PEMBENTUKAN RUTE KERETA API DALAM KAWASAN STASIUN TAWANG MENGGUANAKAN ENTRANCE-EXIT (NX) INTERLOCKING RELAY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBENTUKAN RUTE KERETA API DALAM KAWASAN STASIUN TAWANG MENGGUANAKAN ENTRANCE-EXIT (NX) INTERLOCKING RELAY"

Transkripsi

1 PEMBENTUKAN RUTE KERETA API DALAM KAWASAN STASIUN TAWANG MENGGUANAKAN ENTRANCE-EXIT (NX) INTERLOCKING RELAY Muhammad Fathul Faris Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro jl. Prof Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak Seiring dengan berubahnya waktu, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa akan menuntut untuk terpenuhi. Dahulu kebutuhan dasar bagi manusia adalah berupa sandang, pangan dan papan. Namun saat ini kebutuhan dasar tersebut telah meluas seiring dengan kehidupan manusia yang semakin dinamis. Salah satu kebutuhan yang mendesak bagi umat manusia saat ini adalah adanya sarana transportasi yang aman, nyaman dan bebas dari macet. Sejak didirikan dengan nama Djawatan Kereta Api Republik Indonesia pada tahun 1945 hingga saat ini berganti nama menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero), PT. Kereta Api Indonesia (Persero) senantiasa berkomitmen untuk selalu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penyediaan sarana transportasi. Untuk mendukung kelancaran perjalanan kereta api dibutuhkan aplikasi sistem persinyalan kontrol yang handal. Untuk untuk menunjang hal tersebut maka PT Kereta Api Indonesia (Persero) menggunakan Entrance-Exit Interlocking (NX) untuk melakukan pemantauan maupun pengontrolan terhadap perjalanan kereta api agar senantiasa aman, lancar dan terkendali. Kata kata kunci : sistem kontrol, persinyalan, Entrance-Exit Interlocking (NX), kereta api. I. PENDAHULUAN Melihat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, tuntutan terhadap metode pengajaran, pendidikan, dan materinya juga harus ditingkatkan. Untuk itu, Universitas Diponegoro Semarang sebagai lembaga akademis yang berorientasi pada riset dan teknologi, menetapkan kurikulum yang mampu mengakomodasi perkembangan yang ada. Bidang teknik elektro merupakan salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan yang begitu pesat. Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro, yang merupakan pendidik ahli di bidang teknik elektro, dalam hal ini selalu berusaha menciptakan kompetensi lulusan yang diharapkan dapat menghadapi persaingan global yang dapat bermanfaat bagi kepentingan umat manusia. Melihat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, tuntutan terhadap metode pengajaran, pendidikan, dan materinya juga harus ditingkatkan. Untuk itu, Universitas Diponegoro Semarang sebagai lembaga akademis yang berorientasi pada riset dan teknologi, menetapkan kurikulum yang mampu mengakomodasi perkembangan yang ada. Bidang teknik elektro merupakan salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan yang begitu pesat. Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro, yang merupakan pendidik ahli di 1 bidang teknik elektro, dalam hal ini selalu berusaha menciptakan kompetensi lulusan yang diharapkan dapat menghadapi persaingan global yang dapat bermanfaat bagi kepentingan umat manusia. Salah satu kebutuhan yang mendesak saat ini adalah adanya sarana transportasi yang aman, nyaman dan bebas dari macet. Sejak didirikan tahun dengan nama Djawatan Kereta Api Republik Indonesia pada tahun 1945 hingga saat ini berganti nama menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero), PT. KAI senantiasa berkomitmen untuk selalu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penyediaan sarana transportasi. Untuk mendukung kelancaran perjalanan kereta api dibutuhkan sistem persinyalan kontrol yang andal. Untuk menunjang hal tersebut maka PT KAI menggunakan Entrance-Exit Interlocking (NX) untuk melakukan untuk pemantauan langsung terhadap perjalanan kereta api agar senantiasa aman, lancar dan terkendali. II. SISTEM INTERLOCKING Dalam sistem persinyalan kereta api, dikenal istilah interlocking yang merupakan suatu susunan peralatan sinyal yang mencegah terjadinya tabrakan melalui pengaturan trek seperti persimpangan atau penyeberangan. Peralatan sinyal dan trek tersebut sering disebut sebagai interlocking plant. Interlocking sistem persinyalan KA memiliki fungsi dasar melakukan penguncian terhadap satu jalur sehingga dengan penguncian tersebut, sistem tidak akan mengalihkan ke kunci yang lainnya. Analogi secara global : jika sudah bekerja dan membuka kunci satu jalur, maka jalur tersebut hanya bisa di akses satu kereta api, dan dalam satu jalur tidak akan diakses beberapa kereta secara simultan. A. Konfigurasi dan Penggunaan Sistem Interlocking Sebuah interlocking minimal terdiri dari sinyal, tetapi biasanya termasuk peralatan tambahan seperti tombol-tombol, peralatan pemindah jalur rel, atau bahkan penggerak jembatan rel kereta api. Beberapa prinsip-prinsip dasar interlocking meliputi: 1. Sinyal tidak dapat dioperasikan untuk mengizinkan kereta api bergerak berlawanan arah dalam waktu yang bersamaan. 2. Switch dan peralatan lainnya di rute harus benarbenar diset sesuai posisi, sebelum sinyal mengijinkan kereta api memasukki rute tersebut.

2 Setelah rute dibuat dan kereta api diberikan sinyal untuk melanjutkan ke rute itu, semua switch dan peralatan lainnya di rute terkunci dalam posisi tersebut, sampai kereta keluar dari bagian rute, atau sinyal untuk melanjutkan dibatalkan dan ada cukup waktu untuk memastikan bahwa kereta dapat berhenti. B. Sejarah Interlocking Interlocking rel kereta api berasal dari Inggris, di mana banyak paten diberikan. Pada bulan Juni 1856, Yohanes Saxby menerima paten pertama untuk switch dan sinyal interlocking. Pada tahun 1868, Saxby dianugerahi paten untuk apa yang dikenal hari ini di Amerika Utara sebagai "pengunci kait awal". Kait pengunci awal sangat sukses di era 1873an, dimana tuas pengunci mekanik digunakan hanya di London dan North West Railway sendiri. Percobaan pertama interlocking mekanik di Amerika Serikat berlangsung pada tahun 1875 oleh JM Toucey dan William Buchanan di Spuyten Duyvil Junction di New York tepatnya di New York Center dan Hudson River Railroad (NYC & HRR). Pada saat itu, Toucey adalah Pengawas Umum dan Buchanan sebagai Pengawas Mesin di NYC & HRR. Toucey dan Buchanan membentuk perusahaan bernama Toucey and Buchanan Interlocking Switch and Signal Company di Harrisburgh, Pennsylvania pada tahun Instalasi penting pertama ialah pada mekanisme switch dan sinyal dari Manhattan Elevated Railroad Company dan the New York Elevated Railroad Company. Dibandingkan dengan desain Saxby itu, mekanisme interlocking Toucey dan Buchanan dianggap lebih rumit dan kurang canggih, sehingga tidak dipergunakan secara luas. Pada tahun 1882 Union Switch and Signal membeli perusahaan mereka. Sebuah interlocking hidro-pneumatik eksperimental dipasang di Bound Brook, New Jersey yaitu pada sambungan rel kereta api Philadelphia dan Reading, serta pada rel kereta api Lehigh Valley pada tahun Pada 1891, sudah terpasang 18 hydro-pneumatik plant, pada enam kereta api, yang total mengoperasikan 482 tuas pengungkit. Pada 1900, 54 plant elektro-pneumatik interlocking, mengendalikan total tuas interlocking, digunakan pada 13 rel kereta api di daerah Amerika Utara dan sistem jenis ini akan tetap salah satu dari dua sistem yang layak bersaing di masa depan, meskipun memang memiliki kelemahan dari segi perawatan. All-electric Interlocking" menjadi populer pada Mei 1900, dengan dimulainya apa yang menjadi General Railway Signal Company (sekarang unit Alstom, berkantor pusat di Levallois-Perret, dekat Paris). Instalasi pertama dari All-electric Interlocking" berada di Eau Claire, Wisconsin pada Chicago, St Paul, Minneapolis dan Omaha Kereta Api di Dan pada 1913, sistem jenis ini telah diinstal pada 83 rel kereta api di 35 negara bagian Amerika Serikat dan Provinsi Kanada, di 440 plant interlocking menggunakan pengungkit. III. JENIS SISTEM INTERLOCKING A. Mechanical Interlocking Pada peralatan mechanical interlocking, dibuat locking bed, yang terdiri dari palang baja membentuk jaringan. Tuas yang mngoperasikan switch, pemindah rel, sinyal atau peralatan lainnya dhubungkan ke palang yang bergerak dalam satu arah. Palang dibangun sehingga, jika fungsi yang dikendalikan oleh suatu tuas mengganggu fungsi yang dikendalikan oleh tuas lain, suatu proses mekanik sudah diatur sedemikianrupa hingga terjadi penguncian antara persilangan dua palang tersebut, yang pada gilirannya mencegah gerakan tuas yang bertentangan itu dilakukan. Pada peralatan mekanis murni, tuas mengoperasikan perangkat lapangan, seperti sinyal, secara langsung melalui batang mekanis atau sambungan kawat. Tuas dibuat setinggi bahu agar memberikan keuntungan mekanis untuk operator. Mechanical interlocking pertama digunakan pada tahun 1843 di Inggris. Gambar 1 Locking Bed Handle pada Mechanical Interlocking B. Electro Mechanical Interlocking Electro-Mechanical Interlocking juga menggunakan penguncian mekanik untuk memastikan urutan yang tepat dari tuas, tapi tuas yang digunakan jauh lebih kecil diabnding pada mechanical interlocking, karena mereka tidak secara langsung mengontrol perangkat lapangan. Jika tuas bebas untuk bergerak berdasarkan locking bed, kontaktor pada tuas memicu switch dan sinyal yang dioperasikan secara elektrik atau elektro-pneumatik. Sebelum tuas kontrol dapat berpindah ke posisi yang akan menggerakkan pengungkit lainnya, sinyal harus sudah diterima dari perangkat lapangan yang telah benar-benar pindah ke posisi yang diminta. Locking Bed berikut digunakan untuk electro mechanical interlocking. 2

3 Gambar 2 electro-mechanical interlocking handle C. Relay Interlocking Interlocking dilakukan secara full elektrik (kadangkadang disebut sebagai "all-electric") terdiri dari sirkuit kompleks yang tersusun atas rele-rele dalam suatu pengaturan logika rele yang memastikan state atau posisi masing-masing sinyal peralatan. Saat peralatan dioperasikan, perubahan posisi mengakibatkan beberapa sirkuit terbuka sehingga mengunci keluar peralatan lain yang berlawanan dengan posisi baru tersebut. Demikian pula, sirkuit lain ditutup ketika peralatan yang dikontrol menjadi aman untuk beroperasi. Interlocking yang dioperasikan secara elektrik dapat dioperasikan secara lokal atau jarak jauh dengan penggunaan tuas mekanik besar pada sistem sebelumnya digantikan oleh tombol, switch atau push toggles pada panel atau video interface. Interlocking semacam ini dapat dirancang untuk beroperasi tanpa operator manusia. Pengaturan ini disebut interlocking otomatis, dan jenis kereta api yang digunakan ialah yang mampu mengeset rute sendiri secara otomatis, selama tidak ada gerakan yang bertentangan saat kereta sedang bergerak. Gambar 3 Meja pelayanan pada Relay Interlocking D. Unit Relay pada NX MIS 801 MIS 801 adalah sistem persinyalan yang menggunakan modul. Sistem persinyalan ini dapat digunakan pada implementasi dengan bermacam bentuk situasi dan operasi. Unit rele pada MI801 menurut fungsinya dapat dibagi menjadi 3 jenis unit rele: - Unit rele bersama (Common Relay Unit): untuk perintisan terpusat dan juga berfungsi sebgai pengecek (unit perintis, unit pembentuk jalan otomatis). - Beberapa unit yang dihubungkan oleh kabel lintasan (spoor cable) untuk menyetelan, pengontrolan dan pembebasan jalan (sirkit geografis) - Beberapa unit untuk pengontrol dan berfungsi sebagai pengecek sinyal-sinyal dan wesel-wesel. Unsur-unsur trek, seperti : wesel, sinyal dan sirkit sepur menggunakan unit jenis khusus. Unit-unit ini terdiri dari sirkit yang digunakan untuk mengontrol masing-masing unsur trek tersebut. Dengan demikian, maka unit rele pada MIS 801 dapat dibagi: 1) Unit bersama: - Unit perintis (A): Unit perintis terdiri dari peralatan yang digunakan untuk pengecekan tombol tekan, pelayanan wesesecara manual, urutan pelayanan wesel-wesel pada waktu pembentukan jalan, pelayanan tanda perintah masuk, pembentukan jalan, pembebasan jalan secara manual, pendeteksi dan indikator wesel, sinyal dan berbagai fungsi tombol tekan. - Unit pembetuk jalan otomatik (SB) : Terdiri dari peralatan yang diperlukan untuk pembentukan jalan tertentu yang telah diprogram sebelumnya oleh kereta api yang datang secara otomatik. 2) Unit lintasan (spoor unit): - Unit sinyal (ZR) : Dapat berupa sebagai asal dan/atau tujuan pada jalan yang dibentuk untuk kereta api atau langsiran. - Unit sinyal masuk (ZRE) : Unit ini disebagai asal bagi jalan masuk ke emplasemen dan sebagai tujuan bagi jalan keluar dari emplasemen. - Unit sinyal untuk dua sinyal (ZRI) : Unit ini berfungsi sebagai unit ZR, tetapi digunakan untk mengontrol dua sinyal yang terletak saling berhadap-hadapan dan berlaku untuk sepur yang sama. - Unit sinyal langsir (R) : Unit ini merupakan asal dan/atau tujuan jalan untuk langsidan dan terdiri dari suku bagian pengontrol satu sinyal langsir (bentuk pendek). - Unit sinyal langsir untuk dua sinyal langsir (R1) : Unit ini berfungsi sebagai unit R, tetapi digunakan utnuk mengontrol dua sinyal langsir yang terletak saling berhadapan dan berlaku untuk sepur yang sama. - Unit sinyal langsir akhir (RE) : Unit ini merupakan asal dan tujuan jalan untuk lengsiran pada lintasan buntu. Unit ini terdiri dari suku bagian untuk mengontrol siyal langsir yang terletak pada akhir pada suatu sepur atau sepur simpang. - Unit sepur luncur (DE): Unit ini terdiri dari suku bagian yang diperlukan untuk penyelenggaraan luncuran. - Unit wesel (WF) : Terdiri dari sirkit-sirkit untuk: perintah penyetelan wesel pada pembentukan jalan, perintah penyetelan wesel secara manual, perintah untuk mencari 3

4 penjaga samping yang diberikan oleh suatu wesel, pendeteksian wesel, pembentukan jalan untuk kereta apai atau langsiran dan luncuran, pengecekan jalan, pendeteksian kosongnya sepur dan pembebasan jalan oleh suatu kereta api. - Unit sirkit sepur (GA) : Unit ini menyelenggarakan pengecekan bagian jalan yang berdiri sendiri (tidak tergabung dengan perislanga, wesel atau sinyal). 3) Unit pengontrol pendeteksi dan pengecek: - Unit pengontrol wesel (WA) : Unit ini terdiri dari suku bagian yang digunakan untuk menjalankan dan mengecek motor wesel. Untuk ini dapat juga digunaan untuk melayani alat perintang atau wesel yang tergabung. - Unit pengontrol sinyal utama (HS) : Unit ini digunakan untuk mengontrol sirkit lampu sinyal dan mengecek kawat pijar dia lampu sinyal pada suatu sinyal utama, termasuk penghubung kawat pijar (filamen switching), bila diperlukan. - Unit pengontrol semboyan tambahan pada sinyal utama (HSZ) : Unit ini mengontrol, mengecek dan mendeteksi semboyan tambahan pada sinyal utama, termasuk penghubung kawat pijar (filamen switching) bila diperlukan. - Unit pengontrol sinyal langsir (RS) : Unit ini digunakan untuk mengontrol sirkit lampu sinyal langsir dan mengecek semboyan yang diberikan termasuk penghubung kawat pijar, bila diperlukan. Unit perintis dihubungkan kepada unit lintasan dan unit pengontrol dengan menggunakan kabel penghubung cincin yang berurat 20 buah. Kabel ini menghubungkan beberapa unit tertentu dalam hubungan paralel dan beberapa unit lainnya dalam hubungan seri. Bekerjanya sirkit MIS 801 didasarkan pada prinsip fail-safe. Teknik ini mempunyai sifat dapat dipercaya yang tinggi. Untuk semua sirkit yang penting dalam teknik MIS 801 digunakan rele sinyal K50. Rele K50 diperlengkapi penggerak kontak yang kokoh dan kontak yang dapat membersihkan sendiri (UIC Codex 736 tipe C). Gambar 4 Salah satu rele buatan ALSTOM Semua unit merupakan unit jenis plug-in yang dapat dipasang tersusun dari atas ke bawah secara menegak. Peti unit yang digunakan adalah: - Peti 2 tingkat yang dapat memuat 24 buah rele K50 - Peti 3 tingkat yang dapat memuat 36 buah rele K50 Gambar 5 Contoh salah satu rak rele IV. ENTRANCE-EXIT INTERLOCKING (NX) RELAY Sistem interlocking yang digunakan pada PT KAI DAOP IV SEMARANG ialah Entrance-Exit Interlocking (NX) tepatnya jenis MIS 801 yang termasuk jenis relay interlocking, tujuan dari perancangan sistem NX ini antara lain : Menyederhanakan pengarahan rute kereta api Mempercepat pengoperasian sistem Meminimalisir kemungkinan error yang terjadi selama pembuatan rute kereta api Sistem NX memungkinkan operator untuk membentuk jalur kereta dengan melihat diagram alur perlintasan kereta kemudian menekan sebuah tombol di jalur masuk dan tombol lain di jalur keluar kereta yang diinginkan, dan kemudian logic circuit menangani semua tindakan yang diperlukan memerintahkan rele untuk mengatur sinyal dan membuang switch dalam urutan yang tepat seperti yang diperlukan untuk menyediakan rute yang valid. A. Bagian Penyusun dari NX Sistem Entrance-Exit Interlocking (NX) disusun dari 3 bagian, yaitu ruang kendali (Control Site), ruang rele (Relay Site), lapangan (Track Site) 1) Ruang kendali (Control Site) Pada bagian ini, NX terdiri dari komponenkomponen kendali dan interface yang berkaitan langsung dengan manusia. Contohnya adalah meja pelayanan sistem kendali yang terdiri dari tombol push button yang terhubung dengan rele yang berada pada relay site dan led indikator yang menandakan keadaan dari lintasan/rel di kawasan Stasiun Tawang, apakah terdapat kereta atau tidak. 4

5 Gambar 6 Meja layout panel pembentuk jalur kereta 2) Ruang rele (Relay Site) Merupakan tempat dimana rele-rele dirangkai dan disusun sedemikian rupa disesuaikan dengan keadaan dari suatu stasiun di mana dia berada. Rele-rele ini disusun dan ditempatkan di dalam rak-rak rele, di mana 1 rak rele dapat menampung sebanyak 168 rele. Semua perintah dari control site semua masuk di dalm relay site untuk langsung diolah dengan logic relay yang telah dibentuk, untuk kemudian akan dikirim ke track stie. Tegangan kerja dari unit rele yaitu 12V, 24V, 60V DC dan 220V AC, beragam di sesuaikan dengan kegunaannya. a b Gambar 8 Perubahan kedudukan rel a. Posisi 1 b. Posisi 2 Gambar 9 Pemasangan wesel pada rel Gambar 7 Relay room 3) Lapangan (Track Site) Komponen interlocking yang ada pada bagian ini berupa sensor dan aktuator. Aktuatornya berupa lampu sinyal dan wesel (pemindah jalur rel). Berikut penjelasan mengenai penjelasan komponen di atas: a. Wesel Merupakan aktuator yang digunakan untuk menggeser posisi rel dalam suatu persimpangan. Rel yang ada akan digerakan dengan ditarik atau didorong, gerakan translasi ini didapat gerakan rotasi motor yang dihubungkan dengan beberapa jenis gear. Pada beberapa wesel di indonesia yang bertipe mekanik, biasanya dikopel dengan sinyal untuk mempermudah dan menyederhanakan pengubahan tuas interlocking. P2 P CLR P2 Gambar 10 Boks wesel Rl CLR Rl 3 Rl SWITCH Rl 2 Rl WESEL V motor M Gambar 11 kondisi relay interlocking pada posisi wesel 1 5

6 P1 P CLR P1 P3 Rl CLR Rl 2 Rl SWITCH P CLR P3 Rl 3 V motor Rl WESEL M Gambar 12 kondisi relay interlocking pada posisi wesel 1 b. Sinyal Secara definisi peralatan persinyalan adalah seperangkat fasilitas yang berfungsi untuk memberikan isyarat kepada pengendara kereta (masinis) berupa bentuk, warna atau cahaya, yang ditempatkan pada suatu tempat tertentu dan memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk mengatur dan mengontrol pengoperasian kereta api. Berikut adalah macam-macam sinyal: 1. Main signal (sinyal utama) 2. Subsidary signal (sinyal pendukung) 3. Appendant signal (sinyal bantu) 4. Special signal (sinyal khusus) a b Gambar 14 Track circuit a. Kondisi tidak ada kereta b. Kondisi ada kereta 2. Axle counter/ penghitung gandar. Sensor ini akan bekerja menghitung jumlah gandar kereta yang lewat di atasnya. Penghitungan ini bertujuan untuk pendeteksian gerbong kerata yang lewat. Sehingga sensor ini dapat memperakurat pendeteksian kereta. Biasanya sensor yang digunakan berupa proximity sensor a Gambar 15 a. senor gandar b. counter box sensor gandar b Gambar 13 Macam-macam sinyal c. Sensor kereta Jenis jenis alat deteksi kereta api adalah sebagai berikut: 1. Trek sirkit, merupakan sensor yang bekerja berdasarkan terhubungsingkatnya kedua rel oleh roda dan gandar kereta. Prinsip kerja dari sensor ini adalah pada salah satu ujung rel di dalam area trek sirkit dihubungkan ke catu daya listrik 60V DC, dan ujung lainnya dihubungkan ke rele. 6 B. Prinsip Pembentukan Jalan Pada lintasan perintis pembentukan jalan (lintasan FA), pertama-tama harus ditetapkan apakah jalan tersebut dapat dibentuk atau tidak. Kemudian dilakukan langkah- langkah sebagai berikut : 1. Pengecekan Kegiatan Pada Lintasan - FA Bila suatu jalan akan dibentuk, maka disyaratkan bahwa pada jalan tersebut harus tidak terdapat satu weselpun yang sedang tersekat atau terkancing dalam kedudukan yang bertentangan dengan yang diperlukan. Bila lintasan telah dilalui, unit perintis mengetahui bahwa tombol tekan ditempat asal dan tujuan telah ditekan. Dengan jalan demikian, maka unit perintis menyimpulkan bahwa semua unit yang terletak pada jalan yang dibentuk, demikian juga pada rel luncur telah menyimpan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan perintah pembentukan jalan. 2. Perintisan Jalan Untuk penyetelan jalan untuk kereta api, tombol jalan untuk kereta api ditempat asal dan tujuan jalan harus ditekan. Segera setelah pengecekan pelayanan dua

7 tombol tekan telah selesai dilakukan oleh unit perintis (rele FGA menarik), menyebabkan lintasan FA ditempat asal berjalan melalui penghubung cincin FA. 3. Penyimpanan Perintah Pembentukan Jalan Sekarang pada meja pelayanan indikator seluruh jalan menjadi menyala kuning dengan demikian secara visual memberitahukan kepada operator bahwa jalan yang dikehendaki telah terbentuk. Operator sekarang sudah boleh melepaskan kedua tombol tekan yang bersangkutan. Unit perintis kembali kedalam kedudukan biasanya lagi (rele FA 1, FA 3 dan FG 4 jatuh dan rele FTP menarik) dan kemudian telah siap kembali untuk melakukan tugas lainnya. 4. Penguncian Dan Penyetelan Wesel Yang Terletak Pada Jalan Yang Dibentuk Setiap wesel yang terletak pada jalan dan rel luncur yang dibentuk harus disekat untuk menghindari dari pelayanan wesel yang tidak dikehendaki. Dengan telah bekerjanya rele WV berarti telah dilakukan pengecekan terhadap persesuaian antara perintah pembentukan jalan dan kedudukan wesel yang sebenarnya 5. Pengecekan Jalan (Lintasan - FP) Lintasan ini mengerjakan rele jurusan dalam unit wesel (WF). Rele jurusan diperlukan untuk pembebasan jalan yang dilakukan oleh kereta api sendiri atau untuk pembatalan tujuan jalan. Lintasan FP mendapat sumber arus dari arah yang berlawanan dengan arah jalan yang dibentuk, malalui kontak FSZ di dalam unit jalan yang di tempat tujuan. Menariknya rele FPS merupakan persyaratan pertama yang diperlukan untuk merubah semboyan sinyal utama sehingga menunjukkan aman. 6. Penguncian Jalan Dan Pengontrolan Jalan (Lintasan FU dan DU) Sekarang arus mengalir melalui lintasan FU dari unit rel luncur ke unit jalan di tempat tujuan dan dari sini melalui lintasan FU kembali ke unit jalan di tempat asal sihingga rele FU menarik. Rele ini mengontrol secara terus menerus semua persyaratan yang diperlukan pada lintasan Fu dan DU. Menariknya rele FU merupakan persyaratan kedua yang diperlukan untuk merubah semboyan sinyal sehingga menunjukkan semboyan aman. 7. Pengecekkan Jalan Untuk Kereta Api (Lintasan ZP) Lintasan ZP mengecek bahwa semua perintah pembentukan jalan untuk kereta api telah bekerja dengan baik di seluruh jalan yang dibentuk. Lintasan ini mendapat sumber arus dari unit jalan di tempat tujuan melalui kontak FSZ dan ZA. Segera setelah lintasan ZP telah dialaui, rele ZPS di dalam unit jalan ditempat asal akan menarik melalui kontak ZSS. Menariknya rele ZPS merupakan persyaratan ketiga yang diperlukan untuk merubah semboyan sinyal sehingga menunjukan semboyan aman. a. Ruang kendali (Control Site) b. Ruang rele (Relay Site) c. Lapangan (Track Site) 3. Meja layout panel merupakan interface NX yang digunakan untuk pembentukan jalur kereta yang terdiri dari: a. Tombol tekan jalan b. Tombol tekan wesel c. Tombol kelompok 4. Aktuator dalam NX berupa: a. Wesel, berfungsi untuk menggeser kedudukan rel dalam suatu persimpangan b. Sinyal, yang berfungsi untuk memberikan penanda kepada pengendara kereta mengenai keadaan dan posisi kereta. 5. Sensor kereta yang dipakai Stasiun Tawang antara lain: a. Track circuit (trek sirkit), yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan kereta b. Axle counter (sensor gardan), sensor yang berfungsi untuk mendeteksi jumlah gerbong atau panjang kereta yang diwakili oleh jumlah gardan. DAFTAR PUSTAKA [1] Soepardi, Aep Teknik Perangkat Sinyal Listrik MIS 801. Bandung [2], The NX System of Electric Interlocking, 1963 [3] [4] 0DETECTION%20% 28PENDETEKSI%20KA%29 [5] Interlocking [6] BIODATA Muhammad Fathul Faris (L2F007052). Lahir di Metro, 27 Oktober Penulis telah menempuh pendidikan di SD Muhammadiyah 1 Metro, SMPN 1 Metro, SMAN 1Metro dan sekarang tercatat sebagai Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP, Angkatan 2007, Konsentrasi Kontrol. Menyetujui Dosen Pembimbing V. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dengan menggunakan sistem NX, operator dapat membangun jalur perlintasan kereta hanya dengan menekan stidaknya dua tombol saja. 2. Secara umum NX tersusun atas 3 bagian: 7 Budi Setiyono, S.T., M.T. NIP

PRINSIP PEMBENTUKAN JALUR KERETA API DI KAWASAN TAWANG DENGAN SISTEM RELAY INTERLOCKING ENTRANCE-EXIT

PRINSIP PEMBENTUKAN JALUR KERETA API DI KAWASAN TAWANG DENGAN SISTEM RELAY INTERLOCKING ENTRANCE-EXIT Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP PEMBENTUKAN JALUR KERETA API DI KAWASAN TAWANG DENGAN SISTEM RELAY INTERLOCKING ENTRANCE-EXIT (NX) Fakhruddin Mangkusasmito (L2F 007 028) Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Sistem Interlocking Persinyalan Berbasis PLC Dengan Metode HSB (Hot Standby) Vital Safety Critical System

Sistem Interlocking Persinyalan Berbasis PLC Dengan Metode HSB (Hot Standby) Vital Safety Critical System Sistem Interlocking Persinyalan Berbasis PLC Dengan Metode HSB (Hot Standby) Vital Safety Critical System Fuad Baridin Faisal 1 Edi Rakhman 2, Peni Handayani 3, 1 Jurusan Teknik Elektro,Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun Menurut (Utomo 2009), pada tata letak jalur stasiun (emplasemen) yang terdiri dari jalan jalan rel yang tersusun dari sedemikian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri No. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api, menjelaskan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan. 33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Dalam merancang tata letak jalur kereta api di stasiun harus disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di lapangan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang solusi dari permasalahan yang diberikan dalami tugas kerja praktik yaitu tentang instalasi dan cara kerja dari penyambung track electric dan alat pemantau

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Stasiun Eksisting Stasiun Cicalengka merupakan stasiun yang berada pada lintas layanan Cicalengka-Nagreg-Lebakjero, terletak

Lebih terperinci

Abstrak. Susdarminasari Taini-L2F Halaman 1

Abstrak. Susdarminasari Taini-L2F Halaman 1 Makalah Seminar Kerja Praktek PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CPM1A PADA TRAFFIC LIGHT DI LABORATORIUM TEKNIK KONTROL OTOMATIK TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO Susdarminasari Taini (L2F009034)

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MINIATUR PALANG PINTU PERLINTASAN KERETA API BERBASIS PLC

RANCANG BANGUN MINIATUR PALANG PINTU PERLINTASAN KERETA API BERBASIS PLC RANCANG BANGUN MINIATUR PALANG PINTU PERLINTASAN KERETA API BERBASIS PLC LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program Diploma III oleh: AFDAL AMINUDDIN SIREGAR ANWAR

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Tata letak jalur stasiun terdiri atas jalan jalan rel yang tersusun sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Penggambaran skema

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CPM1A PADA MODUL SISTEM SILO

Makalah Seminar Kerja Praktek PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CPM1A PADA MODUL SISTEM SILO Makalah Seminar Kerja Praktek PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CPM1A PADA MODUL SISTEM SILO Muhammad Fajri Nur Reimansyah (L2F009032) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION MK. Transportasi Elektrik Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION Motor DC adalah andalan penggerak traksi listrik pada motor listrik dan motor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Programmable Logic Controller Proses di berbagai bidang industri manufaktur biasanya sangat kompleks dan melingkupi banyak subproses. Setiap subproses perlu dikontrol secara seksama

Lebih terperinci

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK OLEH: DRS. SUKIR, M.T JURUSAN PT ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Dasar Sistem Pengendali Elektromagnetik. Materi dasar sistem pengendali elektromagnetik

Lebih terperinci

Abstrak. Arbye S L2F Halaman 1

Abstrak. Arbye S L2F Halaman 1 Makalah Seminar Kerja Praktek PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CPM1A PADA BEL KUIS DI LABORATORIUM TEKNIK KONTROL OTOMATIK TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO Arbye S (L2F009045) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa mempergunakan alat bantu.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Kajian Pola Operasi 1. Jenis dan Kegiatan Stasiun Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas, dan Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB II RUANG LINGKUP PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) BAB II RUANG LINGKUP PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) 2.1 Latar Belakang PT. Kereta Api Indonesia (Persero) PT. Kereta Api Indonesia (Persero) berkembang dari masa penjajahan Belanda hingga saat ini.

Lebih terperinci

TI-3222: Otomasi Sistem Produksi

TI-3222: Otomasi Sistem Produksi TI-: Otomasi Sistem Produksi Hasil Pembelajaran Umum ahasiwa mampu untuk melakukan proses perancangan sistem otomasi, sistem mesin NC, serta merancang dan mengimplementasikan sistem kontrol logika. Diagram

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Kondisi Stasiun Eksisting Dalam sebuah perancangan pengembangan stasiun kereta api harus terlebih dahulu mengetahui kondisi-kondisi stasiun

Lebih terperinci

TI3105 Otomasi Sistem Produksi

TI3105 Otomasi Sistem Produksi TI105 Otomasi Sistem Produksi Diagram Elektrik Laboratorium Sistem Produksi Prodi. Teknik Industri @01 Umum Hasil Pembelajaran ahasiwa mampu untuk melakukan proses perancangan sistem otomasi, sistem mesin

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis-Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Jalur kereta api Menurut Peraturan Menteri No.33 Tahun 2011 adalah jalur yang terdiri atas rangkain petak jalan rel yang meliputi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Jenis stasiun menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 33 Tahun 2011 tentang jenis, kelas dan kegiatan di Stasiun Kereta Api.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis dan Kegiatan Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api dalam bab 2 Jenis dan Kegiatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat 1. Kondisi Eksisting Stasiun Lahat Stasiun Lahat merupakan stasiun yang berada di Jl. Mayor Ruslan, Kelurahan Pasar Baru,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Tata letak jalur stasiun atau emplasemen adalah konfigurasi jalur untuk suatu tujuan tertentu, yaitu menyusun kereta atau gerbong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteistik Angkutan Kereta Api Nasional Peran jaringan kereta api dalam membangun suatu bangsa telah dicatat dalam sejarah berbagai negeri di dunia. Kereta api merupakan

Lebih terperinci

Sudarmaji SISTEM KERJA PENGENDALI OTOMATIS LAMPU TRAFFIC LIGHT PADA PERSIMPANGAN 4 (EMPAT) JALAN RAYA MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC)

Sudarmaji SISTEM KERJA PENGENDALI OTOMATIS LAMPU TRAFFIC LIGHT PADA PERSIMPANGAN 4 (EMPAT) JALAN RAYA MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SISTEM KERJA PENGENDALI OTOMATIS LAMPU TRAFFIC LIGHT PADA PERSIMPANGAN 4 (EMPAT) JALAN RAYA MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) Sudarmaji Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara

Lebih terperinci

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi motor listrik menggunakan kontaktor sebagai pengunci. Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi

Lebih terperinci

Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI

Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI Diagram Listrik Ladder Diagram Garis Tipis dan Garis Tebal Sirkit Daya dan Sirkit Kontrol Penamaan Komponen (Huruf dan Angka) Penomeran Kabel Garis terputus-putus :

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAMAN MOTOR TERHADAP SUHU TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS PLC

NASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAMAN MOTOR TERHADAP SUHU TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS PLC NASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAMAN MOTOR TERHADAP SUHU TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS PLC Disusun Oleh: DONY SETIYAWAN D 400 100 009 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Februari 2014 Oktober 2014. 3.2. Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

ELEKTRO-PNEUMATIK (smkn I Bangil)

ELEKTRO-PNEUMATIK (smkn I Bangil) Jawaban ( Katup Solenoid Tunggal dan Silinder Kerja Tunggal ) Alat Penyortir ( Sorting Device ) Soal : Dengan menggunakan alat penyortir, benda ditransfer dari ban berjalan satu ke ban berjalan lainnya.

Lebih terperinci

KONTROL PARKIR MOBIL OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

KONTROL PARKIR MOBIL OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER KONTROL PARKIR MOBIL OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER Thiang, Edwin Sugiarta Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya Email: thiang@petra.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Model Kontrol Pompa Pemadam Kebakaran Berbasis Arduino Simulasi ini dibuat menyesuaikan cara kerja dari sistem kontrol pompa pemadam kebakaran berbasis Arduino, perlu

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB I SISTEM KONTROL TNA 1

BAB I SISTEM KONTROL TNA 1 BAB I SISTEM KONTROL Kata kontrol sering kita dengar dalam pembicaraan sehari-hari. Kata kontrol disini dapat diartikan "mengatur", dan apabila kita persempit lagi arti penggunaan kata kontrol dalam teknik

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Makalah Seminar Kerja Praktek PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Rieza Dwi Baskara. 1, Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim 1. Kondisi Eksisting Stasiun Muara Enim Stasiun Muara Enim merupakan stasiun yang berada di Kecamatan Muara Enim, Kabupaten

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMANASAN AIR

BAB II SISTEM PEMANASAN AIR BAB II SISTEM PEMANASAN AIR Konsep dasar sistem pemanasan air ini memiliki 3 tahapan utama yang saling berhubungan. Tahapan pertama, yaitu operator menjalankan sistem melalui HMI InTouch. Operator akan

Lebih terperinci

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SUATU PEMAHAMAN DASAR PERALATAN PENGENDALI DI INDUSTRI BAGI MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SUATU PEMAHAMAN DASAR PERALATAN PENGENDALI DI INDUSTRI BAGI MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SUATU PEMAHAMAN DASAR PERALATAN PENGENDALI DI INDUSTRI BAGI MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI Pengenalan PLC PLC merupakan sistem operasi elektronik digital yang dirancang untuk

Lebih terperinci

Samurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal

Samurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal Samurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal Marisa Gita Putri *), Nabilah Fairusiyyah *), Dwiyanto *), Yuddy Dharmawan **) *) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Betung

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Betung BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Betung Perancangan tata letak jalur kereta api (KA) Stasiun Betung tidak lepas dari gambaran umum lokasi penelitian berdasaran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Pada bab ini akan di jelaskan tentang tujuan pengujian alat, metode dan hasil pengujian. Selain itu akan dijelaskan juga jenis-jenis komponen elektrik yang terhubung

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pergerakan lokomotif Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan gaya tarik lokomotif dengan kelandaian

Lebih terperinci

Programmable Logic Controller

Programmable Logic Controller Control Systems Service Center Jurusan Teknik Elektro ITS Pengantar Programmable Logic Controller Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: jos@ee.its.ac.id

Lebih terperinci

OLEH : NAMA : SITI MALAHAYATI SARI KELAS : EL-3E NIM :

OLEH : NAMA : SITI MALAHAYATI SARI KELAS : EL-3E NIM : OLEH : NAMA : SITI MALAHAYATI SARI KELAS : EL-3E NIM : 1105032111 PROGRAM STUDY TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2012 1 BAB I Rangkaian Operasi Terbuka dan Tertutup 1. Rangkaian

Lebih terperinci

PROTOTIPE PALANG PINTU OTOMATIS UNTUK BUSWAY BERBASIS INFRA RED

PROTOTIPE PALANG PINTU OTOMATIS UNTUK BUSWAY BERBASIS INFRA RED PROTOTIPE PALANG PINTU OTOMATIS UNTUK BUSWAY BERBASIS INFRA RED Suratun 1, Sri Nur Anom 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor. Jl. KH Sholeh Iskandar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Umum Perancangan robot merupakan aplikasi dari ilmu tentang robotika yang diketahui. Kinerja alat tersebut dapat berjalan sesuai keinginan kita dengan apa yang kita rancang.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No 60 Tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api, persyaratan tata letak, tata

Lebih terperinci

Lembar Latihan. Lembar Jawaban.

Lembar Latihan. Lembar Jawaban. DAFTAR ISI Daftar Isi Pendahuluan.. Tujuan Umum Pembelajaran.. Petunjuk Penggunaan Modul.. Kegiatan Belajar 1 : Penggambaran Diagram Rangkaian.. 1.1 Diagram Alir Mata Rantai Kontrol. 1.2 Tata Letak Rangkaian.

Lebih terperinci

PENGENALAN PLC. - Mengidentifikasi peralatan sistem kendali PLC. - Menjelaskan cara kerja sistem kendali PLC

PENGENALAN PLC. - Mengidentifikasi peralatan sistem kendali PLC. - Menjelaskan cara kerja sistem kendali PLC PENGENALAN PLC a. Tujuan Pemelajaran Setelah pemelajaran Siswa dapat: - Mengidentifikasi peralatan sistem kendali PLC - Menjelaskan cara kerja sistem kendali PLC - Menjelaskan keunggulan PLC - Menyebutkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipikal Tata Letak dan Panjang Efektif Jalur Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipikal Tata Letak dan Panjang Efektif Jalur Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Tipikal Tata Letak dan Panjang Efektif Jalur Stasiun 1. Tipikal Tata Letak Jalur Stasiun Penentuan tata letak jalur kereta api harus selalu disesuaikan dengan jalur kereta api

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API. MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API. MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan perealisasian keseluruhan sistem yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Pada perancangan

Lebih terperinci

Lab. Instalasi Dan Bengkel Listrik Job II Nama : Syahrir Menjalankan Motor Induksi 3 Fasa. Universitas Negeri Makassar On Line) Tanggal :

Lab. Instalasi Dan Bengkel Listrik Job II Nama : Syahrir Menjalankan Motor Induksi 3 Fasa. Universitas Negeri Makassar On Line) Tanggal : Lab. Instalasi Dan Bengkel Listrik Job II Nama : Syahrir Jurusan Pend. Teknik Elektro Menjalankan Motor Induksi 3 Fasa Nim : 1224040001 Fakultas Teknik Sistem DOL (Direct elompok : VIII (Pagi) Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kajian Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kajian Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda BAB III LANDASAN TEORI A. Kajian Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda Kajian pola operasi jalur kereta api ganda merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan jalur kereta api. Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

Dalam perancangan sistem pengendalian gerak palang pintu kereta api ini.

Dalam perancangan sistem pengendalian gerak palang pintu kereta api ini. BAB 111 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras. Dalam perancangan sistem pengendalian gerak palang pintu kereta api ini. Difokuskan kepada ketepatan sensor, dan ketepatan motor bergerak untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1. Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah di buat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap perancangan ini. Pengujian dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Pengguna Kereta Api

BAB I PENDAHULUAN. Data Pengguna Kereta Api BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kereta merupakan salah satu jenis transportasi yang terdapat di Indonesia dan dapat digunakan oleh siapa saja. Di Indonesia, perkembangan kereta mulai meningkat dari

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengambilan Dan Pemuatan Kemasan Yang Dikendalikan Melalui PLC OMRON CP1E-E40DR-A

Rancang Bangun Sistem Pengambilan Dan Pemuatan Kemasan Yang Dikendalikan Melalui PLC OMRON CP1E-E40DR-A Rancang Bangun Sistem Pengambilan Dan Pemuatan Kemasan Yang Dikendalikan Melalui PLC OMRON CP1E-E40DR-A Asniar Aliyu 1, Arif Basuki 2, Rudy 3 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jl Babarsari,

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DIGITAL

SISTEM KENDALI DIGITAL SISTEM KENDALI DIGITAL Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan tanggapan sistem yang diharapkan. Jadi harus ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Teknologi selalu berkembang mengikuti perubahan zaman. Saat ini teknologi sudah ada di setiap lini kehidupan. Teknologi mempermudah manusia mengatasi suatu permasalahan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH PADA MOTOR BENSIN GENERATOR-SET 1 FASA 2,8 KW 220 VOLT 50 HERTZ

RANCANG BANGUN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH PADA MOTOR BENSIN GENERATOR-SET 1 FASA 2,8 KW 220 VOLT 50 HERTZ 1 RANCANG BANGUN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH PADA MOTOR BENSIN GENERATOR-SET 1 FASA 2,8 KW 220 VOLT 50 HERTZ Ardi Bawono Bimo, Hari Santoso, dan Soemarwanto Abstract Automatic Transfer Switch (ATS) merupakan

Lebih terperinci

PD 3 PERATURAN DINAS 3 (PD 3) SEMBOYAN. PT Kereta Api Indonesia (Persero) Disclaimer

PD 3 PERATURAN DINAS 3 (PD 3) SEMBOYAN. PT Kereta Api Indonesia (Persero) Disclaimer PD 3 PT Kereta Api Indonesia (Persero) PERATURAN DINAS 3 (PD 3) SEMBOYAN Disclaimer This ebook is for the use of anyone anywhere at no cost and with almost no restrictions whatsoever. You may copy it,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI

IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI Junaedi, Supriyono, Darma Adiantoro, Setia Permana Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR

Lebih terperinci

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF)

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) 4.1 Komponen-komponen Panel ATS dan AMF 4.1.1 Komponen Kontrol Relay Relay adalah alat yang dioperasikan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat suatu alat yang dapat menghitung biaya pemakaian

Lebih terperinci

PENDETEKSI LOGAM UNTUK INDUSTRI MAKANAN BERBASIS PLC. Oleh : Atmiasri dan Sagita Rochman*)

PENDETEKSI LOGAM UNTUK INDUSTRI MAKANAN BERBASIS PLC. Oleh : Atmiasri dan Sagita Rochman*) PENDETEKSI LOGAM UNTUK INDUSTRI MAKANAN BERBASIS PLC Oleh : Atmiasri dan Sagita Rochman*) Abstrak Perkembangan teknologi dan industri saat ini menunjukkan peningkatan yang sangat pesat seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Gambaran Umum Sistem Perancangan kendali kelistrikan rumah menggunakan web dimulai dari perancangan hardware yaitu rangkaian pengendali dan rangkaian pemantau seperti rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perangkat keras yang akan digunakan dalam Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN 33 BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ini merupakan tahap-tahap yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian. Adapun garis besar dari metodologi penelitian ini akan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan jenis wesel yang umum digunakan di Indonesia Mahasiswa dapat menjelaskan standar pembuatan bagan wesel dengan

Lebih terperinci

PERBAIKAN CRANE-2 HOTCELL 01 DI INSTALASI RADIOMETALURGI

PERBAIKAN CRANE-2 HOTCELL 01 DI INSTALASI RADIOMETALURGI PERBAIKAN CRANE-2 HOTCELL 01 DI INSTALASI RADIOMETALURGI Junaedi, Darma Adiantoro, Saud Maruli Tua Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK Tangerang 15314 ABSTRAK PERBAIKAN CRANE HOTCELL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi masal yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi masal yang dapat I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi masal yang dapat mengangkut bayak penumpang sekaligus, kehadiran kereta api di Indonesia sudah mulai dirasakan sejak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

Disusun NIM JURUSAN

Disusun NIM JURUSAN RANCANG BANGUNN MODEL SISTEM TRANSPORTASI MASSAL MONORAIL OTOMATIS LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3 oleh : EDY IRWAN SIDABUTAR NIM. 1005032062

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PERANCANGAN

BAB III METODE DAN PERANCANGAN BAB III METODE DAN PERANCANGAN 1.1 Metode Metode yang digunakan dalam pembuatan modul ini adalah modifikasi rancang bangun yang dilakukan dengan eksperimen. Hasil dari penyusunan tugas akhir ini berupa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan. Dalam pembuatan suatu alat atau produk sebuah rancangan yang menjadi acuan sangat diperlukan dalam proses pembuatannya, agar pembuatan lebih sistematis dan terarah

Lebih terperinci

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 69/1998, PRASARANA DAN SARANA KERETA API *35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN 3.1. Perakitan Panel Panel Lampu Luar merupakan salah satu panel yang telah dikenal luas, khususnya dalam instalasi lampu penerangan lampu jalan ( PJU ). Biasanya

Lebih terperinci

Programmable Logic Controller (PLC) Pendahuluan

Programmable Logic Controller (PLC) Pendahuluan Modul 7 Programmable Logic Controller (PLC) Pendahuluan Numerical Control & Industrial Robotics menekankan pada pengendalian gerakan (proses kontinu) pengendalian gerakan (proses kontinu) Sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas pembuatan dan perancangan seluruh sistem perangkat dari Sistem Miniatur Palang Pintu Otomatis Kerata Api Dengan Identifikasi RFID.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE 3.1 TUJUAN PERANCANGAN Pada prinsipnya tujuan dari perancangan alat dan program adalah untuk mempermudah didalam merealisasikan perakitan atau pembuatan alat dan program yang

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA OUTLINE : a) Terminal KA stasiun b) Sistem pengoperasian dan pengamanan perjalanan KA c) Pengenalana Rambu/Semboyan pada kereta api d) Grafik Perjalanan

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP Novio Mahendra Purnomo (L2F008070) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Panel Kontrol Lift BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Lift Barang Pada lift terdapat 2 panel dimana satu panel adalah main panel yang berisi kontrol main supaly dan control untuk pergerakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Blok Diagram LED indikator, Buzzer Driver 1 220 VAC Pembangkit Frekuensi 40 KHz 220 VAC Power Supply ATMEGA 8 Tranduser Ultrasounik Chamber air Setting Timer Driver 2 Driver

Lebih terperinci