BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Higiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Retno Widyati dan Yuliarsih, 2002). Higiene merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004). Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Retno Widyati dan Yuliarsih, 2002). Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya higiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004). Departemen Kesehatan RI telah mendefinisikan sanitasi makanan sebagai usaha pencegahan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala 6

2 7 bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan itu diproduksi, selama proses pengolahan penyimpanan, pengangkutan, penjualan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi masyarakat 2.2 Susu Pengertian Susu Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi atau kambing yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak termasuk kolostrum), dengan tanpa penambahan atau pengurangansuatu komponen. Susu merupakan bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan manusia, karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Disamping itu, susu juga merupakan bahan pangan yang dapat diolah menjadi beberapa produk olahan susu seperti: susu kental manis, susu bubuk,susu skim, mentega, es krim, keju, yoghurt, dan lain-lain. Susu mudah sekali rusak karena pengaruh lingkungannya, terutama oleh pengaruh temperaturataupun udara sekitarnya, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk penanganan pada waktu pemerahan ataupun sesudah pemerahan, agar diperoleh susu yang berkualitas baik, memenuhi standar susu yang telah ditentukan, dan masih layak untuk dikonsumsi (Suardana dan Swacita, 2009). Untuk mengatasi kerusakan susu sebelum dikonsumsi, atau sebelum diolah oleh industri pengolahan susu (IPS), perlu diketahui beberapa prinsip diantaranya: apa yang dimaksud dengan susu, kualitas dan cara penentuan kualitas susu, komposisi

3 8 susu dan cara sanitasi peralatan, sehingga dapat ditentukan kualitas susu apakah sesuai dengan standardan layak konsumsi(suardana dan Swacita, 2009) Susu Kambing Susu kambing adalah minuman kaya gizi. Bahkan, kandungan gizinya tidak kalah dengan susu sapi. Selain itu, keluhan-keluhan kesehatan yang sering dijumpai akibat mengonsumsi susu sapi tidak ditemui pada orang yang mengonsumsi susu kambing. Oleh karenanya, susu kambing bisa menjadi alternatif bagi konsumen yang alergi terhadap susu sapi (Susanto dan Budiana, 2005). Di Timur Tengah, susu kambing lebih populer dibandingkan susu sapi. Salah satu bahan baku beberapa jenis makanan dan minuman, seperti puding dan yoghurt, yaitu susu kambing. Di Indonesia, susu kambing belum banyak di konsumsi. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang manfaat susu kambing. Selain itu,populasi kambing perah juga masih terbatas (Susanto dan Budiana, 2005) Keunggulan Susu Kambing 1. Susu kambing kaya akan jenis protein susu utama yang sama denganjenis protein susu dalam ASI (Air Susu Ibu). Kandungan proteinnya 2,1 x lebih tinggi dari susu sapi. Susu kambing sangat baik untuk pertumbuhan dan pembentukan jaringan tubuh. Secangkir susu kambing yang setara dengan 244 g, mengandung protein 8,7g. Dibandingkan susu sapi yang hanya mengandung protein 8,1 g. Merupakan makanan tambahan yang paling sesuai untuk tumbuh kembang anak dan orang-orang yang sibuk di zaman modern. 2. Rantai asam lemak susu kambing lebih pendek dengan ukuran molekul lebih halus dibanding susu sapi sehingga lebih mudah dicerna, serta tidak mengandung

4 9 aglutinin, yaitu senyawa yang membuat molekul lemak menggumpal seperti yang terjadi pada susu sapi. Dengan ph lebih tinggi (alkali) sehingga membantu menyembuhkan penyakit maag, kembung dan gangguan pencernaan lainnya. 3. Memiliki kandungan Kalsium 3,8 x dari susu sapi. Susu kambing menyumbangkan 32,6% Kalsium dan 27,0% Fosfor dari kebutuhan-kebutuhan dasar harian, sementara susu sapi hanya 29,7% Kalsium dan 23,2% Fosfor, sehingga susu kambing bagus untuk pemeliharaan kekuatan dan kepadatan tulang serta mengatasi keropos (osteoporosis) 4. Susu kambing tidak mengandung senyawa alergan pemicu reaksi alergi sehingga lebih aman bila diberikan pada anak-anak dan orang dewasa yang alergi terhadap gula susu lactosa. Membantu mengatasi masalah masalah asam, saluran pernafasan, infeksi radang telinga, eksim dan gangguan pencernaan makanan. 5. Rendah kolesterol dan kadar laktolosa lebih rendah 13% dibandingkan dengan susu sapi dan 41% lebih rendah dari pada Asi. Susu kambing terbukti mempercepat pembakaran lemak. 6. Kandungan potasium, sodium dan besi 2 x dari susu sapi serta lebih unggul dalam kandungan vitamin seperti A, C, B6, B12, Mineral dan Asam Amino penting (= tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia) dibanding susu sapi sanngat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan sel otak dan saraf serta membangun/membentuk sel darah dan penawar toksin/ racun yang masuk kedalam tubuh (Kompas.com, 2011)

5 Kandungan Gizi Susu Kambing Susu kambing merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh ambing kambing (kelenjar mammae). Susu diproduksi oleh kambing betina setelah melahirkan atau disebut masa laktasi. Lama masa laktasi sekitar 7 bulan (Susanto dan Budiana, 2005). Salah satu kelebihan susu kambing adalah kandungan gizinya relatif lebih lengkap dan tinggi. Tabel perbandingan kandungan Nutrisi susu Sapi, Kambing dan Asi sebagai berikut. Nutrisi/jenis susu Sapi Kambing Asi lemak % 3,8 3,6 4,0 padatan bukan lemak % 8,9 9,0 8,9 laktosa % 4,1 4,7 6,9 nitrogen % 3,4 3,2 1,2 protein % 3,0 3,0 1,1 kasein % 2,4 2,6 0,4 kalsium % 0,19 0,18 0,04 fosfor % 0,27 0,23 0,06 klorida % 0,15 0,10 0,06 besi (P/100, 000) 0,07 0,08 0,2 vitamin A (i.u. / g lemak) 39,0 21,0 32,0 vitamin B (ug/100 m) 68,0 45,0 17,0 riboflavin (ug/100ml) 210,0 159,0 26,0 vitamin C (mg asc a/100ml) 2,0 2,0 3,0 vitamin D (i.u. / g lemak) 0,3 0,7 0,07 kalori / 100 ml 70,0 69,0 68,0 Sumber: Majalah Kesehatan.Com

6 Kualitas Susu Kualitas susu yang dihasilkan oleh suatu pabrik pemerahan susu dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tempat pengolahan, fasilitas sanitasi yang tersedia, cara pengolahan, tenaga pengolah, bahan baku dan bahan tambahan serta wadah/kemasan yang digunakan (Departemen Pertanian, 2005). 2.3 Pemerahan Susu Teknik Pemerahan dengan Tangan (Hand Milking) 1. Persiapan pemerahan a. Sikap pemerah; harus ditinggalkan masalah di luar tempat pemerahan; b. Siapkan lingkungan pemerahan yang bebas dari kondisi yang dapat menyebabkan sapi stres; c. Pemerahan harus dilakukan ditempat bersih, beratap dan berlantai semen; d. Kambing dan lantai tempat pemerahan harus dicuci sebelum pemerahan; e. Ambing dan tangan pemerah harus dicuci sebelum pemerahan; f. Sebelum mulai pemerahan, semua peralatan penampungan susu seperti ember dan tempat susu lainnya harus benar-benar bersih dan didesinfeksi; g. Kambing yang pernah atau sedang menderita mastitis harus diperah paling akhir, hal ini untuk menghindari penularan pada kambing yang sehat; h. Apabila kambingnya nakal, kakinya diberi tali pengaman dan ekornya diikat; i. Untuk merangsang turunnya susu, ambing dipalpasi dengan air hangat; j. Ambing dilap dengan handuk atau kain bersih; k. Pancaran pertama dan kedua ditampung di strip cup untuk pengujian.

7 12 2. Pelaksanaan Pemerahan a. Apabila putingnya silindris, pemerahan dilakukan dengan lima jari; b. Apabila membutuhkan pelicin, dapat digunakan vaselin putih; c. Selama diperah, kambing tidak perlu diberi pakan agar sapi tenang; d. Ember yang digunakan untuk memerah adalah yang bersih; e. Pemerahan digunakan sampai apuh; f. Lama pemerahan diselesaikan dalam waktu 7 menit, karena pengaruh sekresi oksitosin yang sangat singkat. Apabila peternak menggunakan teknik memerah yang benar dan terlatih, maka pemerah dapat berlangsung sekitar 3-5 menit. 3. Penyelesaian pemerahan a. Setelah selesai pemerahan, ambing dan lantai dicuci dengan air bersih; b. Dilakukan deeping (pencelupan puting dengan menggunakan biosid 3000 i.u (3,3 ml/ ltr air); sebaiknya dengan penyemprotan semua sisi puting yang baik; c. Susu ditakar dan dicatat; d. Alat penampungan susu harus dibersihkan dengan baik dan dikeringkan dengan meletakkannya secara tertelungkup. 4. Lain-lain a. Kambing perah merupakan hewan yang dibentuk oleh kebiasaan. Perubahanperubahan yang terjadi dapat membuat hewan menjadi tidak tenang dan mengakibatkan produk susu menjadi tueun.

8 13 b. Pemerahan sebaiknya dilakukan 2 kali sehari dengan interval pemerahan paling baik 12 jam. c. Jika kambing takut dan gelisah, kambing akan mengeluarkan hormon adrenalin kedalam sirkulasi darah. Hormon ini akan menghalangi hormon oksitosin yang merangsang pelepasan susu akibatnya, pemerahan tidak dapat tuntas atau susunya ditahan. Untuk mencegah keluarnya hormon adrenalin, maka kambing harus diperlakukan dengn lembut, dan dijauhkan dari gangguan-gangguan yang ada seperti anjing dan lain-lain (Budi, 2006) Penanganan susu 1. Susu harus ditampung didalam wadah yang benar-benar bersih dan telah didesinfektan; 2. Jangan mencampur susu hangat dengan susu dingin dalam wadah yang sama, karena akan berakibat susu menjadi asam; 3. Susu harus cepat didinginkan, karena bekteri akan berlipat ganda dengan cepat. Sebaiknya susu didinginkan dalam waktu kurang dari 2 jam (Budi, 2006) Teknik Pemerahan Dengan Mesin Telah diketahui bahwa pemerahan hendaknya merupakan kebiasaan yang rutin dan efektif, karena pemerahan yang baik hanya pada waktu hormon oksitosin berperan yaitu selama 5-7 menit. Untuk mengatasi hambatan tersebut, lalu timbul ide mekanisme pemerahan dengan menggunakan alatn dan akhirnya terciptalah alat perah sederhana, yang pertama kalinya dibuat pada tahun 1920.

9 14 Selanjutnya, mesin perah pertama diciptakan dan dikeluarkann pada tahun 1950 oleh seorang ibu tani dari Amerika bernama Anna Baldwin, berbentuk pompa dihubungkan dengan pipa yang berujung pada sebuah mangkok yang berlubang empat untuk menyedot susu dari keempatputing. Diujung lain digantungkan sebuah ember guna menampung susu hasil pemerahan. Seiring dengan perkembangan teknologi, mesin perah pertama ini terus dikembangkan sehingga akhirnya tercipta mesin perah modern seperti yang dijumpai sekarang (Budi, 2006) Mesin Perah Modern Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisme, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan. Dalam peternakan kambing perah, mesin perah dibedakan : 1. Sistem ember (Bucket System); 2. Sistem pipa (Pipe Line System) dan; 3. Sistem bangsal pemerahan (Milking Parlor System). (Budi, 2006) Peralatan Pemerah (Mesin Pemerah) Untuk menjaga kelangsungan perusahaan, kualitas susu harus betul-betul dijaga. Perusahaan yang memasarkan kualitas produksi susu rendah tidak dapat diharapkan untuk maju atau berhasil. Agar perusahaan dapat menghasilkan susu yang berkualitas, perlu diperhatikan kebersihan peralatan pemerahan (mesin perah). Peralatan yang harus diperhatikan kebersihannya meliputi beberapa hal : 1. Bagian-bagian alat pemerah logam a. Segera setelah pemerahan, cucilah peralatan dengan air hangat. Jangan biarkan gumpalan-gumpalan susu mengering didalam alat tersebut. Apabila

10 15 pencucian denngan air hangat dilakukan dengan segera setelah pemerahan, maka 90-95% dari kotoran pada alat perah dapat dihilangkan; b. Membongkar peralatan; cucilah bagian-bagian logam dengnan menggunakan larutan yang telah disediakan sesuai dengan anjuran pabrik. Gunakan setiap 1 sampai 1,5% larutan kaustik soda (soda api) atau biocid yang dicampur dengan air bersuhu o C. Cuci setiap bagian dengan menggunakan sikat bulu yang kaku dengan ukuran sesuai, atau dengan menggunakan spon plastik. Jangan menggunakan logam, sebab dapat menggores permukaan peralatan tersebut; c. Segera setelah dibersihkan dengan sikat, taruhlah seluruh peralatan tersebut di tempat yang berisi kira-kira 20 liter air dingin dan larutan asam. Gunakan khlorinsesuai dengan anjuran pabrik. Noda-noda dan gumpalan-gumpalan susu dapat dihilangkan dengan menggunakan larutan asam; d. Gunakan air dari selang untuk menghilangkan larutan klorin; e. Tempatkan peralatan tersebut ditempat yang kering dengan posisi terbalik. Bakteri tidak dapat berkembangbiak di tempat yang kering; f. Sebelum pemerahan berikutnya sanitasikan bagian dalam peralatan dengan menggunakan larutan sanitasi khusus (gunakan biosid) atau larutan lain yang sesuai dengan yang telah dianjurkan. 2. Karet inflasi dan bagian-bagian karet lainnya. Gunakan selalu dua set karet inflasi secara bergantian, dimana seminggu dipakai dan seminggu berikutnya tidak dipakai. Dengan menggunakan cara ini, kedua set

11 16 karet inflasi tersebut dapat dipakai lebih lama jika dibandingkan dengan menggunakan tiga set karet inflasi yang digunakan secara terus menerus. Setelah pemerahan, pencucian bagian karet dapat dilakukan dengan mencuci dengan air, dilanjutkan pencucian dengan detergen, setelah itu dibilas dengan asam, kemudian ditempatkan ditempat yang kering. Selama waktu istirahat, cuci dan rendamlah karet-karet inflasi tersebut ditempat yang telah disediakan atau dibersihkan dengan air dan asam, kemudian ditempatkan ditempat yang kering (penempatan bagian-bagian karet dalam larutan alkali atau dalam pembersih karetyang telah disediakan dapat memperpanjang kegunaan bagianbagian karet tersebut) 3. Tangki Susu dan Tangki Penyimpanan Susu Tangki susu dan penampungan susu sehabis dipakai harus segera dibersihkan. Anjuran untuk membersihkan tangki susu dan tangki serta peralatan penampungan susu lainnya sebagai berikut: a. Bersihkan tempat-tempat penampungan tersebut dengan air dingin segera setelah penampungan kosong. b. Sediakan larutan detergen dalam ember plastik, dan masukkan ketempat penampungan susu yang kosong c. Gunakan sikat bulu yang kaku untuk menyikat bagian dalam. d. Agar karyawan atau peternak dapat melaksanakan semua prosedur diatas, maka air panas, detergen, alat-alat pembersih serta sikat, harus disediakan (Suardana dan Swacita, 2009).

12 Higiene Sanitasi Pemerahan Susu Kepmenkes RI NO 23/MENKES/SK/1978 merupakan pedoman tentang cara memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan yang bermutu dan sesuai dengan keamanan pangan. Pedoman ini mencakup Lokasi tempat produksi, struktur bangunan, produk akhir, peralatan pengolahan, bahan produksi, higien personal, penyimpanan, pemeliharaan sarana pengolahan Lokasi Tempat Produksi Lokasi berada pada tempat yang memiliki kemudahan akses jalan masuk, prasarana yang memadai, jauh dari pemukiman penduduk, terbebas dari pencemaran serta memiliki pintu masuk dan keluar yang terpisah. Cemaran yang dimaksud dapat berasal dari polusi, hama, pengolahan limbah serta sistem pembuangan yang tidak berfungsi denngan baik Struktur Bangunan Konstruksi Bangunan, desain, tata ruang dan bahan baku dibuat berdasarkan syarat mutu dan tehnik perencanaan pembuatan bangunan yang berlaku sesuai dengan jenis produknya. Bahan baku berasal dari bahan yang mudah dibersihkan, dipelihara dan dilakukan sanitasi serta tidak bersifat toksik. Bangunan unit produksi harus terdiri atas ruangan pokok dan ruangan pelengkap. Ruangan pokok dan ruangan pelengkap yang dimakskud harus terpisah sedemikian rupa, hingga tidak mengakibatkan pencemaran terhadap makanan yang diproduksi.

13 18 1. Ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. luasnya sesuai dengan jenis dan kapasitas produksi jenis dan ukuran alat produksi b. serta jumlah karyawan yang bakerja. c. susunan bagian-bagiannya diatur sesuai dengan urutan proser produksi, sehingga tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang simpang siur dan tidak mengakibatkan pencemaran terhadap makanan yang diproduksi. d. Lantai ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut: rapat air; lahan terhadap air, garam, basa, asam dan atau hahan kimia lainnya permukaan rata serta halus, tetapi tidak licin dan mudah dibersihkan untuk ruangan pengolahan yang memerlukan pembilasan air, mempunyai kelandaian secukupnya kearah saluran pembuangan dan mempunyai saluran tempat air mengalir atau lubang pembuangan yang dilengkapi dengan penahan bau pertemuan antara lantai dengan dinding tidak boleh membentuk sudut mati dan harus melengkung serta rapat air. 2. Ruangan pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. luasnya sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja b. susunan bagian-bagiannya sesuai dengan urutan kegiatan yang dilakukan dan tidak c. boleh menimbulkan lalu lintas yang simpang siur.

14 19 d. lantai ruang pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut: rapat air; tahan terhadap air; permukaannya datar, rata serta halus, tetap tidak licin dan mudah dibersihkan; ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet harus mempunyai kelandaian secukupnya ke arah saluran pembuangan. 3. Dinding Dinding ruangan pokok harus memenuhi syarat gebagai berikut: a. sekurang-kurangnya 20 cm dibawah dan 20 cm diatas permukaan lantai harus rapat air. b. permukaan bagian dalam harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mongelupas, mudah dibersihkan dan sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat air, tahan terhadap air, garam, basa, asam atau bahan kimia lainnya; c. pertemuan antara dinding dengan dinding dan antara dinding dengan lantai tidak boleh membentuk sudut mati dari harus melengkung serta rapat air d. dinding ruangan pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut : sekurang-kurangnya 20 cm di bawah dari 20 cm diatas permukaan lantai harus rapat air; permukaan bagian dalam harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan

15 20 ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet, selain harus memenuhi syarat yang disebut huruf a dan b diatas, sekurang-kurangnya setinggi 2 meter dan lantai harus rapat air. 4. Atap dan langit-langis; Ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. atap terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air dan tidak bocor b. langit-langit dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya tidak terdapat lubang dan tidak retak; tahan lama dan mudah dibersihkan; tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3m; permukaan dalam harus rata, berwarna terang dan tidak mudah mengelupas; rapat air bagi tempat pengolahan yang menimbulkan atau menggunakan uap air. Ruang pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. atas terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air dan tidak bocor; b. langit-langit: dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya; tidak terdapat lubang dan tidak retak; tahan lama dan mudah dibersihkan, tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m;

16 21 permukaan dalam harus rata dan berwarna terang. 5. Pintu Pintu ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. dibuat dari bahan tahan lama; b. permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan; b. dapat ditutup dengan baik; c. membuka keluar. Pintu ruangan pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. dibuat dari bahan tahan lama; b. permukaannya rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan; c. dapat ditutup dengan baik. 6. Jendela Jendela harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. dibuat dari bahan tahan lama; b. permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah dibersihkan; b. sekurang-kurangnya setinggi 1 m dari lantai, c. luasnya sesuai dengan besarnya bangunan. 7. Penerangan Permukaan kerja dalam ruangan pokok dan ruangan pelengkap harus terang susuai dengan keperluan dan persyaratan kesehatan. 8. Ventilasi dan pengatur suhu Ventilasi dan pengatur suhu ruangan pokok dan ruangan pelengkap, baik secara alami maupu buatan, harus memenuhi syarai sebagai berikut :

17 22 a. cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau, debu dan panas yang dapat merugikan kesehatan; b. dapat mengatur suhu yang diperlukan; b. tidak boleh mencemari hasil produksi melalui udara yang dialirkan; c. lubang ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran ke dalam ruangan serta sudah dibersihkan. (Kepmenkes RI, 1978) Sanitasi Kambing Kambing harus tetap bersih. Kotoran harus dibersihkan dari kandang sesering mungkin, dan jangan biarkan kambing tidur diatas kotorannya atauair kencing. Kambing harus dimandikan dan disikat secara berkala untuk menghilangkan kotoran, debu, dan rambut yang rontok. Rambut yang panjang dekat ambing harus dicukur, karena rambut panjang disamping menjadi sumber sedimen debu dan kotoran, kotoran-kotoran itu akan sampai ke susu. Cuci puting dengan larutan sanitasi hangat sebelum pemerahaan, lamanya mencuci tidak lebih dari 1 (satu) menit. Ambing yang bersih akan menghasilkan susu yang bersih pula. Jika kambing terlalu kotor, larutan itu harus diganti karena bila tidak diganti debu dan kotoran akan berpindah dari satu kambing ke kambing yang lain. Keringkan puting secara merata. Gunakan lap yang berbeda bagi tiap kambing dan pastikan kalau lap tersebut tersebut telah dicuci dan didesinfeksi sebelum digunakan.

18 23 Pasang mesin perah dengan hati-hati. Pastikan kalau memerah itu tidak menyedot bedding, kotoran atau debu disekitar. Jika waktu pemerahan tersebut mesin jatuh, bilaslah mesin itu secara menyeluruh sebalum dipasang lagi. Ingat, segumpal kotoran akan menambah 4 milyar bakteri ke dalam susu. Saring susu melalui saringan atau filter. Susu harus disaring diruangan yang tidak terlalu banyak debu. Jika pemerahan dilakukan dengan bersih, filter tetap akan bersih (Suardana dan Swacita, 2009) Sanitasi Kandang Kandang kambing perah merupakan suatu pabrik penghasil makanan/minuman sehat bagi. Kandang harus disapu dan dibersihkan secara teratur, jangan dibiarkan kandang pemerahan berdebu dan kotor. Siram lantai kandang secara teratur dan gunakan desinfektan untuk membunuh kuman dan bakteri. Jangan hanya menyapu lantai waktu akan memerah. Berikan makanan kering paling sedikit 1 (satu) jam sebelum pemerahan atau tunggu setelah pemerahan selesai, untuk menghindari banyaknya debu. Kandang yang bersih menghindari susu dari pencemaran oleh kotoran dan bau (sifat susu mudah menghisap bau dari sekitarnya). Kandang yang bersih membuat kambing nyaman, dan peternak betah bekerja di kandang. Sapulah lantai kandang dan kotoran dikumpulkan jauh dari tempat pemerahan/kamar susu. Gunakan sapu lidi atau sekop yang berbeda untuk makanan dan kotoran (Suardana dan Swacita, 2009). Bersihkan bak/cangkir otomatis. Bak air minum yang kotor merupakan sarang bibit penyakit. Kambing tidak suka minum air yang kotor dan berbau.

19 24 Yang harus menjadi perhatian penting agar sanitasi susu tetap terjaga adalah: 1. Sapi/kambing yang sehat dan bebas dari penyakit; 2. Pekerja yang sehat dan bebas; 3. Lingkungan yang bersih yang berarti juga bersih udara, tidak ada debu pada kandang maupun sekitarnya; 4. Ruang susu yang terpisah, yaitu terpisah dari kandang, berkasa yang baik, dengan persediaan air bersih yang cukup; 5. Peralatan yang dirancang baik, mudah dibersihkan; 6. Menjaga kebersihan dengan cermat dan sanitasi yang efektif untuk beberaapa peralatan penting dimana susu dapat kontak, seperti botol, kaleng, ember dan sebagainya. 7. Tersedia pendingin dan penanganan yang baik; 8. Pasteurisasi, adalah pemanasan terhadap bahan makanan atau minuman dengan tujuan membunuh organisme pathogen didalamnya, tanpa merusak komposisi bahan tersebut (Sarudji, 2010) 2.5 Higiene Karyawan di Tempat Pemerahan Susu Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan, baik dalam mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut, maupun dalam menyajikanmakanan. Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan pribadi dan terbiasa untuk berprilaku sehat selama bekerja. Pada higiene karyawan di tempat produksi makanan dan minuman, banyak hal hal yang perlu diperhatikan.

20 25 Karyawan yang berhubungan dengan produksi makanan harus: 1. Dalam keadaan sehat. Karyawan harus berbadan sehat dengan mempunyai surat keterangan kesehatan (Health Certificate) 2. Bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran terhadap hasil produksi 3. Diteliti dan diawasi kesehatannya secara berkala. Tanggung jawab pemeriksaan perusahaan makanan, termasuk pemeriksaan kesehatan karyawan, dilimpahkan kepada Puskesmas yang harus melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan. 4. Mengenakan pakaian kerja,termasuk sarung tangan, tutup kepala dan sepatu yang sesuai. 5. Menahan diri untuk tidak makan, minum, merkok, meludah atau melakukan pekerjaan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap produk makanan. a. Setiap kali harus mencuci tangan pada saat pekerja baru keluar dari kamar kecil atau buang air besar. b. Setiap kali batuk atau bersin agar menutup mulut dan hidung dengan kertas tissue atau sapu tangan ( Marina, 2000). 2.6 Fasilitas Sanitasi Tempat Pemerahan Penyediaan Air Penyediaan air merupakan kebutuhan vital harus ada ditempat produksi makanan minuman. Dimana air diperlukan dalam semua proses pengolahan makanan minuman.

21 26 Sarana penyediaan air harus dapat menyediakan air bersih yang cukup sesuai dengan kebutuhan produksi pada khususnya dan kebutuhan perusahaan pada umumnya. Sebagaimana yang tercantum dalam PerMenKes RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 kuaalitas air harus memenuhi syarat-syarat kesehatan yaitu tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak keruh, serta memenuhi syarat bakteriologis dimana air tersebut tidak mengandung mikroorganisme yang pathogen serta bebas dari bahan kimia yang mengganggu dan membahayakan kesehatan Fasilitas Cuci Tangan Adanya fasilitas cuci tangan dimaksud untuk meningkatkan kebersihan perorangan. Maka dalam penyediaan fasilitas ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Fasilitas cuci tangan ditempatkan di tempat-tempat yang diperlukan, misalnya ditempat pintu masukke ruang pengolahan. 2. Dilengkapi dengan air mengalir, sabun, detergen, handuk atau alat lain untuk mengeringkan tangan. 3. Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan Penampungan dan Pembuangan Sampah Sebaiknya pembuangan sampah dilakukan jauh dari tempat pengolahan minuman sedangkan tempat penampungan sampah sementara (storage) harus ditutup, tidak bocor, mudah dibersihkan dan sampah harus dibuang sekurang-kurangnya setiap hari.

22 Pembuangan Air Limbah Saluran pembuangan air limbah yang berasal dari tempat pengolahan makanan dialirkan ketempat saluran induk atau pembuangan air limbah sehingga tidak tergenang dan tempat perindukan serangga ( Marina, 2000). 2.7 Salmonella sp. pada Susu Berdasarkan SNI 7388:2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam bahan makanan hasil hewan dan tentang syarat mutu susu segar bahwa susu segar harus memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dimana angka bakteri Salmonella sp. dalam susu segar adalah negatif/ 25 ml atau tidak terdapat Salmonella sp. Apabila terdapat Salmonella sp. pada susu segar maka susu tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan walaupun jumlahnya belum dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Maka agar kandungan Salmonella sp. dalam susu negatif, perlu adanya penanganan dan perlakuan terhadap susu mulai proses pemerahan sampai dengan susu siap untuk dikonsumsi agar tidak terkontaminasi Salmonella sp dan bakteri patogen lainnya. (SNI 7388:2009). Meningkatnya angka kesakitan dari bakteri salmonella sebagian disebabkan karena ketidakakuratan dari jasa laboratorium yang tersedia, kurangnya metode laboratorium, laporan yang kurang baik dan kurangnya perhatian yang lebih pada bahaya dalam makanan (Bailliere, 1984).

23 Kerangka Konsep Susu SNI Ter Tid ak Hygiene Sanitasi pemerahan susu kambing meliputi: 1. Higiene sanitasi pemerah 2. Proses pemerahan susu 3. keadaan sanitasi tempat pemerahan susu. 4. keadaan fasilitas sanitasi di tempat pemerahan susu. 5. sanitasi peralatan yang digunakan Pemeriksa

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2006 IX. PEMERAHAN DENGAN MESIN PERAH 1. Pemerahan dengan Mesin (Machine milking) Telah diketahui bahwa dituntut kebiasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi, atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu

Lebih terperinci

Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah

Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah TEKNIK PEMERAHAN DAN PENANGANAN SUSU SAPIPERAH G. Suheri Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor PENDAHULUAN Perkembangan dalam pemeliharaan sapi perah pada akhir-akhir ini cukup pesat dibandingkan tahun-tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia dengan kelezatan dan komposisinya yang ideal karena susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS NO SARANA & PRASARANA / TANGGAL 1 LOKASI DAN BANGUNAN A. LANTAI BERSIH, TIDAK LICIN B. DINDING BERSIH, WARNA TERANG, KEDAP AIR C. LANGIT-LANGIT TIDAK BOCOR, TIDAK MENGELUPAS D. PINTU DAPAT DIBUKA TUTUP

Lebih terperinci

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a. LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas

Lebih terperinci

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU MENANGANI AIR SUSU MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU Air susu mengandung zat-zat gizi yg sangat cocok utk perkembangbiakan bakteri penyebab kerusakan air susu. Proses produksi yg tdk hygienes, penanganan yg

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pasar sentral kota Gorontalo berlokasi di jalan Setia Budi. I kelurahan Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu yang digunakan adalah sampel susu kuartir yang berasal dari Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel yang

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :. b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2 PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2 Komposisi dan Nutrisi Susu Zat makanan yang ada dalam susu berada dalam 3 bentuk yaitu a) sebagai larutan sejati (karbohidrat, garam anorganik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Nama Pemilik Usaha : Umur :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sapi Perah Sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, Guernsey, Jersey dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang gizi mendorong orang untuk mendapatkan bahan pangan yang sehat dan berkualitas agar dapat diandalkan untuk meningkatkan dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder sehingga memiliki keterbatasan dalam pengambilan variabel-variabelnya. Laik fisik penilaiannya berdasarkan ketentuan Kepmenkes No. 715 tahun

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein, 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu adalah bahan makanan yang memiliki peran penting bagi manusia karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat

Lebih terperinci

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar Haderiah 1 *, Sulasmi 2, Novi 3 Abstract Rumah makan adalah suatu tempat umum dimana

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN Jur. Tek. Industri Pertanian FTP-UB Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki

Lebih terperinci

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.006.01 MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang penilaian higiene dan sanitasi tempat peternakan sapi dan tempat pemerahan susu sapi segar, jumlah bakteri Coliform

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Seseorang pada umur produktif, susu dapat membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi

Lebih terperinci

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN dr. Tutiek Rahayu,M.Kes tutik_rahayu@uny.ac.id TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN 1 syarat LOKASI KONSTRUKSI Terhindar dari Bahan Pencemar (Banjir, Udara) Bahan

Lebih terperinci

HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN

HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN Mengapa higiene pekerja itu penting: 1. Pekerja yang sakit tidak seharusnya kontak dengan pangan dan alat yang digunakan selama pengolahan, penyiapan dan penyajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES

BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES Bab ini berisi tentang bagaimana memelihara fisik lemari es dengan benar. Pemeliharaan sangat diperlukan untuk menjaga keawetan lemari es. 7.1 Perawatan dan pembersihan

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( ) Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( 08307144033 ) PROGRAM STUDI KIMIA JURDIK KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 dalam 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Air Minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 dalam pasal 1, Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing (mamae) yang berasal dari pemerahan pada mamalia dan mengandung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis vitamin (Susilorini,

Lebih terperinci

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pembuat/Penjual Sop Buah di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama berjualan : Merupakan jawaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI PEMERAHAN SUSU SAPI DENGAN Total plate count PADA SUSU SAPI DI PETERNAKAN SAPI PERAH DESA MANGGIS KABUPATEN BOYOLALI Dewik wijiastutik *) Alumnus FKM UNDIP, **) Dosen Bagian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. No.358, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 75/M-IND/PER/7/2010 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar

BAB I PENDAHULUAN. dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Susu merupakan minuman dengan kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar maupun yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Perkandangan Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA. berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA. berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan ternak perah lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi manusia dan diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja,

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Persyaratan Karyawan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK Eka Septiarini, Nurul Amaliyah dan Yulia Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: septiarinieka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI

MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI BAB II MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI 2.1 Definisi Susu Susu adalah cairan bergizi yang dihasilkan oleh mamalia. Yang termasuk mamalia diantaranya adalah sapi, kambing, kuda, kerbau dan lain-lain.

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen LAMPIRAN Lampiran. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen. Kapan anda datang untuk makan di restoran ini? Jawab:....... Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawab:....... Selama makan di restoran ini apakah

Lebih terperinci

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1. Organisasi Penelitian ORGANISASI PENELITIAN Pembimbing Peneliti Objek Penelitian Keterangan: 1. Pembimbing Pembimbing dalam penelitian ini adalah dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Susu Kambing Disusun Oleh : Nama : Nurwidi Asmoro NIM : 11.02.8078 Kelas Jurusan : 11-D3MI-03 : Manajemen Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Higienis dan Sanitasi Higienis adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci