HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERUBAHAN HORMONAL PADA MASA PUBERITAS DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI SMP KANESIUS GAYAM YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERUBAHAN HORMONAL PADA MASA PUBERITAS DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI SMP KANESIUS GAYAM YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERUBAHAN HORMONAL PADA MASA PUBERITAS DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI SMP KANESIUS GAYAM YOGYAKARTA Annisa Nur Erawan INTISARI Latar belakang : Masa remaja disebut juga masa adolesens yang merupakan suatu periode kehidupan penting yang harus dilalui seseorang sebelum menginjak dewasa. Perubahan masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Perubahan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber sehingga menyebabkan perkembangan konsep dirinya menjadi kurang, beberapa diantaranya seperti faktor internal dan external. Anak yang mengembangkan diri kurang baik pada masa remaja cendrung menguatkan konsep tersebut dengan prilaku yang tidak sosial, akibatnya, dasar-dasar untuk kompleks rendah diri semakin tertanam, kecuali dilakukan langkah-langkah perbaikan diri, maka akan cenderung menetap dan mewarnai mutu prilaku individu sepanjang hidupnya. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Metode Penelitian : Penelitian ini termasuk penelitian dengan metode penelitian yang bersifat deskriptif analitik korelasi, dengan pendekatan waktu cross sectional yaitu pengumpulan data pada suatu saat pemeriksaan. Hasil : Tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja smp kanisius gayam Yogyakarta. Didukung hasil analisis diperoleh Chi-square X 2 13,903 dan nilai p value 0,001 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Dengan keeratan hubungan didapatkan sedang. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara Tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja smp kanisius gayam Yogyakarta. Kata Kunci: Pengetahuan, remaja, konsep diri PENDAHULUAN Masa remaja disebut juga masa adolesens (adolescene = tumbuh menjadi dewasa), merupakan suatu periode kehidupan penting yang harus dilalui seseorang sebelum menginjak dewasa. 1 Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual. Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kecepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia tahun, sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya. Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi dari pada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup. Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak dari pada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar %. 2 Perubahan masa remaja dianggap sebagai periode Badai dan Tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik kelenjar. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Adapun

2 peningkatan emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kodisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak, remaja kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. 3 Beberapa hal yang menyebabkan perkembangan konsep diri kurang pada masa puber, beberapa diantaranya faktor internal dan faktor external. Anak yang mengembangkan diri kurang baik pada masa remaja cendrung menguatkan konsep tersebut dengan prilaku yang tidak sosial, dan bukan memperbaikinya. Akibatnya, dasar-dasar untuk kompleks rendah diri semakin tertanam dan kecuali dilakukan langkah-langkah perbaikan, maka cenderung akan menetap dan mewarnai mutu prilaku individu sepanjang hidupnya. 3 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP Kanisius Gayam pada bulan januari 2012 didapatkan jumlah siswa kelas satu sebanyak 55 siswa. Jumlah siswa kelas satu keseluruhan terdiri dari dua kelas yaitu kelas 7A dan kelas 7B. Pada saat dilakukan observasi dan wawancara pada 10 siswa, 3 diantaranya mengalami jerawat pada wajahnya dan siswa mengaku minder dengan jerawat yang sering muncul pada wajahnya, 4 orang siswa mempunyai tinggi tubuh yang lebih pendek dari teman-temanya dan mengaku sering merasa malu karena diejek teman-temanya dan 3 siswa lainya mengaku biasa saja pada saat perubahan hormonal itu terjadi pada dirinya. Dari data tersebut, banyak siswa yang kurang tahu tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Puberitas, sehingga masih banyak siswa yang belum siap mengalami perubahan yang terjadi pada tubuhnya sehingga mempengaruhi psikologi siswa tersebut. Maka, berdasarkan latar belakang selanjutnya penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dengan judul, Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. A. METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dengan metode penelitian yang bersifat deskriptif analitik korelasi, dengan pendekatan waktu cross sectional yaitu pengumpulan data pada suatu saat pemeriksaan Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. 6 Populasi adalah seluruh siswa-siswi kelas satu SMP Kanisius Gayam Yogyakarta yang berjumlah 55 siswa. b. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan populasi objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. 6 Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Kanisius Gayam. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan dihendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian) sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. 4 Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa-siswi kelas satu SMP yang berumur tahun, menurut 7 untuk menentukan sampel penelitian yang populasinya < menggunakan rumus Slovian yaitu : Keterangan : N : besar populasi n = n : besar sampel d : persentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel yang masih diinginkan ( 0,05 ) Diketahui : N = n = (0,05) 2

3 55 n = 1 + 0,1375 n = 48,35 Jadi jumlah sampel yang digunakan adalah 49 orang. 3. Definisi Operasional Variabel a. Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Pengetahuan remaja merupakan segala hal yang diketahui dan dialami remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tentang perubahan hormonal yang terjadi pada masa pubertas yang meliputi perubahan ciri-ciri seks primer (terjadinya mimpi basah pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan) dan ciri-ciri seks sekunder (pada lakilaki terjadi perubahan otot-otot tubuh, di sekitar alat kelamin tumbuh rambut yang mulanya hanya sedikit dan halus menjadi lebih gelapdan kasar, terjadi perubahan suara, kulit lebih kasar, pori-pori meluas, dan pada perempuan di tandai membesarnya pinggul, buah dada dan puting susu menjadi semakin menonjol, tumbuh rambut pada kemaluan, tumbuh rambut pada ketiak dan wajah, perubahan suara menjadi lebih merdu, kelenjar keringan lebih aktif, kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori bertambah besar). Pengetahuan perubahan hormonal diukur dengan kuisioner yang menggunakan Skala Linkert pengkuran ya dan tidak dihubungkan dengan standar perubahan hormonal pada masa pubertas. Data penelitian dalam betuk data ordinal yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan kriteria : b. Tinggi : 75% - 100% c. Sedang : 40% - 75% d. Rendah : < 40% 4. Konsep Diri Remaja Konsep diri remaja adalah semua pikiran keyakinan dan kepercayaan siswa SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tentang perubahan hormonal yang dialaminya dan mempengaruhi hubunganya dengan orang lain.di ukur dengan menggunakan instrument kuisioner. Jenis data, nominal yaitu konsep diri positif dan konsep diri negative. Dengan skala pengukuran Linkert yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) dan dikatagorikan dengan rentang nilai konsep diri, jika mean T (50) : konsep diri positif,< mean T (50) : konsep diri negative. Dengan kategori 7 Positif : % Negatif : < 0-50% 5. Uji Validitas Dan Reliabilitas a. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi. 8 Perhitungan validitas instrument menggunakan teknik korelasi Product Moment seperti yang dikemukakan oleh Pearson rumus : nσxy ΣXΣY r xy = Keterangan : r = pearsin r correlation coefficient N = Jumlah Sampel X = Skor item tes Y = Jumlah skor item N X 2 ( X 2 ) N Y 2 ( Y) 2

4 Uji validitas dilakukan pada bulan Mei yang di lakuakan di SMP 1 Piri Yogyakarta didapatkan 9 pertanyaan yang tidak valid yaitu 2 pertanyaan tidak valid pada kuesioner tingkat pengetahuan perempuan, 2 pertanyaan tidak valid pada kuisioner tingkat pengetahuan laki-laki, dan 5 pertanyaan tidak valid pada kuesioner konsep diri. Dari pertanyaan tersebut yang tidak valid di eliminasi sehingga pertanyaan yang telah valid di kumpulkan kembali dan digunakan dalam penelitian siswa-siswi SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. b. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik ( reliable ). 8 Pengujian reliabilitas dengan internal consistensi yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu dan selanjutnya digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument. 9 Untuk mengukur koefisien reliabilitas digunakan formula alpha rumus : Keterangan : r 11 2 σ i 2 σ i n r 11 = : Reliabilitas yang dicari : Jumlah varians skor tiap tiap item : Varians total : Banyak item. 6. Anaslisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai dari tiap tiap variabel. 5 b. Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistic Chi-square 9 dengan rumus : Keterangan: x 2 N fo : Chi-Square : Sampel : Frekuensi yang diproleh } fh = total baris N B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a) Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Umur (tahun) a. 12 b. 13 c Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan ,0 51,0 18,4 Jumlah , ,9 57,1 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer Diolah 2012

5 b) Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Laki-Laki Dan Perempuan Pengetahuan remaja Tinggi (%) Sedang (%) Rendah (%) 1. Laki-laki 2. Perempuan 14 (66,7) 6 (21,4) 7 (33,3) 22(78,6) 0 (0,0) 0( 0,0) Total 20 (40,8) 29 (59,2) 0 (0,0) Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 4.2 diatas diketahui sebagian besar responden laki-laki memiliki pengetahuan tentang perubahan hormonal pada masa remaja dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 14 orang (66,7%). Pada responden perempuan didapatkan pengetahuan tentang perubahan hormonal pada masa remaja sebagian besar dalam kategori sedang yaitu sebanyak 22 orang (78,6%). Berdasarkan tabel di atas diketahui hasil distribusi keseluruhan responden didapatkan pengetahuan tentang perubahan hormonal pada masa remaja sebagian besar dalam kategori sedang yaitu sebanyak 29 orang (59,2%). Tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan remaja yang rendah. c) Konsep Diri Remaja Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Remaja Laki-Laki Dan Perempuan Konsep Diri Positif Negatif Total f % F % f % 1. Laki Laki 17 81,0 4 19, ,0 2. Perempuan 18 64, , ,0 Total 35 71, , ,0 Berdasarkan Tabel 4.3 diatas diketahui sebagian besar responden perempuan yang memiliki konsep diri remaja dengan kategori positif yaitu sebanyak 18 orang (64,3%). Sedangkan pada responden laki-laki didapatkan konsep diri remaja dangan kategori positif yaitu sebanyak 17 orang (81,0%). Berdasarkan tabel di atas diketahui sebagian besar responden konsep diri remaja dengan kategori positif yaitu sebanyak 35 orang (71,4%). Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa lebih banyak memiliki konsep diri yang positif yaitu mayoritas siswa perempuan konsep diri remajanya dengan kategori positif sebanyak 18 orang (64,3%). d) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Tabel 4.4 Tabulasi Silang dan hasil uji Chi-square Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Pengetahuan remaja Konsep Diri Remaja Positif Negatif Total X 2 p value f % F % f % Tinggi 19 95,0 1 5, ,0 Sedang 16 55, , ,0 7,352 0,007 Total 35 71, , ,0 Sumber: Data primer diolah 2012 Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa dengan pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa

6 pubertas yang positif dengan konsep diri remaja dalam kategori tinggi sebanyak 19 orang (95,0%). Tidak ada pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang negatif dengan konsep diri remaja dalam kategori rendah. Nilai X 2 sebesar 7,352 dan p value 0,007 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) menurut tabel intepretasi koefisien korelasi menunjukkan kategori sedang. Dapat disimpulkan hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja adalah sedang. C. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan kategori sedang sebanyak 29 orang (59,2%). Dimana 10, mengatakan perubahan hormonal pada masa pubertas adalah suatu proses fisiologis, sosial dan kematangan yang dimulai dengan tiga fase yaitu remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir, pada hasil analisis mendapatkan karakteristik dengan mayoritas responden yang berumur 13 tahun yaitu sebanyak 25 orang (51,0%). 10, juga mengatakan bahwa umur 13 tahun merupakan masa remaja awal yang baru mengalami pubertas yang disebabkan oleh hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hopofisis anterior pada masa ini biasanya remaja awal mengalami perubahan fisik dan pertumbuhan yang sangat jelas serta perkembangan karakteristik seks. Hal ini didapatkan mayoritas responden yang mengetahui tentang perubahan hormonal lebih banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 14 orang (66,7%). Dimana 11, mengatakan bahwa pada remaja laki-laki merasa dirinya lebih maskulin dan lebih cepat dalam melakukan hubungan seksual pranikah, sehingga remaja laki-laki cenderung lebih cepat dalam mengetahui perubahan hormonal pada dirinya. Ini merupakan salah satu hal penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan remaja dalam mengenal perubahan hormonal yang dialami pada masa pubertas, dikarenakan remaja masih dalam tahap perkembangan awal dan masih belum banyak hal yang dikenali dalam perubahan hormon yang terjadi. Hasil ini tidak sesuai dengan yang didapatkan 12, yang berjudul hubungan antara tingkat pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan konsep diri remaja SMP Negeri 6 Yogyakarta mendapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas didapatkan dengan kategori yang baik hal ini dikarenakan karena letak SMP yang cukup strategis sehingga akan memudahkan remaja untuk mendapatkan informasi pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas. a. Konsep diri remaja Hasil penelitian diketahui konsep diri remaja smp kanisius gayam yogyakarta sebagian besar dalam kategori positif sebanyak 35 orang (71,4%). Dimana 13, mengatakan konsep diri terbentuk berdasarkan penggabungan psikologis tingkahlaku - tingkahlaku yang mencerminkan keadaan emosi tertentu, pemikiran tertentu, ide tertentu ataupun bawaan tertentu, tingkah laku tersebut dapat berubah sehingga kepribadian dan konsep diri juga dapat berubah. Dimana 14, mengatakan bahwa umur merupakan faktor yang sering dihubungkan dengan aspek psikologis, dalam menunjukan kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian - penyesuaian tingkahlaku dan situasi yang dihadapinya. Dari penelitian ini didapatkan hasil karakteristik yaitu mayoritas responden berusia 13 tahun sebanyak 25 orang (51,0%). Sehingga umur dapat mempengaruhi kematangan emosi dan perkembangan konsep dirinya. Sesuai dengan teori 15, konsep diri positif yaitu pertama gambaran diri dimana remaja dapat menerima tubuhnya secara baik atau sadar yang meliputi performen, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan ukuran bentuk tubuhnya. Kedua ideal diri dimana remaja berprilaku yang baik dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, keinginan yang ingin di capai, dengan mewujudkan apa yang diinginkan. Ketiga harga diri dimana siswa

7 menilai dirinya secara positif dengan diikuti prilaku individu yang baik dan dapat disukai, disayangi, dan dicintai orang lain. Keempat peran diri dimana sikap, pola prilaku, dan nilai siswa yang memiliki harapan untuk memenuhi peranya di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Terahir identitas diri, dimana remaja dapat menyadari akan pribadinya sendiri dengan pengamatan dan penilaian dirinya sendiri. Hal ini didukung dengan hasil data konsep diri positif pada perempuan yaitu sebanyak 18 orang (64,3%), dimana menurut 16, konsep diri perempuan berkorelasi dengan persepsi mereka sendiri tentang daya tarik fisiknya yaitu perempuan lebih cenderung kepenampilannya karena perempuan menganggap penampilan adalah panduan dari yang utama seperti tubuh ideal, citra diri, konsep diri, kepercayaan dan jati diri. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian dari 17, dengan judul Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja dimana hasilnya mengatakan bahwa sebagian besar remaja pada masa pubertas termasuk dalam kategori konsep diri yang positif. b. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara antara tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis statistik uji Chi-square diperoleh nilai X 2 7,352 dan p value 0,007 sebesar lebih kecil dari nilai (p<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa hipotesa alternatif (Ha) diterima. Dimana menurut teori 18, yang mengatakan bahwa pengetahuan remaja terhadap perubahan hormonal dengan konsepdiri dikarenakan adanya perubahan pesat secara fisik, mental, emosional maupun social, cirinya yaitu bersifat ingin tahu, mencoba dan berekperimen mereka berusaha mencari identitas diri biasanya ini terjadi pada remaja usia 13 tahun dimana didapatkan sebagian besar responden adalah berumur 13 tahun yaitu sebanyak 25 orang (51,0%), ini merupakan masa remaja awal. Sesuai dengan yang dikatakan 19, bahwa pada masa ini merupakan fase berakhirnya praremaja yang menemukan suatu pola perubahan fisiologi dan hormonalnya dimana tugas perkembangan yang paling penting yaitu belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda. Hasil ini memberikan kontribusi signifikan terhadap konsep diri remaja. Ini dikarenakan sebagian besar responden belum memahami secara jelas tentang perubahanperubahan yang terjadi pada masa pubertas sehingga remaja tidak mengenali perkembangan konsep pada dirinya. Sesuai dengan 20, mengatakan masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan dimana remaja mengalami suatu periode peralihan suatu masa perubahan, usia bermasalah dan saat dimana remaja mencari identitas menuju masa dewasa. Ini didukung dengan hasil tabulasi silang yang menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang tinggi dengan konsep diri remaja positif dengan kategori sebanyak 19 orang (95,0%), tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang tinggi dengan konsep diri remaja negatif dikategorikan sebanyak 1 orang (5,0%), tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang sedang dengan konsep diri remaja positif dikategorikan sebanyak 16 orang (55,2%) dan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang sedang dengan konsep diri remaja negatif dikategorikan sebanyak 13 orang (44,8%). Semakin sedang tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas maka konsep diri remaja yang dimiliki akan semakin negatif, maka tingkat keeratan hubungannya dikategorikan sedang. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian 12, dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Gambaran Diri Remaja Di SLTP Negeri Se-Yogyakarta yang mendapatkan hasil bahwa adanya hubungan antara

8 pengetahuan tetentang perubahan fisik pada masa pubertas yang dikarenakan kurangnya pemahaman siswa tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas, selain itu faktor penilaian dari teman dan media massa juga mempengaruhi konsep diri remaja. D. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas sebagian besar dalam kategori sedang yaitu sebanyak 29 orang (59,2%). 2. Konsep diri remajanya dengan kategori positif sebanyak 35 orang (71,4%). 3. Ada hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja smp kanisius gayam Yogyakarta. Didukung hasil analisis diperoleh Chi-square X 2 7,352 dan nilai p value 0,007 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Dengan keeratan hubungan didapatkan sedang.

9 DAFTAR PUSTAKA 1. Narendra, M. B. dkk (2002), Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta : PT. Agung Seto. 2. Latifah, M. (2008) /05/26/ pertumbuhan-fisikkesehatan-remaja/. 8 Desember Hurlock. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Yogyakarta : Erlangga. 4. Nursalam, (2009). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika. 5. Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 6. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 7. Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 8. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Dan Praktik). Jakarta : PT. Rineka Cipta. 9. Sugiyono, (2007). Statistika Untuk Penelitian. Jawa Barat : Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). 10. Wong. (2009). Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC 11. Santrok, J. W. (2007). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga. 12. Astuti. (2004). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Gambaran Diri Remaja Di SLTP Negeri Se-Jogjakarta, Skripsi, Keperawatan S1, Fakultas Kedokteran, UGM, Yogyakarta, tidak diterbitkan. 13. Gunarsa, Y. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta. PT BPK Gunung Mulia 14. Efendi, F dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika 15. Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. 16. Melliana, S,S.A. (2006) Menjelajah Tubuh : Perempuan Dan Mitos Kecantikan : Yogyakarta : PT. LKIS Pelangi Aksara. 17. Mardiyah. (2008). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Negeri 6 Yogyakarta, Skripsi, Keperawatan S1, Fakultas Kedokteran, UGM, Yogyakarta, tidak diterbitkan. 18. Yulia Harlina. (2008). Peran Orangtua Dalam Mencegah dan Menggulangi Narkoba. Jakarta : Balai Pustaka 19. Sunaryo, (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran ECG. 20. Murwani, A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta : Fitramaya

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI

PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI Suprapti, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Pendahuluan; Masa remaja adalah suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Menurut beberapa ahli, selain istilah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis 28 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis penelitian ini adalah Analitik explanatori/korelasi yaitu bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Pada rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo. Alasan pengambilan responden di SMP N 1 Bone Pantai tersebut karena

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo. Alasan pengambilan responden di SMP N 1 Bone Pantai tersebut karena BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian Penelitian ini akan dilakukan SMP N 1 Bone Pantai dan SMP N 3 Kota Gorontalo. Alasan pengambilan responden di SMP N 1 Bone Pantai tersebut karena dilihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional, Alasan menggunakan ini yaitu penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS Sevi Budiati & Dwi Anita Apriastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek 72 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan jenis desain penelitian korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang digunakan untuk mengukur hubungan (korelasi) tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting sekali dalam perkembangan seseorang remaja putri. Pada tahap ini remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari

Lebih terperinci

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013 PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013 Dina Indarsita 1, Mariaty S 2, Ravina Primursanti 1 1 Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene BAB III METODE PENELITIAN 31 Tipe penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, 2007) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi diskriptif korelasional untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (pengetahuan dan sikap) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DWI NURAINI NIM: 201410104222 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (kepribadian, pengaruh teman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA Ita Rahmawati 1 INTISARI Perubahan tanda-tanda fisiologis dari kematangan seksual yang tidak langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah analitik observasional (Setiawan dan Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODA PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003).

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Pada penelitian ini peneliti memilih tipe pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu. menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu. menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu bertujuan untuk menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan menentukan sejauh mana

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode non eksperimen yaitu deskriptif kolerasi, jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metoda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini merupakan studi belah

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini merupakan studi belah BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik. Metode yang digunakan adalah survey, melalui wawancara dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS Ade Erma Oktaviani dan Amelia Budiarti ABSTRAK Ade Erma Oktaviani, Amelia Budiarti Perbedaan Konsep diri antara Remaja Laki-Laki

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan sesaat dan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 4. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode 50 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian hubungan virginitas dengan intensitas melakukan seks pra nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah studi deskriptif korelasi yang merupakan penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian Non Experimen (Hidayat, 2007). Dalam rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian non ekperimental yaitu merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif mengenai hubungan dukungan kader

Lebih terperinci

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian komparasi untuk membandingkan pengetahuan dan sikap remaja perokok dan bukan perokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN : 2089-8592 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MASA PUBERTAS DI DESA PERTUMBUKEN KECAMATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK 4 Abdul Muchid *, Amin Samiasih **, Mariyam *** Abstrak Latar belakang:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen

Lebih terperinci

Keterangan: Xxx = koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1) A = jumlah ranking atas

Keterangan: Xxx = koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1) A = jumlah ranking atas (BPS, BKKBN, DEPKES RI, 2007: 18-21). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan bulan April 2010 di SD Yogyakarta terhadap siswi usia 10-12 tahun diperoleh data dari 69 siswi yang belum menstruasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini untuk mempelajari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini untuk mempelajari hubungan pengetahuan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif analitik adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 Ajeng Novita Sari Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK Hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dan menggunakan metode survey analitik yaitu mencari hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebagaimana adanya secara sistematis, akurat, aktual dan kemudian ditentukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebagaimana adanya secara sistematis, akurat, aktual dan kemudian ditentukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan peran teman sebaya dengan

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan peran teman sebaya dengan BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan peran teman sebaya dengan perubahan fisik pada masa remaja, dimana variabel independent adalah peran teman sebaya

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan sesaat, data yang

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi analitik karena pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu

Lebih terperinci

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS Eny Pemilu Kusparlina (Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun) ABSTRAK Pendahuluan: Angka aborsi di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

BAB III METODE PENELITIAN. mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif yang bersifat studi korelasi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif yang bersifat studi korelasi, BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif yang bersifat studi korelasi, yaitu penelitian deskriptif untuk mencari hubungan antara dua variabel pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai kemungkinan hubungan antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penlitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu pengetahuan, pendidikan, sarana, dukungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri Willoughby, King & polatajko (1996, dalam Wong,et al 2009, hlm 121) mengemukakan bahwa konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. Pendekatan ini merupakan rancangan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Notoatmodjo (2002: 5), penelitian eksperimen pada dasarnya

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Notoatmodjo (2002: 5), penelitian eksperimen pada dasarnya BAB III METODE PENELITIAN Menurut Notoatmodjo (2002: 5), penelitian eksperimen pada dasarnya Suatu usaha penyelidikan yang hati-hati dan secara teratur terhadap suatu objek tertentu untuk memperoleh suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.

Lebih terperinci