandor transpor bertugas mengawasi jalur pengangkutan hasil panen yang sudah ditentukan oleh krani panen. Krani panen bertugas mencatat jumlah buah dan memberitahu kepada krani transpor mengenai tempat hanca yang dipanen dan

61 berkoordinasi mengenai penempatan buah oleh pemanen. Dalam prakteknya di lapangan masih terjadi kelalaian oleh tenaga kerja maupun kondisi lapangan yang mengakibatkan buah tidak terangkut ke PKS di hari yang sama (buah restan). Kejadian buah restan di Divisi 2 GSE selama bulan Januari April 2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kejadian Buah Restan di Divisi 2 Gunung Sari Estate Bulan,,Januari Mei 2011 Restan Jml Hari Curah Bulan Bobot Buah Restan (kg) Jml Hari Restan (kg/ hari restan) Hujan (hari) Hujan (mm) Januari Februari Maret April Mei Sumber: Kantor Divisi 2 GSE (Mei, 2011) Pemuat dan sopir truk merupakan satu tim yang bertugas mengangkut TBS dan brondolan dari lapangan hingga sampai di PKS. Divisi 2 menggunakan dump truck sebagai unit pengangkutan. Dump truck tersebut berkapasitas antara 6 sampai 8 ton. Gambar pengangkutan TBS menggunakan dump truck dapat dilihat pada Gambar Gambar 9. Pengangkutan Tandan Buah Segar

62 48 Pengaturan unit pengangkutan di Divisi 2 diatur oleh mandor transpor dan dibagi sesuai dengan jalur yang terdapat di blok panen. Setiap pagi, mandor transpor melaksanakan apel pagi bersama para pemuat. Kegiatan apel pagi tersebut diisi dengan pengarahan dan evaluasi kerja para pemuat. Pada apel pagi juga dibagikan jalur dimana para pemuat harus bertanggung jawab untuk mengangkut hasil panen yang ada. Pemuat mulai melakukan pengangkutan setelah pembagian jalur selesai, yaitu dengan cara mendatangi TPH-TPH yang ada di jalurnya. Tempat penampungan hasil (TPH) yang didatangi untuk mengangkut TBS adalah TPH yang sudah dicek oleh krani panen. Krani panen menghitung jumlah buah dan brondolan yang ada di TPH, memisahkan buah mentah dan memotong gagang panjang (bila ada). Tandan buah segar dan brondolan yang memenuhi kriteria kemudian dimuat ke dalam truk oleh pemuat dengan menggunakan tojok besi serta karung untuk memuat brondolan di atas truk. Brondolan yang tercecer harus dikutip hingga bersih. Oleh karena itu, pemuat juga diharuskan membawa pengki untuk mengutip brondolan hingga bersih. Apabila truk telah penuh, truk menuju pos surat pengantar buah (SPB) untuk membuat SPB agar muatan dapat diantar ke pabrik untuk diolah. Sampai di PKS, truk bermuatan ditimbang, lalu truk menuju loading ramp untuk membongkar muatan dengan menuangkan (dump) langsung dari truk. Setelah selesai mengantar buah ke PKS, truk kembali melakukan kegiatan muat buah. Blanko surat pengantar buah dapat dilihat pada Lampiran 9. Administrasi pengangkutan. Pada kegiatan pengangkutan hasil panen di Gunung Sari Estate khususnya di Divisi 2, setelah truk pengangkut bermuatan penuh, truk menuju pos SPB untuk membuat SPB (Surat Pengantar Buah). Surat pengantar buah dibuat berdasarkan laporan dari krani panen mengenai jumlah janjang yang diangkut. Mandor transpor akan mengkonversikan jumlah janjang dan karung brondolan dari laporan krani panen ke dalam bobot TBS. Bobot TBS diperoleh dengan mengalikan jumlah janjang yang diangkut dengan BJR (Bobot Janjang Rata-rata). Setelah bon SPB terisi, bon tersebut diberikan kepada sopir pengangkut untuk diserahkan kepada pos timbangan di pabrik sebelum truk bisa mengeluarkan muatannya di loading ramp.

63 49 Aspek Manajerial Pendamping Mandor Karyawan yang ada di Gunung Sari Estate dibagi menjadi dua, yaitu karyawan staf dan non staf. Karyawan non staf terdiri atas mandor yang dibantu oleh krani divisi. Mandor bertugas untuk membantu jalannya kegiatan kebun, baik kegiatan teknis maupun administratif. Mandor memberikan pengarahan terhadap karyawan mengenai rencana kerja pada hari tersebut dalam check roll pagi. Karyawan berangkat ke ancaknya masing masing dengan kendaraan yang sudah ditentukan setelah diabsen oleh mandor. Pekerjaan dimulai pukul WITA dengan waktu istirahat antara pukul WITA. Jam kerja berakhir pukul WITA pada hari biasa dan pukul WITA pada hari jumat. Pendamping mandor 1. Mandor 1 adalah mandor yang membawahi seluruh mandor-mandor kegiatan. Di Divisi 2 GSE mandor 1 lebih fokus dalam pengawasan untuk kegiatan potong buah per kemandorannya, menjaga kualitas buah serta melakukan pengawasan untuk kegiatan administratif divisi. Setiap hari kerja mandor 1 mendampingi asisten memimpin check roll pagi pukul WITA. Mandor 1 menyusun rencana kerja harian sesuai arahan asisten divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor 1 adalah wajib melakukan check roll pagi setiap harinya, melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blok blok panen pada hari panen sebelumnya, memeriksa kebersihan pengutipan brondolan di TPH, mengawasi proses pengangkutan TBS ke PKS sampai dengan pengangkutan TBS yang terakhir, melakukan evaluasi atas laporan harian mandor panen, melakukan taksasi produksi, serta membuat rencana kerja harian. Mandor panen.tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti check roll pagi dengan asisten dan mandor 1, melaksanakan check roll pagi bersama karyawan untuk membagi ancak sekaligus mengabsen, melakukan pengecekan mutu buah dan ancak, mengecek apakah setiap pemanen telah mendapatkan basis borong dan menyelesaikan ancaknya. Apabila pemanen telah mendapatkan basis borong sementara ancak panen belum selesai, mandor panen mewajibkan pemanen untuk menyelesaikan ancaknya. Apabila pemanen sudah

64 50 menyelesaikan ancaknya, tetapi pemanen belum mendapatkan basis borong maka mandor panen akan menambahkan ancak untuk pemanen. Mandor panen melakukan kegiatan administrasi panen setiap hari. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh mandor adalah melakukan taksasi harian dan mengisi buku kegiatan mandor (BKM). Data yang disajikan haruslah akurat sebagai bahan untuk evaluasi kerja panen dan sebagai referensi atau bahan pertimbangan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dari masalah masalah yang terkait dengan masalah potong buah, alat bantu supervisi dan data pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran upah karyawan panen. Krani panen. Setiap hari krani panen mengikuti kegiatan check roll bersama asisten. Krani panen bertugas mencatat jumlah tandan buah dan brondolan yang telah terkumpul di TPH masing masing pemanen dan masing masing blok pertahun tanam dan mengisikannya dalam notes potong buah (NPB), memeriksa kualitas TBS (buah unripe, under ripe, ripe, over ripe, dan empty bunch) agar tidak terikut masuk ke pabrik. Krani panen berkoordinasi dengan mandor transpor dalam hal pengangkutan TBS dan berkoordinasi dengan mandor panen dalam hal kinerja pemanen di lapangan. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh krani panen adalah mengisi notes potong buah, notes buah pemanen dan pay roll. Notes buah atas nama pemanen berisi jumlah premi ataupun denda yang diterima oleh pemanen. Pay roll merupakan laporan yang berisi jumlah TBS dan premi yang diperoleh oleh pemanen sebagai laporan ke kantor besar. Penulis menjadi pendamping krani panen di tiga kemandoran selama empat hari. Mandor perawatan. Mandor perawatan diisi oleh dua orang mandor di Divisi 2 GSE. Mandor perawatan bertugas terhadap seluruh kegiatan perawatan. Tugas mandor perawatan adalah mengikuti check roll divisi untuk mendapatkan pengarahan mengenai pekerjaan perawatan bergantung keperluan. Mandor perawatan Divisi 2 GSE menangani perawatan jalan, tunas pasar dan aplikasi janjang kosong (JJK). Mandor perawatan bertugas memastikan jalan dapat dilalui oleh kendaraan angkut dalam evakuasi buah dan transportasi karyawan. Tugas sehari-harinya mandor rawat jalan melihat kondisi jalan yang dalam waktu dekat akan dilalui oleh alat transportasi dan melaporkan kepada asisten

65 51 apabila terdapat jalan yang tidak layak untuk dilalui untuk kemudian diperbaiki. Mandor perawatan juga mengamati kondisi jalan yang dinaungi oleh banyak pelepah kelapa sawit, bila banyak pelepah yang menaungi jalan maka mandor perawatan akan melaporkan kepada asisten. Tugas pengaplikasian janjang kosong secara khusus dilakukan oleh satu orang mandor. Tugas mandor janjang kosong adalah membuat surat perjanjian kerja (SPK) dengan karyawan borongan. Mandor JJK bertugas mengawasi pekerjaan karyawan borongan dan mengawasi pengangkutan JJK dari pabrik kelapa sawit (PKS) ke lahan Divisi 2 GSE. Kegiatan administrasi mandor perawatan adalah membuat rekapitulasi hasil pekerjaannya dan mengisi buku kegiatan mandor (BKM). Mandor pupuk. Mandor pupuk merupakan satu satunya mandor pupuk yang terdapat di GSE. Mandor pupuk bertanggung jawab mengawasi seluruh kegiatan pemupukan di ketiga divisi GSE. Tugas harian mandor pupuk adalah mengikuti check roll untuk mendapatkan pengarahan dari asisten dan mengetahui apakah pada hari tersebut akan ada pemupukan atau tidak serta mendapatkan masukan atas kegiatan pemupukan sebelumnya. Mandor meminta persetujuan asisten untuk mengeluarkan pupuk dari gudang untuk diaplikasian di lahan. Mandor pupuk juga bertugas mengawasi pekerjaan kenek pupuk yang mengangkut pupuk dari gudang ke lahan. Mandor pupuk membagi komposisi karyawan untuk tenaga penabur dan pemungut karung. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mandor pupuk dibantu oleh mandor perawatan dari Divisi 1 GSE sampai kegiatan selesai. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh mandor pupuk adalah kegiatan administratif harian, mingguan, dan bulanan yang meliputi buku kegiatan mandor (BKM), laporan rekapitulasi kegiatan harian dan bulanan mandor dan buku perkembangan realisasi pemupukan. Mandor Tim Semprot Kebun (TSK) dan mandor Micron Herbi Sprayer (MHS). Mandor Tim Semprot Kebun (TSK) dan mandor Micron Herbi Sprayer (MHS) merupakan salah satu mandor rayon yang terdapat di GSE. Mandor TSK dan MHS bertanggung jawab mengawasi seluruh kegiatan penyemprotan gulma di ketiga divisi GSE. Tugas harian mandor TSK adalah mengikuti check roll

66 52 untuk mendapatkan pengarahan dari asisten dan mengetahui apakah pada hari tersebut akan ada penyemprotan atau tidak serta mendapatkan masukan atas kegiatan penyemprotan sebelumnya. Mandor meminta persetujuan asisten untuk mengeluarkan bahan semprot dari gudang untuk diaplikasian di lahan. Mandor TSK dan MHS bertugas membagi area kerja (pengancakan) penyemprot, mengawasi pemakaian bahan aktif, melaporkan ke asisten jika ada alat yang rusak, dan mengawasi kinerja penyemprot. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh mandor TSK dan MHS adalah kegiatan administratif harian, mingguan, dan bulanan yang meliputi buku kegiatan mandor (BKM), laporan rekapitulasi kegiatan harian dan bulanan mandor dan buku perkembangan realisasi penyemprotan. Mandor transpor. Tugas dan tanggung jawab mandor transpor adalah mengikuti check roll pagi dengan asisten dan mandor 1, melaksanakan check roll pagi bersama karyawan untuk membagi blok atau daerah kerja sesuai dengan laporan mandor panen. Mandor transpor berkoordinasi dengan mandor traksi di kantor besar mengenai jumlah armada yang dibutuhkan untuk mengangkut TBS dari lahan ke blok. Mandor transpor juga berkoordinasi dengan krani panen dalam hal kesiapan TBS (jumlah TBS dan bloknya) untuk diangkut. Mandor transpor juga bertugas mengawasi kinerja kenek pengangkut TBS, mengawasi kebersihan jalur bekas pengangkutan TBS, dan mengawasi bila ada buah restan. Mandor transpor melakukan kegiatan administrasi panen setiap hari. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh mandor transpor adalah mengisi surat pengantar buah (SPB) dan mengisi buku kegiatan mandor (BKM). Data yang disajikan haruslah akurat sebagai bahan untuk evaluasi kerja transpor dan sebagai referensi atau bahan pertimbangan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dari masalah masalah yang terkait dengan pengangkutan buah, alat bantu supervisi dan data pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran upah kenek pengangkut TBS. Pendamping Asisten Asisten bertugas mengelola divisi baik secara teknis maupun administratif mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan, dan

67 53 evaluasi. Dalam melaksanakan tugas sehari-harinya asisten dibantu oleh mandor dalam teknis kegiatan di lapangan dan krani divisi dalam hal administrasi. Tujuan utama asisten divisi adalah produksi selain juga pemupukan, perawatan jalan, dan pengendalian gulma secara kimia dalam kegiatan perawatan. Asisten bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan di divisi baik teknis di kebun maupun keseharian karyawan. Asisten bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan operasional kebun selama 24 jam yang meliputi kegiatan di kebun maupun lingkungan masyarakat. Penulis menjalankan kegiatan sebagai pendamping asisten selama dua bulan dengan fokus lebih pada pengawasan dan koreksi terhadap kegiatan pemanenan. Penulis melakukan pengawasan kegiatan harian secara langsung dan memberikan koreksi langsung terhadap kualitas pekerjaan sesuai dengan pendoman kerja di GSE. Dalam kegiatan administrasi penulis tidak banyak diberi tanggung jawab. Penulis hanya membantu asisten dalam membuat rencana kerja harian dan bulanan.

68 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman menghasilkan, perlu dilakukan perencanaan panen yang rutin agar produksi yang dihasilkan sesuai dengan potensi produksi tanaman. Perencanaan panen dilakukan setiap tahun, semester, dan harian. Dasar perencanaan panen adalah potensi produksi. Penentuan target tahunan mengacu pada standar produksi yang berdasarkan pada umur tanaman dan kelas lahan. Data produksi selama beberapa tahun terakhir juga dijadikan dasar bagi penentuan target selama setahun. Target satu tahun didistribusikan pada bulan Januari Desember dan dikelompokkan antara semester 1 dan semester 2. Target semester disusun setiap enam bulan. Untuk menetapkan target per semester dilakukan sensus buah dan bunga. Produksi TBS ditentukan oleh jumlah bunga yang kemudian berkembang menjadi buah. Proses perkembangan dari bunga menjadi buah membutuhkan waktu sekitar 5-6 bulan. Dengan menghitung jumlah TBS dapat diketahui produksi untuk enam bulan ke depan. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10-15% pokok sampel dari jumlah pokok produktif berdasarkan tahun tanam masing-masing divisi. Pengamatan dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Desember dan Juni. Berdasarkan pada Tabel 5 terlihat bahwa Divisi 2 rata rata mampu mencapai potensi produksi kecuali pada bulan Februari, yang hanya mencapai 92.27% dari potensi produksi yaitu kg. Tidak tercapainya potensi produksi diakibatkan oleh seringnya pemanen tidak dapat menyelesaikan hancaknya atau tidak mencapai basis pada hari panen. Disamping itu jumlah hari kerja (HK) pada bulan Februari cukup rendah dibanding bulan lain yaitu HK dengan jumlah HK siap borongnya kg/hk. Tidak tercapainya potensi produksi pada bulan Februari juga dapat diakibatkan oleh rendahnya persentase kematangan buah. Rendahnya persentase kematangan buah diakibatkan oleh rendahnya curah hujan pada bulan Februari, yaitu 53 mm dengan jumlah hari hujan 13 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.

69 Tabel 13. Jumlah Hari Kerja (HK), Jumlah Pemanen, Rotasi, dan Curah,Hujan di Divisi 2 pada Bulan Januari - Mei 2011 Bulan Luas (ha) Jumlah HK HK Kerja HK Siap Borong Kapasitas Pemanen (kg TBS/HK) Jml Pemanen Rotasi Jml hari hujan (hari) Curah Hujan (mm) Jan Feb Mar April Mei Sumber: Kantor Besar GSE (2011) Tidak selesainya hancak pada hari panen menyebabkan rotasi menjadi terlambat. Rotasi panen pada bulan Februari belum mencapai standar yakni rotasi 6/7 atau minimal 4 kali dipanen pada satu bulan. Rotasi panen pada bulan Februari termasuk terlambat yaitu Kurangnya tenaga pemanen mengakibatkan tidak optimalnya penggalian potensi produksi. Pada bulan Februari jumlah tenaga pemanen yang tercatat di Divisi 2 adalah 39 orang sementara standar jumlah pemanen di Divisi 2 adalah 44 orang, sehingga masih kekurangan 5 orang tenaga pemanen. Dengan menambah tenaga pemanen diharapkan mampu meningkatkan efisiensi untuk mencapai potensi produksi yang telah ditetapkan. Menurut Lubis (2008) keberhasilan dalam pencapaian produksi sangat dipengaruhi oleh bahan tanam yang digunakan, tenaga panen dengan kapasitas kerjanya, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya yakni keadaan areal dan organisasi yang efektif. Kurangnya tenaga kerja pemanen akan mengakibatkan panen tidak tuntas karena luas areal panen melebihi kemampuan rata-rata pemanen. Rotasi panen juga menjadi tinggi akibat pengulangan panen pada hanca yang belum tuntas akibatnya jumlah buah lewat matang bertambah dan berpotensi menjadi kehilangan produksi. Kriteria Matang Panen Penentuan kriteria matang panen sangat penting dilakukan, agar pemanen memotong tandan buah yang tepat. Secara teori, tandan buah yang ideal untuk dipanen adalah pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin. 55

70 Kriteria matang panen di Divisi 2 mengikuti Minimum Ripeness Standard (MRS) atau kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu sekurang-kurangnya terdapat lima brondolan per janjang di piringan sebelum panen. Kriteria matang panen yang berlaku di Divisi 2 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Standar Kematangan (Ripeness Standard) Buah Jenis Buah Kriteria Batas Toleransi Unripe (Mentah) 0-4 brondolan lepas/ janjang 0% Under Ripe (Kurang Matang) 5-9 brondolan lepas/ janjang < 5% Ripe (Matang) 10 brondolan lepas/ janjang > 95% Empty Bunch(Janjang Kosong) > 95 % brondolan lepas/ janjang 0% Longstalk (Gagang panjang) panjang gagang > 5 cm 0% Old Bunch (Buah Restan) Lebih dari 48 jam 0% Sumber: Manual Referensi Agronomi Minamas Plantation Indonesia (2008) Tujuan penerapan kriteria matang buah adalah agar diperoleh tandan buah segar (TBS) yang layak olah dengan kandungan ALB serendah mungkin. Kandungan asam lemak bebas (ALB) buah juga dipengaruhi oleh kualitas buah saat dipanen. Oleh karena itu terdapat kriteria matang panen yang dibedakan menjadi beberapa fraksi. Pada setiap tingkatan fraksi kematangan buah memiliki rendemen minyak dan kandungan ALB yang berbeda, seperti yang disajikan pada Tabel Tabel 15. Rendemen Minyak dengan Kadar ALB Menurut Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar (TBS) Fraksi Buah Rendemen Minyak Kadar Asam Lemak Bebas...(%) Sumber: Lubis (2008)

71 57 Dari Tabel 15, panen pada fraksi 0 akan merugikan karena rendemen minyaknya masih rendah, sedangkan pada fraksi 4 dan 5 juga merugikan karena memiliki kadar ALB yang tinggi. Pada saat menjadi pendamping krani panen, penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas potong buah di Divisi 2. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Dari hasil pengamatan kualitas potong buah di Divisi 2, total buah unripe yang dipanen adalah 0.7 %, buah under ripe 2.33 %, buah ripe %, dan buah empty bunch 8.9 %. Pemanenan buah unripe merupakan salah satu sumber losses. Persentase pemanenan buah unripe di atas standar, hal ini terjadi karena sebagian pemanen kurang memahami instruksi mandor mengenai buah yang boleh dipanen dan terkadang untuk memenuhi basis, pemanen memanen buah unripe. Oleh karena itu, perlu diberikan peraturan yang jelas bagi pemanen supaya tidak terjadi pemanenan buah mentah yang merugikan perusahaan. Kualitas TBS hasil panen yang baik yaitu pada fraksi 2 dan 3 (buah ripe). Persentase buah ripe masih di bawah standar yaitu 88.11, sementara persentase empty bunch tinggi yaitu Tingginya persentase empty bunch yang dipanen menunjukkan bahwa rotasi panen yang dilakukan terlambat. Terlambatnya rotasi panen disebabkan oleh banyaknya tenaga pemanen yang tidak masuk kerja, banyaknya libur, atau karena cuaca yang buruk. Pemanenan buah empty bunch akan merugikan perusahaan berdasarkan kandungan minyak serta kandungan ALBnya. Kualitas Tenaga Kerja Pemanen Tenaga kerja pemanen yang terdaftar di Divisi 2 Gunung Sari Estate pada bulan Mei tahun 2011 adalah 83 orang (41 cutter dan 42 picker). Pengontrolan tenaga kerja pemanen perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas kerja pemanen apakah sudah sesuai dengan Standar Operasional Procedure (SOP) panen yang ditetapkan oleh perusahaan dan agar produksi yang terealisasi dapat sesuai dengan rencana tahunan kebun. Pengontrolan tenaga kerja panen dilakukan dengan mengamati kualitas dan kuantitas kerja pemanen. Pengamatan kualitas kerja pemanen yang dilakukan penulis yaitu pengamatan persentase buah matang tidak

72 58 dipanen. Pengamatan dilakukan dengan mengambil dua kelompok kecil pemanen (KKP) dari setiap mandoran. Pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa persentase buah matang tidak dipanen masih di atas standar yang ditetapkan oleh Gunung Sari Estate yaitu 2.46 % per KKP. Standar buah matang tidak dipanen di Gunung Sari Estate adalah 0 %. Tingginya persentase buah matang tidak dipanen disebabkan oleh kelalaian pemanen, pemanen kadang kurang teliti dalam melihat buah matang di pokok. Faktor lain yang mempengaruhi adalah keadaan pokok dan keadaan areal. Pada pokok yang tunasannya tidak baik, brondolan buah biasanya tersangkut di pelepah sehingga pemanen akan kesulitan dalam menentukan kematangan buah tersebut. Keadaan areal yang berpalung akan menyulitkan pemanen dalam memanen buah. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah brondolan yang terbuang akibat pemotongan gagang panjang adalah 0.45 brondolan per TBS. Persentasenya memang tidak terlalu besar tapi ini merupakan sumber losses dan perlu diwaspadai. Menurut Pahan (2008) produksi yang maksimal hanya dapat dicapai jika losses produksi minimal. Oleh karena itu perlu ditingkatkan keterampilan pemanen dan pengontrolan oleh mandor panen dalam memotong gangang panjang. Dari Tabel 8 terlihat bahwa persentase brondolan tinggal di piringan paling tinggi yaitu %. Tingginya persentase brondolan tinggal di piringan disebabkan oleh kelalaian pembrondol dan kondisi piringan kurang baik yaitu banyak ditumbuhi gulma sehingga menyulitkan pembrondol dalam mengutip brondolan. Persentase buah tinggal di pokok juga tinggi yaitu %. Brondolan tinggal di pokok disebabkan oleh kelalaian pemanen (cutter). Pemanen tidak mengutip brondolan yang tertinggal di bawah janjang panen dan brondolan yang tercecer akibat penggancuan dan pengangkutan mamakai angkong. Dari hasil pengamatan pada Tabel 9 brondolan yang tertinggal per TBS masih di atas standar yang ditetapkan di Gunung Sari Estate yaitu 2.55 % artinya terdapat 2.55 brondolan per TBS. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pengawasan panen untuk meminimalkan kehilangan panen.

73 59 Penanganan Pasca Panen Pengelolaan hasil panen secepat mungkin bertujuan agar diperoleh minyak dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi. Buah restan adalah buah yang tidak sempat dibawa ke pabrik pada hari itu juga yang disebabkan oleh jumlah kendaraan kurang atau karena jalan rusak sehingga tidak bisa dilalui. Secara umum, pada musim penghujan, produksi meningkat, tetapi jalan mengalami banyak kerusakan sehingga menyebabkan tingginya jumlah buah restan. Buah yang telah selesai dipanen harus diangkut segera ke pabrik. Kejadian buah restan di Divisi 2 GSE selama bulan Januari April 2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Kejadian buah restan terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 9 kali dengan rata-rata kg/ hari restan. Faktor utama penyebab terjadinya buah restan pada bulan Januari adalah tingginya curah hujan yang menyebabkan jalan rusak sehingga tidak bisa dilalui oleh truk pengangkut buah. Faktor lain penyebab terjadinya buah restan adalah kurangnya truk pengangkut buah dan kenek tukang angkut buah. Sementara untuk kg/ hari restan paling tinggi adalah di bulan April yaitu kg/ hari restan. Keterlambatan pengangkutan TBS ke PKS (restan) akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir. Semakin lama TBS menginap di lapangan akan menurunkan rendemen minyak dan meningkatkan kadar ALB. Pengaruh Keterlambatan pengangkutan TBS ke PKS terhadap kualitas TBS dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rendemen dan ALB dari TBS yang Menginap di Lapangan Lama Menginap (hari) Rendemen Minyak (%) ALB (%) Sumber: Lubis (2008) Untuk menuntaskan panen satu hari, terkadang pemanen membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga pengangkutan harus dilaksanakan hingga malam. Proses pengangkutan buah pada malam hari tidak dapat berjalan efektif karena kendala waktu dan tenaga tukang muat. Hal ini menyebabkan buah tidak

74 60 habis pada hari tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka mandor panen harus memastikan bahwa pemanen yang telah selesai panen tidak langsung pulang namun terlebih dahulu membantu pemanen lain yang belum menuntaskan ancak panennya.

75 62 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang yang berlangsung di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Kabupaten Tanah Bumbu selama 4 bulan memberikan banyak manfaat bagi penulis. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan teknis mengenai pengelolaan kelapa sawit. Selama menjadi pendamping mandor dan asisten, penulis dapat mempelajari manajemen perusahaan dalam mengelola tanaman dan karyawan harian. Secara umum, pengelolaan panen di Gunung Sari Estate sudah cukup baik dilihat dari nilai pemotongan gagang panjang, organisasi panen, dan manajemen pengangkutan. Akan tetapi kualitas panen di Divisi 2 GSE belum seluruhnya memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Mutu buah hasil panen di Divisi 2 masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil pengamatan mutu buah panen di Divisi 2 masih terdapat buah mentah sebanyak 0.7 % (standar 0 %), buah ripe % (standar >95 %), dan buah empty bunch 8.9 % (standar 0 %). Losses TBS dan brondolan kelapa sawit di Divisi 2 masih tergolong di atas standar yang ditetapkan perusahaan. Pengamatan TBS tinggal didapatkan hasil 2.46 % per KKP dan brondolan tinggal 2.55 % per TBS. Hasil pengamatan losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang diperoleh hasil 0.45 brondolan/ TBS. Hasil pengamatan kualitas kutip brondolan didapatkan hasil persentase brondolan tinggal di piringan paling tinggi % dan di pokok %. Saran Perlu disusun strategi untuk meningkatkan kinerja panen di Divisi 2 GSE yang meliputi normalisasi rotasi panen untuk menjaga mutu dan kualitas panen, pengawasan terhadap kinerja pemanen dan peraturan denda perlu ditingkatkan. Pembersihan piringan sebaiknya dilakukan untuk memudahkan pemanen mengutip brondolan. Disarankan untuk dilakukan pelatihan untuk melatih keterampilan pemanen dalam memotong gangang panjang untuk meminimalisasi losses.

76 62 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Statistik Kelapa Sawit Indonesia Badan Pusat Statistik. Jakarta. 85 hal. Fauzi, Y, E.W. Yustina, S. Iman, dan H. Rudi Kelapa Sawit: Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A. U Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Medan. 362 hal Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Minamas Plantation Indonesia Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Standar Operating Procedure Manual Agronomic Practice). Minamas Plantation. Jakarta. 738 hal. Pahan, I Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Pardamean, M Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 226 hal. Sastrosayono, S Budi Daya Kelapa Sawit. PTAgromedia Pustaka. Jakarta. 66 Hal. Setyamidjaja, D Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Sunarko, Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.

77 LAMPIRAN 62

78 Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (satuan/hk) Penulis Karyawan Standar Lokasi 14/02/2011 Tiba di PT. LSI Mess Angsana 15/02/2011 Libur Maulid Nabi Rumah Staf 16/02/2011 Orientasi di Divisi 2 GSE Kantor Divisi 2 17/02/2011 Pemanenan 15 jjg 100 jjg 135 Jjg Blok E28-E27 18/02/2011 Pemanenan 25 jjg 126 jjg 126 Jjg Blok E19-E20 19/02/2011 Pemanenan 30 jjg 135 jjg 126 Jjg Blok G21 20/02/2011 Libur /02/2011 Semprot Gawangan (TSK) 1 ha 4 ha 3 ha Blok F25 22/02/2011 Kutip Brondolan 150 kg 350 kg 225 kg Blok H20-H21 23/02/2011 Kutip Brondolan 225 kg 250 kg 225 kg Blok H19-H20 24/02/2011 Leaf Sampling Unit (LSU) 30 ha 30 ha 30 ha Blok E24-E25 25/02/2011 Aplikasi JJK 2.5 ton 7 ton 5 ton Blok E19 26/02/2011 Rawat Jalan 5 m 5 m - Blok E19-E18 27/02/2011 Libur /02/2011 Dongkel Anak Kayu (DAK) 1 ha 2 ha - Blok I22 01/03/2011 Rawat Jalan 5 m 5 m 5 m Blok G19 02/03/2011 Semprot Piringan (MHS) 1 ha 5 ha 5 ha Divisi 1 03/03/2011 Rawat Jalan 10 m 10 m - Blok F25 04/03/2011 Rawat Jalan 8 m 8 m - Blok F 26 05/03/2011 Libur Nyepi /03/2011 Libur /03/2011 Pemanenan 39 jjg 135 jjg 135 Jjg Blok F13-F14 08/03/2011 Dongkel Anak Kayu (DAK) 1 ha 2 ha - Blok H22 09/03/2011 Tunas Jalan 120 m 120 m - Blok F27 10/03/2011 Tunas Jalan 120 m 120 m - Blok F27 11/03/2011 Dongkel Anak Kayu (DAK) 1 ha 2 ha - Blok G22 12/03/2011 Semprot Gawangan (TSK) 1 ha 5 ha 5 ha Blok G22 13/03/2011 Libur /03/2011 Semprot Gawangan (TSK) 1 ha 5 ha 5 ha Blok F21-F22 64

79 Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan 65 Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Jumlah HK yang Diawasi (orang) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 15/03/2011 Pengawasan MHS Blok E /03/2011 Pengawasan Pemanenan Blok F27 17/03/2011 Pengawasan Pemanenan Blok F28 18/03/2011 Aplikasi POME Blok H20 19/03/2011 Pengawasan Pemanenan Blok F25 20/03/2011 Libur /03/2011 Cek Mutu Buah (Krani panen) Blok E /03/2011 Cek Mutu Buah (Krani panen) Blok BG18 23/03/2011 Cek Mutu Buah (Krani panen) Blok G21 24/03/2011 Cek Mutu Buah (Krani panen) Blok H21 25/03/2011 Pengendalian Hama Blok E20-E21 26/03/2011 Pengawasan Pemanenan Blok F26 27/03/2011 Libur /03/2011 Pengawasan Pemupukan Blok E /03/2011 Pengawasan Pemanenan Blok E23 30/03/2011 Pengawasan Rawat Jalan 3-7 AMF 31/03/2011 Pengawasan Aplikasi JJK 11-7 Blok E21 01/04/2011 Pengawasan Pemupukan Blok E19-E20 02/04/2011 Pengawasan Pemupukan Blok E20-E24 03/04/2011 Libur /04/2011 Pengawasan Pemupukan Blok E24-E26 05/04/2011 Sensus Jembatan Blok E24-E28 06/04/2011 Sensus Jembatan Blok E18-E23 07/04/2011 Pengawasan Pemupukan 20-5 Blok E24-E28 08/04/2011 Pengawasan Pemupukan 22-7 Blok F28-E27 09/04/2011 Pembuatan Nama Pemanen K. Divisi 2 10/04/2011 Libur /04/2011 Pembuatan Nama Pemanen K. Divisi 2 12/04/2011 Pengawasan MHS I21 13/04/2011 Simulasi LSU Blok B /04/2011 Administrasi Divisi K. Divisi 2

80 Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan 66 Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang diawasi (ha) Jumlah HK yang Diawasi (orang) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 15/04/2011 Pengawasan Pengambilan LSU Blok E21-E23 16/04/2011 Rawat Jalan 4-7 Blok H20 17/04/2011 Libur /04/2011 Administrasi Kebun K. Divisi 2 19/04/2011 Administrasi Kebun K. Divisi 2 20/04/2011 Administrasi Kebun K. Divisi 2 21/04/2011 Administrasi Kebun K. Divisi 2 22/04/2011 Libur Paskah /04/2011 Pemasangan Tanda K Jembatan Div 2 24/04/2011 Libur /04/2011 Pengawasan Pemupukan Blok E40-E41 26/04/2011 Pemasangan Nama Pemanen Blok F28-F24 27/04/2011 Pembuatan Nama Pemanen K. Divisi 2 28/04/2011 Supervisi Dosen K. Besar GSE 29/04/2011 Pengawan TSK I22 30/04/2011 Meeting Asisten dan Mandor K. Divisi 2 01/05/2011 Libur /05/2011 Administrasi Kebun K. Divisi 2 03/05/2011 Pengawasan Pupuk Gudang Sentral 04/05/2011 Pemasangan Nama Pemanen Blok F28-F24 05/05/2011 Pemasangan Nama Pemanen Blok E28-E27 06/05/2011 Pembuatan Tanda K Traksi GSE 07/05/2011 Pemasangan Tanda K Jembatan div 2 08/05/2011 Libur /05/2011 Pengarahan Kepada Pemanen Blok G21-G22 10/05/2011 Pengawasan MHS Blok F25-F26 11/05/2011 Pengawasan Pemanenan Blok G21-G22 12/05/2011 Pengawasan Pemanenan Blok F24-F23 13/05/2011 Pengawasan Pemanenan Blok E28-E24 14/05/2011 Pengawasan Pemanenan Blok G20-G21 15/05/2011 Admnistrasi Kantor Besar K. Besar GSE 16/05/2011 Libur /05/2011 Libur /05/2011 Pengawasan Kenek 3-5 Blok I21-I22

81 67 Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal 19/05/2011 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang diawasi (ha) Jumlah HK yang Diawasi (orang) Lama Kegiatan (jam) Lokasi Percobaan Pengendalian Kentosan Blok F22-F21 20/05/2011 Administrasi Kantor Besar K. Besar GSE 21/05/2011 Pengawasan Pemanenan Blok F26-F24 22/05/2011 Libur /05/2011 Orientasi di PKS Angsana PKS Angsana 24/05/2011 Orientasi di PKS Angsana PKS Angsana 25/05/2011 Administrasi Kantor Divisi K. Divisi 2 26/05/2011 Pengeceran Antigonon 2 MR - Divisi 2 27/05/2011 Pengawasan Pemanenan Blok H18 28/05/2011 Administrasi Kantor Besar K. Besar GSE 29/05/2011 Libur /05/2011 Administrasi Kantor Divisi K. Divisi 2 31/05/2011 Administrasi Kantor Divisi K. Divisi 2 01/06/2011 Pembuatan Laporan K. Divisi 2 02/06/2011 Pembuatan Laporan K. Divisi 2 03/06/2011 Pengecetan Batas Blok Traksi Lama 04/06/2011 Pengecetan Batas Blok Traksi Lama 05/06/2011 Libur /06/2011 Pengambilan Data K. Besar GSE 07/06/2011 Pembuatan Laporan K. Divisi 2 08/06/2011 Pembuatan Laporan K. Divisi 2 09/06/2011 Pengambilan data K. Besar GSE 10/06/2011 Perbaikan Laporan K. Divisi 2 11/06/2011 Perbaikan Laporan K. Divisi 2 12/06/2011 Libur /06/2011 Administrasi Kantor Divisi K. Divisi 2

82 67 Lampiran 4. Peta Wilayah Gunung Sari Estate Keterangan: Batas Kebun Batas Afdeling 69

83 67 Lampiran 5. Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Sari Estate Tahun Bulan Rata rata HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Total Ratarata BB BK Keterangan: CH : curah hujan Q = Rataan BK (2.22)/Rataan BB (8.66) 100% = 25,64 % HH : hari hujan Berdasarkan klasifikasi Schimidth-Ferguson BB : bulan basah (>100 mm) Termasuk tipe iklim B (Basah) BK : bulan kering (<60 mm) Tipe Iklim A= 0.5% - 14%, iklim B= 14.3% % Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011) 69

84 Lampiran 6. Struktur Organisasi di Gunung Sari Estate Tahun 2011 Senior Asisten/ Asisten Div 2 Kepala Bangunan Kepala Bengkel Mandor Traksi Krani Traksi Mandor Panen Mandor Perawatan Asisten Divisi 1 Mandor 1 Estate Manager Mandor Transport Kepala Gudang Karyawan Gudang Asisten Divisi 3 Karyawan Administrasi Mandor Traksi Ka.Administrasi/ Kasie Kepala Poliklinik Mantri/ Perawat Krani Divisi Pembantu Krani Kepala Keamanan Satpam 70

85 Lampiran 7. Format Pemeriksaan Hancak dan Mutu Buah di TPH PT LADANGRUMPUN SUBURABADI Gunung Sari Estate FORMAT PEMERIKSAAN HANCAK DAN MUTU BUAH DI TPH Kebun :... Pusingan :... Divisi :... Seksi Panen :... Blok/Ha/TT :... Pemeriksa:... Kemandoran :... Tanggal/Bln :... Pemanen :... Brondolan/ Buah Lepas Buah Tinggal Kondisi Pokok No Jjg Pkk Brd Psr Gaw Pkk Panen Panen Pir Pkk TTL N R Hitam/Pkk PS OP PG SP Rts Mati No Brs Susunan Pelepah U Shape A. Mutu Hancak Total janjang dipanen :...Jjg Total Pokok dipanen :...Pkk Total buah masak tidak dipanen :...Jjg % Buah Masak Tidak dipanen :...Jjg/Jjg Pnn % Buah Masak Tidak dipanen :...Jjg/Pkk Pnn % Brondolan Hitam/ pokok :...Brd/ pkk 71

86 Lampiran 7. (Lanjutan) Piringan Pokok Pasar Rintis Gawangan Mati Total Total Brd/ Jjg Brd/ Pkk Pnn Keterangan Kondisi Blok Cek (diisi oleh Pengecek): B. Mutu Buah Blok: No/ Nama Pemanen No TPH Jumlah Jjg cek unripe Ao A* Under Ripe Ripe Normal Over Ripe Empty Bunch Abnormal/ Dimakan Tikus Long Stalk Kontaminasi/ kebersihan Brondolan Jjg % Jjg % Jjg % Jjg % Jjg % Jjg % Jjg % Jjg % Jjg % Total Diperiksa Oleh Diketahui Oleh, (...) (...) EM/ Sr. Asst/ Asst/ Mdr I/Mdr Estate Manager 72

87 Lampiran 8. Blanko Rekapitulasi Taksasi Potong Buah di Divisi 2 PT.LADANGRUMPUN SUBURABADI GUNUNG SARI ESTATE REKAPITULASI TAKSASI POTONG BUAH Divisi : II (Dua) Tgl Divisi Mandor Panen Blok Tahun Tanam Luas (Ha) Jumlah Pokok Kematangan (%) Jml Janjang BJR (kg) Taksasi Produksi (kg) Paraf 73

88 Lampiran 9. Blanko Surat Pengantar Buah MINAMAS PLANTATION PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI Unit Usaha : GSE SURAT PENGATAR BUAH NO. SEAL AFDELING TANGGAL PENGANTARAN NO. SERIAL SPB NO. KENDARAAN NO. TRIP Jam Keluar Lapangan Jam Tiba di Pabrik KATEGORI JJG TGL PANEN PUSINGAN POT.BUAH TAHUN TANAM SEKSI BLOK JANJANG BRONDOL EST (kg) BJR (kg) ESTIMASI TONNASE G M Rp. TBS RESTAN JUMLAH PENGESAHAN KRANI BUAH/ Ast. Afd. PENERIMA PENGANGKUT 74

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah 12 KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Angsana Estate (ASE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh unit usaha PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI) dibawah naungan PT Minamas Plantation (sebelumnya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Nurcahya Destiawan dan Ani Kurniawati * 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL LAMPIRAN 84 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL No Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (satuan/hk) Lokasi Penulis Karyawan Standart Pe mbimb ing Keterangan 1 14/ 02/ 2011 Tiba dilokasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 18 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Perbaikan Infrastruktur Perkebunan kelapa sawit menghasilkan produk dalam bentuk tandan buah segar (TBS) yang bersifat bulk. Untuk mengeluarkan TBS dari dalam

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Bul. Agrohorti 4(1) : 37-45 (2016) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Hatantiring

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau Harvesting Management and Post Harvest Handling Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Lukut Estate, Siak, Riau Zul Adhri Harahap dan Hariyadi

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, Serdang Bedagai, Sumatera Utara

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, Serdang Bedagai, Sumatera Utara Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, Serdang Bedagai, Sumatera Utara Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Adolina Estate, Serdang Bedagai, North

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen PEMBAHASAN Persiapan Panen Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detil. Kegiatan mencakup penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja

Lebih terperinci

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai Harvest Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Serawak Damai Estate Anggita Perdana, Adolf Pieter

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan.

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Manajemen Panen

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

Jojon Soesatrijo. Abstrak

Jojon Soesatrijo. Abstrak STUDI PEMANFAATAN KAYU ULIN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN TITI PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus di PT. Buana Karya Bhakti Kalimantan Selatan) Jojon Soesatrijo Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BANGUN BANDAR ESTATE, PT SOCFIN INDONESIA, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

BANGUN BANDAR ESTATE, PT SOCFIN INDONESIA, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA PENGELOLAAN PEMANENAN DAN TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN BANDAR ESTATE, PT SOCFIN INDONESIA, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA PANGERAN T. ANUGRAH A24120192

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : SONI SETIAWAN NIM. 120 500 086 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi 1. Peramalan Produksi Peramalan produksi sangat penting dan ketepatannya akan meningkatkan efesiensi dibidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan dan jam olah pabrik. peramalan

Lebih terperinci

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, 4 (1) : 1-11 SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) 1 2 Mardiana

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 9 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Wilayah dan Administratif PT. Intisawit Perkasa terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA

TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) SEI MANGKEI TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU MUHAMMAD SATRIA BANGUN A24110007 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman monokotil, dimana batangnya tidak memiliki kambium dan tidak bercabang. Kelapa sawit sendiri

Lebih terperinci

guineensis berasal dari kata Guinea yaitu merupakan nama suatu daerah di Pantai

guineensis berasal dari kata Guinea yaitu merupakan nama suatu daerah di Pantai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit dalam bahasa latin dinamakan juga Elaeis guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa Yunani yang berarti minyak dan kata guineensis

Lebih terperinci